Anda di halaman 1dari 131

SKRIPSI

PENGARUH ENTREPRENEURIAL MARKETING TERHADAP


KEUNGGULAN BERSAING (STUDI KASUS PADA
PELAKU USAHA LAUNDRY MIKRO-KECIL
DI KAWASAN MEDAN JOHOR)

OLEH

DELLA DINIASTRI
160521049

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN EKSTENSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

PENGARUH ENTREPRENEURIAL MARKETING TERHADAP


KEUNGGULAN BERSAING (STUDI KASUS PADA
PELAKU USAHA LAUNDRY MIKRO-KECIL
DIKAWASAN MEDAN JOHOR)

Sektor UKM adalah sektor yang memiliki peran yang sangat besar dalam
meningkatkan pertumbuhan perekonomian negara Indonesia. Entrepreneurial
Marketing merupakan pendekatan pemasaran yang paling sesuai dengan
karakeristik UKM untuk menjadi unggul dalam persaingan di pasar. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh Entrepreneurial Marketing terhadap
keunggulan bersaing usaha Laundry Mikro-Kecil di Kawasan Medan Johor.
Populasi pada penelitian ini adalah pelaku usaha Laundry Mikro-Kecil di kawasan
Medan Johor yang berjumlah 30 usaha dan seluruhnya dijadikan sampel. Teknik
analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif statistic dan analisis regresi
linear berganda. Hasil uji simultan menunjukkan bahwa variabel-variabel
Entrepreneurial Marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keunggulan bersaing. Hasil uji parsial menunjukkan bahwa variabel opportunity
focus, customer intensity, risk taking, resource leveraging dan value creation
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap keunggulan bersaing. Variabel
proactive dan innovation berpengaruh positif dan signifikan terhadap keunggulan
bersaing. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,717 yang berarti 71,7% keunggulan
bersaing pelaku usaha Laundry Mikro-Kecil di kawasan Medan Johor dapat
dijelaskan oleh variabel Entrepreneurial Marketing, sedangkan 28.3% dapat
dijelaskan oleh faktor lain selain yang diteliti dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Entrepreneurial Marketing, Keunggulan Bersaing

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

THE EFFECT OF ENTREPRENEURIAL MARKETING ON


COMPETITIVE ADVANTAGE : LAUNDRY BUSINESS
IN THE ENVIRONMENT ARROUND
MEDAN JOHOR

SME sector is a sector that plays a very big role in improving the economic
growth in Indonesia. Entrepreneurial Marketing is a marketing approach that best
suits the characteristics of SMEs to excel in market competition. This study aims
to identify and analyze the factors that influence the success of a new venture on
the micro laundry business in in the environment arround Medan Johor. The
population in this study is micro laundry business in Medan Johor which
amounted to 30 stores and all of them were sampled. Data analysis technique in
this research is descriptive statistic and multiple linear regression analysis. The
result of simultaneous test shows that Entrepreneurial Marketing variables have
positive and significant influence to competitive advantage. Partial test results
show that the variables of opportunity focus, customer intensity, risk taking,
resource leveraging dan value creation have a positive but not significant impact
on competitive advantage. Variables of proactive dan innovation have positive
and significant influence to competitive advantage. The value of Adjusted R
Square is 0.717 which means 71.7% competitive advantage of micro laundry
business at Medan Johor can be explained by Entrepreneurial Marketing
variables, while 28.3% can be explained by other factors apart from the variable
used in this research.

Keywords: Entrepreneurial Marketing, Competitive Advantage

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadiran Allah Subhanahu

Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti

mampu menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Pengaruh

Entrepreneurial Marketing Terhadap Keunggulan Bersaing (Studi Kasus

Pada Pelaku Usaha Bisnis Laundry Mikro-Kecil di Kawasan Medan Johor).

Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada kedua

orang tua tercinta Ayahanda Adnan Syamsi Nasution, SE dan Ibunda Prihatin

Siregar yang senantiasa mendoakan dan mendukung, serta melimpahkan kasih

sayang yang luar biasa, dan atas setiap pengorbanan materil yang tidak dapat

disebutkan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih

juga peneliti sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan

bimbingan, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Amlys Syahputra Silalahi, SE, M.Si, dan Bapak Doli Muhammad

Jafar Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Yasmin Chairunisa Muchtar, SP, MBA, selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak membimbing, mengarahkan dan memberi saran kepada peneliti.

4. Bapak Drs. Ami Dilham, M.Si, dan Ibu Dra. Marhaini, MS, selaku Dosen

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penguji yang banyak memberikan saran dalam penelitian dan perbaikan skripsi

ini.

5. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

6. Kepada Kakak saya tersayang Defi Adniaty Nst & Desy Fadhilla Nst serta

adik saya tercinta Dona Febrina Nst & Doni Syamsi Nst.

7. Untuk Bayu Mandala Pratama yang selalu memberikan doa dan dukungan

selama masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

8. Teman-temanku dari Manajemen Ekstensi 2016 Karlina Nasution, Kiki

Hanafi, Nabawi Nasution, dan Dimas Julistyo dan lainnya yang tidak dapat

disebutkan namanya satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa penyajian skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan, untuk itu peneliti menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya penelitian skripsi ini

dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak.

Medan, Desember 2018


Peneliti

Della Diniastri
NIM:160521049

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ............................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vii
DAFTAR TABEL ................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 8
2.1 Landasan Teori ........................................................... 8
2.1.1 Kewirausahaan ................................................ 8
2.1.2 Karakteristik Wirausaha.................................. 11
2.1.3 Pemasaran (Marketing) ................................... 14
2.1.4 Entrepreneurial Marketing ............................. 15
2.1.5 Competitive Advantage (Keunggulan
Bersaing)……………………………………. 27
2.1.6 Usaha Kecil Menengah (UKM) ...................... 30
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................... 31
2.3 Kerangka Konseptual.................................................. 33
2.4 Hipotesis ..................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN .................................................. 37
3.1 Jenis Penelitian ........................................................... 36
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................... 37
3.3 Batasan Operasional ................................................... 37
3.4 Defenisi Operasional .................................................. 38
3.5 Skala Pengukuran Variabel ......................................... 41
3.6 Populasi dan Sampel Penlitian.................................... 42
3.6.1 Populasi………………………………………… 41
3.6.2 Sampel............................................................. 42
3.7 Jenis Data .................................................................... 43
3.8 Metode Pengumpulan Data......................................... 44
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................... 45
3.9.1 Uji Validitas .................................................... 45
3.9.2 Uji Reliabilitas ................................................ 46
3.10 Teknik Analisis Data .................................................. 48
3.10.1 Analisis Deskriptif Statistik ............................ 48
3.10.2 Analisis Regresi Linier Berganda ................... 48

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.11 Uji Asumsi Klasik....................................................... 49
3.12 Uji Hipotesis ............................................................... 50
3.12.1 Uji Signifikan Serempak (Uji-F) .................... 50
3.12.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ........................ 51
3.12.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ....................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................ 53
4.1 Gambaran Umum Kawasan Medan Johor .................. 53
4.2 Analisis Deskriptif ...................................................... 54
4.2.1 Karakteristik Responden………………… ..... 54
4.3 Deskriptif Variabel ..................................................... 57
4.4 Analisis Regresi Linear Berganda .............................. 68
4.5 Uji Asumsi Klasik....................................................... 70
4.5.1 Uji Normalitas ................................................. 70
4.5.2 Uji Multikolinearitas ....................................... 72
4.5.3 Uji Heterokedastisitas ..................................... 73
4.6.1 Uji Signifikansi Serempak (Uji-F) .................. 74
4.6.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ........................ 75
4.6.3 Pengujian Koefisien Determinasi ........... 77
4.7 Pembahasan ................................................................ 77
4.7.1 Pengaruh Opportunity Focus terhadap
Competitive Advantage ................................... 77
4.7.2 Pengaruh Proactiveness Terhadap
Competitive Advantage ................................... 78
4.7.3 Pengaruh Customer Intensity Terhadap
Competitive Advantage ................................... 78
4.7.4 Pengaruh Risk Taking Terhadap
Competitive Advantage ................................... 79
4.7.5 Pengaruh Resource Leveraging Terhadap
Competitive Advantage ................................... 80
4.7.6 Pengaruh Value Creation Terhadap
Competitive Advantage .................................. 80
4.7.7 Pengaruh Innovation Terhadap
Competitive Advantage ................................... 81
4.7.8 Pengaruh Entrepreneurial Marketing
Terhadap Competitive Advantage ................... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... 83
5.1 Kesimpulan ................................................................. 83
5.2 Saran ........................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 88
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... 93

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


2.1 Dimensi Entrepreneurial Marketing ........................................... 28
2.2 Kerangka Konseptual .................................................................. 36
4.1 Histogram Uji Normalitas ........................................................... 70
4.2 Plot Uji Normalitas...................................................................... 71
4.3 Uji Heterokedastisitas ................................................................. 74

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman


2.1 Karakteristik Kesuksesan Wirausaha .......................................... 13
2.2 Karakteristik Kegagalan Wirausaha ............................................ 13
2.3 Perbedaan Pemasaran Tradisional dengan Entrepreneurial
Marketing .................................................................................... 17
2.4 Penelitian Terdahulu ................................................................... 31
3.1 Operasionalisasi Variabel ............................................................ 40
3.2 Skala Pengukuran Variabel ......................................................... 41
3.3 Daftar Responden ........................................................................ 43
3.4 Validasi Tiap Pertanyaan Item - Total Statistic........................... 45
3.5 Reliability Statistic ...................................................................... 47
4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha ................... 55
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ................................ 55
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........ 56
4.4 Karakteristik Berdasarkan Jumlah Pegawai ................................ 56
4.5 Distribusi Jawaban Opportunity Focus ....................................... 57
4.6 Distribusi Jawaban Proactiveness ............................................... 59
4.7 Distribusi Jawaban Costumer Intensity ....................................... 60
4.8 Distribusi Jawaban Risk Taking .................................................. 61
4.9 Distribusi Jawaban Resource Leveraging ................................... 62
4.10 Distribusi Jawaban Value Creation ............................................. 64
4.11 Distribusi Jawaban Innovation .................................................... 65
4.12 Distribusi Jawaban Competitive Advantage ................................ 67
4.13 One-Sample Kolmogorov Smirnov ............................................. 71
4.14 Uji Tolerance dan VIF................................................................. 72
4.15 Hasil Regresi Linear Berganda ................................................... 68
4.16 Hasil Uji F Signifikansi Simultan (Uji-F) ................................... 74
4. 17 Hasil Pengujian Koefisienssi Determinasi .................................. 77

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman


1 Kuesioner Penelitian ................................................................... 93
2 Analisis Deskriptif Karakteristik Responden ................................ 97
3 Analisis Deskriptif Jawaban Responden. ...................................... 98
4 Distribusi Jawaban Pertanyaan ...................................................... 101
5 Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................ 109
6 Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 111
7 Analisis Regresi Linear Berganda ................................................. 114
8 Uji Hipotesis .................................................................................. 115

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah

(UMKM) memiliki suatu peran yang sangat vital didalam pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara yang sedang berkembang

seperti Indonesia, tetapi juga di negara-negara maju seperti Jepang, Amerika

Serikat, dan negara-negara Eropa. Di Indonesia, sudah sering dinyatakan didalam

banyak seminar dan lokakarya, dan dibahas di media-media massa bahwa UMKM

di Indonesia sangat penting, terutama bagi sumber pertumbuhan kesempatan kerja

ataupun pendapatan. UMKM sangat diharapkan untuk bisa terus berperan secara

optimal dalam upaya menanggulangi penganggurang yang jumlahnya cenderung

meningkat setiap tahunnya. Dengan banyak menyerap tenaga kerja berarti

UMKM juga punya peran strategis dalam upaya pemerintah selama ini

memerangi kemiskinan di dalam negeri.

Salah satu kawasan di kota Medan yang penduduknya banyak memulai

usaha dikawasan tempat mereka tinggal adalah kawasan Medan Johor. Daerah

Medan Johor sudah sangat terkenal dengan keramaiannya serta hiruk pikuk

kehidupan sehari-hari dengan segala macam aktifitas yang ada. Daerah tersebut

sudah semakin berkembang dengan bertambahnya penduduk yang memilih

bertempat tinggal di daerah Medan Johor dan semakin banyak pula masyarakat

yang tergiur untuk mencoba memperoleh peluang usaha di daerah tersebut. Para

pengusaha rela menyewa tempat usaha dengan harga sewa yang tinggi untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

membuka usaha dilokasi tersebut dengan mengharapkan pendapatan besar

mengingat adanya pasar yang sangat potensial. Salah satu peluang usaha yang saat

ini sangat berpotensi untuk berkembang di daerah tersebut adalah usaha laundry

sebagai kebutuhan sehari-hari masyarakat yang ada di lingkungan tersebut.

Pergeseran gaya hidup serta tuntutan kebutuhan ekonomi menyebabkan

sebagaian besar masyarakat menjadi keluarga yang sangat sibuk. Hampir semua

anggota keluarga, baik suami maupun istri dituntut memiliki mobilitas tinggi dan

menghabiskan sebagian besar waktunya pada aktifitas di luar rumah. Hal itu tidak

dapat dipungkiri menyebabkan beberapa urusan di dalam rumah kurang menjadi

perhatian karena setelah lelah seharian bekerja yang terpikir sesampai di rumah

adalah beristirahat. Pekerjaan mencuci dan menyetrika baju misalnya, kerap kali

menjadi urusan yang merepotkan sehingga butuh bantuan orang lain sebab mau

tidak mau penampilan yang bersih dan trendy diperlukan untuk mendukung setiap

kegiatan. Maka dari itu usaha laundry itu sendiri tidak hanya dibutuhkan oleh

anak kost-kostan, melainkan juga dibutuhkan oleh ibu-ibu rumah tangga yang

juga berpartisipasi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

Melihat fenomena ini maka banyak pengusaha mulai melirik usaha

laundry karena diharapkan dapat memberikan keuntungan serta tingkat

pengembalian modal yang tinggi. Maka tidak salah apabila laundry merupakan

salah satu bisnis jasa yang pasti akan terus berkembang.

Di kawasan Medan Johor usaha laundry ini sendiri dari tahun ke tahun

semakin meningkat jumlahnya dan semakin menjamur, konsumen pun di hadirkan

dengan banyak pilihan jenis laundry. Misalnya laundry premium, laundry yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

ditawarkan dengan tarif yang berbeda-beda tergantung jenis pakaian yang

ditangani, diperuntukkan bagi pakaian yang membutuhkan penanganan khusus

per satuan pakaian. Laundry kiloan, laundry yang ditawarkan dengan tarif di

hitung perkilogram dan diperuntukkan bagi pakaian yang tidak memerlukan

penanganan khusus. Sedangkan coin laundry adalah jenis laundry yang baru

berkembang dimasyarakat dan proses pencuciannya menggunakan koin yang

dimasukkan ke mesin cuci langsung oleh pelanggan, sistem laundry ini dapat

dikatakan lebih praktis untuk pelanggan karena mereka tidak perlu menunggu

berhari-hari untuk mendapatkan pakaian mereka kembali, waktu yang dibutuhkan

tidak lebih dari 2 jam dan pakaian akan siap kembali untuk digunakan. Dari ketiga

jenis laundry yang disebutkan, jenis laundry yang sangat berkembang di kawasan

Medan Johor adalah laundry kiloan. Yang mana dari segi teknologi dan inovasi

masih jauh tertinggal dari laundry premium dan coin laundry, namun sangat

diminati para konsumen laundry. Hal ini disebabkan karna laundry kiloan sangat

unggul memenuhi kebutuhan pencucian pakaian sehari-hari para konsumen dan

memberikan efisiensi biaya karena menggunakan tarif per kilo.

Seperti yang terlihat, ada kekurangan sumber daya untuk pengusaha mikro

dan kecil, seperti kekurangan keuangan, pengetahuan, informasi, waktu, dan

peluang untuk selalu mengikuti perkembangan, untuk dibandingkan dengan

perusahaan yang lebih besar, yang memiliki jumlah karyawan lebih banyak,

teknologi yang lebih luas, dan banyak lagi waktu dengan keputusan yang berjalan

sesuai dengan tindakan selanjutnya (Bjerke & Hultman, 2002). Oleh karena itu,

pengembangan pengetahuan pemasararan dan kewirausahaan dari UMKM di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

bidang ini sangat penting untuk dapat bersaing di masa akan datang.

Pemasaran, atau lebih spesifik lagi orientasi pemasaran, telah

teridentifikasi sebagai sebuah kontribusi terpenting dalam perkembangan bisnis

(Deshpande, 1993). Mengingat pentingnya usaha kecil terhadap ekonomi, ada

banyak hal aktivitas-aktivitas usaha kecil yang berkaitan dengan pemasaran

selama 20 tahun terakhir (Blankson & Omar, 2002) . Dan ini telah menyebabkan

berkembangnya pengetahuan tentang UMKM dan strategi pemasaran,

perencanaan dan kegiatan usaha kecil.

Selama 25 tahun terakhir, kewirausahaan dan pemasaran adalah dua hal

yang sudah mapan di bidang ilmiah, yang merupakan pusat dalam studi bisnis

(Hills & Hultman, 2013). Secara historis, dua bidang ilmiah ini tidak memiliki

hubungan yang umum dan jelas. Pemasaran wirausaha (entrepreneurial

marketing) menggambarkan pemasaran usaha mikro, usaha kecil dan usaha

menengah (Kraus & Schulte, 2010). Pemasaran kewirausahaan terjadi di

perusahaan dengan berbagai ukuran, tetapi maknanya mungkin berbeda antara

usaha kecil dan usaha besar (Bjerke & Hultman, 2002).

Entrepreneurial marketing adalah suatu fungsi organisasi dan suatu paket

proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan memberikan nilai kepada

pelanggan serta untuk mengatur hubungan pelanggan untuk memberikan

keuntungan kepada organisasinya dan pemangku kepentingannya yang

dikarakteristikan berdasarkan inovasi, pengambilan resiko dan sikap pro-aktif dan

dapat dilaksanakan tanpa menggunakan sumber daya yang sedang dikuasai

(Ionita, 2012). Entrepreneurial marketing diciptakan berdasarkan adaptasi dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

kerangka kerja pemasaran yang standar dan menggunakan jaringan untuk

membangun dan mendukung aktivitas pemasaran. Entrepreneurial marketing

didasari keperluan dan pengembangan kompetensi manajemen pemasaran dan

mencoba untuk berinovasi dibagian yang masih bisa dikembangkan. Oleh karena

itu, kewirausahaan berhubungan dengan pemasaran dan pemasaran berhubungan

dengan kewirausahaan (Gilmore A. , 2011).

Entrepreneurial marketing (EM) telah berevolusi karena pengusaha yang

harus mengatur beberapa peran dalam perusahaan, secara proaktif menciptakan

inovasi yang cenderung mengubah atau mendorong pasar (Morrish & Deacon,

2009). Metode EM seperti pemasaran interaktif dan viral kemungkinan besar

dikomunikasikan melalui word-of-mouth, seringkali secara elektronik, dari pada

media pemasaran yang lebih tradisional. Pengusaha juga memantau pasar melalui

mekanisme penginderaan pasar seperti jaringan informal dari pada riset pasar

formal, dan umumnya mengadopsi pendekatan yang lebih inovatif untuk kegiatan

pemasaran (Gilmore & Carson, 1999). Apabila seorang wirausahawan mampu

mengaplikasikan entrepreneurial marketing dalam kegiatan pemasarannya,

peluang keunggulan bersaing akan semakin besar. Oleh karena itu,

entrepreneurial marketing sangat penting diketahui dan dikuasai oleh pemilik

usaha kecil menengah apabila ingin berkembang dalam usaha yang digelutinya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Entrepreneurial Marketing Terhadap

Keunggulan Bersaing (Studi Kasus pada Usaha Laundry Mikro-Kecil di

Kawasan Medan Johor)”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

perumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Apakah Opportunity focus berpengaruh terhadap keunggulan bersaing?

2. Apakah Pro-Activeness berpengaruh terhadap keunggulan bersaing?

3. Apakah Customer intensity berpengaruh terhadap keunggulan bersaing?

4. Apakah Risk taking berpengaruh terhadap keunggulan bersaing?

5. Apakah Resource Leveraging berpengaruh terhadap keunggulan bersaing?

6. Apakah Value Creation berpengaruh terhadap keunggulan bersaing?

7. Apakah Innovation berpengaruh terhadap keunggulan bersaing?

8. Apakah Entrepreneurial Marketing berpengaruh terhadap keunggulan bersaing?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan

dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh Opportunity Focus terhadap keunggulan bersaing.

2. Untuk menganalisis pengaruh Proactiveness terhadap keunggulan bersaing.

3. Untuk menganalisis pengaruh Customer Intensity terhadap keunggulan bersaing.

4. Untuk menganalisis pengaruh Risk Taking terhadap keunggulan bersaing.

5. Untuk menganalisis pengaruh Resource Leveraging terhadap keunggulan bersaing.

6. Untuk menganalisis pengaruh Value Creation terhadap keunggulan bersaing.

7. Untuk menganalisis pengaruh Innovation terhadap keunggulan bersaing.

8. Untuk menganalisis pengaruh Entrepreneurial Marketing terhadap

keunggulan bersaing.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi pihak yang berkepentingan antara lain sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti terhadap pengetahuan dibidang

Entrepreneurial Marketing sehingga dapat diterapkan dalam usaha keluarga.

2. Bagi Pelaku Bisnis khususnya UKM

Dapat memberikan saran dan pendapat kepada para pelaku bisnis UKM

mengenai pentingnya Entrepreneurial Marketing dalam menciptakan

keunggulan bersaing.

3. Bagi Masyarakat

Peneliti berharap skripsi ini dapat menjadi bahan referensi bagi

pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan bidang

Entrepreneurial Marketing.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa

Inggris, unternehmer dalam bahasa Jerman, ondernemen dalam bahasa Belanda.

Kata entrepremeur berasal dari bahasa Perancis, yaitu entreprende yang berarti

petualang, pengambil risiko, kontraktor, pengusaha (orang yang mengusahakan

pekerjaan tertentu), dan pencipta yang menjual hasil ciptaannya (Hendro, 2011).

Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang

berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai

kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan

berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam

kondisi tidak pasti. Seorang wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha

mencari, memanfaatkan, serta menciptakan peluang usaha yang dapat

memberikan keuntungan (Kasmir, 2013). Kewirausahaan adalah suatu ilmu yang

mengkaji tentang pengembangan dan pembangunan semangat kreativitas serta

berani menanggung resiko terhadap pekerjaan yang dilakukan demi mewujudkan

hasil karya tersebut (Fahmi, 2014).

Menurut Zimmerer dan Scarbrought (dalam Fahmi, 2014), wirausahawan

adalah orang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan

ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara

mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

mendirikannya.

Menurut Hisrich (2005), pengertian kewirausahaan adalah suatu proses

dinamis atas penciptaan tambahan kekayaan. Kekayaan diciptakan oleh individu

yang berani mengambil risiko utama dengan syarat-syarat yang wajar, waktu dan

atau komitmen karir atau penyediaan nilai untuk berbagai barang dan jasa.

Menurut Anoraga (2009) kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan

kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang

memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik

pada pelanggan/masyarakat dengan selalu berusaha mencari pelanggan lebih

banyak dan melayani pelanggan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan

produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efesien,

melalui keberanian menggambil resiko, kreatifitas dan inovasi, serta kemampuan

manajemen.

Menurut Saefullah (2011), setiap wirausaha memiliki fungsi pokok dan

fungsi tambahan sebagai berikut:

1. Fungsi pokok wirausaha, yaitu:

a. Membuat keputusan-keputusan penting dan mengambil risiko tentang

tujuan dan sasaran perusahaan.

b. Memutuskan tujuan dan sasaran perusahaan.

c. Menetapkan bidang usaha dan pasar yang akan dilayani.

d. Menghitung skala usaha yang diinginkan.

e. Menentukan permodalan yang diinginkannya dan menguntungkan.

f. Memilih dan menetapkan kriteria pegawai atau yang memotivasainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

g. Mengendalikan secara efektif dan efisien.

h. Mencari dan menciptakan berbagai cara baru.

i. Mencari terobosan baru dalam mendapatkan masukan atau input, serta

mengolahnya menjadi barang dan atau jasa yang menarik.

j. Memasarkan barang dan atau jasa tersebut untuk memuaskan pelanggan

sekaligus memperoleh dan mempertahankan keuntungan maksimal.

2. Fungsi tambahan wirausaha yaitu:

a. Mengenali lingkungan perusahaan dalam rangka mencari dan

menciptakan peluang usaha.

b. Mengendalikan lingkungan ke arah yang menguntungkan bagi perusahaan.

c. Menjaga lingkungan usaha agar tidak merugikan masyarat maupun

merusak lingkungan akibat limbah yang mungkin dihasilkannya.

d. Meluangkan dan peduli atas CSR.

e. Pemimpin industri yang dimulai sebagai teknisi atau tukang dalam suatu

bidang keahlian, kemudian berhasil menemukan sesuatu yang baru,

bukan dengan sengaja melainkan karena hasil temuan dan kehebatan

daya cipta.

f. Usahawan, yaitu orang yang menganalisis berbagai kebutuhan

masyarakat, merangsang kebutuhan untuk mendapatkan pelanggan baru.

g. Pemimpin keuangan, yaitu orang yang sejak muda menekuni keuangan,

mengumpulkan uang, dan menggabungkan sumber-sumber keuangan.

h. Menemukan cara-cara yang berbeda untuk menyediakan barang dan

jasa dengan jumlah lebih banyak dengan menggunakan sumber daya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

yang lebih sedikit.

2.1.2 Karakteristik Wirausaha

Menurut Hendro (2011), seorang entrepreneur mempunyai beberapa

karakter sebagai berikut:

1. Pandai mengelola ketakutannya

Seorang smart and good entrepreneur pandai mengelola ketakutannya

untuk membangkitkan keberanian dan kepercayaan dirinya dalam

menghadapi suatu risiko.

2. Mempunyai “iris mata” yang berbeda dengan yang lain

Dalam hal ini, iris mata itu adalah cara seseorang memandang sesuatu untuk

memunculkan kreativitasnya agar tercipta ide-ide, gagasan, konsep dan

mimpinya, lalu mencoba untuk meningkatkan nilai (add value).

3. Pemasar sejati atau penjual yang ulung

Tanpa skill ini, anda akan memulai dengan lebih bera dan membutuhkan

lebih banyak waktu . Skill ini akan mempermudah anda dalam membangun

bisnis, mengakselerasikan kecepatan pertumbuhan bisnis, dan mengurangi

ketergantungan modal yang besar.

4. Melawan arus dan menyukai tantanga baru

Seorang smart and good entrepreneur cenderung tidak suka mengikuti arus atau

terperangkap di dalam kehidupan yang monoton. Dia selalu tidak bisa diam,

berfikir, dan terus berfikir. Dia adalah seorang creative and smart worker.

5. High determination (mempunyai keteguhan hati yang tinggi)

Bagi seorang entrepreneur sejati, kegagalan itu tidak ada, yang ada hanyalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

sebuah rintangan besar, sangat besar dan juga kecil. Mengapa? Karna

kegagalan adalah persepsi orang yang merasa buntu dan tidak tahu apa yang

harus dia lakukan dan cenderung tidak ingin berusaha mencari jalan

keluar/pemecahannya.

6. Tidak menerima apa yang ada didepannya dan selalu mencari yang terbaik

Seorang smart and good entrepreneur diharapkan mampu memberikan apa

yang lebih baik lagi bagi pelanggan. Seorang yang perfectionist itu seperti

pisau bermata dua. Yang pertama ialah bahwa ia berusaha mencapai yang

terbaik dan memberikan yang terbaik. Dan yang kedua, ia berdampak buruk

bagi dirinya sendiri bila ia tidak mampu menanggung senjata kesempurnaan

dirinya dan pikirannya sehingga berakibat fatal, seperti frustasi dan putus asa

karena idealism yang mengubur impiannya. Ubahlah itu manjadi kekuatan

seorang entrepreneur.

Menurut Kasmir (2013), ciri-ciri wirausahawan yang dikatakan berhasil

adalah sebagai berikut:

1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas.

2. Inisiaif dan selalu proaktif.

3. Berorientasi pada prestasi.

4. Berani mengambil risiko.

5. Pekerja keras.

6. Bertanggung jawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik

sekarang, mau pun yang akan datang.

7. Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

dan harus ditepati.

8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik

berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak.

Menurut Rye dalam Saefullah (2011), berikut ini karakteristik kesuksesan

dan kegagalan wirausahaan:

Tabel 2.1
Karakteristik Kesuksesan Wirausaha
Karakteristik Sukses Ciri Sukses yang Menonjol
Pengendalian diri Mereka ingin dapat mengendalikan semua usaha yang
mereka lakukan
Mengusahakan Mereka menyukai aktifitas yang menunjukkan kemajuan
terselesaikannya urusan yang berorientasi pada tujuan
Mengarahkan diri sendiri Mereka memotivasi diri sendiri dengan hasrat yang tinggi
untuk berhasil
Mengeloladengan sasaran Mereka cepat memahami rincian tugas yang harus
diselesaikan untuk mencapai sasaran
Penganalisis kesempatan Mereka akan menganalisis semua pilihan untuk
memastikan kesuksesannya dan sekaligus meminimalkan
risiko
Pengendalian pribadi Mereka mengenali pentingnya kehidupan pribadi terhadap
hidup bisnisnya
Pemecah masalah Mereka selalu melihat pilihan-pilihan untuk memecahkan
setiap masalah yang dihadapi
Pemikir objektif Mereka tidak takut untuk mengakui jika melakukan
kekeliruan
Sumber: Abas, Sudaryono, Saefullah, 2011.

Tabel 2.2
Karakteristik Kegagalan Wirausaha
Karakteristik Kegagalan Ciri-ciri Kegagalan yang Menonjol
Pengalaman manajemen Pemahaman umum mereka terhadap disiplin
manajemen yang utama rata-rata kurang
Perencanaan Keuangan Mereka meremehkan kebutuhan modal bisnis
Lokasi Usaha Mereka memilih lokasi awal yang buruk untuk
perusahaannya
Pengendalian bisnis Mereka gagal mengendalikan aspek-aspek utama dalam
bisnisnya
Pembelajaran besar Mereka menghabiskan pengeluaran awal yang tinggi
meskipun sebenarnya dapat ditunda

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Manajemen piutang Mereka menimbulkan masalah arus kas yang buruk


karena kurangnya perhatian akan piutang
Dedikasi Mereka meremehkan waktu dan dedikasi pribadi yang
diperlukan untuk memulai bisnis
Memperluas berlebihan Mereka memulai program perluasan sebelum mereka
siap
Sumber: Abas, Sudaryono, Saefullah, 2011.

2.1.3 Pemasaran (Marketing)

Setiap disiplin ilmu pasti memiliki defenisi yang merumuskan secara jelas

ruang lingkup dan konten mengenai apa yang dicakup, menetapkan batasan-

batasannya dengan menjelaskan isu atau topik utamanya. Definisi formal

pemasaran mengungkapkan secara jelas makna atau signifikansi pemasaran.

Kendati terdapat berbagai macam definisi yang dikemukakan para pakar

pemasaran, secara umum ada dua definisi formal yang paling banyak diacu,

yakni:

1. Menurut American Marketing Association, pemasaran adalah aktivitas,

serangkaian institusi, dan proses menciptakan, mengkomunikasikan,

menyampaikan, dan mempertukar tawaran (offerings) yang bernilai bagi

pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat umum.

2. Menurut UK Chartered Institute of Marketing, pemasaran adalah proses

manajemen yang mengidentifikasi, mengantisipasi dan menyediakan apa

yang dikehendaki pelanggan secara efisien dan menguntungkan.

Kartajaya (2010) menyatakan bahwa pemasaran penting bagi

kelangsungan hidup perusahaan dikarenakan pemasaran memastikan adanya

pertukaran nilai antara perusahaan dengan konsumen, membentuk pola

persaingan, orientasi bisnis perusahaan dan juga cara bisnis dijalankan dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

suatu industri.

Pemasaran menurut Kotler & Keller (2009) adalah suatu proses

kemasyarakatan di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas

mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. Pemasaran

singkatnya adalah memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan.

Dalam ruang lingkup usaha kecil menengah, pemasaran dipengaruhi oleh

sejumlah faktor penting seperti pelanggan, pasar, tren dan pesaing yang dimana

interaksi di antara faktor di atas membantu usaha kecil menengah menciptakan

gaya pemasaran yang khusus (O'Dwyer, Gilmore, & Carson, 2009). Pemarasan di

usaha kecil menengah terbatas oleh berbagai hambatan seperti masalah keuangan,

sumber daya dan keahlian serta informasi. Tetapi keterbatasan inilah yang

menstimulus kreativitas dan inovasi, kemudian menghasilkan suatu gaya

pemasaran inovatif.

2.1.4 Entrepreneurial Marketing

Keterbatasan usaha kecil menengah dalam bidang pemasaran telah

melahirkan suatu teori yang menggabungkan pemasaran dengan kewirausahaan.

Menurut Backbro dan Nystrom (dalam Hamali, 2013), wirausaha pemasaran

adalah aspek overlapping antara kewirausahaan dan pemasaran, karena itu

perilaku yang ditunjukkan oleh setiap individu dana atau organisasi yang mencoba

untuk membangun dan mempromosikan ide-ide pasar, dimana mengembangkan

yang baru dalam rangka menciptakan nilai.

Miles dan Darroch (dalam Hamali, 2013), perusahaan harus mengadopsi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

proses entrepreneurial marketing yang akan terlibat dalam proses pemasaran yang

menekan kepada kesempatan penciptaan dan penemuan, evaluasidan eksploitasi.

Stokes (dalam Hamali, 2013), konsep entrepreneurial marketing

difokuskan pada inovasi dan pengembangan ide-ide sesuai dengan perkembangan

pasar. Pemasaran secara luas dianggap sebagai kunci untuk kelangsungan hidup,

pengembangan dan keberhasilan usaha kecil atau baru.

Entrepreneurial marketing adalah suatu istilah yang sering dikaitkan

dengan kegiatan pemasaran dalam suatu usaha yang kecil dan memiliki sumber

daya yang terbatas dan harus mengandalkan taktik pemasaran yang kreatif dan

tidak rumit yang bertumpu pada penggunaan jaringan sosial pribadi (Morrish,

Schindehutte, & LaForge, 2002). Implementasi entrepreneurial marketing dapat

menghasilkan nilai lebih bagi pelanggan dan organisasi. Entrepreneurial

marketing juga menjelaskan bagaimana pengambil keputusan dapat menggunakan

sumber daya terbatas untuk mengatasi masalah secara optimal (Fillis, 2010)

Kraus et al (2010) mendefinisikan entrepreneurial marketing adalah

sebuah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

mengkomunikasikan dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk

mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan

stakeholder, dan itu memiliki karakteristik dari innovativeness, risk-taking,

proactiveness, dan mungkin dilakukan tanpa sumberdaya yang terkendali.

Kotler & Armstrong (2012) mengatakan bahwa dalam tahap awal, ketika

perusahaan kecil, fleksibel dan bersedia untuk mengalami hal-hal baru, sebuah

tipe informal pemasaran dipraktekkan dan ini akan menjadi entrepreneurial

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

marketing. Entrepreneurial marketing merupakan seperangkat proses dari

penciptaan, komunikasi dan menyampaikan nilai, panduan yang dipengaruhi logis

& digunakan di lingkungan bisnis yang penuh ketidakpastian (Ionita, 2012).

Entrepreneurial marketing adalah hasil dari interpretasi infomasi secara

kewirausahaan, pengambilan keputusan dan aksi pemasaran. Entrepreneurial

marketing adalah suatu semangat dan orientasi serta suatu proses untuk mengejar

peluang, menciptakan dan mengembangkan usaha memberikan nilai bagi

pelanggan melalui hubungan dengan cara mengaplikasikan inovasi, kreativitas,

penjualan, pemasaran, networking dan fleksibilitas (Hills & Hultman, 2013).

Jelas terbukti bahwa entrepreneurial marketing berada di tingkat

pemahaman dan kompleksitas berbeda dengan konsep pemasaran tradisional.

Tabel 2.3
Perbedaan Pemasaran Tradisional dengan Entrepreneurial Marketing
Pemasaran Tradisional Entrepreneurial Marketing
Dasar Pemikiran Memfasilitasi transaksi dan Mempertahankan keunggulan
mengatur pasar. bersaing melalui inovasi yang
menciptakan nilai.
Orientasi Pemasaran adalah objektif Kesukaan, kemauan dan
dan tidak ada hubungan kreativitas adalah peran utama
dengan kesukaan. dalam pemasaran.
Konteks Terorganisasi, pasar yang Prediksi, market yang terbagi
stabil. dengan kemungkinan perubahan
yang tinggi.
Peran Pemasar Mengkoordinasikan baurang Membuat perubahan internal dan
pemasaran dan membangun eksternal, serta menciptakan
merek. kategori.
Pendekatan Pasar Pendekatan yang beradaptasi Pendekatan yang pro-aktif dan
dengan sutuasi pasar dengan memandu pelanggan dengan
sedikit inovasi. inovasi yang dinamis.
Keperluan Pelanggan Didapatkan dari survey. Didapatkan dari pengguna.
Perspektif Resiko Meminimalisasi resiko dalam Pemasaran sebagai mediasi untuk
kegiatan pemasaran. membagi resiko.
Manajemen Sumber Daya Menggunakan sumber daya Meningkatkan nilai sumber daya
dengan efisien. Terbatas dengan cara yang kreatif. Kegiatan
dengan sumber daya yang ada. tidak terikat dengan sumber daya
yang ada.
Pengembangan Pemasaran mendukung Inovasi berasal dari kegiatan
pengembangan produk/jasa baru. pemasaran dan pelanggan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

Produk/Jasa Baru
Peran Pelanggan Sumber eksternal ide dan Elemen aktif dalam proses
evaluasi. pengambilan keputusan, penentuan
produk, pendekatan harga,
distribusi dan komunikasi.
Sumber: Morris, Schindehutte, dan LaForge, 2002

Terdapat tujuh dimensi yang mendasari entrepreneurial marketing, yaitu:

proactive, opportunity focus, customer intensity, innovation, risk management,

resource leveraging and value creation (Morrish, Schindehutte, & LaForge,

2002). Ketujuh dimensi ini didukung hasil penelitian dari Miles dan Darroch

(2006).

1. Proactive

Menurut Baker & Sinkula (2009) “Proactiveness mengacu pada kemampuan

perusahaan untuk mengambil inisiatif dalam mengejar peluang pasar.

Menurut Lumpkin dan Dess (2001), proactiveness adalah sebuah pencarian

peluang, perspektif melihat kedepan meliputi pengenalan produk baru atau

layanan untuk menghadapi kompetisi dan bertindak dalam mengantisipasi

permintaan di masa mendatang untuk membuat perubahan dan membentuk

lingkungan. Orientasi proaktif bagaimana para marketer mencoba

mendefinisikan kembali kondisi eksternal untuk mengurangi ketidakpastian

dan mengurangi ketergantungan dan kerentanan. (Morrish, Schindehutte, &

LaForge, 2002). Proaktif menurut Chen dan Hambrick dalam Lumpkin dan

Dess (1996), memiliki 2 dimensi utama sebagai berikut:

a. Memiliki inisiatif dalam upaya untuk menentukan segmentasi pasar guna

mencapai keuntungan pribadi.

b. Memiliki kemampuan untuk menemukan dan mengeksploitasi produk baru

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

maupun peluang pasar. Seorang wirausahawan yang memiliki sikap proaktif

merupakan pencipta perubahan dalam bisnis yang sedang dijalankan dan

perubahan inilah yang menjadi salah satu alat utama yang digunakan oleh

wirausahawan untuk memperoleh keunggulan atas pesaing.

Proaktif dapat diartikan sebagai pengambilan tindakan atau inisiatif untuk

melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Presbitero,

2015). Seseorang yang proaktif lebih mungkin untuk mengambil tanggung jawab

untuk menciptakan suatu perubahan dan usaha yang kreatif ketika didukung

dengan kemampuan dan dukungan yang positif (Jiang & Gu, 2015).

2. Oppurtunity Focus

Banyak bisnis yang berkembang dan dikembangkan bertumpu pada peluang

usaha akibat dari suatu kegiatan ekonomi yang muncul. Peluang usaha dapat

dibaca dengan sebenarnya karena berdasarkan pengamatan dan pengalaman

dengan melihat orang lain berhasil imitasi usaha merupakan alternative

termudah dalam berusaha (Zulkarnain, 2014).

Opportunities adalah sumber dari potensi keuntungan yang berkelanjutan.

Cenderung berkorelasi dengan tingkat perubahan, oleh karena itu manajer

secara aktif terlibat dalam kedua pencarian dan penemuan, pembelajaran dan

adaptasi akan oleh pemasar sebelum, selama dan setelah pelaksanaan

sebenarnya konsep inovatif (Morrish, Schindehutte, & LaForge, 2002). Di

UKM, pemahaman peluang pencarian iklan selaras lebih dekat dengan

persepsi individu pengusaha (Becherer, Helms, & McDonald, 2012). Ada tiga

sumber yang mendasari munculnya peluang dalam berwirausaha (Holcombe,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

2003):

a. Faktor yang mengacaukan keseimbangan pasar.

Perubahan selera, teknologi atau sumber daya yang ada mendorong pasar

keluar dari keseimbangannya dan menciptakan peluang bagi mereka

yang dapat mencari sumber daya pengganti.

b. Faktor yang meningkatkan kemungkinan produksi.

Sumber daya yang digunakan, selera, banyaknya produk dan jasa yang

ditawarkan akan berubah seiring dengan pendapatan yang meningkat.

Dengan adanya perubahan yang memperbesar kapasitas pasar, kemungkinan

produksi dapat dieksplorasi untuk menhasilkan keuntungan yang lebih.

c. Efek dari aktivitas kewirausahaan.

Ketika wirausahawan mengambil peluang yang ada, pasar yang baru

muncul. Ketika wirausahawan menciptakan produk baru, secara otomatis

peluang untuk menciptakan barang komplementer pun muncul dan

meningkatkan permintaan sumber daya untuk produk yang baru. Oleh

karena itu, semakin banyak wirausaha dalam suatu pasar, semakin banyak

pula peluang yang akan muncul dari hasil aktivitas kewirausahaan tersebut.

3. Costumer Intensity (Jumlah Pelanggan)

Entrepreneurial marketing menggabungkan kebutuhan pendekatan kreatif

untuk akuisisi pelanggan, retensi, dan pengembangan. Entrepreneurial

marketing fokus pada pendekatan inovatif menciptakan hubungan baru atau

menggunakan hubungan yang ada untuk menciptakan pasar baru (Morrish,

Schindehutte, & LaForge, 2002).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Salah satu cara yang dapat dilakukan UKM untuk mempertahankan dan

meningkatkan jumlah pelanggan adalah dengan memberikan pelayanan yang

terbaik bagi pelanggan dalam segala aspek untuk memuaskan keinginan

pelanggan. Pelanggan yang puas akan memberikan keuntungan bagi usaha

dalam jangka pendek maupun panjang dikarenakan kepuasan pelanggan

berkaitan erat dengan kesetiaan pelanggan, kepercayaan dan juga komponen

emosional dalam hubungan antara pelanggan dan usaha (Voigt, Lane, &

Severin, 2010).

Cara lain perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan adalah dengan

menyesuaikan kemampuan produk dengan ekspektasi kemampuan produk

pelanggan. Pengguna tentutnya memiliki ekspektasi kemampuan dari suatu

produk. Apabila perusahaan dapat memenuhi ataupun melampaui kriteria

ekspektasi pelanggan, maka pelanggan akan merasa puas dan meningkatkan

kemungkinan loyalitas terhadap suatu produk (Mkpojiogu & Hashim, 2016).

Dalam meningkatkan kepuasan pelanggan, ada beberapa dimensi dari

pelayanan pelanggan yang perlu di perhatikan menurut Dash et al (2014)

adalah sebagai berikut:

a. Reliabilitas, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan akurat.

b. Responsivitas, yaitu kemauan untuk membantu pelanggan dan

memberikan pelayanan yang tangkas.

c. Kepastian, yaitu pengetahuan dan kemampuan karyawan untuk

menanamkan rasa percaya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

d. Empati, yaitu kecukupan perhatian yang diberikan perusahaan terhadap

pelanggan.

e. Tangibles, yaitu keberadaan alat-alat fisik seperti: fasilitas, peralatan,

karyawan dan alat komunikasi.

Kesimpulan dari paparan di atas adalah bahwa pelanggan adalah faktor utama

keberadaan suatu usaha, tanpa pelanggan, usaha tidak akan bertahan. Oleh

karena itu usaha harus melakukan sesuatu yang lebih dibandingkan dengan

pesaing untuk menarik, menambah dan mempertahankan pelanggan.

4. Innovation

Menurut Australian Institute for Commercialization, inovasi merupakan suatu

proses yang dinamis dimana adaptasi diperlukan untuk menghadapi

perubahan dalam sumber daya, teknologi atau ekonomi atau bahkan dalam

ekspektasi perusahaan untuk inovasi. Inovasi ialah perwujudan atau

implementasi dari produk (barang atau jasa) maupun proses baru atau yang

mengalami peningkatan secara signifikan, metode pemasaran baru, atau

metode praktik bisnis baru pada suatu organisasi, organisasi ditempat kerja

atau hubungan eksternal (Oslo, 2005). Menurut Sabelli (2008), inovasi adalah

suatu bentuk perwujudan dari ide yang baru.

Inovasi adalah proses menciptakan sesuatu yang baru (Barringer & Ireland,

2010) dan menggabungkan sumber daya yang ada sekarang dengan cara yang

baru dan lebih produktif (Lee & Chia-Jung, 2010). Definisi yang hampir

sama diungkapkan oleh Sumarsono (Sumarsono, 2010) bahwa inovasi adalah

pencarian kesempatan baru, perbaikan barang dan jasa yang ada dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

menciptakan barang dan jasa yang baru.

Oslo (2005) telah mengidentifikasi dan membedakan 4 jenis utama dari

inovasi, yaitu:

a. Inovasi Produk

Inovasi jenis ini mengacu pada pengenalan barang dan jasa yang berbeda

secara signifikan dalam hal karateristik atau penggunaannya dari produk

sebelumnya dan diproduksi oleh perusahaan.

b. Inovasi Proses

Inovasi proses adalah penerapan dari metode produksi atau pengiriman

atau metode dalam aktivitas penunjang lainnya yang bersifat baru atau

yang secara signifikan mengalami peningkatan.

c. Inovasi Pemasaran

Inovasi pemasaran adalah implementasi dari metode pemasaran baru

yang melibatkan peruabahan signifikan dalam desain produk atau

kemasan, penempatan produk, promosi produk atau harga.

d. Inovasi Organisasi

Inovasi organisasi adalah implementasi dari sebuah metode organisasi baru

dalam praktik bisnis perusahaan, organisasi kerja atau hubungan eksternal.

Hubungan inovasi, kewirausahaan dan ilmu pengetahuan adalah hal yang

tidak dapat dipisahkan karena ketiganya membentuk suatu siklus tersendiri.

Meskipun begitu, ada beberapa hal yang menghambat kapasitas inovasi UKM

yaitu (Purcarea, Espinosa, & Apetrei, 2013):

a. Minimnya proaktivitas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

b. Keterbatasan sumber daya finansial.

c. Keterbatasan keahlihan dalam manajemen inovasi.

d. Keterbatasan keahlian networking

e. Keterbatasan kerja sama dengan kelompok eksternal.

Untuk mengatasi hal tersebut, pemilik UKM dapat menggunakan sumber

internal dan eksternal untuk mengumpulkan informasi yang dapat diterapkan

dalam proses inovasi. Pemilik juga dapat mengaplikasikan teknik sukses yang

telah diterapkan oleh UKM yang lain (Purcarea, Espinosa, & Apetrei, 2013).

Untuk meningkatkan kemampuan inovasi, UKM juga dapat mengembangkan

strategi orientasi kewirausahaan karena berdasarkan hasil penelitian Wang

(2015), orientasi kewirausahaan berpengaruh secara positif terhadap kemampuan

inovasi.

5. Risk-Taking (Pengambilan Risiko)

Menurut Lumpkin dan Dess (2001) risk taking berarti “kecenderungan untuk

mengambil tindakan yang berani seperti mencoba untuk masuk dalam pasar

baru yang belum diketahui, mengerahkan sebagian besar sumber daya untuk

usaha dengan hasil yang tidak pasti, dan atau melakukan pinjaman dalam

jumlah besar.” Itu adalah kemampuan untuk mengurangi resiko yang melekat

pada kesempatan dengan melakukan tindakan yang telah diperhitungkan

(Becherer, Helms, & McDonald, 2012). Yang berarti upaya terbuka untuk

mengidentifikasi faktor resiko, dan kemudian untuk mengurangi atau

menyebarkan resiko tersebut (Morrish, Schindehutte, & LaForge, 2002).

Hasil penelitian Stone dan Gronhaug (1993), ada 6 dimensi dari resiko, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

a. Finansial : Resiko keuangan

b. Kinerja : Penyimpangan dari hasil yang diharapkan

c. Psikologi : Persepsi pribadi setelah pengambilan keputusan

d. Fisik : Kerusakan barang atau alat alat fisik

e. Sosial : Persepsi sosial setelah pengambilan keputusan

f. Waktu : Perubahan karena waktu.

Ada tiga cara yang bisa digunakan pemilik usaha untuk mengidentifikasi

kemungkinan kerugian:

a. Evaluasi secara sistematis terhadap aset bisnis, aktivitas dan karyawan.

b. Menggunakan laporan keuangan untuk mengidentifikasi sumber kerugian

c. Menggunakan flow-chart untuk menganalisa semua kegiatan dan

aktivitas dari usaha tersebut (Falkner, Martin, & Hiebl, 2015).

6. Resource Leveraging (Pemanfaatan Sumber Daya)

Resource leveraging adalah kemampuan untuk menggunakan sumber daya

internal dan eksternal untuk mencapai tujuan pemasar. Entrepreneurial

marketers mengembangkan kapasitas kreatif untuk reasource leveraging.

Untuk memenangkan persaingan di pasar, pemilik UMKM harus berfokus

pada difersivikasi produk dan sumber daya untuk unggul dalam. Dengan cara

ini, pemilik UMKM dapat mengingkatkan efektifitas dan efisiensi

produktivitas ke tingkat yang maksimum (Andersen, 2010). Apabila efisiensi

dan efektivitas produksi sudah mencapai titik puncak, pemilik UMKM dapat

mulai memilih faktor produksi yang memiliki kriteria: berharga, langka, tidak

dapat ditiru dan tidak dapat disubstitusikan (Grant, 1991). Keunggulan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

bersaing dalam jangka panjang akan didapatkan suatu usaha yang

menggunakan sumber daya dengan kriteria di atas secara efektif (Asad,

2014). Menggunakan faktor produksi dengan ciri-ciri di atas memastikan bahwa

tidak akan ada kompetitor yang dapat menyaingi produk yang akan dihasilkan.

UMKM tersebut akan menjadi satu -satunya usaha yang menjual produk dengan

kriteria, keunikan dan spesifikasi tersendiri yang tidak dapat ditemukan di usaha

yang lain (monopoli pasar).

7. Value Creation (Penciptaan Nilai)

Titik fokus dari entrepreneurial marketing adalah penciptaan nilai inovatif,

dengan asumsi bahwa penciptaan nilai merupakan prasyarat untuk transaksi

dan hubungan. Tugas dari marketer adalah untuk menemukan belum

dimanfaatkan nilai sumber dan menciptakan kombinasi yang unik dari

sumber daya untuk menghasilkan nilai (Morrish, Schindehutte, & LaForge,

2002).

Entrepreneurial marketing adalah suatu fungsi organisasi dan suatu paket

proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan memberikan nilai

kepada pelanggan (Ionita, 2012). Titik fokus Entrepreurial Marketing adalah

penciptaan nilai inovatif, pada asumsi bahwa penciptaan nilai merupakan

syarat untuk transaksi dan hubungan (Syah, 2016).

Penciptaan nilai tidak terjadi dalam sekali transaksi, melainkan dalam jangka

panjang dengan dukungan kemampuan UMKM dalam memberikan ketenangan

hati dalam mengkonsumsi produk, kepastian dan kejelasan produk serta tidak

ada kekhawatiran dalam mengkonsumsi produk yang ditawarkan (Cassia &

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Ugolini, 2015). Proses penciptaan nilai dimulai dari perakitan kerangka

penciptaan nilai (terdiri dari kemampuan orientasi strategis dan orientasi bisnis),

kemudian dilanjutkan dengan menciptakan teknik penciptaan nilai (kemampuan

yang terdiri dari kemampuan inovasi, pemasaran dan produksi) dan diakhiri

dengan suatu paket nilai yang mewakili hasil dari proses penciptaan nilai (Ngo &

O'Cass, 2010).

Terdapat 4 dimensi dari value menurut Heinonen K (2004) yaitu:

a. Dimensi teknikal: menjawab pertanyaan “apa”. Dimensi ini mewakilkan

kemungkinan pelanggan untuk memilih produk atau jasa yang lain.

b. Dimensi fungsional: menjawab pertanyaan “bagaimana”. Dimensi ini

mewakilkan bagaimana produk atau jasa dapat bernilai bagi pelanggan.

c. Dimensi temporal: menjawab pertanyaan “kapan”. Dimensi ini

mewakilkan kapan produk atau jasa bernilai kepada pelanggan.

d. Dimensi spasial: menjawab pertanayaan “dimana”. Dimensi ini

mewakilkan dimana produk atau jasa bernilai kepada pelanggan.

Pro-Active

Value Opportunity
Creation Focus

Entrepreneurial
Marketing
Resource Costumer
Leveraging Intensity

Risk- Innovation
Taking

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Sumber: Morris et al (2002)


Gambar 2.1
Dimensi Entrepreneurial Marketing

2.1.5 Competitive Advantage (Keunggulan Bersaing)

Keunggulan bersaing berasal dari kemampuan perusahaan untuk merakit

dan mengekploitasi kombinasi simber daya yang sesuai (Janet & Ngugi, 2014).

Keunggulan bersaing adalah jantung kinerja perusahaan dalam pasar bersaing

(Prasetya, Rahardja, & Hidayati, 2007). Keunggulan bersaing menunjukkan

bahwa suatu usaha memiliki kinerja usaha yang lebih baik daripada pesaing yang

berada di industri yang sama dengan menggunakan aset dan kompetensi yang

dimilikinya (Lee & Chia-Jung, 2010).

Keunggulan bersaing juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang

memberikan suatu usaha peluang untuk memberikan nilai yang lebih kepada

pelanggannya dari pada kompetitor (Ghosh, Kumuthadevi, & Jublee, 2016).

Keunggulan bersaing berasal dari kemampuan perusahaan untuk merakit dan

mengekploitasi kombinasi simber daya yang sesuai (Janet & Ngugi, 2014).

Keunggulan bersaing dalam jangka panjang adalah hasil dari implementasi

strategi penciptaan nilai yang tidak diimplementasikan secara berkala oleh pesaing

dan usaha lain tidak dapat menduplikasi keuntungan dari strategi yang digunakan

(O'Shannassy, 2008).

Dari hasil penelitian terhadap keunggulan bersaing yang dilakukan

Sigalas, et al (2013), dapat disimpulkan bahwa keunggulan bersaing didapatkan

apabila banyaknya peluang pasar yang dapat direalisasikan dan banyaknya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

ancaman pesaing yang dinetalisasikan berada di atas rata-rata pesaing di industri

yang sama (Sigalas, Economou, & Georgopoulos, 2013). Dalam ruang lingkup

usaha kecil menengah, keunggulan bersaing sangatlah dipengaruhi oleh

kemampuan pemasaran dikarenakan kegiatan pemasaran membangun sumber

pemasukan dan memberikan arus kas yang stabil untuk menutupi biaya yang di

investasikan (Pratono & Pudjibudojo, 2016). Usaha yang memiliki arus kas yang

lancar akan lebih mudah unggul dalam bersaing.

Menurut Ma (1999), terdapat beberapa jenis keunggulan bersaing yang

dapat dibagikan kedalam kategori sebagai berikut:

1. Positional Advantages

Keunggulan ini berupa keunggulan posisi dimana suatu usaha memiliki posisi

yang lebih strategis dibandingkan dengan usaha lain.

2. Kinetic Advantages

Keunggulan ini berupa keunggulan fleksibilitas dimana suatu usaha dapat

beroperasi dengan lebih fleksibel dan efektif.

3. Homogeneous Advantages

Keunggulan ini berupa keunggulan dalam melakukan hal yang sama.

4. Heterogeneous Advantages

Keunggulan ini berupa keunggulan hasil yang dilakukan dengan cara yang

berbeda.

5. Tangible Advantages

Keunggulan ini berupa keunggulan yang dapat dilihat secara fisik.

6. Intangible Advantages

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Keunggulan ini berupa keunggulan usaha yang tidak dapat dilihat secara fisik.

7. Discrete Advantages

Keunggulan eksklusive seperti adanya hak paten atau kontrak eksklusif.

8. Compound Advantages

Keunggulan ini berupa keunggulan informasi yang dapat digunakan untuk

meningkatkan respon usaha terhadap perubahan yang terjadi dipasar.

Ada 2 dimensi keunggulan bersaing menurut Porter (1997):

1. Keunggulan biaya: Harga yang lebih murah dari pesaing.

2. Keunggulan differensiasi: Produk/pelayanan yang berbeda dari pesaing.

Dalam konteks penelitian ini, menggunakan kedua dimensi yaitu

keunggulan biaya dan keunggulan differensiasi.

2.1.6 Usaha Kecil Menengah (UKM)

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), pengertian UMKM adalah sebagai

berikut:

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,- (lima puluh juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,- (tiga

ratus juta rupiah).

2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah

atau usaha besar yang memenuhi kriteria:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,- (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,- (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,- (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,- (dua milyar

lima ratus juta rupiah).

3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha

Besar dengan jumlah kekayaan bersih yang memenuhi kriteria:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,- (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,- (sepuluh

miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,- (dua

miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah).

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.4
Penelitian Terdahulu
No. Penelitian Judul Teknik Hasil Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

dan Tahun Analisis


Penelitian
1. Aldy Pengaruh Analisis Hasil penelitian ini
Pratama Entrepreneurial Regresi menyimpulkan bahwa
Syah Marketing terhadap Linear entrepreneurial marketing
(2016) Kinerja Usaha (Studi Berganda berpengaruh positif dan
Kasus pada Anggota signifikan terhadap kinerja
BPT HIPMI Sumut) usaha.

2. A., P., The Dimension of Analisis Proaktif, inovasi dan focus


Olannye Entrepreneurial Cronbach pada peluang berpengaruh
(2016) marketing on the Alpha positif dan signifikan terhadap
Performance of keunggulan bersaing.
FastFood Restaurants
in Asaba, Delta State,
Nigeria
3. I Nengah Strategic Role of Analisis SEM- Hasil dari penelitian ini
Suardhika Entrepreneurial PLS menyimpulkan bahwa
(2016) marketing and Customer Entrepreneurial marketing
Relation Marketing to berpengaruh positif terhadap
Improve Competitive keunggulan bersaing UKM di
Advantage in Small and Bali.
Medium Enterprises in
Bali

4. Jia-Sheng A Research in Relating Analisis SEM Hasil dari penelitian ini


Lee (2010) Entrepreneurship, (Structural menyimpulkan bahwa
Marketing Capability, Equation kewirausahaan dan inovasi
(2010)
Innovative Capability secara langsung
Model)
and Sustained mempengaruhi keunggulan
Competitive Advantage bersaing,sedangkan
pemasaran tidak secara
langsung mempengaruhi
keunggulan bersaing.
5. Morgan P. Large Firms, Entrepreneurial marketing

Lanjutan Tabel 2.4


Penelitian
Teknik Hasil Penelitian
No. dan Tahun Judul
Analisis
Penelitian
Miles Entrepreneurial dapat digunakan untuk
marketing Processes, meningkatkan kewiraushaan
(2006)
and the Cycle of dalam mencapai keunggulan
Competitive Advantage bersaing
Muthee Influence of Analisis Hasil penelitian ini
6
Janet Entrepreneurial Regresi menyimpulkan bahwa
(2014) marketing on the Berganda Entrepreneurial marketing
Growth of SMEs in berpengaruh terhadap
Kiambu Town- pertumbuhan UKM.
CBD,Kenya
7 Nico Pengaruh Analisis Entrepreneurial Marketing
Makmur Entrepreneurial Regresi melalui variabelnya secara
(2017) Marketing Terhadap Linier serempak berpengaruh positif
Keunggulan Bersaing Berganda dan signifikan terhadap
(Studi Kasus pada keunggulan bersaing usaha
Pelaku Usaha Oleh- oleh-oleh khas Medan di jalan
Oleh di Jalan Mojopahit Mojopahit Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Kota Medan)
8 Sussie C. Entreprenaurial Entrepreneurial marketing
Morrish Marketing: A Construct memberikan perbedaan yang
(2002) for Integrating mana memberikan
Entrapreneurship kedisiplinan, creative dan
Marketing Perspectives seni dalam menjalankan
bisnis
Sumber: Data Diolah (2018)

2.3 Kerangka Konseptual

Dalam pasar persaingan terbuka, suatu usaha dapat mendapatkan

keunggulan bersaing hanya apabila usaha tersebut dapat memberikan nilai yang

paling tinggi dibandingkan dengan pesaing lainnya dalam pasar tersebut (Miles &

Darroch, 2006). Untuk mendapatkan keunggulan bersaing, pemilik usaha dapat

menggunakan entrepreneurial marketing. Entrepreneurial marketing adalah suatu

fungsi organisasi dan suatu paket proses untuk menciptakan,mengkomunikasikan

dan memberikan nilai kepada pelanggan (Ionita, 2012).

Keunggulan bersaing adalah hasil dari pengaplikasian entrepreneurial

marketing secara maksimal dalam inovasi produksi, proses dan strategi untuk

mendapatkan posisi yang unggul di pasar. Dalam penelitian ini, variable yang akan

diteliti melalui dimensi entrepreneurial marketing adalah ( ) Opportunity Focus,

( ) Pro-Activeness, ( ) Innovation, ( ) Risk Taking, ( ) Resource Leveraging,

( ) Value Creation, dan ( ) Customer Intensity terhadap (Y) keunggulan bersaing.

Kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengejar peluang yang ada

adalah kemampuan yang sangat penting dalam menentukan keunggulan bersaing

suatu UKM (Rezvani & Khazeai, 2014). Usaha yang dapat mengidentifikasi dan

merealisasikan suatu peluang medapatkan kesempatan lebih untuk memberi nilai

lebih pada pelanggan untuk menciptakan keunggulan bersaing di pasar tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Proaktif dalam lensa kewirausahaan adalah suatu kegiatan pemasaraan

untuk merubah keadaan eksternal usaha untuk meminimalisasi ketidakpastian dan

mengurangi ketergantungan dan kerentanan (Becherer, Helms, & McDonald,

2012). Pemilik usaha yang proaktif cenderung menjadi pemimpin pasar karena

memiliki keinginan dan pandangan ke depan untuk menangkap peluang baru dan

mengubahnya menjadi suatu peluang untuk memberikan nilai lebih bagi

pelanggannya dan memenangkan persaingan (Yulianto, 2013) .

Kegiatan pemasaran yang inovatif memberikan kesempatan kepada usaha

untuk fokus terhadap ide yang menghasilkan pasar, produk dan proses yang baru

(Olannye & Edward, 2016). Banyak usaha kecil menengah yang berorientasi

inovatif dikarenakan sumber daya yang terbatas. Inovasi mengarah pada

perubahan proses organisasi dan menyesuaikan alat pemasaran dengan konsumen

dan kebutuhan pasar yang pada akhirnya akan memberikan dampak pada

keunggulan bersaing (Sattari & Mehrabi, 2016).

Hasil penelitian dari Olannye dan Edward (2016) menyimpulkan bahwa

proaktif, inovasi dan fokus pada peluang berpengaruh positif secara signifikan

terhadap keunggulan bersaing. Resiko adalah hal yang wajar yang dapat

ditemukan dalam setiap perusahaan. Kegiatan pemasaran tidak akan lepas dari

proyek baru seperti kerja sama dengan perusahaan lain, uji coba pasar, percobaan

produk, dan pengelolaan sumber daya dengan cara yang baru (Morrish,

Schindehutte, & LaForge, 2002). Setiap proyek baru yang dilakukan memberikan

ancaman berupa resiko bagi usaha tersebut. Bagaimana pemilik UKM menangani

resiko tersebut akan berpengaruh terhadap keunggulan bersaing usaha tersebut di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

pasar.

Resource leveraging adalah kemampuan untuk menggunakan sumber daya

internal dan eksternal untuk mencapai tujuan pemasaran (Syah, 2016). Tujuan

pemasaran perusahaan salah satunya adalah untuk mendapatkan keunggulan

bersaing. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa resource leveraging

berpengaruh terhadap keunggulan bersaing.

Tujuan utama dari entrepreneurial marketing adalah menciptakan nilai

(value creation) (Hamali, Suryana, & Effendi, 2013). Dengan adanya nilai lebih

yang dapat ditawarkan suatu usaha untuk pelanggan daripada pesaingnya, usaha

tersebut akan lebih mudah mendapatkan keunggulan bersaing.

Pelanggan adalah salah satu faktor adanya usaha. Tanpa pelanggan, usaha

tidak akan dapat bertahan. Jumlah pelanggan memiliki peran yang sangat penting

dalam keberlangsungan hidup usaha terutama usaha kecil menengah dikarenakan

kehilangan ataupun bertambahnya satu konsumen akan sangat menentukan

keberlangsungan hidup usaha tersebut (Becherer, Helms, & McDonald, 2012).

Opportunity focus

Proactiveness

Customer Intensity

Competitive
Risk Taking
Advantage

Resource Leveraging

Value Creation

Innovation

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Sumber: Morris et al (2002)


Gambar 2.2
Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, dimensi entrepreneurial marketing keterkaitan

dengan Competitive Advantage, maka hipotesis dapat dinyatakan sebagai berikut:

1. Opportunity focus berpengaruh positif dan signifikan terhadap Competitive Advantage.

2. Pro-Activeness berpengaruh positif dan signifikan terhadap Competitive Advantage.

3. Customer intensity berpengaruh positif dan signifikan terhadap Competitive

Advantage.

4. Risk taking berpengaruh positif dan signifikan terhadap Competitive Advantage.

5. Resource leveraging berpengaruh positif dan signifikan terhadap Competitive

Advantage.

6. Value Creation berpengaruh positif dan signifikan terhadap Competitive

Advantage.

7. Innovation berpengaruh positif dan signifikan terhadap Competitive Advantage.

8. Entrepreneurial marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Competitive Advantage.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Penelitian

asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

dua variable atau lebih (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini variabel yang

dihubungkan adalah Entrepreneurial Marketing dengan dimensi sebagai variabel,

yaitu: Opportunity Focus ( ), Proactiveness ( ), Customer Intensity ( ), Risk

Taking ( ), Resource Leveraging ( ), Value Creation ( ), Innovation ( )

terhadap Competitive Advantage (Y).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan Medan Johor, mulai dari simpang

Karya wisata mengelilingi wilayah Johor sampai dengan simpang Karya Jaya.

Peneliti memilih lokasi tersebut karna dikawasan tersebut banyak masyarakat

membangun usaha Laundry. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2018

sampai dengan bulan Oktober 2018.

3.3 Batasan Operasional

Variabel bebas (independent variable) adalah variable stimulis atau

variable yang mempengaruhi variable dependen. Dalam penelitian ini yang

menjadi variable bebas adalah Entrepreneurial Marketing dengan dimensi sebagai

variabelnya yaitu: Opportunity Focus ( ), Proactiveness ( ), Customer

Intensity ( ), Risk Taking ( ), Resource Leveraging ( ), Value Creation ( ),

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Innovation ( ). Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang

nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas. Yang menjadi variabel terikat adalah

Competitive Advantage (Y).

3.4 Defenisi Operasional

Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan

penelitian, maka perlu pendefinisian variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu

sebagai berikut:

1. Oppurtunity Focus

Opportunity focus dari suatu organisasi adalah kemampuan untuk melihat

peluang yang tepat yang menentukan keberhasilan. Peluang (Opportunity)

adalah suatu fenomena yang keberadaannya berada di luar ruang lingkup

wirausahawan yang menunggu untuk di temukan dan di eksploitasi (Olannye

& Edward, 2016).

2. Proactiveness

Pro-activeness adalah suatu dimensi yang merefleksikan pendekatan

manajemen dalam mengejar tujuan dengan cara mengambil inisiatif dalam

merealisasikan peluang yang ada untuk mengubah dan menciptakan

lingkungan pasar yang baru (Hacioglu, Eren, & Celikkan, 2012).

3. Costumer Intensity

Costumer Intensity mengacu pada jumlah pelanggan. Dimensi ini dibangun

berdasarkan sudut pandang bahwa usaha yang berorientasi pada pelanggan

dengan mengaplikasikan pendekatan inovatif untuk menciptakan,

membangun dan mempertahankan hubungan pelanggan adalah suatu faktor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

pendorong utama proses pemasaran suatu usaha (Becherer, Helms, &

McDonald, 2012).

4. Risk Taking

Risk taking mengacu pada kecenderungan usaha untuk menciptakan produk

yang tidak diterima secara umum atau tidak diketahui dalam suatu pasar.

Suatu strategi yang sangat beresiko dimana perusahaan menciptakan produk

berdasarkan apa yang menurut mereka diinginkan oleh konsumen, bukan apa

yang diinginkan konsumen (Morrish S. C., 2011).

5. Resource Leveraging

Resource leveraging menjelaskan pengidentifikasian sumber daya yang

belum digunakan secara optimal, menggunakan sumber daya dengan cara

yang tidak konvensional serta penguasaan terhadap sumber daya tersebut

(Hacioglu, Eren, & Celikkan, 2012).

6. Value Creation

Tujuan utama dari pemasaran kewirausahaan adalah menciptakan nilai

dengan cara yang inovatif. Tugas dari seorang pemasar adalah untuk

mengidentifikasi sumber dari nilai pelanggan yang belum diketahui dan

menciptakan kombinasi yang unik dari sumber daya yang ada untuk

menciptakan nilai (Hacioglu, Eren, & Celikkan, 2012).

7. Innovation

Inovasi (Innovation) adalah pencarian kesempatan baru, perbaikan barang dan

jasa yang ada, menciptakan barang dan jasa baru atau mengkombinasikan

unsur produksi yang ada dengan cara yang baru atau lebih baik dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

mengimplementasikan pemikiran yang kreatif yang memberikan dampak

pada lingkungan. (Sumarsono, 2010).

8. Competitive Advantage

Competitive Advantage adalah ketika suatu usaha memiliki kinerja yang lebih

baik daripada usaha yang lain dalam pasar yang sama. Untuk memperoleh

keunggulan bersaing, perusahanan dapat menjual barang dengan harga yang

lebih murah (cost advantage) atau perusahaan dapat menjual produk atau jasa

yang memiliki nilai lebih daripada produk atau jasa di pasar tersebut sehingga

pelanggan berminat untuk membayar lebih (Grant, 2013).

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi Dimensi Indikator Skala
1. Identifikasi kebutuhan
pelanggan yang belum
Identifikasi terpenuhi.
Peluang 2. Unggul dalam
Kemampuan mengidentifikasi
Opportunity Focus melihat peluang peluang pasar. Numerikal
(X1) yang menentukan 1. Memenuhi kebutuhan
keberhasilan pelanggan yang belum
Pemanfaatan terpenuhi.
peluang 2. Respon cepat
terhadap peluang yang
ada.
1. Mencari cara
Berinisiatif untuk pengelolaan bisnis
Mengejar tujuan mencari cara yang baru.
dengan cara terbaik 2. Mencari metode
Proactiveness mengambil inisiatif pemasaran baru. Numerikal
(X2) dalam
merealisasikan Konsisten dalam 1. Perbaikan cara
peluang yang ada melakukan pengelolaan bisnis.
perbaikan 2. Perbaikan Metode
Pemasaran
Mengaplikasikan Peningkatan
pendekatan kepuasan 1. Pelanggan lama.
inovatif untuk pelanggan 2. Pelanggan baru
Customer Intensity
menciptakan, dan Numerikal
(X3) Peningkatan 1. Memberikan
mempertahankan
jumlah pelanggan kemudahan akses ke
hubungan
produk
pelanggan
Mengambil Resiko 1. Menciptakan produk
Menciptakan
baru
produk yangtidak
Risk Taking 2. Siap menanggung
diterima secara Numerikal
biaya
(X4) umum atau tidak
diketahui dalam Meminimalisasi 1. Mengumpulkan
suatu pasar resiko informasi
2. Melakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

pencegahan resiko
Resource Pengidentifikasian Pengidentifikasian 1. Identifikasian sumber
Leveraging sumber daya yang sumber daya daya tangible
belum digunakan 2. Identifikasian sumber
(X5) secara optimal, daya Intangible
Lanjutan Tabel 3.1
Variabel Definisi Dimensi Indikator Skala
menggunakan sumber Pemanfaatan 1. Pemanfaatan sumber
daya dengan cara yang sumber daya daya Tangible
tidak konvensional 2. Pemanfaatan sumber Numerikal
serta penguasaan daya Intangible
terhadap sumber daya
tersebut
Menciptakan 1. Berusaha
Nilai menciptakan nilai
Value Creation Menciptakan nilai
bagi pelanggan Numerikal
dengan cara yang
(X6) inovatif Mengkomunikasi 1. Memberikan
kan nilai ketenangan hati dalam
mengkonsumsi produk
Pencarian kesempatan Inovasi 1. Kemasan
baru,perbaikan barang produk/jasa 2. Kualitas
Innovation dan jasa yang ada,
menciptakan barang Numerikal
(X7) dan jasa baru atau
mengkombinasikan
unsur produksi
Cost Advantage 1. Menjual produk / jasa
Suatu keadaan yang dengan harga yang
memberikan suatu lebih murah
usaha peluang untuk 2. Harga bahan baku
Competitive lebih murah
memberikan nilai yang Numerikal
Advantage (Y) lebih kepada Differentiation 1. Memberikan hasil yang
pelanggannya dari Advantage maksimal
pada competitor 2. Menciptakan jenis
laundry yang baru
Sumber Data: Diolah (2018)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel bebas dan variabel terikat pada penelitian ini

menggunakan skala numeric. Skala ini menggunakan dua kutub ekstrim yaitu positif

dan negatif. Skala numeric merupakan variasi dari skala diferensial semantic. Dimana

skala ini digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki

oleh seseorang, dan data yang diperoleh ialah data interval (Sugiyono, 2008).

Tabel 3.2
Skala Pengukuran Variabel
Sangat Tidak Sangat
Netral Setuju Setuju
Tidak Setuju Setuju
Pernyataan 1 2 3 4 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Sumber Data: Diolah

Responden yang memberikan penilaian dengan angka 5 berarti memiliki

persepsi yang sangat positif, sedangkan jika memberikan jawaban pada angka 3

berarti netral dan jika memberikan jawaban pada angka 1 maka persepsi

responden terhadap pernyataan yang diajukan sangat negatif.

3.6 Populasi dan Sampel Penlitian

3.6.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Populasi dalam

penelitian ini adalah para pelaku usaha Laundry di kawasan Medan Johor.

Berdasarkan observasi peneliti pada tanggal 22 April 2018, diperoleh jumlah populasi

sebanyak 30 unit usaha yang bergerak dibidang jasa Laundry di kawasan Medan

Johor.

3.6.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel yang dilakukan

adalah menggunakan metode sampel jenuh, yaitu teknik pengambilan sampel bila

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010). Adapun

kriteria penentuan sampel digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terletak di Kawasan Medan Johor.

2. Merupakan usaha mikro kecil yang menawarkan jasa Laundry.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Dari teknik pengambilan sampel tersebut, diperoleh sebanyak 30 usaha

yang menawarkan jasa Laundry. Berikut ini data usaha sampel yang diperoleh:

Tabel 3.3
Daftar Responden
No Nama Usaha No Nama Usaha
1 Simply Wash 16 Annisyah Laundry Kiloan
2 Jaya Laundry 17 SWR Laundry
3 Rumah Laundry 18 Avea Laundry
4 Logan Laundry 19 Suhada Laundry
5 RnR Laundry 20 Syanda Laundry
6 Rifa Fresh 21 Tips Laundry
7 LKS Laundry 22 Athena Laundry
8 Legare 23 Ocean Fresh
9 Xena Wash 24 Stop Wash
10 Ayla Laundry 25 DnV Laundry
11 Coco Laundry 26 Arion Laundry
12 Al Ayubi Laundry 27 Tjutji Inn
13 Ratu Laundry 28 Azka Laundry
14 Tabina Laundry 29 Master Wash
15 Virgo Laundry 30 Diva Laundry
Sumber Data: Survey Penelitain (2018)

3.7 Jenis Data

Pada dasarnya kegunaan data ialah sebagai dasar yang objektif di dalam

proses pembuatan keputusan, kebijaksanaan dalam rangka untuk memecahkan

persoalan oleh pengambil keputusan (Situmorang & Mushlich, 2012). Peneliti

menggunakan data primer dan data sekunder dalam melakukan penelitian untuk

membantu memecahkan masalah.

1. Data Primer (Primary Data)

Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/suatu

organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

studi yang bersangkutan yang dapat berupa interview atau observasi

(Situmorang & Mushlich, 2012). Data primer diperoleh dengan menyebarkan

kuisioner yang dibagikan kepada 30 usaha mikro kecil di kawasan Medan

Johor.

2. Data Sekunder (Secondary Data)

Data sekunder adalah data yang diperoleh/dikumpulkan dan disatukan oleh

studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh instansi lain. Biasanya

sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi

(Situmorang & Mushlich, 2012). Penelitian ini mengumpulkan data melalui

buku, jurnal dan situs internet untuk mendukung penelitian ini. Melalui

tinjauan pustaka dapat dibangun landasan teori yang sesuai dengan

permasalahan atau kerangka konseptual penelitian misalnya buku -buku

umum dan jurnal penelitian yang berkaitan dengan pembahasan penelitian

untuk mencari teori dan prinsip yang dapat diterapkan.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawab.

2. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari

data-data yang diperoleh dari berbagai macam buku, jurnal dan informasi dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

internet yang berhubungan dengan Entrepreneurial Marketing dan

Competitive Advantage.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

3.9.1 Uji Validitas

Menurut Situmorang & Muslich (2012), validitas menunjukkan sejauh

mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Suatu pengukuran

instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat mengukur

construct sesuai dengan tujuan dan harapan peneliti. Uji validitas dilakukan

dengan membandingkan nilai correlated item – total correlation atau disebut

dengan r hitung pada setiap butir pertanyaan terhadap nilai r tabel. Uji Validitas

akan penelitian ini dilakukan di daerah kawasan kampus Universitas Sumatera

Utara dan Institut Teknologi Medan. Sunyoto (2009) menyatakan sebagai berikut:

1. Jika rhitung positif dan rhitung ≥ rtabel, maka butir pertanyaan pada setiap variable

penelitian dinyatakan valid, dan Jika rhitung negatif atau rhitung ≤ rtabel, maka

butir pertanyaan pada setiap variabel penelitian dinyatakan tidak valid.

2. Rhitung dapat dilihat pada kolom corrected item-total correlation.

3. Nilai rtabel dengan responden awal berjumlah 30 orang dan alpha 10% adalah 0.3.

Tabel 3.4
Validasi Tiap Pertanyaan Item - Total Statistic
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item-
Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation
Deleted
ITEM_1 90.53 964.809 .786 .950
ITEM_2 92.00 979.241 .646 .951
ITEM_3 90.60 964.938 .688 .951
ITEM_4 91.60 1001.007 .421 .953
ITEM_5 90.80 984.510 .525 .952
ITEM_6 92.13 990.051 .670 .951
ITEM_7 90.83 966.420 .661 .951

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

ITEM_8 91.47 1001.706 .401 .953


ITEM_9 90.77 984.047 .534 .952
ITEM_10 90.77 974.116 .696 .951
ITEM_11 91.97 980.585 .637 .952
Lanjutan Tabel 3.4

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item-
Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation
Deleted

ITEM_12 91.43 997.151 .537 .952


ITEM_13 91.97 997.895 .513 .952
ITEM_14 90.70 973.252 .735 .951
ITEM_15 90.57 960.254 .789 .950
ITEM_16 90.70 974.700 .656 .951
ITEM_17 92.00 988.759 .604 .952
ITEM_18 90.80 976.786 .681 .951
ITEM_19 91.60 1001.007 .421 .953
ITEM_20 92.10 988.231 .670 .951
ITEM_21 90.53 964.809 .786 .950
ITEM_22 91.73 1006.823 .363 .954
ITEM_23 90.47 966.120 .711 .951
ITEM_24 91.47 1001.706 .401 .953
ITEM_25 90.57 960.254 .789 .950
ITEM_26 90.77 974.116 .696 .951
ITEM_27 90.33 974.368 .643 .951
ITEM_28 90.60 964.938 .688 .951
ITEM_29 90.63 991.964 .467 .953
ITEM_30 90.53 985.982 .524 .952
ITEM_31 90.47 968.326 .708 .951

ITEM_32 91.60 990.041 .485 .953


Sumber: Lampiran 5

Pada Tabel 3.4 terlihat bahwa seluruh pertanyaan valid, karena seluruh

nilai Corrected – item Total Correlation pada setiap pertanyaan memiliki nilai

di atas 0.361 sehingga dapat dinyatakan 32 butir pertanyaan pada kuisioner ini

dinyatakan valid.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Menurut Situmorang & Muslich (2012) , reliabilitas adalah indeks yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur gejala

yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat

pengukur tersebut reliabel.

Reliabilitas menunjukkan akurasi dan konsistensi dari pengukurannya.

Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama

diperoleh hasil yang tidak berbeda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

butir pertanyaan disebut reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan bersifat konsisten dari waktu ke waktu.

Penelitian ini menggunakan one shot dimana kuesioner diberikan hanya sekali

saja kepada responden dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pernyataan lain

untuk mengukur korelasi antar jawaban pernyataan. Suatu konstruktur atau variabel

dikatakan reliabel jika memberikan Cronbach Alpha ≥ 0,8 reliabilitas sangat baik atau

sangat meyakinkan. Cronbach Alpha < 0,8 reliabilitas baik, dan Cronbach Alpha <

0,7 reliabilitas kurang meyakinkan (Situmorang & Mushlich, 2012).

Tabel 3.5
Reliability Statistic

Cronbach's
N of Items
Alpha

.953 32
Sumber: Lampiran 5

Tabel 3.5 menjelaskan bahwa semua butir pertanyaan instrument

kuesioner memiliki tingkat reliabilitas sangat baik karena nilai Cronbach’s Alpha

sebersar 0.953 lebih besar dari 0.8.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

3.10 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan data ke dalam

bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dengan menggunakan

metode kuantitatif, diharapkan akan didapatkan hasil pengukuran yang lebih

akurat tentang respon yang akan diberikan oleh responden, sehingga data yang

berbentuk angka tersebut dapat diolah dengan metode statistik.

3.10.1 Analisis Deskriptif Statistik

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

melalui kuesioner sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang

berlaku umum atau generalisasi.

3.10.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel

dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui

besarnya (Santoso, 2011). Variabel independen terdiri dari Entrepreneurial

marketing dengan dimensi sebagai variabelnya yaitu: Opportunity Focus ( ),

Proactiveness ( ), Customer Intensity ( ), Risk Taking ( ), Resource

Leveraging ( ), Value Creation ( ), Innovation ( ) terhadap Competitive

Advantage (Y).

Y = 𝜷0 + 𝜷1x1 + 𝜷2x2 + 𝜷3x3 + 𝜷4x4 + 𝜷5x5 + 𝜷6x6 + 𝜷7x7 + ɛ

Dimana :

Y : Keberhasilan Usaha

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

𝜷 : Konstanta

- : Koefisien Regresi

: Opportunity Focus

: Pro-Activeness

: Innovation

: Risk Taking

: Resource Leveraging

: Value Creation

: Customer Intensity

ɛ : Standard Error

3.11 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2013) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan grafik

dan pendekatan Kolmogrof Smirnov. Tingkat signifikansi yang digunakan α

= 0,05. Apabila nilai Asymp.Sig (2-tailed) diatas nilai signifikan 0,05 artinya

variabel residual berdistribusi normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2013) uji heterokedastisitas memiliki tujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lainnya. Cara menganalisis asumsi

heteroskedastisitas dengan melihat grafik scatter plot dimana jika ada pola

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka

mengindikasikan adanya Heteroskedastisitas. Sedangkan jika tidak ada pola

yang jelas titik-titiknya menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu

Y maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel indepen. Jika

variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak

ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi

antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013).

Untuk mengetahui ada tidaknya gejala Multikolinearitas dapat dilihat dari

besarya nilai Tolerancedan VIF (Variance Inflation Factor) melalui aplikasi

SPSS. Nilai umum yang dapat dipakai adalah nilai tolerance > 1, atau nilai

VIF < 5, maka tidak terjadi Multikolinearitas.

3.12 Uji Hipotesis

3.12.1 Uji Signifikan Serempak (Uji-F)

Uji ini menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen atau terikat. Uji statistic F digunakan untuk mengetahui pengaruh

semua variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali, 2013).

H0 : = = 0, berarti faktor Opportunity Focus ( ), Proactiveness ( ),

Customer Intensity ( ), Risk Taking ( ), Resource Leveraging ( ), Value

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Creation ( ), Innovation ( ) secara serempak tidak berpengaruh terhadap

Competitive Advantage (Y).

Ha : Minimal satu 0, berarti faktor Opportunity Focus ( ), Proactiveness

( ), Customer Intensity ( ), Risk Taking ( ), Resource Leveraging ( ), Value

Creation ( ), Innovation ( ) secara serempak berpengaruh terhadap

Competitive Advantage (Y).

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. diterima jika atau sig. F = 5%

2. ditolak jika atau sig. F = 5%

3.12.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas

atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing

variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada

tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2013).

H0 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan dari variabel bebas (X1 s.d X7) terhadap variabel terikat (Y).

H1 : 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

dari variabel bebas (X1 s.d X7) terhadap variabel terikat (Y).

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. diterima jika atau sig. t = 5%

2. ditolak jika atau sig. t = 5%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

3.12.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinan ( ) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen (Ghozali, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kawasan Medan Johor

Kecamatan Medan Johor adalah salah satu dari 21 Kecamatan yang berada di

wilayah Kota Medan berada pada ketinggian 12 M dari permukaan laut, yang

sebelumnya termasuk Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Patumbak dan

Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang. Masuknya Kecamatan Medan Johor

ke Wilayah Kotamadya Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun

1973 tanggal 10 Mei 1973 yang luas arealnya 3.228 Ha dan terdiri dari 10 kelurahan.

Medan Johor semakin lama semakin berkembang, ini ditandai dengan

munculnya perumahan-perumahan baru yang semakin memadati kawasan Medan

Johor. Dengan semakin bertambahnya penduduk di kawasan Medan Johor,

masyarakat mulai berfikir untuk memulai bisnis dan mencari keuntungan di

kawasan tersebut. Beberapa usaha yang menjamur di kawasan Medan Johor

bergerak dibidang kuliner, fashion, maupun jasa.

Salah satu jenis usaha yang menarik perhatian saya adalah usaha laundry.

Usaha laundry sendiri merupakan jasa yang pertama kali berjalan di Amerika

Serikat, lalu menjalar ke seluruh dunia. Usaha laundry semakin berkembang pesat

di Indonesia, padahal masyarakat di Indonesia dari jaman dahulu selalu

melakukan cuci pakaian tanpa menggunakan jasa laundry. Biasanya usaha

laundry sangat erat dengan wilayah yang dekat dengan tempat tinggal mahasiswa

atau kost-kostan.

Namun bukan hanya anak kost-kostan saja, masyarakat setempat pun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

mulai mengembangkan usaha ini. Hal ini disebabkan oleh pergeseran gaya hidup

serta tuntutan kebutuhan ekonomi menyebabkan sebagaian besar masyarakat

menjadi keluarga yang sangat sibuk dimana para ibu rumah tangga juga

berpartisipasi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Hal itu tidak dapat dipungkiri

menyebabkan beberapa urusan di dalam rumah kurang menjadi perhatian

Maka dari itu usaha laundry itu sendiri tidak hanya dibutuhkan oleh anak

kost-kostan, melainkan juga dibutuhkan oleh setiap keluarga. Setidaknya kurang

lebih saat ini usaha laundry yang berkembang di kawasan Medan Johor mencapai

lebih dari 30 toko dan semuanya masih bertahan.

4.2 Analisis Deskriptif

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Jumlah

pertanyaan seluruhnya adalah 4 butir untuk variable Opportunity Focus ( ), 4

butir untuk variabel Proactiveness ( ), 4 butir untuk variabel Customer Intensity

( ), 4 butir untuk variabel Risk Taking ( ), 4 butir untuk variabel Resource

Leveraging ( ), 4 butir untuk variabel Value Creation ( ), 4 butir untuk

variable Innovation ( ) dan 4 butir untuk variabel Competitive Advantage (Y).

Total seluruh pertanyaan adalah 32 butir. Responden dalam penelitian ini

adalah pemilik usaha Laundry mikro kecil di kawasan Medan Johor.

4.2.1 Karakteristik Responden

Data yang dijadikan dasar perhitungan adalah data pada saat penelitian

dilakukan yaitu pada bulan Agustus 2018 – September 2018. Responden dalam

penelitian ini adalah 30 pelaku usaha laundry mikro-kecil di kawasan Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

Johor. Hal yang dianalisis dari responden adalah data-data pribadi responden yang

terdiri dari lama usaha, usia, tingkat pendidikan, dan jumlah pegawai pelaku usaha

laundry mikro-kecil di kawasan Medan Johor.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha

Table 4. 1
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha
Jumlah
Kategori (tahun)
Nominal Persen (%)
< 2 Tahun 3 10
3 - 4 Tahun 14 47
5 -6 Tahun 7 23
> 7 Tahun 6 20
Total 30 100
Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan Table 4.1 dapat dilihat bahwa karakteristik responden

berdasarkan lamanya usaha di bawah 2 tahun berjumlah 3 usaha (10%), 3

sampai 4 tahun berjumlah 14 usaha (47%), 5 sampai 6 tahun berjumlah 7

usaha (23%) dan di atas 7 tahun berjumlah 6 usaha (20%). Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah memiliki usaha yang

cukup matang yaitu 3 sampai dengan 4 tahun.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Table 4. 2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Kategori (tahun) Nominal Persen (%)

< 20 Tahun 0 0
21 - 30 Tahun 11 37
31 - 40 Tahun 15 50
> 41 Tahun 4 13
Total 30 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Sumber: Lampiran 2

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan usia

terdiri dari usia antara 21-30 berjumlah 11 orang (37%), usia 31-40 berjumlah

15 orang (50%), usia lebih dari 41 tahun berjumlah 4 orang (13%). Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas usia responden berada pada usia 21-30 tahun.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Table 4. 3
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persen (%)
SLTA-SMA / Sederajat 13 43
Diploma 5 17
S1 11 37
S2 1 3
Total 30 100
Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan Table 4.3 dapat dilihat bahwa karakteristik responden

berdasarkan tingkat pendidikan adalah 13 orang berpendidikan SMA /

sederajat (43%), 5 orang berpendidikan diploma (17%), 11 orang

berpendidikan S1 (37%) dan 1 orang berpendidikan S2 (3%). Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas responden berpendidikan cukup tinggi yaitu

SLTA-SMA / Sederajat.

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Pegawai

Table 4. 4
Karakteristik Berdasarkan Jumlah Pegawai
Jumlah Pegawai Nominal Persen (%)
< 4 Orang 18 60
5 - 8 Orang 10 33
> 9 Orang 2 7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

Total 30 100
Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan Table 4.4 dapat dilihat bahwa karakteristik responden

berdasarkan jumlah pegawai yang dimiliki adalah 18 responden (60%)

memiliki jumlah pegawai dibawah 5 orang, 10 responden (33%) memiliki

jumlah pegawai dibawah 5-8 orang, 2 responden (7%) memiliki jumlah

pegawai lebih dari 9 orang. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas

responden memiliki pegawai berjumlah dibawah 5 orang.

4.3 Deskriptif Variabel

Responden dari penelitian ini adalah pemilik usaha Laundry mikro kecil di

kawasan Medan Johor yang berjumlah 30 orang. Terdapat 32 pertanyaan yang

terdiri dari 4 butir untuk variable Opportunity Focus ( ), 4 butir untuk variabel

Proactiveness ( ), 4 butir untuk variabel Customer Intensity ( ), 4 butir untuk

variabel Risk Taking ( ), 4 butir untuk variabel Resource Leveraging ( ), 4

butir untuk variabel Value Creation ( ), 4 butir untuk variable Innovation ( )

dan 4 butir untuk variabel Competitive Advantage (Y).

1. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Oppurtunity Focus

Table 4. 5
Distribusi Jawaban Opportunity Focus
Sangat Kurang Sangat
Setuju Tidak
No Setuju Setuju Tidak Total
(4) Setuju (2)
Item (5) (3) Setuju (1)
F % F % F % F % F % F %
1 5 17 12 40 6 20 6 20 1 3 30 100
2 3 10 12 40 6 20 4 13 5 17 30 100
3 7 23 13 43 3 10 1 3 6 20 30 100
4 11 37 6 20 5 17 2 7 6 20 30 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

Sumber : Lampiran 3

a. Terdapat 5 (17%) responden menyatakan sangat setuju, 12 (40%)

responden menyatakan setuju, 6 (20%) menyatakan kurang setuju, 6

(20%) responden menyatakan tidak setuju dan 1 (3%) yang menyatakan

sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan

bahwa mayoritas responden meminta saran dan masukan atau feedback

dari pelanggan.

b. Terdapat 3 (10%) responden menyatakan sangat setuju, 12 (40%)

responden menyatakan setuju, 6 (20%) menyatakan kurang setuju, 4

(13%) responden menyatakan tidak setuju, dan 5 (17%) menyatakan

sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan

bahwa mayoritas responden mencari tahu kebutuhan pelanggan saya.

c. Terdapat 7 (23%) responden menyatakan sangat setuju, 13 (43%)

responden menyatakan setuju, 3 (10%) menyatakan kurang setuju, 3

(10%) menyatakan kurang setuju, 1 (3%) menyatakan tidak setuju, dan 6

(20%) menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal

ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memberikan pelayanan

berdasarkan kebutuhan pelanggan.

d. Terdapat 11 (37%) responden menyatakan sangat setuju, 6 (20%)

responden menyatakan setuju, 5 (17%) menyatakan kurang setuju, 2

(7%) menyatakan tidak setuju, 1 (3%) menyatakan sangat tidak setuju.

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memperbaiki

kelemahan usahanya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

2. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Proactiveness

a. Terdapat 6 (20%) responden menyatakan sangat setuju, 3 (10%) responden

menyatakan setuju, 14 (47%) menyatakan kurang setuju, 6 (20%) responden

menyatakan tidak setuju dan 1 (3%) yang menyatakan sangat tidak setuju

dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas

responden tidak mempelajari teknik laundry yang berkembang di

masyarakat.

Table 4. 6
Distribusi Jawaban Proactiveness
Sangat Kurang Sangat
Setuju Tidak
No Setuju Setuju Tidak Total
(4) Setuju (2)
Item (5) (3) Setuju (1)
F % F % F % F % F % F %
1 6 20 3 10 14 47 6 20 1 3 30 100
2 6 20 4 13 15 50 5 17 0 0 30 100
3 11 37 3 10 9 30 2 7 5 17 30 100
4 7 23 2 7 11 37 2 7 8 27 30 100
Sumber : Lampiran 3

b. Terdapat 6 (20%) responden menyatakan sangat setuju, 4 (13%)

responden menyatakan setuju, 15 (50%) menyatakan kurang setuju, 5

(17%) responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak mengikuti

perubahan kemajuan mesin laundry yang terbaru.

c. Terdapat 11 (37%) responden menyatakan sangat setuju, 3 (10%)

responden menyatakan setuju, 9 (30%) menyatakan kurang setuju, 2

(7%) responden menyatakan tidak setuju dan 5 (17%) responden yang

menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan cara

pengelolaan bisnis yang sesuai dengan usahanya.

d. Terdapat 7 (23%) responden menyatakan sangat setuju, 2 (7%)

responden menyatakan setuju, 11 (37%) menyatakan kurang setuju, 2

(7%) responden menyatakan tidak setuju dan 8 (27%) responden yang

menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak menggunakan teknik

pemasaran baru.

3. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Costumer Intensity

Table 4. 7
Distribusi Jawaban Costumer Intensity
Sangat Kurang Sangat
Setuju Tidak
No Setuju Setuju Tidak Total
(4) Setuju (2)
Item (5) (3) Setuju (1)
F % F % F % F % F % F %
1 2 7 12 40 9 30 0 0 7 23 30 100
2 10 33 8 27 5 17 0 0 7 23 30 100
3 12 40 1 3 8 27 4 13 5 17 30 100
4 6 20 1 3 3 10 8 27 12 40 30 100
Sumber : Lampiran 3

a. Terdapat 2 (7%) responden menyatakan sangat setuju, 12 (40%)

responden menyatakan setuju, 9 (30%) menyatakan kurang setuju dan 7

(23%) yang menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memberikan

pemotongan harga khusus sebagai apresiasi untuk pelanggan lama.

b. Terdapat 10 (33%) responden menyatakan sangat setuju, 8 (27%)

responden menyatakan setuju, 5 (17%) menyatakan kurang setuju, dan 7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

(23%) yang menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memberikan pelayanan

delivery bagi pelanggan.

c. Terdapat 12 (40%) responden menyatakan sangat setuju, 1 (3%)

responden menyatakan setuju, 8 (27%) menyatakan kurang setuju, 4

(13%) responden menyatakan tidak setuju dan 5 (17%) yang menyatakan

sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan

bahwa mayoritas responden memberikan promo khusus untuk pelanggan

baru agar mengubah pelanggan tersebut menjadi pelanggan berkala.

d. Terdapat 6 (20%) responden menyatakan sangat setuju, 1 (3%) responden

menyatakan setuju, 3 (10%) menyatakan kurang setuju, 8 (27%) responden

menyatakan tidak setuju dan 12 (40%) yang menyatakan sangat tidak setuju

dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden

tidak bekerja sama dengan kost-kostan yang membutuhkan jasa laundry.

4. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Risk Taking

Table 4. 8
Distribusi Jawaban Risk Taking
Sangat Kurang Sangat
Setuju Tidak
No Setuju Setuju Tidak Total
(4) Setuju (2)
Item (5) (3) Setuju (1)
F % F % F % F % F % F %
1 5 7 12 40 9 30 0 0 7 23 30 100
2 10 33 8 27 5 17 0 0 7 23 30 100
3 12 40 0 0 9 30 1 3 8 27% 30 100
4 3 10 12 40 9 30 0 0 6 20% 30 100
Sumber : Lampiran 3

a. Terdapat 5 (17%) responden menyatakan sangat setuju, 2 (7%) responden

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

menyatakan setuju, 10 (33%) menyatakan kurang setuju, 1 (3%) responden

menyatakan tidak setuju dan 12 (40%) yang menyatakan sangat tidak setuju

dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden

tidak menawarkan harga yang lebih rendah dari pada harga pesaing.

b. Terdapat 10 (33%) responden menyatakan sangat setuju, 6 (20%) responden

menyatakan setuju, 8 (27%) menyatakan kurang setuju, 4 (13%) responden

menyatakan tidak setuju dan 2 (7%) yang menyatakan sangat tidak setuju

dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas

responden siap menanggung kerugian biaya yang mungkin terjadi.

c. Terdapat 12 (40%) responden menyatakan sangat setuju, 9 (30%)

menyatakan kurang setuju, 1 (3%) responden menyatakan tidak setuju

dan 8 (27%) yang menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan

tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden mengatur

sendiri laporan keuangannya untuk mengidentifikasi kelemahan

usahanya.

d. Terdapat 3 (10%) responden menyatakan sangat setuju, 12 (40%)

responden menyatakan setuju, 9 (30%) menyatakan kurang setuju dan 6

(20%) yang menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden apabila melakukan

perubahan pada usaha laundrynya, maka akan dilakukan secara bertahap

untuk meminimalisasi resiko.

5. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Resource Leveraging

Table 4. 9
Distribusi Jawaban Resource Leveraging

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

Sangat Kurang Sangat


Setuju Tidak
No Setuju Setuju Tidak Total
(4) Setuju (2)
Item (5) (3) Setuju (1)
F % F % F % F % F % F %
1 4 13 9 30 13 43 2 7 2 7 30 100
2 10 33 3 10 8 27 1 3 8 27 30 100
3 6 20 14 47 8 27 1 3 1 3 30 100
4 5 17 13 43 7 23 5 17 0 0 30 100
Sumber : Lampiran 3

a. Terdapat 4 (13%) responden menyatakan sangat setuju, 9 (30%)

responden menyatakan setuju, 13 (43%) menyatakan kurang setuju, 2

(7%) mengatakan tidak setuju dan 2 (7%) yang menyatakan sangat tidak

setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

mayoritas responden tidak mengumpulkan informasi tentang strategi

pemasaran yang bisa digunakan.

b. Terdapat 10 (33%) responden menyatakan sangat setuju, 3 (10%)

responden menyatakan setuju, 8 (27%) menyatakan kurang setuju, 1

(3%) mengatakan tidak setuju dan 8 (27%) yang menyatakan sangat tidak

setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

mayoritas responden merekrut tenaga kerja yang multitasking.

c. Terdapat 6 (20%) responden menyatakan sangat setuju, 14 (47%)

responden menyatakan setuju, 8 (27%) menyatakan kurang setuju, 1

(3%) mengatakan tidak setuju dan 1 (3%) yang menyatakan sangat tidak

setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

mayoritas responden memaksimalkan penggunaan bahan baku.

d. Terdapat 5 (17%) responden menyatakan sangat setuju, 13 (43%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

responden menyatakan setuju, 7 (23%) menyatakan kurang setuju, 5

(17%) mengatakan tidak setuju dan 1 (3%) yang menyatakan sangat tidak

setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

mayoritas responden menggunakan bahan baku buatan sendiri untuk

mendapatkan harga yang lebih murah dibandingkan pesaing.

6. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Value Creation

Table 4. 10
Distribusi Jawaban Value Creation
Sangat Kurang Sangat
Setuju Tidak
No Setuju Setuju Tidak Total
(4) Setuju (2)
Item (5) (3) Setuju (1)
F % F % F % F % F % F %
1 3 10 8 27 10 33 2 7 7 23 30 100
2 9 30 1 3 10 33 6 20 4 13 30 100
3 5 17 0 0 9 30 2 7 14 47 30 100
4 16 53 3 10 5 17 5 17 1 3 30 100
Sumber : Lampiran 3

a. Terdapat 3 (10%) responden menyatakan sangat setuju, 8 (27%)

responden menyatakan setuju, 10 (33%) menyatakan kurang setuju, 2

(7%) mengatakan tidak setuju dan 7 (23%) yang menyatakan sangat tidak

setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

mayoritas responden belum tentu menggunakan bahan baku yang

berkualitas dikarenakan para pengusaha belum menemukan bahan baku

yang berkualitas atau bahan baku yang tidak merusak pakaian.

b. Terdapat 9 (30%) responden menyuatakan sangat setuju, 1 (3%)

responden menyatakan setuju, 10 (33%) menyatakan kurang setuju, 6

(20%) mengatakan tidak setuju dan 4 (13%) yang menyatakan sangat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

mayoritas responden merasa belum memberikan pelayanan maksimal

untuk memuaskan pelanggan.

c. Terdapat 5 (17%) responden menyatakan sangat setuju, 9 (30%)

menyatakan kurang setuju, 2 (7%) mengatakan tidak setuju dan 14 (47%)

yang menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak menginformasikan ke

pelanggan bahwa bahan yang digunakan tidak menggunakan bahan yang

merusak pakaian untuk memberikan ketenangan hati pada pelanggan.

Responden langsung menerima permintaan pencucian pakaian tanpa

komunkasi lebih dengan pelanggan.

d. Terdapat 16 (53%) responden menyatakan sangat setuju, 3 (10%)

responden menyatakan setuju, 5 (17%) menyatakan kurang setuju, 5

(17%) mengatakan tidak setuju dan 1 (3%) yang menyatakan sangat tidak

setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

mayoritas responden menggunakan mesin laundry yang berstandar SNI

untuk menjaga reputasi usahanya.

7. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Innovation

Table 4. 11
Distribusi Jawaban Innovation
Sangat Kurang Sangat
Setuju Tidak
No Setuju Setuju Tidak Total
(4) Setuju (2)
Item (5) (3) Setuju (1)
F % F % F % F % F % F %
1 18 60 9 30 3 10 0 0 0 0 30 100
2 7 23 6 20 6 20 6 20 5 17 30 100
3 17 57 6 20 2 7 1 3 4 13 30 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

4 2 7 7 23 9 30 2 7 10 33 30 100
Sumber : Lampiran 3

a. Terdapat 18 (60%) responden menyatakan sangat setuju, 9 (30%)

responden menyatakan setuju, 3 (10%) menyatakan kurang setuju dengan

pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden

memberikan pelayanan laundry dengan jam operasi yang lebih lama

dibandingkan laundry lain.

b. Terdapat 7 (23%) responden menyatakan sangat setuju, 6 (20%)

responden menyatakan setuju, 6 (20%) menyatakan kurang setuju, 6

(20%) mengatakan tidak setuju dan 5 (17%) yang menyatakan sangat

tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

mayoritas responden memberikan pelayanan laundry dengan cara yang

ramah.

c. Terdapat 17 (57%) responden menyatakan sangat setuju, 6 (20%) responden

menyatakan setuju, 2 (7%) menyatakan kurang setuju, 1 (3%) mengatakan

tidak setuju dan 4 (13%) yang menyatakan sangat tidak setuju dengan

pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden

memberikan hasil laundry yang lebih cepat dari pada laundry pesaing.

d. Terdapat 2 (7%) responden menyatakan sangat setuju, 7 (23%)

responden menyatakan setuju, 9 (30%) menyatakan kurang setuju, 2

(7%) mengatakan tidak setuju dan 10 (33%) yang menyatakan sangat

tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

mayoritas responden tidak menggunakan mesin cuci yang hemat biaya.

8. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Competitive Advantage

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

Table 4. 12
Distribusi Jawaban Competitive Advantage
Sangat Kurang Sangat
Setuju Tidak
No Setuju Setuju Tidak Total
(4) Setuju (2)
Item (5) (3) Setuju (1)
F % F % F % F % F % F %
1 7 23 8 27 8 27 7 23 0 0 30 100
2 6 20 8 27 13 43 2 7 1 3 30 100
3 9 30 3 10 8 27 1 3 9 30 30 100
4 10 33 1 3 9 30 4 13 6 20 30 100
Sumber : Lampiran 3

a. Terdapat 7 (23%) responden menyatakan sangat setuju, 8 (27%)

responden menyatakan setuju, 8 (27%) menyatakan kurang setuju dan

7 (23%) mengatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan bahan baku

dengan harga murah sehingga membuat para pengusaha unggul dalam

biaya pengadaan bahan baku.

b. Terdapat 6 (20%) responden menyatakan sangat setuju, 8 (27%)

responden menyatakan setuju, 13 (43%) menyatakan kurang setuju, 2

(7%) mengatakan tidak setuju dan 1 (3%) yang menyatakan sangat tidak

setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

mayoritas responden tidak memaksimalkan penggunaan bahan baku agar

unggul dalam biaya.

c. Terdapat 9 (30%) responden menyatakan sangat setuju, 3 (10%) responden

menyatakan setuju, 8 (27%) menyatakan kurang setuju, 1 (3%) mengatakan

tidak setuju dan 4 (13%) yang menyatakan sangat tidak setuju dengan

pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

memberikan hasil yang lebih memuaskan dibandingkan pesaing.

d. Terdapat 10 (33%) responden menyatakan sangat setuju, 1 (3%)

responden menyatakan setuju, 9 (30%) menyatakan kurang setuju, 4

(13%) mengatakan tidak setuju dan 6 (20%) yang menyatakan sangat

tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

mayoritas responden menciptakan jenis laundry yang lain selain pakaian

seperti laundry sepatu, karpet dan lain-lain.

4.4 Analisis Regresi Linear Berganda

Metode analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui berapa

besar pengaruh variabel bebas (Entrepreneurial Marketing) terhadap variabel

terikat. Data diolah secara statistik untuk keperluan analisis dan pengujian

hipotesis dengan menggunakan alat bantu SPSS.

Table 4. 13
Hasil Regresi Linear Berganda
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -1.390 .630 -2.208 .038
Opportunity Focus (X1) .075 .128 .083 .589 .562
Proactive (X2) .329 .156 .331 2.109 .047
Customer Intensity (X3) .038 .145 .038 .261 .796
Risk Taking (X4) .075 .153 .080 .488 .630
Resource Leveraging (X5) .203 .162 .156 1.253 .223
Value Creation (X6) .057 .182 .052 .312 .758
Innovation (X7) .592 .156 .457 3.797 .001
a. Dependent Variable: Competitive Advantage (Y)
Sumber: Lampiran 7

Berdasarkan Table 4.13 diketahui pada kolom kedua (unstandardized

coefficients) bagian B diperoleh nilai koefisien dari setiap variabel opportunity

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

focus (0.075), proactiveness (0.329), customer intensity (0.038), risk taking

(0.075), resource leveraging (0.203), value creation (0.057), innovation (0.592)

dan nilai konstanta (a) adalah sebesar -1.390 maka diperoleh persamaan regresi

linear berganda sebagai berikut:

Y = -1.390 + 0.075 + 0.329 + 0.038 + 0.075 + 0.203 + 0.057 +

0.592

Y = Keunggulan Bersaing

1. Konstanta = -1.390, ini menunjukkan jika semua variabel X bernilai 0,

maka nilai keunggulan bersaing adalah -1.390.

2. Koefisien = 0.075, ini menunjukkan bahwa jika variabel opportunity

focus meningkat satu satuan, maka keunggulan bersaing akan meningkat

sebesar 0.075.

3. Koefisien = 0.329, ini menunjukkan bahwa jika variabel proactiveness

meningkat satu satuan, maka keunggulan bersaing akan meningkat sebesar

0.329.

4. Koefisien ( = 0.038, ini menunjukkan bahwa jika variabel intensity

meningkat satu satuan, maka keunggulan bersaing akan meningkat sebesar

0.038.

5. Koefisien = 0.075, ini menunjukkan bahwa jika variabel risk taking

meningkat satu satuan, maka keunggulan bersaing akan meningkat sebesar

0.075.

6. Koefisien = 0.203, ini menunjukkan bahwa jika variabel resource

leveraging meningkat satu satuan, maka keunggulan bersaing akan meningkat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

sebesar 0.203.

7. Koefisien = 0.057, ini menunjukkan bahwa jika variabel value creation

meningkat satu satuan, maka keunggulan bersaing akan meningkat sebesar

0.057.

8. Koefisien = 0.592, ini menunjukkan bahwa jika variabel opportunity

focus meningkat satu satuan, maka keunggulan bersaing akan meningkat

sebesar 0.592.

4.5 Uji Asumsi Klasik

4.5.1 Uji Normalitas

1. Pendekatan Histogram

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa data residual berdistribusi

normal. Hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak miring ke kiri

atau ke kanan dan membentuk pola lonceng. Dengan demikian bahwa data

maupun model yang digunakan memenuhi asumsi normalitas

Sumber: Lampiran 6
Gambar 4.1
Histogram Uji Normalitas

2. Pendekatan Grafik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

Pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa pada scatter-plot terlihat titik yang

mengikuti data di sepanjang garis diagonal.Hal ini menunjukkan bahwa residual

peneliti normal. Namun untuk lebih memastikan bahwa disepanjang garis

diagonal berdistribusi normal, maka dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Sumber : Lampiran 6
Gambar 4.2
Plot Uji Normalitas

3. Pendekatan Kolmogorov-Smirnov (K-S)

Pendekatan Kolmogorov-Smirnov (K-S) mempunyai ketentuan sebagai berikut:

a. Jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0,05 maka tidak mengalami gangguan

distribusi normal.

b. Jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) < 0,05 maka mengalami gangguan

distribusi normal.

Pada Tabel 4.14 menunjukkan nilah Asymp.Sig (2-tailed) adalah 0.319 dan

diatas nilai signifikan 0.05 atau 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel residual berdistribusi normal.

Table 4. 14
One-Sample Kolmogorov Smirnov

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

Unstandardized
Residual
N 30
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .48970356
Most Extreme Differences Absolute .175
Positive .175
Negative -.107
Kolmogorov-Smirnov Z .957
Asymp. Sig. (2-tailed) ,319
a. Test distributionis Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Lampiran 6

4.5.2 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala

multikolinearitas pada data. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance

value dan varians inflation factor (VIF) dengan kriteria sebagai berikut:

1. Apabila VIF 10 maka tidak terdapat persoalan Multikolinearitas.

2. Apabila VIF 10 maka diduga mempunyai persoalan Multikolinearitas.

3. Apabila tolerance > 0.1 maka tidak terdapat persoalan Multikolinearitas.

4. Apabila tolerance ≤ 0.1 maka diduga mempunyai persoalan

Multikolinearitas.

Berdasarkan Table 4.15 terlihat bahwa nilai tolerance semua variabel

bebas dari nilai ketetapan 0.1 dan nilai VIF semua variabel bebas adalah lebih

kecil dari nilai ketetapan 5. Oleh karena itu, data dalam penelitian ini dikatakan

tidak mengalami masalah multikolinearitas.

Table 4. 15
Uji Tolerance danVIF
Coefficientsa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

Collinearity
Model Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Opportunity Focus (X1) .495 2.022
Proactive (X2) .396 2.522
Customer Intensity (X3) .457 2.191
Risk Taking (X4) .364 2.749
Resource Leveraging (X5) .630 1.587
Value Creation (X6) .348 2.870
Innovation (X7) .673 1.486
a. Dependent Variable: Competitive Advantage (Y)
Sumber: Lampiran 6

4.5.3 Uji Heterokedastisitas

Tujuan uji heterokedastisitas adalah untuk mengetahui apakah dalam

sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual antara satu

pengamatan dengan pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang

Homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat terlihat bahwa tidak ada pola yang jelas

serta tidak menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Maka

berdasarkan metode grafik, tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi

dan layak dipakai untuk memprediksi keunggulan bersaing berdasarkan

variabel Entrepreneurial Marketing.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

Sumber: Lampiran 6
Gambar 4.3
Uji Heterokedastisitas

4.6 Uji Hipotesis

4.6.1 Uji Signifikansi Serempak (Uji-F)

Uji F dilakukan untuk menguji apakah Entrepreneurial Marketing

berpengaruh positif terhadap keunggulan bersaing para pelaku usaha laundry di

kawasan Medan Johor.

Tabel 4.16 mengungkapkan bahwa F-hitung adalah 11.484 dengan tingkat

signifikansi 0.000. Sedangkan F-tabel pada tingkat kepercayaan 95% (α=0.05)

adalah 2.44. Oleh karena itu diperoleh bahwa F-hitung (11.484) > F-tabel (2.44)

dan tingkat signifikansi 0.000 < 0.05. Hal ini berarti bahwa pengaruh variabel

bebas (entrepreneurial marketing) secara serempak adalah signifikan terhadap

keunggulan bersaing para pelaku usaha laundry di kawasan Medan Johor. Hal ini

berarti bahwa hipotesis H8 di terima dan hipotesis H0 di tolak.

Table 4. 16
Hasil Uji F Signifikansi Serempak (Uji-F)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 25.412 7 3.630 11.484 .000a

Residual 6.954 22 .316

Total 32.367 29

a. Predictors: (Constant), Innovation (X7), Resource Leveraging (X5), Value Creation


(X6), Proactive (X2), Opportunity Focus (X1), Customer Intensity (X3), Risk Taking (X4)
b. Dependent Variable: Competitive Advantage (Y)
Sumber: Lampiran 8

4.6.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Berdasarkan hasil uji signifikansi partial (Uji-t) pada Tabel 4.13, dapat

disimpulkan bahwa:

1. Diketahui nilai kofisien variable Opportunity Focus adalah 0.075 dengan nilai

signifikansi (0.562) > (0.05) dan (0.589) < (2.074). Hal ini

menunjukkan bahwa variabel Opportunity Focus berpengaruh positif namun

tidak signifikan terhadap Competitive Advantage. Hal ini berarti bahwa

Hipotesis diterima dan Hipotesis ditolak.

2. Diketahui nilai kofisien variable Proactive adalah 0.329 dengan nilai

signifikansi (0.047) < (0.05) dan (2.109) > (2.074). Hal ini

menunjukkan bahwa variabel Proactive berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Competitive Advantage. Hal ini berarti bahwa Hipotesis diterima

dan Hipotesis ditolak.

3. Diketahui nilai kofisien variable Costumer Intensity adalah 0.038 dengan

nilai signifikansi (0.796) > (0.05) dan (0.261) < (2.074). Hal ini

menunjukkan bahwa variabel Costumer Intensity berpengaruh positif namun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

tidak signifikan terhadap Competitive Advantage. Hal ini berarti bahwa

Hipotesis diterima dan Hipotesis ditolak.

4. Diketahui nilai kofisien variable Risk Taking adalah 0.075 dengan nilai

signifikansi (0.630) > (0.05) dan (0.488) < (2.074). Hal ini

menunjukkan bahwa variabel Risk Taking berpengaruh positif namun tidak

signifikan terhadap Competitive Advantage. Hal ini berarti bahwa Hipotesis

diterima dan Hipotesis ditolak.

5. Diketahui nilai kofisien variable Resource Leveraging adalah 0.203 dengan

nilai signifikansi (0.223) > (0.05) dan (1.253) < (2.074). Hal ini

menunjukkan bahwa variabel Resource Leveraging berpengaruh positif

namun tidak signifikan terhadap Competitive Advantage. Hal ini berarti

bahwa Hipotesis diterima dan Hipotesis ditolak.

6. Diketahui nilai kofisien variable Value Creation adalah 0.057 dengan nilai

signifikansi (0.758) > (0.05) dan (0.312) < (2.074). Hal ini

menunjukkan bahwa variabel Value Creation berpengaruh positif namun

tidak signifikan terhadap Competitive Advantage. Hal ini berarti bahwa

Hipotesis diterima dan Hipotesis ditolak.

7. Diketahui nilai kofisien variable Innovation adalah 0.592 dengan nilai

signifikansi (0.001) < (0.05) dan (3.797) > (2.074). Hal ini

menunjukkan bahwa variabel Innovation berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Competitive Advantage. Hal ini berarti bahwa Hipotesis diterima

dan Hipotesis ditolak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

4.6.3 Pengujian Koefisien Determinasi )

Table 4. 17
Hasil Pengujian Koefisiensi Determinasi
Model Summaryb

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square
Estimate

1 .886a .785 .717 .56224

a. Predictors: (Constant), Innovation (X7), Resource Leveraging (X5), Value Creation


(X6), Proactive (X2), Opportunity Focus (X1), Customer Intensity (X3), Risk Taking (X4)
b. Dependent Variable: Competitive Advantage (Y)
Sumber: Lampiran 7

Berdasarkan Table 4.17, dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R Square

0.717 berarti 71.7% variasi variabel keunggulan bersaing usaha laundry mikro-

kecil di kawasan Medan Johor dapat dijelaskan oleh variabel opportunity focus,

proactiveness, customer intensity, risk taking, resource leveraging, value

creation, innovation. Sedangkan sisanya 28.3% dapat dijelaskan oleh factor-faktor

lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.7 Pembahasan

4.7.1 Pengaruh Opportunity Focus terhadap Competitive Advantage

Hasil uji-t menunjukkan bahwa Opportunity focus berpengaruh positif

namun tidak signifikan terhadap keunggulan bersaing. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Olannye dan Edward (2016) yang menyatakan bahwa Opportunity

focus berpengaruh secara positif terhadap keunggulan bersaing. Hasil penelitian

Morrish dan Deacon (2011) membuktikan bahwa perusahaan yang berfokus pada

peluang lebih cenderung memiliki kemampuan bersaing.

Para pelaku usaha mikro-kecil laundry berusaha untuk mencari peluang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

dan kesempatan baru untuk memperbesar dan memperbaiki usaha yang sedang

digelutinya.Namun para pelaku usaha tidak selalu konsisten dalam mencari

peluang sehingga keuntungan dari menerapkan focus pada peluang kurang

memberikan hasil yang maksimal.

4.7.2 Pengaruh Proactiveness Terhadap Competitive Advantage

Hasil Uji-t menunjukkan bahwa Proactiveness berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keunggulan bersaing. Hasil penelitian Morrish dan Deacon

(2011) mendukung hasil penelitian ini dimana Proactiveness berpengaruh

secara positif terhadap keunggulan bersaing. Hasil penelitian Becherer et al

(2012) juga menyatakan bahwa sikap proaktif berpengaruh secara positif

terhadap pencapaian tujuan perusahaan dimana keunggulan bersaing adalah

salah satunya. Begitu pula dengan hasil penelitian Olannya dan Edward (2016)

yang menyatakan bahwa Opportunity focus berpengaruh secara signifikan

terhadap keunggulan bersaing.

Berinisiatif untuk merealisasikan rencana dan mau mengambil langkah

untuk merealisasikan peluang yang telah teridentifikasi adalah sangat penting bagi

suatu usaha untuk unggul dalam bersaing. Pelaku usaha laundry di Medan Johor

selalu berinisiatif untuk mencari cara yang terbaik dan konsisten dalam

melakukan perbaikan usaha mereka.

4.7.3 Pengaruh Customer Intensity Terhadap Competitive Advantage

Hasil uji-t menunjukkan bahwa Customer intensity berpengaruh positif

namun tidak signifikan terhadap keunggulan bersaing. Morish mengatakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

bahwa Entrepreneurial marketing adalah gabungan dari kewirausahaan dan

pemasaran dan costumer intensity adalah salah satu dimensi yang paling

penting dalam pemasaran.

Konsep Costomer intensity dapat diartikan sebagai pemahaman yang

memadai tentang target beli pelanggan dengan tujuan untuk menciptakan nilai

unggul bagi pembeli secara terus menerus melalui proses pencarian informasi

tentang pelanggan dan pelayanan. Para pelaku usaha mikro-kecil laundry di

kawasan Medan Johor berusaha memperhatian dan mencari informasi tentang

pelanggannya. Alasan pelaku usaha berusaha memperhatikan pelanggannya

disebabkan karena objek penelitian ini adalah usaha yang bergerak dibidang jasa

sehingga pelayanan terhadap pelanggan harus diperhatian. Oleh karena itu, hasil

penelitian variabel ini terhadap keunggulan bersaing adalah berpengaruh positif.

4.7.4 Pengaruh Risk Taking Terhadap Competitive Advantage

Hasil uji-t menunjukkan bahwa Risk taking berpengaruh positif namun

tidak signifikan terhadap keunggulan bersaing. Hasil penelitian Becherer et al

(2012) telah membuktikan bahwa risktaking berpengaruh positif terhadap

tecapainya tujuan perusahaan dan unggul dalam bersaing.

Lokasi usaha mikro-kecil laundry di kawasan Medan Johor hampir

berdekatan dan menunjukkan persaingan yang sangat ketat. Penelitian ini

membuktikan bahwa resiko berpengaruh terhadap keunggulan bersaing namun

tidak signifikan dimana kita ketahui bahwa semua usaha pastilah ada resiko. Dari

hasil pengamatan peneliti, tidak signifikan terjadi karena pelaku usaha tidak

berani menawarkan harga yg lebih rendah dari pada para pesaing. Kualitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

masih menjadi hal yang diutamakan para pemilik usaha yang mana ada

keterikatan bahan atau mesin cuci yang digunakan akan memperlihatkan

kualitas. Para pelaku usaha lebih memilih memberi harga yang sesuai dengan

kualitas dari pada memberikan harga yang lebih rendah. Dan disisi lain pelaku

usaha berani menanggung resiko seperti kerugian biaya yang mungkin terjadi.

4.7.5 Pengaruh Resource Leveraging Terhadap Competitive Advantage

Hasil uji-t menunjukkan bahwa Resource leveraging berpengaruh positif

namun tidak signifikan terhadap keunggulan bersaing. Resource leveraging adalah

faktor yang berperan sangat penting dalam menentukan keberhasilan UKM.

Penelitian Morrish dan Deacon (2011) juga menyatakan hal yang sama bahwa

Resource leveraging berpengaruh positif terhadap keunggulan bersaing.

UKM memiliki sumber daya yang sangat minim sehingga pemilik UKM

harus dapat menggunakan sumber daya semaksimal mungkin. Para pelaku usaha

mikro-kecil laundry telah menggunakan sumber daya semaksimal mungkin dalam

operasionalisasi usaha mereka mulai dari penggunaan bahan baku sebaik

mungkin, efisiensi produksi mulai dari waktu, tempat dan biaya sampai dengan

merekrut tenaga kerja yang bisa multi-tasking.

4.7.6 Pengaruh Value Creation Terhadap Competitive Advantage

Hasil uji-t menunjukkan bahwa Value Creation berpengaruh positif namun

tidak signifikan terhadap keunggulan bersaing. Hasil penelitian lain seperti

Morrish dan Deacon (2011) serta Becherer Helms dan McDonald (2012)

membuktikan bahwa value creation adalah salah satu indikator entrepreneurial

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

marketing yang sangat penting dalam proses pemasaran. Memberikan nilai lebih

dari pada pesaing dapat meningkatkan jumlah pelanggan serta meningkatkan citra

produk dan usaha di mata pelanggan.

Setiap usaha laundry berusaha menciptakan dan memberikan nilai yang

sama kepada pelanggan masing-masing. Pemberian nilai dan penciptaan nilai

menjadi tidak signifikan dalam konteks ini karena rata-rata nilai lebih yang

diberikan pelaku usaha ke pelanggan hampir sama. Sehingga pelanggan tidak lagi

merasa pendapat perhatian khusus atau perhatian lebih apabila setiap usaha

laundry memberikan nilai yang sama.

4.7.7 Pengaruh Innovation Terhadap CompetitiveAdvantage

Hasil uji-t menunjukkan bahwa inovasi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap keunggulan bersaing. Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian Lee

(2010), Morrish dan Deacon (2011) serta Becherer et al (2012). Ketiga penelitian

terdahulu telah membuktikan bahwa ada pengaruh yang positif inovasi terhadap

keunggulan bersaing.

Inovasi sangat penting untuk keberlangsungan usaha, tetapi dibidang jasa

laundry. Adapun inovasi yang bias dilakukan dengan memberikan jam operasi

laundry yang lebih lama, proses pencucian express dan penggunaan mesin yang

hemat biaya. Inovasi seperti ini sangat dibutuhkan oleh pelanggan maupun pelaku

usaha.

4.7.8 Pengaruh Entrepreneurial Marketing Terhadap Competitive Advantage

Hasil Uji-F menunjukkan bahwa Entrepreneurial marketing berpengaruh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

secara signifikan terhadap keunggulan bersaing. Hal ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Olannye dan Edward (2016) dan Suardhika, Suryani

(2016) yang juga menyatakan Entrepreneurial marketing berpengaruh signifikan

terhadap keunggulan bersaing. Miles dan Darroch (2006) menyatakan bahwa

Entrepreneurial marketing dapat digunakan untuk mencapai keunggulan bersaing.

Entrepreneurial marketing adalah penggabungan dua disiplin yaitu

kewiraushaan dan pemasaran yang khusus diciptakan untuk menyesuaikan

pemasaran pada usaha kecil dan menengah. Kasus ini muncul karena adanya

kesadaran akan pentingnya kewirausahaan dan inovasi untuk pemasaran, dan

pemasaran untuk suksesnya kewirausahaan. Kemampuan usaha untuk mengenal

dan mengejar peluang serta didukung dengan kemampuan pemasaran adalah

sangat penting dalam menentukan keberhasilan usaha yang di tentukan oleh

keunggulan bersaing (Olannye & Edward, 2016).

Entrepreneurial Marketing adalah serangkaian proses menciptakan,

mengkomunikasian dan memberikan nilai, dipadu dengan logika dan digunakan

dalan lingkungan bisnis yang sangat tidak pasti (Ionita, 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam

penelitian ini, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Entrepreneurial Marketing secara serempak berpengaruh signifikan terhadap

keunggulan bersaing pada pelaku usaha laundry mikro-kecil di kawasan

Medan Johor.

2. Oppurtunity focus berpengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap

keunggulan bersaing pada pelaku usaha laundry mikro-kecil di kawasan

Medan Johor.

3. Pro-activeness berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keunggulan

bersaing pada pelaku usaha laundry mikro-kecil di kawasan Medan Johor.

4. Costumer intensity berpengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap

keunggulan bersaing pada pelaku usaha laundry mikro-kecil di kawasan

Medan Johor.

5. Risk taking berpengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap

keunggulan bersaing pada pelaku usaha laundry mikro-kecil di kawasan

Medan Johor.

6. Resource leveraging berpengaruh secara positif namun tidak signifikan

terhadap keunggulan bersaing pada pelaku usaha laundry mikro-kecil di

kawasan Medan Johor.

7. Value Creation berpengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

keunggulan bersaing pada pelaku usaha laundry mikro-kecil di kawasan

Medan Johor.

8. Innovation berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keunggulan

bersaing pada pelaku usaha laundry mikro-kecil di kawasan Medan Johor.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti memberi saran

sebagai berikut:

1. Pada variabel opportunity focus, pernyataan yang paling dominan

mendapatkan tanggapan cenderung tidak setuju adalah “Saya mencari tahu

kebutuhan pelanggan saya”. Hal ini dapat dilihat bahwa ada sebagian

responden kurang memiliki rasa ingin tahu akan kebutuhan pelanggannya.

Oleh sebab itu, diharapkan kepada pemilik usaha laundry mikro-kecil di

kawasan Medan Johor untuk dapat lebih peka untuk mencari tahu kebutuhan

pelanggannya demi mencapai peluang-peluang yang memberikan keuntungan

untuk usaha laundry tersebut.

2. Pada variabel proactiveness, pernyataan yang paling dominan mendapatkan

tanggapan cenderung tidak setuju adalah “Saya menggunakan teknik

pemasaran yang baru”. Hal ini dapat dilihat bahwa ada sebagian responden

tidak tertarik untuk menggunakan teknik pemasaran yang baru. Oleh sebab itu,

disarankan kepada pemilik usaha untuk berusaha mencari cara baru yang lebih

efektif terutama di bidang pemasaran dikarenakan dengan adanya metode

pemasaran yang baru, dapat menarik calon pelanggan dan meningkatkan

keuntungan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

3. Pada variabel customer intensity, pernyataan yang paling dominan

mendapatkan tanggapan cenderung tidak setuju adalah “Saya berusaha bekerja

sama dengan beberapa kost-kostan yang membutuhkan jasa laundry”. Hal ini

dapat dilihat bahwa sebagian responden tidak berusaha untuk menjalin kerja

sama dengan beberapa kost-kostan yang biasanya menggunakan jasa laundry

untuk mencuci pakaian. Hal ini sebenarnya sangat efektif untuk meningkatkan

jumlah pelanggan dikarenakan dengan bekerja sama dengan kost-kostan yang

mana memiliki penyewa yang jumlahnya banyak, maka peluang untuk

mendapatkan keuntungan lebih besar. Hanya dengan bekerja sama dengan

kost-kostan maka akan meningkatkan jumlah pelanggan dan meningkatkan

keuntungan.

4. Pada variabel risk taking, pernyataan yang paling dominan mendapatkan

tanggapan cenderung tidak setuju adalah “Saya menawarkan harga yang lebih

rendah dari pada pesaing”. Hal ini dapat dilihat bahwa ada sebagian

responden yang enggan memberikan harga yang lebih rendah dikarenakan

menurut responden untuk harga yang ditawarkan relatif sama dengan harga

yang ditawarkan pesaing. Tetapi untuk dapat menarik pelanggan, para

pemilik usaha laundry harus berani mengambil resiko menawarkan harga

yang rendah namun dengan kualitas maksimal agar pelanggan dapat tertarik

menggunakan laundry yang di tawarkan dengan alasan harga yang lebih

rendah dibandingkan laundry pesaing. Oleh sebab itu, disarankan kepada

pemilik usaha untuk tidak takut dalam mengambil resiko penurunan harga

demi menarik perhatian pelanggan untuk menggunakan jasa laundry yang di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

tawarkan.

5. Pada variabel resource leveraging, pernyataan yang paling dominan

mendapatkan tanggapan cenderung tidak setuju adalah “Saya merekrut tenaga

kerja multitasking”. Hal ini dapat dilihat bahwa ada sebagian responden yang

beranggapan tenaga kerja multitasking tidaklah penting. Tetapi padahal

sumber daya yang mempunyai banyak kemampuan sangatlah penting.

Dengan adanya tenaga kerja yang multitasking akan mempermudah

menyelesaikan pekerjaan laundry yang sumber dayanya sangat terbatas. Oleh

sebab itu, diharapkan pemilik usaha dapat memperkerjakan karyawan yang

multitasking agar dapat melakukan berbagai macam kegiatan laundry seperti

pekerjaan dikasir, pencucian, pengeringan, dan lain-lain.

6. Pada variabel value creation, pernyataan yang paling dominan mendapatkan

tanggapan cenderung tidak setuju adalah “Saya menginformasikan pelanggan

bahwa laundry yang saya tawarkan tidak menggunakan bahan yang merusak

pakaian untuk memberikan ketenangan hati dalam menggunakan laundry

saya”. Hal ini dapat terlihat dari beberapa responden yang kurang perduli untuk

menciptakan nilai dimata pelanggan. Responden hanya menerima pesanan

laundry tanpa memberikan informasi tentang bahan baku yang digunakan .

Oleh sebab itu, disarankan kepada pemilik usaha untuk menginformasikan

bahan baku yang digunakan untuk memberikan ketenangan hati pada

pelanggan.

7. Pada variabel innovation, pernyataan yang paling dominan mendapatkan

tanggapan cenderung tidak setuju adalah “Saya menggunakan mesin cuci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

yang hemat biaya.”. Hal ini terlihat dari beberapa responden menggunakan

mesin yang mempunyai biaya listrik yang tinggi. Dikarenakan mesin cuci

dengan fasilitas hemat listrik pada saat pembelian pertama kali harganya

cendurung mahal. Oleh karna itu, disarankan kepada para pemilik usaha agar

berfikir jangka panjang bahwa pengeluaran besar hanya dikeluarkan satu kali

pada saat pembelian, namun untuk biaya bulanan dengan mesin yang hemat

biaya tentu akan menghemat pengeluaran biaya listrik.

8. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat terus mengembangkan penelitian

ini dengan meneliti faktor-faktor lain yang tidak diteliti di dalam penelitian ini,

agar dapat menciptakan temuan baru di bidang keunggulan bersaing.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Andersen, J. (2010). Resource-Based Competitiveness: Managerial Implications


of The Resource-Based View. Strategic Direction: 26(5), 3-5.
Anoraga, Pandji. (2009). Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil. Jakarta :
Rineka Cipta.
Asad, M. (2014). Porter's Five Forces VS Resource Based View - A Comparison.
SSRN Electronic Journal, 1-13.
Baker, W., E., James M., Sinkula. (2009). The Complementary Effects of Market
Orientation and Entrepreneurial Orientation on Profitability in Small
Businesses. Journal of Small Business Management : 47(4), 443-464.
Barringer, B. R., & Ireland, R. D. (2010). Entrepreneurship: Succesfully
Launching New Ventures. New Jersey: Pearson.
Becherer, R. C., Helms, M. M., & McDonald, J. P. (2012). The Effects of
Entrepreneurial Marketing on Outcome Goals in SMEs. New England
Journal of Entrepreneurship: 15(1), 7-18.
Bjerke, B., & Hultman, C. (2002). Entrepreneurial Marketing: The Growth of
Small Firms in the New Economic Era. Sweden: Edward Elgar.
Blankson, C., & Omar, O. E. (2002). Marketing Practises of Caribbean Small
Business in Londok UK. An International Journal : 5(2), 123-134.
Cassia, F., & Ugolini, M. M. (2015). Service-Based VS Goods-Based Positioning
of the Product Concept: Effects on Customer Perceived Value. TQM
Journal: 27(2), 247-255.
Dash, D. P., & Ponce, H. R. (2014). Journey of Research Practice. Journal of
Research Practice : 1(1).
Deshpande, R. F. (1993). Corporate Culture, Customer Orientation, and
Innovatineness in Japanese Firms. Journal of Marketing: 5(1), 23-73.
Fahmi, I. (2014). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.
Falkner, E. M., Martin, R. W., & Hiebl. (2015). Risk Management. The Journal of
Risk Finance : 16(2), 122-144.
Fillis, I. (2010). The Art of the Entrepreneurial Marketer. Journal of Research in
Marketing and Entrepreneurship: 12(2), 87-107.
Ghosh, B., Kumuthadevi, K., & Jublee, D. (2016). Linkage Among
Competitiveness, Competitive Advantage and Competitive Priority of
Apparel Export Firms at Tirupur. International Journal of Management
Research and Review, 1012-1029.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Dengan Program SPSS. Semarang: Penerbit
Universitas Diponegoro.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

Gilmore, A. (2011). Entrepreneurial and SME Marketing. Journal of Research in


Marketing and Entrepreneurship: 13(2), 137-145.
Gilmore, A., & Carson, D. (1999). Entrepreneurial Marketing by Networking.
New England Journal of Entrepreneurship : 2(2), 31-38.
Grant, R. M. (1991). The Resource-Based Theory of Competitive Advantage:
Implications for Strategy Formulation. California Management Journal :
3(3), 3-23.
Hacioglu, G., Eren, S. S., & Celikkan, H. (2012). The Effect of Entrepreneurial
Marketing on Firms Innovative Performance in Turkish SMEs. Procedia
Social and Behavioral Sciences, 871-878.
Hamali, S., Suryana, Y., & Effendi, N. (2013). Influence of Entrepreneurial
Marketing toward Innovation and Its Impact on Business Performance.
International Journal of Economics, Commerce and Management: IV(8),
101-114.
Heinonen, J., Hytti, U., and Stenholm, P. (2004). The Role of Creativity in
Opportunity Search and Business Idea Creation. Education and Training:
53 (8/9), 659-672.
Hendro. (2011). Dasar-Dasar Kewirausahaan. Jakarta: Erlangga.
Hills, G. E., & Hultman, C. M. (2013). Academic Roots: The Past and Present of
Entrepreneurial Marketing. Journal of Small Business and
Entrepreneurship: 24(1), 110-152.
Hisrich, R. D., & Peter, M. P. (2005). Entrepreneurship. New York: McGrow-Hill Irwin.
Holcombe, R. G. (2003). The Origins of Entrepreneurial Opportunities. Review of
Austrian Economics: 16(1), 25-43.
Ionita, D. (2012). Entrepreneurial Marketing : A New Approach for Challenging
Times. Management and Marketing Challanges for the Knowledge
Society: 7(1), 131-150.
Janet, M., & Ngugi, K. (2014). Influence of Entrepreneurial Marketing on the
Growth of SMEs in Kiambu Town-CBD, Kenya. European Journal of
Business Management: 1(11), 361-377.
Jiang, W., & Gu, Q. (2015). A Moderated Mediation Examination of Proactive
Personality on Employee Creativity: A Person-Environment Fit
Perspective. Journal of Organizational Change Management, 393-410.
Lee, Jia-sheng, & Chia-Jung, H. (2010). A Research in Relating Entrepreneurship,
Marketing Capability,Innovative Capability and Sustained Competitive
Advantage. Journal of Business and Economics Research: 8(9), 109-119.
Kartajaya, H. (2010). Perjalanan Pemikirian Konsep Pemasaran Hermawan
Kartajaya. Jakarta: Penerbit Erlangga
Kasmir. (2013). Kewirausahaan. Jakarta: Rajawali.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

Kotler, P., dan Gary Armstrong. (2012). Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 13 Jilid
1. Jakarta : Erlangga.
Kotler, P., dan Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran. Edisi 13 Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
Kraus, S., & Schulte, R. (2010). History, Teory and Evidence of Entrepreneurial
Marketing. International Journal of Entrepreneurship and Innovation
Management : 11(1), 3-18.
Lumpkin, G., T., and Gregory G., Dess. (2001). Linking Two Dimensions of
Entrepreneurial Orientation to Firm Performance. Journal of business
venturing : 16, 429-451.
Ma, H. (1999). Anatomy of Competitive Advantage: A SELECT Framework.
Management Decision: 37(9), 709-718.
Miles, M. P., & Darroch, J. (2006). Large Firms, Entrepreneurial Marketing
Processes, and the Cycle of Competitive Advantage. European Journal of
Marketing: 40(5/6), 485-501.
Mkpojiogu, E. O., & Hashim, N. L. (2016). Understanding the Relationship
Between Kano Model's Customer Satisfaction Scores and Self-stated
Requirements Importance. Springer Plus: 5(197), 1-22.
Morrish, S. C. (2011). Entrepreneruial Marketing: A Strategy for the TwentyFirst
Century. Journal of Research in Marketing and Entrepreneurship: 13(2),
110-119.
Morrish, S. C., & Deacon, J. H. (2009). A Tale of Two Spirits: Entrepreneurial
Marketing at 42Below Vodka and Penderyn Whisky. Journal of Small
Business and Entrepreneurship: 24(1) , 113-124.
Morrish, S. C., Schindehutte, M., & LaForge, R. W. (2002). Entrepreneurial Marketing:
A Construct for Integrating Emerging Entrepreneurship and Marketing
Perspectives. Journal of Marketing Theory and Practice: 10(4), 1-19.
Ngo, L. V., & O'Cass, A. (2010). Value Creation Architecture and Engineering: A
Business Model Encompassing the Frim-Customer. European Business
Review: 22(5), 496-514.
Makmur, Nico. (2016). Pengaruh Entrepreneurial Marketing Terhadap
Keunggulan Bersaing (Studi Kasus pada pelaku Usaha Oleh-Oleh di Jalan
Mojopahit Kota Medan). Medan : Universitas Sumatera Utara.
O'Dwyer, M., Gilmore, A., & Carson, D. (2009). Innovative Marketing in SMEs:
A Theoritical Framework. European Business Review: 21(6), 504-515.
Olannye, A., P, & Edward, E. (2016). The Dimension of Entrepreneurial
Marketing on Performance of Fast Food Restaurants in Asaba, Delta State,
Nigeria. Journal of Emerging Trends in Economics and Management
Sciences: 7(3), 137-146.
O'Shannassy, T. (2008). Sustainable Competitive Advantage or Temporary

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

Competitive Advantage: Improving Understanding of an Important


Strategy Construct. Journal of Strategy and Management: 1(2), 168-180.
Oslo. (2005). Relationship Between Innovation Capability, Innovation Type, and
Firm Performance. Journal of Management : 3(1), 1-58.
Porter, M., E. (1997). Competitive Strategy. Measuring Business Excellence : 1(2), 12-17
Prasetya, G. H., Rahardja, E., & Hidayati, R. (2007). Membangun Keunggulan
Kompetitif melalui Aliansi Stratejik untuk Meningkatkan Kinerja
Perusahaan (Studi Kasus pada PT. POS Indonesia Wilayah VI Jateng dan
DIY). Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi: 4(2), 1-19.
Pratono, A. H., & Pudjibudojo, J. K. (2016). Transforming Entrepreneurial
Resources to Competitive Advantage: The Role of Social Capital and
Marketing Capability. Mediterranean Journal of Social Sciences: 7(2), 265-
272.
Presbitero, A. (2015). Proactivity in Career Development of Employees : The role
of Proactive Personality and Cognitive Complexity. Career Development
International: 20(5), 525-538.
Purcarea, I., Espinosa, M., & Apetrei, A. (2013). Innovation and Knowledge
Creation: Perspectives on the SMEs Sector. Management Decision: 51(5),
1096-1107.
Rezvani, M., & Khazeai, M. (2014). Evaluation of Entrepreneurial Marketing
Dimensions According to Characteristics of Institutions: Institutions Age
and Size. International Journal of Basic Sciences and Applied Research:
3(4), 207-213.
Sabelli, Hector. (2008). Bios Theory of Innovation. The Innovation Journal :
13(3).
Saefullah, A., Abas Sunarya & Sudaryono. (2011). Kewirausahaan. Jakarta : Andi
Publisher.
Santoso, S. (2011). Mastering SPSS Versi 19. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sattari, B., & Mehrabi, J. (2016). Model of Marketing Innovative Strategies in
International Entrepreneursip: A Global Business Environment. Asian
Social Science: 12(10), 76-91.
Sigalas, C., Economou, V. P., & Georgopoulos, N. (2013). Developing a Measure of
Competitive Advantage. Journal of Strategy and Management: 6(4), 320-
342.
Situmorang, Syafrizal H., & Mushlich, L. (2012). Analisis Data untuk Riset
Manajemen dan Bisnis, Edisi 2. Medan: Usu Press.
Stone, Robert N., & Kjell Gronhaug. (1993). Perceived Risk: Further
Considerations for the Marketing Discipline. European Journal of
Marketing: 27(3). 39-50.
Suardhika, I Nengah. (2016). Strategic Role of Entrepreneurial Marketing and

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

Costumer Relation Marketing to Improve Competitive Advantage in Small


and Medium Enterprises in Bali. International Journal of Management and
Commerce Innovations : 4(1), 628-637.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kualitatif dan RdanD. Bandung: Alfabetha.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RND. Bandung: Alfabeta.
Sumarsono, S. (2010). Kewirausahaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sunyoto, D. (2009). Analisis regresi dan Uji Hipotesis, Edisi 1. Yogyakarta:
Media Presindo.
Syah, A. P. (2016). Pengaruh Entrepreneurial Marketing terhadap Kinerja
Usaha. Medan: Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Departemen Manajemen.
Voigt, K., Lane, S., & Severin, K. (2010). The Importance of Successful
Customer Service for New and Existing Ventures. Academy of Information
and Management Sciences: 14(1), 79-83.
Wang, K. Y., Hermens, A., Huang, K.-P., and Chelliah, J. (2015). Entrepreneurial
Orientation and Organizational Learning on SME's Innovation.
International Journal of Organizational Innovation: 7(4), 71-81.
Yulianto, Y. C. (2013). Pengaruh Kewirausahaan, Kemampuan Pembelajaran
Fokus Pasar dan Inovasi Organisasi terhadap Keunggulan Bersaing
Berkelanjutan pada Usaha Kecil Menengah Kerajinan Gerabah dan Kutil
di Bantul, Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Zulkarnain, M. M. (2014). Entrepreneurial Marketing. Yogyakarta: Graha Ilm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

NO:_____

Pemilik usaha yang terhormat,

Melalui ini saya mohon ketersediaan Bapak/Ibu atau Saudara/i untuk

mengisi daftar pertanyaan yang dilampirkan bersama ini untuk data penyusunan

skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Entrepreneurial Marketing Terhadap

Keunggulan Bersaing (Studi Kasus pada Usaha Mikro-Kecil Laundry di kawasan

Medan Johor)” pada Program Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara

(USU).

Saya mohon Bapak/Ibu atau Saudara/I untuk menjawab pertanayaan yang

telah disediakan pada bagian II dan III dengan melingkari antara angka 1 sampai 5

sesuai dengan jawaban anda setelah mengisi identitas responden pada bagian I.

Sangat Tidak Setuju 1 2 3 4 5 Sangat Setuju

Masing-masing responden hanya memiliki kesempatan untuk memilih

1 (satu) jawaban untuk setiap pertanyaan. Saya sangat mengharapkan

ketersediaan saudara untuk menjawab dengan benar. Terima kasih atas

kerjasama dan partisipasinya.

Nb:

1. Data identitas pribadi dan usaha tidak akan dipublikasikan.

2. Kuesioner ini bertujuan semata-mata hanya untuk penelitian skripsi dan tidak ada

maksud lain selain yang tertera di atas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nomor :______________________________

2. Jenis kelamin : ______________________________

3. Umur : A. < 20 Tahun C. 31 – 40 Tahun

B. 21 – 30 Tahun D. > 41 Tahun

4. Pendidikan : ______________________________

5. Nama usaha : ______________________________

6. Lama usaha : A. < 2 Tahun C. 5 – 6 Tahun

B. 3 – 4 Tahun D. > 7 Tahun

7. Jumlah pegawai : A. < 4 Orang C. > 9 Orang

B. 5 – 8 Orang

II. PEMASARAN KEWIRAUSAHAAN (ENTREPRENEURIAL

MARKETING)

NO Pertanyaan Skala

A.1 Fokus Peluang (Opportunity Focus)

A.1.1 Identifikasi Peluang

1. Saya meminta saran dari pelanggan yang 1 2 3 4 5

menggunakan laundry saya.

2. Saya mencari tahu kebutuhan pelanggan saya. 1 2 3 4 5

A.1.2 Pemanfaatan Peluang

3. Saya memberikan pelayanan berdasarkan 1 2 3 4 5

kebutuhan pelanggan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

4. Saya memperbaiki kelemahan laundry saya. 1 2 3 4 5

A.2 Proaktif (Proactive)

A.2.1 Berinisiatif Untuk Mencari Cara yang Terbaik

1. Saya berusaha mempelajari teknik laundry yang 1 2 3 4 5

berkembang di masyarakat.

2. Saya mengikuti perubahan kemajuan mesin 1 2 3 4 5

laundry yang terbaru.

A.2.2 Konsisten dalam Melakukan Perbaikan

3. Saya menggunakan cara pengelolaan bisnis yang 1 2 3 4 5

sesuai dengan usaha saya.

4. Saya menggunakan teknik pemasaran baru. 1 2 3 4 5

A.3 Intensitas Pelanggan (Costumer Intensity)

A.3.1 Peningkatan Kepuasan Pelanggan

1. Saya memberikan pemotongan harga sebagai 1 2 3 4 5

apresiasi khusus untuk pelanggan lama.

2. Saya menyediakan pelayanan delivery bagi 1 2 3 4 5

pelanggan.

A.3.2 Peningkatan Jumlah Pelanggan

3. Saya berusaha mengubah pelanggan baru 1 2 3 4 5

menjadi pelanggan berkala dengan memberikan

promo khusus.

4. Saya berusaha bekerja sama dengan beberapa 1 2 3 4 5

kos-kosan yang membutuhkan jasa laundry.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

A.4 Pengambilan Resiko (Risk-Taking)

A.4.1 Mengambil Resiko

1. Saya menawarkan harga yang lebih rendah dari 1 2 3 4 5

pada harga pesaing.

2. Saya siap menanggung resiko kerugian biaya 1 2 3 4 5

yang mungkin terjadi.

A.4.2 Meminimalisasi Resiko

3. Saya mengatur sendiri laporan keuangan laundry 1 2 3 4 5

saya untuk mengidentifikasi kelemahan usaha

saya.

4. Apabila saya melakukan perubahan, saya 1 2 3 4 5

melakukan secara bertahap untuk meminimalisasi

resiko.

A.5 Pemanfaatan Sumber Daya (Resource Leveraging)

A.5.1 Pengidentifikasian Sumber Daya

1. Saya mengumpulkan informasi tentang strategi 1 2 3 4 5

pemasaran yang bisa saya gunakan.

2. Saya merekrut tenaga kerja yang multitasking. 1 2 3 4 5

A.5.2 Pemanfaatan Sumber Daya

3. Saya memaksimalkan penggunaan bahan baku 1 2 3 4 5

usaha saya.

4. Saya menggunakan bahan baku buatan sendiri 1 2 3 4 5

untuk mendapatkan harga yang lebih murah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

dibandingkan pesaing.

A.6 Penciptaan Nilai (Value Creation)

A.6.1 Berusaha Menciptakan Nilai Bagi Pelanggan

1. Laundry yang saya tawarkan tidak menggunakan 1 2 3 4 5

bahan yang merusak pakaian.

2. Saya memberikan pelayanan maksimal sehingga 1 2 3 4 5

pelanggan merasa puas dengan menggunakan

laundry saya.

A.6.2 Mengkomunikasikan Nilai

3. Saya menginformasikan pelanggan bahwa 1 2 3 4 5

Laundry yang saya tawarkan tidak menggunakan

bahan yang merusak pakaian untuk memberikan

ketenangan hati dalam menggunakan laundry

saya.

4. Saya menjaga reputasi usaha saya dengan 1 2 3 4 5

menggunakan mesin laundry yang terstandarisasi

(SNI)

A.7 Inovasi (Innovation)

A.7.1 Inovasi Services

1. Saya memberikan pelayanan laundry dengan jam 1 2 3 4 5

operasi yang lebih lama dibandingkan laundry

lain.

2. Saya memberikan pelayanan laundry dengan cara 1 2 3 4 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

yang ramah.

A.7.2 Inovasi Proses

3. Saya memberikan hasil laundry yang lebih cepat 1 2 3 4 5

dari pada laundry pesaing.

4. Saya menggunakan mesin cuci yang hemat biaya. 1 2 3 4 5

III. KEUNGGULAN BERSAING (COMPETITIVE ADVANTAGE)

B.1 Cost Advantage (Keunggulan Biaya)

1. Menggunakan bahan baku yang dijual dengan 1 2 3 4 5

harga yang lebih rendah membuat usaha saya

unggul dalam biaya.

2. Memaksimalkan penggunaan bahan baku dalam 1 2 3 4 5

proses laundry membuat usaha saya unggul

dalam biaya.

B.2 Differentiation Advantage

3. Laundry saya memberikan hasil yang lebih 1 2 3 4 5

memuaskan dibandingkan dengan laundry

pesaing.

4. Saya menciptakan jenis laundry yang lain selain 1 2 3 4 5

pakaian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

LAMPIRAN 2

ANALISIS DESKRIPTIF KARAKTERISTIK RESPONDEN

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha


Jumlah
Kategori (tahun)
Nominal Persen (%)
< 2 Tahun 3 10
3 - 4 Tahun 14 47
5 -6 Tahun 7 23
> 7 Tahun 6 20
Total 30 100

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Kategori (tahun) Nominal Persen (%)

< 20 Tahun 0 0
21 - 30 Tahun 11 37
31 - 40 Tahun 15 50
> 41 Tahun 4 13
Total 30 100

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persen (%)
SLTA-SMA / Sederajat 13 43
Diploma 5 17
S1 11 37
S2 1 3
Total 30 100

Karakteristik Berdasarkan Jumlah Pegawai


Jumlah Pegawai Nominal Persen (%)
< 4 Orang 18 60
5 - 8 Orang 10 33
> 9 Orang 2 7
Total 30 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

LAMPIRAN 3

ANALISIS DESKRIPTIF JAWABAN RESPONDEN

Distribusi Jawaban Opportunity Focus


Sangat Kurang Sangat
Setuju Tidak
No Setuju Setuju Tidak Total
(4) Setuju (2)
Item (5) (3) Setuju (1)
F % F % F % F % F % F %
1 5 17 12 40 6 20 6 20 1 3 30 100
2 3 10 12 40 6 20 4 13 5 17 30 100
3 7 23 13 43 3 10 1 3 6 20 30 100
4 11 37 6 20 5 17 2 7 6 20 30 100

Distribusi Jawaban Proactiveness


Sangat Kurang Sangat
Setuju Tidak
No Setuju Setuju Tidak Total
(4) Setuju (2)
Item (5) (3) Setuju (1)
F % F % F % F % F % F %
1 6 20 3 10 14 47 6 20 1 3 30 100
2 6 20 4 13 15 50 5 17 0 0 30 100
3 11 37 3 10 9 30 2 7 5 17 30 100
4 7 23 2 7 11 37 2 7 8 27 30 100

Distribusi Jawaban Costumer Intensity


Sangat Kurang Sangat
Setuju Tidak
No Setuju Setuju Tidak Total
(4) Setuju (2)
Item (5) (3) Setuju (1)
F % F % F % F % F % F %
1 2 7 12 40 9 30 0 0 7 23 30 100
2 10 33 8 27 5 17 0 0 7 23 30 100
3 12 40 1 3 8 27 4 13 5 17 30 100
4 6 20 1 3 3 10 8 27 12 40 30 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

Distribusi Jawaban Risk Taking


Sangat Kurang Sangat
Setuju Tidak
No Setuju Setuju Tidak Total
(4) Setuju (2)
Item (5) (3) Setuju (1)
F % F % F % F % F % F %
1 5 7 12 40 9 30 0 0 7 23 30 100
2 10 33 8 27 5 17 0 0 7 23 30 100
3 12 40 0 0 9 30 1 3 8 27% 30 100
4 3 10 12 40 9 30 0 0 6 20% 30 100

Distribusi Jawaban Resource Leveraging


Sangat Kurang Sangat
Setuju Tidak
No Setuju Setuju Tidak Total
(4) Setuju (2)
Item (5) (3) Setuju (1)
F % F % F % F % F % F %
1 4 13 9 30 13 43 2 7 2 7 30 100
2 10 33 3 10 8 27 1 3 8 27 30 100
3 6 20 14 47 8 27 1 3 1 3 30 100
4 5 17 13 43 7 23 5 17 0 0 30 100

Distribusi Jawaban Value Creation


Sangat Kurang Sangat
Setuju Tidak
No Setuju Setuju Tidak Total
(4) Setuju (2)
Item (5) (3) Setuju (1)
F % F % F % F % F % F %
1 3 10 8 27 10 33 2 7 7 23 30 100
2 9 30 1 3 10 33 6 20 4 13 30 100
3 5 17 0 0 9 30 2 7 14 47 30 100
4 16 53 3 10 5 17 5 17 1 3 30 100

Distribusi Jawaban Innovation


Sangat Kurang Sangat
Setuju Tidak
No Setuju Setuju Tidak Total
(4) Setuju (2)
Item (5) (3) Setuju (1)
F % F % F % F % F % F %
1 18 60 9 30 3 10 0 0 0 0 30 100
2 7 23 6 20 6 20 6 20 5 17 30 100
3 17 57 6 20 2 7 1 3 4 13 30 100
4 2 7 7 23 9 30 2 7 10 33 30 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

Distribusi Jawaban Competitive Advantage


Sangat Kurang Sangat
Setuju Tidak
No Setuju Setuju Tidak Total
(4) Setuju (2)
Item (5) (3) Setuju (1)
F % F % F % F % F % F %
1 7 23 8 27 8 27 7 23 0 0 30 100
2 6 20 8 27 13 43 2 7 1 3 30 100
3 9 30 3 10 8 27 1 3 9 30 30 100
4 10 33 1 3 9 30 4 13 6 20 30 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


103

LAMPIRAN 4

DISTRIBUSI JAWABAN PERTANYAAN

DISTRIBUSI JAWABAN PERTANYAAN VARIABEL OPPORTUNITY


FOCUS (X1)
NO OPPORTUNITY FOCUS
TOTAL
RESP. Q1 Q2 Q3 Q4
1 5 4 5 5 19
2 4 4 4 3 15
3 4 5 5 5 19
4 3 3 3 5 14
5 4 3 4 4 15
6 4 5 4 5 18
7 4 4 5 4 17
8 5 5 5 5 20
9 4 4 4 3 15
10 2 2 1 1 6
11 4 4 4 4 16
12 2 1 2 2 7
13 2 2 1 1 6
14 5 4 5 5 19
15 4 4 4 3 15
16 2 3 1 4 10
17 3 3 3 5 14
18 2 2 1 1 6
19 4 4 4 4 16
20 3 1 4 1 9
21 1 1 1 2 5
22 5 4 5 5 19
23 4 4 4 3 15
24 2 2 1 5 10
25 3 1 4 1 9
26 3 3 3 5 14
27 4 3 4 4 15
28 5 4 5 5 19
29 4 4 4 3 15
30 3 1 4 1 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


104

DISTRIBUSI JAWABAN PERTANYAAN VARIABEL PROACTIVENESS


(X2)
NO PROACTIVENESS
TOTAL
RESP. Q1 Q2 Q3 Q4
1 5 5 5 5 20
2 3 3 3 3 12
3 3 3 3 1 10
4 5 5 5 5 20
5 2 3 2 1 8
6 3 3 5 5 16
7 4 4 5 1 14
8 2 3 2 2 9
9 3 3 3 3 12
10 2 2 1 3 8
11 3 3 3 3 12
12 1 2 1 2 6
13 2 2 1 3 8
14 5 5 5 5 20
15 3 3 3 3 12
16 3 3 5 1 12
17 5 5 5 5 20
18 2 2 1 3 8
19 3 3 3 3 12
20 3 5 4 1 13
21 3 3 5 1 12
22 4 4 5 5 18
23 3 3 3 3 12
24 2 2 1 3 8
25 3 3 3 1 10
26 5 5 5 5 20
27 3 3 5 1 12
28 4 4 4 4 16
29 3 3 3 3 12
30 5 4 4 4 17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


105

DISTRIBUSI JAWABAN PERTANYAAN VARIABEL COSTUMER


INTENSITY (X3)
NO COSTUMER INTENSITY
TOTAL
RESP. Q1 Q2 Q3 Q4
1 4 5 5 1 15
2 3 3 3 2 11
3 1 1 5 1 8
4 4 5 5 5 19
5 3 4 1 1 9
6 5 5 5 5 20
7 4 4 4 4 16
8 4 5 5 1 15
9 3 3 3 2 11
10 1 1 2 2 6
11 4 4 3 3 14
12 5 5 3 5 18
13 1 1 2 2 6
14 4 5 5 1 15
15 3 3 3 2 11
16 3 4 1 1 9
17 4 5 5 5 19
18 1 1 2 5 9
19 4 4 3 3 14
20 1 1 5 1 8
21 3 4 1 1 9
22 4 5 5 1 15
23 3 3 3 2 11
24 1 1 2 2 6
25 4 4 5 3 16
26 4 5 5 5 19
27 3 4 1 1 9
28 4 5 1 1 11
29 3 3 3 2 11
30 1 1 5 1 8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106

DISTRIBUSI JAWABAN PERTANYAAN VARIABEL RISK TAKING (X4)


NO RISK TAKING
TOTAL
RESP. Q1 Q2 Q3 Q4
1 3 5 1 4 13
2 3 3 3 3 12
3 4 4 5 4 17
4 5 5 5 4 19
5 1 4 1 3 9
6 1 1 5 5 12
7 2 4 1 4 11
8 5 5 5 5 20
9 3 3 3 3 12
10 1 2 3 1 7
11 1 3 3 4 11
12 5 5 5 5 20
13 1 2 3 1 7
14 3 5 5 4 17
15 3 3 3 3 12
16 3 4 1 3 11
17 5 5 5 4 19
18 1 2 3 1 7
19 1 3 3 4 11
20 1 1 1 1 4
21 1 4 1 3 9
22 3 5 5 4 17
23 3 3 2 3 11
24 1 2 3 1 7
25 1 5 1 1 8
26 5 5 5 4 19
27 1 4 1 3 9
28 3 5 5 4 17
29 3 3 5 3 14
30 4 3 5 4 16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


107

DISTRIBUSI JAWABAN PERTANYAAN VARIABEL RESOURCE


LEVERAGING (X5)
NO RESOURCE LEVERAGING
TOTAL
RESP. Q1 Q2 Q3 Q4
1 5 5 5 5 20
2 3 3 3 4 13
3 4 5 4 3 16
4 4 3 4 3 14
5 3 1 4 4 12
6 2 5 4 4 15
7 2 4 5 4 15
8 3 2 1 2 8
9 3 3 3 4 13
10 3 1 5 2 11
11 4 4 4 4 16
12 5 5 5 4 19
13 3 1 3 2 9
14 5 5 5 5 20
15 1 3 3 4 11
16 3 1 4 5 13
17 4 3 4 3 14
18 3 1 3 2 9
19 4 4 4 4 16
20 4 5 4 3 16
21 3 1 4 4 12
22 5 5 5 5 20
23 3 3 3 4 13
24 3 1 3 2 9
25 4 5 4 3 16
26 4 3 4 3 14
27 3 1 4 4 12
28 1 5 2 5 13
29 3 3 3 4 13
30 4 5 4 3 16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


108

DISTRIBUSI JAWABAN PERTANYAAN VALUE CREATION (X6)


NO VALUE CREATION
TOTAL
RESP. Q1 Q2 Q3 Q4
1 2 3 3 2 10
2 3 3 3 1 10
3 5 5 5 5 20
4 4 2 5 5 16
5 3 1 5 3 12
6 5 5 1 4 15
7 4 4 2 5 15
8 4 5 5 5 19
9 3 3 3 5 14
10 1 2 1 2 6
11 4 3 1 4 12
12 5 3 5 5 18
13 1 2 1 2 6
14 p2 2 3 2 9
15 3 3 3 5 14
16 3 1 1 3 8
17 3 3 2 3 11
18 1 2 1 2 6
19 4 3 1 4 12
20 1 5 1 5 12
21 3 1 1 3 8
22 4 5 3 5 17
23 3 3 3 5 14
24 1 2 1 5 9
25 1 5 1 5 12
26 4 5 1 5 15
27 3 1 1 3 8
28 4 5 3 5 17
29 3 3 3 5 14
30 1 5 1 5 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


109

DISTRIBUSI JAWABAN PERTANYAAN INNOVATION (X7)


NO INNOVATION
TOTAL
RESP. Q1 Q2 Q3 Q4
1 5 5 5 4 19
2 4 3 5 3 15
3 5 4 5 1 15
4 5 1 5 4 15
5 4 1 1 3 9
6 5 1 3 5 14
7 5 2 4 4 15
8 5 5 5 4 19
9 4 3 5 3 15
10 5 2 4 1 12
11 5 4 4 4 17
12 3 3 3 2 11
13 5 2 4 1 12
14 3 5 5 4 17
15 4 3 5 3 15
16 4 1 1 3 9
17 5 5 5 4 19
18 5 2 5 1 13
19 5 4 4 4 17
20 5 4 5 1 15
21 4 1 1 3 9
22 3 2 2 2 9
23 4 3 5 3 15
24 5 2 4 1 12
25 5 4 5 5 19
26 5 5 5 4 19
27 4 3 1 3 11
28 5 5 5 4 19
29 4 3 5 3 15
30 5 4 5 1 15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


110

DISTRIBUSI JAWABAN PERTANYAAN COMPETITIVE ADVANTAGE


(Y)
NO COMPETITIVE ADVANTAGE
TOTAL
RESP. Q1 Q2 Q3 Q4
1 5 5 5 5 20
2 4 3 3 3 13
3 2 3 2 3 10
4 5 4 3 5 17
5 3 3 1 1 8
6 3 2 5 5 15
7 2 2 4 4 12
8 5 5 5 5 20
9 4 3 3 3 13
10 2 3 1 2 8
11 3 4 4 3 14
12 2 3 1 3 9
13 2 3 1 2 8
14 5 5 5 5 20
15 4 3 3 3 13
16 3 5 1 1 10
17 5 4 3 5 17
18 2 3 1 2 8
19 3 4 4 3 14
20 4 4 5 1 14
21 3 1 1 1 6
22 3 5 5 5 18
23 4 3 3 3 13
24 2 3 1 2 8
25 4 4 5 5 18
26 5 4 3 5 17
27 3 3 1 1 8
28 5 5 5 1 16
29 4 3 3 3 13
30 4 4 5 5 18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


111

LAMPIRAN 5

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Uji Validitas
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if
Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted
Item Deleted Correlation Deleted
ITEM_1 90.53 964.809 .786 .950
ITEM_2 92.00 979.241 .646 .951
ITEM_3 90.60 964.938 .688 .951
ITEM_4 91.60 1001.007 .421 .953
ITEM_5 90.80 984.510 .525 .952
ITEM_6 92.13 990.051 .670 .951
ITEM_7 90.83 966.420 .661 .951
ITEM_8 91.47 1001.706 .401 .953
ITEM_9 90.77 984.047 .534 .952
ITEM_10 90.77 974.116 .696 .951
ITEM_11 91.97 980.585 .637 .952
ITEM_12 91.43 997.151 .537 .952
ITEM_13 91.97 997.895 .513 .952
ITEM_14 90.70 973.252 .735 .951
ITEM_15 90.57 960.254 .789 .950
ITEM_16 90.70 974.700 .656 .951
ITEM_17 92.00 988.759 .604 .952
ITEM_18 90.80 976.786 .681 .951
ITEM_19 91.60 1001.007 .421 .953
ITEM_20 92.10 988.231 .670 .951
ITEM_21 90.53 964.809 .786 .950
ITEM_22 91.73 1006.823 .363 .954
ITEM_23 90.47 966.120 .711 .951
ITEM_24 91.47 1001.706 .401 .953
ITEM_25 90.57 960.254 .789 .950
ITEM_26 90.77 974.116 .696 .951
ITEM_27 90.33 974.368 .643 .951
ITEM_28 90.60 964.938 .688 .951
ITEM_29 90.63 991.964 .467 .953

ITEM_30 90.53 985.982 .524 .952

ITEM_31 90.47 968.326 .708 .951

ITEM_32 91.60 990.041 .485 .953

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


112

Uji Reliabilitas
Reliability Statistic
Cronbach's
N of Items
Alpha
.953 32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


113

LAMPIRAN 6

UJI ASUMSI KLASIK

Uji Normalitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


114

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 30
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .48970356
Most Extreme Differences Absolute .175
Positive .175
Negative -.107
Kolmogorov-Smirnov Z .957
Asymp. Sig. (2-tailed) .319

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Uji Heterokedastisitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


115

Uji Multikolineritas

Coefficientsa
Collinearity
Model Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Opportunity Focus (X1) .495 2.022
Proactive (X2) .396 2.522
Customer Intensity (X3) .457 2.191
Risk Taking (X4) .364 2.749
Resource Leveraging (X5) .630 1.587
Value Creation (X6) .348 2.870
Innovation (X7) .673 1.486
a. Dependent Variable: Competitive Advantage (Y)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


116

LAMPIRAN 7

ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std.
B Error Beta

(Constant) -1.390 .630 -2.208 .038

Opportunity Focus (X1) .075 .128 .083 .589 .562

Proactive (X2) .329 .156 .331 2.109 .047

Customer Intensity (X3) .038 .145 .038 .261 .796

Risk Taking (X4) .075 .153 .080 .488 .630

Resource Leveraging (X5) .203 .162 .156 1.253 .223

Value Creation (X6) .057 .182 .052 .312 .758

Innovation (X7) .592 .156 .457 3.797 .001

a. Dependent Variable: Competitive Advantage (Y)

R Square
Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square
Square the Estimate

1 .886a .785 .717 .56224

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


117

LAMPIRAN 8

UJI HIPOTESIS

Uji Pengaruh Serempak (Uji-F)


ANOVAb

Sum of
Model df Mean Square F Sig.
Squares

1 Regression 25.412 7 3.630 11.484 .000a

Residual 6.954 22 .316

Total 32.367 29

a. Predictors: (Constant), Innovation (X7), Resource Leveraging (X5), Value Creation (X6),
Proactive (X2), Opportunity Focus (X1), Customer Intensity (X3), Risk Taking (X4)
b. Dependent Variable: Competitive Advantage (Y)

Uji Pengaruh Parsial (Uji-T)

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std.
B Error Beta
(Constant) -1.390 .630 -2.208 .038
Opportunity Focus (X1) .075 .128 .083 .589 .562
Proactive (X2) .329 .156 .331 2.109 .047
Customer Intensity (X3) .038 .145 .038 .261 .796
Risk Taking (X4) .075 .153 .080 .488 .630
Resource Leveraging (X5) .203 .162 .156 1.253 .223
Value Creation (X6) .057 .182 .052 .312 .758
Innovation (X7) .592 .156 .457 3.797 .001

a. Dependent Variable: Competitive Advantage (Y)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai