Anda di halaman 1dari 9

USULAN IMPLEMENTASI SIX SIGMA PADA

PENGENDALIAN KUALITAS PROSES PRODUKSI


DI PT. XYZ





Muhammad Kholil
(1)
, Rudini Mulya
(2)
Program Studi Teknik Industri
Universitas Mercubuana Jakarta
Email:
1)
m.kholil@mercubuana.ac.id,
2)
rudinimenteri@gmail.com


PT. XYZ adalah salah satu manufaktur yang bergerak dalam pembuatan minuman
suplemen, salah satu produknya adalah Extra Joss Ginseng Kurma (Nitros).
Masalah yang terjadi adalah ketika dalam proses pembuatan terdapat beberapa
produk yang mengalami cacat. Keadaan ini dapat berakibat pada meningkatnya
biaya produksi dan penurunan kualitas produk yang pada akhirnya mengurangi
profit perusahaan.
Extra Joss Ginseng Kurma (Nitros) adalah produk yang banyak
mengalami cacat. Untuk mengatasi masalah tersebut perusahaan berusaha
meningkatkan kualitas dengan menggunakan metode six sigma. Dengan Tahapan
define, measure, analyze, improvement dan control (DMAIC).
Pada tahap define, masalah yang terjadi didefinisikan dengan metode 5W
+ 1H, penentuan karakteristik CTQ dan menggunakan diagram SIPOC untuk
proses produksi Extra Joss Ginseng Kurma (Nitros), tahap measure akan
diuraikan mengenai cacat produk serta menghitung DPMO dan nilai sigma
perusahaan, tahap analyze akan menganalisis akar penyebab masalah dengan
menggunakan fish bone diagram, tahap improve akan menjelaskan mengenai akar
penyebab dominan atau prioritas masalah dengan menggunakan diagram pareto
dan usulan perbaikan dengan menggunakan metode 5W + 1H. Pada tahap control
akan memberikan gambaran proses pengawasan terhadap improve yang telah
dilakukan.

Kata Kunci :Six Sigma, DMAIC




ABSTRAK

PT XYZ is one who is engaged in the manufacture manufacturing
supplement drink, one product is Ginseng Extra Joss Ginseng Kurma (Nitros).
The problem that occurs is when the manufacturing process there are some
products that have disabilities. This situation can result in increased production
costs and reduced product quality, which in turn reduces the profit of the
company.
Extra Joss Ginseng Kurma (Nitros) is a product that many have
disabilities. To overcome these problems the company strives to improve quality
by using the six sigma method. With Stages define, measure, analyze,
improvement and control (DMAIC).
In the define phase, a problem that occurs is defined by the method of 5W
+ 1H, CTQ characteristic determination and use SIPOC diagram for the
production of Extra Joss Ginseng Kurma (Nitros), measure stage will be
described on the product defect and calculate DPMO and sigma value of the
company, will analyze phase analyze the root cause of the problem by using a fish
bone diagram, explain the stages will improve the root cause of the dominant or
priority problem using pareto diagram and proposed improvement using the 5W
+ 1H. In the control phase will provide an overview of the monitoring process
improv that has been done.


Keywords: Six Sigma, DMAIC


1. Pendahuluan
Semakin majunya perkembangan
industri terutama industri minuman akan
mempengaruhi perusahaan untuk
meningkatkan kualitas produk makanan yang
dihasilkan untuk memenuhi dan memuaskan
keinginan konsumen, persaingan dalam
industri minuman yang ketat, akan membuat
perusahaanperusahaan selalu melakukan
inovasi baik dari segi jenis produk, rasa,
desain, penyimpanan, dan pemasaran.
Perusahaan - perusahaan minuman berusaha
menciptakan jenis minuman baru yang akan
menjadi trendsetter dan disukai oleh
masyarakat.
Contoh produk baru yang sekarang
menjadi trendsetter dan disukai masyarakat
ialah produk Extra Joss Ginseng Kurma
(Nitros) yang diproduksi oleh PT. XYZ. Produk
Extra Joss Ginseng Kurma (Nitros)
merupakan produk minuman RTD (Ready To
Drink) dengan ekstrak ginseng dari Korea
dan kurma dari Arab dan ditambahkan
beberapa vitamin seperti vitamin B3, B6,
Taurine dan Caffeine kemudian dikemas
dalam kemasan tube.
Semakin majunya dunia industri
minuman, menyebabkan peningkatan kualitas
produk sangat diperluKan, peningkatan
kualitas Produk Extra Joss Ginseng Kurma
(Nitros) akan ditekankan pada perbaikan
proses produksi yang berkontribusi besar
terhadap cacat yang ditimbulkan dan faktor
faktor lain yang dapat mempengaruhi
timbulnya cacat pada produk.

Pengendalian kualitas sangat
diperlukan, karena untuk mencapai kepuasan
pelanggan dan kepercayaan pelanggan. Jika
kualitas produk yang baik dapat diperoleh
oleh suatu perusahaan, maka diharapkan
volume penjualan akan meningkat sehingga
akan meningkatkan keuntungan perusahaan,
namun serigkali peningkatan volume produksi
akan menyebabkan penurunan kualitas karna
hanya berfokus pada target produksi,
sehingga kadang kala melupakan kualitas.
Cacat pada produk biasanya diakibatkan
penyimpangan pada proses produksi
sehingga diperlukan pengendalian yang baik.
Perbaikan pada proses produksi tsb
diharapkan akan mengurangi cacat dari
produk dan akan meningkatkan output yang
berkualitas sehingga keuntungan perusahaan
dapat ditingkatkan. Berdasarkan uraian
diatas, maka penulis akan mengadakan
penelitian mengenai Usulan Implementasi
Six Sigma pada Pengendalian Kualitas
Produk Extra Joss Ginseng Kurma (Nitros) di
PT Bintang Toedjoe

2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka
permasalahan dapat dirumuskan adalah
bagaimana melakukan perbaikan kualitas
produk Extra Joss Ginseng Kurma (Nitros)
dengan menggunakan metode six sigma.
Sehingga dapat meningkatkan pendapatan
perusahaan dan mengurangi defect atau
cacat.

3. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan terarah dan jelas,
maka peneliti membatasi permasalahan
sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan terhadap produk
Extra Joss Ginseng Kurma (Nitros)
yang berkaitan dengan bentuk fisik
kemasan
2. Tak ada penambahan /perubahan
fasilitas produksi
3. Tidak melakukan reformulasi produk

4. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui Proses produksi Extra
Joss Ginseng Kurma (Nitros) secara
menyeluruh
2. Mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab kerusakan pada produk
3. Menghitung dan menganalisa jumlah
cacat sehingga mengetahuui level
sigma
4. Membuat usulan perbaikan yang
sesuai berdasar teori yang ada untuk
meningkatkan kualitas

5. Landasan Teori
5.1 Pengertian Kualitas
a. Menurut Deming (1986), Kesulitan
dalam pendefinisian kualitas adalah
mentranslete atau mengubah
kebutuhan yang akan datang dari
user atau pengguna kedalam suatu
karakteristik yang dapat diperlakukan,
supaya sebuah produk dapat didesain
dan diubah untuk memberikan
kepuasan dengan harga yang akan
dibayar oleh user atau pemakai.
b. Menurut Crosby (1979), Kualaitas
adalah kesesuaian dari permintaan
atau spesifikasi
c. Menurut juran (1974), Kualitas adalah
kelayakan atau kecocokan
penggunaan. Kecocokan penggunaan
tersebut didasarkan pada 5 ciri-ciri
utama adalah teknologi (kekuatan
dan daya tahan), psikologi (cita rasa
atau status).
Kegiatan pengendalian kualitas pada
dasarnya akan merupakan keseluruhan
kumpulan aktivitas dimana kita berusaha
untuk mencapai kondisi fitness of use
tidak peduli dimana aktivitas tersebut
dilaksanakan yaitu mulai pada saat
produk dirancang, diproses, sampai
selesai dan didistribusikan ke konsumen.
(Stritomo,2003).

5.2 Dimensi Kualitas
Ada delapan dimensi kualitas yang
dikembangkan oleh David Garvin (1987).
Kedelapan dimensi tersebut akan
dipengaruhi pelanggan terhadap suatu
produk berkaitan dengan kualitasnya.
Delapan dimensi kualitass tersebut antara
lain :
1. Performance, merupakan suatu
karakteristik utama yang berkaitan
dengan aspek fungsional. Suatu
produk dikatakan berkualitas apabila
produk tersebut dapat digunakan
sesuai dengan fungsi ketika produk
tersebut dirancang.
2. Feature, merupakan karakteristik
yang menunjang fungsi dasar yang
berhubungan dengan pilihan-pilihan
sebelum mengambil keputusan.
Biasanya konsumen akan
mengatakan bahwa suatu produk
dikatakan berkualitas jika produk
tersebut dilengkapi dengan fasilitas-
fasilitas tambahan selain fungsi utama
dari produk tersebut. Aspek ini
bersifat sekunder, tetapi diharapkan
oleh konsumen.
3. Reability merupakan kerakteristik
yang berkaitan dengan tingkat
kegagalan dalam penggunaan sutu
produk. Suatu produk dikatakan
berkualitas jika produk tersebut jarang
pakai/rusak ketika digunakan sesuai
fungsinya.
4. Conformance, menyatakan
kesesuaian karakteristi-karakteristik
san spesifikasi suatu produk dengan
standar yang telah ditetapkan
sebelumnya berdasarkan dengan
keinginan pelanggan
5. Durability, merupakan karakteristik
yang berhubungan dengan daya
tahan atau lama masa pakai produk
tersebut, suatu produk dapat
dikatakan berkualitas jika produk
tersebut memiliki umur penggunaan
yang lama.
6. Serviceability, merupakan suatu
karakteristik yang berhubungan
dengan kecepatan, keramahan,
kompetensi dan kemudahan serta
akurasi dalam perbaikan. Konsumen
dalam memilih produk juga sering
memperhatikan hal ini. Bagi
konsumen produk dikatakan
berkualitas jika produk tersebut
mudah dirawat dan diperbaiki jika
terjadi kerusakan.
7. Aesthetic, erat hubungannya dengan
penampilan produk, baik itu bentuk,
warna, keindahan, dan lain-lain.
Dimensi ini merupakan karakteristik
yang bersifat subjektif dan individual
yang berhubungan dengan
pertimbangan pribadi.
8. Perceived Quality, merupakan
karakteristik yang bersifat subjektif
mengacu pada perasaan pelanggan
yang berhubungan dengan reputasi.
Meskipun konsumen tidak memiliki
informasi tentang produk tersebut,
tetapi kualitas produk cenderung akan
dilihat dari reputasi produsen.

5.3 Pengertian Six Sigma
Six Sigma tersusun dari 2 kata yaitu
six dan sigma. Six yang berarti enam
sedangkan sigma () merupakan huruf
alphabet yunani yang menyatakan
tingkat variabiltas. Variabilitas sendiri
menyatakan distribusi atau penyebaran
terhadap rata-rata proses. Dengan
demikian nilai sigma dapat digunakan
sebagai tolak ukur menyatakan baik
buruknya performance suatu proses.
Six sigma merupakan sebuah
metodologi terstruktur untuk memperbaiki
suatu proses dengan memfokuskan pada
usaha-usaha untuk memperkecil variasi
yang terjadi (process variance) sekaligus
mengurangi cacat produk atau jasa yang
keluar dari spesifikasi dengan
menggunakan metode statistik dan tools
quality lainnya secara intensif. Dapat
dikatakan bahwa proses dengan nilai
sigma yang lebih tinggi (pada suatu
proses) akan mempunyai defect yang
lebih sedikit.
Six sigma dapat diterjemahkan
sebagai suatu proses yang mempunyai
kemungkinan cacat (defect opportunity)
sebanyak 3,4 buah dalam satu juta
produk. Defect adalah kegagalan dalam
menghasilkan suatu produk yang sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
sedangkan yang dimaksud dengan
oppurtunity (kesempatan) antara lain :
kualitas produk, kualitas komponen,
perbedaan material, kapasitas, dll.


5.4 Konsep Six Sigma
Secara umum six sigma memiliki 2 buah
konsep dasar yaitu :
1. Six Sigma sebagai suatu aktivitas
Untuk mencapai target kemungkinan
cacat 3,4 buah dalam satu juta produk
atau jasa, maka aktivitas six sigma yang
perlu dilakukan adalah :
a. Memahami dan mendefenisikan suatu
proses design, manufacturing dan
service secara jelas.
b. Aplikasi untuk six sigma statistical
tools dan proses
c. Mengidentifikasikan faktor penyebab
defect
d. Analisa dan perbaikan (improvement)
e. Melalui penurunan defect ratio akan
meningkatkan yield dan total
kepuasan pelanggan
f.Management innovation tool
memberikan kontribusi terhadap
management output

2. Six sigma sebagai suatu strategi bisnis
Secara umum ada enam komponen utama
konsep six sigma sebagai strategi bisnis
yaitu :
a. Customer service oriented
(mengutamakan pelayanan kepada
pelanggan)
Defenisi pelanggan bukan hanya
terbatas pada pembeli saja tetapi juga
berarti rekan kerja kita, orang/pihak
yang akan menerima hasil kerja kita,
masyaakat umum sebagai pengguna
jasa, pemerintah, dll. Six sigma
mampu memberikan informasi kepada
kita mengenai seberapa bagus
produk, service kita dan proses di
dalamnya serta membantu kita untuk
menentukan langkah-langkah demi
kepuasan customer secara total.
b. Manajemen yang bersarkan data dan
fakta
c. Fokus pada proses, manajemen dan
perbaikan
d. Manajemen yang proaktif
e. Kerjasama tim yang bagus
f. Selalu mengejar kesempurnaan

5.5 Tahapan tahapan dalam six sigma
Six sigma terdiri dari lima langkah
yaitu Define, Measure, Analyze, Improve
dan Control. Tujuan DMAIC adalah
langkah untuk menemukan
permasalahann, mengidentifikasi hingga
akhirnya menemukan solusi dan cara
untuk memperbaikinya.
1. Define
Define merupakan langkah operasional
pertama dalam program peningkatan
kualitas six sigma. Langkah-langkah yang
terdapat dalam fase define antara lain,
menentukan atau mendefinisikan tujuan
proyek six sigma, membuat gambaran
secara keseluruhan dari perusahaan baik
SIPOC diagram dan peta proses operasi.
2. Measure
Measure merupakan langkah operasional
kedua dalam rangka peningkatan kualitas
dalam metode DMAIC. Pada tahap ini
dilakukan pengukuran dan mengenali dan
menginventarisi karakteristik kualitas kunci
atau Critical to Quality (CTQ).
Tahap pengukuran ini sangat penting
peranannya dalam meningkatkan kualitas,
karena dapat mengetahui keadaaan
perusahaan dari data yang ada sehingga
menjadi dasar atau patokan untuk
melakukan analisa dan perbaikan. Dalam
six sigma ada dua basis pengukuran yaitu
konsep pengukuran kinerja produk dan
konsep pengukuran kinerja proses.

3. Analyze
Tahap anaylze merupakan langkah
operasional ketiga dalam program
peningkatan kualias. Pada tahap ini kita
perlu melakukan beberapa hal berikut ini :
a. Mengidentifikasi jenis-jenis cacat yang
terjadi dan membuat prioritas cacat
mana yang memiliki kontribusi
dominan terhadap menurunnya
kualitas produk secara keselurhan.
Pada tahap ini alat yang digunakan
adalah diagram pareto.
b. Menginventarisasi dan menganalisa
berbagai akar penyebab masalah dari
cacat-cacat yang dominan tersebut,
ditinjau dari segi man, machine,
environment, methode dan material
menggunakan fishbone.
c. Mencari penyebab yang paling dominan
diantara seluruh daftar akar penyebab
masalah di atas.

4. Improve
Pada tahap ini usaha-usaha peningkatan
kinerja kualitas produk memberikan usulan
perbaikan untuk mengurangi cacat dalam
proses.

5. Control
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam
six sigma. Pada tahap ini, seluruh usaha-
usaha peningkatan yang ada dikendalikan
atau dicapai secara teknis dan seluruh
usaha tersebut kemudian
didokumentasikan dan disebarluaskan
atau disosialisasikan ke segenap
karyawan perusahaan. Hal yang akan
dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Dokumentasi dan sosialisasi usaha-
usaha peningkatan yang telah dibuat
kepada seluruh karyawan dalam
berbagai lapisan manajemen yang
ada di perusahaan
b. Penutupan proyek six sigma sebagai
suatu metode untuk memecahkan
masalah yang dihadapi perusahaan

6. Metodologi Penelitian

Skema penelitian pada
penelitian dapat dijelaskan dengan
bagan :












































Gambar skema metodologi penelitian

7. Pembahasan
7.1 Diagram Alir Proses Produksi
Diagram alir proses produksi produk
Extra Joss Ginseng Kurma (Nitros) dapat
dilihat pada gambar berikut :
































Gambar diagram alir proses produksi


7.2 Six Sigma
7.2.1 Define
A.Penentuan Masalah Dengan
Metode 5W +1H
Where (Dimana poyek ini akan
dilakukan?)
Proyek six sigma akan dilakukan
pada area produksi Extra Joss
Ginseng Kurma (Nitros). Pada
plant pulogadung, terdapat
beberapa produk liquid. Namun,
dari data pada bulan Maret 2013
produk Extra Joss Ginseng
Kurma (Nitros) memiliki data
hasil rendemen paling kecil. Hasil
rendemen adalah persentase
jumlah produk yang release.
Semakin besar hasil rendemen
suatu produk maka semakin kecil
defect yang ditemukan, maka
semakin baik kualitas produk
yang dihasilkan.

DATA PRODUK CACAT BULAN APRIL 2013
No Nama Produk
Hasil
Rendemen
(%)
Persentase
Produk
Cacat (%)
1 Komix OBH 99,6 0,4
2
Komix Jeruk
Nipis 99,7 0,3
3 Komix Jahe 99,18 0,82
4 TPA Apel 99,01 0,99
5
TPA
Strawberry 99,44 0,56
6
Extra Joss
Ginseng Kurma
(Nitros) 98,7 1,3
Tabel data produk cacat bulan april 2013

Dari tabel diatas dapat dilihat
bahwa persentase cacat
terbanyak terdapat pada produk
Extra Joss Ginseng Kurma
(Nitros) yaitu sebesar 1,3 %.
b. What (apa tujuan dari proyek
six sigma terhadap
pengendalian kualitas Nitros?)
Tujuan dari proyek six sigma ini
dapat meningkatkan kualitas
produk dengan mengurangi
cacat yang terjadi
c. Why (Mengapa proyek ini
harus dilakukan?)
Menghasikan produk yang
berkualitas merupakan salah
satu misi dari perusahaan,
sehingga kualitas merupakan
prioritas agar customer tidak
kecewa.
d. When (Kapan proyek ini akan
dilaksanakan?)
Data yang diperoleh penulis
berasal dari data produksi tahun
2013, karena perusahan belum
menerapkan sig sigma maka
proyek ini sebagai usulan.
e. Who (Siapa yang
bertanggung jawab dalam
proyek?)
Semua elemen di perusahaan
yang terkait
f. How (Bagaimana proyek tsb
akan dilaksanakan?)
Proyek six sigma dilakukan
dengan cara mengumpulkan
data cacat sebelumnya, dihitung
nilai DPMO dan SQL. Kemudian
mendefenisikan CTQ, lalu dari
CTQ setiap jenis cacat diukur
frekuensinya. Jenis cacat dengan
frekuensi terbesar dianalisis
sebab akibatnya kemudian
diberikan usulan perbaikan


B. Penentuan CTQ
Terdapat 6 CTQ (Critical To
Quality)pada produk Extra Joss
Ginseng Kurma (Nitros), yaitu :
- Tube bocor
- Kurang volume
- Potekan susah
- Emboss No. Batch, No Line,
MD, ED tak Jelas
- Redaksi Miring
- Kontaminasi

7.2.2 Measure
Tahap ini merupkan tahap
untuk mengukur keadaan dan
kondisi perusahaan. Pada tahap ini
akan diuraikan tentang datadata
defect produk Extra Joss Ginseng
Kurma (Nitros). Kemudian dengan
menggunakan diagram pareto, kita
bisa mengetahui cacat dominan
yang sering terjadi.












Perhitungan DPMO dan SQL

DPMO (Defect Per Million
Oppurtunity) adalah ukuran yang
menunjukkan cacat per sejuta
kesempatan
SQL (Sigma Quality Level)
menunjukkan nilai sigma yang
menggambarkan tingkat performance
proses.

DPO = DPU
Oppurtinity

DPMO = DPO x 1.000.000

SQL = perhitungn menggunakan excel :
SQL = -NORMSINV(DPMO/1000000)+1,5
Berdasarkan data dapat diketahui
bahwa nilai DPMO rata-rata proses produksi
Extra Joss Ginseng Kurma (Nitros) adalah
3272,222 artinya setiap memproduksi
sebanyak satu juta produk, terdapat
kemungkinan cacat sebanyak 3273 produk.
Sedangkan rata-rata tingkat sigmanya adalah
4,24.

7.2.3. Analyze
a. Fishbone Diagram
Akar penyebab dari tube bocor :
1. Operator lupa waktu saat
pengecekan tes kebocoran
2. Tiap supplier foil memiliki spesifikasi
yang berbeda
3. Terlalu banyak pressure pada neck
sealing
4. Pre heating error



























Fishbone diagram

Dari akar penyebab yang ada, kemudian
dilakukan sampling untuk mengetahui
penyebab yang paling dominan.













Diagram pareto penyebab dominan tube bocor
Diagram Pareto Cacat Pada Nitros
No CTQ
Jumlah
Cacat
% Kumulatif
1 Tube Bocor 246 41,77 41,77
2
Kurang
Voulume 146 24,79 66,55
3
Potekan
Susah 111 18,85 85,40
4
Redaksi
Miring 45 7,64 93,04
5
Emboss No.
Batch, No
Line, MD,
ED tak Jelas
37 6,28 99,32
6 Kontaminasi 4 0,68 100,00
Jumlah 589 100,00
7.4 Improvement
Menggunakan metode 5W + 1 H
1. Akar Penyebab : Terlalu banyak
pressure
What (Usulan Perbaikan) : Press no
batch setelah cooling
Why (Agar) : neck tube yang masih
rentan karna panas setelah terkena
cooling menjadi kuat kembali dan saat
di press kembali (untuk no batch, no
line, MD dan ED) neck tube tak rapuh
How : Pemindahan pressing batch
setelah cooling
Who : Tim teknik dan produksi
Where : Area produksi
When : secepatnya
2. Akar Penyebab : Tiap supplier
memiliki spesifikasi yang berbeda
What (Usulan Perbaikan) : Sebaiknya
menggunakan satu supplier dalam
pengadaan foil
Why (Agar) : Agar produk yang
didapat lebih seragam hasilnya
How : Foil yang digunakan berasal
dari supplier Pura (Berdasarkan hasil
trial tim pack-dev)
Who : Tim Pack-Dev dan Purchasing
Where : Area produksi
When : secepatnya
3. Akar Penyebab : Pre Heating error
What (Usulan Perbaikan) :
Penggantian thermocouple yang lebih
stabil
Why (Agar) : Agar panas yang
dihasilkan mesin lebih merata
How : Verifikasi thermocouple
Who : Tim QA, tim teknik dan tim
produksi
Where : Area produksi
When : juli 2013
4. Akar Penyebab : Operator lupa
waktu
What (Usulan Perbaikan) : Adanya
alarm sebagai pengingat waktu 5
menit
Why (Agar) : Agar operator tepat
waktu dalam pengecekan tes
kebocoran
How : Menggunakan stopwatch
sebagai alarm
Who : Tim produksi
Where : Area produksi
When : juli 2013



7.5 Control
Konsep pengendalian yang diberikan pada
dasarnya berupa petunjuk kerja atau instruksi
kerja pada saat melakukan proses produksi.
Beberapa tindakan pengendalian yang
diperlakukan adalah sebagai berikut :
- Menjadwalkan training praktek
penggantian no batch yang baru, yaitu
setelah mesin press batch dipindah
setelah cooling unit
- Menjadwalkan waktu kalibrasi
thermocouple secara berkala untuk
memastikan bahwa suhu mesin masih
berjalan stabil
- Verifikasi cara dan hasil pengecekan
kebocoran yang dilakukan operator
secara berkala untuk memastikan
bahwa cara pengecekan kebocoran
yang dilakukan setiap operator sesuai
dengan WI (Work Instructor) yang
sudah ada.

8. Kesimpulan
a. Proses produksi Extra Joss
Ginseng Kurma (Nitros) terdiri dari
beberapa tahap yaitu penimbangan
bahan, preparasi bahan, transfer
bahan, final mixing, pengemasan
primer, sekunder lalu tersier.
b. Parameter periksa untuk produk
Extra Joss Ginseng Kurma (Nitros)
yaitu kebocoran tube, volume
kurang, potekan susah, emboss no
batch, no line, kode MD dan ED tak
jelas, redaksi miring dan
kontaminasi.
c. Sigma quality level untuk proses
produksi Extra Joss Ginseng
Kurma (Nitros) adalah 4,24, ini
berarti proses produksi sudah
berjalan dengan baik.
d. Melalui diagram pareto masalah
diketahui bahwa 41, 77 %
masalah yang mengakibatkan
cacat pada produk Extra Joss
Ginseng Kurma (Nitros) adalah
tube bocor
e. Melalui analisa sebab akibat
menggunakan fishbone diagram
dapat diketahui 4 akar penyebab
terjadinya cacat produk Extra Joss
Ginseng Kurma (Nitros) karena
bocor yaitu :
1.Terlalu banyak pressure
2.Perbedaan karakteristik foil
3. Preheating error
4. Operator lupa waktu

Anda mungkin juga menyukai