Anda di halaman 1dari 29

TUGAS MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI

Manajamene Persediaan Bahan Baku Produk Mie Instan


PT Indofood Sukses Makmur, Tbk

Disusun Oleh :
Nama : Ibnu Muchtar Rosyidi
NIM : H0812080
Kelas : AGRIBISNIS 5C

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
A. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
2. Permasalahan ......................................................................................... 3
3. Tujuan .................................................................................................... 3
B. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3
1. Sistem Persediaan .................................................................................. 3
2. Persediaan .............................................................................................. 3
C. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 10
1. Sejarah PT Indofood Sukses Makmur, Tbk .......................................... 10
2. Sistem Persediaan Bahan Baku Divisi Noodle, PT ISM, Tbk............... 11
3. Karakteristik Bahan Baku PT ISM, Tbk .............................................. 12
4. Identifikasi Kebutuhan Bahan Baku PT ISM, Tbk .............................. 14
5. Prosedur Pembelian dan Penerimaan Bahan Baku PT ISM, Tbk ........ 14
6. Penyimpanan Bahan Baku PT ISM, Tbk ............................................. 16
7. Biaya-Biaya Persediaan Bahan Baku PT ISM, Tbk ............................. 19
8. Manajemen Persediaan Bahan Baku PT ISM, Tbk .............................. 23
D. KESIMPULAN .......................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar bahan baku tepung terigu ..................................................... 12


Tabel 2. Biaya pemesanan bahan baku per pemesanan ................................... 19
Tabel 3. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per tahun (Rp/zak/tahun) ... 21
Tabel 4. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per hari (Rupiah /zak/hari) 22
Tabel 5. Biaya kekurangan bahan baku per zak (Rupiah/zak) ......................... 22
Tabel 6. Frekuensi pemesanan per hari, rataan jumlah persediaan bahan baku
dan rataan kekurangan bahan per hari pada tahun 2006 .................... 23
Tabel 7. Total biaya persediaan bahan baku per hari (Rupiah / hari) .............. 24
Tabel 8. Total biaya persediaan bahan baku pada tahun 2006 (Rupiah / tahun) 25

iii
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada saat ini, industri mie instan adalah salah satu sektor industri pangan
yang sudah cukup pesat perkembangannya dan memiliki prospek yang baik.
Perkembangan industri mie instan dapat ilihat dari beberapa faktor. Faktor
pertama adalah dilihat dari jumlah konsumsi mie instan per kapita di
Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika tahun 2000
konsumsi mie instan per kapita hanya mencapai 3,7 kilogram (sama dengan
53,1 bungkus), pada tahun 2005 meningkat 46% menjadi 5 kilogram.
Meningkatnya jumlah konsumsi mie instan memberikan kesan bahwa
industri mie instan merupakan industri yang tahan krisis dan memiliki
peluang yang lebih besar pada masa yang datang. Faktor kedua adalah
meningkatnya jumlah perusahaan yang menjadi produsen mie instan di
Indonesia. Jika pada tahun 2001 terdapat 57 perusahaan yang terjun ke dalam
industri ini, setahun kemudian terjadi peningkatan menjadi 59 perusahaan dan
pada tahun 2005 terdapat 84 perusahaan. Faktor ketiga adalah meningkatnya
volume produksi mie instan setiap tahunnya. Jika pada tahun 2004 volume
produksi mencapai 975.000 ton, pada tahun 2005 meningkat 30% menjadi
1.272.000 ton.
PT Indofood Sukses Makmur (PT ISM), Tbk merupakan produsen
mieinstan di Indonesia yang memproduksi mie instan dengan 40 citarasa dan
beberapa merek. PT ISM, Tbk pada awalnya menguasai pangsa pasar mie
instan di Indonesia 80%, namun seiring dengan semakin banyaknya
perusahaan yang menjadi produsen mie instan, pangsa pasar PT ISM, Tbk
menurun menjadi 70%. Banyaknya produk mie instan yang beredar di
pasaran dan persaingan tingkat produsen yang semakin tinggi, menyebabkan
PT ISM, Tbk harus dapat bertahan dengan baik dan meningkatkan daya saing.
Salah satu cara meningkatkan daya saing adalah perusahaan harus
mengoptimalkan kinerja dari fungsi-fungsi yang ada di perusahaan.
Fungsi produksi dan operasi memegang peranan yang cukup penting
dalam kelangsungan hidup perusahaan, karena 50-60% kegiatan perusahaan

1
2

merupakan aktifitas produksi dan operasi (Render dan Heizer, 2005). Oleh
sebab itu, perusahaan harus memperhatikan setiap kegiatan produksinya dan
meningkatkan efisiensi produksi agar dapat menekan biaya secara
keseluruhan. Efisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengendalian persediaan bahan baku dengan baik.
Bahan baku perlu mendapat perhatian ekstra dari perusahaan, karena
bahan baku sangat menentukan mutu produk mie instan itu sendiri. Sebaik
apapun proses produksi mie instan suatu perusahaan, tidak akan
menghasilkan produk mie instan yang baik dan bermutu, jika bahan baku
yang digunakan tidak bermutu atau dalam kondisi yang tidak baik. Hal ini
menyebabkan pengendalian persediaan bahan baku mutlak perlu dilakukan
perusahaan, baik dari saat pemesanan sampai dengan penyimpanan di
gudang.
Selain itu, sebagian besar perusahaan melibatkan investasi yang besar
pada aspek persediaan bahan baku, yaitu 30-40% (Hill, 1994). Divisi Noodle,
PT ISM, Tbk menggunakan bahan baku tepung terigu dan tepung tapioka
dalam jumlah yang cukup besar yaitu sebesar 1.394.837 zak per tahun dan
10.902 zak per tahun. Jumlah persediaan bahan baku yang berlebihan akan
meningkatkan biaya penyimpanan dan akan menyebabkan opportunity cost
atas modal yang seharusnya dapat diinvestasikan pada sektor lain yang lebih
menguntungkan.
Sebaliknya, jumlah persediaan bahan baku yang tidak mencukupi
kebutuhan akan menyebabkan terganggunya kontinuitas proses produksi dan
operasi perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan harus mengeluarkan
biaya pengadaan darurat yang lebih mahal. Selain itu juga mengakibatkan
mutu pelayanan perusahaan kepada konsumen berkurang dan dapat membuat
konsumen kecewa, serta beralih kepada merek atau perusahaan lain. Oleh
sebab itu, manajemen persediaan bahan baku mutlak harus dilakukan
perusahaan mengingat konsukuensi yang dihadapi perusahaan atas
kekurangan dan kelebihan persediaan bahan baku.
3

2. Permasalahan
a. Bagaimana sistem persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT
Indofood Sukses Makmurm Tbk ?
b. Apa saja biaya dalam persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT
Indofood Sukses Makmurm Tbk ?
3. Tujuan
a. Mengetahui sistem persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT
Indofood Sukses Makmurm Tbk
b. Mengetahui biaya dalam persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT
Indofood Sukses Makmurm Tbk
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Sistem Persediaan
Baroto (2002) mendefinisikan sistem persediaan sebagai suatu
mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang
sehubungan dengan persediaan menjadi output, dimana untuk itu diperlukan
umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Mekanisme sistem ini
adalah pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat persediaan,
menentukan persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi dan
berapa besar pesanan harus dilakukan. Sistem persediaan bertujuan
menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat, dalam
kuantitas yang tepat dan pada waktu yang tepat. Atau dengan kata lain, sistem
dan model persediaan bertujuan untuk meminimumkan biaya total melalui
penentuan apa, berapa dan kapan pesanan dilakukan secara optimal
(Handoko, 2000).
2. Persediaan
a. Pengertian Persediaan
Persediaan adalah barang yang disimpan atau digunakan atau dijual
pada periode mendatang, dapat berupa bahan baku yang disimpan untuk
diproses, komponen yang diproses, barang dalam proses pada proses
manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual (Kusuma, 2004).
Pengertian persediaan menurut Pardede (2003) adalah sejumlah bahan
4

atau barang yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu pada masa yang
akan datang. Persediaan terjadi apabila jumlah bahan atau barang yang
diadakan melalui proses produksi atau pembelian lebih besar daripada
jumlah yang digunakan (dijual atau diolah sendiri).
Persediaan merupakan material yang ditempatkan di sepanjang
jaringan proses produksi dan jalur distribusi (Render dan Heizer, 2005).
Menurut Rangkuti (2004), persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi
barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu
periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih
dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku
yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
b. Peranan dan Fungsi Persediaan
Menurut Sumayang (2003) terdapat tiga alasan mengapa persediaan
diperlukan :
1) Menghilangkan Pengaruh Ketidakpastian.
Untuk menghadapi ketidakpastian, pada sistem persediaan
ditetapkan persediaan darurat yang dinamakan safety stock.
2) Memberi Waktu Luang untuk Pengelolaan Produksi dan Pembelian.
Tujuan ini memberikan kemudahan untuk :
a) Memberikan kemungkinan untuk menyebarkan dan meratakan
beban biaya investasi pada sejumlah produk.
b) Memungkinkan penggunaan satu peralatan untuk menghasilkan
bermacam-macam jenis produk.
3) Mengantisipasi Perubahan pada Demand dan Supply.
Persediaan disiapkan untuk menghadapi beberapa kondisi yang
menunjukan perubahan demand dan supply.
a) Bila ada perkiraan perubahan harga dan persediaan bahan baku.
b) Sebagai persiapan menghadapi promosi pasar, dimana sejumlah
besar barang jadi disimpan menunggu penjualan tersebut.
c) Perusahaan yang melakukan produksi dengan jumlah output tetap
akan mengalami kelebihan produk pada kondisi permintaan yang
5

rendah atau pada kondisi musim lesu atau low season. Kelebihan
produk akan disimpan sebagai persediaan yang akan digunakan
nanti apabila produksi output tidak dapat memenuhi lonjakan
permintaan yaitu pada musim ramai atau pada peak season.
Alasan diperlakukannya persediaan oleh suatu perusahaan pabrik
menurut Assauri (2000) adalah :
1) Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi, untuk
memindahkan produk dari suatu tingkat ke tingkat proses yang lain,
yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan.
2) Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian
membuat jadwal operasinya secara bebas, tidak tergantung dari yang
lainnya.
Menurut Assauri (2000), persediaan yang diadakan mulai dari bentuk
bahan mentah sampai dengan barang jadi yang mana berguna untuk :
1) Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-
bahan yang dibutuhkan perusahaan.
2) Menghilangkan risiko dari material yang dipesan tidak baik, sehingga
harus dikembalikan.
3) Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman
sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
4) Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin
kelancaran arus produksi.
5) Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
6) Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya
dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau
memberikan jaminan tetap tersediannya barang jadi tersebut.
7) Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan
penggunaan atau penjualannya.

Menurut Rangkuti (2004) terdapat tiga fungsi persediaan, yaitu :


6

1) Fungsi Decoupling
Fungsi decoupling persediaan adalah fungsi persediaan yang
memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan
tanpa tergantung kepada pemasok. Persediaan bahan mentah diadakan
agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaan
dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam
proses dilakukan agar departemen-departemen dan proses-proses
individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi
diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari
para pelanggan.
2) Fungsi Economic Lot Sizing
Fungsi economic lot sizing adalah fungsi persediaan yang perlu
mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya
pengangkutan per unit menjadi lebih murah dansebagainya.
3) Fungsi Antisipasi
Fungsi antisipasi adalah fungsi persediaan dalam menghadapi
fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan
berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan
musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan
musiman atau seasional inventories. Selain itu perusahaan juga sering
menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengriman dan permintaan
barang-barang selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan
memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman atau
safety stock.
c. Jenis dan Tipe Persediaan
Menurut Assauri (2000), berdasarkan fungsinya persediaan dibedakan
atas :
1) Batch stock atau lot size inventory adalah persediaan yang diadakan
karena membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang
dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada
saat itu.
7

2) Fluctuation stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi


fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3) Anticipation stock adalah persediaan yang diadakan untuk mengahadapi
fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola
musiman yang terdapat pada satu tahun dan untuk menghadapi
penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat.
Menurut Handoko (2000), berdasarkan jenisnya persediaan dapat
dibedakan atas :
1) Persediaan bahan mentah atau raw material, yaitu persediaan barang-
barang berwujud, seperti baja, kayu, dan komponenkomponen lainnya
yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat
diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para pemasok atau
dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses
produksi selanjutnya.
2) Persediaan komponen-komponen rakitan atau purchased part, yaitu
persediaan barang-barang yang terdiri dari komponenkomponen yang
diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit
menjadi suatu produk.
3) Persediaan bahan penolong atau supplies, yaitu persediaan barang-
barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak
merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4) Persediaan barang dalam proses atau work in process, yaitu
persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap
bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadisuatu
bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5) Persediaan barang jadi atau finished goods, yaitu persediaan barang-
barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap
untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.
Pembagian tipe persediaan berdasarkan sifat permintaan
(Sumayang, 2003), terbagi atas :
8

1) Independent demand (permintaan bebas) atas persediaan, yaitu


persediaan untuk jenis-jenis produk atau bahan baku yang permintaan
atau penggunaaannya tidak bergantung kepada produk atau bahan
baku lain.
2) Dependent demand (Permintaan terikat) atas persediaan, yaitu
persediaan untuk jenis-jenis produk atau bahan baku yang permintaan
atau penggunaaannya bergantung kepada produk atau bahan baku
lain. Biasanya digunakan untuk jenis-jenis persediaan komponen dan
barang dalam proses untuk menghasilkan produk akhir.
d. Biaya-Biaya Persediaan
Menurut Rangkuti (2004) untuk mengambil keputusan penentuan
besarnya jumlah persediaan, biaya-biaya yang harus dipertimbangkan
adalah :
1) Biaya Penyimpanan atau Holding Cost
Biaya penyimpanan atau holding cost adalah biaya-biaya yang
bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya
penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan
yang dipesan semakin banyak atau rataan persediaan semakin tinggi.
Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah :
a) Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan termasuk penerangan,
pendingin ruangan, dan sebagainya.
b) Biaya modal atau opportunity cost of capital, yaitu alternatif
pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan.
c) Biaya keusangan.
d) Biaya perhitungan fisik.
e) Biaya asuransi persediaan.
f) Biaya pajak persediaan.
g) Biaya pencurian, pengerusakan, atau perampokan.
h) Biaya penanganan persediaan dan sebagainya.
2) Biaya Pemesanan atau Ordering Cost
9

Pada umumnya, biaya pemesanan (di luar biaya bahan dan


potongan kuantitas) tidak naik, apabila kuantitas pesanan bertambah
besar. Biaya-biaya pesanan meliputi :
a) Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi.
b) Upah.
c) Biaya telepon.
d) Pengeluaran surat menyurat.
e) Biaya pengepakan dan penimbangan.
f) Biaya pemeriksaan atau inspeksi penerimaan.
g) Biaya pengiriman ke gudang.
h) Biaya utang lancar dan sebagainya.
3) Biaya Penyiapan atau Set-Up Cost
Biaya penyiapan atau set-up cost terjadi apabila bahan-bahan
tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan. Biaya-
biaya ini terdiri dari :
a) Biaya mesin-mesin menganggur.
b) Biaya persiapan tenaga kerja langsung.
c) Biaya penjadwalan.
d) Biaya ekspedisi dan sebagainya.
4) Biaya Kehabisan atau Kekurangan Bahan atau Shortage Cost
Biaya kehabisan atau kekurangan bahan atau shortage cost adalah
biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya
permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan
bahan adalah :
a) Kehilangan penjualan.
b) Kehilangan pelanggan.
c) Biaya pemesanan khusus.
d) Biaya ekspedisi.
e) Kehilangan keuntungan.
f) Terganggunya operasi.
g) Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.
10

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Sejarah PT Indofood Sukses Makmur, Tbk
PT ISM, Tbk bergerak dalam bidang industri makanan olahan yaitu
pembuatan mie instan dan pengemasannya. PT ISM, Tbk didirikan pada
tahun 1970 dengan nama PT Sanmaru Food Manufacturing Co, Ltd.
Perusahaan ini mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1971 dengan
jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak 70 orang.
Pada tahun 1984 dan tahun 1988 terdapat dua perusahaan yang
bergabung dengan PT Sanmaru Food Manufacturing Co, Ltd, yaitu PT Sarimi
Asli Jaya dan PT Lambang Insan Makmur. Kemudian, pada tahun 1990 PT
Sanmaru Food Manufacturing Co, Ltd mengubah namanya menjadi PT
Panganjaya Intikusuma berdasarkan akta pendirian No. 228, tanggal 14
Agustus 1990.
Pada tahun 1994, perusahaan ini merubah namanya menjadi PT ISM
berdasarkan akta pendirian No. 51, tanggal 5 Februari 1994. Seminggu
kemudian yaitu pada tanggal 12 Februari 1994, perusahaan melakukan
merger atau penggabungan dengan 18 perusahaan lain yang juga bergerak
dalam bidang industri makanan. Perusahaan-perusahaan yang melakukan
merger tersebut selanjutnya dibagi menjadi beberapa divisi di PT ISM.
Divisi-divisi tersebut, antara lain Divisi Noodle, Divisi Ingredient, Divisi
Packaging, Divisi Baby Food, Divisi Beverage, Divisi Snack, Divisi
Distribusi, dan Divisi Pastry.
Pada tanggal 7 Maret 1994, PT ISM mengubah statusnya dari Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) menjadi berstatus Penanaman Modal Asing
(PMA) dan pada tahun yang sama, PT ISM telah menjadi perusahaan yang
go public dengan nama PT ISM, Tbk. Divisi Noodle yang merupakan salah
satu divisi dalam PT ISM, Tbk mempunyai 15 kantor cabang yang tersebar
di seluruh Indonesia yaitu di Medan, Lampung, Palembang, Pontianak,
Pekanbaru, Banjarmasin, Semarang, Cibitung, Ancol, Bandung, Surabaya,
Beji, Teluk Kumai, Menado, dan Ujung Pandang. Divisi Noodle cabang
11

Ancol tergolong berskala besar dan merupakan pabrik yang pertama kali
berdiri.
Divisi Noodle, PT ISM, Tbk cabang Ancol terletak di Jalan Ancol I No.
4-5, Ancol Barat Jakarta Utara. Perusahaan ini berbatasan dengan PT
Wirantono di sebelah utara, gudang kaca PT Asahi Mas di sebelah timur,
Jalan Ancol I di sebelah selatan dan PT Wuhan di sebelah barat.
2. Sistem Persediaan Bahan Baku Divisi Noodle, PT ISM, Tbk
Divisi Noodle, merupakan divisi dari PT ISM, Tbk yang melaksanakan
proses produksinya dengan menggunakan bahan baku yang cukup besar
kuantitasnya. Mengingat begitu pentingnya pengadaan bahan baku untuk
mendukung aktivitas produksi, maka perusahaan memandang perlu untuk
dilakukan sistem persediaan bahan baku yang terpadu sehingga efektifitas
pengadaan bahan baku dapat tercapai.
Motivasi perusahaan dalam melaksanakan sistem persediaan bahan baku
adalah tercapainya efisiensi dan efektivitas produksi dimana kelangsungan
proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Ini berarti dengan adanya
sistem persediaan bahan baku dalam jumlah, mutu dan waktu yang tepat, serta
biaya minimal yang dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran
produksi.
Sistem persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT ISM, Tbk menjadi
tanggung jawab Departemen PPIC. Departemen ini berperan dalam
menyusun rencana produksi, mengkoordinir pengadaan bahan baku untuk
kegiatan produksi, memonitor tingkat persediaan, menentukan persediaan
yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi dan berapa pesanan yang
harus dilakukan. Departemen PPIC dipimpin oleh seorang PPIC Supervisor,
yang dibantu oleh sejumlah staf administrasi untuk mendukung pekerjaannya.
Dalam struktur organisasi Divisi Noodle, PT ISM, Tbk, Departemen PPIC
berada dalam naungan Direktorat Manufacturing yang dipimpin oleh Factory
Manager.
3. Karakteristik Bahan Baku PT ISM, Tbk
12

Divisi Noodle, PT ISM, Tbk menggunakan beberapa bahan baku dalam


pembuatan mie instan. Bahan baku yang digunakan didatangkan dari
beberapa perusahaan yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
oleh perusahaan. Adapun bahan baku tersebut adalah :
a. Tepung Terigu
Bahan baku utama pembuatan mie instan adalah tepung terigu.
Tepung terigu diperoleh dari biji gandum yang digiling. Fungsi tepung
terigu dalam pembuatan mie instan, antara lain memberi atau membentuk
adonan selama proses pencampuran, menarik atau mengikat bahan lain
dan mendistribusikan secara merata, mengikat gas selama proses
penggorengan, membentuk struktur mie instan, serta sebagai sumber
karbohidrat dan protein. Tepung terigu yang digunakan Divisi Noodle, PT
ISM, Tbk secara rutin diperoleh dari perusahaan lokal yaitu PT Bogasari
Flour Mills Indonesia.
Divisi Noodle, PT ISM, Tbk menggunakan tiga jenis tepung terigu
sebagai bahan baku utama, yaitu strong flour (tepung keras cap Cakra
Kembar), medium flour (tepung setengah keras cap Segitiga Biru) dan soft
flour (tepung lunak cap Segitiga Hijau). Ketiga jenis tepung tersebut bukan
dianggap sebagai kelas-kelas mutu tepung, tetapi mempunyai klasifikasi
khusus sehingga akan disesuaikan untuk tujuan penggunaan berbeda.
Ketiga jenis tepung tersebut sudah mengandung telur sehingga
mempunyai kadar protein tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan penanganan dalam proses pembuatan mie instan. Adapun
standar bahan baku tepung terigu dapat telihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Standar bahan baku tepung terigu
No Jenis Tepung pH Kadar Air Gluten Protein
(%) (%) (%)
1 Cakra Kembar 5,5-6,8 14,5 (Max) 31 ( Min ) 13
2 Segitiga Biru 5,5-6,8 14 ( Max ) 25 ( Min ) 10,5-11,5
3 Segitiga Hijau 5,5-6,8 14 ( Max ) 21 ( Min ) 9
Dalam proses pembuatan mie instan dikehendaki terigu yang
memiliki kadar protein 8-12% untuk menghasilkan tekstur dan rasa yang
13

khas dari produk. Tepung terigu cap Cakra Kembar adalah terigu yang
bermutu paling baik untuk pembuatan roti dan mie karena memiliki
kandungan protein yang paling tinggi, yaitu sebesar 13% yang dihasilkan
dari 100% hard wheat, mempunyai masa gluten yang kuat dan ulet dengan
daya serap air minimal 60%, serta memiliki daya mengembang yang
paling baik. Tepung terigu cap Segitiga Biru adalah tepung medium yang
dihasilkan dari pencampuran gandum berkadar protein tinggi dengan
protein rendah, sehingga kadar proteinnya 10,5-11,5%, mempunyai daya
serap air minimal 58% serta memiliki daya mengembang yang sedang.
Sedangkan tepung terigu cap Segitiga Hijau adalah tepung lunak yang
dihasilkan dari gandum berkadar protein rendah (9%), mempunyai daya
serap air minimal 57% serta memiliki daya mengembang yang rendah.
Masing-masing jenis tepung terigu tersebut dikemas dalam karung dengan
berat per karung 25 kg.
b. Tepung Tapioka
Selain tepung terigu, campuran lain untuk adonan mie instan adalah
tepung tapioka. Tepung tapioka digunakan untuk membentuk tekstur mie
menjadi lebih keras, sehingga adonan mudah dibentuk sesuai dengan yang
diinginkan. Tepung tapioca yang baik digunakan untuk pembuatan mie
instan adalah memiliki pH 4-8 dan kadar pati 80%. Tepung tapioka ini
diperoleh dari perusahaan Darma Grindo, Lampung. Tepung tapioka ini
dikemas dalam karung dengan berat per karung 50 kg.
c. Bahan Baku Tambahan
Bahan baku tambahan merupakan bahan yang dipakai dalam proses
produksi yang akan mempengaruhi mutu adonan yang dibuat. Bahan baku
tambahan yang dipakai adalah :
1) Air
Air digunakan untuk membentuk tekstur adonan dan gluten,
mengkontrol kepadatan dan suhu adonan, melarutkan garam dan bahan-
bahan tambahan lainnya, sehingga bahanbahan tersebut dapat tersebar
secara merata dalam adonan. Air yang digunakan harus air bersih, baik
14

secara kimiawi maupun mikro biologis dan berasal dari Perusahaan Air
Minum (PAM).
2) Alkali
Alkali merupakan campuran dari zat antioksidan, pengemulsi,
pengatur keasaman, pengental, pengembang, pewarna, mineral dan
penguat rasa yang aman untuk dikonsumsi dan berfungsi untuk
membuat bentuk, warna, rasa dan mutu mie instan lebih baik. Dalam
penelitian ini dibahas pengendalian persediaan bahan baku tepung
terigu dan tepung tapioka. Hal ini disebabkan tepung terigu dan tepung
tapioka adalah bahan baku utama dan pemakaiannya paling besar.
4. Identifikasi Kebutuhan Bahan Baku PT ISM, Tbk
Identifikasi kebutuhan bahan baku adalah penentuan jumlah bahan baku
yang diperlukan untuk produksi mendatang. Identifikasi tersebut dilakukan
berdasarkan perkiraan penjualan produk mie instan yang dihasilkan
perusahaan dan pemakaian bahan baku pada periode sebelumnya.
5. Prosedur Pembelian dan Penerimaan Bahan Baku PT ISM, Tbk
Sistem pembelian dan penerimaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT
ISM, Tbk melibatkan beberapa pihak yang saling berkepentingan menurut
fungsinya dalam perusahaan, yaitu Departemen ASP, PPIC, Purchasing
(Pembelian), Ware House (Gudang), PDQC dan Finance and Accounting. Ke
enam bagian ini memegang peranan penting dalam pengadaan bahan baku
baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga produksi dapat
berlangsung karena ketersediaan bahan baku tersebut. Sebelum melakukan
pemesanan bahan baku,
Departemen ASP memberikan masukan kepada Departemen PPIC
berupa peramalan atau prediksi penjualan produk jadi untuk satu minggu ke
depan berdasarkan kondisi pasar dan pengalaman pada periode-periode
sebelumnya. Selanjutnya dari peramalan penjualan produk dan data
pemakaian bahan baku tiga perode sebelumnya, Departemen PPIC akan
merencanakan kebutuhan bahan baku. Kemudian, Departemen PPIC
mengajukan permintaan pembelian dengan membuat atau mengisi formulir
15

permintaan pembelian atau Purchase Requition (PR). Formulir ini diberikan


kepada atasan yang berwenang untuk dimintakan tanda tangan sebagai bukti
persetujuan. Formulir tersebut selanjutnya diberikan kepada Departemen
Purchasing untuk dilakukan pembelian.
Departemen Purchasing yang menerima PR dari Departemen PPIC,
kemudian memeriksanya. Apabila permintaan pembelian tersebut tidak
sesuai dengan syarat-syarat dan anggaran yang telah ditetapkan, maka PR
tersebut dikembalikan pada Departemen PPIC. Tetapi apabila syarat-syarat
telah terpenuhi dan sesuai dengan anggaran, maka Departemen Purchasing
akan menandatangani PR tersebut.
Berdasarkan PR yang telah ditandatangani oleh Departemen Purchasing,
kemudian dibuat penawaran harga atau Price Offer (PF) untuk meminta
penawaran harga dari pemasok untuk setiap jenis bahan baku yang
dibutuhkan. Pada bahan baku tepung tapioka dan tepung terigu, baik Cakra
Kembar, Segitiga Biru, maupun Segitiga Hijau perusahaan sudah memiliki
sistem kontrak dengan pihak pemasok. Sistem kontrak dilakukan untuk
menjaga kontinuitas pasokan bahan baku, kestabilan harga, dan mutu yang
baik sesuai dengan standar yang telah disepakati.
Setelah PF disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu pihak perusahaan dan
pihak pemasok, maka kemudian dibuatlah permintaan pesanan atau Purchase
Order (PO). Di dalam PO sudah dinyatakan nama pemasok, nomor pesanan,
jumlah yang dipesan, harga dan tanggal penerimaan barang. Pemesanan ini
melibatkan sejumlah dana yang dibayarkan kepada pihak pemasok bahan
baku tersebut. Salah satu dokumen PO, didistribusikan ke Departemen
Finance and Accounting dengan tujuan untuk mendapatkan dana yang
dibutuhkan untuk membayar pesanan tersebut.
Pada saat barang-barang yang dikirim pemasok telah sampai
diperusahaan, Petugas warehouse (gudang) dan QC bertugas menerima
barang tersebut dengan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan. Petugas
gudang akan memeriksa dengan teliti mengenai kelengkapan dokumen atau
surat jalan, kondisi kemasan, label, segel, kuantitas pesanan (volume atau
16

berat) dan jumlah barang yang diterima dengan yang tercantum di dalam PO.
Kemudian barang diuji oleh Departemen QC dengan mengambil contoh
secara acak. Jika hasil dari pemeriksaan dan pengujian tidak sesuai dengan
yang tercantum dalam PO dan standar dalam kontrak ataupun dokumennya
tidak lengkap, maka bagian Departemen Purchasing akan mengembalikan
barang tersebut kepada pihak pemasok dan meminta penggantian barang.
Sedangkan apabila barang yang diterima telah memenuhi syarat, maka bagian
penerimaan di gudang akan mengeluarkan bukti penerimaan dan mencatat
barang-barang yang diterima ke dalam kartu persediaan.
6. Penyimpanan Bahan Baku PT ISM, Tbk
Bahan baku yang menjadi bagian penting dalam proses produksi
ditempatkan di gudang bahan baku. Hal yang berkenaan dengan penyimpanan
bahan baku berada pada wewenang Departemen Warehouse (Gudang).
Departemen Gudang bertanggungjawab atas keluar masuknya bahan baku
serta penyimpanannya. Dalam manajemen gudang bahan baku Divisi Noodle,
PT ISM, Tbk terdapat prosedur penanganan bahan baku, yaitu :
a. Penerimaan
Penerimaan bahan baku ke Departemen Warehouse (Gudang)
merupakan hasil pemesanan yang dilakukan oleh Departemen Purchasing.
Sebelum masuk gudang, bagian penerimaan barang digudang akan
mengontrol jumlah yang diterima berdasarkan pesanan (PO) dan
selanjutnya Departemen QC akan mengambil contoh untuk memeriksa
mutu yang telah ditetapkan. Apabila sudah sesuai standar kemudian
Departemen Gudang akan membuat nota bukti penerimaan bahan dan
mencatatnya ke dalam kartu persediaan.
Perhitungan jumlah bahan baku tepung terigu dan tepung tapioka akan
disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan oleh Divisi Noodle, PT
ISM, Tbk. Tepung tapioka mempunyai berat 50 kg per zak, dan perusahaan
telah memperhitungkan rendemen, sehingga berat per zak 49,85 kg.
Sedangkan untuk tepung terigu, berat per zaknya 25 kg dan perusahaan
17

juga telah memperhitungkan rendemennya sehingga berat per zak 24,55-


24,85 kg.
b. Penyusunan
Setelah bahan baku diterima oleh petugas penerimaan Departemen
Gudang, selanjutnya dilakukan kegiatan pengeluaran bahan baku dari
dalam truk atau kontainer. Kegiatan pengeluaran bahan baku untuk jenis
tepung dilakukan dengan cara diangkat oleh kuli angkut. Setelah bahan
baku diturunkan dari truk atau kontainer, bahan baku terlebih dahulu
ditumpuk secara bersilang agar saling mengunci antar satu lapisan dengan
lapisan lainnya di atas palet, sehingga bahan baku tidak terkontak langsung
dengan lantai. Tinggi tumpukan maksimal tepung adalah 10 zak perpalet.
Bahan baku yang sudah disusun di atas palet akan dimasukan ke
dalam gudang dengan menggunakan forklift. Kemudian bahan baku
tersebut disimpan di dalam gudang dengan jarak simpan dari dinding 10-
30 cm. Hal ini dilakukan agar bahan baku lebih mudah dalam pengeluaran,
memudahkan pengontrolan dan pembersihan di ruang penyimpanan serta
mencegah kontaminasi terhadap bahan baku. Kemudian, bahan baku
tersebut diberi label sesuai tanggal kedatangan dan lokasi penempatannya.
Pemberian label ini bertujuan untuk mengetahui umur bahan baku.
c. Pengeluaran
Pengeluaran bahan baku dilakukan apabila bagian produksi
memerlukan bahan baku dalam proses produksi. Bahan baku yang akan
digunakan untuk proses produksi, biasanya akan dikirimkan dari gudang
sehari sebelumnya untuk menghindari kemacetan produksi akibat
menunggu bahan baku dari gudang. Apabila ada bahan baku yang
berlebih, maka bahan baku tersebut akan dikirim kembali ke gudang.
Semua kegiatan pengeluaran ataupun pengembalian bahan baku dari
bagian gudang dilakukan dengan bukti atau laporan tertulis mengenai
berapa jumlah bahan baku yang keluar dari gudang dan berapa bahan baku
yang dikembalikan ke gudang.
18

Bahan baku yang dikeluarkan mengikuti sistem First In First Out


(FIFO) yaitu bahan baku yang pertama masuk ke gudang dikeluarkan lebih
dahulu dari gudang untuk proses produksi. Hal ini berkaitan dengan sifat
bahan baku yang mempunyai batas kadarluasa dan kerugian akibat
penyimpanan yang terlalu lama. Bahan baku tepung terigu mempunyai
batas penyimpanan di gudang bahan baku, yaitu satu bulan. Pada cuaca
panas, penyimpanan melebihi satu bulan akan menimbulkan kutu pada
tepung terigu.
d. Administrasi
Sistem pencatatan terhadap semua barang yang masuk atau keluar dari
gudang dilakukan setiap hari dimana pengecekan barang oleh operator
gudang akan dilaporkan kepada bagian administrasi gudang. Bagian
administrasi mencatat seluruh laporan yang masuk ke dalam Daily Stock
Report (Laporan Stok Harian).
e. Kontrol
Pengontrolan dilakukan terhadap keadaan bahan baku di tempat
penyimpanan. Pengontrolan dilakukan setiap harinya pada pukul 09.00-
10.00 WIB. Hal ini dilakukan untuk penelusuran apabila ada kesalahan
dalam penanganan barang. Selain itu pengontrolan terhadap jumlah bahan
bahan baku dilakukan dengan melihat Laporan Stok Harian. Hal ini
dikarenakan besarnya jumlah bahan baku, sehingga tidak dilakukan
perhitungan manual di lapangan. Perhitungan manual terhadap jumlah
bahan baku hanya dilakukan pada saat bahan baku tersebut masuk dan
keluar dari gudang.

7. Biaya-Biaya Persediaan Bahan Baku PT ISM, Tbk


Secara umum total biaya persediaan di Divisi Noodle, PT ISM, Tbk
terdiri dari biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya kekurangan
bahan. Biaya penyiapan tidak diperhitungkan, karena biaya tersebut timbul
19

apabila perusahaan memproduksi bahan bakunya sendiri, sedangkan Divisi


Noodle, PT ISM, Tbk tidak memproduksi sendiri bahan bakunya. Biaya
pemesanan adalah biaya yang timbul akibat dari pembelian bahan baku.
Komponen biaya pemesanan tepung terigu dan tapioca meliputi biaya
telepon (telepon dan faksimili) dan biaya administrasi. Biaya ini bersifat
konstan sehingga tidak terpengaruh dengan jumlah bahan baku yang dipesan
perusahaan. Biaya telepon dan faksimili diperlukan saat pemesanan barang
dan untuk mengirimkan PO kepada pemasok. Sedangkan biaya administrasi
pesan diperlukan untuk surat menyurat, prosedur pembuatan faktur,
pengiriman order dan pencatatan pemesanan tepung terigu. Biaya pengiriman
atau biaya clearance tidak dibebankan ke dalam biaya pemesanan, karena
biaya-biaya ini ditanggung oleh pemasok. Komponen biaya pemesanan bahan
baku tepung terigu dan tepung tapioka per pemesanan dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Biaya pemesanan bahan baku per pemesanan

Harga pembelian tepung terigu Cakra Kembar Rp 88.800 per zak, tepung
terigu Segitiga Biru sebesar Rp 79.200 per zak, tepung terigu Segitiga Hijau
sebesar Rp 66.300 per zak dan tepung tapioca sebesar Rp 222.000 per zak.
Pemasok tidak membatasi jumlah pembelian karena selama ini pemasok
20

mampu memenuhi kebutuhan perusahaan. Biaya penyimpanan adalah biaya


yang timbul akibat dari bahan baku yang disimpan. Biaya penyimpanan
terdiri dari biaya utilitas, biaya upah, equipment dan maintenance, serta biaya
opportunity cost of capital (biaya modal).
Biaya utilitas merupakan biaya fasilitas penyimpanan seperti air dan
listrik untuk pencahayaan, pemanas atau pendingin. Biaya upah merupakan
biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memperkerjakan karyawan dalam
pengangkutan, pemeliharaan dan penjagaan bahan baku. Equipment dan
maintenance adalah biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan dan
pemeliharaan bahan baku tersebut di gudang, seperti pemeliharaan forklift,
pemeliharaan ruang penyimpanan, pembersihan dan penyemprotan fungisida
serta aktifitas lain yang mengeluarkan sejumlah dana bagi perusahaan.
Biaya modal atau disebut dengan opportunity cost of capital merupakan
alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan. Biaya
modal dihitung dari harga bahan baku dikalikan dengan suku bunga
simpanan. Suku bunga simpanan berjangka rupiah menurut kelompok Bank
Umum, pada tahun 2007 adalah sebesar 9,25% (www.bi.go.id, 2007).
Besarnya biaya penyimpanan bahan baku per zak per tahun dapat dilihat pada
Tabel 3.

Tabel 3. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per tahun (Rp/zak/tahun)
21

Simulasi yang digunakan pada sistem persediaan bahan baku di Divisi


Noodle, PT ISM, Tbk, adalah per hari, sehingga biaya penyimpanan bahan
baku yang digunakan dalam simulasi adalah biaya harian. Sehingga biaya
penyimpanan untuk setiap jenis bahan baku di Divisi Noodle, PT ISM, Tbk
per zak per hari dapat dilihat pada Tabel 4.
22

Tabel 4. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per hari (Rupiah /zak/hari)

Biaya kekurangan bahan adalah biaya yang timbul apabila persediaan


tidak mencukupi adanya kebutuhan pemakaian bahan baku. Biaya
kekurangan bahan yang diperhitungkan adalah biaya pemesanan khusus dan
biaya kehilangan kesempatan menerima keuntungan. Biaya pemesanan
khusus adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengadakan
pemesanan khusus sejumlah bahan baku yang dibutuhkan. Biaya pemesanan
khusus terdiri dari biaya pengiriman secara kilat dan biaya tambahan
pengepakan. Biaya kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan adalah
sejumlah keuntungan yang hilang, karena tidak ada produk yang diproduksi
dan dijual kepada konsumen akibat tidak tersediaanya bahan baku yang
dibutuhkan. Besarnya biaya kekurangan bahan per zak dapat dilihat pada
Tabel. 5
Tabel 5. Biaya kekurangan bahan baku per zak (Rupiah/zak)
23

8. Manajemen Persediaan Bahan Baku PT ISM, Tbk


Biaya persediaan merupakan keseluruhan biaya yang mencakup biaya
pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya kekurangan bahan. Total biaya
pemesanan per hari adalah biaya pemesanan per pesanan dikalikan dengan
frekuensi pemesanan bahan baku per hari. Total biaya penyimpanan per hari
adalah biaya penyimpanan bahan baku per zak per hari dikalikan dengan
rataan jumlah persediaan bahan baku. Total biaya kekurangan bahan per hari
adalah biaya kekurangan bahan baku per unit dikalikan jumlah rataan
kekurangan bahan baku per hari.
Pada tahun 2006, Divisi Noodle, PT ISM, Tbk melakukan pemesanan
dengan frekuensi yang berbeda untuk setiap jenis bahan baku. Untuk bahan
baku tepung terigu, baik tepung terigu Cakra Kembar, Segitiga Biru maupun
Segitiga hijau perusahaan memesan sebanyak 51 kali pemesanan selama satu
tahun atau 0,16 kali pemesanan per hari. Sedangkan untuk bahan baku tepung
tapioca perusahaan memesan sebanyak 13 kali pemesanan atau 0,04 kali
pemesanan per hari. Jumlah unit bahan baku yang dipesan adalah bervariasi
setiap kali pemesanan. Rataan jumlah persediaan bahan baku dan rataan
jumlah kekurangan bahan per hari bervariasi untuk setiap jenis bahan baku.
Frekuensi pemesanan per hari, rataan jumlah persediaan bahan baku dan
rataan kekurangan bahan per hari dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Frekuensi pemesanan per hari, rataan jumlah persediaan bahan baku
dan rataan kekurangan bahan per hari pada tahun 2006
24

Total biaya persediaan bahan baku di Divisi Noodle, PT ISM, Tbk pada
tahun 2006 adalah Rp 5.278.980 per hari atau Rp 1.647.041.622 per tahun.
Biaya persediaan bahan baku terbesar selama tahun 2006 adalah biaya
persediaan bahan baku jenis tepung terigu Cakra Kembar, yaitu Rp 3.745.432
per hari atau Rp. 1.168.574.784 per tahun. Sementara itu yang terendah
adalah jenis bahan baku tepung tapioka Rp 132.789 per hari atau Rp
41.430.230 per tahun.
Besarnya biaya persediaan bahan baku tepung terigu Cakra Kembar
dikarenakan jumlah persediaan rataan bahan baku tepung terigu Cakra
Kembar cukup besar, yaitu 14.126 zak dan rataan kekurangan bahan yang
juga besar, yaitu 92 per hari. Sedangkan rendahnya biaya persediaan bahan
baku tepung tapioca dikarenakan jumlah persediaan rataan bahan baku tepung
tapioca rendah yaitu 589 zak dan rataan kekurangan bahan yang rendah, yaitu
0,6 zak per hari. Total biaya persediaan bahan baku per hari untuk masing-
masing bahan baku dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Total biaya persediaan bahan baku per hari (Rupiah / hari)

Berdasarkan total biaya persediaan bahan baku per hari, maka total biaya
persediaan bahan baku yang telah dikeluarkan oleh perusahaan per tahun
dapat dilihat pada Tabel 8.
25

Tabel 8. Total biaya persediaan bahan baku pada tahun 2006 (Rupiah / tahun)

D. KESIMPULAN
1. Bahan baku utama yang digunakan oleh Divisi Noodle, PT ISM, Tbk adalah
tepung terigu dan tepung tapioka. Tepung terigu yang digunakan oleh Divisi
Noodle, PT ISM, Tbk terdiri dari tiga jenis, yaitu strong flour (tepung keras
cap Cakra Kembar), medium flour (tepung setengah keras cap Segitiga Biru)
dan soft flour (tepung lunak cap Segitiga Hijau). Penentuan jumlah bahan
baku yang dipesan didasarkan oleh perkiraan perusahaan terhadap jumlah
penjualan produk mie instan pada masa mendatang dan rataan pemakaian
bahan baku pada tiga periode sebelumnya. Sistem manajemen persediaan
bahan baku di Divisi Noodle, PT ISM, Tbk menghasilkan total biaya
persediaan untuk semua bahan baku Rp 1.647.041.822 per tahun
2. Biaya yang terdapat dalam manejemen persediaan Divisi Noodle, PT ISM,
Tbk adalah biaya pemesanan , biaya administrasi, Biaya utilitas, Biaya upah,
Biaya Maintenance dan Equipment, Biaya Modal, biaya penyimpanan, biaya
pemesanan khusus, biaya kehilangan keuntungan
DAFTAR PUSTAKA

Assauri, S. 2000. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas


Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Render, B dan J.Heizer. 2005. Manajemen Operasi (Terjemahan). Salemba Empat,
Jakarta.
Baroto, T. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Handoko, T. H. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Penerbit
BPFE, Yogyakarta.
Kusuma, H. 2004. Manajemen Produksi. Andi Yogyakarta, Yogyakarta.
Pardede, P.M. 2002. Manajemen Operasi dan Produksi. Andi Yogyakarta,
Yogyakarta.
Rangkuti, F. 2004. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Erlangga,
Jakarta.
Sumayang, L. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Salemba
Empat, Jakarta.
Hill, T. 1994. Strategy Manufacturing : Manjemen Strategis dari Fungsi
Manufacturing (Terjemahan). UI Press, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai