Anda di halaman 1dari 86

PENGARUH ORIENTASI

KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA


PERUSAHAAN MELALUI INOVASI
RADIKAL DAN INOVASI INKREMENTAL
PADA UMKM JASA KULINER DI WILAYAH
JAKARTA

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh :
Faturrahman Arya Nugroho 1801424221
Hermon Sumule 1801403740
Rounaldo Davincen Harianja 1801442395

Management Program
Management Study Program
BINUS Business School Undergraduate Program
Universitas Bina Nusantara
Jakarta
2018

i
IDENTITAS PENELITI

1. Nim : 1801424221
Nama Mahasiswa : Faturrahman Arya Nugroho
Alamat Rumah : Jl. Batusari Raya No. 88A, Kost Green
Kemanggisan, Kec. Palmerah, Jakarta Barat
___________________________________________
Telepon Rumah/HP : 0813 1763 4199
Email : faturrahmanan@gmail.com
Peminatan : Entrepeneurship
IPK : 2.72
Kelas* : Reguler

2. Nim : 1801403740
Nama Mahasiswa : Hermon Sumule
Alamat Rumah : JL Di Panjaitan NO 1-2 RT 84 RW 25
Balikpapan, Kalimantan Timur
___________________________________________
Telepon Rumah/HP : 0542–4212822 / 0811229758
Email : hermonsumule@gmail.com
Peminatan : Entrepeneurship
IPK : 2.97
Kelas* : Reguler

3. Nim : 1801442395
Nama Mahasiswa : Rounaldo Davincen Harianja
Alamat Rumah : Aek Kanopan Jalan Karya LabuhanBatu Utara,
Sumatera Utara
___________________________________________
Telepon Rumah/HP : 081370740637
Email : rounaldo.vincen04@gmail.com
Peminatan : Entrepeneurship
IPK : 2.57
Kelas* : Reguler

ii
PENILAIAN KELAYAKAN PROPOSAL LTA

Judul :Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja Perusahaan


Melalui Inovasi Radikal Dan Inovasi Inkremental Pada Umkm Jasa Kuliner Di
Wilayah Jakarta

Komponen Penilaian 1 2 3 4 5
Latar Belakang (NON BSU)
1. Kondisi makro ekonomi / industry
2. Kondisi bisnis perusahaan terkait masalah
3. Fenomena masalah
4. Dampak yang akan muncul
5. Pendekatan ilmu yang digunakan
KajianTeori, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesa (NON BSU)
6. Grand Theory
7. Midle Theory
8. Applied Theory
9. Kerangka Pemikiran
10. Hipotesis *(Jika ada)
Metode ( NON BSU)
11. Metode yang digunakan
12. Operasionalisasi Variabel
13. Teknik Pengumpulan Data
14. Teknik Pengambilan Sampel
15. Metode Analisis
16. Uji Hipotesis * (jika ada)
17. Rancangan Pemecahan Masalah
BSU
1. Latar Belakang
2. Ide Bisnis
3. Tujuan Bisnis
4. Analisa Produk
5. Analisa Pemasaran
6. Analisa Operasional
7. Analisa Kelayakan Investasi (Proyeksi
Keuangan)
TOTAL NILAI
* Jika penelitian tidak memerlukan hipotesis dan uji hipotesis, maka diberi nilai 3.

Proposal Penelitian ini dinyatakan LAYAK / TIDAK LAYAK*

Jakarta, …..

iii
Reviewer,
USULAN DOSEN PEMBIMBING
Judul Proposal : Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja Perusahaan
Bahasa Indonesia Melalui Inovasi Radikal Dan Inovasi Inkremental Pada Umkm
Jasa Kuliner Di Wilayah Jakarta.
Bahasa Inggris : The Influence Entrepreneurship Orientation On Innovation And
It’s Impact On Corporate Performance Of UMKM Culinary
Services in West Jakarta Area.
Peminatan* : Entrepreneurship
Nim 1 1801424221
Nim 2 1801403740
Nim 3 1801442395

Topik ** : Entrepreneurship & Innovation

Usulan Calon : 1. D2423 - Brata Wibawa Djojo S.E, MM.,M.Comm.


Pembimbing 2. D2910 - Kuspuji Catur Bagus Wicaksono, S.E, M.M,M.Comm.
3. D4998 - Mulyono, S.E., M.M.

(Diisi oleh reviewer)


Sesuai dengan Keputusan Tim Reviewer Proposal Penelitian MANAGEMENT
PROGRAM Binus University pada tanggal …………………, menetapkan bahwa:

Bapak / Ibu ………………………………. D ……………. Sebagai DOSEN


PEMBIMBING

Jakarta, …………… Mengetahui,

……………………………. Dr. Ir. Hardijanto


Tim Reviewer Head of Management

*) Tulis peminatan peranggota


**) Pilih salah satu dari :
- HR & Organization Development (HROD
- E-Business
- Entreprenuership & Innovation
- Business Operation (BusOp)
- Finance & Business Development (FBD)
- Strategic Management (MaGic)
- Consumer Behavior (CB)
- Marketing Strategy
- Business Start Up
- Topik Khusus

iv
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
_________________________________________________________________
Management Program
Management Study Program
Binus Business School
Skripsi Sarjana Ekonomi
Semester Genap tahun 2017/2018

PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA


PERUSAHAAN MELALUI INOVASI RADIKAL DAN INOVASI
INKREMENTAL PADA UMKM JASA KULINER DI WILAYAH JAKARTA

Faturrahman Arya Nugroho 1801424221


Hermon Sumule 1801403740
Rounaldo Davincen Harianja 1801442395

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari orientasi
kewirausahaan terhadap inovasi dan berdampak terhadap kinerja perusahaan
UMKMJasa Kuliner Di Wilayah Jakarta Barat. Metode penelitian yang dipakai di
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode survei.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh manajer atau pemilik UMKM Jasa Kuliner
Di Wilayah Jakarta Barat dan dengan teknik simple random sampling serta
menggunakan rumus dapat diketahui jumlah sampel untuk penelitian ini. Analisis
data dengan mengunakan analisis jalur (path analysis) dan alat bantu SPSS 20 akan
disertai serangkaian uji seperti uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas, analisis
regresi sederhana dan persamaan struktural Path Analysis.

Kata Kunci : kewirausahaan, inovasi, kinerja perusahaan, orientasi kewirausahaan.

v
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
_________________________________________________________________
Management Program
Management Study Program
Binus Business School
Thesis Bachelor of Economy
Even Semeter Year 2017 / 2018

THE INFLUENCE ENTREPRENEURSHIP ORIENTATION ON


INNOVATION AND IT’S IMPACT ON CORPORATE PERFORMANCE OF
UMKM CULINARY SERVICES IN WEST JAKARTA AREA.

Faturrahman Arya Nugroho 1801424221


Hermon Sumule 1801403740
Rounaldo Davincen Harianja 1801442395

Abstract

The purpose of this study is to determine the effect of entrepreneurship orientation


on innovation and it’s impact on corporate performance of UMKM culinary services
in west jakarta area. Quantitative approach and survey method are used as a
research methodhology. The population of this study is all managers or owners of
SMEs Culinary Services In West Jakarta Regionand with simple random sampling
technique and using formula can be known samples total for this research. Data
analysis using path analysis and SPSS 20 as a tools will be accompanied by a series
of test such as validity test, reliability test, normality test, simple regression analysis
and Path Analysis structural equation.

Keywords : entrepreneurship, innovation, corporate performance, entrepreneurial


orientation

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul
“Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja Perusahaan Melalui
Inovasi Radikal Dan Inovasi Incremental Pada UMKM Jasa Kuliner Di
Wilayah Jakarta”. Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat kelayakan
pengajuan skripsi yang akan saya jalani di Bina Nusantara University.
Disadari oleh penulis, laporan ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dari
orang-orang sekitar. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, M.M., selaku Rektor BINUS University.
2. Bapak Dr. Ir. Hardijanto Saroso, M.M., M.MT., selaku Head of Management.
Program BINUS University.
3. Kedua orang tua, yang selalu memberikan kasih sayangnya kepada saya
4. Kepada para dosen, baik dosen pembimbing maupun dosen yang mengajar setiap
mata kuliah nya kepada saya.
5. Kepada para teman-teman yang telah membantu saya baik moriil maupun
semangat yang diberikan sehingga dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.
Menyadari bahwa proposal skripsi ini belum sempurna, segala kritik dan saran atas
penilaian proposal ini akan sangat berguna bagi kemajuan penulisan penelitian ini
kedepannya. Saya berharap proposal ini bisa mendapat persetujuan kelayakan agar
saya bisa meneruskan ke tahapan selanjutnya, yaitu penulisan skripsi untuk syarat
memperoleh gelar sarjana strata 1 di Bina Nusantara University.

Jakarta, 13 Desember 2017

Penyusun,

Faturrahman Arya Nugroho Hermon Sumule Rounaldo Davincen Harianja

vii
DAFTAR ISI

Halaman
IDENTITAS PENELITI ii
PENILAIAN KELAYAKAN PROPOSAL LTA iii
USULAN DOSEN PEMBIMBING iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 6
1.4 Manfaat Penelitian 6
1.5 Sistematika Pembahasan 6
1.6 Tinjauan Pustaka(State of The Art) 7
BAB 2. LANDASAN TEORI 9
2.1 Kajian Pustaka 9
2.1.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 9
2.1.2 Kewirausahaan 10
2.1.3Orientasi Kewirausahaan 11
2.1.4Dimensi dan Indikator Orientasi Kewirausahaan 12
2.1.5Inovasi 12
2.1.6 Dimensi dan Indikator Inovasi 13
2.1.7 Kinerja Perusahaan 13
2.1.8Dimensi dan Indikator Kinerja Perusahaan 14
2.2 Kerangka Pemikiran 15
2.3 Hipotesis 15
BAB 3. METODE PENELITIAN 16
3.1 Desain Penelitian 16
3.2Operasionalisasi Variabel Penelitian. 17
3.3Jenis dan Sumber Data 19

viii
3.4 Teknik Pengumpulan Data 20
3.5 Teknik Pengambilan Sampel 21
3.6 Metode Analisa 22
3.6.1 Statistik Deskriptif 22
3.6.2 Uji Instrumen Data 23
3.6.2.1 Uji Validitas 23
3.6.2.2Uji Reliabilitas 23
3.6.3 Uji Asumsi Klasik 24
3.6.3.1 Uji Normalitas 24
3.6.4 Analisis Regresi 24
3.6.4.1 Analisis Regresi Sederhana 24
3.6.4.2 Koefisien Determinasi 25
3.6.5 Analisa Jalur (Path Analysis) 25
3.6.5.1 Langkah-langkah Menguji Path Analysis 26
3.6.5.2 Model dan Persamaan Struktural Path Analysis 27
3.7 Rancangan Uji Hipotesis 28
3.8 Rancangan Implikasi Hasil Penelitian 29
DAFTAR PUSTAKA 30

ix
DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 1.1 Tinjauan Pustaka 7

Tabel 3.1 Desain Penelitian 17

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian 18

Tabel 3.3 Sumber Data Penelitian 19

Tabel 3.4 Pengelompokan Penilaian Variabel Orientasi 21


Kewirausahaan, Inovasi, dan Kinerja Perusahaan
Berdasarkan Skala Likert
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai R 25

DAFTAR GAMBAR
x
No. Gambar Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 23

Gambar 3.1 Diagram Jalur 27

xi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh setiap negara diarahkan untuk


mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Dengan kata lain,
pembangunan ekonomi yang dilakukan akan bertujuan untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan di
setiap daerah. Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan dari pembangunan
ekonomi suatu negara adalah dilihat dari kesempatan kerja yang diciptakan dari
pembangunan ekonomi. Hal ini tidak terlepas dari adanya fakta bahwa jumlah
penduduk yang terlalu besar dan tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja
akan menyebabkan sebagian dari penduduk yang berada pada usia kerja tidak
memperoleh pekerjaan.
Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mempercepat
pembangunan ekonomi adalah melalui industrialisasi. Suatu industri menjadi besar
dan berkembang tidak terlepas dari usahanya untuk mengembangkan industri
tersebut.Dengan kata lain, industri tersebut muncul tidak dengan sendirinya menjadi
besar tetapi industri tersebut muncul dari industri skala kecil.Indonesia sebagai
negara dengan penduduk yang besar, sekiranya penting untuk menumbuh
kembangkan industri skala kecil dan menengah ini (UMKM) dikarenakan industri ini
mampu menyerap tenaga kerja yang besar serta memberikan sumbangan pendapatan
bagi negara yang cukup besar.
Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan UMKM dapat
memberikan dampak yang positif bagi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi
negara. Oduntan, (2014) menyebutkan bahwa peranan dari UMKM terhadap
pertumbuhan ekonomi terdiri dari UMKM sebagai pembangunan kapasitas unit
usaha dimana UMKM menyediakan platform untuk pelatihan pengusaha lokal, yang
mendorong proses penciptaan kesejahteraan di semua tingkat. Lebih jauh, UMKM
menjadi pembibitan kewiraswastaan dimana kreativitas dan inovasi individu adalah
kekuatan pendorongnya.

1
UMKM memiliki kapasitas untuk menghasilkan lapangan kerja karena
karakteristiknya bersifat lebih padat karya. Sifat padat karya mereka jauh lebih tinggi
daripada perusahaan besar. Hal ini juga telah terbukti bahwa lebih banyak pekerjaan
per unit modal investasi dan per unit energi yang dikonsumsi yang dapat diciptakan
di seluruh dunia oleh UMKM daripada perusahaan berskala besar (Oduntan, 2014).
UMKM dapat mempromosikan pertumbuhan dimana UMKM menurut sifatnya
sedemikian rupa sehingga mereka terlibat dalam kegiatan ekonomi primer dan
sekunder yang sangat bergantung pada bahan-bahan yang bersumber secara lokal.
Dengan demikian mereka mencapai kegiatan operasional yang bernilai tambah tinggi
yang merupakan peran kunci dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonomi
manapun (Oduntan, 2014).
UMKM merupakan unit usaha yang dapat menyebar ke seluruh daerah dimana
dapat dengan mudah berada di daerah pedesaan karena mereka dapat bertahan hidup
di infrastruktur industri yang belum sempurna karena mereka berfungsi sebagai
fasilitator utama untuk penyebaran industri dan pembangunan pedesaan dan dengan
demikian memiliki kemampuan untuk membendung ekspansi ekonomi perkotaan.
Selain itu, sebagian besar output UKM berfungsi sebagai intermediasi barang
setengah jadi dari perusahaan berskala besar. Dengan ini, mereka menghasilkan
keterkaitan industri yang saling menguntungkan antara produsen bahan baku lokal
dan masalah yang dihadapi oleh industri besar (Oduntan, 2014).
UMKM dapat juga menjadi katalisator bagi pertumbuhan teknologi dengan
memberikan kesempatan bagi pengembangan keterampilan lokal dan kemahiran
teknologi melalui proses adaptasi. Selain itu, UMKM memainkan peran penting
dalam mengurangi kemiskinan dan ketidaksetaraan di antara warga negara. Hal ini
tidak terlepas dari kebutuhan modal yang terjangkau dan relatif rendah untuk
pendiriannya. Operasional UMKM juga melibatkan tenaga kerja terampil dan tidak
terampil sehingga menciptakan sarana penghidupan. Tentunya hal Ini adalah peran
penting UMKM dalam proses pembangunan ekonomi (Oduntan, 2014).
Dengan mengacu kepada pemaparan di atas maka sekiranya tidaklah jauh berbeda
dampak yang ditimbulkan oleh UMKM terhadap perekonomian di Indonesia. Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam
perekonomian di Indonesia. UMKM memiliki proporsi sebesar 99,99% dari total
keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau sebanyak 56,54 juta unit. hal ini dapat

2
menjelaskan bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah mampu membuktikan
eksistensinya dalam perekonomian di Indonesia (LPPI, 2015).
Data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa
kontribusi sektor UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional periode
2009 – 2013 mencapai 57,6% dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,7%. Sebagian
besar PDB UMKM tersebut disumbangkan oleh usaha mikro (49,6%). Berdasarkan
sektor, kontribusi PDB UMKM yang terbesar terdapat di sektor perdagangan,
pertanian, dan industri pengolahan (PKUKM, 2016).
UMKM juga memiliki peran yang cukup besar dalam ekspor dan investasi. Nilai
ekspor UMKM pada tahun 2015 mencapai 192,5 Triliun. Nilai ekspor tersebut
meningkat sebesar 3,5 persen dibandingkan dengan nilai ekspor pada tahun 2014.
Usaha menengah memiliki kontribusi ekspor terbesar yaitu 76,6 persen, sementara
usaha mikro memiliki kontribusi yang masih sangat terbatas sebesar 7,9 persen.
Namun, kontribusi ekspor UMKM masih berfluktuasi, dengan kontribusi terbesar
tercata pada tahun 2014 yaitu sebesar 20,3 persen dan terendah pada tahun 2012
sebesar 14,1 persen (PKUKM, 2016).
Kontribusi sektor UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional terus
mengalami peningkatan pada periode 2012 – 2016 dengan mengacu kepada data
yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik dimana kontribusi sektor UMKM
terhadap PDB ini meningkat dari 57,84% menjadi 60,34% dalam 5 tahun terakhir.
Dari sisi serapan tenaga kerja, UMKM mampu menyerap tenaga kerja hingga 57,9
juta di berbagai daerah di Indonesia. Serapan tenaga kerja pada sektor ini juga
meningkat dari 96,99% menjadi 97,22% pada periode yang sama (Chandra, 2016).
Selain faktor-faktor di atas, kontribusi UMKM bagi perekonomian Indonesia
adalah memberikan layanan kebutuhan pokok yang dibutuhkan masyarakat
dikarenakan secara geografis UMKM tersebar di seluruh tanah air dan merata di
semua sektor sehingga akan menghasilkan Multiplier effect-nya tinggi. Hal ini
tentunya dapat merupakan instrumen pemerataan pendapatan dan mengurangi
ketimpangan kesejahteraan masyarakat (LPPI, 2015).
Faktor berikutnya yang dapat menjadi kontribusi UMKM bagi perekonomian
Indonesia adalah dapat menjadi wadah untuk penciptaan wirausaha baru serta
mengurangi ketergantungan pada komponen impor. UMKM akan memanfaatkan
bahan baku dan sumber daya lokal yang mudah ditemukan dan tersedia di sekitar
sehingga dapat menghemat devisa (LPPI, 2015).

3
Kondisi krisis ekonomi yang terjadi periode tahun 1997 hingga 1998 di negara
Indonesia, yang diawali dengan krisis nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan krisis
moneter yang berdampak pada perekonomian Indonesia yakni resesi ekonomi, dapat
menjadi pengalaman yang berharga tentang bagaimana peranan dari sektor UMKM
ini sebagai satu-satunya sektor yang mampu menjaga nadi perekonomian negara
Indonesia dari dampak krisis
Data Badan Pusat Stastistik merilis pasca krisis ekonomi jumlah UMKM tidak
berkurang, akan tetapi justru meningkat pertumbuhannya, bahkan mampu menyerap
85 juta hingga 107 juta tenaga kerja sampai tahun 2012. Pada tahun itu jumlah
pengusaha di Indonesia sebanyak 56.539.560 unit. Dari jumlah tersebut, UMKM
sebanyak 56.534.592 unit atau sebesar 99,99%. Sisanya sekitar 0,01% atau sebesar
4.968 unit adalah Usaha bersekala besar (Suci, 2017).
Fenomena ini menjelaskan bahwa UMKM merupakan unit usaha yang produktif
bagi perekonomian negara yang akan mendukung perkembangan ekonomi secara
makro dan mikro di Indonesia dan mempengaruhi sektor-sektor yang lain bisa
berkembang. Salah satu sektor yang terpengaruh dari pertumbuhan UMKM adalah
sektor jasa perbankan yang ikut terpengaruh, sebab hampir 30% usaha UMKM
mengunakan modal operasioanal dari perbankan (Suci, 2017).
Adapun definisi dari usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menurut Bank
Dunia dengan mengelompokkan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha
yang memiliki 1-4 orang tenaga kerja dikelompokkan sebagai usaha mikro, 5-19
orang tenaga kerja sebagai usaha kecil, 20-99 orang tenaga kerja sebagai usaha
menengah dan bila mencapai 100 orang tenaga kerja atau lebih digolongkan sebagai
usaha besar (LPPI, 2015).
Selain berdasarkan jumlah tenaga kerja, pengkategorian UMKM dapat juga
didasarkan oleh jumlah asset dan omset yang diperolehnya. Suatu unit usaha
dikatakan sebagai usaha mikro jika memiliki aset mmaksimal sampai dengan 50 juta
dan omset yang diperoleh maksimal 300 juta per tahun. Suatu unit usaha dikatakan
sebagai usaha kecil jika memiliki aset antara 50 juta sampai dengan 500 juta dan
omset yang diperoleh antara 300 juta sampai dengan 2,5 milliar per tahun. Suatu unit
usaha dikatakan sebagai usaha menengah jika memiliki aset antara 500 juta sampai
dengan 10 miliar dan omset yang diperoleh antara 2,5 miliar sampai dengan 50
miliar. Suatu unit usaha dikatakan sebagai usaha besar jika memiliki memiliki aset

4
lebih besar dari 10 miliar dan omset yang diperoleh lebih besar dari 50 miliar (LPPI,
2015).
Pengkategorian UMKM dapat juga dilihat dari karekteristik khas yang dimiliki
oleh unit usat ini yaitu pertama, kualitasnya belum standar dikarenakan sebagian
besar UMKM belum memiliki kemampuan teknologi yang memadai. Kedua, desain
produknya terbatas hal ini dipicu adanya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
mengenai produk. Ketiga, jenis produknya terbatas karrena biasanya UMKM hanya
memproduksi beberapa jenis produk saja. Keempat, kapasitas dan daftar harga
produknya terbatas. Kelima, bahan baku kurang terstandar dikarenakan bahan
bakunya diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda. Keenam, kontinuitas produk
tidak terjamin dan kurang sempurna dikarenakan produksi belum teratur maka
biasanya produk-produk yang dihasilkan sering apa adanya (LPPI, 2015).
Pengklasifikasian jenis UMKM di Indonesia didasari oleh penggolongan jenis
kegiatan ekonomi mengikuti konsep ISIC (International Standard Classification of
All Economic Activities) yang direvisi tahun 1968. Klasifikasi sektor ini bertujuan
untuk memudahkan perbandingan tingkat aktivitas ekonomi antar berbagai macam
kegiatan. Adapun penggolongan UMKM tersebut terdiri beberapa golongan yang
terdiri dari pertama, pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. Kedua,
pertambangan dan penggalian. Ketiga, industri pengolahan listrik, gas dan air bersih.
Keempat, bangunan. Kelima, perdagangan, hotel dan restoran. Keenam,
pengangkutan dan komunikasi. Ketujuh, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan;
dan kedelapan, jasa-jasa (LPPI, 2015).
Dalam perkembangannya, sektor penggolongan jenis kegiatan ekonomi di
Indonesia menambah satu nomenklatur sektor baru yaitu industri kreatif melalui
penetapan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 Tentang
Pengembangan Ekonomi Kreatif. yakni pengembangan kegiatan ekonomi
berdasarkan pada kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan
daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada
kesejahteraan masyarakat Indonesia, dengan sasaran, arah, dan strategi
Istilah Ekonomi Kreatif mulai ramai diperbincangkan sejak John Howkins,
menulis buku "Creative Economy, How People Make Money from Ideas". Howkins
mendefinisikan Ekonomi Kreatif sebagai kegiatan ekonomi dimana input dan
outputnya adalah gagasan atau dalam satu kalimat yang singkat, esensi dari

5
kreativitas adalah gagasan. Ekonomi kreatif hanya dengan modal gagasan, seseorang
yang kreatif dapat memperoleh penghasilan yang relatif tinggi (Purnomo, 2016).
Pemerintah Indonesia sendiri hingga sampai saat ini telah mengidentifikasi
lingkup industri kreatif yang mencakup hingga 15 sub-sektor, antara lain periklanan;
arsitektur; pasar barang seni; kerajinan (craft); desain; fesyen (fashion); video, film
dan fotografi; permainan interaktif (game); musik; seni pertunjukkan (showbiz) ;
penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan piranti lunak (software) atau
teknologi informasi; televisi & radio (broadcasting); riset dan pengembangan
(research and development); dan kuliner (Purnomo, 2016).
Melihat dari sejarah kelahiran industri kreatif ini di negara maju adalah globalisasi
di bidang ekonomi telah meningkatkan tekanan persaingan antar negara di sektor
industri konvensional yang bersifat skala besar (industri manufaktur), sehingga
meningkatkan angka pengangguran. Di samping itu, diperlukan suatu cara untuk
mengatasi persoalan pengurangan dana bagi kegiatan-kegiatan seni. Untuk mengatasi
kedua persoalan tersebut dengan membangun kembali industri skala besar sudah
tidak lagi dimungkinkan karena secara politis tidak dapat diterima (berkaitan erat
dengan pencemaran lingkungan, ketersediaan lahan, dsb.) maka dari itu,
dikembangkanlah aktivitas “ekonomi yang ringan” (weightless economy) yang dapat
menghasilkan keuntungan besar namun secara politis dapat diterima, seperti café,
gedung teater, dsb; yang juga dapat meningkatkan perolehan dana bagi kegiatan seni
(Antariksa, 2012).
Ekonomi kreatif sebagai nomenklatur sektor ekonomi yang relatif baru, namun
dalam kontribusinya terhadap perekonomian negara cukup memberikan pengaruh
yang signifikan bagi pertumbuhan perekonomian negara. Dari data yang dikeluarkan
oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa selama periode tahun 2010 – 2013
menunjukkan bahwa mencapai Nilai Tambah Ekonomi Kreatif (ADHB) rata-rata
mencapai 555.144 milyar rupiah. Dari nilai rata-rata ini dapat dikatakan bahwa
persentase rata-rata kontribusi Nilai Tambah Ekonomi Kreatif Terhadap Total PDB
(ADHB) selama periode tahun 2010 – 2013 mencapai hingga 7,13 persen bahkan
hingga tahun 2015 nilai rata-rata ini terus mengalami peningkatan hingga mencapai
7,38 persen. Lebih jauh, hasil data statistik ekonomi kreatif tahun 2016 menunjukkan
bahwa dalam kurun waktu 2010-2015, besaran PDB ekonomi kreatif naik dari
525,96 triliun menjadi 852,24 triliun (atau meningkat rata-rata 10,14% per tahun)
(Bekraf, 2018).

6
Kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian negara, selain dari sisi PDB,
juga dapat dilihat kontribusinya terhadap tenaga kerja dan ekspor. Kontribusi tingkat
Partisipasi Tenaga Kerja ekonomi kreatif terhadap ketenagakerjaan nasional selama
periode 2010 – 2013 rata –rata mencapai 10,65 persen bahkan nilai persentase ini
terus mengalami kenaikan hingga tahun 2015, dimana sektor ekonomi kreatif
berhasil menyerap 15,9% tenaga kerja dari ketenagakerjaan nasional. Kontribusi rata
–rata ekspor ekonomi kreatif terhadap total ekspor selama periode 2010 – 2013
mencapai hingga 6,07 atau sekitar 107,75 triliun rupiah. Pertumbuhan ekspor rata –
rata Ekonomi Kreatif selama periode 2010 – 2013 mencapai hingga 7,17 persen
(Bekraf, 2018).
Dengan begitu signifikannya kontribusi sektor ekonomi kreatif ini bagi
pertumbuhan perekonomian nasional maka sekiranya menarik untuk dikaji lebih
mendalam tentang subsektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi pertumbuhan
ekonomi kretatif. Dari data yang dikeluarkan oleh Bekraf (2018) menunjukkan
bahwa tiga subsektor yang memberikan kontribusi signifikan bagi perkembangan
ekonomi kreatif, yaitu sektor kuliner yang memberikan kontribusi terhadap PDB
pada tahun 2015 mencapai hingga 41,69 persen dari total keseluruhan subsektor
ekonomi kreatif. Kemudian diikuti oleh sub sektor fashion yang mencapai 18,15
persen dan kriya yang mencapai hingga 15,70 persen dari total keseluruhan subsektor
ekonomi kreatif (Bekraf, 2018).
Subsektor kuliner menjadi subsektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi
perkembangan ekonomi kreatif sehingga menarik untuk dikaji lebih mendalam
tentang UMKM di sektor kuliner mengingat secara umum, sektor industri makanan
dan minuman juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi PDB nasional.
Pada tahun 2018 ini, industri makanan dan minuman ini menjadi salah satu sektor
andalan pemerintah untuk mendongkrak pertumbuhan industri (Junita, 2017).
Industri makanan dan minuman menjadi salah satu sektor non migas andalan tidak
terlepas dari kinerja industri ini pada tahun 2017 lalu dimana berdasarkan data yang
dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian mencatat, industri makanan dan
minuman menyumbang 34,95% dari Produk Domestik Bruto (PDB) non-migas pada
triwulan III tahun 2017, atau meningkat 4% dibandingkan periode yang sama tahun
lalu. Nilai persentase ini sekaligus menjadi kontributor PDB industri tertinggi
dibanding sektor lainnya (Dabu, 2018).

7
Dengan mengacu kepada data yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian
juga mencatat bahwa industri makanan dan minuman berkontribusi sebesar 6,21%
terhadap PDB nasional pada Triwulan III 2017 atau meningkat 3,85% dibanding
periode yang sama tahun 2016 yang lalu. Dari sisi realisasi investasi, penanaman
modal dalam negeri (PMDN) industri makanan dan minuman mencapai Rp 27,92
triliun pada triwulan III 2017 atau meningkat 16,3% dibandingkan periode yang
sama tahun 2016 yang lalu. Sementara untuk penanaman modal asing (PMA)
mencapai US$ 1,46 miliar (Dabu, 2018).
Memasuki tahun 2018 ini tentunya harapan pertumbuhan industri makanan dan
minuman yang lebih baik lagi bukanlah hal yang mustahil mengingat Bank Dunia
memproyeksikan pertumbuhan perekonomian Indonesia akan lebih baik dari tahun
sebelumnya yaitu mencapai 5,3 persen atau meningkat dari 5,1 persen di tahun 2017.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi itu akan ditopang dari konsumsi rumah tangga yang
tetap tumbuh positif, investasi, dan ekspor. Pertumbuhan konsumsi yang lebih tinggi
akan didukung oleh harga komoditas yang kuat, inflasi yang rendah, nilai tukar
rupiah stabil, pasar tenaga kerja yang kuat, dan penurunan biaya pinjaman (Bank
Dunia, 2018).
Pertumbuhan konsumsi yang lebih tinggi tentunya dapat menjadi kabar yang
mengembirakan bagi para pelaku usaha dikarenakan dengan adanya pertumbuhan
tingkat konsumsi maka sekiranya dakan berdampak terhadap tingkat penjualan.
Terlebih lagi survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada Januari
2018 mengindikasikan keyakinan konsumen masih tetap berada pada level optimis.
Hal tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Januari 2018 sebesar
126,1, tidak berbeda signifikan dari 126,4 pada bulan sebelumnya. Dengan Indeks
Keyakinan Konsumen (IKK) yang positif dapat menjadi indikator yang positif akan
keyakinan konsumen akan kondisi keuangan pribadi dalam 12 bulan ke depan yang
cukup aman dan indikator keinginan berbelanja yang cukup meyakinkan. Hal ini
tentunya akan menambah keyakinan dari pelaku industri makanan dan minuman
untuk dapat mencapai target pertumbuhan yang lebih baik di tahun 2018 ini.
Dengan kondisi makro dan mikrto yang sangat mendukung bagi pertumbuhan
UMKM khususnya di subsektor kuliner di tahun 2018 ini maka menarik untuk dikaji
lebih dalam tentang kenyataan empiris terkait kinerja UMKM sektor kuliner. Dari
berbagai literature menyebutkan bahwa meskipun pernanan UMKM begitu besar
bagi perekonomian Indonesia, akan tetapi bisnis UMKM tidak selalu berjalan dengan

8
baik, masih adanya hambatan dan kendala, baik yang bersifat internal maupun
eksternal yang harus dihadapi para pelaku UMKM. Secara garis besar hambatan dan
kendala yang dihadapi UMKM yang bersifat internal adalah masalah modal dimana
sekitar 60-70% UMKM belum mendapat akses atau pembiayaan perbankan dan
salah satu penyebabnya adalah hambatan geografis. Pada umumnya pelaku usaha
UMKM masih berbadan hukum perorangan sehingga kesulitan dalam pengelolaan
modal serta belum mempunyai sistem administrasi keuangan dan manajemen yang
baik (LPPI, 2015).
Hambatan dan kendala internal yang dihadapi UMKM yang bersifat internal
adalah sumber Daya Manusia yang dimiliki UMKM masih kurang terutama dalam
hal pengetahuan mengenai teknologi produksi terbaru dan cara menjalankan quality
control terhadap produk. Pemasaran produk masih mengandalkan cara sederhana
yaitu pemasaran dari mulut ke mulut dan belum menjadikan media sosial atau
jaringan internet sebagai alat pemasaran dan kemampuan dalam membaca kebutuhan
pasar masih belum tajam, sehingga belum mampu menangkap dengan cermat
kebutuhan yang diinginkan pasar (LPPI, 2015).
Kendala dan hambatan yang bersifat ekternal yang dihadapi UMKM adalah Iklim
usaha masih belum kondusif dimana Koordinasi antar stakeholder UMKM masih
belum padu serta belum tuntasnya penanganan aspek legalitas badan usaha dan
kelancaran prosedur perizinan, penataan lokasi usaha, biaya transaksi/usaha tinggi,
infrastruktur, kebijakan dalam aspek pendanaan untuk UMKM. Secara infrastruktur,
kebanyakan UMKM masih menggunakan teknologi yang masih sederhana dan masih
terbatasnya sarana dan prasarana usaha terutama berhubungan dengan alat-alat
teknologi (LPPI, 2015).
Kendala dan hambatan yang bersifat ekternal lainnya yang dihadapi UMKM
adalah masalah keterbatasan akses terhadap bahan baku, sehingga seringkali UMKM
mendapatkan bahan baku yang berkualitas rendah. UMKM juga mengalami
keterbatasan dalam hal akses terhadap teknologi, terutama bila pasar dikuasai oleh
perusahaan/ grup bisnis tertentus serta UMKM belum mampu mengimbangi selera
konsumen yang cepat berubah, terutama bagi UMKM yang sudah mampu menembus
pasar ekspor, sehingga sering kalah dengan perusahaan yang bermodal lebih besar
(LPPI, 2015).
Jumlah UMKM yang mencapai hingga 99,99% dari total jumlah pelaku usaha
nasional dan sisanya sekitar 0,01% adalah usaha berskala besar maka sekiranya perlu

9
perhatian khusus untuk dapat melihat permasalahan atau kendala-kendala yang
dihadapi UMKM sehingga unit usaha ini dapat terus berkontribusi bagi
perekonomian nasional.Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh UMKM untuk
dapat meningkatkan daya saing adalah dengan melakukan berbagai inovasi.
Keunggulan bersaing berbasis inovasi dan kreativitas harus lebih diutamakan karena
mempunyai daya tahan dan jangka waktu lebih panjang (Suci, 2017).
Keunggulan bersaing berbasis inovasi dan kreativitas dapat diciptakan oleh
UMKM dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan bagi para pelaku UMKM.
Pentingnya kewirausahaan dalam manajemen strategis perusahaan telah diakui
secara luas dalam literatur strategi, karena akan berimplikasi kinerja proses
manajemen, keputusan, dan tindakan di tingkat perusahaan (lumpkin & Dess dalam
Andiningtyas & Nugroho, 2014). Lebih jauh, Karim dalam Djayadiningrat, et.al.,
(2017) menjelaskan bahwa seorang wirausahawan cenderung memiliki banyak
alternatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan, wirausahawan cenderung lebih
kreatif dan inovatif dalam menciptakan sesuatu yang baru atau produk baru dengan
cara yang baru.
Dengan kata lain, kewirausahaan merupakan salah satu kegiatan dan usaha yang
dilakukan dalam menghadapi persaingan dengan melakukan pemecahan masalah
melalui kreativitas ataupun inovasi untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan
mengusahakan berbagai ide yang dapat diterima oleh pasar dan mampu mengatasi
berbagai resiko yang dihadapi.
Salah satu perwujudan dari penerapan jiwa kewirausahaan di dalam perusahaan
adalah orientasi perusahaan. Setyanti, et.al. (2013) memaparkan bahwa orientasi
kewirausahaan adalah keinginan organisasi untuk mempromosikan dan mendukung
kreativitas, fleksibilitas dan pertimbangan risiko. Dengan kata lain, sekiranya
orientasi kewirausahaan menjadi faktor penting dalam hal proses perusahaan untuk
berekspansi dan meningkatkan kinerja perusahaannya dalam menghadapi persaingan
antar sesama pesaing UMKM.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyanti, et.al. (2013) menunjukkan
bahwa orientasi kewirausahaan yang dihasilkan oleh perusahaan UKM batik
diwilayah jawa timur berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Hal senada juga ditunjukkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Zehir, et.al.
(2015) yaitu orientasi kewirausahaan yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan besar

10
yang bergerak di bidang industri manufaktur di wilayah Turki berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Akan tetapi dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan terkait dengan
pengaruh antara variabel orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan
menunjukkan bahwa masih adanya perbedaan hasil penelitian yang didapatkan. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rochdi, et.al. (2017) menunjukkan bahwa orientasi
kewirausahaan tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kinerja perusahaan.
Hasil penelitian yang senada juga dihasilkan oleh Frank, et.al., (2010) yang
menunjukkan bahwa bahwa orientasi kewirausahaan tidak berpengaruh signifikan
dan negatif terhadap kinerja perusahaan. Hasil yang berbeda ditunjukkan penelitian
yang dilakukan oleh Setyawati (2013) yang menunjukkan bahwa orientasi
kewirausahaan tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan.
Faktor lainnya yang dapat meningkatkan kinerja UMKM dengan menciptakan
keunggulan bersaing berbasis inovasi dan kreativitas adalah melakukan inovasi
produk ataupun pelayanan. Dewasa ini banyak unit usaha dalam negeri yang terus
mengembangkan bisnis kearah yang lebih berorientasi pada persaingan dengan cara
berinovasi pada pemasaran digital yang tentunya akan lebih efisien dan efektif dalam
operasional usaha. Kendala utama yang dihadapi oleh berbagai unit usaha di
Indonesia, khususnya UMKM dalam menghadapi era kompetisi Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) adalah adanya keterbatasan mengakses digital bagi para
pelaku UMKM itu sendiri. Hal ini dinyatakan oleh Effendi Ishak dalam Kristiyanti &
Rahmasari, (2015) bahwa salah satu kelemahan UMKM adalah kurangnya akses
informasi, khususnya informasi pasar, yang sebenarnya bisa diperoleh dengan
menguasai teknologi informasi. Dengan menguasai teknologi informasi ini sekiranya
pelaku UMKM akan lebih terbuka melakukan berbagai inovasi usaha.
Menurut Setyanti, et.al. (2013) inovasi dapat didefinisikan sebagai keterbukaan
dan penggunaan pengetahuan baru, teknologi, dan proses kreativitas untuk
menciptakan suatu produk atau layanan sesuai keinginan konsumen.Hal ini perlu
menjadi perhatian penting bagi pelaku UMKM, karena inovasi menciptakan sebuah
produk atau pelayanan baru yang ada dalam bisnis, sehingga dapat membantu unit
usaha untuk memenangi persaingan, dan ketika UMKM tidak mampu berinovasi dari
sisi produk atau pelayanannnya, mengakibatkan akan kalah bersaing dengan
kompetitior yang memiliki kemampuan inovasi yang lebih baik. Inovasi proses yang
menjadikan perusahaan dapat efisien dan efektif dalam hal peningkatan kualitas

11
kinerja, inovasi proses yang sistematis dapat memperbaiki proses panjang,
menurunkan tingkat biaya yang dapat mengoreksi keuntungan, serta kualitas kinerja
yang lebih memiliki pembaharuan.
Dalam mengkaji inovasi, terdapat level inovasi yang mencerminkan variasi
besarnya dampak yang ditimbulkan oleh inovasi yang berlangsung. Muluk dalam
Fitriana (2014) mengatakan kategori level inovasi oleh Mulgan dan Albury terdiri
dari incremental, radikal, sampai transformative. Inovasi incremental berarti inovasi
yang terjadi membawa perubahan-perubahan kecil terhadap proses atau layanan yang
ada. Inovasi radikal merupakan perubahan mendasar dalam pelayanan publik atau
pengenalan cara-cara yang sama sekali baru dalam proses keorganisasian dan
pelayanan. Sekiranya penting untuk mengkaji inovasi secara lebih mendalam dengan
melihat level inovasi yang dihasilkan suatu perusahaan dengan mengkaji inovasi
radikal dan inovasi incremental yang dihasilkan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyanti, et.al. (2013) menunjukkan
bahwa inovasi yang dilakukan oleh perusahaan UKM batik diwilayah jawa timur
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hal senada juga
ditunjukkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Zehir,et.al. (2015) yaitu
inovasi yang dilakukan oleh oleh berbagai perusahaan besar yang bergerak di bidang
industri manufaktur di wilayah Turki berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Akan tetapi dari hasil penelitian lainnya yang telah
dilakukan terkait dengan pengaruh antara variabel inovasi terhadap kinerja
perusahaan menunjukkan bahwa masih adanya perbedaan hasil penelitian yang
didapatkan. Penelitian yang dilakukan oleh Lin dan Chen (2007) pada objek usaha
kecil dan menengah di Taiwan menunjukkan bahwa strategi inovasi berpengaruh
secara positif dan negatif terhadap kinerja perusahaan.
Dalam penelitiannya Lin dan Chen (2007) membagi inovasi ke dalam dua
kategori yaitu inovasi yang sifatnya incremental dan inovasi yang sifatnya radikal,
seluruh dimensi inovasi inkremental berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan, yaitu: technological; administrative: marketing dan strategic. Adapun
untuk inovasi radikal hanya beberapa yang berpengaruh positif terhadap kinerja
organisasi yaitu: marketing dan administrative, sedangkan technological dan
strategic berpengaruh secara negatif terhadap kinerja. Penelitian lainnya yang
dilakukan oleh Hartini (2012) juga menunjukkan hasil yang berbeda dimana inovasi

12
produk tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan serta
inovasi proses tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kinerja perusahaan.
Dalam penelitian yang terbaru menunjukkan bahwa inovasi dapat berperan
sebagai variabel mediasi yang dapat memediasi hubungan antara orientasi
kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Setyanti,
et.al. (2013) dan Zehir,et.al. (2015) menunjukkan bahwa inovasi dapat memediasi
pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian yag
dilakukan oleh Kocak, et.al. (2017) menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan UMKM melalui inovasi radikal dan inovasi
inkremental baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dari berbagai hasil penelitian di atas maka sekiranya masih terdapat celah (gap)
teori yang bisa dibuktikan secara empiris tentang hubungan antara variabel orientasi
kewirausahaan, inovasi dan kinerja perusahaan. Suatu penelitian empiris dilakukan
bertujuan untuk membuktikan sifat hubungan antar variabel-variabel tersebut apakah
parsial atau bersama-sama atau keduanya, langsung atau tidak langsung atau
keduanya, serta positif atau negatif. Oleh sebab itu menarik untuk diteliti lebih dalam
terkait dengan hubungan antara variabel orientasi kewirausahaan, inovasi dan kinerja
perusahaan, khususnya perusahaan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).
Untuk lebih memfokuskan penelitian maka subyek penelitian ini adalah unit
usaha mikro dan kecil di wilayah DKI Jakarta yang bergerak di sektor jasa yaitu
usaha kuliner. Adapun alasan dipilihnya unit usaha mikro adalah unit usaha ini
merupakan pondasi dasar bagi setiap perusahaan untuk tumbuh dan berkembang
selanjutnya dan faktor-faktor seperti orientasi kewirausahaan, inovasi radikal
maupun inovasi inkremental menjadi faktor yang penting bagi peningkatan kinerja
perusahaan. Peranan dari pemilik menjadi faktor yang krusial bagi setiap keputusan
startegik perusahaan pada unit usaha mikro sehingga gambaran orientasi
kewirausahaan, inovasi radikal maupun inovasi inkremental dapat tercermin dari
keputusan yang diambil oleh pemilik usaha ini. Dengan kata lain, pemilik usaha akan
menjadi subyek untuk penelitian ini dikarenakan keputusannya akan mencerminkan
faktor-faktor seperti orientasi kewirausahaan, inovasi radikal maupun inovasi
inkremental. Berdasarkan hal yang tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian berjudul “ Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap
Kinerja Perusahaan Melalui Inovasi Radikal Dan Inovasi Inkremental Pada
UMKM Jasa Kuliner Di Wilayah Jakarta”

13
1.2 Identifikasi Masalah.

Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah orientasi kewirausahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
UMKM Jasa Kuliner di wilayah Jakarta?
2. Apakah orientasi kewirausahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui
inovasi radikal UMKM Jasa Kuliner di wilayah Jakarta?
3. Apakah orientasi kewirausahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui
inovasi inkremental UMKM Jasa Kuliner di wilayah Jakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu :


1. Untuk mengetahui pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan
UMKM Jasa Kuliner di wilayah Jakarta.
2. Untuk mengetahui pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan
melalui inovasi radikal UMKM Jasa Kuliner di wilayah Jakarta.
3. Untuk mengetahui pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan
melalui inovasi inkremental UMKM Jasa Kuliner di wilayah Jakarta.

1.4 Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi universitas, hasil penelitan ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan
dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan
pertimbangan yang berarti dalam melakukan kegiatan atau pengembangan bisnis
dalam bidang kewirausahaan.
3. Bagi penulis, penelitian ini sebagai upaya menambah wawasan dan kemampuan
mengaplikasikan ilmu yang pernah diperoleh selama perkuliahan serta sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan studi strata satu.

1.5 Sistematika Pembahasan

Bab 1 Pendahuluan
Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian yang berhubungan dengan

14
pengaruh orientasi kewirausahaan, inovasi radikal, dan inovasi inkremental terhadap
kinerja perusahaan.
Bab 2 Kajian Pustaka
Isi dari bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan untuk melakukan analisis
dalam penelitian ini, serta rerangka, model penelitian dan perumusan hipotesis.
Bab 3 Metode Penelitian
Dalam bab ini menjabarkan mengenai pemilihan objek penelitian, data yang akan
dihimpun, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik pengujian
hipotesis dan operasional variabel.
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
Bab ini akan membahas dan lebih spesifik menjelaskan gambaran umum objek
penelitian, pembahasan hasil penelitian, kesesuaian dengan teori, argumentasi
penelitian, dan hasil penelitian serta implikasi atas hasil penelitian tersebut.
Bab 5 Penutup
Pada bab ini akan disimpulkan mengenai hasil penelitian dari bab-bab terdahulu,
jawaban atas rumusan masalah, dan kemudian diberikan saran-saran.

1.6 Tinjauan Pustaka(State of The Art)

Tabel 1.3 Tinjauan Pustaka

Teknik /
No Pengarang Variabel Hasil Industri Negara
Metode
1 Innovation Role in 1. entrepreneurship
Mediating the Effect of orientation dapat
Entrepreneurship meningkatkan
Orientation, business
Management performance yang
Capabilities and dimediasi oleh
Knowledge Sharing inovasi.
Toward Business 2. management
Performance: Study at Var. Bebas = capabilities dapat
Batik SMEs in East Entrepreneurship meningkatkan
Java Indonesia Oleh Orientation (X1), business
Partial Least
Sri Wahyu Lelly Hana Management performance yang
Square
Setyanti, Eka Afnan Capabilities (X2), dimediasi oleh UMKM
Indonesia (sampel 125
Troena, Umar Nimran Knowledge sSharing inovasi. (Tesktil)
pemilik
dan Mintarti Rahayu (X3). Var. Terikat = 3. knowledge
usaha batik)
(2013) Bus. Performance sharing dapat
(Y). Var. Mediasi = meningkatkan
Innovation Role (Z) business
performance yang
dimediasi oleh
inovasi.
4. Level inovasi
yang tinggi dapat
meningkatkan
business
performance.

15
2
1. differentiation
strategy memediasi
hubungan antara
entrepreneurial
orientation dan firm
performance
Linking entrepreneurial Var. Bebas =
2. Innovation
orientation to firm Entrepreneurship Partial Least
performance
performance: the role of Orientation (X1). Square
memediasi
differentiation strategy Var. Terikat = Firm (sampel 991
hubungan antara UMKM
and innovation Performance (Y). Turki manajer dan
entrepreneurial (Manufaktur)
performance Oleh Var. Mediasi = middle
orientation dan firm
Cemal Zehira , Esin Differentiation manajer di
performance
Canb, dan Tugba Strategy (Z1), 331 UMKM)
3. differentiation
Karabogac (2015) Innovation Role (Z2)
strategy memediasi
hubungan antara
entrepreneurial
orientation dan
innovation
performance

3
breadth of
open innovation
Var. Bebas = breadth berpengaruh
A quantitative study on
of terhadap SMEs
the influence of breadth
open innovation (X), product-service.
of open innovation on
Var. Terikat = SMEs Tipe inovasi
SMEs product-service Regresi
product-service (Radical Innovation UMKM
performance: The berganda
performance (Y). (Z1) & Incremental (Industri Inggris
moderating effect of (Sampel 72
Var. Moderasi = Innovation (Z2) ) Manufaktur)
type of innovation oleh responen)
Innovation type: memoderasi
Idika Awa Uduma,
Radical Innovation hubungan antara
Andy Fred Wali dan
(Z1) , Incremental breadth of
Len Tiu Wright (2015)
Innovation (Z2) open innovation
terhadap SMEs
product-service
4 Mediating Role Of The Var. Bebas = 1. Entrepreneurial UMKM Algeria Partial Least
Innovation Entrepreneurship orientation tidak (Multi Squares
Effectiveness On The Orientation (X1). berpengaruh Industri) Structural
Relationship Between Var. Terikat = Firm signifikan dan Equation
Entrepreneurial Performance (Y). negatif terhadap Modeling
Orientation And The Var. Mediasi = Firm performance. (258
SMEs Performance In Innovation (Z1) 2. Entrepreneurial respondents
Algeria Oleh Rochdi, orientation pemilik dan
D.; Khatijah, O.; & berpengaruh manajer)
Muhammad, A.S.A.H. signifikan dan
(2017) positif terhadap
Innovation
Effectiveness
3. Innovation
Effectiveness
berpengaruh
signifikan dan
positif terhadap
Firm performance
4. Innovation
Effectiveness
memediasi

16
hubungan antara
Entrepreneurial
orientation terhadap
Firm performance

5 Entrepreneurial Var. Bebas =


Orientation and Entrepreneurship
innovativeness, Partial Least
Business Performance Orientation :
pro-activeness dan Square
of innovativeness (X1),
risk taking Structural
Manufacturing Sector pro-activeness (X2) UMKM
berpengaruh positif Equation
Small and Medium dan risk taking (X3). (Industri Pakistan
fan signifikan Modeling
Scale Enterprises Var. Terikat = Firm Manufaktur)
terhadap (sampel 348
of Punjab Pakistan Oleh Performance (Y).
business responden
Syed Hussain Haider,
performance SMEs. UMKM)
Muzaffar Asad, &
Minaa Fatima (2017)
6 Entrepreneurship
Orientation (X1), |
Firm Resources
Relationship between (X2) dan SME
Entrepreneurial Branding (X3)
Var. Bebas = Partial Least
Orientation, Firm berpengaruh
Entrepreneurship Squares
Resources, SME signifikan terhadap
Orientation (X1), | Structural
Branding and Firm’s Firm Performance
Firm Resources (X2), UMKM Equation
Performance: Is (Y). Innovation (Z)
SME Branding (X3). (Multi Pakistan Modeling
Innovation the Missing mediasi hubungan
Var. Terikat = Firm Industri) (117
Link? Oleh Muhammad antara
Performance (Y). respondents
Haroon Hafeez, Mohd Entrepreneurship
Var. Mediasi = pemilik dan
Noor Mohd Shariff, Orientation (X1), |
Innovation (Z) manajer)
Halim Bin Mad Lazim Firm Resources
(2012) (X2) dan SME
Branding (X3)
terhadap Firm
Performance (Y).

Sumber : Peneliti, 2018

17
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Manajemen.

Manajemen dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjalankan segala


sesuatunya menjadi selesai, secara efektif dan efisien melalui dan dengan individu-
individu lainnya. Proses, efektif dan efisien merupakan kata kunci dari pendefisinian
manajemen di atas. Proses ini dapat merepresentasikan aktivitas utama yang
ditunjukkan oleh manajer. Efektif dapat diartikan sebagai menjalankan tugas yang
tepat seperti yang telah diterjemahkan oleh organisasi sebagai pencapaian tujuan.
Efisien dapat diartikan sebagai menjalankan tugas secara tepat dan akan mengacu
kepada hubungan antara input dan output (Robbins, et.al., 2013).
Dengan lebih mendetail manajemen dapat diartikan sebagai proses
pendayagunaan bahan baku dan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Proses ini melibatkan organisasi, arahan, koordinasi, dan evaluasi orang-
orang guna mencapai tujuan tersebut. Maka secara sederhana manajemen sumber
daya manusia merupakan proses pendayagunaan sumber daya manusia untuk
mencapai tujuan organisasi (Simamora, 2015).
Hal senada juga diungkapkan oleh pakar lainnya yang menyakan bahwa
manajemen merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang mengalokasikan input
dari suatu organisasi (sumber daya manusia, sumber daya lainnya dan ekonomi)
dengan fungsi pengelolaan yang khas (perencanaan, pengorganisasian, memimpin
dan mengendalikan) untuk mencapai tujuan yaitu output (barang dan jasa) yang
diinginkan oleh masyarakat (lingkungan) (Hasibuan, 2016).
Dari berbagai definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
merupakan proses yang berkelanjutan dengan mengalokasikan berbagai input yang
merupakan segala sumber daya yang dimiliki dari suatu organisasi (sumber daya
manusia, sumber daya lainnya dan ekonomi) dengan menjalankan fungsi pengelolaan

18
seperti perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan) secara efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

2.1.2 Proses Manajemen.

Dari pendefenisian di atas tentang manajemen maka proses memegang peranan


strategis dalam pencapaian tujuan organisasi. Banyak para ahli yang menjelaskan
tentang proses dalam manajemen salah satunya menjelaskan bahwa proses
manajemen terdiri dari fungsi-fungsi sebagai berikut (Robbins, et.al., 2013):

1. Planning.

Proses manajemen pada tahapan perencanaan ini meliputi segala aktifitas seperti
mendefinisikan tujuan organisasi, menetapkan semua startegi untuk pencapaian
tujuan organisasi, dan mengembangkan hirarki perencanaan yang komprehensif
untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan segala aktifitas. Menetapkan
tujuan organisasi akan mengarahkan setiap pekerjaan lebih terfokus dan terkontrol
dengan adanya penetapan skala prioritas.

2. Organizing.

Proses manajemen pada tahapan perencanaan ini meliputi segala aktifitas seperti
pembuatan struktur organisasi yang akan menentukan jenis pekerjaan yang harus
dijalankan, individu yang akan menjalankannya, pembentukan tim untuk
mendukung pencapaian tugas tersebut, pengorganisasian pelaporan aktifitas
pekerjaan, dan segala keputusan yang akan diambil.

3. Leading.

Proses manajemen pada tahapan perencanaan ini meliputi segala aktifitas seperti
memotivasi karyawan, mengarahkan segala aktifitas pekerjaan, serta memilih
saluran komunikasi yang efektif dan penyelesaian konflik.

4. Controlling.

Proses manajemen pada tahapan perencanaan ini meliputi segala aktifitas seperti
memonitor kinerja karyawan maupun organisasi, membandingkannya dengan
tujuan organisasi yang telah ditetapkan serta melakukan selaga tindakan koreksi
atas segala penyimpangan yang telah terjadi.

19
2.1.3. Definisi Unit Usaha Kecil dan Menengah

Organisasi bisnis dapat dilihat berdasarkan skala usaha yang dijalankannya.


Dengan kata lain, organisasi bisnis dilihat berdasarkan skala usahanya dapat dilihat
dalam skala kecil, menengah dan besar. Dengan mengacu kepada kepanjangan dari
UMKM maka unit usaha ini berada pada skala kecil dan menengah. Bisnis umumnya
dianggap kecil jika dimiliki, dioperasikan, dan dibiayai secara independen; memiliki
kurang dari 100 karyawan; dan memiliki dampak yang relatif kecil terhadap
industrinya (Hatten, T.S., 2012).

Pendefinisian UMKM secara lebih mendetail dipaparkan dalam UU No.20 Tahun


2008 tentang kriteria UMKM yang membagi UMKM kedalam tiga kategori usaha
yaitu:

1. Usaha Mikro.
Pasal 6 UU No.20 Tahun 2008 memaparkan bahwa bentuk permodalan suatu
usaha dikatakan sebagai Usaha Mikro jika memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp300.000.000,00 dan memiliki jumlah karyawan 10 orang.
2. Usaha Kecil.
Pasal 6 UU No.20 Tahun 2008 memaparkan bahwa bentuk permodalan suatu
usaha dikatakan sebagai Usaha kecil jika memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) dan memilikijumlah karyawan 30 orang.
3. Usaha Menengah.
Pasal 6 UU No.20 Tahun 2008 memaparkan bahwa bentuk permodalan suatu
usaha dikatakan sebagai usaha menengah jika memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) dan memiliki jumlah
karyawan hingga 300 orang.

20
2.1.2 Penerapan Manajemen UMKM.

UMKM pada umumnya berbasis pada sumberdaya ekonomi lokal dan tidak
bergantung pada impor, serta hasilnya mampu diekspor. Dengan demikian,
pengembangan UMKM diharapkan akan meningkatkan stabilitas ekonomi makro,
karena menggunakan bahan baku lokal dan memiliki potensi ekspor, sehingga akan
membantu menstabilkan kurs rupiah dan tingkat inflasi. Pembangunan UMKM akan
menggerakkan sektor riil, karena UMKM umumnya memiliki keterkaitan industri
yang cukup tinggi. Dengan keunikannya tersebut maka pembangunan UMKM
diyakini akan memperkuat fondasi perekonomian nasional.
Untuk itu aspek manajemen yang perlu diperhatikan dan dikelola oleh UMKM
meliputi (LPPI, 2015):
1. Aspek manajemen Pasar dan pemasaran dimana UMKM harus dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan pelanggan.
2. Aspek manajemen produksi dimana UMKM harus dapat menghasilkan produk
yang bagus, yang lebih mudah dan murah.
3. Aspek manajemen sumber daya manusia dimana setiap karyawan yang terkait
(internal maupun ceksternal UMKM) dapat memberikan manfaat kepada
organisasi.
4. Aspek manajemen keuangan dimana UMKM harus dapat mengetahui
keuntungannya atau kerugiannya, dan kekayaannya.
5. Aspek kreativitas dimana UMKM harus dapat berfikir sesuatu yang baru.
6. Aspek inovasi dimana UMKM harus dapat melakukan sesuatu yang baru.
7. Aspek memobilisasi sumber-sumber daya dan mendinamisasi proses dimana
UMKM harus dapat menjadi lebih efisien, lebih efektif, lebih produktif dan lebih
menguntungkan, serta lebih memberikan keberhasilan usaha.

2.1.3 Risiko Bisnis UMKM.

UMKM sebagai suatu unit usaha yang relatif baru di pasar maka tidak terlepas
dari adanya risiko-risiko bisnis yang dihadapinya. Adapun risiko-risiko yang umum
dihadapi UMKM adalah sebagai berikut (LPPI, 2015):

1. UMKM belum memiliki sistem administrasi keuangan dan manajemen yang baik
dan sederhana karena belum dipisahkannya kepemilikan dan pengelolaan

21
perusahaan. Hal ini diikuti pula oleh lemahnya sistem pengendalian internal,
sehingga rawan terhadap penyelewengan.

2. UMKM sulit dalam menyusun proposal, membuat studi kelayakan, dan


menyediakan agunan yang dibutuhkan bank serta belum mendaftarkan usahanya
sebagai badan usaha resmi sehingga mengalami kesulitan untuk memperoleh
pinjaman bank maupun modal ventura.

3. Pelaku UMKM biasanya memiliki kendala dalam menyusun perencanaan bisnis,


belum memiliki strategi pemasaran produknya sehingga kurang memiliki
kemampuan mengikuti selera konsumen yang cepat berubah.

4. Sumber daya yang dimiliki oleh UMKM umumnya masih terbatas dalam hal
tenaga pengelola dan produksi kurang terampil, kendala dalam mengakses
teknologi, keterbatasan dalam mendapatkan pasokan bahan baku serta kualitas
produk dan produktivitas masih rendah.

5. Seringkali bisnis UMKM dikelola oleh keluarga dan biasanya yang artinya sangat
tergantung kepada orang tertentu, sehingga keberlanjutan perusahaan tergantung
pada figur bukan sistem.

2.1.4 Pengertian Entrepreneur (Pengusaha) dan Entrepreneurial


(Kewirausahaan).

UMKM dan entrepreneur merupakan dua aspek yang tidak bisa terpisahkan. Hal
ini dikarenakan entrepreneur merupakan individu yang menciptakan bisnis baru
dalam menghadapi risiko dan ketidakpastian untuk mencapai keuntungan dan
pertumbuhan dengan mengidentifikasi peluang dan mengumpulkan sumber daya
yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang tersebut. Entrepreneur biasanya
memulai dengan tidak lebih dari sebuah ide; seringkali yang sederhana; dan
kemudian mengatur sumber daya yang diperlukan untuk mengubah gagasan itu
menjadi bisnis yang berkelanjutan (Scarborough, 2012).
Hal ini sama pula berlaku antara entrepreneur (wirausahawan) dan
entrepreneurial (kewirausahaan) dimana kedua aspek tersebut tidak bisa terpisahkan.
Kewirausahaan (entrepreneurship) dalam pengertian yang sempit sebagai pemilik
usaha / manager sedangkan dalam arti yang luas, kewirausahaan (entrepreneurship)
diartikan sebagai individu yang kreatif dan inovatif sama halnya karyawan yang
memiliki kapasitas sebagai pemilik usaha. Dengan kata lain, entrepreneur

22
(usahawan) merupakan sosok yang individu yang menjalankan bisnis dan
entrepreneurship (kewirausahaan) merupakan karakter yang ada pada sosok
entrepreneur (wirausahawan) (Lowe & Marriott, 2006).
Entrepreneurship (kewirausahaan) sebagai suatu karakter dapat didefiniskan
sebagai suatu proses penglihatan, perubahan, dan penciptaan yang dinamis. Hal ini
tentunya membutuhkan penerapan energi dan semangat untuk menciptakan dan
menerapkan gagasan baru dan solusi kreatif. Hal yang utama adalah kemauan untuk
mengambil risiko yang diperhitungkan dalam hal waktu, modal, atau karir;
kemampuan untuk merumuskan tim kerja yang efektif; keterampilan kreatif untuk
mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan; keterampilan dasar membangun
rencana bisnis yang solid; dan akhirnya, visi untuk mengenali peluang di mana orang
lain melihat adanya kekacauan, kontradiksi, dan kebingungan (Frederick & Kuratko,
2010).
Hal serupa juga dipaparkan oleh ahli lainnya dimana karakter mendasar yang
harus dimiliki oleh seseorang yang memiliki jiwa Entrepreneur (wirausahaan) adalah
memiliki karakter penciptaan, inovasi, pengambil risiko akan kegagalan bisnis,
kemampuan manajemen secara umum dalam membuat pedoman bisnis dan
mengalokasikan sumber daya ada serta pencapaian tertinggi akan pertumbuhan
penjualan dan keuntungan (Scarborough, 2012).
Empat aspek mendasar untuk menjadi seorang pengusaha yang memiliki jiwa
kewirausahaan, yaitu pertama, melibatkan proses penciptaan dan menciptakan suatu
nilai baru. Kedua, menuntut sejumlah waktu dan upaya yang dibutuhkan. Ketiga,
melibatkan seseorang menjadi pengusaha, penghargaan yang paling penting adalah
kebebasan, lalu kepuasan pribadi. Keempat, pengusaha akan merespon dan
menciptakan perubahan melalui tindakan (Rosmiati, et.al. 2015).
Dengan mengacu kepada berbagai pendefinisian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kewirausahaan merupakan suatu proses dan upaya untuk mencari,
menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru yang bertujuan
untuk mengejar peluang/kesempatan yang akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup melalui suatu inovasi, tanpa memperhatikan sumber daya yang
mereka atur.
Dengan karakternya yang hampir sama seperti agen perubahan maka seorang
wirausaha (entrepreneur) akan memiliki peranan yang terdiri dari pertama,
menemukan pasar baru sebagai bentuk inovasi. Kedua, memiliki kontribusi terhadap

23
kesejahteraan secara umum melalui transfer teknologi yang cepat dan menyeluruh.
Ketiga, meningkatkan struktur perdagangan dan keempat, meningkatkan
kesejahteraan bagi angkatan kerja dan pengusaha di negara asal (Audretsch, et.al.,
2009).

2.1.3 Orientasi Kewirausahaan.

Kewirausahaan dapat diartikan sebagai karakteristik dari manajer bisnis dan


pemilik individual, karena pengusaha menghadapi ketidakpastian lingkungan dengan
mengembangkan respon yang inovatif. Namun, Miller (1983) dan Diefenbach (2011)
mengemukakan interpretasi konsep yang lebih luas dimana konsep kewirausahaan
yang mewakili karakteristik perusahaan yang melampaui upaya salah satu manajer
kunci, terutama ketika ukuran perusahaan dan organisasinya berkembang. Struktur
akan menjadi lebih kompleks.
Miller merupakan ahli pertama yang mengembangkan pemikiran tentang
orientasi kewirausahaan. Dia berpendapat bahwa orientasi kewirausahaan atau
disebutnya sebagai entrepreneurial firm merupakan perusahaan yang bergerak dalam
inovasi produk, melakukan usaha yang berisiko, dan mereka yang pertama kali
menemukan inovasi 'proaktif', mengalahkan pesaing dengan pukulan (Miller, 1983 &
Diefenbach, 2011).
Pemikiran dari Miller (1983) & Diefenbach (2011) ini kemudian dikembangkan
oleh Covin dan Slevin (1991) & Diefenbach (2011) dengan membuat model
konseptual entrepreneurship sebagai suatu perilaku organisasi. Dengan model
konseptual ini, maka konsep entrepreneurship semacam ini merupakan perluasan
dari gagasan Schumpeter ke tingkat perusahaan. Dia menyebut orientasi
kewirausahaan ini sebagai entrepreneurial posture. Entrepreneurial posture ini
merefleksikan tiga tipe level dari perilaku organisasi yaitu pengambilan risiko (risk
taking) oleh top management dalam usahanya mengambil keputusan investasi dan
aksi strategik dalam mengahdapi ketidakpastian, kepekaan dan frekuensi terhadap
inovasi produk, dan melakukan tindakan secara proaktif dan agresif untuk
mengalahkan kompetitor. Entrepreneurial posture ini dapat dipengaruhi oleh dan
mempengaruhi variabel pada tingkat organisasi, lingkungan, dan individu (Covin dan
Slevin, 1991) & Diefenbach (2011).
Pakar lainnya yang mengembangkan pemikiran orientasi kewirausahaan adalah
Lumpkin dan Dess (1996) & Diefenbach (2011) dimana dialah yang pertama kali

24
menyebut konsep dari Miller sebagai orientasi kewirausahaan (entrepreneurial
orientation) dan dia berpendapat bahwa orientasi kewirausahaan sebagai kebijakan
dan praktik yang memungkinkan perusahaan mengadopsi posisi kewiraswastaan saat
menghadapi peluang bisnis baru (Lumpkin dan Dess, 1996 & Diefenbach, 2011).
Dalam perkembangannya, telah banyak ahli yang mendefinisikan orientasi
kewirausahaan secara lebih komprehensif seperti Rauch et.al. (2009) & Diefenbach,
(2011) yang melihat orientasi kewirausahaan (entrepreneurial orientation) mewakili
kebijakan dan praktik yang memberikan dasar bagi keputusan dan tindakan
kewirausahaan. Dengan demikian, EO dapat dipandang sebagai proses pembuatan
strategi kewirausahaan yang digunakan pengambil keputusan utama untuk
memberlakukan tujuan organisasi perusahaan mereka, mempertahankan visinya, dan
menciptakan keunggulan kompetitif. Dengan kata lain, orientasi kewirausahaan
(entrepreneurial orientation) merupakan kebijakan dan praktik yang memungkinkan
perusahaan mengadopsi posisi kewirausahaan saat menghadapi peluang bisnis baru
(Rauch, et.al., 2009) & Diefenbach, (2011).
Proses pembuatan kebijakan pada level perusahaan menjadi dasar pemikiran dari
orientasi kewirausahaan (entrepreneurial orientation) dimana orientasi
kewirausahaan sebagai kerangka pemikiran dan perspektif tentang kewiraswastaan
yang tercermin dalam proses perusahaan yang sedang berjalan dan budaya
perusahaan, dan orientasi kewirausahaan akan mencakup sebuah proses atau cara di
mana pengusaha berperilaku dalam menciptakan pasar baru mereka yaitu dengan
perusahaan baru, produk baru atau teknologi atau pasar baru (Sedyowidodo, et.al. ,
2017).
Dari berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa orientasi
kewirausahaan merupakan suatu proses pada level perusahaan untuk menjalankan
kebijakan dan praktik inovatif yang membuat perusahaan siap untuk menanggung
risiko, dengan menciptakan suatu‘perusahaan yang baru’, produk baru atau teknologi
/ pasar baru sehingga perusahaan akan menemukan dan mendapatkan peluang bisnis
baru. Dengan kata lain orientasi kewirausahaan merupakan kesediaan organisasi
untuk menemukan dan menerima peluang baru dan mengambil tanggung jawab
untuk mempengaruhi perubahan dan konsep ini tidak terkait dengan variabel pada
level individu seperti pada teori entrepreneurship sebelumnya, hal ini terkait dengan
proses tingkat perusahaan.

25
2.1.3.1 Dimensi Orientasi Kewirausahaan.

Dimensi dari Orientasi Kewirausahaan akan mengacu kepada penelitian yang


dilakukan oleh Lumpkin & Dess (1996) & Arshad, et.al. (2014) yang mengukur
orientasi kewirausahaan ke dalam lima dimensi yaitu:
1. Innovativeness yaitu kecenderungan untuk terlibat dan mendukung gagasan baru,
hal-hal yang baru, eksperiment dan proses kreatif yang menghasilkan produk,
pelayanan dan proses teknologi.
Indikator:
- Pemilik menciptakan ide menu baru
- Pemilik menciptakan pelayanan kreatif yang belum pernah dijalankan oleh
kompetitor.
2. Proaktif yaitu tindakan perusahaan dalam mengeksploitasi dan mengantisipasi
peluang yang muncul dengan mengembangkan dan mengenalkan serta melakukan
perbaikan terhadap suatu produk.
Indikator:
- Pemilik menciptakan peluang pasar baru atas menu yang ditawarkan.
- Pemilik memperbaiki kekurangan menu yang ditawarkan dari sisi harga
maupun rasa.
3. Risk-taking (pengambilan resiko) yaitu komiten atau kemauan dari sumber daya
perusahaan untuk menjalani kegiatan dan proyek yang mengakibatkan
ketidakpastian hasil.
Indikator:
- Pemilik menawarkan menu yang belum pasti akan peminatnya.
- Pemilik membuka unit usaha baru yang cukup berisiko.
4. Agresivitas kompetitif adalah intensitas perusahaan untuk memperbaiki posisi
mereka untuk mengalahkan dan menyalip pesaing mereka di pasar dengan secara
agresif memasuki pasar yang telah diidentifikasi oleh pesaing.
Indikator:
- Pemilik membuat strategi harga kompetitif untuk mengalahkan kompetitor.
- Pemilik melakukan evaluasi atas strategi harga kompetitif yang telah dibuat.

2.1.4 Inovasi.

Kemampuan berinovasi adalah kompetensi inti yang vital yang harus dimiliki oleh
pemimpin, pengusaha atau manajer, untuk membangun bisnis yang menguntungkan
dan menguntungkan. Inovasi dan penemuan baru (invention) seringkali
disamaartikan oleh khalayak umum, pada kenyataanya terdapat perbedaan yang jelas
antara konsep invention dan innovation. Hal ini dapat terlihat dari pendapat yang
dikemukakan oleh ekonom terkenal Joseph Schumpeter dimana perbedaan definisi
ini adalah invention / penemuan adalah hasil keluaran dari penelitian terapan,

26
sementara 'inovasi' adalah keberhasilan pengenalan sebuah penemuan di pasar
sebagai solusi fungsional (produk atau jasa). Dengan kata lain secara sederhana
inovasi dapat dikatakan sebagai proses wirausaha yang mengembangkan
keterhubungan antara penelitian ilmiah, pembelajaran, kondisi pasar dan ekonomi
(Carayannis, et.al., 2016).
Inovasi seringkali disangkutpautkan dengan sebuah proses di mana kreativitas
diterapkan pada setiap aspek rantai nilai sebuah organisasi, dari awal sampai akhir,
untuk mengembangkan cara baru dan yang lebih baik untuk menciptakan nilai untuk
pelanggan (Maital & Seshadri, 2007). Penciptaan nilai terhadap pelanggan dapat
diartikan sebagai proses mengambil ide kreatif dan mengubahnya menjadi produk,
layanan, atau metode operasi yang bermanfaat (Robbins, et.al., 2013).
Inovasi sebagai suatu bentuk keberhasilan penggunaan gagasan baru atau kreatif
sekiranya terdapat dua kriteria yang harus terpenuhi adalah kebaruan (novelty) dan
penggunaan. Kebaruan (Novelty) diperlukan karena praktik inovasi benar-benar
menggunakan penemuan ilmiah / metode produksi atau metode manajemen baru.
Hasil dari inovasi meliputi inovasi produk dan proses - kedua hasil ini saling terkait
dan terdiri dari proses kompleks yang melibatkan keseluruhan fungsi perusahaan
(Rochdi, et.al., 2017).
Aspek lainnya yang harus dipenuhi dari inovasi adalah adanya keterbukaan dan
penggunaan pengetahuan, teknologi, dan proses kreativitas baru untuk menciptakan
suatu produk atau layanan sesuai keinginan pelanggan (Setyanti, et.al., 2013).
Dengan adanya keterbukaan ini maka tujuan akhir dari inovasi akan tercapai yaitu
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Daya saing yang berkelanjutan
memerlukan inovasi yang berkelanjutan. Untuk membawa inovasi ke pasar,
perusahaan menyusun sebuah penemuan dan menciptakan 'rantai nilai' di sekitarnya
(Maital & Seshadri, 2007), sehingga sekiranya ada hubungan yang erat antara inovasi
dengan invention meskipun dua konsep tersebut merupakan dua hal yang berbeda.
Lebih jauh, upaya inovasi yang terus menerus untuk penciptaan produk, layanan
dan proses produksi baru sehingga menciptakan keunggulan kompetitif akan
mencakup tiga bidang penting, yaitu pertama evaluasi sumber daya yang melibatkan
kegiatan penelitian dan pengembangan, penerapan teknologi baru, produktivitas
penjualan dan produksi, investasi proses produksi baru dan ekspansi ke pasar baru
atau perluasan basis pelanggan. Kedua, pengembangan dan pembaharuan investasi
dan pertumbuhan, peluang pengembangan profesionalitas sumber daya manusia,

27
optimisme dan semangat yang baru dan tinggi. Ketiga, keberhasilan bisnis dalam
membangun reputasi dan menarik pelanggan baru, citra bisnis yang dinamis, dan
pengembangan produk yang berkelanjutan dan membedakan diri dari pesaing
(Carayannis, et.al., 2016).
Inovasi sebagai suatu konsep dalam perkembangannya dapat dijabarkan ke dalam
berbagai tipe. Jenis inovasi yang pertama adalah pengenalan produk baru atau
perubahan kualitatif pada produk yang ada. Kedua, inovasi proses baru terhadap
industri. Ketiga, pembukaan pasar baru. Keempat, pengembangan sumber baru untuk
memasok bahan baku atau lainnya masukan. Kelima, perubahan dalam organisasi
industri (Setyanti, et.al., 2013). Keenam adalah inovasi teknologi yaitu
pengembangan terhadap teknologi baru (Zehir, et.al., 2015). Ketujuh adalah inovasi
paradigma, yaitu perubahan model mental yang mendasari yang membingkai apa
organisasi tidak. Kedelapan adalah inovasi posisi yaitu perubahan dalam konteks di
mana produk / layanan diperkenalkan (Tidd & Bessant, 2013).
Dari berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah
adopsi gagasan atau perilaku yang baru olehperusahaan dengan disertai adanya sikap
keterbukaan dan penggunaan pengetahuan, teknologi, dan proses kreativitas baru
untuk menciptakan suatu produk atau layanan sesuai keinginan pelanggan dengan
menggunakan penemuan ilmiah / metode produksi atau metode manajemen baru.

2.1.5 Inovasi Radikal.

Jenis inovasi bervariasi tergantung pada objek, sektor yang mengacu, dan ruang
lingkup atau intensitasnya. Jenis ini tidak terikat satu dengan yang lainnya. Untuk
penelitian ini variabel yang akan dikembangkan didasari oleh jenis inovasi
diklasifikasikan berdasarkan intensitas dan ruang lingkup inovasi. Jenis inovasi yang
diklasifikasikan berdasarkan intensitas dan ruang lingkup inovasi terbagi menjadi
dua yaitu inovasi radikal dan inovasi inkremental (Carayannis, et.al., 2016).
Pembedaan terhadap kedua jenis inovasi ini didasari oleh tingkat kebaruan (novelty)
yang dimunculkan dalam inovasi (Tidd & Bessant, 2013).
Inovasi radikal secara sederhana dapat diartikan sebagai melakukan sesuatu yang
berbeda (Tidd & Bessant, 2013). Proses melakukan sesuatu yang berbeda ini dapat
diartikan sebagai penciptaan beberapa atribut baru yang signifikan yang sebelumnya
tidak ada, sehingga pada dasarnya akan menciptakan sebuah produk baru (Maital &
Seshadri, 2007). Sesuatu yang berbeda ini dapat pula diartikan sebagai inovasi yang

28
akan membawa perubahan mendasar dalam aktivitas dan praktik perusahaan saat ini.
Perubahan ini akan memberi momentum pada aktivitas bisnis baru, strategi dan
struktur dan mengenalkan produk baru secara keseluruhan (Carayannis, et.al., 2016).
Inovasi radikal (inovasi eksploratif) dirancang untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan dan pasar baru, dan menawarkan desain baru, menciptakan pasar baru,
atau mengembangkan saluran distribusi baru. Mereka melibatkan pengetahuan baru
atau lepas dari pengetahuan dan hasil yang ada atas pencarian rutinitas organisasi
baru dan penemuan pendekatan baru terhadap teknologi, bisnis, proses, dan produk
(Kocak, et.al., 2017).
Inovasi radikal hanya dapat diproduksi dengan secara sadar membangun
hubungan kolaborasi dengan para penghasil pengetahuan utama dan secara konsisten
memelihara hubungan semacam itu dan dalam studi yang terbaru menjelaskan
bahwa inovasi radikal sangat berpengaruh pada adanya pengetahuan ilmiah baru
yang dihasilkan di universitas dan organisasi penelitian. (Uduma, et.al., 2015).
Dari berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa inovasi radikal
adalah perubahan mendasar dalam produk, pelayanan atau pengenalan cara-cara
yang sama sekali baru dalam proses keorganisasian, produk dan pelayanan yang
sengaja dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar baru dengan
menawarkan desain atau pelayanan baru, menciptakan pasar baru, atau
mengembangkan saluran distribusi baru.

2.1.5.1 Dimensi Inovasi Radikal.

Dimensi yang akan dipakai di dalam penelitian ini untuk mengukur inovasi
radikal berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kocak, et.al., (2017) yaitu:
1. Penciptaan produk baru adalah organisasi mampu menciptakan produk baru yang
belum pernah diciptakan pesaing.
Indikator:
- Pemilik menawarkan menu makanan baru yang belum ada di pasaran.
- Pemilik menawarkan menu minuman baru yang belum ada di pasaran.
2. Penciptaan pelayanan baru adalah organisasi mampu menciptakan pelayanan baru
yang belum pernah diciptakan pesaing.
Indikator:
- Pemilik menciptakan penyajian makanan baru yang belum pernah diterapkan
oleh siapapun.

29
- Pemilik menciptakan cara pembayaran baru yang belum pernah diterapkan
oleh kompetitor sejenis.
3. Pengembangan saluran distribusi baru adalah organisasi mampu menciptakan
sistem saluran distibusi baru.
Indikator:
- Pemilik menggunakan saluran distribusi baru untuk menciptakan efisiensi.
- Pemilik merubah tata cara pendistribusian dengan supplier.

2.1.6 Inovasi Inkremental.

Suatu produk jarang diciptakan sebagai suatu produk yang 'baru untuk dunia'
(inovasi radikal), oleh sebab itu proses inovasi terutama adalah tentang
pengoptimalan dan menyingkirkan kesalahan dari sistem. Pengoptimalan dan
menyingkirkan kesalahan dari sistem dapat dilakukan dengan melakukan inovasi
inkremental. Inovasi inkremental secara sederhana dapat diartikan sebagai
melakukan sesuatu apa yang sudah pernah kita lakukan dengan lebih baik (Tidd &
Bessant, 2013).
Perubahan dengan melakukan sesuatu yang yang lebih baik ini dapat pula
dikatakan sebagai inovasi yang mengarah pada perubahan yang relatif kecil dari
praktik saat ini. Hal ini mencakup memperbaiki produk atau prosedur lama, tanpa
melakukan intervensi terhadap struktur dan strategi perusahaan yang ada
(Carayannis, et.al., 2016). Dengan adanya inovasi inkremental ini maka dampaknya
terhadap suatu produk adalah dibuatnya versi baru dari produk yang ada, dengan
meningkatkan atau mengubah beberapa atribut yang ada (Maital & Seshadri, 2007)
Lebih jauh, dijelaskan bahwa inovasi inkremental (inovasi eksploitatif)
merupakan inovasi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan atau pasar
yang ada dan untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan yang ada,
memperbaiki desain yang mapan, untuk memperluas produk dan layanan yang ada,
dan untuk meningkatkan efisiensi saluran distribusi yang ada (Kocak, et.al., 2017).
Studi atas pengembangan proses inkremental menunjukkan bahwa peningkatan
kumulatif atas efisiensi dari waktu ke waktu seringkali jauh lebih besar dampaknya
daripada inovasi radikal yang dilakukan hanya sesekali saja. Perbaikan berkelanjutan
semacam ini telah mendapat perhatian besar dalam beberapa tahun terakhir, pertama
sebagai bagian dari gerakan 'manajemen kualitas total', yang mencerminkan
keuntungan yang signifikan dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas melalui

30
inovasi inkremental yang berkelanjutan. Salah satu cara pendekatan inovasi
berkelanjutan yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan efek yang baik adalah
melalui konsep platform atau desain yang kuat (Tidd & Bessant, 2013).
Dari berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa inovasi inkremental
adalah inovasi yang dilakukan dengan membawa perubahan-perubahan kecil
terhadap proses, layanan ataupun produk yang ada dan diciptakan untuk memenuhi
kebutuhan pasar yang sudah ada, untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan
yang ada, untuk memperbaiki desain yang eksis, untuk memperluas produk ataupun
layanan yang ada, dan untuk meningkatkan efisiensi saluran distribusi yang ada.

2.1.6.1 Dimensi Inovasi Inkremental.

Dimensi yang akan dipakai di dalam penelitian ini untuk mengukur inovasi
inkremental berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kocak, et.al., (2017) yaitu:
1. Penyesuaian kecil atas produk dan layanan yang ada adalah organisasi melakukan
penyesuaian yang kecil atas produk dan layanan yang ada.
Indikator:
- Pemilik melakukan penambahan rasa baru terhadap menu yang telah ada.
- Pemilik melakukan penyesuaian tampilan penyajian makanan dan minuman.
2. Peningkatan kinerja produk dan layanan yang ada adalah organisasi melakukan
peningkatan performa atas produk dan layanan yang telah ada.
Indikator:
- Pemilik melakukan peningkatan kecepatan dalam menyajikan makanan yang
dipesan.
- Pemilik melakukan peningkatan keramahan pelayanan terhadap tamu yang
datang.
3. Peningkatan skala ekonomi adalah organisasi melakukan peningkatan skala
ekonomi atas produk dan layanan yang telah ada dipasaran.
Indikator:
- Pemilik melakukan efisiensi biaya produksi setiap masakan yang dibuat.
- Pemilik mengunakan metode memasak yang mempersingkat waktu.

2.1.7 Kinerja Perusahaan.

Di dunia bisnis saat ini, setiap organisasi sangat ditekankan untuk peningkatan
kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan hal yang krusial bagi perusahaan.

31
Tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan terdiri dari untuk terus bertahan dan
untuk menghasilkan keuntungan (benefit) dan pertumbuhan. Hal ini dapat dicapai
jika perusahaan memiliki kinerja yang baik. Namun, ada banyak kriteria yang
digunakan dalam berbagai studi dalam penentuan kinerja perusahaan.
Kinerja organisasi terkait dengan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan dan pertumbuhan agar dapat mencapai tujuan strategis umumnya. Hal ini
adalah sebagai konsekuensi dari adanya interaksi antara tindakan yang diambil dalam
kaitannya dengan kekuatan kompetitif yang memungkinkan perusahaan untuk
beradaptasi dengan lingkungan eksternal, dengan mengintegrasikan kompetensi dan
keunggulannya (Olughor, 2015).
Kinerja organisasi pada hakekatnya adalah prestasi yang dicapai oleh sebuah
organisasi bisnis dan dapat dilihat hasilnya dimana banyak para peneliti telah
menyepakati bahwa pengukuran kinerja bisnis tidak hanya cukup menggunakan
ukuran tunggal (Wardoyo et.al., 2015). Dalam konteks UMKM, kinerja organisasi
sebagai hasil kerja yang telah dicapai oleh para manajer / pemilik UKM untuk
mengembangkan organisasi mereka (Lukiastuti, 2012).
Lebih jauh, kinerja organisasi dapat diukur dengan indikator keuangan dan
operasional (non-keuangan). Pengukuran secara finansial terkait dengan faktor
ekonomi seperti profitabilitas dan pertumbuhan penjualan (misalnya return on
investment (ROI), return on sales dan return on equity) dan ukuran operasional (non-
keuangan) yaitu terkait dengan faktor keberhasilan non-keuangan seperti kualitas,
pangsa pasar, kepuasan, pengembangan produk baru dan efektivitas pasar (Zehir
et.al., 2015).
Pengukuran kinerja organisasi dapat dilakukan dengan pengukuran secara
subyektif dimana ukuran subjektif ini sangat bergantung pada penilaian responden
dan ukuran ini akan mencakup dimensi keuangan dan non-keuangan. Dalam kajian
ilmu manajemen disarankan untuk menggunakan tindakan subjektif karena ukuran
subjektif memfasilitasi pengukuran dimensi kinerja yang kompleks (Benito &
Benito, 2005 & Zehir et.al., 2015).
Dari berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan
adalah proses dan hasil kerja yang telah dicapai oleh seluruh sumber daya yang ada
di dalam perusahaan untukmengembangkan organisasi mereka sehingga mencapai
suatu prestasi dan dapat dilihat hasilnya, melalui indikator keuangan dan operasional
(non-keuangan). Pengukuran kinerja organisasi yang disarankan adalah pengukuran

32
secara subyektif dimana pengukuran ini memfasilitasi dimensi kinerja yang
kompleks (Benito & Benito, 2005 & Zehir et.al., 2015).

2.1.7.1 Dimensi Kinerja Perusahaan.

Dimensi yang akan dipakai di dalam penelitian ini untuk mengukur kinerja
perusahaan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hussain, et.al. (2015) yaitu:
1. Kepuasan pelanggan, yaitu perasaan senang atau kecewa yang ditunjukkan oleh
pelanggan karena produk atau jasa yang dihasilkan memenuhi harapan mereka.
Indikator:
- Menu dan rasa masakan sesuai dengan keinginan pelanggan
- Keluhan pelanggan yang semakin menurun.
- Pelanggan merasa senang untuk berkunjung kembali.
2. Kualitas pelayanaan adalah pelayanan yang dihasilkan berjalan secara maksimal
dengan segala keunggulannya dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan..
- Pelayanan direspon secara cepat atas permintaan pelanggan.
- Konsisten dalam memberikan pelayanan yang terbaik.
- Pelayanan yang diberikan sesuai dengan permintaan pelanggan.

2.2 Kerangka Pemikiran.

Adapun model untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

Inovasi Radikal
(Y1)

H2 H2

Orientasi
Kinerja
Kewirausahaan (X)
H1 Perusahaan (Z)

H3 Inovasi H3
Inkremental (Y2)

Gambar 2.1 Model Penelitian


Sumber : Penulis, 2018
2.2.1 Hubungan orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan.

33
Hubungan antara orientasi kewirausahaan dan kinerja adalah salah satu subyek
penelitian yang paling penting yang difokuskan oleh para peneliti. Hasil
menunjukkan bahwa sebagian besar studi atas hubungan ini menganggap kinerja
perusahaan sebagai variabel dependen dan orientasi kewirausahaan sebagai variabel
independen (Rochdi et.al., 2017).
Para peneliti telah mengembangkan konsensus bersama atas hubungan antara
orientasi kewirausahaan dan kinerja bahwa orientasi kewirausahaan berkontribusi
terhadap kinerja perusahaan (Rochdi et.al., 2017; Zehir et.al., 2015). Organisasi yang
bertindak secara kewirausahaan lebih mampu menanggapi tantangan yang
ditimbulkan oleh lingkungan eksternal dan menyesuaikan operasi mereka dalam
lingkungan persaingan yang terpotong. Orientasi kewirausahaan memfasilitasi
perusahaan untuk secara proaktif melihat lingkungan eksternal dan mengambil
manfaat dari peluang yang muncul di pasar (Hakala, 2013; Hussain, et.al., 2015).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyanti, et.al. (2013) menunjukkan
bahwa orientasi kewirausahaan yang dihasilkan oleh perusahaan UKM batik
diwilayah jawa timur berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Hal senada juga ditunjukkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Zehir, et.al.
(2015) yaitu orientasi kewirausahaan yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan besar
yang bergerak di bidang industri manufaktur di wilayah Turki berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dengan mengacu kepada
pemaparan di atas maka dapat dibuat perumusan hipotesis pertama yaitu:
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara orientasi kewirausahaan
terhadap kinerja perusahaan.
2.2.2 Hubungan orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan
melalui inovasi radikal.
Orientasi kewirausahaan merupakan kemampuan yang bersifat dinamis karena
merupakan bagian dari kompetensi yang memungkinkan perusahaan untuk
menciptakan produk dan proses baru dan menanggapi keadaan yang berubah-ubah.
Thoumrungroje dan Racela (2013) berpendapat bahwa orientasi kewirausahaan dapat
dipandang sebagai jalur penting bagi perusahaan terkemuka untuk menemukan
produk baru yang kemudian meningkatkan kinerja produk dan perusahaan. Dengan
kata lain, orientasi kewirausahaan adalah kecenderungan perusahaan untuk terlibat
dalam “pengejaran peluang pasar baru dan pembaruan area operasi yang ada oleh

34
karena itu, orientasi kewirausahaan mempengaruhi inovasi radikal dan inkremental,
yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan (Kocak et.al., 2017).
Inovasi radikal memiliki potensi untuk menciptakan pasar, membentuk
preferensi konsumen, dan mengubah perilaku dasar konsumen. Dengan demikian,
inovasi radikal dapat memberikan kontribusi yang lebih signifikan terhadap
profitabilitas daripada inovasi inkremental. Hal ini dikarenakan inovasi radikal
memberikan manfaat lebih besar kepada pelanggan utama perusahaan (Kocak et.al.,
2017). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lisboa et.al. (2011) berpendapat
bahwa inovasi radikal berhubungan positif dengan kinerja masa depan perusahaan.
Dengan mengacu kepada pemaparan di atas maka dapat dibuat perumusan hipotesis
kedua yaitu:
H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara orientasi kewirausahaan
terhadap kinerja perusahaan melalui inovasi radikal.
2.2.3 Hubungan orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan
melalui inovasi inkremental.
Schindehutte, et.al. (2008) dan Kocak, et.al. (2017) berpendapat bahwa derajat
orientasi kewirausahaan yang berbeda akan berhubungan dengan berbagai jenis
inovasi yang dihasilkan. Tingkat orientasi kewirausahaan yang lebih rendah
dikaitkan dengan inovasi inkremental, tingkat orientasi kewirausahaan yang lebih
tinggi terkait dengan inovasi radikal. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Lisboa et.al. (2011) berpendapat bahwa inovasi inkremental sebagian besar
berhubungan positif dengan kinerja saat ini. Dengan mengacu kepada pemaparan di
atas maka dapat dibuat perumusan hipotesis ketiga yaitu:
H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara orientasi kewirausahaan
terhadap kinerja perusahaan melalui inovasi inkremental.

2.3 Hipotesis.

Dengan mengacu kepada kerangka pemikiran maka hipotesis untuk penelitian


ini adalah :

H1 : Orientasi kewirausahaan berpengaruh terhadap kinerja UMKM pada UMKM


Jasa Kuliner di Jakarta.

H2 : Orientasi kewirausahaan berpengaruh terhadap kinerja UMKM melalui inovasi


radikal pada UMKM Jasa Kuliner di Jakarta.

35
H3 : Orientasi kewirausahaan berpengaruh terhadap kinerja UMKM melalui inovasi
inkremental pada UMKM Jasa Kuliner di Jakarta..

36
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian.

Paradigma penelitian yang dipakai didalam penelitian ini adalah penelitian


kuantitatif, yaitu sebuah pendekatan untuk menguji teori objektif dengan menguji
hubungan antar variabel. Variabel ini, pada gilirannya, dapat diukur, biasanya berupa
instrumen, sehingga data yang ada dapat dianalisis dengan menggunakan prosedur
statistik (Creswell, 2014). Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian iniadalah
penelitian asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisishubungan
antara satu atau beberapa variabel dengan variabel lainnya atau bagaimanasuatu
variabel (variabel independen) mempengaruhi variabel lain (variabel dependent)
(Creswell, 2014).
Lebih lanjut, metode penelitian yang dilakukan adalah Explanatory Survey yaitu
suatu metode penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel
yang diteliti serta pengaruh antara satu variabel dengan variabel yang lain (Sugiyono,
2013).
Unit analisis yang dituju dalam penelitian ini adalah individu yang merupakan
pemilik UMKM Jasa Kuliner di wilayah Jakarta. Time Horizon yang digunakan
dalam penelitian ini adalah cross-sectional artinya informasi yang dikumpulkan
hanya sekali walaupun mungkin dilakukan dalam satu periode tertentu sehingga
sering dikenal dengan One-shot (Sekaran & Bougie, 2010).
Adapun gambaran desain dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.

37
Tabel 3.1 Desain Penelitian

Tujuan Jenis Metode Time


Unit Analisis
Penelitian Penelitian Penelitian Horisson
ExplanatorySurve Individu→Pemilik Cross-
T1 Asosiatif
y UMKM Jasa Kuliner Sectional
ExplanatorySurve Individu→ Pemilik Cross-
T2 Asosiatif
y UMKM Jasa Kuliner Sectional
ExplanatorySurve Individu→ Pemilik Cross-
T3 Asosiatif
y UMKM Jasa Kuliner Sectional

Sumber : Peneliti, 2017

Keterangan :

T-1 Untuk mengetahui dan menganalisa seberapa besar pengaruh orientasi


kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan UMKM Jasa Kuliner di wilayah
Jakarta.
T-2 Untuk mengetahui dan menganalisa seberapa besar pengaruh orientasi
kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan melalui inovasi radikal UMKM Jasa
Kuliner di wilayah Jakarta.
T-3 Untuk mengetahui dan menganalisa seberapa besar pengaruh orientasi
kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan melalui inovasi inkremental UMKM
Jasa Kuliner di wilayah Jakarta.

3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Operasional variabel merupakan pemaparan atas pengertian dari teori dari suatu
variabel, sehingga dapat diamati dan terukur dengan menentukan hal-hal yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Variabel penelitian adalah suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Dimensi
adalah fokus atau sudut pandang peneliti dari sisi mana peneliti tertarik untuk
membidik konsep variabel tersebut. Indikator merupakan alat bantu atau instrumen
manajemen agar suatu kegiatan tahu proses dapat diikuti, dikendalikan dan
dipastikan untuk mewujudkan variabel yang dikehendaki.
Terdapat empat variabel yang akan digunakan dalam ini, yaitu variabel orientasi
kewirausahaan, inovasi radikal, inovasi inkremental dan kinerja perusahaan. Pada
Tabel 3.2 akan diuraikan dimensi serta indikator dari masing-masing variabel,

38
instrument pengukuran, skala, dan model pengukuran dari keempat variabel tersebut.
Dalam Tabel 3.2 Operasional Variabel ukuran yang digunakan adalah ordinal
menjadi interval dan skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert.

Tabel 3.2 Operasionalisasi Penelitian

Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala

1. Pemilik menciptakan ide


menu baru.
2. Pemilik menciptakan
Innovativeness
pelayanan kreatif yang belum
pernah dijalankan oleh
kompetitor.

1. Pemilik menciptakan peluang


pasar baru atas menu yang
ditawarkan.
Kebijakan dan praktik yang Proaktif 2. Pemilik memperbaiki
memungkinkan perusahaan kekurangan menu yang
Orientasi mengadopsi posisi ditawarkan baik dari sisi harga
atupun rasa. Likert
Kewirausahaan (X) kewirausahaan saat
menghadapi peluang bisnis 1. Pemilik menawarkan menu
baru (Lumpkin & Dess, 1996) yang belum pasti akan
Risk-taking peminatnya.
2. Pemilik membuka unit usaha
baru yang cukup berisiko.

1. Pemilik membuat strategi


harga kompetitif untuk
Agresivitas mengalahkan kompetitor.
kompetitif 2. Pemilik melakukan evaluasi
atas strategi harga kompetitif
yang telah dibuat. .

Inovasi Radikal (Y1) Inovasi yang dirancang untuk 1. Pemilik menawarkan menu Likert
memenuhi kebutuhan makanan baru yang belum ada
pelanggan dan pasar baru, Penciptaan produk di pasaran.
dan menawarkan desain baru 2. Pemilik menawarkan menu
baru, menciptakan pasar minuman baru yang belum ada
baru, atau mengembangkan di pasaran.
saluran distribusi baru (Kocak,
et.al., 2017). Penciptaan 1. Pemilik menciptakan
pelayanan baru penyajian makanan baru yang
belum pernah diterapkan oleh
siapapun.
2. Pemilik menciptakan cara
pembayaran baru yang belum
pernah diterapkan oleh
kompetitor sejenis

39
1. Pemilik menggunakan
saluran distribusi baru untuk
Pengembangan
menciptakan efisiensi.
saluran distribusi
2. Pemilik merubah tata cara
baru.
pendistribusian dengan
supplier.

1. Pemilik melakukan
penambahan rasa baru
Penyesuaian kecil terhadap menu yang telah ada.
atas produk dan jasa 2. Pemilik melakukan
yang ada penyesuaian tampilan
Inovasi yang dirancang untuk penyajian makanan dan
memenuhi kebutuhan minuman.
pelanggan atau pasar yang
1. Pemilik melakukan
ada dan untuk memperluas
peningkatan kecepatan dalam
pengetahuan dan
menyajikan makanan yang
Inovasi keterampilan yang ada,
Peningkatan kinerja dipesan. Likert
Inkremental (Y2) memperbaiki desain yang
produk dan layanan 2. Pemilik melakukan
mapan, untuk memperluas
peningkatan keramahan
produk dan layanan yang ada,
pelayanan terhadap tamu yang
dan untuk meningkatkan
datang.
efisiensi saluran distribusi
yang ada (Kocak, et.al., 2017). 1. Pemilik melakukan efisiensi
biaya produksi setiap masakan
Peningkatan skala yang dibuat.
ekonomi 2. Pemilik mengunakan
metode memasak yang
mempersingkat waktu.

1. Menu dan rasa masakan


Kinerja yang terkait dengan sesuai dengan keinginan
faktor finansial yaitu faktor pelanggan
ekonomi seperti profitabilitas Kepuasan pelanggan 2. Keluhan pelanggan yang Likert
dan pertumbuhan penjualan semakin menurun..
dan kinerja yang terkiat 3. Pelanggan merasa senang
Kinerja Perusahaan dengan operasional (non- untuk berkunjung kembali.
(Z) keuangan) yaitu faktor 1. Pelayanan yang diberikan
keberhasilan non-keuangan direspon dengan cepat.
seperti kualitas, pangsa pasar, 2. Konsisten dalam memberikan
kepuasan, pengembangan Kualitas pelayanan yang terbaik.
produk baru dan efektivitas pelayanaan 3. Pelayanan yang diberikan
pasar (Zehir et.al., 2015). sesuai dengan permintaan
pelanggan.

Sumber : Peneliti, 2018

40
3.3 Jenis dan Sumber data penelitian

Penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang di dapatkan
melalui hasil kuisioner.Penelitian ini menggunakan 2 sumber macam data yaitu data
primer dan data sekunder.
1. Data primer
Merupakan data yang diperoleh melalui kuesioner yang langsung diisi oleh
responden, kemudian data tersebut akan dianalisis menggunakan metode analisis
yang telah ditentukan.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang digunakan untuk mendukung data primer, data ini bersifat
sebagai pelengkap atau pendukung data primer.Data sekunder di peroleh melalui
jurnal, sumber informasi seperti internet pada situs dalam dan luar negeri.

Tabel 3.3 Sumber Data Penelitian

Data Jenis Data Sumber Data

Data primer – Kuesioner dan


Dasar pengukuran variabel- Kuntitatif
wawancara dengan pemilik
variabel
UMKM Jasa Kuliner di
wilayah Jakarta.
Data sekunder – studi
kepustakaan
Data orientasi kewirausahaan Kuantitatif Data primer – kuesioner
Data inovasi radikal Kuantitatif Data primer – kuesioner
Data inovasi inkremental Kuantitatif Data primer – kuesioner
Data kinerja perusahaan Kuantitatif Data primer – kuesioner

Sumber : Peneliti, 2018

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan beberapa


teknik yaitu:

a. Studi Pustaka
Studi pustaka digunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan
penelitian ini sebagai landasan teori. Penelitian melakukan studi kepustakaan
melalui buku-buku, serta jurnal.
b. Penelitian Lapangan

41
Penelitian ini dilakukan secara langsung kepada subyek penelitian, yaitu
UMKM Jasa Kuliner di wilayah Jakarta. Dengan melakukan penelitian lapangan,
peneliti akan mendapatkan data primer yang merupakan data uatama untuk
melakukan proses perhitungan statistik. Adapun cara yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data primer adalah melalui kuesioner dan ditunjang dengan proses
wawancara. Dari wawancara, peneliti ingin mendapatkan data-data umum tentang
perusahaan yang melingkupi sejarah umum perusahaan, ruang lingkup usaha,
struktur organisasi, kebijakan Perusahaan, inovasi yang dilakukan dan sikap
kewirausahaan yang dilakukan oleh UMKM Jasa Kuliner di wilayah Jakarta.
Adapun kuesioner akan berisi daftar pernyataan yang ditujukan kepada
pemilik UMKM Jasa Kuliner di wilayah Jakarta untuk memperoleh data tentang
pilihan pernyataannya atas orientasi kewirausahaan, inovasi radikal, inovasi
inkremental dan kinerja perusahaan. Kuesioner yang dibuat menggunakan skala
likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan &
Kuncoro, 2012).
Dengan menggunakan skala likert maka di dalam instrumen penelitian telah
disediakan alternatif jawaban dari setiap butir pertanyaan danresponden dapat
memilih satu dari berbagai alternatif jawaban yang sesuai, dimana setiap butir
bernilai 1sampai 5 disesuaikan dengan alternatif-alternatif jawaban yang dipilih
darimasing-masing pernyataan. Kelima penilaian tersebut diberikan bobot
sebagai berikut :

Tabel 3.4 Pengelompokan Penilaian Variabel Orientasi Kewirausahaan, Inovasi


Radikal, Inovasi Inkremental dan Kinerja Perusahaan Berdasarkan Skala Likert
Bobot Nilai Alternatif Jawaban
5 Sangat Setuju
4 Setuju
3 Cukup Setuju
2 Tidak Setuju
1 Sangat Tidak Setuju
Sumber :Riduwan& Kuncoro (2012).

3.5 Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subyek yang
menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Riduwan & Kuncoro, 2012). Sampel

42
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sekaran dan Bougie, 2010).
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan disini adalah teknik
probability sampling dengan metode cluster sampling. Teknik probability sampling
yaitu untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel. Teknik cluster sampling adalah teknik sampling
yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah geografis yang ada
(Riduwan dan Kuncoro, 2012). Teknik ini diambil oleh peneliti dengan
mempertimbangkan membagi jumlah sampel secara proportional di setiap wilayah
administratif DKI Jakarta yang terbagi atas lima wilayah kota administratif yaitu
Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Selatan.

Populasi untuk penelitian ini adalah seluruh UMKM jasa kuliner di wilayah DKI
Jakarta dan jumlah populasi untuk penelitian ini tidak diketahui secara pasti
jumlahnya, oleh sebab itu perhitungan jumlah sampel yang disarankan dengan
kondisi seperti ini adalah dengan menggunakan teknik sampling kemudahan. Teknik
sampling kemudahan merupakan teknik sampling dimana peneliti menselekasi
dengan menyaring kuesioner yang ada dengan menggunakan estimasi nilai rata-rata.
Rumus yang digunakan dalam pengambilan sampel apabila populasi tidak diketahui,
sebagai berikut (Riduwan & Kuncoro, 2012) :
Keterangan:
n = jumlah responden
α = tingkat kesalahan
σ = standar deviasi
e = error estimation (tingkat kesalahan penghitungan)
Diketahui bahwa nilai α = 0.05, maka nilai Z0.05 = 1.96, dan perhitungan jumlah
sampel untuk penelitian ini adalah :

Keterangan:
n = jumlah responden
α = tingkat kesalahan
σ = standar deviasi
e = error estimation (tingkat kesalahan penghitungan)
43
Diketahui bahwa nilai α = 0.05, maka nilai Z0.05 = 1.96, dan perhitungan jumlah
sampel untuk penelitian ini adalah :

= 96

Dari penghitungan diatas, peneliti mendapatkan jumlah sampel sebanyak 96


responden dengan tingkat kepercayaan 95%. Dalam melakukan penelitian ini,
peneliti menggunakan data dari 96 responden dan dengan jumlah wilayah kota
administratif sebanyak lima wilayah maka masing-masing wilayah akan diambil
sampel sebanyak 20 responden.

3.6 Metode Analisis

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh orientasi


kewirausahaanterhadap inovasi, serta dampaknya terhadap kienrja perusahaan pada
UMKM Jasa Kuliner di wilayah Jakarta. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan
komputer dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 20.
Dalam penelitian ini analisis diawali dengan pengumpulan dan pengolahan data yang
diperoleh dari kuesioner dengan menggunakan skala likert, yang kemudian diuji
validitas dan reliabilitas serta normalitasnya. Kemudian hasil pengolah data tersebut
dianalisis lebih lanjut untuk menjawab tujuan-tujuan penelitian, dengan melakukan
analisis jalur (path analysis) untuk melihat pengaruh antara variabel independen dan
variabel dependen.

3.6.1 Statistik Deskriptif.

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data


dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013). Maka dapat dikatakan bahwa statistik
deskriptif merupakan alat statistik yang berfungsi mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang
berlaku umum dari data tersebut. Statistik deskriptif digunakan untuk mendiskripsi
suatu data yang dilihat dari mean, median, deviasi standar, nilai minimum, dan nilai

44
maksimum. Pengujian ini dilakukan untuk mempermudah memahami variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian.

3.6.2 Uji Intrumen Data

Ada dua syarat penting yang berlaku di dalam sebuah kuesioner, yaitu keharusan
sebuah angket untuk valid dan Reliabel. Suatu angket dapat dikatakan valid jika
pertanyaan/pernyataan pada suatu angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan di ukur oleh angket tersebut.

3.6.2.1 Uji Validitas.

Uji validitas bertujuan untuk mengukur valid tidaknya suatu item pertanyaan di
dalam kuesioner. suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut
(Sekaran dan Bougie , 2010). Pengukuran validitas didalam penelitian ini
menggunakan teknik korelasi antar skor butir pernyataan dengan total skor kontsruk
atau variabel dengan membandingkan antara nilai r hitung dengan nilai Corrected
Item-Total Correlation pada output cronbach alpha. Menurut Rust, J., & Golombok,
S., (2009) menyatakan bahwa pengujian validitas konvergen yang dikoreksi
(Corrected Item-Total Correlation) dinyatakan valid apabila lebih besar atau sama
dengan 0,200.

3.6.2.2 Uji Reliabilitas.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu alat ukur.
Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila digunakan alam beberapa kali pengukuran
terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek
yang diukur dalam diri subjek tidak berubah (Wijaya, 2012).
Reliabilitas diuji dengan pendekatan konsistensi internal, yaitu dengan
menggunakan koefisien cronbach alpha (α). Uji reliabilitas dilakukan hanya pada
butir-butir pernyataan yang telah dinyatakan valid, sedangkan butir-butir yang tidak
valid dinyatakan gugur atau tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas. Perhitungan
dalam menentukan besarnya korelasi alpha (α) yaitu dengan menggunakan software
SPSS for windows versi 20. Menurut nunally dalam Ghozali (2013), suatu konstruk
atau variabel dikatak reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,7.

3.6.3 Uji Asumsi Klasik

45
3.6.3.1 Uji Normalitas.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diolah


berdistribusi normal dalam artian bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi
yang sama. Sebaran data harus dianalisis untuk mengetahui apakah asumsi
normalitas dipenuhi, sehingga dapat diolah lebih lanjut pada path diagram. Dalam
penelitian ini akan digunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan
menggunakan taraf signifikasi 0,05 dengan hipotesis pengujian yaitu :
Hipotesis :
Ho : data berdistribusi normal
Ha : data berdistribusi tidak normal
Dasar pengambilan keputusan :
 Angka signifikasi Uji Kolmogorov-Smirnov ≥ 0,05 , maka data berdistribusi
normal
 Angka signifikasi Uji Kolmogorov-Smirnov< 0,05 , maka data berdistribusi tidak
normal

3.6.4 Analisis Regresi

3.6.4.1 Analisis Regresi Sederhana.

Sarjono & Julianita (2011) menyatakan bahwa analisis regresi merupakan suatu
analisis yang digunakan untuk mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat. Jika pengukuran pengaruh ini melibatkan satu variabel bebas (X) dan
variabel terikat (Y) maka dinamakan analisis regresi sederhana (simple linier
regression). Persamaan umum regresi linier sederhana dirumuskan sebagai berikut:

Dimana :
Y : Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan.
X : Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
a : Harga Y bila X = 0 (harga konstan).

b : Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan


ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen.
Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.

3.6.4.2 Koefisien Determinasi.

46
Koefisien determinasi ( ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai

yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua


informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Pada uji determinasi juga dapat melihat besanya hubungan antar variabel bebas
dengan variabel terikat, dan besarnya koefisien korelasi ini akan menunjukkan
tingkat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang dapat dilihat
pada tabel 3.6 dibawah ini.
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai R

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,80–1,000 Sangat Kuat
0,60–0,799 Kuat
0,40–0,599 Cukup Kuat
0,20–0,399 Rendah
0,00–0,199 Sangat Rendah

Sumber :Riduwan& Kuncoro (2012)

3.6.5 Analisa Jalur atau Path Analysis

Path Analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan di antara


variabel. Model ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak
langsung seperangkat variabel bebas terhadap variabel terikat (Riduwan dan
Kuncoro, 2012). Sebagaimana di dalam kerangka pemikiran penelitian terdapat 1
variabel bebas, yaitu variabel orientasi kewirausahaan, 1 variabel terikat yaitu
variabel kinerja perusahaan dan 1 variabel perantara, yaitu variabel inovasi. Asumsi-
asumsi path analisis antara lain sebagai berikut:
1. Hubungan di antara variabel bersifat linear dan adaptif (mudah menyesuaikan
diri).
2. Data yang digunakan berdistribusi normal, valid, dan reliabel.
3. Adanya recurivitas, yaitu suatu keadaan di mana anak panah mempunyai
hubungan satu arah dan tidak boleh terjadi pemutaran kembali (looping).
4. Variabel terikat setidaknya/minimal dalam ukuran interval dan rasio
47
5. Menggunakan sampel probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel.

3.6.5.1 Langkah-langkah Menguji Path Analysis

Menurut Riduwan dan Kuncoro (2012), langkah-langkah menguji path


analysis adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural.
Struktural : (Substruktural 1)
(Substruktural 2)
2. Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi.
a. Gambarkan diagram jalur lengkap, tentukan sub-sub strukturnya dan
rumuskan persamaan strukturalnya yang sesuai hipotesis yang diajukan
Hipotesis : naik turunnya variabel endogen dikontribusi secara signifikan oleh
variabel eksogen
b. Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan.
Persamaan regresi berganda : Y=a+bX+e1
3. Menghitung koefisien jalur secara simultan (keseluruhan).
a. Kaidah pengujian signifikansi secara manual : menggunakan tabel F
b. Kaidah pengujian signifikansi : program SPSS
 Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas
Sig. atau (0,05 Sig.), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak
signifikan.
 Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas
Sig. atau (0,05 Sig.), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
4. Menghitung koefisien jalur secara individu.
Secara individual uji statistik yang digunakan adalah uji t yang dihitung dengan
rumus. Selanjutnya untuk mengetahui signifikan analisis jalur bandingan antara
nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig. dengan dasar pengambilan
keputusan sebagai berikut :
a. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig.
(0,05 Sig.), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
b. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig.
(0,05 Sig.), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
48
5. Meringkas dan menyimpulkan.
Kemudian setelah didapat hasil perhitungan maka dibuatlah ringkasan dari
hasil penelitian tersebut kemudian dianalisis dan disimpulkan yang berguna untuk
pengambilan keputusan penelitian.

3.6.5.2 Model dan Persamaan Struktural Path Analysis

Model struktural yaitu bila setiap variabel endogen (Y) secara unik
keadaannya ditentukan oleh seperangkat variabel eksogen (X). Diagram jalur berikut
menunjukkan struktur hubungan kausal antar variabel. Berikut merupakan model dan
persamaan struktural pada path analysis:

Inovasi Radikal
ρzy1 ρzy1
(Y1)

Orientasi
Kewirausahaan Kinerja
(X) Perusahaan (Z)
ρzx

Inovasi Inkremental
ρzy2
ρzy2 (Y2)

Gambar 3.1 Diagram Jalur


Sumber :Riduwan dan Kuncoro (2012)
ρzx :Orientasi kewirausahaan berkontribusi terhadap Kinerja perusahaan.
ρzy1 : Orientasi kewirausahaan berkontribusi terhadap Kinerja perusahaan melalui
inovasi radikal.
ρzy2 : Orientasi kewirausahaan berkontribusi terhadap kinerja perusahaan melalui
inovasi inkremental.
Persamaan struktural untuk diagram jalur yaitu :

Z = ρzx + ε1

Z = ρzx + ρzy1 + ε2

Z = ρzx + ρzy2 + ε3
Keterangan:
49
 = koefisien jalur (path coefficient), yang menunjukkan kontribusi langsung
variabel eksogen terhadap variabel endogen
e = faktor residual, yang menunjukkan kontribusi variabel lain yang tidak diteliti
atau kekeliruan pengukuran variabel
Untuk melihat adanya pengaruh mediasi yang signifikan, dalam hal ini variabel
inovasi(Y) sebagai variabel intervening, maka dapat dilakukan melalui perhitungan
sobel test. adapun perhitungan sobel test adalah sebagai berikut (Ghozali, 2013).
1. Hitung standar error dari koefisien pengaruh tidak langsung ( S 2  3 ) :

S 2  3 =  3 2 S 2 2 +  2 2 S 3 2 + S 2 2 S 3 2

2. dengan mengacu kepada hasil S 2  3 ini kita dapat menghitung nilai t statistik
pengaruh mediasi dengan rumus sebagai berikut :
 2 3
t=
S 2  3

Dasar pengambilan keputusan jika t hitung > t tabel dengan tingkat signifikansi 0,05
makaada pengaruh mediasi.

3.7 Rancangan Uji Hipotesis

Untuk T-1
- Pengujian secara keseluruhan
Hipotesis:
Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara orientasi kewirausahaan terhadap
kinerja perusahaan pada UMKM Jasa Kuliner di wilayah Jakarta.
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara orientasi kewirausahaan terhadap kinerja
perusahaan pada UMKM Jasa Kuliner di wilayah Jakarta.

Untuk T-2

- Pengujian secara keseluruhan


Hipotesis:
Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara orientasi kewirausahaan terhadap
kinerja perusahaan melalui inovasi radikal pada UMKM Jasa Kuliner di wilayah
Jakarta.
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara orientasi kewirausahaan terhadap kinerja
perusahaan melalui inovasi radikal pada UMKM Jasa Kuliner di wilayah Jakarta.

50
Untuk T-3

- Pengujian secara keseluruhan


Hipotesis:
Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara orientasi kewirausahaan terhadap
kinerja perusahaan melalui inovasi inkremental pada UMKM Jasa Kuliner di wilayah
Jakarta.
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara orientasi kewirausahaan terhadap kinerja
perusahaan melalui inovasi inkremental pada UMKM Jasa Kuliner di wilayah
Jakarta.
Dasar pengambilan keputusan
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% , sehingga tingkat kesalahan (a)
sebesar 5% atau 0,05
Bila sig ≥ 0,05 maka Ho diterima
Bila sig ≤ 0,05 maka Ho ditolak

3.8 Rancangan Implikasi hasil Penelitian

Rancangan implikasi hasil penelitian ini merupakan suatu proses dimana setelah
data yang terkumpul baik melalui data primer yang dilakukan dengan kuesioner dan
data sekunder yang diperoleh dari perusahaan, kemudian dari data primer dan data
sekunder tersebut di lakukan analisis untuk mengetahui pengaruh orientasi
kewirausahaan terhadap terhadap kinerja perusahaan melalui inovasi radikal dan
inovasi inkremental pada UMKM Jasa Kuliner di wilayah Jakarta.
Dengan berdasar kepada tujuan-tujuan penelitian ini, maka diharapkan dapat
memberikan informasi kepada perusahaan tentang pengaruh antar variabel-variabel
yang diteliti sehingga dapat berguna sebagai bahan masukan untuk perusahaan dalam
melakukan evaluasi ke depan dan dalam membuat keputusan.

BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden.

51
Responden dari penelitian ini merupakan UMKM Jasa Kuliner di wilayah
Jakarta. Untuk kategori UMKM adalah unit usaha mikro dimana pembagian jumlah
sampel didasarkan pada pembagian wilayah administratif pemerintahan DKI Jakarta
yang berjumlah lima wilayah, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat,
Jakarta Utara dan Jakarta Selatan. Jumlah total responden yang harus dipenuhi
berjumlah 96 responden dan dengan jumlah wilayah kota administratif sebanyak
lima wilayah maka masing-masing wilayah akan diambil sampel sebanyak kurang
lebih 20 responden.
Untuk wilayah Jakarta Timur, tempat yang menjadi sumber responden kami di
fokuskan di wilayah duren sawit dan jatinegara. Untuk wilayah Jakarta Barat tempat
yang menjadi sumber responden kami di fokuskan di wilayah kemanggisan. Untuk
wilayah jakarta selatan tempat yang menjadi sumber responden kami di fokuskan di
wilayah pasar santa, Blok M dan untuk wilayah jakarta utara tempat yang menjadi
sumber responden kami di fokuskan di wilayah kelapa gading.
Dari hasil kuesioner yang telah disebar dapat diketahui karakteristik dari
responden untuk penelitian ini yaitu:
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Penelitian
No Kategori Profile Keterangan Jumlah Persentase
Laki-laki 54 56%
1 Jenis Kelamin
Perempuan 42 44%
≤ 25 Tahun 23 24%
> 25 – 40 Tahun 42 44%
2 Usia
> 40 – 55 Tahun 19 20%
> 55 Tahun 12 13%
SD 3 3%
SMP 8 8%
SMA 38 40%
3 Pendidikan
DIPLOMA 28 29%
SARJANA 15 16%
PASCA SARJANA 4 4%
< 3 Tahun 51 53%
Lama Mengelola 3 - 5 Tahun 37 39%
4
Usaha >5 - 10 Tahun 8 8%
>10 Tahun 0 0%
1 - 4 Orang 76 79%
5 Jumlah Karyawan
5 - 19 Orang 20 21%
6 Menu Masakan Indonesia 58 60%
Menu Masakan Asing 27 28%

52
Menu Masakan Campuran 11 11%
Jenis Menu
(Indonesia dan Asing)
Masakan yang
< 10 Juta 9 9%
Pendapatan / 10 - 99 Juta 49 51%
7
bulan 100 - 199 Juta 38 40%
200 - 300 Juta 0 0%
Sumber: Olah Data Peneliti, 2018

4.2 Analisis Deskripsi Variabel.

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data


dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013). Dari hasil perhitungan SPSS atas nilai
rata-rata (mean) dapat diketahui seberapa baik tanggapan responden atas pernyataan
yang tertera di dalam kuesioner. Berikut ini statistik deskriptif atas variabel orientasi
kewirausahaan:
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Orientasi Kewirausahaan
Pernyataan Mean
P1 4.28
P2 4.05
P3 4.09
P4 4.08
P5 4.04
P6 4.20
P7 4.15
P8 4.32
Total Mean 4.15
Sumber: Hasil Olah Data SPSS, 2018

Dari tabel 4.2 diatas, nilai rata-rata (mean) secara keseluruhan adalah 4,15 yang
berarti tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai orientasi kewirausahaan
adalah mayoritas setuju. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pemilik usaha sektor
mikro yang bergerak di jasa kuliner memahami akan pentingnya sikap orientasi
kewirausahaan dengan mengadopsi posisi sikap kewirausahaan saat menghadapi
peluang bisnis baru sebagai usahanya untuk mengembangkan usahanya. Adapun
statistik deskriptif dari pernyataan yang membentuk variabel inovasi radikal adalah

53
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Variabel Inovasi Radikal
Pernyataan Mean
P9 3.64
P10 3.72
P11 3.40
P12 3.65
P13 3.53
P14 3.84
Total Mean 3.63
Sumber: Hasil Olah Data SPSS, 2018

Dari tabel 4.3 diatas, nilai rata-rata (mean) secara keseluruhan adalah 3,63 yang
berarti tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai inovasi radikal adalah
mayoritas cukup setuju. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pemilik usaha sektor
mikro yang bergerak di jasa kuliner memahami akan pentingnya melakukan inovasi
radikal sebagai usahanya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar baru,
meskipun belum terlalu banyak melakukan inovasi tersebut mengingat tingkat proses
penciptaan inovasi jenis ini akan memakan waktu yang cukup panjang. Adapun
statistik deskriptif dari pernyataan yang membentuk variabel inovasi inkremental
adalah:

Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Variabel Inovasi Inkremental
Pernyataan Mean
P15 3.96
P16 3.93
P17 4.03
P18 4.07
P19 4.05
P20 4.24
Total Mean 4.05
Sumber: Hasil Olah Data SPSS, 2018

Dari tabel 4.4 diatas, nilai rata-rata (mean) secara keseluruhan adalah 4,05 yang
berarti tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai inovasi inkremental
adalah mayoritas setuju. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pemilik usaha sektor
mikro yang bergerak di jasa kuliner memahami akan pentingnya melakukan inovasi
inkremental sebagai usahanya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan atau pasar yang

54
ada dengan melakukan perbaikan dari sisi rasa, tampilan, desain, pelayanan dan lain-
lain. Dengan tanggapan responden yang menyatakan setuju dan nilai rata-rata yang
lebih baik dibandingkan dengan inovasi radikal menunjukkan bahwa mayoritas
pemilik usaha telah melakukannya mengingat tingkat proses penciptaan inovasi jenis
tidak terlalu memakan waktu yang cukup panjang. Adapun statistik deskriptif dari
pernyataan yang membentuk variabel kinerja perusahaan adalah:

Tabel 4.5
Statistik Deskriptif Variabel Kinerja Perusahaan
Pernyataan Mean
P21 4.10
P22 4.08
P23 4.11
P24 4.00
P25 4.04
P26 4.15
Total Mean 4.08
Sumber: Hasil Olah Data SPSS, 2018

Dari tabel 4.5 diatas, nilai rata-rata (mean) secara keseluruhan adalah 4,08 yang
berarti tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai kinerja perusahaan
adalah mayoritas setuju. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pemilik usaha sektor
mikro yang bergerak di jasa kuliner sudah menunjukkan kinerja yang baik.

4.3 Pengujian Instrument Penelitian.

4.3.1 Uji Validitas.

Uji validitas bertujuan untuk mengukur valid tidaknya suatu item pertanyaan di
dalam kuesioner. suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut
(Sekaran dan Bougie , 2010). Pengukuran validitas didalam penelitian ini
menggunakan teknik korelasi antar skor butir pernyataan dengan total skor kontsruk
atau variabel dengan membandingkan antara nilai r hitung dengan nilai Corrected
Item-Total Correlation pada output cronbach alpha. Menurut Rust, J., & Golombok,
S., (2009) menyatakan bahwa pengujian validitas konvergen yang dikoreksi
(Corrected Item-Total Correlation) dinyatakan valid apabila lebih besar atau sama
dengan 0,200.

55
Hasil perhitungan SPSS atas uji validitas variabel orientasi kewirausahaan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6
Uji Validitas Variabel Orientasi Kewirausahaan
Pernyataan r-hitung r-tabel Keputusan
P1 0.607 0.200 Valid
P2 0.511 0.200 Valid
P3 0.412 0.200 Valid
P4 0.537 0.200 Valid
P5 0.668 0.200 Valid
P6 0.560 0.200 Valid
P7 0.489 0.200 Valid
P8 0.412 0.200 Valid
Sumber: Olah Data SPSS, 2018
Rust, J., & Golombok, S., (2009) menyatakan bahwa pengujian validitas
konvergen yang dikoreksi (Corrected Item-Total Correlation) dinyatakan valid
apabila lebih besar atau sama dengan 0,200. Dari hasil perhitungan SPSS
menyatakan semua pernyataan P1 – P 8 nilai r Hitung > dari r = 0,200 yang artinya
semua pernyataan valid dan dapat dipergunakan dalam penelitian ini.
Hasil perhitungan SPSS atas uji validitas variabel inovasi radikal dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.7
Uji Validitas Variabel Inovasi Radikal
Pernyataan r-hitung r-tabel Keputusan
P9 0.625 0.200 Valid
P10 0.730 0.200 Valid
P11 0.597 0.200 Valid
P12 0.709 0.200 Valid
P13 0.738 0.200 Valid
P14 0.387 0.200 Valid
Sumber: Olah Data SPSS, 2018
Dari hasil perhitungan SPSS menyatakan semua pernyataan P9 – P14 nilai r
Hitung > dari r = 0,200 yang artinya semua pernyataan valid dan dapat dipergunakan
dalam penelitian ini.
Hasil perhitungan SPSS atas uji validitas variabel inovasi inkremental dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.8

56
Uji Validitas Variabel Inovasi Inkremental
Pernyataan r-hitung r-tabel Keputusan
P15 0.749 0.200 Valid
P16 0.673 0.200 Valid
P17 0.672 0.200 Valid
P18 0.617 0.200 Valid
P19 0.628 0.200 Valid
P20 0.696 0.200 Valid
Sumber: Olah Data SPSS, 2018
Dari hasil perhitungan SPSS menyatakan semua pernyataan P15 – P20 nilai r
Hitung > dari r = 0,200 yang artinya semua pernyataan valid dan dapat dipergunakan
dalam penelitian ini.
Hasil perhitungan SPSS atas uji validitas variabel kinerja perusahaan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.9
Uji Validitas Variabel Kinerja Perusahaan
Pernyataan r-hitung r-tabel Keputusan
P21 0.268 0.200 Valid
P22 0.660 0.200 Valid
P23 0.626 0.200 Valid
P24 0.562 0.200 Valid
P25 0.612 0.200 Valid
P26 0.602 0.200 Valid
Sumber: Olah Data SPSS, 2018
Dari hasil perhitungan SPSS menyatakan semua pernyataan P21 – P26 nilai r
Hitung > dari r = 0,200 yang artinya semua pernyataan valid dan dapat dipergunakan
dalam penelitian ini.

4.3.2 Uji Reliabilitas.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu alat ukur.
Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila digunakan alam beberapa kali pengukuran
terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek
yang diukur dalam diri subjek tidak berubah (Wijaya, 2012).
Reliabilitas diuji dengan pendekatan konsistensi internal, yaitu dengan
menggunakan koefisien cronbach alpha (α). Uji reliabilitas dilakukan hanya pada
butir-butir pernyataan yang telah dinyatakan valid, sedangkan butir-butir yang tidak
valid dinyatakan gugur atau tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas. Perhitungan

57
dalam menentukan besarnya korelasi alpha (α) yaitu dengan menggunakan software
SPSS for windows versi 20. Menurut nunally dalam Ghozali (2013), suatu konstruk
atau variabel dikatak reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,700.
Hasil perhitungan SPSS atas uji reliabilitas semua variabel dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 4.10
Uji Reliabilitas Semua Variabel
Variabel Cronbach Alpha Cut Off Keputusan
Orientasi Kewirausahaan 0.808 0.700 Reliabel
Inovasi Radikal 0.839 0.700 Reliabel
Inovasi Inkremental 0.867 0.700 Reliabel
Kinerja Perusahaan 0.797 0.700 Reliabel
Sumber: Olah Data SPSS, 2018
Dari hasil perhitungan SPSS atas uji reliabilitas pada tabel diatas dapat dilihat
jika nilai Cronbach’s Alpha pada setiap variabel yang terdapat dalam kuesioner
menunjukkan nilai yang lebih besar dari cut off Cronbach’s Alpha (0,700), dan setiap
variabel dapat dinyatakan reliabel sehingga dapat dipergunakan dalam penelitian ini.

4.4 Uji Normalitas.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diolah


berdistribusi normal dalam artian bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi
yang sama. Sebaran data harus dianalisis untuk mengetahui apakah asumsi
normalitas dipenuhi, sehingga dapat diolah lebih lanjut pada path diagram. Dalam
penelitian ini akan digunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan
menggunakan taraf signifikasi 0,05 dengan hipotesis pengujian yaitu :
Hipotesis :
Ho : data berdistribusi normal
Ha : data berdistribusi tidak normal
Dasar pengambilan keputusan :
 Angka signifikasi Uji Kolmogorov-Smirnov ≥ 0,05 , maka data berdistribusi
normal
 Angka signifikasi Uji Kolmogorov-Smirnov < 0,05 , maka data berdistribusi
tidak normal
Hasil perhitungan SPSS atas uji validitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.11

58
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 96
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .77274985
Absolute .076
Most Extreme Differences Positive .076
Negative -.073
Kolmogorov-Smirnov Z .744
Asymp. Sig. (2-tailed) .637
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Olah Data SPSS, 2018
Dari hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) =
0,637 ≥ 0,05 (tingkat signifikansi 5%) yang artinya bahwa data yang dipakai dalam
penelitian ini berdistribusi normal dan dilanjutkan untuk melakukan analisis jalur
mencari hubungan antar variabel.

4.5 Analisis Jalur Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja


Perusahaan.

Analisis jalur yang dipergunakan didalam penelitian ini akan mengacu kepada
pembuktian hipotesis yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya. Rumusan
hipotesis pertama adalah untuk membuktikan adanya pengaruh yang signifikan
antara orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan pada UMKM Jasa
Kuliner di wilayah Jakarta. Pembuktian untuk hipotesis pertama ini dapat dilihat
pada perhitungan SPSS sebagai berikut:

Tabel 4.12
Signifikansi Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja Perusahaan
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -1.393 1.669 -.835 .406
1
Or. Kwrshn .779 .050 .849 15.580 .000
a. Dependent Variable: Kinerja
Sumber: Olah Data SPSS, 2018
Dasar pengambilan keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis dengan
tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau tingkat kesalahan (a) sebesar
59
5% (0,05) sehingga bila nilai sig ≥ 0,05 maka Ho diterima dan bila sig ≤ 0,05 maka
Ho ditolak. Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa nilai sig. = 0.000 ≤ 0,05 maka Ho
ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan dan positif
antara orientasi kewirausahaan terhadap kienrja perusahaan. Selanjutnya untuk
melihat besaran nilai pengaruh oreintasi kewirausahaan terhadap
kinerja perusahaan dengan melihat hasil perhitungan SPSS sebagai
berikut:
Tabel 4.13
Besaran Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja Perusahaan
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .849a .721 .718 1.534
a. Predictors: (Constant), Or. Kwrshn
Sumber: Olah Data SPSS, 2018
Nilai R-Square orientasi kewirausahaan terhadap kinerja
perusahaan sebesar 0.721 yang artinya orientasi kewirausahaan
memberikan kontribusi terhadap kinerja perusahaan sebesar 72.1%
dan sisanya 0.279 atau 27,9% dipengaruhi oleh faktor lain di luar
orientasi kewirausahaan yang tidak diteliti.

4.6 Analisis Jalur Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja


Perusahaan Melalui Inovasi Radikal.

Untuk dapat membuktikan adanya pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap


kinerja perusahaan melalui inovasi radikal sekiranya terdapat dua struktur yang harus
dijalankan. Berikut ini merupakan analisis jalur pada struktur 1:

Tabel 4.14
Signifikansi Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Inovasi Radikal
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -7.153 2.529 -2.828 .006
1
Or. Kwrshn .871 .076 .764 11.486 .000
a. Dependent Variable: Inov. Rdkl
Sumber: Olah Data SPSS, 2018

Dari tabel diatas maka dapat dikatakan bahwa orientasi kewirausahaan


berpengaruh positif dan signifikan terhadap inovasi radikal dengan nilai sig. = 0.000

60
< 0.050. Dari tabel diatas juga dapat diketahui nilai unstandardized p2 = 0,871 yang
akan dipakai untuk melihat hubungan langsung dan tidak langsung serta melakukan
sobel test untuk melihat pengaruh mediasi.

Tabel 4.15
Besaran Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Inovasi Radikal
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .764a .584 .579 2.325
a. Predictors: (Constant), Or. Kwrshn
Sumber: Olah Data SPSS, 2018
Nilai R-Square orientasi kewirausahaan terhadap inovasi radikal
sebesar 0.584 yang artinya orientasi kewirausahaan memberikan
kontribusi terhadap inovasi radikal sebesar 58.4% dan sisanya
0.416 atau 41,6% dipengaruhi oleh faktor lain di luar orientasi
kewirausahaan yang tidak diteliti.
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis jalur pada struktur 2 dan hasil
perhitungan SPSS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.16
Signifikansi Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Inovasi Radikal Terhadap
kinerja Perusahaan
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 2.195 1.135 1.933 .056
1 Or. Kwrshn .342 .051 .373 6.763 .000
Inov. Rdkl .502 .044 .623 11.286 .000
a. Dependent Variable: Kinerja
Sumber: Olah Data SPSS, 2018

Dari tabel diatas dapat diketahui nilai unstandardized orientasi kewirausahaan


atau nilai p1 = 0.342 dan nilai unstandardized inovasi radikal atau nilai p3 = 0.502

61
dimana masing-masing variabel secara parsial berpengaruh signifikan dan positif
terhadap kinerja perusahaan dengan nilai sig. 0.000 dan 0.000 < 0.05.

Tabel 4.17
Besaran Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Inovasi Radikal Terhadap
Kinerja Perusahaan
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .939a .882 .880 1.002
a. Predictors: (Constant), Inov. Rdkl, Or. Kwrshn
Sumber: Olah Data SPSS, 2018
Nilai R-Square orientasi kewirausahaan dan inovasi radikal
terhadap kinerja perusahaan sebesar 0.882 yang artinya orientasi
kewirausahaan dan inovasi radikal secara simultan memberikan
kontribusi terhadap kinerja perusahaan sebesar 88.2% dan sisanya
0.118 atau 11,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti
dalam hitungan ini.
Dari struktur pertama dan kedua dapat diketahui nilai residual 1 atau e1 = √ (1 -
0.584) = 0.6449 dan nilai residual 2 atau e2 = √ (1 - 0.882) = 0.3435.
Dari hasil perhitungan tersbut maka dapat digambarkan pengaruh langsung dan tidak
langsung untuk melihat pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja
perusahaan melalui inovasi radikal sebagai berikut:

e1 = 0.6449

Inovasi
0,871 Radikal 0.502

Orientasi Kinerja e2 = 0.3435


Kewirausahaan 0.342 Perusahaan

Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan dapat


berpengaruh langsung ke kinerja perusahaan dan dapat juga berpengaruh tidak
langsung yaitu dari orientasi kewirausahaan ke inovasi radikal ( sebagai mediasi) lalu
62
ke kinerja perusahaan. Besarnya pengaruh langsung adalah 0,342 sedangkan
besarnya pengaruh tidak langsung dilakukan dengan mengalikan koefisien tidak
langsungnya yaitu (0,871) x (0.502) = 0.4372 sehingga total pengaruh (orientasi
kewirausahaan ke kinerja perusahaan) = 0.342 + 0.4372 = 0.7792
Adanya pengaruh mediasi perlu dilakukan sobel test dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menghitung standar error dari koefisien inderect effect dengan rumusan sebagai
berikut:

S 2  3 =  3 2 S 2 2 +  2 2 S 3 2 + S 2 2 S 3 2

Dimana:
1 = 0.342
 2 = 0.871 S 2 = 0,076 (nilai standar error orientasi kewirausahaan struktur 1)
 3 = 0.502 S 3 = 0,044 (nilai standar error inovasi radikal struktur 2)
Maka:
S 2  3 = √ (0.502)² (0.076)² + (0.871)² (0.044)² + (0.076)² (0.044)²
= √ 0.0014555 + 0.001468 + 0.00001118
= √ 0.0029347
= 0.054172
2. Menghitung nilai t hitung pengaruh mediasi dengan rumusan sebagai berikut:

 2 3
t=
S 2  3

Maka nilai t hitung pengaruh mediasi


t = __0.4372__
0.054172
= 8.0705
Oleh karena nilai t hitung = 8.0705 lebih besar dari t tabel dengan tingkat
signifikansi 5% yaitu sebesar 1,96 maka dapat disimpulkan bahwa koefisien mediasi
0.4372 signifikan yang berarti adanya pengaruh mediasi pada pengaruh orientasi
kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan melalui inovasi radikal.

4.7 Analisis Jalur Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja


Perusahaan Melalui Inovasi Inkremental.

63
Untuk dapat membuktikan adanya pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap
kinerja perusahaan melalui inovasi inkremental sekiranya terdapat dua struktur yang
harus dijalankan. Berikut ini merupakan analisis jalur pada struktur 1:

Tabel 4.18
Signifikansi Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Inovasi Inkremental
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -3.769 1.927 -1.956 .053
1
Or. Kwrshn .844 .058 .833 14.621 .000
a. Dependent Variable: Inov. Ink
Sumber: Olah Data SPSS, 2018

Dari tabel diatas maka dapat dikatakan bahwa orientasi kewirausahaan


berpengaruh positif dan signifikan terhadap inovasi inkremental dengan nilai sig. =
0.000 < 0.050. Dari tabel diatas juga dapat diketahui nilai unstandardized p2 = 0,844
yang akan dipakai untuk melihat hubungan langsung dan tidak langsung serta
melakukan sobel test untuk melihat pengaruh mediasi.

Tabel 4.19
Besaran Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Inovasi Inkremental
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .833a .695 .691 1.771
a. Predictors: (Constant), Or. Kwrshn
Sumber: Olah Data SPSS, 2018
Nilai R-Square orientasi kewirausahaan terhadap inovasi
inkremental sebesar 0.695 yang artinya orientasi kewirausahaan
memberikan kontribusi terhadap inovasi inkremental sebesar
69.5% dan sisanya 0.305 atau 30,5% dipengaruhi oleh faktor lain di
luar orientasi kewirausahaan yang tidak diteliti.
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis jalur pada struktur 2 dan hasil
perhitungan SPSS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.20
Signifikansi Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Inovasi Inkremental
Terhadap Kinerja Perusahaan

64
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 1.190 1.046 1.138 .258
1 Or. Kwrshn .200 .056 .218 3.605 .001
Inov. Ink .685 .055 .757 12.484 .000
a. Dependent Variable: Kinerja
Sumber: Olah Data SPSS, 2018

Dari tabel diatas dapat diketahui nilai unstandardized orientasi kewirausahaan


atau nilai p1 = 0.200 dan nilai unstandardized inovasi inkremental atau nilai p3 =
0.685 dimana masing-masing variabel secara parisal berpengaruh signifikan terhadap
kinerja perusahaan dengan nilai sig. 0.000 dan 0.001 < 0.05 .

Tabel 4.21
Besaran Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Inovasi Inkremental Terhadap
Kinerja Perusahaan
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .946a .896 .893 .943
a. Predictors: (Constant), Inov. Ink, Or. Kwrshn
Sumber: Olah Data SPSS, 2018
Nilai R-Square orientasi kewirausahaan dan inovasi inkremental
terhadap kinerja perusahaan sebesar 0.896 yang artinya orientasi
kewirausahaan dan inovasi inkremental secara simultan
memberikan kontribusi terhadap kinerja perusahaan sebesar 89.6%
dan sisanya 0.104 atau 10,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam
hitungan ini.
Dari struktur pertama dan kedua diatas dapat diketahui nilai residual 1 atau e1 =
√ (1 - 0.695) = 0.5522 dan nilai residual 2 atau e2 = √ (1 - 0.896) =
0.3224. Dari hasil perhitungan tersbut maka dapat digambarkan pengaruh langsung
dan tidak langsung untuk melihat pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja
perusahaan melalui inovasi inkremntal sebagai berikut:

65
e1 = 0.5522

Inovasi
0,844 Inkremental 0.685

Orientasi Kinerja e2 = 0.3224


Kewirausahaan 0.200 Perusahaan

Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan dapat


berpengaruh langsung ke kinerja perusahaan dan dapat juga berpengaruh tidak
langsung yaitu dari orientasi kewirausahaan ke inovasi inkremental (sebagai mediasi)
lalu ke kinerja perusahaan. Besarnya pengaruh langsung adalah 0,200 sedangkan
besarnya pengaruh tidak langsung dilakukan dengan mengalikan koefisien tidak
langsungnya yaitu (0,844) x (0.685) = 0.57814 sehingga total pengaruh (orientasi
kewirausahaan ke kinerja perusahaan) = 0.200 + 0.57814 = 0.77814
Adanya pengaruh mediasi perlu dilakukan sobel test dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menghitung standar error dari koefisien inderect effect dengan rumusan sebagai
berikut:

S 2  3 =  3 2 S 2 2 +  2 2 S 3 2 + S 2 2 S 3 2

Dimana:
1 = 0.200
 2 = 0.844 S 2 = 0,058 (nilai standar error orientasi kewirausahaan struktur 1)
 3 = 0.685 S 3 = 0,055 (nilai standar error inovasi inkremental struktur 2)
Maka:
S 2  3 = √ (0.685)² (0.058)² + (0.844)² (0.055)² + (0.058)² (0.055)²
= √ 0.0015784 + 0.0021548 + 0.0000101761
= √ 0.0037433
= 0.061183
2. Menghitung nilai t hitung pengaruh mediasi dengan rumusan sebagai berikut:

 2 3
t=
S 2  3
66
Maka nilai t hitung pengaruh mediasi
t = __0.57814__
0.061183
= 9.44935
Oleh karena nilai t hitung = 9.44935 lebih besar dari t tabel dengan tingkat
signifikansi 5% yaitu sebesar 1,96 maka dapat disimpulkan bahwa koefisien mediasi
0.57814 signifikan yang berarti adanya pengaruh mediasi pada pengaruh orientasi
kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan melalui inovasi inkremental.

4.8Implikasi Hasil.

Dengan mengacu kepada hasil analisis jalur di atas maka


implikasi yang ditemukan untuk menjawab rumusan masalah dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif dari orientasi
kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan. Hasil ini ditunjukan
dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 dan besaran pengaruh 0,721
atau 72,1%. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan
menjalankan sikap orientasi kewirausahaan maka akan dapat
meningkatkan kinerja perusahaan dan berlaku sebaliknya,
dengan tidak menjalankan sikap orientasi kewirausahaan akan
dapat menurunkan kinerja perusahaan. Berdasarkan hal ini maka
sekiranya pemilik usaha perlu untuk selalu berupaya memiliki
sikap orientasi kewirausahaan, yaitu selalu proaktif mencari dan
menemukan peluang bisnis baru, berinovasi, dan berani dalam
mengambil keputusan yang berisiko sehingga kinerja perusahaan
akan mengalami peningkatan.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan dimana inovasi radikal memediasi hubungan
orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan yang ditunjukkan dengan

67
hasil sobel test dengan nilai t hitung = 8.0705 lebih besar dari t tabel dengan
tingkat signifikansi 5% yaitu sebesar 1,96. Dari hasil analisis jalur juga
menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan berpengaruh secara langsung dan
positif maupun tidak langsung dan positif yang dimediasi oleh inovasi radikal
terhadap kinerja perusahaan, sehingga hasil ini berimplikasi bahwa pemilik
perusahaan perlu meningkatkan sikap orientasi kewirausahaan yang nantinya akan
berdampak terhadap peningkatan sikap untuk melakukan inovasi radikal sehingga
pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan dan berlaku sebaliknya
penurunan sikap orientasi kewirausahaan akan berdampak terhadap penurunan
sikap untuk melakukan inovasi radikal sehingga pada akhirnya akan menurnkan
kinerja perusahaan.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan dimana inovasi inkremental memediasi
hubungan orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan yang ditunjukkan
dengan hasil sobel test dengan nilai t hitung = 9.44935 lebih besar dari t tabel
dengan tingkat signifikansi 5% yaitu sebesar 1,96. Dari hasil analisis jalur juga
menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan berpengaruh secara langsung dan
positif maupun tidak langsung dan positif yang dimediasi oleh inovasi
inkremental terhadap kinerja perusahaan, sehingga hasil ini berimplikasi bahwa
pemilik perusahaan perlu meningkatkan sikap orientasi kewirausahaan yang
nantinya akan berdampak terhadap meningkatkan sikap untuk melakukan inovasi
inkremental sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan dan
berlaku sebaliknya penurunan sikap orientasi kewirausahaan akan berdampak
terhadap penurunan sikap untuk melakukan inovasi inkremental sehingga pada
akhirnya akan menurunkan kinerja perusahaan.

68
BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dengan mengacu kepada hasil analisis dan pembahasan di bab sebelumnya,


maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Orientasi kewirausahaan berpengaruh secara signifikan dan
positif terhadap kinerja perusahaan.
2. Orientasi kewirausahaan berpengaruh secara signifikan dan
positif terhadap kinerja perusahaan melalui inovasi radikal.
3. Orientasi kewirausahaan berpengaruh secara signifikan dan
positif terhadap kinerja perusahaan melalui inovasi inkremental.

5.2 Saran

69
Terkait dengan kesimpulan yang telah dihasilkan maka berikut ini beberapa
saran yang dapat diberikan:
1. Pemilik usaha dapat meningkatkan sikap orientasi kewirausahaan dengan
mempunyai pandangan dan sikap yang selalu proaktif mencari dan
menemukan peluang bisnis baru, selalu melakukan inovasi, dan
berani dalam mengambil keputusan yang berisiko sehingga akan
berdampak terhadap kinerja perusahaan.
2. Dengan meningkatkan sikap orientasi kewirausahaan akan berdampak pula
terhadap sikap untuk melakukan inovasi radikal dan inovasi inkremental dan pada
akhirnya akan memberikan pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sikap-sikap
inovasi yang dapat dimunculkan adalah seperti membuat menu baru yang belum
pernah ada di pasaran, atau melakukan menu fusion (gabungan) atas menu yang
telah ada, memperbaiki kinerja tampilan masakan dan minuman yang telah
disajikan, menggunakan metode memasak yang dapat mempersingkat waktu
dalam proses produksi sehingga waktu pelayanan terhadap konsumen bisa lebih
cepat, membuat atau memperbaiki sistem pelayanan yang lebih ramah dan
responsif terhadap pelanggan.
3. Saran untuk penelitian selanjutnya dapat lebih memperluas sampel penelitian
seperti wilayah ataupun jenis unit usaha menengah serta dapat menambah variabel
lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan orientasi pasar, orientasi
teknologi, inovasi pelayanan, dll.

70
DAFTAR PUSTAKA

Andiningtyas, I & Nugroho, R.L.(2014).Pengaruh Orientasi Kewirausahaan


Terhadap kinerja Perusahaan Kecil.Jurnal Manajemen Indonesia, 14(1),
Bulan April, Hlm. 37 – 46.

Antariksa, B.(2012).Konsep Ekonomi Kreatif: Peluang Dan Tantangan Dalam


Pembangunan Di Indonesia.Artikel dikutip tangggal 20 Februari 2018,
http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=101&id=1857

Arshad, A.S.; Rasli, A.; Arshad, A.A.; Zain, Z.M.(2014).The Impact of


Entrepreneurial Orientation on Business Performance: A Study of
Technology-based SMEs in Malaysia.Procedia - Social and Behavioral
Sciences, 130, Hlm. 46 – 53

Audretsch, D.B.; Litan, R.E.; & Strom, R.J.(2009).Entrepreneurship and Openness :


Theory and Evidence.Massachusetts : Edward Elgar Publishing, Inc.

Benito, G.O. & Benito, J.G.(2005).Cultural vs. operational market orientation and
objective vs. subjective performance: Perspective of production and
operations.Industrial Marketing Management, 34, Hlm.797 – 829.

71
Carayannis, E.G.; Samara, E.T.; & Bakouros, Y.L.(2016).Innovation and
Entrepreneurship: Theory, Policy and Practice.New York: Springer.

Chandra, A.A.(2016).UMKM Serap 57,9 Juta Tenaga Kerja.Artikel dikutip tanggal


15 Desember 2017,https://finance.detik.com/berita-ekonomi-
bisnis/3350243/umkm-serap-579-juta-tenaga-kerja
Covin, J. G., & Slevin, D. P. (1991). A conceptual model of entrepreneurship as firm
behavior.Entrepreneurship Theory and Practice, 16(1), 7–25.

Creswell, J.W.(2014).Research Design : Qualitative, Quantitative, And Mixed


Methods Approaches.4th Ed.Thousand Oaks, California : SAGE Publications,
Inc.
Diefenbach, F.E.(2011).Entrepreneurship in the Public Sector: When Middle
Managers Create Public Value.Disertasi tidak diterbitkan.Germany:
University of St. Gallen

Djayadiningrat, A.F.; Sukaatmadja, I.P.G.; & Yasa, N.N.K.(2017).Peran Inovasi


Produk Memediasi Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja Pemasaran
IMK Sektor Industri Makanan Kota Denpasar.E-Jurnal Manajemen Unud,
6(9), Hlm. 4978 – 5004.ISSN : 2302-8912.

Fitriana, D.N.(2014).Inovasi Pelayanan Publik BUMN (Studi Deskriptif tentang


Inovasi Boarding Pass System dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Kereta Api PT KAI di Stasiun Gubeng Surabaya).Kebijakan dan Manajemen
Publik, 2(1), Hlm. 1 – 10.ISSN 2303 - 341X

Frank, H.; Kessler, A.; & Fink, M.(2010).Entrepreneurial Orientation and Business
Performance : A Replication Study.Schmalenbach Business Review, 62,
Bulan April, Hlm. 175-198.

Frederick, H.H. & Kuratko, D.F.(2010).Entrepreneurship : theory, process, practice.


2nd Asia-Pacific Ed.South Melbourne: Cengage Learning Australia.

Hafeez, M.H.; Shariff, M.N.M.; & Lazim, H.B.M.(2012).Relationship between


Entrepreneurial Orientation, Firm Resources, SME Branding and Firm’s
Performance: Is Innovation the Missing Link?.American Journal of
Industrial and Business Management, 2, Hlm.153 – 159.
Haider, S.H.; Asad, M.; & Fatima, M.(2017).Entrepreneurial Orientation and
Business Performance of Manufacturing Sector Small and Medium Scale
Enterprises of Punjab Pakistan.European Business & Management, 3(2),
Hlm. 21 – 28.

Hair, J.F.J., Anderson, R.E., Tatham, R.L. & Black, W.C.(2010).Multivariate Data
Analysis,10th edition.Upper Saddle River: Prentice Hall

72
Hartini, S.(2012).Peran Inovasi: Pengembangan Kualitas Produk dan Kinerja
Bisnis.Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 14(1), Bulan Maret, Hlm. 82
– 88.

Hasibuan, Malayu S.P.(2016).Manajemen Sumber Daya Manusia.Edisi


Revisi.Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.

Hatten, T.S.(2012)Small Business Management: Entrepreneurship and Beyond.Fifth


Ed.Mason: South-Western Cengage Learning.
Hussain, J.; Fayaz, A.K.; & Shah, A.(2015).The Impacts of Entrepreneurial
Orientation on Organizational Performance: Study of Pakistani SMEs.Sarhad
Journal of Management Sciences, 1(1), Hlm. 52 – 64.ISSN No. 2414-2336.
Kocak, A.; Carsrud, A.; & Oflazoglu, S.(2017).Market, entrepreneurial, and
technology orientations: impact on innovation and firm
performance.Management Decision, 55(2), Hlm. 248-270.

Kristiyanti, M. & Rahmasari, L.(2015). Sistem Informasi Berbasis Web Produk


UnggulanUsaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM)Di Kota
Semarang.Prosiding Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu &Call For
Papers UNISBANK, Hlm. 1 – 12.ISBN: 978-979-3649-81-8.

Lowe, R. & Marriott, S.(2006).Enterprise : Entrepreneurship and Innovation


Concepts, Contexts and Commercialization.1st Edition.Oxford : Elsevier Ltd.

LPPI.(2015).Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM).Jakarta :


Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia.

Lukiastuti, F.(2012).Pengaruh Orientasi Wirausaha Dan Kapabilitas Jejaring Usaha


Terhadap Peningkatan Kinerja UKM Dengan Komitmen Perilaku Sebagai
Variabel Interviening (Studi Empiris pada Sentra UKM Batik di Sragen, Jawa
Tengah).Jurnal Organisasi dan Manajemen,8(2), Bulan September, Hlm.
155-175.
Lumpkin, G. T., & Dess, G. G. (1996). Clarifying the entrepreneurial orientation
construct and linking it to performance. Academy of Management Review,
21(1), Hlm. 135 – 172.

Maital, S. & Seshadri, D.V.R.(2007).Innovation Management: strategies, concepts


and tools for growth and profit.New Delhi: Sage Publications India

Miller, D., & Friesen, P. H. (1983). Strategy-making and environment: The third
link.Strategic Management Journal, 4(3), 221–235.

Oduntan, K.O.(2014).The Role of Small and Medium Enterprises in Economic


Development: The Nigerian Experience.International Conference on Arts,
Economics and Management, March, Dubai (UAE), Hlm. 75 - 78.

Olughor, R.J.(2015).Effect of Innovation on the Performance of SMEs Organizations


in Nigeria.Management, 5(3), Hlm. 90 – 95.

73
PKUKM.(2016).Penguatan UMKM Untuk Pertumbuhan Ekonomi Yang
Berkualitas.Warta KUMKM, 5(1), Hlm. 1 – 35.ISSN: 2338-3747

Purnomo, R.A.(2016).Ekonomi Kreatif : Pilar Pembangunan Indonesia.Cetakan


Pertama.Surakarta: Ziyad Visi Media.

Rauch, A., Wiklund, J., Lumpkin, G. T., & Frese, M.(2009).Entrepreneurial


orientation and business performance: An assessment of past research and
suggestions for the future.Entrepreneurship Theory and Practice, 33(3), Hlm.
761 – 787.

Riduwan &Kuncoro.(2012).Cara Menggunakan dan Memaknai Path Analysis


(Analisis Jalur).Cetakan keempat.Bandung : Alfabeta.
Robbins, S.P.; DeCenzo, D.A.; Coulter, M.(2013).Fundamentals of management:
essential concepts and applications.8th Ed. New Jersey : Pearson Education.

Rochdi, D.; Khatijah, O.; & Muhammad, A.S.A.H.(2017).Mediating Role Of The


Innovation Effectiveness On The Relationship Between Entrepreneurial
Orientation And The Smes Performance In Algeria.Polish Journal Of
Management Studies,15(1), Hlm. 185 – 196.

Rust, J., & Golombok, S.(2009).Modern psychometrics : The science of


psychological assessment.3rd ed.London : Routledge.
Sarjono &Julianita.(2011).SPSS vs LISREL sebuah pengantar Aplikasi untuk
Riset.Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Scarborough,N.M.(2012).Effective Small Business Management: An
Entrepreneurial Approach.Tenth Edition.Upper Saddle River: Prentice Hall.
Sedyowidodo, U.;Basbeth, F.; & Sule E.T.(2017).Entrepreunial Orientation and
Business Performance: The Mediating Role of Organizational Learning and
Innovation in State Own Enterprise (SOE) In Indonesia.Journal Of
Engineering and Applied Science, 12(2), Hlm. 417 – 429.ISSN : 1816-949X

Sekaran, U. & Bougie, R. (2010).Research Methods for Busniess: A skill Building


Approach 5th edition.Chichester : Wiley.
Setyanti, S.W.L.H.; Troena, E.A.; Nimran, U. ;& Rahayu, M.(2013).Innovation Role
in Mediating the Effect of Entrepreneurship Orientation, Management
Capabilities and Knowledge Sharing Toward Business Performance: Study at
Batik SMEs in East Java Indonesia.IOSR Journal of Business and
Management, 8(4), Bulan Maret - April, Hlm. 16 – 27.e-ISSN: 2278-487X.

Setyawati, H.A.(2013).Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Dan Orientasi Pasar


Terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Keunggulan Bersaing Dan Persepsi
Ketidakpastian Lingkungan Sebagai Prediksi Variabel Moderasi (Survey
pada UMKM Perdagangan di Kabupaten Kebumen).Fokus Bisnis : Media
Pengkajian Manajemen dan Akuntansi, 12(2),Bulan Desember, Hlm. 20 –
31.ISSN 1693-5209.

74
Simamora, H.(2015).Manajemen Sumber Daya Manusia.Edisi Ketiga.Cetakan
Kelima.Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Suci, Y.R.(2017).Perkembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil Dan Menengah) Di


Indonesia.Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos, 6(1), Bulan Januari, Hlm. 51 – 58.

Sugiyono.(2013).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed


Methods).Cetakan Ketiga.Bandung : Penerbit Alfabeta.
Tidd, J. & Bessant, J.(2013).Managing Innovation: Integrating Technological,
Market and Organizational Change.Fifth Edition.San Francisco: John Wiley
& Sons Inc.

Uduma, I.A.; Wali, A.F. dan Wright, L.T.(2015).A quantitative study on the
influence of breadth of open innovation on SMEs product-service
performance: The moderating effect of type of innovation.Cogent Business &
Management, 2, Hlm. 1 – 6.

Wardoyo, P.; Rusdianti, E.; & Purwantini, S.(2015)Pengaruh Orientasi


Kewirausahaan Terhadap Strategi Usaha Dan Kinerja Bisnis Umkm Di Desa
Ujung-Ujung, Kec. Pabelan, Kab Semarang.Sustainable Competitive
Advantage, 5(1), Hlm. 1 – 19.
Wijaya, T.(2012).Cepat menguasai SPSS 20 Untuk Olah Data dan Interretasi
Data.Yogyakarta : Cahaya Atma Pustaka.

Zehir, C.; Can, E.; & Karaboga, T. (2015).Linking entrepreneurial orientation to firm
performance: the role ofdifferentiation strategy and innovation
performance.Procedia - Social and Behavioral Sciences, 210, Hlm. 358 –
367.

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Pengembangan


Ekonomi Kreatif.

Website resmi Badan Ekonomi Kreatif http://www.bekraf.go.id/

75

Anda mungkin juga menyukai