SKRIPSI
Oleh:
Jamaluddin Asgaff
1642520118
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh likuiditas, leverage, dan
intensitas aset tetap terhadap agresivitas pajak. Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2018. Sampel dipilih dengan menggunakan
metode purposive sampling. Total sampel yang digunakan berjumlah 26
perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang
diolah menggunakan SPSS versi 25. Hasil penelitian menunjukkan secara
simultan likuiditas, leverage, dan intensitas aset tetap berpengaruh signifikas
terhadap agresivitas pajak. Secara parsial, likuiditas dengan nilai signifikan
sebesar 0,001 dan leverage dengan nilai signifikan sebesar 0,003 berpengaruh
signifikan dengan arah negatif terhadap agresivitas pajak . Sedangkan intensitas
aset tetap dengan nilai signifikan sebesar 0,761 tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap agresivitas pajak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
membantu manajemen agar lebih optimal dalam mengelolah tingkat likuiditas dan
leverage dalam melakukan tindakan agresivitas pajak.
v
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of liquidity, leverage, and fixed assets on
tax aggressiveness. The population in this study was manufacturing companies in
the consumer goods industry sector listed on the Indonesia Stock Exchange in
2015-2018. Samples were selected by purposive sampling method. The total
sample used was 26 companies. The analytical method used was multiple linear
regression which was processed using SPSS version 25. The results showed that
simultaneous liquidity, leverage, and fixed assets intensity continue to have a
significant effect on tax aggressiveness. Partially, liquidity with a significant value
of 0.001 and leverage with a significant value of 0.003 have a significant effect
with a negative direction on tax aggressiveness. On the other hand the intensity of
fixed assets with a significant value of 0.761 did not have a significant effect on
tax aggressiveness. The results of this study were expected to help management to
be more optimum in managing the level of liquidity and leverage in carrying out
tax aggressiveness actions.
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
Skripsi ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Malang. Selain itu, tujuan dari penulisan
dukungan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis
3. Ibu Dr. Dra. Kurnia Ekasari, MM., Ak., CA., CSRS., CSRA selaku Ketua
4. Ibu Elvyra Handayani S, SE., MSA., AK., CA selaku Ketua Program Studi
vii
5. Ibu Widi Dwi Ernawati, SE., MSA., Ak., CA., BKP selaku Dosen
6. Bapak Drs. Futuh Handoyo, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Bahasa Inggris
7. Bapak dan Ibu staf pengajar dan staf administrasi Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Malang yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
8. Ibu, bapak, dan keluarga tercinta yang terus memberikan semangat, saran dan
9. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu -persatu yang telah
skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena
adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karenanya,
semua kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan
senang hati. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
Jamaluddin Asgaff
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ix
3.7Teknik Analisis Data ........................................................................... 27
3.7.1 Statistik Deskriptif ...................................................................... 27
3.7.2 Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 27
3.7.3 Analisis Regresi ......................................................................... 29
3.7.4 Uji Hipotesis ............................................................................... 30
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Gambaran Umum Perusahaan dan Data Penelitian ............................. 32
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan .................................................... 32
4.1.2 Data Penelitian ........................................................................... 34
4.2Hasil Analisis ....................................................................................... 36
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ........................................................ 36
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 37
4.2.3 Analisis Regresi Berganda .......................................................... 41
4.2.4 Pengujian Hipotesis ..................................................................... 42
4.3Pembahasan .......................................................................................... 46
4.3.1 Pengaruh Likuiditas Terhadap Tingkat Agresivitas Pajak .......... 46
4.3.2 Pengaruh Leverage Terhadap Tingkat Agresivitas Pajak ........... 48
4.3.3 Pengaruh Intensitas Aset Tetap Terhadap Tingkat Agresivitas
Pajak ............................................................................................ 49
4.3.4 Pengaruh Likuiditas, Leverage, Intensitas Aset Tetap Secara
Bersama-sama Terhadap Tingkat Agresivitas Pajak .................. 51
4.4Aspek Manajerial ................................................................................. 51
BAB V PENUTUP
5.1Simpulan .............................................................................................. 53
5.2Saran .................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
negara. Pajak digunakan sebagai sumber dana pembangunan dan kegiatan lain
yang sedang dijalankan oleh pemerintah. Pembangunan dan kegiatan lain yang
ketentuan yang berlaku dalam pajak. Pemungutan pajak bersifat memaksa sesuai
dengan ketentuan undang-undang yang berlaku dan wajib dibayar oleh masyarakat
sebagai salah satu kontribusi penyediaan dana bagi pemerintah. Berdasarkan pasal
1 UU No.16 Tahun 2009 pajak adalah kontribusi wajib yang dilakukan oleh badan
atau orang pribadi untuk negara, bersifat memaksa yang ketentuannya didasarkan
Sebagai sumber dana yang besar bagi pemerintah, penerimaan pajak harus
Penerimaan pajak harus mampu mencapai tingkat yang maksimal karena hasil
1
2
pada tahun 2017 yang terealisasi sebesar Rp 1.339,8 triliun atau 91% dari APBN,
hal ini menjadi bukti bahwa pajak menjadi perhatian utama sebagai pendapatan
negara. Namun perusahaan memiliki sudut pandang lain akan hal tersebut.
pajak sebagai suatu beban. Perusahaan akan melakukan berbagai cara untuk
pajak.
tarif pajak dengan laba yang diperoleh perusahaan. Menurut PSAK 46 laba
perusahaan dibagi menjadi laba fiskal dan laba akuntansi. Perbedaan perhitungan
laba akuntansi dan laba fiscal menjadi salah satu celah yang dimanfaatkan untuk
menghindari pembayaran pajak. Hal inilah yang menjadi dasar perusahaan untuk
celah dan cara yang digunakan oleh perusahaan, maka perusahaan tersebut
dianggap agresif.
dalam dunia bisnis. Agresivitas pajak merupakan suatu tindakan yang digunakan
untuk memanipulasi nilai pendapatan kena pajak, baik secara legal (tax
undang-udang yang berlaku atau disebut ilegal. Tindakan manajerial pun dibuat
Pajak menjadi salah satu kewajiban jangka pendek yang wajib dilunasi
hutang jangka pendeknya dapat diketahui dari tingkat likuiditas yang dimiliki.
Semakin tinggi tingkat likuiditas yang dimiliki perusahaan maka kondisi arus kas
lancar perusahaan dalam kondisi yang baik dan siap untuk membayar hutang
likuiditas yang dimiliki perusahaan sedang berada dalam tingkat yang tinggi. Saat
berasal dari modal pinjaman. Saat perusahaan mempunyai sumber pinjaman yang
tinggi maka akan menghasilkan beban bunga yang dapat mengurangi laba,
sehingga beban pajak dalam satu periode bisa berkurang. Perusahaan dapat
dengan perusahaan, maka perusahaan akan menjaga kondisi labanya tetap stabil
ataupun lebih tinggi dikarenakan para kreditur akan lebih mengawasi perusahaan
4
leverage yang tinggi tidak akan agresif dalam perpajakannya karena diharapkan
kepemilikan aset tetap suatu perusahaan dibandingkan dengan total aset. Intensitas
tetap yang tinggi akan menghasilkan biaya penyusutan yang besar, sehingga
mengurangi laba yang dimiliki perusahaan. Sehingga tingginya jumlah aset tetap
yang mempunyai intensitas aset tetap tinggi cenderung membayar pajak yang
lebih rendah karena adanya biaya penyusutan yang melekat dalam aset tersebut
Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dijelaskan diatas maka judul
berikut :
perusahaan ?
5
konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2015 sampai tahun 2018, sehingga hasil
leverage, dan intensitas aset tetap. Sedangkan untuk variabel dependen adalah
agresivitas pajak.
perusahaan.
perusahaan.
pajak perusahaan.
1. Bagi Perusahaan
3. Bagi Mahasiswa
pemahaman lebih lanjut tentang teori yang didapat selama kuliah, sehingga
keuangan.
Penjelasan istilah atau kata-kata yang mempunyai arti khusus dalam judul
memanipulasi nilai pendapatan kena pajak, baik secara legal (tax avoidance)
2018,p. 80).
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1.1 Pajak
diperoleh negara dari sektor dalam negeri. Berdasarkan pasal 1 UU No.16 Tahun
2009 Pajak diartikan sebagai pembayaran wajib oleh badan ataupun orang pribadi
kepada negara yang diatur dalam peraturan perpajakan, yang memiliki sifat
memaksa tanpa adanya imbalan secara langsung dan hasilnya dimanfaatkan untuk
kemakmuran rakyat”.
Terdapat beberapa pendapat yang dijelaskan oleh para ahli tentang pajak
negara dan sebagai sumber utama public Investment serta dimanfaatkan sebagai
public saving”.
diatur dalam peraturan yang dibuat pemerintah dan bersifat memaksa, tanpa
adanya imbalan secara langsung yang diberikan negara dan hasilnya dipergunakan
8
9
Menurut Feldmann dalam Resmi (2017,p. 1): “Pajaka dalah suatu hutang
ditetapkan bersama ), tidak ada keuntungan secara langsung yang didapat dan
warga negara atau wajib pajak kepada negaranya yang dipaksa oleh aturan sebagai
yang pembayar.
1. Fungsi Budgeter
besar. Oleh karena itu pajak menjadi salah satu sumber pendapatan bagi
negara.
2. Fungsi Regulasi
untuk menghindari dampak negatif dari hal ini. Misalnya, pemerintah menarik
pajak dari para pengusaha untuk membangun tempat pengolahan limbah atau
3. Fungsi Stabilisasi
4. Fungsi Alokasi
barang yang dibutuhkan oleh banyak orang. Sementara itu untuk memasang
mungkin menarik dana kepada setiap kendaraan yang melintas karena terlalu
banyak dan memakan waktu yang lama. Oleh karena itu pajak memiliki fungsi
5. Fungsi Distribusi
membayar pajak yang lebih tinggi pula. Hasilnya nanti digunakan untuk
Kegiatan agresif terhadap pajak menjadi hal yang sudah biasa dijalankan
dalam dunia bisnis. Kegiatan ini disebut tindakan Agresivitas pajak atau kegiatan
merupakan isu yang jarang didengar oleh masyarakat, tapi hal ini terjadi hampir
beban pajak dari biaya yang sudah diperhitungkan, atau bisa juga disebut usaha
celah yang ada maka perusahaan diyakini telah agresif terhadap beban pajaknya
yang dibayarkan, sehingga deviden untuk pemilik modal menjadi lebih besar.
Kedua, para pemilik saham memberikan bonus untuk manager atas tindakan yang
didapat adalah perusahaan mendapat sanksi dari berupa denda dari kantor pajak
dan Martani (2010) mengungkapkan agresivitas pajak bisa dihitung dengan book-
efektif (ETR), tax planning, serta tarif pajak efektif kas (CETR). Anita (2015)
menggunakan CETR (cash effective tax rate) untuk menilai agresivitas pajak yang
12
bayarkan perusahaan berdasarkan total laba sebelum pajak. Selain itu, naik
dilakukan perusahaan.
2.1.3 Likuiditas
menjual dan membeli aset dengan gesit (Adisamartha dan Noviari, 2015).
perusahaan berada pada titik yang baik sehingga sanggup melunasi hutang jangka
tidak mampu melunasi hutangnya yang jatuh tempo (Tiaras dan Wijaya, 2015).
Perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi ditandai dengan peredaran arus kas
Menurut Kasmir (2019,p. 110), ada beberapa cara untuk mengukur tingkat
likuiditas yaitu :
1. Rasio lancar (current ratio) adalah rasio yang dipakai untuk menilai mampu
2. Rasio cair atau quick ratio merupakan rasio yang memperlihatkan potensi
suatu industri dalam melunasi hutang jangka pendek menggunakan aset lancar
3. Cash turn over (rasio perputaran kas) adalah rasio yang dipakai untuk
5. Rasio kas, rasio ini dimanfaatkan utuk mengukur seberapa besar ketersediaan
2.1.4 Leverage
kepada pihak luar untuk mendanai asetnya mempunyai rasio leverage yang tinggi
transaksi masa lalu dan harus dilunasi saat jatuh tempo diperiode mendatang.
pajak yang dilakukan perusahaan akan kecil, hal ini disebabkan adanya beban
bunga yang timbul atas hutang tersebut. Dengan beban bunga yang harus dibayar
14
kecil sehingga bisa meminimalisir pajak yang perlu dibayar oleh perusahaan.
penting, yaitu:
2. Ekuitas atau dana dari pemegang saham dijadikan pedoman batas aman bagi
kreditor, semakin besar modal dari para pemilik modal, semakin kecil dampak
dari aktiva perusahaan yang diterima lebih tinggi dari beban bunga yang
dibayar.
Dalam Kasmir (2019,p. 112), debt ratio dihitung dengan membagi seluruh
hutang perusahaan dengan total asetnya. Dengan kata lain, untuk menilai
seberapa banyak aset perusahaan dibiayai oleh hutang, atau seberapa besar
Menurut Kasmir (2019,p. 112), DER adalah rasio yang dimanfaatkan untuk
membagi total likuiditas dengan total ekuitas. DER berfungsi untuk melihat
total dana perusahaan yang didapat dari kreditor. Sehingga dapat diambil
15
yang ada dalam perusahaan. Nilai debt ratio didapat dengan membandingkan total
memiliki dua jenis aset yaitu aset tetap dan aset lancar. Aset perusahaan yang
memiliki nilai manfaat selama satu tahun dalam siklus kegiatan normal disebut
aset lancar, sedangkan aktiva perusahaan yang mempunyai nilai manfaat lebih
dari satu tahun disebut aset tetap (Savitri, 2017). Aktiva tetap adalah komponen
aktiva yang mempunyai nilai terbesar dalam laporan posisi keuangan perusahaan.
Aset ini digunakan untuk kegiatan produksi, penyiapan baranggatau jasa dan bisa
untuk disewakan ke orang lain yang diharapkan dapat memberi manfaat lebih dari
satu tahun.
Intensitas aset tetapa dalah rasio yang menunjukkan sebesara besar aktiva
tetap yang ada dalam perusahaan dibanding total asetnya ( Adisamartha dan
komposisi aset tetap yang dimiliki besar, karena terdapat biaya yang dapat
mengurangi laba yaitu biaya penyusutan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa aset
16
tetap berkontribusi atas pengurangan pajak yang perlu dibayar oleh perusahaan
dikarenakan ada beban penyusutan yang terdapat dalam aktiva tetap tersebut.
intensitas aset tetap rendah memiliki biaya pajak yang tinggi. Sehingga
perusahaan dengan intensitas aset tetap tinggi melakukan pembayaran pajak yang
lebih kecil karena terdapat biaya penyusutan yang melekat untuk mengurangi laba.
Pernyataan ini didukung oleh penelitian Adisamartha dan Noviari (2015) yang
menjelaskan bahwa beban pajak dapat dipengaruhi oleh intensitas aset tetap
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
Likuiditas
(X1) H1
Leverage
(X2)
Agresivitas
H2 Pajak
(Y)
Intensitas H3
Aset Tetap
(X3)
Ket : = Parsial H4
= Simultan
2.4 Hipotesis
Mengacu pada riset sebelumnya dan dasar teori yang sudah dijabarkan
diatas, maka hipotesis yang ada dalam penelitian ini adalahhsebagai berikut.
tingkat likuiditas yang tinggi. Perusahaan yang memperoleh modal besar diikuti
dengan kenaikan laba yang besar. Kenaikan ini nantinya dimanfaatkan untuk
menambah jumlah aset lancar. Perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi akan
melancarkan segala cara untuk memperkecil laba untuk menghindari biaya pajak
yang tinggi.
20
Hutang perusahaan timbul dari adanya transaksi masa lalu. Tingkat hutang
yang besar akan menyebabkan pajak yang perlu dibayarkan perusahaan mengecil
dikarenakan adanya beban bunga yang melekat pada hutang tersebut. Hal ini akan
leverage yang semakin tinggi menimbulkan semakin banyak celah yang dapat
dimanfaatkan.
diatas, maka hipotesis kedua yang bisa ditulis dalam penelitian ini sebagai berikut:
Intensitas aset tetap perusahaan bisa mempengaruhi biaya pajak yang perlu
uang perusahaan untuk membeli aset tetap. Menurut Rodigiez dan Arias (2013)
beban penyusutan yang ada dalam aset tetap dapat digunakan oleh perusahaan
yang memiliki tingkat aset tetap besar cenderung membayar pajak lebih sedikit.
21
berikut:
Agresivitas Pajak
dipengaruhi oleh tingkat likuiditas. Semakin tinggi tingkat likuiditas yang dimiliki
akan agresif terhadap pajaknya saat mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi,
peminjaman uang kepada kreditur. Selain itu intensitas aset tetap juga
intensitas aset tetap yang dimiliki tinggi maka beban pajak yang perlu dibayar
akan berkurang, hal ini disebabkan karena adanya beban penyusutan yang melekat
Agresivitas Pajak.
BAB III
METODE PENELITIAN
industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI ( Bursa Efek Indonesia ) untuk
periode 2015 – 2018. Nama-nama perusahaan yang menjadi objek penelitian bisa
dilihat pada lampiran 1. Pemilihan objek penelitian pada sektor ini didasarkan atas
barang konsumsi. Karena barang yang dihasilkan dalam sektor ini merupakan
barang kebutuhan sehari-sehari, sehingga secara tidak langsung sektor ini menjadi
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan wilayah umum yang terbentuk dari objek atau subjek,
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
22
23
dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2015 – 2018. Pemilihan periode 4 tahun
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
berikut ini :
24
Tabel 3.1
Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah
1 Populasi 54
2 Kriteria :
Data yang dipakai dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data
sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh melalui media perantara. Data
sekunder yang digunakan yaitu berupa laporan keuangan tahun 2015 – 2018,
Data ini didapat dari situs BEI yaitu www.idx.co.id, dan data dokumenter yang
pengumpulan data dengan melihat dan mengelola data-data sekunder yang didapat
dari website BEI yaitu laporan keuangan perusahaan yang terpilih sebagai sampel
mengkaji, menelaah berbagai sumber seperti buku, jurnal dan sumber lain yang
atribut atau nilai dari objek yang terdapat dalam penelitian dan mempunyai
kriteria tertentu yang sudah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
diambil kesimpulannya”.
1. Variabel Independen
Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas
penelitian ini variabel independen (X) yang diteliti adalah likuiditas, leverage,
2. Variabel Dependen
Variabel ini biasa disebut sebagai variabel kriteria, output, konsekuen. Dalam
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas (Sugiyono, 2015, p. 39). Variabel dependen (Y) yang diteliti
1. Likuiditas
kewajiban jangka pendek (Suyanto dan Supramono, 2012). Dalam penelitian ini
kemampuan perusahaan dalam jangka pendek. hal ini dapat diukur dengan
Likuiditas =
1. Leverage
kewajiban dan total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio leverage,
semakin tinggi pula proporsi aset yang berasal dari pembiayaan pihak luar
Leverage =
perusahaan dibandingkan dengan total aset yang dimiliki. Intensitas Aset Tetap
diperoleh dengan membandingkan total aset tetap dan total asset (Darmadi, 2013
3. Agresivitas Pajak
kena pajak yang sudah direncanakan melalui tindakan perencanaan pajak baik
Berdasarkan lima alat ukur yang dibahas dalam Hidayanti (2013) peneliti memilih
pembayaran pajak yang dilakukan perusahaan atas laba perusahaan sebelum pajak
penghasilan.
CETR =
dependen yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar
deviasi. Statistik deskripsi dalam penelitian ini menggunakan alat bantu SPSS.
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah data layak untuk
dianalisis, karena tidak semua data bisa dianalisi regresi. Penelitian ini
menggunakan empat asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, uji
1. Uji Normalitas
dihasilkan terdistribusi normal atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji
a. Jika nilai signifikan < 0,05 maka dapat disimpulkan data terdistribusi tidak
normal.
b. Jika nilai signifikan > 0,05 maka dapat disimpulkan data terdistribusi
normal.
2. Uji Multikolinieritas
nilai tolerance < 0,1 atau VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas. Sedangkan
jika nilai tolerance > 0,1 atau VIF < 10 maka tidak terjadi gejala
multikolinieritas.
3. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi linear ada korelasi
periode sebelumnya (Gunawan, 2018,p. 141). Salah satu cara untuk menguji
nilai hitung dengan nilai table Durbin-Watson untuk mendapatkan batas bawah
α = 0,05. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka tidak terjadi autokorelasi.
29
4. Uji heteroskedastisitas.
gambar scatter plot, menurut Gunawan (2018,p. 157) suatu regresi tidak terjadi
heteroskedastisitas apabila:
regresi linear berganda karena terdapat lebih dari satu variabel independen. Model
Y : Agresivitas Pajak
α : konstanta
menunjukkan hubungan yang posifit, artinya semakin tinggi nilai variabel X maka
30
semakin tinggi pula nilai variabel Y. Sedangkan koefisien regresi bernilai negatif
artinya semakin tinggi nilai variabel X maka semakin rendah nilai variabel Y.
dan satu. Jika Koefisien determinasi (R2) = 0 maka tidak ada hubungan antara
Uji t digunakan untuk melihat signifikan dari pengaruh individu setiap variabel
signifikan sebesar 0,05 atau 5%. Menurut Gunawan (2018,p. 207) untuk
Apabila thitung > ttable dan signifikansi < 0,05, maka dapat diambil
Apabila thitung < ttabel dan signifikansi > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan
dependen atau variabel terikat. Menurut Gunawan (2018,p. 208) untuk melihat
Apabila Fhitung > Ftable dan signifikansi < 0,05, maka dapat diambil
Apabila Fhitung < Ftabel dan signifikansi > 0,05, maka dapat diambil
dependen.
BAB IV
Sektor industri barang komsumsi adalah salah satu dari sektor perusahaan
manufaktur yang tergabung di BEI (Bursa Efek Indonesia). Sektor ini merupakan
ini berjalan lebih cepat dari pada sektor lain. Sektor ini dibagi menjadi 5 bagian
yaitu sub sektor farmasi, rokok, peralatan rumah tangga, kosmetik dan barang
rumah tangga, serta yang terakhir sub sektor makanan dan minuman. Para
investor masih menjadikan sektor industri barang konsumsi pilihan utama untuk
menginvestasikan uang mereka. Karena produk yang dijual pada sektor ini
32
33
Tabel 4.1
Lokasi Status
No Kode Nama Perusahaan Kantor Bidang Usaha
Kepemilikan
Pusat
PT. Akasha Wira Kosmetik dan
1 ADES Jakarta Swasta Alat Rumah
Internasional Tbk
Tangga
2 BUDI PT. Budi Starch & Jakarta Swasta Makanan dan
Sweetener Tbk Minuman
3 CEKA PT. Wilmar Cahaya Bekasi Swasta Makanan dan
Indonesia Tbk Minuman
4 CINT PT. Chitose Cimahi Swasta Perabotan
Internasional Tbk Rumah
5 DLTA PT. Delta Djakarta Bekasi Swasta Makanan dan
Tbk Selatan Minuman
6 DVLA PT. Darya-Varia Jakarta Swasta Farmasi
Laboratoria Tbk
7 GGRM PT. Gudang Garam Kediri Swasta Rokok
Tbk
8 HMSP PT. HM Surabaya Swasta Rokok
Sampoerna Tbk
PT. Indofood CBP Makanan dan
9 ICBP Sukses Makmur Jakarta Swasta
Tbk
Minuman
PT. Indofood Makanan dan
10 INDF Sukses Makmur Jakarta Swasta
Tbk
Minuman
11 KAEF PT. Kimia Farma Jakarta BUMN Farmasi
(Persero) Tbk
PT. Kino Indonesia Kosmetik dan
12 KINO Tangerang Swasta Alat Rumah
Tbk
Tangga
13 KLBF PT. Kalbe Farma Jakarta Swasta Farmasi
Tbk
14 MERK PT. Merck Tbk Jakarta Swasta Farmasi
15 MLBI PT. Multi Bintang Jakarta Swasta Makanan dan
Indonesia Tbk Minuman
16 MYOR PT. Mayora Indah Jakarta Swasta Makanan dan
Tbk Minuman
17 PYFA PT. Pyridam Farma Jakarta Swasta Farmasi
Tbk
PT. Nippon Makanan dan
18 ROTI Indosari Corpindo Bekasi Swasta
Tbk
Minuman
19 SKBM PT. Sekar Bumi Jakarta Swasta Makanan dan
Tbk Minuman
20 SKLT PT. Sekar Laut Tbk Surabaya Swasta Makanan dan
Minuman
34
Lokasi Status
No Kode Nama Perusahaan Kantor Bidang Usaha
Kepemilikan
Pusat
21 STTP PT. Siantar Top Sidoarjo Swasta Makanan dan
Tbk Minuman
PT. Mandom Kosmetik dan
22 TCID Jakarta Swasta Alat Rumah
Indonesia Tbk
Tangga
23 TSPC PT. Tempo Scan Jakarta Swasta Farmasi
Pacific Tbk
24 ULTJ PT. Ultra Jaya Milk Bandung Swasta Makanan dan
Industry Tbk Minuman
PT Unilever Kosmetik dan
25 UNVR Tangerang Swasta Alat Rumah
Indonesia Tbk
Tangga
26 WIIM PT Wismilak Inti Surabaya Swasta Rokok
Makmur Tbk
Sumber :ICMD BEI, diolah, 2020
variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel terikat yang
digunakan pada penelitian ini yaitu variabel agresivitas pajak, sedangkan untuk
variabel bebasnya meliputi likuditas, leverage, dan intensitas aset tetap. Gambaran
pembayaran pajak penghasilan dengan profit before tax, data tersebut bisa
periode 2015-2018 dari perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian bisa
a. Likuiditas
didapat dengan membagi semua aset lancar perusahaan dan total hutang
b. Leverage
yang ada dalam penelitian ini. Leverage dihitung menggunakan nilai Debt
Ratio yang mana dicari dengan membagi total hutang dan total seluruh
dalam lampiran 4.
36
minimal, nilai maksimal, nilai rata-rata serta standar deviasi dari setiap variabel
yang diteliti. Berikut adalah tabel hasil descriptive statistic analysis menggunakan
Tabel 4.2
Merujuk pada hasil tabel 8, yaitu tabel statistik deskriptif dapat diketahui
bahwa :
1. Likuditas menjadi salah satu variabel bebas atau (X1) mempunyai nilai
minimum sebesar 0,58 dan nilai maksimal sebesar 8,64. Mempunyai nilai
minimal dan maksimal masing-masing sebesar 0,14 dan 0,73. Nilai rata-rata
3. Intensitas aset tetap atau X3 memiliki nilai minimal dan maksimal sebesar
0,06 dan 0,67. Mempunyai nilai rata-rata sebesar 0,35 serta nilai standar
4. Agresivitas pajak yang merupakan salah satunya variabel terikat atau (Y)
memiliki angka minimum dan maksimal sebesar 0,07 dan 1,51. Kemudian
nilai mean sebesar 0,30 dan dengan standar deviasi sebesar 0,21.
1. Uji Normalitas
Data tersebar secara normal atau tidak bisa dilihat dengan melakukan uji
normalitas. Pada analisis regresi linier berganda diharapkan data dapat terdistibusi
normal. Agar bisa melihat apakah data sampel penelitian tersebar normal atau
tidak, maka penelitian ini memakai uji One Sample Kormogorov-Smirnov Test
dengan signifikan sebesar 5%. Berikut hasil uji normalitas dengan total data
Tabel 4.3
tailed) sebesar 0,000. Berdasarkan nilai tersebut bisa disimpulkan bahwa data
tidak tersebar normal disebabkan nilai siginifikan atau Asymp. Sig (2-tailed)
outlier dan menghapus data yang menyimpang. Berikut merupakan hasil uji KS
Tabel 4.4
tailed) yang didapat sebesar 0,200. Dari hasil uji dapat diketahui bahwa seluruh
data variabel dependen dan independen sudah tersebar secara normal dikarenakan
2. Uji Multikolinieritas
korelasi tiap variabel bebas (independen) pada model regresi. Pada uji
Nilai tolerance atau VIF digunakan untuk melihat ada tidaknya gejala
multikolinieritas. Jika nilai tolerance berada diatas 0,1 atau VIF tidak lebih dari
10, maka tidak terdapat gejala multikolinieritas. Berikut merupakan hasil uji
multikolinieritas.
39
Tabel 4.5
diatas 0,1 dan nilai VIF tidak lebih dari 10. Oleh karena itu dapat daimbil
kesimpulan bahwa varibel independen dalam model regresi pada penelitian ini
terpenuhi.
3. Uji Autokorelasi
Tabel 4.6
Model Summary
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
1 ,349 ,122 ,091 ,08925 2,020
Sumber : Lampiran 6, diolah, 2020
Melihat tabel 4.6 diketahu bahwa nilai DW sebesar 2,020. Menurut tabel
D-W dengan signifikan sebesar 5% dan total predictors sebanyak 3 buah (k=3)
serta sampel sebanyak 90 (n=90), maka didapat du sebesar 1,7264 dan (4-du)
40
sebesar 2,2736 sehingga persamaan du < DW < 4-du terpenuhi yaitu 1,7264 <
2,020 < 2,2736. sehingga disimpulkan dalam penelitian ini tidak terjadi gejala
autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
heteroskedastisitas apabila:
Gambar 4.1
Sumber : Lampiran 6
scatterplot tersebar secara acak diatas dan dibawah nilai nol. Serta penyebarannya
41
tidak menciptakan pola tertentu. Sehingga bisa disimpulkan dalam penelitian ini
Arah hubungan positif atau negatif variabel bebas dengan variabel terikat
dapat dilihat dengan melakukan analisis regresi linier berganda. Nilai positif atau
data analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini menggunakan bantuan
Tabel 4.7
Unstandardized
Model Coefficients
B Std. Error
1 (Constant) ,524 ,083
Likuiditas -,046 ,013
Leverage -,373 ,121
IntensitasAT -,024 ,079
Sumber : Lampiran 6, diolah, 2020
belakang dengan variabel agresivitas pajak. Hal ini menjelaskan bahwa saat
pajak akan menurun sebesar 0,046 dengan asumsi nilai variabel independen
sebesar satu satuan terjadi penurunan pada variabel agresivitas pajak sebesar
0,373 dengan asumsi nilai variabel independen yang ada sama dengan
konstan.
4. Besar koefisien intensitas aset tetap senilai 0,024 serta bertanda negatif,
intensitas aset tetap memiliki kenaikan sebesar satu satuan, nilai agresivitas
pajak akan turun sebesar 0,024 dengan asumsi nilai variabel independen yang
uji koefisien determinan. Nilai koefisien determinan berada diantara nol dan satu.
43
2
Nilai R yang mendekati nol menjelaskan kemampuan variabel bebas dalam
kontribusi pengaruh variabel likuiditas, leverage, serta intensitas aset tetap pada
agresivitas pajak sebesar 0,091. Hal ini memperlihatkan variabel agresivitas pajak
2. Uji t
untuk menentukan apakah ada atau tidak hubungan antara variabel bebas
thitung > ttable dan signifikansi < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan
thitung < ttabel dan signifikansi > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan tidak
berikut::
Tabel 4.8
Hasil Uji t
Model t Sig.
Berdasarkan hasil tabel 4.8 diatas, maka didapatkan hasil analisis untuk
dan Sig. sebesar 0,001. Hasil pengujian tersebut membuktikan nilai thitung
lebih besar dari ttabel (3,418 > 1,987) dan nilai Sig. < 0,05. Hal ini
nilai thitung lebih besar dari ttabel (3,088 > 1,987) dan nilai Sig. < 0,05. Hal
pada nilai leverage akan diikuti dengan menurunnya nilai agresivitas pajak
c. Uji hipotesis parsial antara intensitas aset tetap terhadap agresivitas pajak.
sebesar 0,305 dan nilai Sig. sebesar 0,761. Hasil pengujian tersebut
menghasilkan nilai thitung lebih kecil dari ttabel (0,305 < 1,987) Sig. > 0,05 .
hasil ini menunjukkan tidak adanya pengaruh secara parsial antara variabel
intensitas aset tetap akan diikuti penurunan nilai agresivitas pajak dengan
3. Uji F
Uji hipotesis ini dipakai untuk melihat adanya pengaruh secara simultan
sebagai berikut :
Apabila Fhitung > Ftabel dan signifikansi < 0,05, maka dapat diambil
Apabila Fhitung < Ftabel dan nilai sig > 0,05, bisa ditarik kesimpulan tidak
Tabel 4.9
Hasil Uji F
F Sig.
b
3,977,011
Sumber : Lampiran 6, diolah, 2020
Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai Fhitung sebesar 3,977 dan nilai Sig.
adalah 0,011. Berdasarkan data tersebut diketahui nilai Fhitung lebih besar dari
Ftabel (3,977 > 2,71) dan nilai sig.> 0,05..Hal ini menunjukkan likuiditas, leverage,
4.3 Pembahasan
Likuiditas dalam penelitian ini memiliki pengaruh dengan arah negatif dan
berada dalam kondisi baik maka, perusahaan tidak begitu agresif terhadap.
likuiditas yang dimiliki. Dalam hal ini pajak termasuk salah satu hutang jangka
pendek perusahaan yang harus dilunasi setiap tahunnya. Jika kondisi likuiditas
47
tindakan yang bisa menyebabkan biaya pajak yang perlu dibayarkan menjadi lebih
tingkat likuiditas rendah sangat agresif pada beban pajaknya. Hal ini di lakukan
untuk menjaga kondisi keuangan atau sumber dana perusahaan tetap ada. Sumber
dana perusahaan bukan hanya untuk membayar pajak. Selain beban pajak yang
rasio likuiditas yang rendah lebih memilih agresif terhadap beban pajak yang
perusahaan tersebut mempunyai sumber dana yang besar dan dominan membayar
beban pajaknya sesuai dengan ketentuan tanpa harus takut kekurangan dana saat
Penelitian ini memiliki hasil yang berbeda dengan Gemilang (2017) yang
pengaruh sama sekali. Hal ini disebabkan karena perbedaan tingkat rasio
penelitian ini menghasilkan rata-rata rasio profitabilitas yang lebih tinggi sebesar
laba tinggi lebih cenderung agresif terhadap pajaknya. Karena pihak manajemen
akan lebih memilih menginvestasikan uang perusahaan dari pada membayar pajak
48
dengan nominal yang tinggi. Perbedaan hasil ini juga bisa disebabkan karena
pajaknya apabila memiliki tingkat leverage yang tinggi. Hal tersebut disebabkan
karena perusahaan akan mempertahankan kondisi laba dalam keadaan stabil untuk
perusahaan. Jika perusahaan berusaha untuk agresif terhadap pajaknya, hal ini
akan menyebabkan laba yang merupakaan acuan beban pajak akan semakin
mengecil. Hal ini ditakutkan akan mengakibatkan para investor akan menarik
setiap orang akan meminjamkan uangnya kepada orang yang diyakini mampu
untuk mengembalikan uang tersebut. Dalam hal ini para investor akan melihat
menjanjikan dalam menghasilkan laba maka para investor akan sangat yakin
49
menghasilkan laba kecil kemungkinan para investor akan ragu untuk memberikan
modal pada perusahaan tersebut. Faktor lain yang menjadi pemicu perusahaan
dengan tingkat rasio leverage tinggi tidak perlu agresif terhadap pajaknya adalah
beban bunga. Beban bunga yang dibayarkan akan tinggi saat tingkat hutang yang
dimiliki perusahaan tinggi. Pasal 6 ayat (1) huruf a UU Nomor 36 Tahun 2008
sebagai biaya yang mengurangi laba dalam perhitungan pajak penghasilan badan.
Sehingga tanpa harus agresif terhadap pajaknya, beban pajak akan otomatis
mengecil dikarenakan laba yang menjadi acuan perhitungan pajak ikut menurun
Penelitian ini bertolak belakang dengan riset yang dijalankan Anita (2015)
serta Adisamartha dan Noviari (2015) yang menyebutkan tidak terdapat pengaruh
Perbedaan ini terjadi karena perbedaan tingkat leverage masing masing sampel
penelitian. Adisamartha dan Noviani (2015) serta Anita (2015) menunjukkan rata
- rata tingkat leverage masing-masing sebesar 0,42 dan 0,43 sedangkan penelitian
ini menghasilkan rata-rata tingkat leverage yang lebih rendah yaitu 0,38.
Mengacu pada hasil uji yang sudah dilakukan, menunjukkan intensitas aset
tetap menghasilkan nilai nilai Sig. 0,761. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa
nilai Sig. > 0,05. Hal tersebut menjelaskan bahwa tinggi rendahnya intensitas aset
tetap yang ada dalam perusahaan tidak akan berefek sama sekali terhadap
menghasilkan biaya depresiasi yang tinggi pula. Tetapi aset tetap yang dibeli
perusahaan bukan hanya untuk pajangan semata yang berfungsi untuk mengurangi
biaya pajak karena adanya beban penyusutan. Aset tetap tersebut tentunya akan
tambahan profit yang lebih tinggi dari biasanya. Karena pada dasarnya sebelum
membeli aset tetap, perusahaan akan menghitung dengan detail apakah aset
malah sebaliknya. Pertambahan beban penyusutan yang terjadi karena adanya aset
tetap yang dibeli tidak dapat sebanding dengan laba yang akan dihasilkan dari
komposisi aset tetap yang ada dalam perusahaan, semakin cepat dan besar proses
beban pajak dengan menambah aset tetap yang dimiliki perusahaan kurang efisien
karena laba yang nantinya dihasilkan akan lebih tinggi dari pada biaya penyusutan
Noviari (2015). Hal ini disebabkan nilai rata-rata tingkat intensitas aset tetap yang
dihasilkan hampir sama. Adisamartha dan Noviari (2015) sebesar 0,33 dan
tingkat agresivitas pajak perusahaan, hal ini bisa dilihat dari hasil tabel 4.9 yang
menunjukkan nilai Sig. 0,011. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa
besarnya Sig..< 0,05 maka bisa diambil kesimpulan secara simultan variabel
likuiditas, leverage, serta intensitas aset tetap memiliki pengaruh yang signifikan
pajak negara. Karena pajak dianggap sebagai beban, kegiatan agresivitas pajak
lumrah dilakukan.
bahwa variabel agresivitas pajak hanya dipengaruhi oleh variabel likuiditas dan
leverage. Likuiditas yang dihitung dengan membagi aktiva lancar dan hutang
lancar mempunyai pengaruh dengan arah negatif terhadap agresivitas pajak yang
melunasi hutang jangka pendek yang harus dibayarnya termasuk pajak karena
rasio likuiditas yang tinggi cenderung tidak agresif terhadap pajaknya. Leverage
adalah rasio tingkat hutang yang dimiliki perusahaan. Sebagai salah satu
52
mencari sumber dana. Beban bunga yang ada dalam hutang membantu pihak
manajemen untuk meminimalisir beban pajak yang timbul. Maka perusahaan yang
memiliki tingkat leverage yang tinggi tidak mungkin agresif terhadap pajaknya
karena secara otomatis beban pajak akan berkurang dengan adanya beban bunga.
ketentuan perpajakan. Sehingga hal tersebut dirasa lebih aman dilakukan pihak
manajemen dari pada melakukan tindakan ilegal seperti tidak melaporkan SPT,
objek pajak yang nantinya dapat dikenai sanksi saat diketahui oleh petugas
perpajakan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
manukfaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2015-
sebagai berikut:
5.2 Saran
sempurna. Karena itu, saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya
53
54
dan real estate, keuangan, jasa, kontruksi bangunan, industri dan lain
sebagainya.
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, E.F., & Housen, J.F. (2013). “Dasar - Dasar Manajemen Keuangan”.
Buku 1 Edisis 11. Jakarta : Salemba Empat.
Chen, S., Chen, X., Cheng, Q., dan Shevlin, T. 2010. “Are Family Firm More Tax
Agressive than Non-Family Firm?” Journal of Financial Economics.
95:41-61.
Gunawan, Ce. (2018). Mahir Menguasai SPSS (Mudah Mengolah Data dengan
IBM SPSS Statistic 25. Yogyakarta : Deepublish.
55
56
Resmi, Siti. (2017). Perpajakan : Teori dan Kasus, Jakarta : Salemba Empat.
Sattar., dan Wijayanti, S.K. (2018). Buku Ajar Teori Ekonomi Makro.Yogyakarta:
Deepublish.
Yulfaida dan Zhulaikha. 2012. “Pengaruh Size, Profitabilitas, Profile, Leverage, dan
Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia” . Semarang: UNDIP,
Diponegoro Journal Of Accounting Volume 1, Nomer 2, Tahun 2012, Halaman
1-12.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Populasi
No Kode Perusahaan 2015 (dalam jutaan rupiah) 2016 (dalam jutaan rupiah)
Total Hutang Total Aktiva Hasil Total Hutang Total Aktiva Hasil
1 ADES 324.855 653.224 0,50 383.091 767.479 0,50
2 BUDI 2.160.702 3.265.953 0,66 1.766.825 2.931.807 0,60
3 CEKA 845.933 1.485.826 0,57 538.044 1.425.964 0,38
4 CINT 67.734 382.807 0,18 72.907 399.337 0,18
5 DLTA 188.700 1.038.322 0,18 185.423 1.197.797 0,15
6 DVLA 402.761 1.376.278 0,29 451.786 1.531.366 0,30
7 GGRM 25.497.504 63.505.413 0,40 23.387.406 62.951.634 0,37
8 HMSP 5.994.664 38.010.724 0,16 8.333.263 42.508.277 0,20
9 ICBP 10.173.713 26.560.624 0,38 10.401.125 28.901.948 0,36
10 INDF 48.709.933 91.831.526 0,53 38.233.092 82.174.515 0,47
11 KAEF 1.378.320 3.434.879 0,40 2.341.155 4.612.562 0,51
12 KINO 1.434.605 3.211.235 0,45 1.332.432 3.284.504 0,41
13 KLBF 2.758.131 13.696.417 0,20 2.762.162 15.226.009 0,18
14 MERK 168.103 641.647 0,26 161.262 743.935 0,22
15 MLBI 1.334.373 2.100.853 0,64 1.454.398 2.275.038 0,64
16 MYOR 6.148.256 11.342.716 0,54 6.657.166 12.922.421 0,52
17 PYFA 58.729 159.951 0,37 61.554 167.063 0,37
18 ROTI 1.517.789 2.706.324 0,56 1.476.889 2.919.641 0,51
19 SKBM 420.397 764.484 0,55 633.268 1.001.657 0,63
20 SKLT 225.066 377.111 0,60 272.089 568.240 0,48
21 STTP 910.759 1.919.568 0,47 1.167.899 2.336.411 0,50
22 TCID 367.225 2.082.097 0,18 401.942 2.185.101 0,18
23 TSPC 1.947.588 6.284.729 0,31 1.950.534 6.585.807 0,30
24 ULTJ 742.490 3.539.996 0,21 749.966 4.239.200 0,18
25 UNVR 10.902.585 15.729.945 0,69 12.041.437 16.745.695 0,72
26 WIIM 398.991 1.342.700 0,30 362.541 1.353.634 0,27
No X1 X2 X3 Y No X1 X2 X3 Y No X1 X2 X3 Y
1 1,39 0,50 0,44 0,29 51 0,61 0,72 0,57 0,24 101 2,52 0,31 0,29 0,71
2 1,00 0,66 0,52 0,41 52 3,39 0,27 0,24 0,33 102 4,40 0,14 0,26 0,31
3 1,53 0,57 0,15 0,17 53 1,20 0,50 0,57 0,12 103 0,75 0,61 0,54 0,19
4 3,48 0,18 0,42 0,31 54 1,01 0,59 0,63 0,09 104 5,92 0,20 0,25 0,10
5 6,42 0,18 0,10 0,28 55 2,22 0,35 0,15 0,34
6 3,52 0,29 0,19 0,24 56 3,19 0,20 0,49 0,25
7 1,77 0,40 0,32 0,21 57 8,64 0,15 0,07 0,24
8 6,57 0,16 0,17 0,27 58 2,66 0,32 0,24 0,24
9 2,33 0,38 0,25 0,30 59 1,94 0,37 0,32 0,25
10 1,71 0,53 0,27 0,47 60 5,27 0,21 0,16 0,26
11 1,92 0,40 0,20 0,19 61 2,43 0,36 0,26 0,36
12 1,62 0,45 0,31 0,07 62 1,52 0,47 0,45 0,45
13 3,70 0,20 0,29 0,25 63 1,55 0,58 0,28 0,16
14 3,65 0,26 0,17 0,26 64 1,65 0,37 0,39 0,39
15 0,58 0,64 0,60 0,27 65 4,51 0,16 0,32 0,23
16 2,37 0,54 0,33 0,08 66 3,08 0,27 0,21 1,51
17 1,99 0,37 0,53 0,35 67 0,83 0,58 0,54 0,24
18 2,05 0,56 0,67 0,20 68 2,39 0,51 0,27 0,18
19 1,12 0,55 0,51 0,46 69 3,52 0,32 0,48 0,22
20 1,19 0,60 0,39 0,56 70 2,26 0,38 0,44 0,26
21 1,19 0,47 0,52 0,22 71 1,64 0,37 0,30 0,43
22 4,99 0,18 0,43 0,09 72 1,26 0,52 0,49 0,30
23 2,54 0,31 0,26 0,65 73 2,62 0,41 0,48 0,21
24 3,75 0,21 0,33 0,16 74 4,91 0,21 0,41 0,21
25 0,65 0,69 0,53 0,24 75 2,52 0,32 0,27 0,71
26 2,89 0,30 0,25 0,23 76 4,19 0,19 0,26 0,34
27 1,64 0,50 0,49 0,11 77 0,63 0,73 0,55 0,26
28 1,00 0,60 0,60 0,26 78 5,36 0,20 0,26 0,54
29 2,19 0,38 0,15 0,23 79 1,39 0,45 0,51 0,09
30 3,16 0,18 0,46 0,34 80 1,00 0,64 0,55 0,21
31 7,60 0,15 0,08 0,26 81 5,11 0,16 0,17 0,11
32 2,85 0,30 0,26 0,19 82 2,71 0,21 0,52 0,46
33 1,94 0,37 0,33 0,27 83 7,20 0,16 0,06 0,21
34 5,23 0,20 0,16 0,22 84 2,89 0,29 0,23 0,28
35 2,41 0,36 0,25 0,31 85 2,06 0,35 0,33 0,28
36 1,51 0,47 0,31 0,36 86 4,30 0,24 0,16 0,22
37 1,71 0,51 0,22 0,19 87 1,95 0,34 0,31 0,31
38 1,54 0,41 0,37 0,41 88 1,07 0,48 0,44 0,46
39 4,13 0,18 0,30 0,24 89 1,42 0,65 0,28 0,29
40 4,22 0,22 0,17 0,32 90 1,50 0,39 0,40 0,17
41 0,68 0,64 0,56 0,17 91 4,66 0,16 0,34 0,25
42 2,25 0,52 0,30 0,20 92 1,37 0,59 0,15 1,36
43 2,19 0,37 0,48 0,32 93 0,78 0,60 0,53 0,30
44 2,96 0,51 0,63 0,27 94 2,65 0,51 0,24 0,13
45 1,11 0,63 0,44 0,56 95 2,76 0,36 0,48 0,26
46 1,32 0,48 0,53 0,32 96 3,57 0,34 0,51 0,11
47 1,65 0,50 0,49 0,21 97 1,38 0,41 0,33 0,52
48 5,26 0,18 0,43 0,15 98 1,22 0,55 0,43 0,17
49 2,65 0,30 0,27 0,60 99 1,85 0,37 0,42 0,28
50 4,84 0,18 0,25 0,27 100 5,76 0,19 0,41 0,33
Lampiran 6. Hasil Uji SPSS
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Likuiditas 104 ,58 8,64 2,7034 1,69918
Leverage 104 ,14 ,73 ,3851 ,16169
IntensitasAT 104 ,06 ,67 ,3550 ,14615
AgresivitasPajak 104 ,07 1,51 ,3027 ,20596
Valid N (listwise) 104
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 ,349 a ,122 ,091 ,08925 2,020
a. Predictors: (Constant), IntensitasAT, Likuiditas, Leverage
b. Dependent Variable: AgresivitasPajak
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,095 3 ,032 3,977 ,011b
Residual ,685 86 ,008
Total ,780 89
a. Dependent Variable: AgresivitasPajak
b. Predictors: (Constant), IntensitasAT, Likuiditas, Leverage
Coefficientsa