Anda di halaman 1dari 88

PENGARUH LIKUIDITAS, LEVERAGE, INTENSITAS

ASET TETAP TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK


PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI
BARANG KONSUMSI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Memperoleh Ijasah Diploma IV Akuntansi Manajemen
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Malang.

Oleh:
Jamaluddin Asgaff
1642520118

POLITEKNIK NEGERI MALANG


JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV AKUNTANSI MANAJEMEN
MALANG
2020
ii
iii
iv
ABSTRAK

Asgaff, Jamaluddin. 2020. Pengaruh Likuiditas, Leverage, Intensitas Aset Tetap


Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang
Konsumsi. Skripsi, Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Malang. Pembimbing :
(1) Widi Dwi Ernawati, (2) Muhamad Muwidha.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh likuiditas, leverage, dan
intensitas aset tetap terhadap agresivitas pajak. Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2018. Sampel dipilih dengan menggunakan
metode purposive sampling. Total sampel yang digunakan berjumlah 26
perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang
diolah menggunakan SPSS versi 25. Hasil penelitian menunjukkan secara
simultan likuiditas, leverage, dan intensitas aset tetap berpengaruh signifikas
terhadap agresivitas pajak. Secara parsial, likuiditas dengan nilai signifikan
sebesar 0,001 dan leverage dengan nilai signifikan sebesar 0,003 berpengaruh
signifikan dengan arah negatif terhadap agresivitas pajak . Sedangkan intensitas
aset tetap dengan nilai signifikan sebesar 0,761 tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap agresivitas pajak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
membantu manajemen agar lebih optimal dalam mengelolah tingkat likuiditas dan
leverage dalam melakukan tindakan agresivitas pajak.

Kata Kunci : Agresivitas Pajak, Intensitas Aset Tetap, Leverage, Likuiditas.

v
ABSTRACT

Asgaff, Jamaluddin. 2020. Effect of Liquidity, Leverage, Fixed Assets Intensity


on Tax Aggressiveness of Manufacturing Companies in the Consumer Goods
Industry Sector. Undergraduate Thesis, Accounting Department, State Polytechnic
of Malang. Supervisor: (1) Widi Dwi Ernawati, (2) Muhamad Muwidha.

This study aimed to determine the effect of liquidity, leverage, and fixed assets on
tax aggressiveness. The population in this study was manufacturing companies in
the consumer goods industry sector listed on the Indonesia Stock Exchange in
2015-2018. Samples were selected by purposive sampling method. The total
sample used was 26 companies. The analytical method used was multiple linear
regression which was processed using SPSS version 25. The results showed that
simultaneous liquidity, leverage, and fixed assets intensity continue to have a
significant effect on tax aggressiveness. Partially, liquidity with a significant value
of 0.001 and leverage with a significant value of 0.003 have a significant effect
with a negative direction on tax aggressiveness. On the other hand the intensity of
fixed assets with a significant value of 0.761 did not have a significant effect on
tax aggressiveness. The results of this study were expected to help management to
be more optimum in managing the level of liquidity and leverage in carrying out
tax aggressiveness actions.

Keywords : Tax Aggressiveness, fixed assets Intensity, Leverage, Liquidity.

vi
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “ PENGARUH LIKUIDITAS, LEVERAGE, INTENSITAS ASET

TETAP TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK PERUSAHAAN

MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI”.

Skripsi ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan, Program Studi Akuntansi Manajemen,

Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Malang. Selain itu, tujuan dari penulisan

skripsi ini adalah untuk memberikan wawasan kepada pembaca mengenai

agresivitas pajak perusahaan.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan

dukungan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis

mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Awan Setiawan, MM selaku Direktur Politeknik Negeri Malang.

2. Bapak Supriatna Adhisuwignjo, ST., MT., selaku Pembantu Direktur I

Politeknik Negeri Malang.

3. Ibu Dr. Dra. Kurnia Ekasari, MM., Ak., CA., CSRS., CSRA selaku Ketua

Jurusan Akuntansi Politekni Negeri Malang.

4. Ibu Elvyra Handayani S, SE., MSA., AK., CA selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Manajemen Politeknik Negeri Malang.

vii
5. Ibu Widi Dwi Ernawati, SE., MSA., Ak., CA., BKP selaku Dosen

Pembimbing I dan Bapak Drs. Muhamad Muwidha, M.Si. selaku Dosen

Pembimbing II yang telah memberikan banyak sekali arahan dan saran

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Futuh Handoyo, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Bahasa Inggris

yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan abstrak.

7. Bapak dan Ibu staf pengajar dan staf administrasi Jurusan Akuntansi

Politeknik Negeri Malang yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran

untuk membantu penulis.

8. Ibu, bapak, dan keluarga tercinta yang terus memberikan semangat, saran dan

doa kepada penulis demi terselesaikannya skripsi dengan tetap waktu.

9. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu -persatu yang telah

rela meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena

adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karenanya,

semua kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan

senang hati. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak yang memerlukan

Malang, 24 Juni 2020


Penulis

Jamaluddin Asgaff

viii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii


PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ............................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 5
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
1.6 Daftar Istilah ........................................................................................ 6
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Landasan Teori .................................................................................... 8
2.1.1 Pajak ........................................................................................... 8
2.1.2 Agresivitas Pajak ........................................................................ 10
2.1.3 Likuiditas .................................................................................... 12
2.1.4 Leverage ..................................................................................... 13
2.1.5 Intensitas Aset Tetap ................................................................... 15
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 16
2.3 Kerangka Penelitian .............................................................................. 18
2.4 Hipotesisi .............................................................................................. 19
2.4.1 Pengaruh Likuiditas Terhadap Agresivitas Pajak ....................... 19
2.4.2 Pengaruh Leverage Terhadap Agresivitas Pajak ........................ 20
2.4.3 Pengaruh Intensitas Aset Tetap Terhadap Agresivitas Pajak ...... 20
2.4.4 Pengaruh Likuditas, Leverage, Intensitas Aset Tetap
Terhadap Agresivitas Pajak ........................................................ 21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian ................................................................................... 22
3.2 Jenis Penelitian ..................................................................................... 22
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 22
3.3.1 Populasi ....................................................................................... 22
3.3.2 Sampel ......................................................................................... 23
3.4 Sumber Data dan Data yang Dibutuhkan ............................................. 24
3.5 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 24
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................................... 25
3.6.1 Variabel Penelitian ...................................................................... 25
3.6.2 Definisi Operasional ................................................................... 26

ix
3.7Teknik Analisis Data ........................................................................... 27
3.7.1 Statistik Deskriptif ...................................................................... 27
3.7.2 Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 27
3.7.3 Analisis Regresi ......................................................................... 29
3.7.4 Uji Hipotesis ............................................................................... 30
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Gambaran Umum Perusahaan dan Data Penelitian ............................. 32
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan .................................................... 32
4.1.2 Data Penelitian ........................................................................... 34
4.2Hasil Analisis ....................................................................................... 36
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ........................................................ 36
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 37
4.2.3 Analisis Regresi Berganda .......................................................... 41
4.2.4 Pengujian Hipotesis ..................................................................... 42
4.3Pembahasan .......................................................................................... 46
4.3.1 Pengaruh Likuiditas Terhadap Tingkat Agresivitas Pajak .......... 46
4.3.2 Pengaruh Leverage Terhadap Tingkat Agresivitas Pajak ........... 48
4.3.3 Pengaruh Intensitas Aset Tetap Terhadap Tingkat Agresivitas
Pajak ............................................................................................ 49
4.3.4 Pengaruh Likuiditas, Leverage, Intensitas Aset Tetap Secara
Bersama-sama Terhadap Tingkat Agresivitas Pajak .................. 51
4.4Aspek Manajerial ................................................................................. 51
BAB V PENUTUP
5.1Simpulan .............................................................................................. 53
5.2Saran .................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu.................................................................................16

Tabel 3.1 Sampel Penelitian.......................................................................................24

Tabel 4.1 Gambaran Umum Perusahaan................................................................33

Tabel 4.2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif..........................................................36

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas...................................................................................37

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier.....................................................38

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas........................................................................39

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi...............................................................................39

Tabel 4.7 Ringkasan Hasil Uji Regresi Linier Berganda...................................41

Tabel 4.8 Hasil Uji t......................................................................................................43

Tabel 4.9 Hasil Uji F....................................................................................................46

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian.............................................................................19

Gambar 4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas...............................................................40

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Populasi

Lampiran 2. Perusahaan Yang Tidak Masuk Dalam Sampel

Lampiran 3. Perusahaan Sampel

Lampiran 4. Data Penelitian

Lampiran 5. Data Mentah SPSS

Lampiran 6. Hasil Uji SPSS

Lampiran 7. Kartu Konsultasi

Lampiran 8. Kartu Konsultasi Abstrak Bahasa Inggris

Lampiran 9. Lembar Revisi Penguji 1

Lampiran 10. Lembar Revisi Penguji 2

Lampiran 11. Hasil Scan Plagiasi

Lampiran 12. Surat Keterangan Pengambilan Data

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan salah satu komponen penting sebagai sumber pendapatan

negara. Pajak digunakan sebagai sumber dana pembangunan dan kegiatan lain

yang sedang dijalankan oleh pemerintah. Pembangunan dan kegiatan lain yang

dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk menunjang kesejahteraan masyarakat.

Sebagai sumber pendapatan dalam negeri, pemerintah berhak mengatur ketentuan-

ketentuan yang berlaku dalam pajak. Pemungutan pajak bersifat memaksa sesuai

dengan ketentuan undang-undang yang berlaku dan wajib dibayar oleh masyarakat

sebagai salah satu kontribusi penyediaan dana bagi pemerintah. Berdasarkan pasal

1 UU No.16 Tahun 2009 pajak adalah kontribusi wajib yang dilakukan oleh badan

atau orang pribadi untuk negara, bersifat memaksa yang ketentuannya didasarkan

pada undang-undang dan hasilnya didistribusikan untuk kemakmuran rakyat.

Sebagai sumber dana yang besar bagi pemerintah, penerimaan pajak harus

diperhatikan dan dimaksimalkan serta diberlakukan sanksi bagi pelanggar.

Penerimaan pajak harus mampu mencapai tingkat yang maksimal karena hasil

penerimaan pajak nantinya akan digunakan untuk pembiayaan belanja Negara

(Adisamartha dan Noviari, 2015).

Pajak menjadi sumber yang besar bagi Anggaran Pendapatan Belanja

Negara sehingga pemerintah menaruh perhatian lebih dalam sektor perpajakan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa penerimaan pajak

1
2

pada tahun 2017 yang terealisasi sebesar Rp 1.339,8 triliun atau 91% dari APBN,

hal ini menjadi bukti bahwa pajak menjadi perhatian utama sebagai pendapatan

negara. Namun perusahaan memiliki sudut pandang lain akan hal tersebut.

berdasarkan statusnya sebagai salah satu wajib pajak perusahaan menganggap

pajak sebagai suatu beban. Perusahaan akan melakukan berbagai cara untuk

mempertahankan labanya melalui berbagai efisiensi beban, salah satunya beban

pajak.

Dalam melakukan efisiensi beban pajak, perusahaan melakukan berbagai

hal termasuk penghindaran pajak. Beban pajak diperoleh berdasarkan perhitungan

tarif pajak dengan laba yang diperoleh perusahaan. Menurut PSAK 46 laba

perusahaan dibagi menjadi laba fiskal dan laba akuntansi. Perbedaan perhitungan

laba akuntansi dan laba fiscal menjadi salah satu celah yang dimanfaatkan untuk

menghindari pembayaran pajak. Hal inilah yang menjadi dasar perusahaan untuk

mencari berbagai cara dalam meminimalkan biaya pajak. Semakin banyaknya

celah dan cara yang digunakan oleh perusahaan, maka perusahaan tersebut

dianggap agresif.

Tindakan agresivitas pajak menjadi hal yang sudah sering dilakukan di

dalam dunia bisnis. Agresivitas pajak merupakan suatu tindakan yang digunakan

untuk memanipulasi nilai pendapatan kena pajak, baik secara legal (tax

avoidance) maupun ilegal (tax evasion) (Pradipta, 2015). Tax avoidance

merupakan pengurangan beban pajak menggunakan cara yang sesuai dengan

undang-undang atau memanfaatkan celah dalam undang-undang perpajakan.

Sedangkan tax evasion menggunakan cara yang tidak diperbolehkan dalam


3

undang-udang yang berlaku atau disebut ilegal. Tindakan manajerial pun dibuat

oleh perusahaan untuk meminimalkan beban pajak perusahaan.

Pajak menjadi salah satu kewajiban jangka pendek yang wajib dilunasi

oleh perusahaan saat jatuh tempo. Kemampuan perusahaan dalam melunasi

hutang jangka pendeknya dapat diketahui dari tingkat likuiditas yang dimiliki.

Semakin tinggi tingkat likuiditas yang dimiliki perusahaan maka kondisi arus kas

lancar perusahaan dalam kondisi yang baik dan siap untuk membayar hutang

jangka pendeknya. Hasil penelitian Suyanto dan Supramono (2012) menyatakan

perusahaan akan mampu melunasi hutang jangka pendeknya apabila tingkat

likuiditas yang dimiliki perusahaan sedang berada dalam tingkat yang tinggi. Saat

perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang baik, pemerintah menaruh

harapan yang besar kepada perusahaan untuk melunasi atau melaksanakan

kewajiban pajaknya tepat waktu (Suyanto dan Supramono, 2012).

Leverage merupakan rasio yang menunjukkan besarnya modal ekternal

yang digunakan perusahaan untuk menjalankan aktivitas operasi. Hasil

perhitungan tingkat leverage memperlihatkan seberapa besar aset perusahaan yang

berasal dari modal pinjaman. Saat perusahaan mempunyai sumber pinjaman yang

tinggi maka akan menghasilkan beban bunga yang dapat mengurangi laba,

sehingga beban pajak dalam satu periode bisa berkurang. Perusahaan dapat

menggunakan tingkat leverage untuk mengurangi laba dan berpengaruh terhadap

berkurangnya beban pajak (Adisamartha dan Noviari, 2015).

Teori akuntansi positif menjelaskan semakin besar hubungan kreditur

dengan perusahaan, maka perusahaan akan menjaga kondisi labanya tetap stabil

ataupun lebih tinggi dikarenakan para kreditur akan lebih mengawasi perusahaan
4

dengan alasan kelangsungan pinjaman. Sehingga perusahaan dengan tingkat

leverage yang tinggi tidak akan agresif dalam perpajakannya karena diharapkan

mampu menjaga kestabilan laba disetiap periode.

Intensitas aset tetap merupakan rasio yang menandakan intensitas

kepemilikan aset tetap suatu perusahaan dibandingkan dengan total aset. Intensitas

aset tetap dapat mempengaruhi pembayaran pajak perusahaan. Kepemilikan aset

tetap yang tinggi akan menghasilkan biaya penyusutan yang besar, sehingga

mengurangi laba yang dimiliki perusahaan. Sehingga tingginya jumlah aset tetap

akan mempengaruhi agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan. Perusahaan

yang mempunyai intensitas aset tetap tinggi cenderung membayar pajak yang

lebih rendah karena adanya biaya penyusutan yang melekat dalam aset tersebut

yang dapat memperkecil laba yang diperoleh

Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dijelaskan diatas maka judul

yang dipilih dalam penelitian ini yaitu “Pengaruh Likuiditas, Leverage,

Intensitas Aset Tetap Terhadap Tingkat Agresivitas Pajak Perusahaan

Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dihasilkan rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana pengaruh likuiditas terhadap tingkat agresivitas pajak perusahaan ?

2. Bagaimana pengaruh leverage terhadap tingkat agresivitas pajak perusahaan?

3. Bagaimana pengaruh intensitas aset tetap terhadap tingkat agresivitas pajak

perusahaan ?
5

4. Bagaimana pengaruh likuiditas, leverage, dan intensitas aset tetap

terhadap tingkat agresivitas pajak perusahaan ?

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini mempunyai batasan batasan tertentu diantaranya :

1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang

konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2015 sampai tahun 2018, sehingga hasil

dari penelitiannya tidak dapat disimpulkan untuk sektor-sektor lain.

2. Dalam penelitian ini variabel independen yang dipakai adalah likuiditas,

leverage, dan intensitas aset tetap. Sedangkan untuk variabel dependen adalah

agresivitas pajak.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh likuiditas terhadap tingkat agresivitas pajak

perusahaan.

2. Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap tingkat agresivitas pajak

perusahaan.

3. Untuk menganalisis pengaruh intensitas aset tetap terhadap tingkat agresivitas

pajak perusahaan.

4. Untuk menganalisis pengaruh likuiditas, leverage, dan intensitas aset tetap

terhadap tingkat agresivitas pajak perusahaan.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat untuk berbagai pihak.

Manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:


6

1. Bagi Perusahaan

a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai penambah gagasan dan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan, terutama manajer dalam pengambilan

kebijakan perpajakan pada masa yang akan datang.

b. sebagai gambaran tentang agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan

sehingga tidak terkena sanksi perpajakan.

2. Bagi Jurusan Akuntansi

a. Sebagai tambahan wawasan dan dapat digunakan sebagai bahan literatur

untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

b. Sebagai penghubung antara jurusan akuntansi dan pihak perusahaan

sehingga terjalin kerjasama di kedua belah pihak.

3. Bagi Mahasiswa

a. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang sudah didapatkan serta menambah

pemahaman lebih lanjut tentang teori yang didapat selama kuliah, sehingga

bisa lebih mengerti mengenai pengaruh likuiditas, leverage, dan intensitas

aset tetap terhadap agresivitas pajak.

b. Memberikan pengalaman untuk memberi bukti dan pembanding dari

penelitian sebelumnya, serta keterampilan untuk mengelola data laporan

keuangan.

1.6 Daftar Istilah

Penjelasan istilah atau kata-kata yang mempunyai arti khusus dalam judul

penelititan ini adalah sebagai berikut :

1. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

(utang) jangka pendek (Kasmir, 2019,p. 110).


7

2. Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (Kasmir, 2019,p. 112).

3. Intensitas aset tetap merupakan rasio yang menandakan intensitas

kepemilikan aset tetap suatu perusahaan dibandingkan dengan total aset

(Adisamartha dan Noviari, 2015).

4. Agresivitas pajak merupakan suatu tindakan yang digunakan untuk

memanipulasi nilai pendapatan kena pajak, baik secara legal (tax avoidance)

maupun ilegal (tax evasion) (Pradipta, 2015).

5. Barang Konsumsi merupakan barang yang siap digunakan atau dikonsumsi

untuk memenuhi kebutuhan pribadi para konsumen (Sattar dan Wijayanti,

2018,p. 80).
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pajak

Pajak menjadi salah satu pembiayaan pembangunan dan penghasilan yang

diperoleh negara dari sektor dalam negeri. Berdasarkan pasal 1 UU No.16 Tahun

2009 Pajak diartikan sebagai pembayaran wajib oleh badan ataupun orang pribadi

kepada negara yang diatur dalam peraturan perpajakan, yang memiliki sifat

memaksa tanpa adanya imbalan secara langsung dan hasilnya dimanfaatkan untuk

kemakmuran rakyat”.

Terdapat beberapa pendapat yang dijelaskan oleh para ahli tentang pajak

yang diambil dari Resmi (2017,p. 1), antara lain:

Soemitro dalam Resmi (2017,p. 1): “Pajak merupakan peralihan sebagian

harta rakyat ke negara yang dimanfaatkan untuk sumber pembiayaan pengeluaran

negara dan sebagai sumber utama public Investment serta dimanfaatkan sebagai

public saving”.

Menurut Djajadiningrat dalam Resmi (2017,p. 1): “Pajak merupakan

keharusan rakyat untuk memberikan sebagian harta kekayaannya kepada negara,

bukan disebabkan karena hukuman melainkan disebabkan kondisi tertentu yang

diatur dalam peraturan yang dibuat pemerintah dan bersifat memaksa, tanpa

adanya imbalan secara langsung yang diberikan negara dan hasilnya dipergunakan

untuk kepentingan publik”.

8
9

Menurut Feldmann dalam Resmi (2017,p. 1): “Pajaka dalah suatu hutang

kepada penguasa yang dipaksa secara sepihak ( berdasarkan ketentuan yang

ditetapkan bersama ), tidak ada keuntungan secara langsung yang didapat dan

hasilnya dimanfaatkan untuk menutupi keperluan umum negara”.

sehingga dapat disimpulkan, pajak adalah kontribusi yang dibayarkan

warga negara atau wajib pajak kepada negaranya yang dipaksa oleh aturan sebagai

sumber pembiayaan negara, tanpa mendapatkan imbalan secara langsung bagi

yang pembayar.

Menurut Karmila (2018,p. 5) dalam bukunya fungsi perpajakan dibagi

menjadi lima bagian diantaranya:

1. Fungsi Budgeter

Kegiatan yang dilakukan pemerintah begitu beragam mulai dari pembangunan,

pemeliharaan, belanja keperluan negara, dan lain-lain yang membutuhkan dana

besar. Oleh karena itu pajak menjadi salah satu sumber pendapatan bagi

negara.

2. Fungsi Regulasi

Kegiatan industri yang terus perkembang, menyebabkan banyaknya limbah

yang merugikan masyarakat. Oleh karena itu pemerintah membuat aturan

untuk menghindari dampak negatif dari hal ini. Misalnya, pemerintah menarik

pajak dari para pengusaha untuk membangun tempat pengolahan limbah atau

membiayai proyek-proyek pelestarian lingkungan hidup

3. Fungsi Stabilisasi

Fungsi pemerintah yang ketiga adalah stabilisasi. Setiap perekonomian bisa

mengalami ketidakstabilan, misalnya ketika terjadi banyak pengangguran,


10

gejala kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, depresiasi nilai tukar rupiah,

dan masalah ekonomi lainnya. Jika perekonomian tidak stabil, masyarakat

yang akan merasakan dampak negatifnya sehingga pemerintahlah yang harus

menangani masalah tersebut dengan pajak sebagai instrumennya.

4. Fungsi Alokasi

Lampu-lampu penerangan yang ada dijalan merupakan barang publik atau

barang yang dibutuhkan oleh banyak orang. Sementara itu untuk memasang

lampu tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pemerintah tidak

mungkin menarik dana kepada setiap kendaraan yang melintas karena terlalu

banyak dan memakan waktu yang lama. Oleh karena itu pajak memiliki fungsi

penting dalam mengatasi masalah ini.

5. Fungsi Distribusi

Selain masalah alokasi pemerintah, pemerintah juga bertanggung jawab untuk

mendistribusikan pendapatan dan kesejahteraan dalam masyarakat melalui

instrumen pajak. Pemerintah menarik pajak dari masyarakat sesuai dengan

tingkat penghasilannya. Masyarakat yang penghasilannya lebih tinggi

membayar pajak yang lebih tinggi pula. Hasilnya nanti digunakan untuk

menyediakan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang murah bagi

masyarakat yang kurang mampu.

2.1.2 Agresivitas Pajak

Kegiatan agresif terhadap pajak menjadi hal yang sudah biasa dijalankan

dalam dunia bisnis. Kegiatan ini disebut tindakan Agresivitas pajak atau kegiatan

yang dijalankan perusahaan untuk memanipulasi penghasilan yang menjadi dasar

perhitungan pajak menggunakan aksi tertentu, yaitu penghindaran pajak atau


11

penggelapan pajak (Pradipta, 2015). Tax avoidance atau penghindaran ajak

merupakan tindakan menghindari pajak yang merujuk pada undang-undang yang

berlaku. Tax evasion (penggelapan pajak) sendiri merupakan tindakan

penggelapan yang menyimpang dari peraturan, kebanyakan tindakan ini dilakukan

secara sengaja dan diupayakan agar tidak terbongkar. Agresivitas pajak

merupakan isu yang jarang didengar oleh masyarakat, tapi hal ini terjadi hampir

disemua ukuran perusahaan. Tindakan ini dijalankan untuk memperkecil nilai

beban pajak dari biaya yang sudah diperhitungkan, atau bisa juga disebut usaha

untuk meminimalisir beban pajak. Semakin banyak perusahaan memanfaatkan

celah yang ada maka perusahaan diyakini telah agresif terhadap beban pajaknya

berdasarkan Chen et.al (2010), terdapat tiga hal diperoleh apabila

melakukan tindakan agresivitas pajak. Pertama adalah meminimalisir beban pajak

yang dibayarkan, sehingga deviden untuk pemilik modal menjadi lebih besar.

Kedua, para pemilik saham memberikan bonus untuk manager atas tindakan yang

dilakukannya. Ketiga, terdapat celah yang dimanfaatkan manajer untuk

melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya. Sedangkan kerugian yang

didapat adalah perusahaan mendapat sanksi dari berupa denda dari kantor pajak

jika kegiatan ini diketahui. Kegiatan agresivitas pajakksecara profesional dapat

menjadi masalah penyimpangan terhadap beban pajak.

Tindakan agresivitas pajak dapat diukur menggunakan beberapa cara. Sari

dan Martani (2010) mengungkapkan agresivitas pajak bisa dihitung dengan book-

tax difference desai-Dharmapala, book-tax difference Manzon-Plesko, tarif pajak

efektif (ETR), tax planning, serta tarif pajak efektif kas (CETR). Anita (2015)

menggunakan CETR (cash effective tax rate) untuk menilai agresivitas pajak yang
12

dilakukan karena penelitian terdahulu yang menggunakan ETR kurang dapat

memprediksi agresivitas yang dilakukan. CETR menunjukkan besar pajak yang

bayarkan perusahaan berdasarkan total laba sebelum pajak. Selain itu, naik

turunya CETR menggambarkan tinggi rendahnya agresivitas pajak yang

dilakukan perusahaan.

2.1.3 Likuiditas

Likuiditas merupakan rasio untuk menghitung seberapa besar perusahaan

mampu dalam melunasi hutang jangka pendeknya serta keterampilan untuk

menjual dan membeli aset dengan gesit (Adisamartha dan Noviari, 2015).

Perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi membuktikan bahwa kondisi keuangan

perusahaan berada pada titik yang baik sehingga sanggup melunasi hutang jangka

pendeknya. Tingkat likuiditas digunakan pihak manajemen untuk mengetahui

kesanggupan perusahaan dalam memenuhi kewajiban intern, seperti pembelian

bahan baku, gaji pegawai dan pengeluaran lainnya.

Likuiditas dapat digunakan untuk menentukan dampak apabila perusahaan

tidak mampu melunasi hutangnya yang jatuh tempo (Tiaras dan Wijaya, 2015).

Perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi ditandai dengan peredaran arus kas

yang baik dalam perusahaan, sehingga mampu melunasi kewajibannya jangka

pendeknya termasuk pajak sesuai dengan aturan yang berlaku.

Menurut Kasmir (2019,p. 110), ada beberapa cara untuk mengukur tingkat

likuiditas yaitu :

1. Rasio lancar (current ratio) adalah rasio yang dipakai untuk menilai mampu

tidaknya perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendek.


13

2. Rasio cair atau quick ratio merupakan rasio yang memperlihatkan potensi

suatu industri dalam melunasi hutang jangka pendek menggunakan aset lancar

tanpa melihat nilai persediaan.

3. Cash turn over (rasio perputaran kas) adalah rasio yang dipakai untuk

menghitung seberapa besar kesiapan modal suatu perusahaan.

4. Inventory net working capital adalah rasio yang membandingkan total

persediaan yang ada dan modal kerja.

5. Rasio kas, rasio ini dimanfaatkan utuk mengukur seberapa besar ketersediaan

kas dalam perusahaan.

Penelian ini menggunakan current ratio untuk menentukan tingkat

likuiditas dalam perusahaan. Nilai current ratio didapatkan dengan membagi

seluruh aktiva lancar dalam perusahaan dengan semua hutang lancarnya.

2.1.4 Leverage

Leverage adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar modal ekternal

yang dimanfaatkan perusahaan untuk menjalankan aktivitas operasinya. Menurut

Yulfaida dan Zulaikha (2012), perusahaan yang mempunyai ketergantungan

kepada pihak luar untuk mendanai asetnya mempunyai rasio leverage yang tinggi

sedangkan perusahaan yang mendanai asetnya dengan uang sendiri mempunyai

rasio leverage yang lebih rendah.

Tingkat hutang merupakan jumlah hutang perusahaan yang ada karena

transaksi masa lalu dan harus dilunasi saat jatuh tempo diperiode mendatang.

Apabila perusahaan mempunyai leverage yang tinggi kemungkinan pembayaran

pajak yang dilakukan perusahaan akan kecil, hal ini disebabkan adanya beban

bunga yang timbul atas hutang tersebut. Dengan beban bunga yang harus dibayar
14

setiap periodenya menyebabkan keuntungan yang didapat perusahaan semakin

kecil sehingga bisa meminimalisir pajak yang perlu dibayar oleh perusahaan.

Menurut Brigham (2013:141), leverage menghasilkan tiga pengaruh

penting, yaitu:

1. Mengumpulkan dana melalui hutang, para pemilik saham bisa mengatur

perusahaan dengan tingkat investasi yang terbatas.

2. Ekuitas atau dana dari pemegang saham dijadikan pedoman batas aman bagi

kreditor, semakin besar modal dari para pemilik modal, semakin kecil dampak

yang didapat kreditor.

3. Penggunaan hutang dapat meningkatkan pengembalian ekuitas, apabila hasil

dari aktiva perusahaan yang diterima lebih tinggi dari beban bunga yang

dibayar.

Terdapat beberapa rasio yang biasa dipakai untuk menghitung leverage

dalam penelitian diantanya:

1. Debt to Asset Rasio (Debt rasio)

Dalam Kasmir (2019,p. 112), debt ratio dihitung dengan membagi seluruh

hutang perusahaan dengan total asetnya. Dengan kata lain, untuk menilai

seberapa banyak aset perusahaan dibiayai oleh hutang, atau seberapa besar

dampat hutang terhadap pengelolaan aktiva.

2. Debt to Equity Rasio (DER)

Menurut Kasmir (2019,p. 112), DER adalah rasio yang dimanfaatkan untuk

mengukur kewajiban dengan ekuitas. Rasio ini didapatkan dengan cara

membagi total likuiditas dengan total ekuitas. DER berfungsi untuk melihat

total dana perusahaan yang didapat dari kreditor. Sehingga dapat diambil
15

kesimpulan rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa banyak perusahaan

menggunakan modal untuk jaminan hutang.

Penelitian ini menggunakan debt ratio untuk menentukan besar leverage

yang ada dalam perusahaan. Nilai debt ratio didapat dengan membandingkan total

hutang dengan total aset perusahaan.

2.1.5 Intensitas Aset Tetap

Aset merupakan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Perusahaan

memiliki dua jenis aset yaitu aset tetap dan aset lancar. Aset perusahaan yang

memiliki nilai manfaat selama satu tahun dalam siklus kegiatan normal disebut

aset lancar, sedangkan aktiva perusahaan yang mempunyai nilai manfaat lebih

dari satu tahun disebut aset tetap (Savitri, 2017). Aktiva tetap adalah komponen

aktiva yang mempunyai nilai terbesar dalam laporan posisi keuangan perusahaan.

Aset ini digunakan untuk kegiatan produksi, penyiapan baranggatau jasa dan bisa

untuk disewakan ke orang lain yang diharapkan dapat memberi manfaat lebih dari

satu tahun.

Intensitas aset tetapa dalah rasio yang menunjukkan sebesara besar aktiva

tetap yang ada dalam perusahaan dibanding total asetnya ( Adisamartha dan

Noviari, 2015). Mulyani (2014) mengungkapkan bahwa tingginya intensitas aset

tetap dimanfaatkan perusahaan untuk menambah biaya, yaitu biaya penyusutan

yang melekat pada aktiva tetap tersebut sebagai pengurang pendapatan

perusahaan. Laba yang dihasilkan perusahaan akan semakin mengecil apabila

komposisi aset tetap yang dimiliki besar, karena terdapat biaya yang dapat

mengurangi laba yaitu biaya penyusutan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa aset
16

tetap berkontribusi atas pengurangan pajak yang perlu dibayar oleh perusahaan

dikarenakan ada beban penyusutan yang terdapat dalam aktiva tetap tersebut.

Perusahaan yang mempunyai intensitas aktiva tetap tinggi cenderung

mempunyai biaya pajak relatif lebih kecil, sedangkan perusahaan dengan

intensitas aset tetap rendah memiliki biaya pajak yang tinggi. Sehingga

perusahaan dengan intensitas aset tetap tinggi melakukan pembayaran pajak yang

lebih kecil karena terdapat biaya penyusutan yang melekat untuk mengurangi laba.

Pernyataan ini didukung oleh penelitian Adisamartha dan Noviari (2015) yang

menjelaskan bahwa beban pajak dapat dipengaruhi oleh intensitas aset tetap

karena adanya beban penyusutan yang melekat.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang menguji pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen disajikan dalam tabel berikut::

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Hasil

1 Suyanto dan Likuiditas, Leverage, Hasil penelitian menunjukan


Supramono Komisaris Independen, likuiditas perusahaan
(2012) dan Manajemen Laba memiliki pengaruh negatif
Terhadap Agresivitas namun tidak signifikan
Pajak Perusahaan. terhadap agresivitas pajak
perusahaan. Leverage dan
manajemen laba berpengaruh
positif signifikan terhadap
agresivitas pajak,
sedangkan komisaris
independen berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap agresivitas pajak
perusahaan.
17

No Peneliti Judul Hasil


2 Tiaras dan Pengaruh Likuiditas, Hasil penelitian
Wijaya Leverage, Manajemen memperlihatkan bahwa
(2015) Laba, Komisaris likuiditas, leverage, komisaris
Independen dan Ukuran independen tidak
Perusahaan Terhadap berpengaruh secara signifikan
Agresivitas Pajak terhadap agresivitas pajak.
Perusahaan. Hanya manajemen laba dan
ukuran perusahaan yang
berpengaruh signifikan
terhadap agresivitas pajak

3 Adisamartha Pengaruh Likuiditas, Hasil Penelitian menunjukan


dan Noviari Leverage, Intensitas likuiditas dan Intensitas
(2015) Persediaan, dan Intensitas persediaan berpengaruh
Aset Tetap pada Tingkat positif terhadap tingkat
Agresivitas Wajib Pajak agresivitas wajib pajak badan.
Badan Sedangkan leverage dan
Intensitas Aset Tetap tidak
berpengaruh.

4 Anita (2015) Pengaruh Corporate Sosial Hasil pengujian


Responsibility, Leverage, menyimpulkan corporate
Likuiditas dan Ukuran sosial responsibility,
Perusahaan Terhadap leverage, ukuran perusahaan
Agresivitas Pajak tidak berpengaruh terhadap
agresivitas pajak dan hanya
likuiditas yang menunjukan
pengaruh terhadap agresivitas
pajak perusahaan.

5 Purwanto Pengaruh Likuiditas, Hasil pengujian membuktikan


(2016) Leverage, Manajemen bahwa likuiditas berpengaruh
Laba, dan Kompensasi negatif signifikan terhadap
Rugi Fiskal Terhadap agresivitas pajak. Leverage
Agresivitas Pajak dan manajemen laba
Perusahaan. berpengaruh positif
signifikan, sedangkan
kompensasi rugi fiskal tidak
berpengaruh terhadap
agresivitas pajak perusahaan
18

No Peneliti Judul Hasil


6 Gemilang Pengaruh Likuiditas, Hasil penelitian menjelaskan
(2017) Leverage, Profitabilitas, bahwa likuiditas dan leverage
Ukuran Perusahaan dan tidak memiliki pengaruh yang
Capital Intensity Terhadap signifikan terhadap
Agresivitas Pajak agresivitas pajak.
Perusahaan Profitabilitas berpengaruh
signifikan dan ukuran
perusahaan memiliki
pengaruh negatif namun tidak
signifikan. Sedangkan untuk
capital intensity memiliki
pengaruh yang positif namun
tidak signifikan terhadap
agresivitas pajak perusahaan.

7 Susanto, Faktor Faktor yang Hasil penelitian menunjukan


Yanti dan Mempengaruhi Tingkat hutang, ukuran
Viriany Agresivitas Pajak perusahaan, kepemilikan
(2018) pengendali, proporsi
komisaris independen dan
ukuran komite audit tidak
berpengaruh signifikan
terhadap tindakan agresivitas
pajak dan hanya profitabilitas
yang diukur dengan ROA
berpengaruh signifikan
terhadap agresivitas pajak.

Sumber : Data diolah 2019

2.3 Kerangka Penelitian

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dan landasan teori yang sudah

dijelaskan diatas, penelitian ini meneliti pengaruh likuiditas, leverage, dan

intensitas aset tetap terhadap agresivitas pajak perusahaan. Penelitian ini

menggunakan variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (independen)

yang digunakan adalah likuiditas, leverage,ddan intensitas aset tetap, sedangkan

agresivitas pajak perusahaan menjadi variabel dependen. Keterlibatan antar

variabel dibuat dalam kerangka pemikiran dibawah ini:


19

Gambar 2.1

Kerangka Penelitian

Likuiditas
(X1) H1

Leverage
(X2)
Agresivitas
H2 Pajak
(Y)
Intensitas H3
Aset Tetap
(X3)

Ket : = Parsial H4
= Simultan

2.4 Hipotesis

Mengacu pada riset sebelumnya dan dasar teori yang sudah dijabarkan

diatas, maka hipotesis yang ada dalam penelitian ini adalahhsebagai berikut.

2.4.1 Pengaruh Likuiditas terhadap Agresivitas Pajak

Anita (2015) dalam penelitiannya menunjukkan likuiditas memiliki

pengaruh terhadap agresivitas pajak. Perusahaan dikatakan sehat apabila memiliki

tingkat likuiditas yang tinggi. Perusahaan yang memperoleh modal besar diikuti

dengan kenaikan laba yang besar. Kenaikan ini nantinya dimanfaatkan untuk

menambah jumlah aset lancar. Perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi akan

melancarkan segala cara untuk memperkecil laba untuk menghindari biaya pajak

yang tinggi.
20

Pernyataan ini didukung oleh penelitian Adisamartha dan Noviari (2015)

yang membuktikan bahwa likuiditas memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak

perusahaan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis pertama yang bisa

ditulis adalah sebagai berikut:

H1 : Likuiditas berpengaruh terhadap agresivitas pajak perusahaan.

2.4.2 Pengaruh Leverage terhadap Agresivitas Pajak

Hutang perusahaan timbul dari adanya transaksi masa lalu. Tingkat hutang

yang besar akan menyebabkan pajak yang perlu dibayarkan perusahaan mengecil

dikarenakan adanya beban bunga yang melekat pada hutang tersebut. Hal ini akan

memicu tindakan agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan, karena tingkat

leverage yang semakin tinggi menimbulkan semakin banyak celah yang dapat

dimanfaatkan.

Pernyataan ini sejalan dengan Purwanto (2016) yang menyebutkan tingkat

leverage mempunyai pengaruh terhadap agresivitas pajak, sehingga dari uraian

diatas, maka hipotesis kedua yang bisa ditulis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H2 : Leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak

2.4.3 Pengaruh Intensitas Aset Tetap terhadap Agresivitas Pajak

Intensitas aset tetap perusahaan bisa mempengaruhi biaya pajak yang perlu

dibayarkan perusahaan karena dalam aset tersebut terdapat biaya penyusutan,

sehingga tersebut bisa digunakan manajer untuk lebih memilih menginvestasikan

uang perusahaan untuk membeli aset tetap. Menurut Rodigiez dan Arias (2013)

beban penyusutan yang ada dalam aset tetap dapat digunakan oleh perusahaan

untuk memperkecil beban pajak yang perlu dibayarkan perusahaan. Perusahaan

yang memiliki tingkat aset tetap besar cenderung membayar pajak lebih sedikit.
21

Sehingga hipotesis ketiga di dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

H3 : Intensitas aset tetap berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak.

2.4.4 Pengaruh Likuiditas, Leverage, Intensitas Aset Tetap terhadap

Agresivitas Pajak

Kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendeknya

dipengaruhi oleh tingkat likuiditas. Semakin tinggi tingkat likuiditas yang dimiliki

semakin mudah perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya, termasuk

beban pajaknya. Oleh karena itu tingkat likuiditas dapat mempengaruhi

agresivitas pajak perusahaan. Leverage memperlihatkan seberapa besar

perusahaan memanfaatkan hutang untuk membiayai asetnya. Perusahaan tidak

akan agresif terhadap pajaknya saat mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi,

karena perusahaan harus menjaga laba yang dimilikinya demi kelancaran

peminjaman uang kepada kreditur. Selain itu intensitas aset tetap juga

berpengaruh terhadap beban pajak yang akan dibayarkan perusahaan. Jika

intensitas aset tetap yang dimiliki tinggi maka beban pajak yang perlu dibayar

akan berkurang, hal ini disebabkan karena adanya beban penyusutan yang melekat

pada aset tersebut. Sehingga pengurangan beban pajak perusahaan dapat

dipengaruhi oleh tinggi rendahnya intensitas aset tetap. Berdasarkan penjelasan

diatas, maka hipotesis keempat yang disusun adalah sebagai berikut:

H4 : Likuiditas, leverage, intensitas aset tetap berpengaruh terhadap

Agresivitas Pajak.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini mengambil objek pada perusahaan manufaktur sektor

industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI ( Bursa Efek Indonesia ) untuk

periode 2015 – 2018. Nama-nama perusahaan yang menjadi objek penelitian bisa

dilihat pada lampiran 1. Pemilihan objek penelitian pada sektor ini didasarkan atas

besarnya pendapatan yang diperoleh perusahaan manufaktur sektor industri

barang konsumsi. Karena barang yang dihasilkan dalam sektor ini merupakan

barang kebutuhan sehari-sehari, sehingga secara tidak langsung sektor ini menjadi

sumber dana yang besar bagi pemerintah melalui pembayaran pajak.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan cara

mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan. Penelitian kuantitatif

merupakan penelitian yang didasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

meneliti populasi atau sampel tertentu, menggunakan teknik pengambilan sampel

secara random, menggunakan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data,

analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015,p. 8).

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah umum yang terbentuk dari objek atau subjek,

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

22
23

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015,p. 80). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sektor industri barang

konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2015 – 2018. Pemilihan periode 4 tahun

bertujuan untuk membandingkan keadaan perusahaan selama empat tahun

sehingga mendapatkan hasil yang bisa menjelaskan permasalahan penelitian ini.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2015,p. 81). Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun

kriteria pemilihan sampel yang digunakan yaitu :

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2015 – 2018.

2. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan tahunan secara

berturut-turut untuk periode 31 Desember 2015 – 31 Desember 2018.

3. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama periode 2015 – 2018.

Adapun jumlah sampel berdasarkan purposive sampling disajikan dalam tabel

berikut ini :
24

Tabel 3.1
Sampel Penelitian

No Keterangan Jumlah

1 Populasi 54

2 Kriteria :

- Perusahaan manufaktur yang tidak terdaftar di BEI pada (13)


periode 2015 – 2018
- Perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasikan (7)
laporan keuangan secara berturut turut untuk periode 31
desember 2015 – 31 desember 2018
- Perusahaan yang mengalami kerugian selama periode 2015 (8)
– 2018
3 Jumlah Sampel 26

Sumber : Data diolah 2019

3.4 Sumber Data dan Data yang Dibutuhkan

Data yang dipakai dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data

sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh melalui media perantara. Data

sekunder yang digunakan yaitu berupa laporan keuangan tahun 2015 – 2018,

laporan keuangan tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat agresivitas pajak

perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.

Data ini didapat dari situs BEI yaitu www.idx.co.id, dan data dokumenter yang

diperoleh dari studi pustaka dan penelitian terdahulu.

3.5 Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi dan studi pustaka. Metode dokumentasi adalah metode

pengumpulan data dengan melihat dan mengelola data-data sekunder yang didapat

dari website BEI yaitu laporan keuangan perusahaan yang terpilih sebagai sampel

penelitian. Sedangkan studi pustaka merupakan metode pengumpulan data dengan


25

mengkaji, menelaah berbagai sumber seperti buku, jurnal dan sumber lain yang

terkait dengan penelitian.

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.6.1 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2015, p. 38), “variabel penelitian merupakan suatu

atribut atau nilai dari objek yang terdapat dalam penelitian dan mempunyai

kriteria tertentu yang sudah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

diambil kesimpulannya”.

Dalam Penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan sebagai


berikut:

1. Variabel Independen

Variabel ini biasa disebut sebagai variabel prediktor, stimulus, antecedent.

Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas

adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2015, p. 39). Dalam

penelitian ini variabel independen (X) yang diteliti adalah likuiditas, leverage,

dan intensitas aset tetap.

2. Variabel Dependen

Variabel ini biasa disebut sebagai variabel kriteria, output, konsekuen. Dalam

bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas (Sugiyono, 2015, p. 39). Variabel dependen (Y) yang diteliti

dalam penelitian ini adalah agresivitas pajak.


26

3.6.2 Definisi Operasional

1. Likuiditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek (Suyanto dan Supramono, 2012). Dalam penelitian ini

likuiditas dihitung menggunakan rasio lancar, alasannya karena dapat mengukur

kemampuan perusahaan dalam jangka pendek. hal ini dapat diukur dengan

membandingkn aktiva lancar yang dimiliki perusahaan terhadap hutang lancarnya.

Likuiditas =

1. Leverage

Leverage memperlihatkan seberapa besar aset perusahaan yang berasal

dari pihak luar (eksternal). Leverage didapatkan dengan membandingkan total

kewajiban dan total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio leverage,

semakin tinggi pula proporsi aset yang berasal dari pembiayaan pihak luar

(Wiagustini, 2010:76 dalam Adisamartha dan Noviari 2015).

Leverage =

2. Intensitas Aset Tetap

Intensitas Aset Tetap menunjukkan proporsi aset tetap di dalam

perusahaan dibandingkan dengan total aset yang dimiliki. Intensitas Aset Tetap

diperoleh dengan membandingkan total aset tetap dan total asset (Darmadi, 2013

dalam Adisamartha dan Noviari 2015).

Intensitas Aset Tetap =


27

3. Agresivitas Pajak

Agresivitas pajak perusahaan merupakan kegiatan merekayasa pendapatan

kena pajak yang sudah direncanakan melalui tindakan perencanaan pajak baik

secara legal (tax avoidance) maupun ilegal (tax evasion).

Berdasarkan lima alat ukur yang dibahas dalam Hidayanti (2013) peneliti memilih

menggunakan cash effective tax rate (CETR). CETR merupakan rasio

pembayaran pajak yang dilakukan perusahaan atas laba perusahaan sebelum pajak

penghasilan.

CETR =

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Statistik Deskriptif

Sugiyono (2015,p. 206) mengemukakan bahwa statistik deskriptif adalah

statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan

data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Statistik deskriptif memberikan

gambaran tentang kemampuan variabel independen dalam mempengaruhi variabel

dependen yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar

deviasi. Statistik deskripsi dalam penelitian ini menggunakan alat bantu SPSS.

3.7.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah data layak untuk

dianalisis, karena tidak semua data bisa dianalisi regresi. Penelitian ini

menggunakan empat asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, uji

autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.


28

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah nilai residual yang

dihasilkan terdistribusi normal atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji

Kolomogorov-Smirnof. menurut Gunawan (2018,p. 125) kriteria pengambilan

keputusan adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikan < 0,05 maka dapat disimpulkan data terdistribusi tidak

normal.

b. Jika nilai signifikan > 0,05 maka dapat disimpulkan data terdistribusi

normal.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen (Gunawan, 2018,p. 133).

Untuk menentukan ada dan tidaknya gejala multikolinieritas dapat dilihat

menggunakan nilai tolerance atau variance inflation faktor (VIF). Apabila

nilai tolerance < 0,1 atau VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas. Sedangkan

jika nilai tolerance > 0,1 atau VIF < 10 maka tidak terjadi gejala

multikolinieritas.

3. Uji autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi linear ada korelasi

antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada

periode sebelumnya (Gunawan, 2018,p. 141). Salah satu cara untuk menguji

autokorelasi adalah menggunakan uji Durbin-Watson, dengan membandingkan

nilai hitung dengan nilai table Durbin-Watson untuk mendapatkan batas bawah

(BL) dan batas atas (BU) dengan tingkat signifikansi

α = 0,05. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka tidak terjadi autokorelasi.
29

4. Uji heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji terjadinya varian residual

suatu periode pengamatan ke periode pengamatan lainnya. Cara untuk

menentukan ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola

gambar scatter plot, menurut Gunawan (2018,p. 157) suatu regresi tidak terjadi

heteroskedastisitas apabila:

1. Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah angka 0.

2. Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola.

3.7.3 Analisis Regresi

Dalam penelitian ini analisis regresi yang digunakan adalah analisis

regresi linear berganda karena terdapat lebih dari satu variabel independen. Model

persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Y : Agresivitas Pajak

α : konstanta

β1- β3 : Koefisien regresi

+ : Koefisien regresi bernilai positif

-: Koefisien regresi bernilai negatif

Koefisien regresi bernilai positif menandakan hubungan variabel X dan Y

menunjukkan hubungan yang posifit, artinya semakin tinggi nilai variabel X maka
30

semakin tinggi pula nilai variabel Y. Sedangkan koefisien regresi bernilai negatif

menandakan hubungan variabel X dan Y menunjukan hubungan yang negatif,

artinya semakin tinggi nilai variabel X maka semakin rendah nilai variabel Y.

3.7.4 Uji Hipotesis

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam


menerangkan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berada antara nol

dan satu. Jika Koefisien determinasi (R2) = 0 maka tidak ada hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Sebaliknya jika (R2) = 1 maka

terdapat hubungan yang sempurna. Adjusted R2 digunakan sebagai koefisien


determinasi jika regresi variabel bebas lebih dari satu.

2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji t digunakan untuk melihat signifikan dari pengaruh individu setiap variabel

independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini menggunakan

signifikan sebesar 0,05 atau 5%. Menurut Gunawan (2018,p. 207) untuk

melihat hubungan variabel independen terhadap variabel dependen dapat

diambil keputusan sebagai berikut :

 Apabila thitung > ttable dan signifikansi < 0,05, maka dapat diambil

kesimpulan terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel

dependen secara signifikan.

 Apabila thitung < ttabel dan signifikansi > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan

tidak ada pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen.


31

3. Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F)

Uji F digunakan untuk melihat apakah semua variabel independen atau

variabel bebas mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel

dependen atau variabel terikat. Menurut Gunawan (2018,p. 208) untuk melihat

hubungan variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan

dapat diambil keputusan sebagai berikut :

 Apabila Fhitung > Ftable dan signifikansi < 0,05, maka dapat diambil

kesimpulan terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel

dependen secara signifikan.

 Apabila Fhitung < Ftabel dan signifikansi > 0,05, maka dapat diambil

kesimpulan tidak ada pengaruh antara variabel independen dan variabel

dependen.
BAB IV

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan dan Data Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

Sektor industri barang komsumsi adalah salah satu dari sektor perusahaan

manufaktur yang tergabung di BEI (Bursa Efek Indonesia). Sektor ini merupakan

penopang dalam perusahaan manufaktur. Hal ini dikarena pertumbuhan di sektor

ini berjalan lebih cepat dari pada sektor lain. Sektor ini dibagi menjadi 5 bagian

yaitu sub sektor farmasi, rokok, peralatan rumah tangga, kosmetik dan barang

rumah tangga, serta yang terakhir sub sektor makanan dan minuman. Para

investor masih menjadikan sektor industri barang konsumsi pilihan utama untuk

menginvestasikan uang mereka. Karena produk yang dijual pada sektor ini

merupakan produk yang biasa dikonsumsi, seperti obat-obatan, makanan dan

minuman serta peralatan rumah tangga.

Berdasarkan hasil penentuan sampel pada tabel 2, penelitian ini

menggunakan sampel sebanyak 26 perusahaan. Berikut merupakan tabel

gambaran umum perusahaan sampel penelitian.

32
33
Tabel 4.1

Gambaran Umum Perusahaan

Lokasi Status
No Kode Nama Perusahaan Kantor Bidang Usaha
Kepemilikan
Pusat
PT. Akasha Wira Kosmetik dan
1 ADES Jakarta Swasta Alat Rumah
Internasional Tbk
Tangga
2 BUDI PT. Budi Starch & Jakarta Swasta Makanan dan
Sweetener Tbk Minuman
3 CEKA PT. Wilmar Cahaya Bekasi Swasta Makanan dan
Indonesia Tbk Minuman
4 CINT PT. Chitose Cimahi Swasta Perabotan
Internasional Tbk Rumah
5 DLTA PT. Delta Djakarta Bekasi Swasta Makanan dan
Tbk Selatan Minuman
6 DVLA PT. Darya-Varia Jakarta Swasta Farmasi
Laboratoria Tbk
7 GGRM PT. Gudang Garam Kediri Swasta Rokok
Tbk
8 HMSP PT. HM Surabaya Swasta Rokok
Sampoerna Tbk
PT. Indofood CBP Makanan dan
9 ICBP Sukses Makmur Jakarta Swasta
Tbk
Minuman
PT. Indofood Makanan dan
10 INDF Sukses Makmur Jakarta Swasta
Tbk
Minuman
11 KAEF PT. Kimia Farma Jakarta BUMN Farmasi
(Persero) Tbk
PT. Kino Indonesia Kosmetik dan
12 KINO Tangerang Swasta Alat Rumah
Tbk
Tangga
13 KLBF PT. Kalbe Farma Jakarta Swasta Farmasi
Tbk
14 MERK PT. Merck Tbk Jakarta Swasta Farmasi
15 MLBI PT. Multi Bintang Jakarta Swasta Makanan dan
Indonesia Tbk Minuman
16 MYOR PT. Mayora Indah Jakarta Swasta Makanan dan
Tbk Minuman
17 PYFA PT. Pyridam Farma Jakarta Swasta Farmasi
Tbk
PT. Nippon Makanan dan
18 ROTI Indosari Corpindo Bekasi Swasta
Tbk
Minuman
19 SKBM PT. Sekar Bumi Jakarta Swasta Makanan dan
Tbk Minuman
20 SKLT PT. Sekar Laut Tbk Surabaya Swasta Makanan dan
Minuman
34

Lokasi Status
No Kode Nama Perusahaan Kantor Bidang Usaha
Kepemilikan
Pusat
21 STTP PT. Siantar Top Sidoarjo Swasta Makanan dan
Tbk Minuman
PT. Mandom Kosmetik dan
22 TCID Jakarta Swasta Alat Rumah
Indonesia Tbk
Tangga
23 TSPC PT. Tempo Scan Jakarta Swasta Farmasi
Pacific Tbk
24 ULTJ PT. Ultra Jaya Milk Bandung Swasta Makanan dan
Industry Tbk Minuman
PT Unilever Kosmetik dan
25 UNVR Tangerang Swasta Alat Rumah
Indonesia Tbk
Tangga
26 WIIM PT Wismilak Inti Surabaya Swasta Rokok
Makmur Tbk
Sumber :ICMD BEI, diolah, 2020

4.1.2 Data Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian dibagi menjadi dua, yaitu

variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel terikat yang

digunakan pada penelitian ini yaitu variabel agresivitas pajak, sedangkan untuk

variabel bebasnya meliputi likuditas, leverage, dan intensitas aset tetap. Gambaran

umum data penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel terikat (dependen) pada penelitian ini yaitu agresivitas pajak

perusahaan yang diukur menggunakan nilai CETR, yaitu dengan membagi

pembayaran pajak penghasilan dengan profit before tax, data tersebut bisa

ditemukan pada laporan keuangan perusahaan. Data hasil perhitungan CETR

periode 2015-2018 dari perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian bisa

dilihat dalam lampiran 4.


35

2. Variabel Independen (Bebas)

a. Likuiditas

Variabel likuiditas adalah salah satu variabel bebas (independen)

yang digunakan. Likuiditas diukur menggunakan nilai current ratio yang

didapat dengan membagi semua aset lancar perusahaan dan total hutang

lancar yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan. Data hasil

perhitungan current ratio perusahaan sampel periode 2015-2018 dapat

dilihat dalam lampiran 4.

b. Leverage

Variabel Leverage adalah salah satu variabel bebas (independen)

yang ada dalam penelitian ini. Leverage dihitung menggunakan nilai Debt

Ratio yang mana dicari dengan membagi total hutang dan total seluruh

aktiva yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan. Data hasil

perhitungan Debt Ratio perusahaan sampel penelitian periode 2015-2018

dapat dilihat dalam lampiran 4.

c. Intensitas Aset Tetap

Intensitas Aset Tetap merupakan salah satu variabel independen

didalam penelitian yang dilakukan. Intensitas Aset tetap dapat dihitung

dengan membagi banyaknya aktiva tetap perusahaan dengan total aktiva

yang dimiliki, data tersebut dapat ditemukan pada laporan keuangan

tahunan perusahaan. Data hasil perhitungan intensitas aset tetap periode

2015-2018 dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian bisa dilihat

dalam lampiran 4.
36

4.2 Hasil Analisis

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif memperlihatkan sebuah gambaran tentang nilai

minimal, nilai maksimal, nilai rata-rata serta standar deviasi dari setiap variabel

yang diteliti. Berikut adalah tabel hasil descriptive statistic analysis menggunakan

bantuan program SPSS (Statistical Program forrSocial Science) 25.

Tabel 4.2

Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Variabel Minimal Maksimal Mean Standar


Deviasi
Likuiditas 0,58 8,64 2,70 1,70
Leverage 0,14 0,73 0,38 0,16
Intensitas Aset Tetap 0,06 0,67 0,35 0,15
Agresivitas Pajak 0,07 1,51 0,30 0,21
Sumber : Lampiran 6, diolah, 2020

Merujuk pada hasil tabel 8, yaitu tabel statistik deskriptif dapat diketahui

bahwa :

1. Likuditas menjadi salah satu variabel bebas atau (X1) mempunyai nilai

minimum sebesar 0,58 dan nilai maksimal sebesar 8,64. Mempunyai nilai

rata-rata sebesar 2,70 serta standar deviasi 1,70.

2. Leverage yang merupakan variabel bebas atau (X2) mempunyai nilai

minimal dan maksimal masing-masing sebesar 0,14 dan 0,73. Nilai rata-rata

sebesar 0,38 serta standar deviasi sebesar 0,16.

3. Intensitas aset tetap atau X3 memiliki nilai minimal dan maksimal sebesar

0,06 dan 0,67. Mempunyai nilai rata-rata sebesar 0,35 serta nilai standar

deviasi sebesar 0,15.


37

4. Agresivitas pajak yang merupakan salah satunya variabel terikat atau (Y)

memiliki angka minimum dan maksimal sebesar 0,07 dan 1,51. Kemudian

nilai mean sebesar 0,30 dan dengan standar deviasi sebesar 0,21.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Data tersebar secara normal atau tidak bisa dilihat dengan melakukan uji

normalitas. Pada analisis regresi linier berganda diharapkan data dapat terdistibusi

normal. Agar bisa melihat apakah data sampel penelitian tersebar normal atau

tidak, maka penelitian ini memakai uji One Sample Kormogorov-Smirnov Test

dengan signifikan sebesar 5%. Berikut hasil uji normalitas dengan total data

sebesar 104 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Hasil Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 104
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. ,19516778
Deviation
Most Extreme Absolute ,196
Differences Positive ,196
Negative -,112
Test Statistic ,196
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
Sumber : Lampiran 6, diolah, 2020

Tabel uji Kolmogorov Smirnov diatas, menghasilkan nilai Asymp.Sig.(2-

tailed) sebesar 0,000. Berdasarkan nilai tersebut bisa disimpulkan bahwa data

tidak tersebar normal disebabkan nilai siginifikan atau Asymp. Sig (2-tailed)

dibawah 0,05. Untuk memecahkan masalah tersebut, maka dilakukan pengecekan


38

outlier dan menghapus data yang menyimpang. Berikut merupakan hasil uji KS

setelah dilakukan outlier :

Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 90
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. ,08773631
Deviation
Most Extreme Absolute ,058
Differences Positive ,058
Negative -,036
Test Statistic ,058
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200
Sumber : Lampiran 6, diolah, 2020

Melihat tabel Kolmogorov Smirnov diatas, diketahui nilai Asymp.Sig.(2-

tailed) yang didapat sebesar 0,200. Dari hasil uji dapat diketahui bahwa seluruh

data variabel dependen dan independen sudah tersebar secara normal dikarenakan

nilai Asymp.Sig.(2-tailed) berasa diatas 0,05.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dimanfaatkan peneliti untuk melihat ada tidaknya

korelasi tiap variabel bebas (independen) pada model regresi. Pada uji

multikolinieritas diharapkan pada setiap variabel independen tidak adaakorelasi.

Nilai tolerance atau VIF digunakan untuk melihat ada tidaknya gejala

multikolinieritas. Jika nilai tolerance berada diatas 0,1 atau VIF tidak lebih dari

10, maka tidak terdapat gejala multikolinieritas. Berikut merupakan hasil uji

multikolinieritas.
39

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Independen Collinearity Statistics


Tolerance VIF
Likuiditas 0,243 4,119
Leverage 0,242 4,132
Intensitas Aset Tetap 0,722 1,384
Sumber : Lampiran 6, diolah, 2020
Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai tolerance dari semua variabel

diatas 0,1 dan nilai VIF tidak lebih dari 10. Oleh karena itu dapat daimbil

kesimpulan bahwa varibel independen dalam model regresi pada penelitian ini

tidak mengandung multikolinieritas. Dengan demikian asumsi multikolinieritas

terpenuhi.

3. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi dipakai untuk melihat ada tidaknya korelasi pada

observasi / series residual. Dalam pengujian ini diharapkan observasi residual

tidak saling berkorelasi. Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dapat

menggunkan nilai Durbin-Waston. Jika besarnya nilai DW berada di antara du

dan 4-du maka tidak terdapat autokorelasi.

Tabel 4.6

Hasil uji Autokorelasi

Model Summary
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
1 ,349 ,122 ,091 ,08925 2,020
Sumber : Lampiran 6, diolah, 2020

Melihat tabel 4.6 diketahu bahwa nilai DW sebesar 2,020. Menurut tabel

D-W dengan signifikan sebesar 5% dan total predictors sebanyak 3 buah (k=3)

serta sampel sebanyak 90 (n=90), maka didapat du sebesar 1,7264 dan (4-du)
40

sebesar 2,2736 sehingga persamaan du < DW < 4-du terpenuhi yaitu 1,7264 <

2,020 < 2,2736. sehingga disimpulkan dalam penelitian ini tidak terjadi gejala

autokorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dipakai untuk melihat ada tidaknya varian residual

pada periode pengamatan dengan periode lainnya..Pola yang dihasilkan grafik

scatterplots bisa dimanfaatkan untuk melihat ada tidaknya gejala

heteroskedastisitas. Menurut Gunawan (2018,p. 157) suatu regresi tidak terjadi

heteroskedastisitas apabila:

1. Titik-titik data tersebar dibawah dan diatas angka 0

2. Penyebaran titik-titik yang ada data tidak membentuk pola

Berikut hasil uji heterokedastisitas menggunakan grafik scatterplots :

Gambar 4.1

Hasil Uji Heterokedastisitas

Sumber : Lampiran 6

Berdasarkan gambar Scatterplot diatas didapat, titik-titik pada grafik

scatterplot tersebar secara acak diatas dan dibawah nilai nol. Serta penyebarannya
41

tidak menciptakan pola tertentu. Sehingga bisa disimpulkan dalam penelitian ini

tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

4.2.3 Analisis Regresi Berganda

Arah hubungan positif atau negatif variabel bebas dengan variabel terikat

dapat dilihat dengan melakukan analisis regresi linier berganda. Nilai positif atau

negatif yang dihasilkan digunakan untuk memperkirakan nilai variabel dependen

apabila terjadi kenaikan atau penurunan pada variabel independen. Pengolahan

data analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini menggunakan bantuan

aplikasi spss 25, maka didapatkan ringkasan sebagai berikut :

Tabel 4.7

Ringkasan Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Unstandardized
Model Coefficients
B Std. Error
1 (Constant) ,524 ,083
Likuiditas -,046 ,013
Leverage -,373 ,121
IntensitasAT -,024 ,079
Sumber : Lampiran 6, diolah, 2020

berdasarkan tabel 4.7 didapatkan persamaan analisis regresi linier

berganda sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3

Y = 0,524 – 0,046X1 – 0,373X2 – 0,024X3

Persamaan diatas menghasilkan penyataan-pernyataan sebagai berikut :

1. Konstanta sebesar 0,524 mengindikasikan saat likuiditas, leverage, serta

intensitas aset tetap bernilai sama dengan 0, variabel agresivitas pajak

memiliki nilai 0,524.


42

2. Besarnya koefisien likuiditas senilai 0,046 serta bertanda negatif,

memperlihatkan bahwa likuiditas mempunyai hubungan yang bertolak

belakang dengan variabel agresivitas pajak. Hal ini menjelaskan bahwa saat

variabel likuiditas mengalami kenaikan sebesar satu satuan maka agresivitas

pajak akan menurun sebesar 0,046 dengan asumsi nilai variabel independen

yang lainnya dari model regresi sama dengan konstan.

3. Koefisien leverage senilai 0,373 serta bertanda negatif, menunjukkan bahwa

leverage mempunyai keterkaitan yang bertolak belakang dengan agresivitas

pajak. Hal ini menjelaskan jika variabel leverage mengalami peningkatan

sebesar satu satuan terjadi penurunan pada variabel agresivitas pajak sebesar

0,373 dengan asumsi nilai variabel independen yang ada sama dengan

konstan.

4. Besar koefisien intensitas aset tetap senilai 0,024 serta bertanda negatif,

memperlihatkan bahwa intensitas aset tetap memiliki pengaruh yang

berlawanan arah terhadap agresivitas pajak. Hal ini menjelaskan apabila

intensitas aset tetap memiliki kenaikan sebesar satu satuan, nilai agresivitas

pajak akan turun sebesar 0,024 dengan asumsi nilai variabel independen yang

lainnya pada model regresi adalah konstan.

4.2.4 Pengujian Hipotesis

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Besar kecilnya variabel independen atau variabel bebas dalam

mempengaruhi variabel dependen atau variabel terikat dapat dilihat menggunakan

uji koefisien determinan. Nilai koefisien determinan berada diantara nol dan satu.
43

2
Nilai R yang mendekati nol menjelaskan kemampuan variabel bebas dalam

mempengaruhi variabel terikat sangat terbatas.

Melihat tabel 4.6 diketahui nilai adjusted R Square atau besarnya

kontribusi pengaruh variabel likuiditas, leverage, serta intensitas aset tetap pada

agresivitas pajak sebesar 0,091. Hal ini memperlihatkan variabel agresivitas pajak

dipengaruhi likuiditas, leverage, serta intensitas aset tetap sebesar 9,1 %.

Kemudian sebesar 90,9 % dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak

diteliti dalam penelitian ini.

2. Uji t

Uji ini dipakai untuk menunjukkan pengaruh dari setiap variabel

independen terhadap variabel dependen. Menurut Gunawan (2018,p. 207)

untuk menentukan apakah ada atau tidak hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat bisa diambil keputusan sebagai berikut :

 thitung > ttable dan signifikansi < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan

variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

 thitung < ttabel dan signifikansi > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan tidak

terdapat pengaruh antara variabel bebas (independen) dan variabel terikat

(dependen). Menggunakan bantuan SPSS didapat hasil uji t sebagai

berikut::

Tabel 4.8

Hasil Uji t

Model t Sig.

1 (Constant) 6,339 ,000


Likuiditas -3,418 ,001
Leverage -3,088 ,003
IntensitasAT -,305 ,761
Sumber : Lampiran 6, diolah, 2020
44

Berdasarkan hasil tabel 4.8 diatas, maka didapatkan hasil analisis untuk

mengetahui pengaruh variabel bebas (independen) secara parsial terhadap variabel

bebas (dependen) sebagai berikut :

a. Uji hipotesis parsial antara likuiditas terhadap agresivitas pajak.

Pengujian secara parsial likuiditas menghasilkan nilai thitung sebesar 3,418

dan Sig. sebesar 0,001. Hasil pengujian tersebut membuktikan nilai thitung

lebih besar dari ttabel (3,418 > 1,987) dan nilai Sig. < 0,05. Hal ini

menunjukkan likuiditas berpengaruh secaraaparsial terhadap agresivitas

pajak. Sehingga H1 yang menyatakan likuiditas berpengaruh terhadap

agresivitas pajak diterima. Persamaan regresi menunjukkan variabel

likuiditas mempunyai pengaruh negatif. Sehingga bisa disimpulkan setiap

terjadi peningkatan pada nilai likuiditas akan diikuti menurunnya nilai

agresivitas pajak dengan pengaruh yang signifikan.

b. Uji hipotesis parsial antara leverage terhadap agresivitas pajak.

Pengujian secara parsial leverage menghasilkan nilai thitung sebesar 3,088

dan nilai Sig. sebesar 0,003. Hasil pengujian tersebut mengungkapkan

nilai thitung lebih besar dari ttabel (3,088 > 1,987) dan nilai Sig. < 0,05. Hal

ini memperlihatkan terdapat pengaruh secara parsial antara variabel

leverage dengan agresivitas pajak. Sehingga H2 yang menyebutkan

leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak diterima. Persamaan

regresi memperlihatkan bahwa variabel leverage mempunyai pengaruh

negatif. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa setiap terjadi kenaikan

pada nilai leverage akan diikuti dengan menurunnya nilai agresivitas pajak

dan pengaruhnya signifikan.


45

c. Uji hipotesis parsial antara intensitas aset tetap terhadap agresivitas pajak.

Pengujian secara parsial intensitas aset tetap menghasilkan nilai thitung

sebesar 0,305 dan nilai Sig. sebesar 0,761. Hasil pengujian tersebut

menghasilkan nilai thitung lebih kecil dari ttabel (0,305 < 1,987) Sig. > 0,05 .

hasil ini menunjukkan tidak adanya pengaruh secara parsial antara variabel

intensitas aset tetap dengan agresivitas pajak. Sehingga H3 yang

menyatakan intensitas aset tetap berpengaruh terhadap agresivitas pajak

ditolak. Persamaan regresi menunjukkan variabel intensitas aset tetap

memiliki pengaruh negatif. Sehingga saat terjadi peningkatan nilai

intensitas aset tetap akan diikuti penurunan nilai agresivitas pajak dengan

pengaruh yang tidak signifikan.

3. Uji F

Uji hipotesis ini dipakai untuk melihat adanya pengaruh secara simultan

variabel independen terhadap variabel terikat (dependen). Menurut Gunawan

(2018,p. 208) untuk menentukan ada tidaknya hubungan variabel independen

terhadap variabel terikat (dependen) secara simultan dapat diambil keputusan

sebagai berikut :

 Apabila Fhitung > Ftabel dan signifikansi < 0,05, maka dapat diambil

kesimpulan terdapat pengaruh antara variabel bebas (independen) terhadap

variabel terikat (dependen) secara signifikan.

 Apabila Fhitung < Ftabel dan nilai sig > 0,05, bisa ditarik kesimpulan tidak

terdapat pengaruh antara variabel bebas (independen) dan variabel terikat

(dependen). Berikut hasil uji F :


46

Tabel 4.9

Hasil Uji F

F Sig.
b
3,977,011
Sumber : Lampiran 6, diolah, 2020

Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai Fhitung sebesar 3,977 dan nilai Sig.

adalah 0,011. Berdasarkan data tersebut diketahui nilai Fhitung lebih besar dari

Ftabel (3,977 > 2,71) dan nilai sig.> 0,05..Hal ini menunjukkan likuiditas, leverage,

intensitas aset tetap mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

agresivitas pajak. Sehingga dapat diambil kesimpulan H 4 yang menyebutkan

likuiditas, leverage, dan intensitas aset tetap berpengaruh secarah simultan


terhadap agresivitas pajak dapat diterima.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengaruh Likuiditas Terhadap Tingkat Agresivitas Pajak

Likuiditas dalam penelitian ini memiliki pengaruh dengan arah negatif dan

signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan sebesar 0,046. Hubungan negatif

likuiditas dengan agresivitas pajak bermakna bahwa saat likuiditas perusahaan

berada dalam kondisi baik maka, perusahaan tidak begitu agresif terhadap.

Sedangkan jika tingkat likuiditas perusahaan rendah, maka kemungkinan

perusahaan untuk agresif terhadap pajaknya sangat tinggi.

Menurut Kasmir (2019:110) likuiditas merupakan kemampuan perusahaan

dalam melunasi hutang-hutang jangka pendeknya. Sehingga besar kecilnya

perusahaan dalam melunasi hutang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat

likuiditas yang dimiliki. Dalam hal ini pajak termasuk salah satu hutang jangka

pendek perusahaan yang harus dilunasi setiap tahunnya. Jika kondisi likuiditas
47

perusahaan dalam posisi rendah, pihak manajemen akan melakukan tindakan-

tindakan yang bisa menyebabkan biaya pajak yang perlu dibayarkan menjadi lebih

kecil. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan yang memiliki

tingkat likuiditas rendah sangat agresif pada beban pajaknya. Hal ini di lakukan

untuk menjaga kondisi keuangan atau sumber dana perusahaan tetap ada. Sumber

dana perusahaan bukan hanya untuk membayar pajak. Selain beban pajak yang

menjadi tanggungan masih banyak hutang-hutang lain yang perlu dibayarkan

perusahaan ketika jatuh waktu pelunasannya. Sehingga perusahaan dengan tingkat

rasio likuiditas yang rendah lebih memilih agresif terhadap beban pajak yang

dimilikinya dari pada harus menunggak pembayaran hutang-hutang lain yang

nantinya bisa menyebabkan perusahaan kesulitan mencari sumber dana. Berbeda

apabila perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi. Maka

perusahaan tersebut mempunyai sumber dana yang besar dan dominan membayar

beban pajaknya sesuai dengan ketentuan tanpa harus takut kekurangan dana saat

terdapat hutang yang jatuh tempo.

Penelitian ini memiliki hasil yang berbeda dengan Gemilang (2017) yang

mengatakan bahwa antara likuiditas agresivitas pajak perusahaan tidak terdapat

pengaruh sama sekali. Hal ini disebabkan karena perbedaan tingkat rasio

profitabilitas yang dimiliki masing-masing sampel penelitian. Penelitian Gemilang

(2017) menghasilkan rata-rata rasio profitabilitas sebesar 0,08. Sedangkan

penelitian ini menghasilkan rata-rata rasio profitabilitas yang lebih tinggi sebesar

0,13. Karena pada dasarnya perusahaan yang memiliki kemampuan menghasilkan

laba tinggi lebih cenderung agresif terhadap pajaknya. Karena pihak manajemen

akan lebih memilih menginvestasikan uang perusahaan dari pada membayar pajak
48

dengan nominal yang tinggi. Perbedaan hasil ini juga bisa disebabkan karena

perbedaan penentuan agresivitas pajak yang digunakan saat penelitian. Penelitian

Gemilang (2017) menggunakan ETR sedangkan penelitian ini menggunan CETR

dalam menentukan variabel agresivitas pajak.

4.3.2 Pengaruh Leverage Terhadap Tingkat Agresivitas Pajak

Leverage dalam penelitian ini berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

agresivitas pajak perusahaan sebesar 0,373. Hubungan negatif leverage dan

agresivitas pajak perusahaan menandakan bahwa saat tingkat rasio leverage

perusahaan tinggi maka tingkat agresivitas pajak yang dijalankan perusahaan

sangat rendah. Sedangkan saat tingkat leverage perusahaan rendah kemungkinan

perusahaan akan agresif terhadap pajaknya.

Hal tersebut membuktikan perusahaan akan semakin agresif terhadap

pajaknya apabila memiliki tingkat leverage yang tinggi. Hal tersebut disebabkan

karena perusahaan akan mempertahankan kondisi laba dalam keadaan stabil untuk

menjaga keyakinan para investor agar tetap menanamkan modalnya pada

perusahaan. Jika perusahaan berusaha untuk agresif terhadap pajaknya, hal ini

akan menyebabkan laba yang merupakaan acuan beban pajak akan semakin

mengecil. Hal ini ditakutkan akan mengakibatkan para investor akan menarik

uang mereka yang diinvestasikan pada perusahaan. Karena dalam kenyataannya

setiap orang akan meminjamkan uangnya kepada orang yang diyakini mampu

untuk mengembalikan uang tersebut. Dalam hal ini para investor akan melihat

laba yang dihasilkan perusahaan sebelum mereka menanamkan modalnya.

Semakin besar laba yang dihasilkan serta kemampuan perusahaan yang

menjanjikan dalam menghasilkan laba maka para investor akan sangat yakin
49

untuk menanamkan modalnya. Sebaliknya, jika kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba kecil kemungkinan para investor akan ragu untuk memberikan

modal pada perusahaan tersebut. Faktor lain yang menjadi pemicu perusahaan

dengan tingkat rasio leverage tinggi tidak perlu agresif terhadap pajaknya adalah

beban bunga. Beban bunga yang dibayarkan akan tinggi saat tingkat hutang yang

dimiliki perusahaan tinggi. Pasal 6 ayat (1) huruf a UU Nomor 36 Tahun 2008

tentang Pajak Penghasilan menjelaskan bahwa beban bunga dapat dijadikan

sebagai biaya yang mengurangi laba dalam perhitungan pajak penghasilan badan.

Sehingga tanpa harus agresif terhadap pajaknya, beban pajak akan otomatis

mengecil dikarenakan laba yang menjadi acuan perhitungan pajak ikut menurun

karena adanya beban bunga yang miliki perusahaan.

Penelitian ini bertolak belakang dengan riset yang dijalankan Anita (2015)

serta Adisamartha dan Noviari (2015) yang menyebutkan tidak terdapat pengaruh

antara variabel leverage dengan agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan.

Perbedaan ini terjadi karena perbedaan tingkat leverage masing masing sampel

penelitian. Adisamartha dan Noviani (2015) serta Anita (2015) menunjukkan rata

- rata tingkat leverage masing-masing sebesar 0,42 dan 0,43 sedangkan penelitian

ini menghasilkan rata-rata tingkat leverage yang lebih rendah yaitu 0,38.

4.3.3 Pengaruh Intensitas Aset Tetap Terhadap Tingkat Agresivitas Pajak

Mengacu pada hasil uji yang sudah dilakukan, menunjukkan intensitas aset

tetap menghasilkan nilai nilai Sig. 0,761. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa

nilai Sig. > 0,05. Hal tersebut menjelaskan bahwa tinggi rendahnya intensitas aset

tetap yang ada dalam perusahaan tidak akan berefek sama sekali terhadap

agresivitas pajak yang dijalankan perusahaan.


50

Komposisi aset tetap yang cenderung tinggi dalam perusahaan

menghasilkan biaya depresiasi yang tinggi pula. Tetapi aset tetap yang dibeli

perusahaan bukan hanya untuk pajangan semata yang berfungsi untuk mengurangi

biaya pajak karena adanya beban penyusutan. Aset tetap tersebut tentunya akan

digunakan untuk kegiatan operasi ataupun persewaan yang mendukung keuangan

perusahaan. Sehingga dari kegiatan tersebut perusahaan akan mendapatkan

tambahan profit yang lebih tinggi dari biasanya. Karena pada dasarnya sebelum

membeli aset tetap, perusahaan akan menghitung dengan detail apakah aset

tersebut nantinya akan memberikan keuntungan tambahan bagi perusahaan atau

malah sebaliknya. Pertambahan beban penyusutan yang terjadi karena adanya aset

tetap yang dibeli tidak dapat sebanding dengan laba yang akan dihasilkan dari

pemanfaatan aset tetap tersebut. Karena dalam kenyataannya semakin banyak

komposisi aset tetap yang ada dalam perusahaan, semakin cepat dan besar proses

produksi yang dilakukan. Hal tersebut mengakibatkan laba yang dihasilkan

perusahaan akan lebih tinggi daripada sebelumnya. Sehingga tindakan mengurangi

beban pajak dengan menambah aset tetap yang dimiliki perusahaan kurang efisien

karena laba yang nantinya dihasilkan akan lebih tinggi dari pada biaya penyusutan

yang terkait dengan aset tersebut.

Penelitian ini sejalan dengan riset yang dijalankan Adisamartha dan

Noviari (2015). Hal ini disebabkan nilai rata-rata tingkat intensitas aset tetap yang

dihasilkan hampir sama. Adisamartha dan Noviari (2015) sebesar 0,33 dan

penelitian ini sebesar 0,35. Meskipun dalam menentukan tingkat agresivitas

berbeda, namun hasil penelitian sama-sama menunjukkan variabel intensitas aset

tetap tidak mempengaruhi tingkat agresivitas pajak perusahaan.


51

4.3.4 Pengaruh Likuiditas, Leverage, Intensitas Aset Tetap Secara

Bersama-sama Terhadap Tingkat Agresivitas Pajak

Berdasarkan pengujian yang sudah dijalankan menjelaskan bahwa

likuiditas, leverage, serta intensitas aset tetap bersama-sama mempengaruhi

tingkat agresivitas pajak perusahaan, hal ini bisa dilihat dari hasil tabel 4.9 yang

menunjukkan nilai Sig. 0,011. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa

besarnya Sig..< 0,05 maka bisa diambil kesimpulan secara simultan variabel

likuiditas, leverage, serta intensitas aset tetap memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap agresivitas pajak perusahaan.

4.4 Aspek Manajerial

Tidak bisa dipungkiri pajak menjadi sumber penghasilan bagi

perekonomian negara. Sebagai salah satu sektor perusahaan yang terdapat di

Indonesia, sektor industri barang konsumsi berperan besar terhadap pendapatan

pajak negara. Karena pajak dianggap sebagai beban, kegiatan agresivitas pajak

lumrah dilakukan.

Berdasarkan teori dan penelitian yang sudah dilakukan, menjelaskan

bahwa variabel agresivitas pajak hanya dipengaruhi oleh variabel likuiditas dan

leverage. Likuiditas yang dihitung dengan membagi aktiva lancar dan hutang

lancar mempunyai pengaruh dengan arah negatif terhadap agresivitas pajak yang

dilakukan perusahaan. Perusahaan yang mempunyai likuiditas tinggi lebih mudah

melunasi hutang jangka pendek yang harus dibayarnya termasuk pajak karena

ketersediaan dana perusahaan yang besar, sehingga perusahaan yang memiliki

rasio likuiditas yang tinggi cenderung tidak agresif terhadap pajaknya. Leverage

adalah rasio tingkat hutang yang dimiliki perusahaan. Sebagai salah satu
52

komponen keuangan, hutang menjadi hal yang diperhatikan manajemen dalam

mencari sumber dana. Beban bunga yang ada dalam hutang membantu pihak

manajemen untuk meminimalisir beban pajak yang timbul. Maka perusahaan yang

memiliki tingkat leverage yang tinggi tidak mungkin agresif terhadap pajaknya

karena secara otomatis beban pajak akan berkurang dengan adanya beban bunga.

Berbeda dengan variabel intensitas aset tetap yang tidak memiliki

pengaruh siginifikan terhadap variabel agresivitas pajak. Terbukti bahwa tidak

semua faktor dapat mengukur tingkat agresivitas pajak yang dijalankan

perusahaan. Untuk itu pihak manajemen diharapkan mampu memanfaatkan

semaksimal mungkin tingkat likuiditas dan leverage saat ingin melakukan

kegiatan agresivitas pajak. Pihak manajemen yang melakukan agresivitas pajak

dengan memanfaatkan tingkat likuiditas dan leverage merupakan tindakan yang

legal karena hanya memanfaatkan celah-celah yang timbul dari ketentuan-

ketentuan perpajakan. Sehingga hal tersebut dirasa lebih aman dilakukan pihak

manajemen dari pada melakukan tindakan ilegal seperti tidak melaporkan SPT,

merekayasa laporan keuangan, menyembunyikan harta kekayaan yang menjadi

objek pajak yang nantinya dapat dikenai sanksi saat diketahui oleh petugas

perpajakan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh likuiditas, leverage,

intensitas aset tetap terhadap tingkat agresivitas pajak pada berusahaan

manukfaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2015-

2018. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Variabel likuiditas, leverage, dan intensitas aset tetap secara simultan

berpengaruh terhadap tingkat agresivitas pajak perusahaan.

2. Variabel likuditas secara parsial memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap

tingkat agresivitas pajak perusahaan. Sehingga semakin tinggi likuiditas

perusahaan maka semakin rendah agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan.

3. Variabel leverage secara parsial memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap

tingkat agresivitas pajak perusahaan. Sehingga semakin tinggi tingkat leverage

perusahaan maka semakin rendah tingkat agresivitas pajak yang dilakukan.

4. Variabel intensitas aset tetap secara parsial tidak berpengaruh terhadap

agresivitas pajak perusahaan. Sehingga tinggi rendahnya tingkat intensitas aset

tetap yang dimiliki perusahaan tidak akan berpengaruh terhadap agresivitas

pajak yang dilakukannya.

5.2 Saran

Penelitian yang dilakukan masih banyak kekurangan dan jauh kata

sempurna. Karena itu, saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya

53
54

adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan sektor lain untuk dijadikan sampel penelitian seperti property

dan real estate, keuangan, jasa, kontruksi bangunan, industri dan lain

sebagainya.

2. Menambah atau menggunakan variabel lain yang mungkin bisa berpengaruh

terhadap agresivitas pajak seperti, probitabilitas, dewan komusaris, ukuran

perusahaan dan lain-lain.

3. Menggunakan metode lain untuk menentukan tingkat agresivitas pajak

perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Adisamartha, I.B., dan Noviari, N. (2015). “Pengaruh Likuiditas, Leverage,


Intensitas Persediaan dan Intensitas Aset Tetap pada Tingkat Agresivitas
Wajib Pajak Badan”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol.13.
973-1000. ISSN: 2303-1018.

Anita M, F. 2015. “Pengaruh Corporate Sosial Responsibility, Leverage,


Likuiditas dan Ukuran Perusahaan terhadap Agresivitas Pajak”. Jom
FEKON, Vol. 2 No. 2 Oktober 2015.

Brigham, E.F., & Housen, J.F. (2013). “Dasar - Dasar Manajemen Keuangan”.
Buku 1 Edisis 11. Jakarta : Salemba Empat.

Chen, S., Chen, X., Cheng, Q., dan Shevlin, T. 2010. “Are Family Firm More Tax
Agressive than Non-Family Firm?” Journal of Financial Economics.
95:41-61.

Gemilang, D.N. 2017. “Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Ukuran


Perusahaan dan Capital Intensity Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan”
Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Surakarta: Surakarta.

Gunawan, Ce. (2018). Mahir Menguasai SPSS (Mudah Mengolah Data dengan
IBM SPSS Statistic 25. Yogyakarta : Deepublish.

Hidayanti, A.N. 2013. “Pengaruh Antara Kepemilikan Keluarga dan Corporate


Governance Terhadap Tindakan Pajak Agresif” Skripsi, Universitas
Diponegoro: Semarang

Karmila. (2018). Mengenal Perpajakan. Klaten : Cempaka Putih.

Kasmir. (2019). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana.

Mulyani, S., Darminto., dan Endang, M.W. 2014. “Pengaruh Karakteristik


Perusahaan, Koneksi Politik dan Reformasi Perpajakan Terhadap
Penghindaran Pajak (Studi pada perusahaan manufaktur yeng terdaftar di
BEI tahun 2008-2012)”. Jurnal Mahasiswa Perpajakan Universitas
Brawijaya, 1(2): 71-89.

Pradipta, Dyah Hayu. 2015. “Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR),


Profitabilitas, Leverage, dan Komisaris Independen Terhadap Praktik
Penghindaran Pajak”. Tesis, Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.

55
56

Purwanto, Agus. 2016. “Pengaruh Likuiditas, Leverage, Manajemen Laba, dan


Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan pada
Perusahaan Pertanian dan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2013”. JOM Fekon, Vol. 3 No. 1 (Februari) 2016.

Resmi, Siti. (2017). Perpajakan : Teori dan Kasus, Jakarta : Salemba Empat.

Rodriguez, E. F. And Arias, A. M. 2012. “Do Business Characteristics Determine


an Effective Tax Rate?”. The Chinese Economy. Vol. 45, No. 6.

Sari, D.K., dan Martani, D. 2010. “Ownership characteristics, corporate


governance and tax aggressiveness”. The 3rd International Accounting
Conference &The 2nd Doctoral Colloquium. Bali.

Sattar., dan Wijayanti, S.K. (2018). Buku Ajar Teori Ekonomi Makro.Yogyakarta:
Deepublish.

Savitri,Dhian Andanarini Minar. 2017. “Pengaruh Leverage, Intensitas


Persediaan, Intensitas Aset Tetap, Dan Profitabilitas Terhadap Agresivitas
Pajak”. Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (J’MAT), 8(2):
19-32.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suyanto, Krisnata Dwi., dan Supramono. 2012. Likuiditas, Leverage, Komisaris


Independen,dan Manajemen Laba terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan.
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.16, No.2 Mei 2012, hlm. 167–177.

Tiaras, Irvan., dan Henryanto Wijaya. 2015. “Pengaruh Likuiditas, Leverage,


Manajemen Laba, Komsaris Independen, dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Agresivitas Pajak”. Jurnal Akuntansi 19 (3): 380-397.

Yulfaida dan Zhulaikha. 2012. “Pengaruh Size, Profitabilitas, Profile, Leverage, dan
Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia” . Semarang: UNDIP,
Diponegoro Journal Of Accounting Volume 1, Nomer 2, Tahun 2012, Halaman
1-12.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Populasi

No kode Nama Perusahaan


1 ADES Akasha Wira international Tbk
2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
3 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk
4 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk
5 BUDI Budi Starch Sweetener Tbk
6 CAMP Campina Ice Cream Industry Tbk
7 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
8 CINT Chitose International Tbk
9 CLEO Sariguna Primatirta Tbk
10 COCO Wahana Interfood Nusantara Tbk
11 DLTA Delta Djakarta Tbk
12 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
13 FOOD Sentra Food Indonesia Tbk
14 GGRM Gudang Garam Tbk
15 GOOD Garudafood Putra Putri Jaya Tbk
16 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
17 HOKI Buyung Poetra Sembada Tbk
18 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
19 IIKP Inti Agri Resources Tbk
20 INAF Indofarma Tbk
21 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
22 ITIC Indonesian Tobacco Tbk
23 KAEF Kimia Farma Tbk
24 KEJU Mulia Boga Raya Tbk
25 KICI Kedaung Indah Can Tbk
26 KINO Kino Indonesia Tbk
27 KLBF Kabel Farma Tbk
28 KPAS Cottonindo Ariesta Tbk
29 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk
30 MBTO Martina Berto Tbk
31 MERK Merck Indonesia Tbk
32 MGNA Magna Investama Mandiri Tbk
33 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
34 MRAT Mustika Ratu Tbk
35 MYOR Mayora Indah Tbk
36 PANI Pratama Abadi Nusa Industri Tbk
37 PCAR Prima Cakrawala Abadi Tbk
38 PEHA Phapros Tbk
39 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk
40 PSGO Palma Serasih Tbk
41 PYFA Pyridam Farma Tbk
42 RMBA Bentoel Internasional Investama Tbk
43 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
44 SCPI Merck Sharp Dohme Pharma Tbk
45 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Tbk
46 SKBM Sekar Bumi Tbk
47 SKLT Sekar Laut Tbk
48 STTP Siantar Top Tbk
49 TCID Mandom Indonesia Tbk
50 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk
51 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry and Trading Company Tbk
52 UNVR Unilever Indonesia Tbk
53 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk
54 WOOD Integra Indocabinet Tbk
Lampiran 2. Perusahaan yang tidak masuk dalam sampel

1. Perusahaan yang tidak terdaftar di BEI berturut-turut pada periode


2015-2016.
No Kode Nama Perusahaan
1 CAMP Campina Ice Cream Industry Tbk
2 CLEO Sariguna Primatirta Tbk
3 COCO Wahana Interfood Nusantara Tbk
4 FOOD Sentra Food Indonesia Tbk
5 GOOD Garudafood Putra Putri Jaya Tbk
6 HOKI Buyung Poetra Sembada Tbk
7 ITIC Indonesian Tobacco Tbk
8 KEJU Mulia Boga Raya Tbk
9 KPAS Cottonindo Ariesta Tbk
10 PANI Pratama Abadi Nusa Industri Tbk
11 PCAR Prima Cakrawala Abadi Tbk
12 PSGO Palma Serasih Tbk
13 WOOD Integra Indocabinet Tbk

2. Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan berturut


turut selama periode 31 desember 2015 – 31 desember 2018.
No Kode Nama Perusahaan
1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
2 INAF Indofarma Tbk
3 MGNA Magna Investama Mandiri Tbk
4 PEHA Phapros Tbk
5 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk
6 SCPI Merck Sharp Dohme Pharma Tbk
7 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Tbk

3. Perusahaan yang mengalami rugi selama periode 2015 – 2018.


No Kode Nama Perusahaan
1 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk
2 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk
3 IIKP Inti Agri Resources Tbk
4 KICI Kedaung Indah Can Tbk
5 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk
6 MBTO Martina Berto Tbk
7 MRAT Mustika Ratu Tbk
8 RMBA Bentoel Internasional Investama Tbk
Lampiran 3 . Perusahaan Sampel

No Kode Nama Perusahaan


1 ADES PT. Akasha Wira Internasional Tbk
2 BUDI PT. Budi Starch & Sweetener Tbk
3 CEKA PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
4 CINT PT. Chitose Internasional Tbk
5 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk
6 DVLA PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk
7 GGRM PT. Gudang Garam Tbk
8 HMSP PT. HM Sampoerna Tbk
9 ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
10 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
11 KAEF PT. Kimia Farma (Persero) Tbk
12 KINO PT. Kino Indonesia Tbk
13 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk
14 MERK PT. Merck Tbk
15 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
16 MYOR PT. Mayora Indah Tbk
17 PYFA PT. Pyridam Farma Tbk
18 ROTI PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk
19 SKBM PT. Sekar Bumi Tbk
20 SKLT PT. Sekar Laut Tbk
21 STTP PT. Siantar Top Tbk
22 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk
23 TSPC PT. Tempo Scan Pacific Tbk
24 ULTJ PT. Ultra Jaya Milk Industry Tbk
25 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk
26 WIIM PT Wismilak Inti Makmur Tbk
Lampiran 4 . Data penelitian
1. Likuditas

Kode 2015 (dalam jutaan rupiah) 2016 (dalam jutaan rupiah)


No Aktiva Hutang Aktiva Hutang
Perusahaan Hasil hasil
lancar lancar lancar lancar
1 ADES 276.323 199.364 1,39 319.614 195.466 1,64
2 BUDI 1.492.365 1.491.109 1,00 1.092.360 1.090.816 1,00
3 CEKA 1.253.019 816.471 1,53 1.103.865 504.209 2,19
4 CINT 204.899 58.866 3,48 195.009 61.705 3,16
5 DLTA 902.007 140.419 6,42 1.048.134 137.842 7,60
6 DVLA 1.043.830 296.298 3,52 1.068.967 374.427 2,85
7 GGRM 42.568.431 24.045.086 1,77 41.933.173 21.638.565 1,94
8 HMSP 29.807.330 4.538.674 6,57 33.647.496 6.428.478 5,23
9 ICBP 13.961.500 6.002.344 2,33 15.571.362 6.469.785 2,41
10 INDF 42.816.745 25.107.538 1,71 28.985.443 19.219.441 1,51
11 KAEF 2.100.922 1.092.624 1,92 2.906.737 1.696.209 1,71
12 KINO 2.089.897 1.291.022 1,62 1.876.158 1.220.778 1,54
13 KLBF 8.745.466 2.365.880 3,70 9.572.530 2.317.162 4,13
14 MERK 483.680 132.436 3,65 508.615 120.622 4,22
15 MLBI 709.955 1.215.227 0,58 901.258 1.326.261 0,68
16 MYOR 7.454.347 3.151.495 2,37 8.739.783 3.884.051 2,25
17 PYFA 72.746 36.534 1,99 83.106 37.934 2,19
18 ROTI 812.991 395.920 2,05 949.414 320.502 2,96
19 SKBM 334.920 298.417 1,12 519.270 468.980 1,11
20 SKLT 189.759 159.133 1,19 222.687 169.303 1,32
21 STTP 659.691 554.491 1,19 921.134 556.752 1,65
22 TCID 1.112.672 222.931 4,99 1.174.482 223.305 5,26
23 TSPC 4.304.922 1.696.487 2,54 4.385.084 1.653.413 2,65
24 ULTJ 2.103.565 561.628 3,75 2.874.822 593.526 4,84
25 UNVR 6.623.114 10.127.542 0,65 6.588.109 10.878.074 0,61
26 WIIM 988.814 341.706 2,89 996.925 293.712 3,39

2017 ( dalam jutaan rupiah ) 2018 ( dalam jutaan rupiah )


Aktiva lancar Hutang lancar Hasil Aktiva lancar Hutang lancar Hasil
294.244 244.888 1,20 364.138 262.397 1,39
1.027.489 1.019.986 1,01 1.472.140 1.467.508 1,00
988.480 444.383 2,22 809.166 158.256 5,11
210.584 66.015 3,19 219.578 81.076 2,71
1.206.576 139.685 8,64 1.384.228 192.300 7,20
1.175.656 441.623 2,66 1.203.372 416.537 2,89
43.764.490 22.611.042 1,94 45.284.719 22.003.567 2,06
34.180.353 6.482.969 5,27 37.831.483 8.793.999 4,30
16.579.331 6.827.588 2,43 14.121.568 7.235.398 1,95
32.948.131 21.637.763 1,52 33.272.618 31.204.102 1,07
3.662.090 2.369.507 1,55 5.369.547 3.774.304 1,42
1.795.405 1.085.566 1,65 1.975.979 1.316.323 1,50
10.042.739 2.227.336 4,51 10.648.288 2.286.167 4,66
569.889 184.971 3,08 973.310 709.437 1,37
1.076.845 1.304.114 0,83 1.228.961 1.578.919 0,78
10.674.200 4.473.628 2,39 12.647.859 4.764.510 2,65
78.364 22.245 3,52 91.387 33.142 2,76
2.319.937 1.027.422 2,26 1.876.409 525.422 3,57
836.640 511.560 1,64 851.410 615.507 1,38
267.129 211.493 1,26 356.736 291.349 1,22
940.212 358.963 2,62 1.250.807 676.674 1,85
1.276.479 259.807 4,91 1.333.428 231.534 5,76
5.049.364 2.002.621 2,52 5.130.662 2.039.075 2,52
3.439.990 820.625 4,19 2.793.521 635.161 4,40
7.941.635 12.532.304 0,63 8.325.029 11.134.786 0,75
861.173 160.791 5,36 888.980 150.202 5,92
2. Leverage

No Kode Perusahaan 2015 (dalam jutaan rupiah) 2016 (dalam jutaan rupiah)
Total Hutang Total Aktiva Hasil Total Hutang Total Aktiva Hasil
1 ADES 324.855 653.224 0,50 383.091 767.479 0,50
2 BUDI 2.160.702 3.265.953 0,66 1.766.825 2.931.807 0,60
3 CEKA 845.933 1.485.826 0,57 538.044 1.425.964 0,38
4 CINT 67.734 382.807 0,18 72.907 399.337 0,18
5 DLTA 188.700 1.038.322 0,18 185.423 1.197.797 0,15
6 DVLA 402.761 1.376.278 0,29 451.786 1.531.366 0,30
7 GGRM 25.497.504 63.505.413 0,40 23.387.406 62.951.634 0,37
8 HMSP 5.994.664 38.010.724 0,16 8.333.263 42.508.277 0,20
9 ICBP 10.173.713 26.560.624 0,38 10.401.125 28.901.948 0,36
10 INDF 48.709.933 91.831.526 0,53 38.233.092 82.174.515 0,47
11 KAEF 1.378.320 3.434.879 0,40 2.341.155 4.612.562 0,51
12 KINO 1.434.605 3.211.235 0,45 1.332.432 3.284.504 0,41
13 KLBF 2.758.131 13.696.417 0,20 2.762.162 15.226.009 0,18
14 MERK 168.103 641.647 0,26 161.262 743.935 0,22
15 MLBI 1.334.373 2.100.853 0,64 1.454.398 2.275.038 0,64
16 MYOR 6.148.256 11.342.716 0,54 6.657.166 12.922.421 0,52
17 PYFA 58.729 159.951 0,37 61.554 167.063 0,37
18 ROTI 1.517.789 2.706.324 0,56 1.476.889 2.919.641 0,51
19 SKBM 420.397 764.484 0,55 633.268 1.001.657 0,63
20 SKLT 225.066 377.111 0,60 272.089 568.240 0,48
21 STTP 910.759 1.919.568 0,47 1.167.899 2.336.411 0,50
22 TCID 367.225 2.082.097 0,18 401.942 2.185.101 0,18
23 TSPC 1.947.588 6.284.729 0,31 1.950.534 6.585.807 0,30
24 ULTJ 742.490 3.539.996 0,21 749.966 4.239.200 0,18
25 UNVR 10.902.585 15.729.945 0,69 12.041.437 16.745.695 0,72
26 WIIM 398.991 1.342.700 0,30 362.541 1.353.634 0,27

2017 ( dalam jutaan rupiah ) 2018 ( dalam jutaan rupiah )


Total Hutang Total Aktiva Hasil Total Hutang Total Aktiva Hasil
417.225 840.236 0,50 399.361 881.275 0,45
1.744.756 2.939.456 0,59 2.166.496 3.392.980 0,64
489.592 1.392.636 0,35 192.308 1.168.956 0,16
94.304 476.578 0,20 102.703 491.382 0,21
196.197 1.340.843 0,15 239.353 1.523.517 0,16
524.586 1.640.886 0,32 482.560 1.682.822 0,29
24.572.266 66.759.930 0,37 23.963.934 69.097.219 0,35
9.028.078 43.141.063 0,21 11.244.167 46.602.420 0,24
11.295.184 31.619.514 0,36 11.770.003 34.367.153 0,34
41.298.111 88.400.877 0,47 46.620.996 96.537.796 0,48
3.523.628 6.096.149 0,58 6.103.968 9.460.427 0,65
1.182.424 3.237.595 0,37 1.405.264 3.592.164 0,39
2.722.208 16.616.239 0,16 2.851.611 18.146.206 0,16
231.569 847.006 0,27 744.833 1.263.114 0,59
1.445.173 2.510.078 0,58 1.721.965 2.889.501 0,60
7.561.503 14.915.850 0,51 9.049.162 17.591.706 0,51
50.708 159.564 0,32 68.130 187.057 0,36
1.739.468 4.559.574 0,38 1.476.909 4.393.810 0,34
599.790 1.623.027 0,37 730.789 1.771.366 0,41
328.714 636.284 0,52 408.058 747.294 0,55
957.660 2.342.432 0,41 984.802 2.631.190 0,37
503.481 2.361.807 0,21 472.680 2.445.143 0,19
2.352.892 7.434.900 0,32 2.437.127 7.869.975 0,31
978.185 5.175.896 0,19 780.915 5.555.871 0,14
13.733.025 18.906.413 0,73 11.944.837 19.522.970 0,61
247.921 1.225.712 0,20 250.337 1.255.574 0,20
3. Intensitas Aset Tetap

Kode 2015 (dalam jutaan rupiah) 2016 (dalam jutaan rupiah)


No Total Aset Total Total Aset Total
Perusahaan Hasil Hasil
Tetap Aktiva Tetap Aktiva
1 ADES 284.380 653.224 0,44 374.177 767.479 0,49
2 BUDI 1.712.330 3.265.953 0,52 1.771.780 2.931.807 0,60
3 CEKA 221.003 1.485.826 0,15 215.976 1.425.964 0,15
4 CINT 159.053 382.807 0,42 181.812 399.337 0,46
5 DLTA 105.314 1.038.322 0,10 96.275 1.197.797 0,08
6 DVLA 258.265 1.376.278 0,19 404.599 1.531.366 0,26
7 GGRM 20.106.488 63.505.413 0,32 20.498.950 62.951.634 0,33
8 HMSP 6.281.176 38.010.724 0,17 6.895.483 42.508.277 0,16
9 ICBP 6.555.660 26.560.624 0,25 7.114.288 28.901.948 0,25
10 INDF 25.096.342 91.831.526 0,27 25.701.913 82.174.515 0,31
11 KAEF 674.489 3.434.879 0,20 1.006.745 4.612.562 0,22
12 KINO 1.007.345 3.211.235 0,31 1.222.356 3.284.504 0,37
13 KLBF 3.938.494 13.696.417 0,29 4.555.756 15.226.009 0,30
14 MERK 110.784 641.647 0,17 129.992 743.935 0,17
15 MLBI 1.266.072 2.100.853 0,60 1.278.015 2.275.038 0,56
16 MYOR 3.770.696 11.342.716 0,33 3.859.420 12.922.421 0,30
17 PYFA 84.152 159.951 0,53 79.955 167.063 0,48
18 ROTI 1.821.378 2.706.324 0,67 1.842.722 2.919.641 0,63
19 SKBM 393.331 764.484 0,51 436.019 1.001.657 0,44
20 SKLT 148.557 377.111 0,39 299.674 568.240 0,53
21 STTP 1.006.245 1.919.568 0,52 1.133.722 2.336.411 0,49
22 TCID 902.695 2.082.097 0,43 935.345 2.185.101 0,43
23 TSPC 1.616.562 6.284.729 0,26 1.806.744 6.585.807 0,27
24 ULTJ 1.160.713 3.539.996 0,33 1.042.072 4.239.200 0,25
25 UNVR 8.320.917 15.729.945 0,53 9.529.476 16.745.695 0,57
26 WIIM 331.748 1.342.700 0,25 330.448 1.353.634 0,24

2017 ( dalam jutaan rupiah ) 2018 ( dalam jutaan rupiah )


Total Aset Tetap Total Aktiva Hasil Total Aset Tetap Total Aktiva Hasil
478.184 840.236 0,57 447.249 881.275 0,51
1.863.833 2.939.456 0,63 1.871.467 3.392.980 0,55
212.313 1.392.636 0,15 200.124 1.168.956 0,17
234.752 476.578 0,49 256.898 491.382 0,52
89.979 1.340.843 0,07 90.191 1.523.517 0,06
395.989 1.640.886 0,24 394.752 1.682.822 0,23
21.408.575 66.759.930 0,32 22.758.558 69.097.219 0,33
6.890.750 43.141.063 0,16 7.288.435 46.602.420 0,16
8.120.254 31.619.514 0,26 10.741.622 34.367.153 0,31
39.492.287 88.400.877 0,45 42.388.236 96.537.796 0,44
1.687.785 6.096.149 0,28 2.693.682 9.460.427 0,28
1.247.283 3.237.595 0,39 1.423.721 3.592.164 0,40
5.342.660 16.616.239 0,32 6.252.801 18.146.206 0,34
177.729 847.006 0,21 186.743 1.263.114 0,15
1.364.086 2.510.078 0,54 1.524.061 2.889.501 0,53
3.988.757 14.915.850 0,27 4.258.300 17.591.706 0,24
75.930 159.564 0,48 90.378 187.057 0,48
1.993.663 4.559.574 0,44 2.222.133 4.393.810 0,51
485.558 1.623.027 0,30 582.660 1.771.366 0,33
311.810 636.284 0,49 323.244 747.294 0,43
1.125.769 2.342.432 0,48 1.096.144 2.631.190 0,42
964.643 2.361.807 0,41 998.709 2.445.143 0,41
1.984.179 7.434.900 0,27 2.271.380 7.869.975 0,29
1.336.398 5.175.896 0,26 1.453.135 5.555.871 0,26
10.422.133 18.906.413 0,55 10.627.387 19.522.970 0,54
312.881 1.225.712 0,26 319.991 1.255.574 0,25
4. Agresivitas Pajak

Kode 2015 (dalam jutaan rupiah) 2016 (dalam jutaan rupiah)


No Pemb. Laba Sblm Pemb. Laba Sblm
Perusahaan Hasil Hasil
PPh Pajak PPh Pajak
1 ADES 12.688 44.175 0,29 6.874 61.636 0,11
2 BUDI 21.278 52.125 0,41 13.513 52.832 0,26
3 CEKA 24.022 142.271 0,17 67.127 285.827 0,23
4 CINT 12.638 40.762 0,31 9.704 28.173 0,34
5 DLTA 69.234 250.198 0,28 85.427 327.048 0,26
6 DVLA 35.266 144.438 0,24 40.763 214.417 0,19
7 GGRM 1.830.188 8.635.275 0,21 2.405.902 8.931.136 0,27
8 HMSP 3.824.285 13.932.644 0,27 3.826.053 17.011.447 0,22
9 ICBP 1.189.923 4.009.634 0,30 1.530.642 4.989.254 0,31
10 INDF 2.333.641 4.962.084 0,47 2.678.358 7.385.228 0,36
11 KAEF 68.191 354.905 0,19 72.734 383.026 0,19
12 KINO 24.039 336.923 0,07 89.613 219.313 0,41
13 KLBF 688.576 2.720.881 0,25 731.822 3.091.188 0,24
14 MERK 50.652 193.941 0,26 68.361 214.916 0,32
15 MLBI 182.909 675.572 0,27 227.443 1.320.186 0,17
16 MYOR 129.259 1.640.495 0,08 378.010 1.845.683 0,20
17 PYFA 1.606 4.554 0,35 2.275 7.053 0,32
18 ROTI 76.292 378.252 0,20 101.020 369.417 0,27
19 SKBM 24.433 53.630 0,46 17.323 30.810 0,56
20 SKLT 15.452 27.376 0,56 8.027 25.166 0,32
21 STTP 51.222 232.005 0,22 45.345 217.746 0,21
22 TCID 52.587 583.122 0,09 33.537 221.476 0,15
23 TSPC 456.957 707.111 0,65 430.881 718.958 0,60
24 ULTJ 111.720 700.675 0,16 253.030 932.483 0,27
25 UNVR 1.910.609 7.829.490 0,24 2.066.894 8.571.885 0,24
26 WIIM 1.391 177.963 0,23 45.325 136.663 0,33

2017 ( dalam jutaan rupiah ) 2018 ( dalam jutaan rupiah )


Pemb. PPh Laba Sblm Pajak Hasil Pemb. PPh Laba Sblm Pajak Hasil
6.344 51.095 0,12 6.113 70.060 0,09
5.362 61.016 0,09 14.783 71.781 0,21
48.635 143.196 0,34 13.897 123.395 0,11
9.531 38.319 0,25 10.193 22.090 0,46
87.036 369.013 0,24 91.783 441.248 0,21
53.649 226.148 0,24 76.348 272.844 0,28
2.638.900 10.436.512 0,25 2.897.496 10.479.242 0,28
4.337.944 16.894.806 0,26 4.035.809 17.961.269 0,22
1.862.383 5.206.561 0,36 2.005.525 6.446.785 0,31
3.422.799 7.594.822 0,45 3.460.973 7.446.966 0,46
71.236 449.710 0,16 166.978 577.726 0,29
54.443 140.965 0,39 34.558 200.385 0,17
751.411 3.241.187 0,23 835.148 3.306.400 0,25
63.274 41.896 1,51 68.498 50.208 1,36
430.254 1.780.020 0,24 500.380 1.671.912 0,30
384.354 2.186.885 0,18 316.168 2.381.942 0,13
2.095 9.599 0,22 2.962 11.317 0,26
49.102 186.147 0,26 20.320 186.936 0,11
13.707 31.761 0,43 10.858 20.887 0,52
8.238 27.371 0,30 6.739 39.568 0,17
60.688 288.546 0,21 89.811 324.695 0,28
51.266 243.083 0,21 78.201 234.626 0,33
529.453 744.090 0,71 517.803 727.700 0,71
347.000 1.035.192 0,34 291.922 949.018 0,31
2.406.049 9.371.661 0,26 2.340.586 12.185.764 0,19
29.473 54.491 0,54 6.866 70.731 0,10
Lampiran 5. Data Mentah SPSS

No X1 X2 X3 Y No X1 X2 X3 Y No X1 X2 X3 Y
1 1,39 0,50 0,44 0,29 51 0,61 0,72 0,57 0,24 101 2,52 0,31 0,29 0,71
2 1,00 0,66 0,52 0,41 52 3,39 0,27 0,24 0,33 102 4,40 0,14 0,26 0,31
3 1,53 0,57 0,15 0,17 53 1,20 0,50 0,57 0,12 103 0,75 0,61 0,54 0,19
4 3,48 0,18 0,42 0,31 54 1,01 0,59 0,63 0,09 104 5,92 0,20 0,25 0,10
5 6,42 0,18 0,10 0,28 55 2,22 0,35 0,15 0,34
6 3,52 0,29 0,19 0,24 56 3,19 0,20 0,49 0,25
7 1,77 0,40 0,32 0,21 57 8,64 0,15 0,07 0,24
8 6,57 0,16 0,17 0,27 58 2,66 0,32 0,24 0,24
9 2,33 0,38 0,25 0,30 59 1,94 0,37 0,32 0,25
10 1,71 0,53 0,27 0,47 60 5,27 0,21 0,16 0,26
11 1,92 0,40 0,20 0,19 61 2,43 0,36 0,26 0,36
12 1,62 0,45 0,31 0,07 62 1,52 0,47 0,45 0,45
13 3,70 0,20 0,29 0,25 63 1,55 0,58 0,28 0,16
14 3,65 0,26 0,17 0,26 64 1,65 0,37 0,39 0,39
15 0,58 0,64 0,60 0,27 65 4,51 0,16 0,32 0,23
16 2,37 0,54 0,33 0,08 66 3,08 0,27 0,21 1,51
17 1,99 0,37 0,53 0,35 67 0,83 0,58 0,54 0,24
18 2,05 0,56 0,67 0,20 68 2,39 0,51 0,27 0,18
19 1,12 0,55 0,51 0,46 69 3,52 0,32 0,48 0,22
20 1,19 0,60 0,39 0,56 70 2,26 0,38 0,44 0,26
21 1,19 0,47 0,52 0,22 71 1,64 0,37 0,30 0,43
22 4,99 0,18 0,43 0,09 72 1,26 0,52 0,49 0,30
23 2,54 0,31 0,26 0,65 73 2,62 0,41 0,48 0,21
24 3,75 0,21 0,33 0,16 74 4,91 0,21 0,41 0,21
25 0,65 0,69 0,53 0,24 75 2,52 0,32 0,27 0,71
26 2,89 0,30 0,25 0,23 76 4,19 0,19 0,26 0,34
27 1,64 0,50 0,49 0,11 77 0,63 0,73 0,55 0,26
28 1,00 0,60 0,60 0,26 78 5,36 0,20 0,26 0,54
29 2,19 0,38 0,15 0,23 79 1,39 0,45 0,51 0,09
30 3,16 0,18 0,46 0,34 80 1,00 0,64 0,55 0,21
31 7,60 0,15 0,08 0,26 81 5,11 0,16 0,17 0,11
32 2,85 0,30 0,26 0,19 82 2,71 0,21 0,52 0,46
33 1,94 0,37 0,33 0,27 83 7,20 0,16 0,06 0,21
34 5,23 0,20 0,16 0,22 84 2,89 0,29 0,23 0,28
35 2,41 0,36 0,25 0,31 85 2,06 0,35 0,33 0,28
36 1,51 0,47 0,31 0,36 86 4,30 0,24 0,16 0,22
37 1,71 0,51 0,22 0,19 87 1,95 0,34 0,31 0,31
38 1,54 0,41 0,37 0,41 88 1,07 0,48 0,44 0,46
39 4,13 0,18 0,30 0,24 89 1,42 0,65 0,28 0,29
40 4,22 0,22 0,17 0,32 90 1,50 0,39 0,40 0,17
41 0,68 0,64 0,56 0,17 91 4,66 0,16 0,34 0,25
42 2,25 0,52 0,30 0,20 92 1,37 0,59 0,15 1,36
43 2,19 0,37 0,48 0,32 93 0,78 0,60 0,53 0,30
44 2,96 0,51 0,63 0,27 94 2,65 0,51 0,24 0,13
45 1,11 0,63 0,44 0,56 95 2,76 0,36 0,48 0,26
46 1,32 0,48 0,53 0,32 96 3,57 0,34 0,51 0,11
47 1,65 0,50 0,49 0,21 97 1,38 0,41 0,33 0,52
48 5,26 0,18 0,43 0,15 98 1,22 0,55 0,43 0,17
49 2,65 0,30 0,27 0,60 99 1,85 0,37 0,42 0,28
50 4,84 0,18 0,25 0,27 100 5,76 0,19 0,41 0,33
Lampiran 6. Hasil Uji SPSS

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Likuiditas 104 ,58 8,64 2,7034 1,69918
Leverage 104 ,14 ,73 ,3851 ,16169
IntensitasAT 104 ,06 ,67 ,3550 ,14615
AgresivitasPajak 104 ,07 1,51 ,3027 ,20596
Valid N (listwise) 104

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 ,349 a ,122 ,091 ,08925 2,020
a. Predictors: (Constant), IntensitasAT, Likuiditas, Leverage
b. Dependent Variable: AgresivitasPajak

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,095 3 ,032 3,977 ,011b
Residual ,685 86 ,008
Total ,780 89
a. Dependent Variable: AgresivitasPajak
b. Predictors: (Constant), IntensitasAT, Likuiditas, Leverage
Coefficientsa

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) ,524 ,083 6,339 ,000
Likuiditas -,046 ,013 -,701 -3,418 ,001 ,243 4,119
Leverage -,373 ,121 -,634 -3,088 ,003 ,242 4,132
IntensitasAT -,024 ,079 -,036 -,305 ,761 ,722 1,384

a. Dependent Variable: AgresivitasPajak


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 104
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,19516778
Most Extreme Differences Absolute ,196
Positive ,196
Negative -,112
Test Statistic ,196
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.


c. Lilliefors Significance Correction.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 90
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,08773631
Most Extreme Differences Absolute ,058
Positive ,058
Negative -,036
Test Statistic ,058
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Lampiran 7. Kartu Konsultasi
Lampiran 8. Kartu Konsultasi Abstrak Bahasa Inggris
Lampiran 9. Lembar Revisi Penguji 1
Lampiran 10. Lembar Revisi Penguji 2
Lampiran 11. Hasil Scan Plagiasi
Lampiran 12. Surat Keterangan Pengambilan Data

Anda mungkin juga menyukai