Disusun Oleh :
Nama : Ibnu Muchtar Rosyidi
NIM : H0812080
Kelas : AGRIBISNIS 5C
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada saat ini, industri mie instan adalah salah satu sektor industri pangan
yang sudah cukup pesat perkembangannya dan memiliki prospek yang baik.
Perkembangan industri mie instan dapat ilihat dari beberapa faktor. Faktor
pertama adalah dilihat dari jumlah konsumsi mie instan per kapita di
Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika tahun 2000
konsumsi mie instan per kapita hanya mencapai 3,7 kilogram (sama dengan
53,1 bungkus), pada tahun 2005 meningkat 46% menjadi 5 kilogram.
Meningkatnya jumlah konsumsi mie instan memberikan kesan bahwa
industri mie instan merupakan industri yang tahan krisis dan memiliki
peluang yang lebih besar pada masa yang datang. Faktor kedua adalah
meningkatnya jumlah perusahaan yang menjadi produsen mie instan di
Indonesia. Jika pada tahun 2001 terdapat 57 perusahaan yang terjun ke dalam
industri ini, setahun kemudian terjadi peningkatan menjadi 59 perusahaan dan
pada tahun 2005 terdapat 84 perusahaan. Faktor ketiga adalah meningkatnya
volume produksi mie instan setiap tahunnya. Jika pada tahun 2004 volume
produksi mencapai 975.000 ton, pada tahun 2005 meningkat 30% menjadi
1.272.000 ton.
PT Indofood Sukses Makmur (PT ISM), Tbk merupakan produsen
mieinstan di Indonesia yang memproduksi mie instan dengan 40 citarasa dan
beberapa merek. PT ISM, Tbk pada awalnya menguasai pangsa pasar mie
instan di Indonesia 80%, namun seiring dengan semakin banyaknya
perusahaan yang menjadi produsen mie instan, pangsa pasar PT ISM, Tbk
menurun menjadi 70%. Banyaknya produk mie instan yang beredar di
pasaran dan persaingan tingkat produsen yang semakin tinggi, menyebabkan
PT ISM, Tbk harus dapat bertahan dengan baik dan meningkatkan daya saing.
Salah satu cara meningkatkan daya saing adalah perusahaan harus
mengoptimalkan kinerja dari fungsi-fungsi yang ada di perusahaan.
Fungsi produksi dan operasi memegang peranan yang cukup penting
dalam kelangsungan hidup perusahaan, karena 50-60% kegiatan perusahaan
1
2
merupakan aktifitas produksi dan operasi (Render dan Heizer, 2005). Oleh
sebab itu, perusahaan harus memperhatikan setiap kegiatan produksinya dan
meningkatkan efisiensi produksi agar dapat menekan biaya secara
keseluruhan. Efisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengendalian persediaan bahan baku dengan baik.
Bahan baku perlu mendapat perhatian ekstra dari perusahaan, karena
bahan baku sangat menentukan mutu produk mie instan itu sendiri. Sebaik
apapun proses produksi mie instan suatu perusahaan, tidak akan
menghasilkan produk mie instan yang baik dan bermutu, jika bahan baku
yang digunakan tidak bermutu atau dalam kondisi yang tidak baik. Hal ini
menyebabkan pengendalian persediaan bahan baku mutlak perlu dilakukan
perusahaan, baik dari saat pemesanan sampai dengan penyimpanan di
gudang.
Selain itu, sebagian besar perusahaan melibatkan investasi yang besar
pada aspek persediaan bahan baku, yaitu 30-40% (Hill, 1994). Divisi Noodle,
PT ISM, Tbk menggunakan bahan baku tepung terigu dan tepung tapioka
dalam jumlah yang cukup besar yaitu sebesar 1.394.837 zak per tahun dan
10.902 zak per tahun. Jumlah persediaan bahan baku yang berlebihan akan
meningkatkan biaya penyimpanan dan akan menyebabkan opportunity cost
atas modal yang seharusnya dapat diinvestasikan pada sektor lain yang lebih
menguntungkan.
Sebaliknya, jumlah persediaan bahan baku yang tidak mencukupi
kebutuhan akan menyebabkan terganggunya kontinuitas proses produksi dan
operasi perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan harus mengeluarkan
biaya pengadaan darurat yang lebih mahal. Selain itu juga mengakibatkan
mutu pelayanan perusahaan kepada konsumen berkurang dan dapat membuat
konsumen kecewa, serta beralih kepada merek atau perusahaan lain. Oleh
sebab itu, manajemen persediaan bahan baku mutlak harus dilakukan
perusahaan mengingat konsukuensi yang dihadapi perusahaan atas
kekurangan dan kelebihan persediaan bahan baku.
3
2. Permasalahan
a. Bagaimana sistem persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT
Indofood Sukses Makmurm Tbk ?
b. Apa saja biaya dalam persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT
Indofood Sukses Makmurm Tbk ?
3. Tujuan
a. Mengetahui sistem persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT
Indofood Sukses Makmurm Tbk
b. Mengetahui biaya dalam persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT
Indofood Sukses Makmurm Tbk
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Sistem Persediaan
Baroto (2002) mendefinisikan sistem persediaan sebagai suatu
mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang
sehubungan dengan persediaan menjadi output, dimana untuk itu diperlukan
umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Mekanisme sistem ini
adalah pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat persediaan,
menentukan persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi dan
berapa besar pesanan harus dilakukan. Sistem persediaan bertujuan
menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat, dalam
kuantitas yang tepat dan pada waktu yang tepat. Atau dengan kata lain, sistem
dan model persediaan bertujuan untuk meminimumkan biaya total melalui
penentuan apa, berapa dan kapan pesanan dilakukan secara optimal
(Handoko, 2000).
2. Persediaan
a. Pengertian Persediaan
Persediaan adalah barang yang disimpan atau digunakan atau dijual
pada periode mendatang, dapat berupa bahan baku yang disimpan untuk
diproses, komponen yang diproses, barang dalam proses pada proses
manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual (Kusuma, 2004).
Pengertian persediaan menurut Pardede (2003) adalah sejumlah bahan
4
atau barang yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu pada masa yang
akan datang. Persediaan terjadi apabila jumlah bahan atau barang yang
diadakan melalui proses produksi atau pembelian lebih besar daripada
jumlah yang digunakan (dijual atau diolah sendiri).
Persediaan merupakan material yang ditempatkan di sepanjang
jaringan proses produksi dan jalur distribusi (Render dan Heizer, 2005).
Menurut Rangkuti (2004), persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi
barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu
periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih
dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku
yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
b. Peranan dan Fungsi Persediaan
Menurut Sumayang (2003) terdapat tiga alasan mengapa persediaan
diperlukan :
1) Menghilangkan Pengaruh Ketidakpastian.
Untuk menghadapi ketidakpastian, pada sistem persediaan
ditetapkan persediaan darurat yang dinamakan safety stock.
2) Memberi Waktu Luang untuk Pengelolaan Produksi dan Pembelian.
Tujuan ini memberikan kemudahan untuk :
a) Memberikan kemungkinan untuk menyebarkan dan meratakan
beban biaya investasi pada sejumlah produk.
b) Memungkinkan penggunaan satu peralatan untuk menghasilkan
bermacam-macam jenis produk.
3) Mengantisipasi Perubahan pada Demand dan Supply.
Persediaan disiapkan untuk menghadapi beberapa kondisi yang
menunjukan perubahan demand dan supply.
a) Bila ada perkiraan perubahan harga dan persediaan bahan baku.
b) Sebagai persiapan menghadapi promosi pasar, dimana sejumlah
besar barang jadi disimpan menunggu penjualan tersebut.
c) Perusahaan yang melakukan produksi dengan jumlah output tetap
akan mengalami kelebihan produk pada kondisi permintaan yang
5
rendah atau pada kondisi musim lesu atau low season. Kelebihan
produk akan disimpan sebagai persediaan yang akan digunakan
nanti apabila produksi output tidak dapat memenuhi lonjakan
permintaan yaitu pada musim ramai atau pada peak season.
Alasan diperlakukannya persediaan oleh suatu perusahaan pabrik
menurut Assauri (2000) adalah :
1) Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi, untuk
memindahkan produk dari suatu tingkat ke tingkat proses yang lain,
yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan.
2) Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian
membuat jadwal operasinya secara bebas, tidak tergantung dari yang
lainnya.
Menurut Assauri (2000), persediaan yang diadakan mulai dari bentuk
bahan mentah sampai dengan barang jadi yang mana berguna untuk :
1) Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-
bahan yang dibutuhkan perusahaan.
2) Menghilangkan risiko dari material yang dipesan tidak baik, sehingga
harus dikembalikan.
3) Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman
sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
4) Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin
kelancaran arus produksi.
5) Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
6) Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya
dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau
memberikan jaminan tetap tersediannya barang jadi tersebut.
7) Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan
penggunaan atau penjualannya.
1) Fungsi Decoupling
Fungsi decoupling persediaan adalah fungsi persediaan yang
memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan
tanpa tergantung kepada pemasok. Persediaan bahan mentah diadakan
agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaan
dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam
proses dilakukan agar departemen-departemen dan proses-proses
individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi
diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari
para pelanggan.
2) Fungsi Economic Lot Sizing
Fungsi economic lot sizing adalah fungsi persediaan yang perlu
mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya
pengangkutan per unit menjadi lebih murah dansebagainya.
3) Fungsi Antisipasi
Fungsi antisipasi adalah fungsi persediaan dalam menghadapi
fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan
berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan
musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan
musiman atau seasional inventories. Selain itu perusahaan juga sering
menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengriman dan permintaan
barang-barang selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan
memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman atau
safety stock.
c. Jenis dan Tipe Persediaan
Menurut Assauri (2000), berdasarkan fungsinya persediaan dibedakan
atas :
1) Batch stock atau lot size inventory adalah persediaan yang diadakan
karena membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang
dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada
saat itu.
7
Ancol tergolong berskala besar dan merupakan pabrik yang pertama kali
berdiri.
Divisi Noodle, PT ISM, Tbk cabang Ancol terletak di Jalan Ancol I No.
4-5, Ancol Barat Jakarta Utara. Perusahaan ini berbatasan dengan PT
Wirantono di sebelah utara, gudang kaca PT Asahi Mas di sebelah timur,
Jalan Ancol I di sebelah selatan dan PT Wuhan di sebelah barat.
2. Sistem Persediaan Bahan Baku Divisi Noodle, PT ISM, Tbk
Divisi Noodle, merupakan divisi dari PT ISM, Tbk yang melaksanakan
proses produksinya dengan menggunakan bahan baku yang cukup besar
kuantitasnya. Mengingat begitu pentingnya pengadaan bahan baku untuk
mendukung aktivitas produksi, maka perusahaan memandang perlu untuk
dilakukan sistem persediaan bahan baku yang terpadu sehingga efektifitas
pengadaan bahan baku dapat tercapai.
Motivasi perusahaan dalam melaksanakan sistem persediaan bahan baku
adalah tercapainya efisiensi dan efektivitas produksi dimana kelangsungan
proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Ini berarti dengan adanya
sistem persediaan bahan baku dalam jumlah, mutu dan waktu yang tepat, serta
biaya minimal yang dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran
produksi.
Sistem persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT ISM, Tbk menjadi
tanggung jawab Departemen PPIC. Departemen ini berperan dalam
menyusun rencana produksi, mengkoordinir pengadaan bahan baku untuk
kegiatan produksi, memonitor tingkat persediaan, menentukan persediaan
yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi dan berapa pesanan yang
harus dilakukan. Departemen PPIC dipimpin oleh seorang PPIC Supervisor,
yang dibantu oleh sejumlah staf administrasi untuk mendukung pekerjaannya.
Dalam struktur organisasi Divisi Noodle, PT ISM, Tbk, Departemen PPIC
berada dalam naungan Direktorat Manufacturing yang dipimpin oleh Factory
Manager.
3. Karakteristik Bahan Baku PT ISM, Tbk
12
khas dari produk. Tepung terigu cap Cakra Kembar adalah terigu yang
bermutu paling baik untuk pembuatan roti dan mie karena memiliki
kandungan protein yang paling tinggi, yaitu sebesar 13% yang dihasilkan
dari 100% hard wheat, mempunyai masa gluten yang kuat dan ulet dengan
daya serap air minimal 60%, serta memiliki daya mengembang yang
paling baik. Tepung terigu cap Segitiga Biru adalah tepung medium yang
dihasilkan dari pencampuran gandum berkadar protein tinggi dengan
protein rendah, sehingga kadar proteinnya 10,5-11,5%, mempunyai daya
serap air minimal 58% serta memiliki daya mengembang yang sedang.
Sedangkan tepung terigu cap Segitiga Hijau adalah tepung lunak yang
dihasilkan dari gandum berkadar protein rendah (9%), mempunyai daya
serap air minimal 57% serta memiliki daya mengembang yang rendah.
Masing-masing jenis tepung terigu tersebut dikemas dalam karung dengan
berat per karung 25 kg.
b. Tepung Tapioka
Selain tepung terigu, campuran lain untuk adonan mie instan adalah
tepung tapioka. Tepung tapioka digunakan untuk membentuk tekstur mie
menjadi lebih keras, sehingga adonan mudah dibentuk sesuai dengan yang
diinginkan. Tepung tapioca yang baik digunakan untuk pembuatan mie
instan adalah memiliki pH 4-8 dan kadar pati 80%. Tepung tapioka ini
diperoleh dari perusahaan Darma Grindo, Lampung. Tepung tapioka ini
dikemas dalam karung dengan berat per karung 50 kg.
c. Bahan Baku Tambahan
Bahan baku tambahan merupakan bahan yang dipakai dalam proses
produksi yang akan mempengaruhi mutu adonan yang dibuat. Bahan baku
tambahan yang dipakai adalah :
1) Air
Air digunakan untuk membentuk tekstur adonan dan gluten,
mengkontrol kepadatan dan suhu adonan, melarutkan garam dan bahan-
bahan tambahan lainnya, sehingga bahanbahan tersebut dapat tersebar
secara merata dalam adonan. Air yang digunakan harus air bersih, baik
14
secara kimiawi maupun mikro biologis dan berasal dari Perusahaan Air
Minum (PAM).
2) Alkali
Alkali merupakan campuran dari zat antioksidan, pengemulsi,
pengatur keasaman, pengental, pengembang, pewarna, mineral dan
penguat rasa yang aman untuk dikonsumsi dan berfungsi untuk
membuat bentuk, warna, rasa dan mutu mie instan lebih baik. Dalam
penelitian ini dibahas pengendalian persediaan bahan baku tepung
terigu dan tepung tapioka. Hal ini disebabkan tepung terigu dan tepung
tapioka adalah bahan baku utama dan pemakaiannya paling besar.
4. Identifikasi Kebutuhan Bahan Baku PT ISM, Tbk
Identifikasi kebutuhan bahan baku adalah penentuan jumlah bahan baku
yang diperlukan untuk produksi mendatang. Identifikasi tersebut dilakukan
berdasarkan perkiraan penjualan produk mie instan yang dihasilkan
perusahaan dan pemakaian bahan baku pada periode sebelumnya.
5. Prosedur Pembelian dan Penerimaan Bahan Baku PT ISM, Tbk
Sistem pembelian dan penerimaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT
ISM, Tbk melibatkan beberapa pihak yang saling berkepentingan menurut
fungsinya dalam perusahaan, yaitu Departemen ASP, PPIC, Purchasing
(Pembelian), Ware House (Gudang), PDQC dan Finance and Accounting. Ke
enam bagian ini memegang peranan penting dalam pengadaan bahan baku
baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga produksi dapat
berlangsung karena ketersediaan bahan baku tersebut. Sebelum melakukan
pemesanan bahan baku,
Departemen ASP memberikan masukan kepada Departemen PPIC
berupa peramalan atau prediksi penjualan produk jadi untuk satu minggu ke
depan berdasarkan kondisi pasar dan pengalaman pada periode-periode
sebelumnya. Selanjutnya dari peramalan penjualan produk dan data
pemakaian bahan baku tiga perode sebelumnya, Departemen PPIC akan
merencanakan kebutuhan bahan baku. Kemudian, Departemen PPIC
mengajukan permintaan pembelian dengan membuat atau mengisi formulir
15
berat) dan jumlah barang yang diterima dengan yang tercantum di dalam PO.
Kemudian barang diuji oleh Departemen QC dengan mengambil contoh
secara acak. Jika hasil dari pemeriksaan dan pengujian tidak sesuai dengan
yang tercantum dalam PO dan standar dalam kontrak ataupun dokumennya
tidak lengkap, maka bagian Departemen Purchasing akan mengembalikan
barang tersebut kepada pihak pemasok dan meminta penggantian barang.
Sedangkan apabila barang yang diterima telah memenuhi syarat, maka bagian
penerimaan di gudang akan mengeluarkan bukti penerimaan dan mencatat
barang-barang yang diterima ke dalam kartu persediaan.
6. Penyimpanan Bahan Baku PT ISM, Tbk
Bahan baku yang menjadi bagian penting dalam proses produksi
ditempatkan di gudang bahan baku. Hal yang berkenaan dengan penyimpanan
bahan baku berada pada wewenang Departemen Warehouse (Gudang).
Departemen Gudang bertanggungjawab atas keluar masuknya bahan baku
serta penyimpanannya. Dalam manajemen gudang bahan baku Divisi Noodle,
PT ISM, Tbk terdapat prosedur penanganan bahan baku, yaitu :
a. Penerimaan
Penerimaan bahan baku ke Departemen Warehouse (Gudang)
merupakan hasil pemesanan yang dilakukan oleh Departemen Purchasing.
Sebelum masuk gudang, bagian penerimaan barang digudang akan
mengontrol jumlah yang diterima berdasarkan pesanan (PO) dan
selanjutnya Departemen QC akan mengambil contoh untuk memeriksa
mutu yang telah ditetapkan. Apabila sudah sesuai standar kemudian
Departemen Gudang akan membuat nota bukti penerimaan bahan dan
mencatatnya ke dalam kartu persediaan.
Perhitungan jumlah bahan baku tepung terigu dan tepung tapioka akan
disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan oleh Divisi Noodle, PT
ISM, Tbk. Tepung tapioka mempunyai berat 50 kg per zak, dan perusahaan
telah memperhitungkan rendemen, sehingga berat per zak 49,85 kg.
Sedangkan untuk tepung terigu, berat per zaknya 25 kg dan perusahaan
17
Harga pembelian tepung terigu Cakra Kembar Rp 88.800 per zak, tepung
terigu Segitiga Biru sebesar Rp 79.200 per zak, tepung terigu Segitiga Hijau
sebesar Rp 66.300 per zak dan tepung tapioca sebesar Rp 222.000 per zak.
Pemasok tidak membatasi jumlah pembelian karena selama ini pemasok
20
Tabel 3. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per tahun (Rp/zak/tahun)
21
Tabel 4. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per hari (Rupiah /zak/hari)
Total biaya persediaan bahan baku di Divisi Noodle, PT ISM, Tbk pada
tahun 2006 adalah Rp 5.278.980 per hari atau Rp 1.647.041.622 per tahun.
Biaya persediaan bahan baku terbesar selama tahun 2006 adalah biaya
persediaan bahan baku jenis tepung terigu Cakra Kembar, yaitu Rp 3.745.432
per hari atau Rp. 1.168.574.784 per tahun. Sementara itu yang terendah
adalah jenis bahan baku tepung tapioka Rp 132.789 per hari atau Rp
41.430.230 per tahun.
Besarnya biaya persediaan bahan baku tepung terigu Cakra Kembar
dikarenakan jumlah persediaan rataan bahan baku tepung terigu Cakra
Kembar cukup besar, yaitu 14.126 zak dan rataan kekurangan bahan yang
juga besar, yaitu 92 per hari. Sedangkan rendahnya biaya persediaan bahan
baku tepung tapioca dikarenakan jumlah persediaan rataan bahan baku tepung
tapioca rendah yaitu 589 zak dan rataan kekurangan bahan yang rendah, yaitu
0,6 zak per hari. Total biaya persediaan bahan baku per hari untuk masing-
masing bahan baku dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Total biaya persediaan bahan baku per hari (Rupiah / hari)
Berdasarkan total biaya persediaan bahan baku per hari, maka total biaya
persediaan bahan baku yang telah dikeluarkan oleh perusahaan per tahun
dapat dilihat pada Tabel 8.
25
Tabel 8. Total biaya persediaan bahan baku pada tahun 2006 (Rupiah / tahun)
D. KESIMPULAN
1. Bahan baku utama yang digunakan oleh Divisi Noodle, PT ISM, Tbk adalah
tepung terigu dan tepung tapioka. Tepung terigu yang digunakan oleh Divisi
Noodle, PT ISM, Tbk terdiri dari tiga jenis, yaitu strong flour (tepung keras
cap Cakra Kembar), medium flour (tepung setengah keras cap Segitiga Biru)
dan soft flour (tepung lunak cap Segitiga Hijau). Penentuan jumlah bahan
baku yang dipesan didasarkan oleh perkiraan perusahaan terhadap jumlah
penjualan produk mie instan pada masa mendatang dan rataan pemakaian
bahan baku pada tiga periode sebelumnya. Sistem manajemen persediaan
bahan baku di Divisi Noodle, PT ISM, Tbk menghasilkan total biaya
persediaan untuk semua bahan baku Rp 1.647.041.822 per tahun
2. Biaya yang terdapat dalam manejemen persediaan Divisi Noodle, PT ISM,
Tbk adalah biaya pemesanan , biaya administrasi, Biaya utilitas, Biaya upah,
Biaya Maintenance dan Equipment, Biaya Modal, biaya penyimpanan, biaya
pemesanan khusus, biaya kehilangan keuntungan
DAFTAR PUSTAKA