Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN

“JUST IN TIME”

OLEH

KELOMPOK 2 :

ANDI MUH. NUR JIHAD K. (B1C114162)

NIRMALA PERMATASARI (B1C117189)

NUR ANNISA (B1C117191)

SARLI (B1C117201)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan judul
“JUST IN TIME”

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran dan
kritik sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah “JUST IN TIME” ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Kendari, 30 Maret 2019

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................
1.3 Tujuan ...........................................................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................................

2.1 Definisi Just In Time ....................................................................................................


2.2 Prinsip Dasar Just In Time ............................................................................................
2.3 Strategi Implementasi Just In Time ...............................................................................
2.4 Pembelian dengan Sistem Just In Time .........................................................................
2.5 Produksi dengan Sistem Just In Time ...........................................................................
2.6 Kelebihan Sistem Just In Time .....................................................................................
2.7 Kelemahan Sistem Just In Time ...................................................................................

BAB III PEMBAHASAN ..........................................................................................................

3.1 Penerapan sistem just in time pada PT. Cipta Beton Sinar Perkasa .............................

BAB IV PENUTUP .....................................................................................................................


4.1 Kesimpulan ....................................................................................................................
4.2 Saran ..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persaingan di antara perusahaan-perusahaan akan membawa keuntungan bagi konsumen karena


persaingan yang semakin intensif akan mendorong perusahaan untuk menghasilkan produk dengan harga
yang lebih rendah, kualitas menjadi lebih tinggi, dan semakin banyak pilihan. Selain itu, perkembangan
teknologi informasi seperti internet, e-commerce,dll membuat konsumen lebih mudah melakukan akses
terhadap kualitas produk dan jasa yang akan mereka beli. Tentu saja produk dan jasa yang akan mereka
beli adalah produk dengan kualitas terbaik dan harga yang relatif murah. Dengan demikian perusahaan
yang mampu eksis didunia bisnis adalah perusahaan yang dapat menghasilkan produk-produk tersebut.
Untuk menghadapi masalah tersebut, manajer harus mengetahui apa yang diinginkan konsumen dan
kapan mereka memerlukannya. Perusahaan harus mampu menciptakan suatu sistem yang dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan dengan mengeliminasi setiap pemborosan yang ada.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mewujudkan kondisi ini adalah dengan
menerapkan sistem pengendalian persediaan dan produksi Just In Time. Sekarang, Sistem Just In Time
bukan hanya sekedar wacana saja tetapi telah dapat diimplementasikan di beberapa perusahaan baik
diperusahaan luar negeri maupun perusahaan dalam negeri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan Sistem Just In Time pada PT. Cipta Beton Sinar Perkasa?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui penerapan Sistem Just In Time pada PT. Cipta Beton Sinar Perkasa.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Just In Time

Just In Time merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting dalam
manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada
permintaan (full system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada
saat diminta, dan hanya sebesar kuantitasyang diminta.

Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada
aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu organisasi.
JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut:
1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di
eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak
perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.
2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi. Sehingga produk
rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya untuk
pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.
3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous
Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap
aktivitas yang bernilai tambah.

2.2 Prinsip Dasar Just In Time

Untuk mengaplikasikan metode JIT maka ada delapan prinsip yang harus dijadikan dasar
pertimbangan di dalam menentukan strategi sistem produksi, yaitu:

1. Berproduksi sesuai dengan pesanan Jadwal Produksi Induk

Sistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk menunggu setelah
diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu masuk. Tujuan utamanya untuk
memproduksi finished goods tepat waktu dan sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan
saja (Just in Time), untuk itu proses produksi akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan dan
secepatnya dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk menghindari terjadinya stock serta
untuk menekan biaya penyimpanan (holding cost).

2. Produksi dilakukan dalam jumlah lot (Lot Size) yang kecil untuk menghindari perencanaan
dan lead time yang kompleks seperti halnya dalam produksi jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas
produksi akan bisa dilakukan, karena hal tersebut memudahkan untuk melakukan penyesuaian-
penyesuaian dalam rencana produksi terutama menghadapi perubahan permintaan pasar.
3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste)

Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada. Semua pemakaian
sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin atau orang, dan lain-lain) tidak boleh
melebihi batas minimal yang diperlukan untuk mencapai target produksi.

4. Perbaikan aliran produk secara terus menerus.

(Continous Product Flow Improvement) Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses


yang menimbulkan bottleneck dan semua kondisi yang tidak produktif (idle, delay, material
handling, dan lain-lain) yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.

5. Penyempurnaan kualitas produk (Product Quality Perfection)

Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just in Time dalam sistem produksi. Disini selalu
diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero Defect” dengan cara melakukan pengendalian secara
total dalam setiap langkah proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah bisa
diidentifikasikan dan dikoreksi sedini mungkin.

6. Respek terhadap semua orang/karyawan (Respect to People)

Dengan metode Just in Time dalam sistem produksi setiap pekerja akan diberi kesempatan dan
otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil keputusan apakah suatu aliran operasi bisa
diteruskan atau harus dihentikan karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun kerja
tertentu.

7. Mengurangi segala bentuk ketidak pastian (Seek to Eliminate Contigencies)

Inventori yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi demand yang berfluktuasi dan
segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah menjadi waste bilamana tidak segera
digunakan. Begitu pula rekruitmen tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali
seperti halnya yang umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya
pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu dalam perencanaan
dan penjadualan produksi harus bisa dibuat dan dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang
memberi kesan ketidakpastian harus bisa dieliminir dan harus sudah dimasukkan dalam
pertimbangan dan formulasi model peramalannya.

2.3 Strategi Implementasi Just In Time

Ada beberapa strategi dalam mengimplementasikan JIT dalam perusahaan, antara lain:

1. Startegi Penerapan pembelian Just in Time. Dukungan, yaitu dari semua pihak terutama
yang berkaitan dengan kegiatan pembelian, dan khususnya dukungan dari pimpinan. Tanpa
ada komitmen dari pinpinan tersebut JIt tidak dapat terlaksana. Mengubah sistem, yaitu
mengubah cara mengadakan pembelian, yaitu dengan membuat kontrak jangka panjang
dengan pemasok sehingga perusahaan cukup hanya memesan sekali untuk jangka panjang,
selanjutnya barang akan datang sesuai kebutuhan atau proses produksi perubahan kita.

2. Startegi penerapan Just in Time dalam sistem produksi. Penemuan sistem produksi yang
tepat, yaitu dengan sistem tarik yang bertujuan memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan
dengan menghilangkan sebanyak mungkin pemborosan. Penemuan lini produksi yaitu dalam
satu lini produksi harus dibuat bermacam-macam barang, sehingga semua
kebutuhanpelanggan yang berbeda-beda itu dapat terpenuhi. Selain itu lini produksi tersebut
dapat menghemat biaya, biaya bahan, persediaan, dan sebagainya. JIT bukan hanya sekedar
metode pengedalian persediaan, tetapi juga merupakan sistem produksi system produksi
yang saling berkaitan dengan semua fungsi dan aktivitas.

2.4 Pembelian dengan Konsep Just In Time

Pembelian dengan Konsep JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara
sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau
penggunaan. Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan
aktivitas pembelian dengan cara:

a. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber


yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
b. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
c. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
d. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.
e. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.

Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:

a. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.


b. Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
c. Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak biaya
tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
d. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara
individual
e. Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.

2.5 Produksi dengan Konsep Just In Time

Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat waktu,
mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya atau sesuai
dengan memenuhi permintaan pelanggan.
Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:

a. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation (stasiun
kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).
b. Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi (konsep waktu
tunggu nol).
c. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup
mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation).
d. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi yang
tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.

Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam bidang:

a. Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan


b. Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai
c. Waktu perpindahan
d. Tenaga kerja langsung dan tidak langsung
e. Ruangan pabrik
f. Biaya mutu
g. Pembelian bahan

2.6 Kelebihan Sistem Produksi Just In Time

Banyak kelebihan yang dapat dinikmati dalam menerapkan sistem produksi Just In Time,
diantaranya sebagai berikut :

1. Tingkat Persediaan atau Stock Level yang rendah sehingga menghemat tempat
penyimpanan dan biaya-biaya terkait seperti biaya sewa tempat dan biaya asuransi.
2. Bahan-bahan produksi hanya diperoleh saat diperlukan saja sehingga hanya memerlukan
modal kerja yang rendah.
3. Dengan Tingkat persedian yang rendah, kemungkinan terjadinya pemborosan akibat
produk yang ketinggalan zaman, lewat kadaluarsa dan rusak atau usang akan menjadi
semakin rendah.
4. Menghindari penumpukan produk jadi yang tidak terjual akibat perubahan mendadak
dalam permintaan.
5. Memerlukan penekanan pada kualitas bahan-bahan produksi yang dipasok oleh Supplier
(Pemasok) sehingga dapat mengurangi waktu pemeriksaan dan pengerjaan ulang.

2.7 Kelemahan Sistem Produksi Just In Time


Meskipun banyak kelebihan yang bisa didapat, Sistem Produksi Just In Time ini masih memiliki
kelemahan, yaitu :

1. Sistem Produksi Just In Time tidak memiliki toleransi terhadap kesalahan atau “Zero
Tolerance for mistakes” sehingga akan sangat sulit untuk melakukan
perbaikan/pengerjaan ulang pada bahan-bahan produksi ataupun produk jadi yang
mengalami kecacatan. Hal ini dikarenakan tingkat persediaan bahan-bahan produksi dan
produk jadi yang sangat minimum.
2. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Pemasok baik dalam kualitas maupun
ketepatan pengiriman yang pada umumnya diluar lingkup perusahaan manufakturing
yang bersangkutan. Keterlambatan pengiriman oleh satu pemasok akan mengakibatkan
terhambatnya semua jadwal produksi yang telah direncanakan.
3. Perusahaan Manufaktring yang bersangkutan akan sulit untuk memenuhi permintaan
yang mendadak tinggi karena pada kenyataannya tidak ada produk jadi yang lebih.

Perlu kita ketahui bahwa pengimplementasian konsep Just In Time (JIT) dalam perusahaan
juga tidak mudah. Kegiatan produksi akan terhenti dan tenggang waktu pengiriman tidak
terpenuhi apabila salah satu komponen bahan penting hilang atau ditemukan cacat. Sedangkan
pemasok harus mampu menyerahkan bhan baku yang bebas dari cacat pada waktu dan jumlah
yang tepat. Hal ini berarti perusahaan perlu mengandalkan pemasok yang betul-betul dapat
diandalkan dan juga pemasok yang yang sanggup untuk memasok bahan baku dalam jumlah
yang tepat sebelum proses produksi dilaksanakan.

Oleh karena itu disamping konsep Just In Time (JIT) menghasilkan benefit yang tinggi
karena aktifitas evesiensi biaya namun diiringi juga dengan risiko yang tinggi pula. Pilihan ini
tentu saja harus membuat perusahaan berfikir lebih komprehensif sehingga perusahaan dapat
mengantisipasi segala kemungkin untuk meminimalisir risiko.

2.9 Perbandingan Sistem Just In Tine dengan Sistem Tradisional

Just In Time Tradisional


Sistem tarikan Sistem dorongan
Persediaan tidak signifikan Persediaan signifikan
Basis pemasok sedikit Basis pemasok banyak
Kontrak jangka panjang dengan pemasok Kontrak jangka pendek dengan pemasok
Pemanufakturan berstruktur seluler Pemanufakturan berstruktur departemen
Karyawan berkeahlian ganda Karyawan terspesialisasi
Jasa terdesentralisasi Jasa tersentralisasi
Keterlibatan karyawan tinggi Keterlibatan karyawan rendah
Gaya manajemen sebagai penyedia fasilitaas Gaya manajemen sebagai pemberi perintah
Total quality control (TQC) Acceptable quality level (AQL)
1. Sistem tarikan dibanding sistem dorongan

Sistem tarikan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar atas permintaan konsumen,
baik konsumen internal maupun konsumen eksternal. Sebagai contoh dalam perusahaan
pemanufakturan permintaan konsumen melalui aktivitas penjualan menentukan aktivitas
produksi, dan aktivitas produksi menentukan aktivitas pembelian.System dorongan adalah
system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar dorongan aktivitas-aktivitas sebelumnya.
Pembelian bahan melalui aktivitas pembelian mendorong aktivitas produksi, dan aktivitas
produksi mendorong aktivitas penjualan.

2. Persediaan tidak signifikan dibanding persediaan signifikan

Karena JIT menggunakan system tarikan maka dapat mengurangi persediaan menjadi tidak
signifikan atau sangat sedikit dan bahkan mencita-citakan nol. Sebaliknya, dalam system
tradisional, karena menggunakan system dorongan maka persediaan jumlanya signifikan sebagai
akibat jumlah bahan yang dibeli melebihi kebutuhan produksi, jumlah produk yang diproduksi
melebihi permintaan konsumen dan perlu adanya persediaan penyangga. Persediaan penyangga
diperlukan jika permintaan konsumen melebihi jumlah produksi dan jumlah bahan yang
digunakan untuk produksi melebihi jumlah bahan yang dibeli.

3. Basis pemasok sedikit dibanding basis pemasok banyak

JIT hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit untuk mengurangi atau mengeliminasi
aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah, memperoleh bahan yang bermutu tinggi dan berharga
murah. Sedangkan system tradisioanl menggunakan banyak pemasok untuk memperoleh harga
yang murah dan mutu yang baik, tapi akibatnya banyak aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah
dan untuk memperoleh harga yang lebih murah harus dibeli bahan dalam jumlah yang banyak
atau mungkin dengan mutu yang rendah.

4. Kontrak jangka panjang dibanding kontrak jangka pendek

JIT menerapkan kontrak jangka panjang dengan beberapa pemasoknya guna membangun
hubungan baik yang saling menguntungkan sehingga dapat dipilih pemasok yang memasok
bahan berharga murah, bermutu tinggi, berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah serta
dapat mengurangi frekuensi pemesanan. Sedangkan tradisional menerapkan kontrak-kontrak
jangka pendek dengan banyak pemasok sehingga untuk memperoleh harga murah harus dibeli
dalam jumlah yang banyak atau mungkin mutunya rendah.

5. Struktur seluler dibanding struktur departemen

Struktur seluler dalam JIT adalah pengelompokan mesin-mesin dalam satu keluarga, biasanya
kedalam struktur semilingkaran atau huruf “U” sehingga satu sel tertentu dapat digunakan untuk
melakukan pengolahan satu jenis atau satu keluarga produk tertentu secara berurutan. Setiap sel
pemanufakturan pada dasarnya merupakan pabrik mini atau pabrik di dalam pabrik. Penggunaan
struktur seluler ini dapat mengeliminasi aktivitas, waktu, dan biaya yang tidak bernilai
tambah. Sedangkan struktur departemen dalam system departemen adalah struktur pengolahan
produk melalui beberapa departemen produksi sesuai dengan tahapan-tahapannya dan
memerlukan beberapa departemen jasa yang memasok jasa bagi departemen produksi. Akibatnya
struktur departemen menimbulkan aktivitas-aktivitas serta waktu dan biaya-biaya tidak bernilai
tambah dalam jumlah besar.

6. Karyawan berkeahlian ganda dibanding karyawan terspesialisasi

System JIT yang menggunakan system tarikan waktu “bebas” harus digunakan oleh karyawan
struktur seluler untuk berlatih agar berkeahlian ganda sehingga ahli dalam berproduksi dan
dalam bidang-bidang jasa tertentu misalnya pemeliharaan pencegahan, reparasi, setup, inspeksi
mutu. Sedangkan pada system tradisional system karyawan terspesialisasi berdasarkan
departemen tempat kerjanya misalnya departemen produksi atau departemen jasa. Karyawan
pada departemen jasa terspesialisasi pada aktivitas penangan bahan, listrik, reparasi, dan
pemeliharaan, karyawan pada departemen produksi terspesialisasi pada aktivitas pencampuran,
peleburan, pencetakan, perakitan, dan penyempurnaan.

7. Jasa terdesentralisasi dibanding jasa tersentralisasi

System tradisional mendasarkan pada system spesialisasi sehingga jasa tersentralisasi pada
masing-masing departemen jasa. Sedangkan pada system JIT jasa terdesentralisasi pada masing-
masing struktur seluler, para karyawan selain selain ditugaskan untuk berproduksi tapi juga harus
ditugaskan pada pekerjaan jasa yang secara langsung mendukung produksi si struktur selulernya.

8. Keterlibatan tinggi dibanding keterlibatan rendah

Dalam system tradisional, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan relative rendah karena
karyawan fungsinya melaksanakan perintah atasan. Sedangkan dalam system JIT manajemen
harus dapat memberdayakan para karyawannya dengan cara melibatkan mereka atau member
peluang pada mereka untuk berpartisipasi dalam manajemen organisasi. Menurut pandangan JIT,
peningkatan keberdayaan dan keterlibatan karyawan dapat meningkatkan produktviitas dan
efisiensi biaya secara menyeluruh. Para karyawan dimungkinkan untuk membuat keputusan
mengenai bagaimana pabrik beroperasi.

9. Gaya pemberi fasilitas dibanding gaya pemberi perintah

System tradisional umumnya menggunakan gaya manajemen sebagai atasan karena fungsi
utamanya adalah memerintah para karyawannya untuk melaksanakan kegiatan. Sedangkan pada
system JIT memerlukan keterlibatan karyawan sehingga mereka dapt diberdayakan, maka gaya
maanjemen yang cocok adalah sebagai fasilitator dan bukanlah sebagai pemberi perintah.

10. TQC dibanding AQL

TQC (Total Quality Control) dalam JIT adalah pendekatan pengendalian mutu yang mencakup
seluruh usaha secara berkesinambungan dan tiada akhir untuk menyempurnakan mutu agar
tercapai kerusakan nol atau bebas dari kerusakan. Produk rusak haruslah dihindari karena dapat
mengakibatkan penghentian produksi dan ketidakpuasan konsumen.AQL (Accepted Quality
Level) dalam system tradisional adalah pendekatan pengendalian mutu yang memungkinkan atau
mencadangkan terjadinya kerusakan namun tidak boleh melebihi tingkat kerusakan yang telah
ditentukan sebelumnya.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penerapan Sistem Just In Time Pada PT. Cipta Beton Sinar Perkasa

PT. Cipta Beton Sinar Perkasa (CBSP) merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang perdagangan dan jasa, yang didirikan pada tanggal 17 Pebruari 1998 dengan Akte
Pendirian nomor 20 (dua puluh), No. SIUP : 231/20-23/PB/VI/95, No. SITU : 510.01/765/20-
22/V/2003, dan No. NPWP : 1.175.075.6-801. Perusahaan ini menyediakan campuran jadi dan
jasa developer yang mana konsentrasi usahanya dibagi atas dua lokasi yang terpisah yaitu kantor
administrasi dan pemasaran berkedudukan di jalan Onta Baru No.138 B Makassar dan pabrik
pengolahan (Plants) berkedudukan di Jalan Raya Samata, Sungguminasa-Gowa.

Perusahaan telah menerapkan sistem Just In Time dalam kesehariannya. Dimana PT.
Cipta Beton Sinar Perkasa dalam melakukan kegiatan pembelian telah menggunakan sistem Just
In Time . Sedangkan dalam melakukan produksi campuran beton perusahaan belum
menggunakan sistem Just In Time atau perusahaan masih menggunakan sistem tradisional. Hal
ini dikarenakan perusahaan menyediakan persediaan digudang. Perusahaan harus menyediakan
persediaan digudang untuk menghasilkan produk campuran beton, kira-kira 4.000-5.000 m3
dalam sebulan.

 Penerapan sistem Just In Time Purchasing pada PT. Cipta Beton sinar Perkasa di
Makassar.

Perusahaan tidak menyimpan bahan baku digudang. Perusahaan hanya membeli bahan baku
sesuai dengan kebutuhan untuk memproduksi produk. Karena perusahaan menginginkan
efisiensi bahan baku yang maksimal yaitu dengan jalan menghilangkan biaya persediaan
terutama untuk biaya penyimpanan. Dengan sistem Just In Time pemesanan dilakukan dalam
jumlah yang lebih kecil tetapi dengan frekuensi yang lebih tinggi yakni pemesanan bahan baku
dilakukan sebanyak 2 kali dalam sebulan. Just In Time Purchasing dapat menghasilkan efisiensi
biaya yang menciptakan produktivitas perusahaan. Perusahaan manufaktur yang membeli bahan
baku sesuai dengan yang dibutuhkan dari pemasok dengan tepat waktu dapat meminimalkan
biaya pemborosan.

Untuk lebih jelasnya, kita bandingkan besarnya biaya penyimpanan bahan baku (material)
perusahaan sistem tradisional dengan sistem Just In Time.
Hasil perhitungan ini dapat memberikan informasi bahwa jumlah biaya penyimpanan bahan baku
(material) antara sebelum penerapan Just In Time Purchasing dan sesudah penerapan Just In
Time Purchasing terdapat perbedaan. Biaya penyimpanan bahan baku sebelum penerapan Just In
Time Purchasing adalah sebesar Rp. 30.725.436,8 dan sesudah penerapan Just In Time
Purchasing sebesar Rp. 15.356.022,4. Penerapan sistem Just In Time mampu menekan biaya
penyimpanan sebesar Rp. 15.369.414,4. Dengan menekan biaya penyimpanan sebesar Rp.
15.369.414,4 maka penerapan Just In Time Purchasing dapat meningkatkan produktivitas
perusahaan. Hal ini sejalan dengan temuan Adiko (2010) Bahwa penekanan biaya pemborosan
(Biaya Penyimpanan) tersebut secara langsung akan meningkatkan produktivitas perusahaan.

 Sistem Produksi pada PT. Cipta Beton sinar Perkasa di Makassar.

Just In Time Production adalah sistem produksi yang prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis
barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen. Sistem
ini tidak diterapkan dalam perusahaan PT. Cipta Beton sinar Perkasa di Makassar, bahwa
produksi campuran beton (ready mix) adalah produksi massal sehingga tidak mencerminkan
penggunaan sistem Just In Time.

Dalam hal ini produksi campuran beton dibuat berdasarkan permintaan namun dengan sekali
produksi dilakukan dalam skala yang besar melebihi permintaan yang ada guna untuk
memberikan permintaan yang nantinya akan terjadi dimasa yang akan datang.

Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam memproduksi campuran beton dapat diuraikan
sebagai berikut :

1. Penimbangan bahan baku pada batching plant

2. Pemasangan bahan baku ready mix seperti, semen, pasir, agregat (kerikil kasar dan kerikil
halus (cipping, split)) .
3. Setelah dilakukan pencampuran bahan baku ready mix, langkah selanjutnya adalah
memasukkan kedalam truck mixer untuk dilakukan pencampuran atau pengadukan.

4. Pencampuran atau pengadukan melalui truck mixer melalui pintu bin dan dalam keadaan truck
mixer aktif (berputar) dan kemudian dicampur dengan air.

5. Apabila pembuatan ready mix selesai, maka truck mixer siap untuk mengantar campuran
tersebut ke lokasi proyek.

Berdasarkan uraian di atas, akan disajikan skema/gambar proses produksi campuran beton pada
PT. CBSP yaitu sebagai berikut :
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

JIT merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki impilkasi penting dalam


manajemen biaya. Ide dasar JIT sangat sederhana, yaitu produksi hanya apabila ada
permintaan(pull system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta dan
hanyasebesar kuatitas yang diminta. Filosofi JIT digunakan pertama kali oleh Toyota dan
kemudiandiadopsi oleh banyak perusahaan manufaktur dijepang. Bila JIT merupakan suatau
filosofi manajemen operasi yang berusaha untuk menghilangkan pemborosan pada semua aspek
dari kegiatan-kegiatan produksi perusahaan.Sasaran utama JIT adalah menngkatkan
produktivitas system produksi atau opersi dengan caranenghilangkan semua macam kegiatan
yang tidak menembah nilai bagi suatui produk.

4.2 Saran

Berdasarkan pembahasan di atas dan simpulan yang telah di kemukakan sebelumnya,


pada bagian ini penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penulis berharap dari adanya tugas ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi para
pembaca.
2. Mohon dimaklumi, jika dalam makalah saya ini masih terdapat banyak kekeliruan, baik
bahasa maupun pemahaman. Saya berharap kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Hansen D.R dan Maryanne M. Mowen. “Akuntansi Manajemen edisi 4 jilid 1”. Jakarta : Penerbit
Erlangga.

Mulyadi, Akuntansi Manajemen, Edisi. 5, Jakarta : Salemba Empat, 1999.

Marida Sunned. 2016. ” PENERAPAN SISTEM JUST IN TIME DALAM MENINGKATKAN


PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN PADA PT. CIPTA BETON SINAR PERKASA DI
MAKASSAR”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Anda mungkin juga menyukai