Reguler : C
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Akuntansi dari
Universitas Pamulang
Oleh
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah
menganugrahkan sedikit dari waktu dan ilmu-Nya dan memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal skripsi ini. Proposal skripsi
ini berjudul “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Pajak Dan Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Pembayaran Dividen”. Penulisan proposal skripsi ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai penyusunan proposal skripsi ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan proposal skripsi ini. Pada kesempatan ini saya ingin
menganturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. H. Darsono, selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya yang telah
mewujudkan mimpi-mimpi anak bangsa dengan mempelopori adanya pendidikan
dengan biaya yang terjangkau dan berkualitas.
2. Bapak Dr. Dayat Hidayat, M.M. selaku Rektor Universitas Pamulang yang telah
berupaya keras menjadikan Universitas Pamulang semakin berkualitas.
3. Bapak Drs. H. Rasmadi, M.Pd. selaku Wakil Rektor I Universitas Pamulang.
4. Bapak Dr. Ir. H. R. Boedi Hasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pamulang yang telah memajukan Fakultas Ekonomi menjadi semakin
baik.
5. Bapak H. Endang Ruhiyat, S.E., M.M., CSRS, CSRA selaku Ketua Program Studi
Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang yang telah menjadikan
Prodi Akuntansi semakin berkualitas.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas
Pamulang yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
i
7. Orang yang teristimewa dalam hidupku Suami tercinta Angger Wijayanto, yang
turut memberi dukungan baik moril maupun materil serta anakku tercinta Lathifa
Nurul Haque yang sangat mendorong penulis untuk terus berusaha dalam
menyelesaikan proposal skripsi ini.
8. Kedua orangtua tercinta Bapak Djunaedi dan Ibu Atun Jurumiatun serta kakak dan
adikku tersayang yang selalu melimpahkan kasih sayang serta dukungan sehingga
penulis termotivasi untuk menyelesaikan proposal skripsi ini.
9. Kedua mertua Bapak Suyanto dan Ibu Sri Rezeki serta kakak dan adik ipar
tersayang yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis
untuk menyelesaikan proposal skripsi ini.
10. Teman-teman terbaik keluarga besar SAKEK pajak, AK 1, Onye Unyu (Novia,
Ratna, Ayu, Eva, Jessica), dan teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu terima kasih telah memberikan dukungan sehingga saya dapat
menyelesaikan proposal skripsi ini.
11. Semua pihak yang telah membantu kelancaran proposal skripsi ini yang tidak bisa
disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dorongan, motivasi, bantuan dan doa
yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari
yang diharapkan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Penulis berharap proposal skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca
dan di dunia ilmu pengetahuan.
Pamulang, Maret 2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ...................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................... 11
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 12
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 12
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................ 13
iii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
memobilisasi dana dari investor yang ingin berinvestasi di pasar modal. Pasar
modal merupakan pasar yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang
memerlukan dana jangka panjang (dalam jangka diatas satu tahun) atau pasar
Para investor yang menanamkan modalnya perlu memperhatikan dua hal yaitu
keuntungan yang diharapkan dan resiko yang akan terjadi. Semakin tinggi resiko
maka semakin tinggi keuntungan yang diperoleh dan semakin rendah resiko yang
pendapatan deviden maupun dari selisih hasil penjualan saham terhadap harga beli
(capital again) (Siamat, 2004), dengan demikian para investor yang bermain di
bursa pasti mengalami capital loss. Para investor yang tidak bersedia mengambil
resiko tingi (Risk Aversion) tentu saja akan memilih dividen daripada (Capital
Gain). Investor seperti ini biasanya investor jangka pendek dan sangat cermat
1
kemana dananya akan di investasikan. Investor seperti ini tidak berminat
mengambil capital gain dimasa yang akan datang. Investor yang memilih deviden
selalu berharap untuk mendapat deviden yang besar dalam jumlah besar atau relatif
stabil dari tahun ke tahun karena akan mengurangi ketidakpastian investor yang
telah menanamkan dananya pada perusahaan. Sebagian lain dari laba bersih
untuk melakukan investasi kembali (Reinvestment). Hal ini merupakan inti dari
(Hadiwijaja, 2008).
2010). Pembagian dividen sebagian besar dipengaruhi oleh perilaku investor yang
lebih memilih dividen tinggi yang mengakibatkan saldo laba menjadi rendah.
Investor beranggapan bahwa dividen yang diterima saat ini lebih berharga
2
Dividen adalah salah satu daya tarik berinvestasi bagi investor dalam pasar
menerapkan salah satu dari keempat jenis kebijakan dividen yang terdiri dari :
Pertama. kebijakan dividen yang stabil. Kedua. kebijakan dengan penetapan jumlah
minimal dan eksternal dividen. Ketiga. kebijakan dividen dengan penetapan rasio
yang terlibat di masyarakat (Suharli 2007 dalam Mariah dan Meythi 2012). Bagi
investasi mereka. Selain itu, bagi kreditur dividen dapat menjadi sinyal mengenai
kecukupan kas suatu perusahaan untuk membayar bunga atau bahkan melunasi
pokok pinjamannya. Bagi pihak manajemen dividen merupakan arus kas keluar
Indonesia pun fenomena kebijakan dividen terjadi, yaitu kasus PT. Freeport
dividen dari hasil kinerja PT Freeport Indonesia di tahun 2014 akan kembali pupus.
Perusahaan tambang itu tidak lagi memberikan bagi hasil dividen kepada para
3
pemegang sahamnya lantaran masih fokus untuk investasi tambang bawah tanah
dividen ini merupakan tahun ketiga bagi pemerintah menahan dahaga atas bagi
hasil dividen Freeport. Terakhir tahun pada 2011 pemerintah masih mengantongi
dividen sebesar US$ 202 juta atau senilai Rp 1.76 triliun. Daisy Primayanti juru
pada kinerja 2014 kepada para pemegang saham lantaran 5 pihaknya masih fokus
berdasarkan hasil kinerja operasi pada 2014 lalu, yakni berupa pembayaran royalti
emas, tembaga dan perak senilai 118 juta dollar AS serta pembayaran pajak dan
non pajak senilai 421 juta dollar AS. “Tahun kinerja 2014. Freeport kembali tidak
bisa membayar dividen karena arus kas kami negatif sehingga perlu meminjam
dana kepada Freeport McMoRan untuk kegiatan tambang dan komitmen investasi".
McMoRan dengan porsi 90.64 persen saham. Sementara Indonesia hanya memiliki
dollar AS atau turun 25 persen dari tahun sebelumnya senilai 4.09 miliar dollar AS.
4
Adapun laba usaha mencapai 719 juta dollar AS atau turun dari tahun 2013 senilai
Saat ini pemerintah masih tetap berupaya agar Freeport tetap memberikan
upaya apa saja itu, namun pada dasarnya kami mendorong Freeport membayar
dividen." kata Rini. Ketua Working Group Kebijakan Publik Perhimpunan Ahli
memiliki cara untuk menekan agar Freeport tetap memberikan dividen. "Saya
perkirakan Freeport tak akan membagi dividen sampai 2017, kan proyek tambang
bawah tanahnya baru beres 2017." ujarnya. Dia meminta. agar pemerintah
memberikan catatan buruk itu dalam menentukan kepastian kontrak Freeport yang
habis pada 2021 nanti. "BUMN kita mampu, tenaga profesional kita ada, duit ada,
putus saja kontrak dengan Freeport." imbuh dia. Freeport sebuah pertambangan
besar tapi tidak maksimal memberikan dividen. Apabila ada yang berfikir Freeport
Sumber : (https://www.kompasiana.com/haydie/56581e9cf37e61ac055e2635/terima-
kebijakan dividen berkaitan dengan masalah keagenan. Salah satu pihak yang
5
menetapkan alokasi dividen adalah manajer. Perusahaan sebaiknya menetapkan
kebijakan dividen yang rendah agar memiliki sumber dana internal yang relatif
lebih murah dibandingkan dengan utang atau penerbitan saham baru. Pada
menginginkan return dalam bentuk dividen. Keputusan dan aktivitas manajer yang
memiliki saham perusahaan tentu akan berbeda dengan manajer yang murni
sendiri.
disebabkan oleh pemisahan antara kepemilikan dan fungsi pengelolaan inilah yang
disebut dengan konflik keagenan atau agency conflict (Jensen dan Meckling, 1976).
jumlahnya lebih besar mempunyai kinerja investasi yang lebih baik daripada
Jensen et al. (1992) dan Afza (2010) menemukan bahwa kepemilikan manajerial
(2002) dan Mulyono (2009) tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
hubungan positif antara struktur kepemilikan dan kebijakan dividen. Penelitian ini
7
mengatakan bahwa semakin tinggi presentase kepemilikan oleh dewan direksi,
maka tingkat dividen tunai juga semakin tinggi Hal ini menunjukkan bahwa
lain yaitu pajak dan pertumbuhan perusahaan untuk melihat apakah pajak dan
dividen.
Karena investor juga membayar pajak penghasilan, maka investor yang sudah
berada dalam tax bracket yang tinggi (di Indonesia tax bracket tertinggi adalah 10%
bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dan bersifat final) mungkin akan lebih menyukai
untuk tidak menerima dividen (karena harus membayar pajak) dan memilih
menikmati capital gains. Jika sebagian besar pemegang saham merupakan investor
yang mempunyai tax bracket tinggi, pembagian dividen akan cenderung tidak
terlalu besar.
Dengan adanya pajak, maka penghasilan investor dari dividen dan dari
capital gain (kenaikan harga saham) akan dikenai pajak. Seandainya tingkat pajak
untuk dividen dan capital gain adalah sama, investor cenderung lebih suka
menerima capital gain dari pada dividen karena pajak pada capital gain baru
dibayar saat saham dijual dan keuntungan diakui / dinikmati. Dengan kata lain,
8
investor lebih untung karena dapat menunda pembayaran pajak. Investor lebih suka
kembali keuntungan dan menaikkan nilai perusahaan atau harga saham (Atmaja,
2008). Teori yang diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy (1979) juga
menyatakan bahwa adanya pajak yang dikenakan terhadap keuntungan dividen dan
capital gain menyebabkan para investor lebih menyukai capital gain karena dapat
penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara pajak dan dividen.
tax meningkat. Selain itu ditemukan bahwa hubungan positif antara pajak
penghasilan perusahaan dan kebijakan dividen signifikan. Hal ini berarti bahwa
mengatakan bahwa tax rate memiliki pengaruh negatif dan secara parsial signifikan
terhadap dividend payout ratio. Bernheim (1991) mengatakan bahwa tax rate tidak
9
Seperti yang telah dibicarakan di atas, setiap perusahaan selalu
menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga
dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham di lain pihak, namun
kedua tujuan tersebut tidak selalu sejalan. Sebab apabila semakin tinggi tingkat
dividen yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang ditahan, dan sebagai
tetap didalam perusahaan, berarti bagian dari pendapatan yang tersedia untuk
memutuskan apakah akan membagi dividennya atau akan menahan laba untuk
untuk waktu mendatang, maka perusahaan lebih senang untuk menahan labanya
yang terjadi antara growth potential dengan dividen dan mereka mengemukakan
hubungan antara growth dan dividen harus selalu negatif. Observasi ini mendukung
rasio pembayaran dividen yang rendah. Penelitian yang dilakukan oleh John (2010)
juga menemukan hal yang sama, yaitu bahwa terdapat hubungan yang negatif
antara growth dan dividend payout ratio. Puspita (2009) juga menyebutkan bahwa
Berdasarkan latar belakang yang telah dituliskan di atas, maka penulis ingin
11
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini
pembayaran dividen.
12
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang tinjauan pustaka dari teori yang digunakan
dalam penelitian ini. Dalam bab ini juga diuraikan tentang penelitian
penelitian.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang
(principal) memerintah orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama
principal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk
memaksimumkan utilitas, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai
dengan kepentingan prinsipal (Hendriksen, 2000 dalam Gustiana, 2009). Dalam teori
memiliki kepentingan yang berbeda. Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan teori
konflik diantara keduanya. Manajer dapat mengambil tindakan yang diperlukan untuk
memaksimalkan nilai pasar. Pemegang saham tidak menyukai tindakan manajer yang
lebih mengutamakan kepentingan pribadinya karena hal tersebut akan menambah biaya
14
Manajer cenderung menginginkan pembagian dividen yang kecil untuk
perusahaan di masa depan. Pada sisi yang berbeda, para pemegang saham biasanya
lebih memilih masalah tambahan dana perusahan tersebut diambilkan dari utang
perusahaan, tetapi tentu saja manajer tidak akan bisa sejalan dengan para pemegang
saham dikarenakan pengambilan utang dari luar memiliki resiko yang lebih tinggi.
conflict) muncul. Berbagai konflik kepentingan dalam perusahaan baik antara manajer
keagenan atau agency relationship. Konflik antara manajer dan pemegang saham dapat
Masalah keagenan antara pemegang saham dengan manajer sering terjadi, hal
ini dikarenakan manajer tidak ikut memiliki saham perusahaan. Hal ini menyebabkan
bahwa tidak semua keuntungan yang diperoleh perusahaan akan dapat dinikmati oleh
manajer, yang berakibat kepada kinerja mereka yang tidak lagi fokus terhadap tujuan
dan Meckling (1976) perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham
sangat rentan terjadi. Penyebabnya karena para pengambil keputusan tidak perlu
15
begitu pula jika mereka tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan. Resiko tersebut
menanggung resiko dan tidak mendapat tekanan dari pihak lain dalam mengamankan
Pada suatu perusahaan, konflik kepentingan yang terjadi antara manajemen dan
pemegang saham dapat timbul dari adanya kelebihan aliran kas atau excess cash flow.
Kelebihan arus kas cenderung akan diinvestasikan melebihi tingkat yang optimum dan
sering digunakan untuk konsumsi secara berlebihan yang tidak ada kaitannya dengan
kegiatan utama perusahaan atau excessive perquisites. Konflik tersebut juga dapat
disebabkan oleh perbedaan antara pemegang saham yang lebih menyukai investasi
yang berisiko tinggi dengan harapan memperoleh return yang tinggi, sementara
manajemen lebih memilih investasi dengan resiko lebih rendah untuk melindungi
saham dan harus bersedia mengeluarkan biaya pengawasan atau monitoring cost untuk
mencegah penyimpangan dari agen. Hal tersebut dinamakan dengan biaya keagenan
16
1. Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen, kepemilikan
pemegang saham.
2. Meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih atau devidend payout ratio,
dengan demikian akan memperkecil jumlah aliran kas bebas atau free cash flow
investasi. Pengertian arus kas bebas itu sendiri adalah ketersediaan dana dalam
Apabila laba yang diperoleh dibagi sebagai dividen, maka kebutuhan investasi
harus dicari dari sumber dana eksternal. Pembiayaan eksternal ini akan
memerlukan kredit, maka harus siap untuk dievaluasi dan dimonitor oleh pihak
saham. Disamping itu, utang juga dapat mengurangi kelebihan aliran kas atau
excess cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan
Selain itu menurut Chasanah (2008), salah satu upaya yang dilakukan untuk
mengurangi adanya biaya keagenan adalah dengan pembayaran dividen yang dapat
17
menjadi bonding bagi manajemen. Pembagian dividen ini membuat pemegang saham
mendapatkan pendapatan tambahan selain dari capital gain. Dividen juga membuat
tercermin baik melalui instrumen saham maupun instrumen utang sehingga melalui
struktur tersebut dapat ditelaah kemungkinan bentuk masalah keagenan yang akan
terjadi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam struktur kepemilikan, antara
lain:
2.3 Pajak
Dividen adalah salah satu sumber aliran kas bagi para investor, akan tetapi
dividen bukan merupakan motivator utama bagi investor untuk membeli atau tidak
membeli saham tertentu. Capital gain yang didapat dari fluktuasi harga saham justru
merupakan motivator terbesar bagi investor untuk berinvestasi. Sementara itu, sebuah
negara yang tidak menerapkan imputation tax system maka akan menerapkan
penarikan pajak berganda terhadap dividen yang dibagikan kepada para pemegang
saham. Pertama, laba perusahaan sudah terkena pajak pendapatan, kedua ketika laba
tersebut dibagikan dalam bentuk dividen dikenakan lagi pajak penghasilan. Dalam
sebuah negara yang tidak menerapkan imputation tax system, misalnya Indonesia maka
kebijakan pembayaran dividen yang tinggi tidak akan memotivasi investor untuk
perusahaan. Pajak merupakan salah satu sektor penerimaan Negara yang sangat
19
dominan. Sistem perpajakan di Indonesia menggunakan sistem ”Self Assessment”
khususnya pajak penghasilan dalam hal ini untuk penentuan jumlah besarnya pajak
terutang ditentukan oleh wajib pajak sendiri. Salah satu cara untuk mencapai efesiensi
perhitungan kewajiban pajak yang dibayar oleh perusahaan adalah dengan melakukan
manajemen pajak (Kiswara, 2006 dalam Tirsono, 2008) yaitu dengan memanfaatkan
ketentuan perpajakan tersebut bisa berupa pengeluaran atau pembebanan biaya yang
diperkenankan (tax deductible) dalam menghitung laba kena pajak maupun fasilitas
dari pemerintah yang berupa pemberian kompensasi kerugian untuk perusahaan yang
mengalami kerugian ke laba di tahun berikutnya sampai dengan lima tahun kedepan
maupun pemberian fasilitas perpajakan khusus bagi perusahaan PMA (tax holiday)
(Tirsono, 2008).
dividen di Indonesia dikenal beberapa metode antara lain metode klasik dan metode
timbulnya pajak berganda (double taxation) harus dapat dicegah dalam penerapan
1. Pada metode klasik, perusahaan yang membagikan dividen dan pemegang saham
merupakan 2 (dua) entitas yang berbeda sehingga dividen yang dibagikan kepada
20
penghasilan yang dilunasi di muka oleh pemegang saham melalui mekanisme
2. Sesuai metode integrasi, laba usaha yang diterima atau diperoleh oleh perusahaan
pemegang saham dianggap bersumber dari satu penghasilan yang sama. Karena
atas laba bersih telah dikenakan pajak penghasilan (disebut sebagai corperate
income tax), selanjutnya laba bersih yang telah dikenakan pajak tersebut ketika
dibagikan dalam bentuk dividen kepada pemegang saham tidak dikenakan pajak
Pajak Penghasilan diterapkan metode klasik atas dividen yang diterima atau
klasik ini adalah bahwa penghasilan yang bersumber dari perusahaan akan
dikenakan pajak dua kali yaitu pada tingkat perusahaan itu sendiri dan pada
pembayaran dividen itu sendiri, sehingga tarif pajak yang berubah-ubah dan tarif
Penghasilan, khususnya pasal 17 ayat (1) huruf b yang mengatur tarif pajak yang
21
ditetapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Waib Pajak Badan dalam negeri dan
bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen). Sejak tahun
2010, tarif pajak tersebut dirubah menjadi 25% (dua puluh lima persen).
2008), dividen yang diterima oleh WPOP dikenakan tarif pajak sebesar 10% dan
bersifat final. Sedangkan dividen yang diterima oleh Wajib Pajak Badan dalam
negeri dikenakan tarif pajak sebesar 15%. Menurut Gitosudarmo (2001) dalam
dividend payout ratio adalah pajak penghasilan dari pemegang saham. Apabila
para pemegang saham adalah ekonomi lemah yang bebas pajak, maka dividend
payout ratio lebih tinggi dibanding apabila pemegang saham para ekonomi kuat
tentunya memiliki tingkat kecenderungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di
masa yang akan datang. Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari
usaha (Helfert, 1997 dalam Safrida, 2008). Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan
oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik
22
pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang
Pertumbuhan perusahaan secara terus menerus diperlukan agar dapat hidup dan
memberi kemakmuran yang lebih tinggi kepada pemilik saham. Semakin cepat tingkat
tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber baik sumber internal maupun sumber
eksternal. Sumber internal dapat berupa saldo laba. Sumber dana eksternal dapat
berupa pinjaman dari bank atau lembaga keuangannya lainnya, menjual obligasi atau
menggunakan saldo laba maka dividen yang dibagikan akan berkurang. Sebaliknya bila
membagikan dividen yang lebih besar. Karena itu potensi pertumbuhan perusahaan
menjadi faktor yang penting dalam kebijakan dividen. Apabila perusahaan telah
established, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari
pasar modal atau sumber dana ekstern lainya, maka keadaanya adalah berbeda. Dalam
hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan dividend payout ratio yang tinggi.
23
Tingkat pertumbuhan perusahaan merupakan salah satu faktor yang
Keputusan pembagian dividen merupakan suatu masalah yang sering dihadapi oleh
membagi dividennya atau akan menahan laba untuk diinvestasikan kembali kepada
kinerja dari dividen akan lebih kuat dalam pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan
pertumbuhan yang pesat tentunya akan membutuhkan dana investasi yang lebih besar.
pengaruh kuat pada kebijakan penahanan laba, atau dengan semakin besar
24
pertumbuhan perusahaan, semakin kecil jumlah dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham.
2.5 Dividen
gain. Capital gain adalah perolehan keuntungan dari selisih lebih antara harga jual
dengan harga beli saham, sedangkan dividen merupakan pendapatan yang diterima
pemegang saham secara periodik dari sebagian laba bersih yang disisihkan perusahaan.
perusahaan untuk mendapatkan laba dan prospek yang baik di masa yang akan datang.
Tanpa pembayaran dividen, saham tidak akan bernilai, hanya janji dividen
dimasa yang akan datang yang memberikan nilai kepada saham. Menurut pendapat
Menurut Riyanto (2001) dalam Chasanah (2008) dividen merupakan aliran kas
yang dibayarkan kepada para pemegang saham. Sutrisno (2001) menyatakan dividen
sebagai pembayaran kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan atas
25
dilakukan oleh perusahaan kepada para pemiliknya, baik dalam bentuk kas maupun
saham (Rosdini, 2009). Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota
Ada 5 (lima) bentuk dividen yang dibagikan perusahaan, yaitu (Stice et al 2004):
1. Cash Dividend
Cash dividend adalah dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada para
pemegang saham dalam bentuk uang tunai (cash). Pada waktu rapat pemegang
2. Stock Dividend
Stock dividend merupakan pembayaan dividen dalam bentuk saham (stock) dan
melakukan stock dividend sebagai alat untuk mengganti cash dividend dan dalam
26
disebut saham bonus. Dengan demikian para pemegang saham mempunyai
jumlah lembar saham yang lebih banyak setelah menerima stock dividend.
Dividen saham dapat berupa saham dengan jenis yang sama maupun yang jenis
berbeda.
3. Property Dividend
Property Dividend adalah dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham
dalam bentuk aktiva selain kas. Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat
aktiva-aktiva lain. Pemegang saham akan mencatat dividen yang diterimanya ini
sebesar harga pasar aktiva tersebut. Akan tetapi perusahaan yang membagi
property dividend akan mencatat dividen ini sebesar nilai buku aktiva yang
dibagikan.
4. Liquidation Dividend
5. Script Dividend
Script Dividend adalah surat tanda kesediaan membayar sejumlah uang tertentu
yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham sebagai dividen. Surat
ini berbunga sampai dengan dibayarkan uang tersebut kepada yang berhak. Script
27
dividend seperti ini biasa dibuat apabila pada waktu para pemegang saham
mempunyai persediaan uang cash yang cukup untuk membayar cash dividend.
yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan bagian yang akan ditahan di
apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham
sebagai dividen atau akan ditahan dalam saldo laba guna membiayai investasi di masa
datang”. Dari kedua definisi diatas, dapat diketahui bahwa kebijakan dividen
reinvestasi dengan menahan laba, disamping itu juga kepentingan bondholder yang
dapat mempengaruhi besarnya dividen kas yang dibayarkan. Dividen yang dibayarkan
dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang ditahan sebagai bagian dari saldo
laba (Levy dan Sarnat, 1990 dalam Rosdini, 2009). Kebijakan dividen merupakan
28
saat ini dan periode mendatang. Penentuan besar kecilnya dividen yang akan
dividend payout ratio didasarkan atas perhitungan keuntungan yang diperoleh setelah
dikurangi pajak. Dividend payout ratio adalah suatu keputusan untuk menentukan
berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan dibagikan kepada para
pemegang saham dan yang akan diinvestasikan kembali (reinvestment) atau ditahan
(retained) di dalam perusahaan (Ang, 1997 dalam Risaptoko, 2007). Menurut Keown
(2005), dividend payout ratio adalah jumlah dividen yang dibayarkan relatif terhadap
pendapatan bersih perusahaan atau pendapatan tiap lembar saham. Hal ini menandakan
bahwa penentuan besarnya dividend payout ratio akan menentukan besar kecilnya laba
yang ditahan. Setiap ada penambahan laba yang ditahan berarti ada penambahan modal
sendiri dalam perusahaan yang diperoleh dengan biaya murah. Dari pengertian
kepentingan pemegang saham disatu sisi, dan kepentingan perusahaan disisi yang lain.
dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend. Semakin tinggi dividend
payout ratio yang ditetapkan oleh suatu perusahaan, maka semakin kecil dana yang
dividen yang berupa kas dibandingkan dengan capital gain. Perilaku ini diakui oleh
Gordon-Lintner sebagai “the bird in the hand theory” bahwa satu burung ditangan lebih
berharga daripada seribu burung di udara. Selain itu pemegang saham juga dapat
29
mengevaluasi kinerja perusahaan dengan menilai besarnya dividen yang dibagikan.
Sedangkan dari sisi perusahaan, kebijakan dividen sangat penting, karena jika
perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan mengurangi
laba yang ditahan perusahaan, dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern
atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang
antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang.
Menurut Atmaja (2008) kebijakan pembagian dividen adalah suatu keputusan untuk
menentukan berapa besar bagian laba akan dibagikan kepada para pemegang saham
dan yang akan ditahan dalam perusahaan untuk selanjutnya diinvestasikan kembali.
saham (RUPS). Kebijakan dividen penting bagi perusahaan dengan dua alasan, yaitu:
2. Saldo laba biasanya merupakan sumber dana internal yang terbesar dan terpenting
Bringham dan Houston (2001) menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan
30
1. Teori Dividen Tidak Relevan (Modigliani dan Miller, 1961)
Menurut Modigliani dan Miller (MM) (1961), dividend payout ratio tidak
menyatakan bahwa dividend payout ratio adalah tidak relevan, selanjutnya harga
saham ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan. Sementara itu keputusan
apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan
b. Tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi
payout ratio
Beberapa ahli menentang pendapat Modigliani dan Miller tentang dividen tidak
relevan dengan menunjukkan bahwa adanya biaya emisi saham baru akan
mempengaruhi nilai perusahaan. Modal sendiri dapat berasal dari saldo laba dan
menerbitkan saham biasa baru. Jika modal sendiri berasal dari laba ditahan, biaya
modal sendiri sebesar Ks (biaya modal sendiri dari laba ditahan). Tapi bila berasal
31
dari saham biasa baru, biaya modal sendiri adalah Ke (biaya modal sendiri dari
Beberapa ahli menyoroti asumsi tidak adanya pajak. Jika ada pajak maka
penghasilan investor dari dividen dan dari capital gain (kenaikan harga saham) akan
dikenai pajak. Seandainya tingkat pajak untuk dividen dan capital gain adalah sama,
investor cenderung lebih suka menerima capital gain dari pada dividen karena pajak
pada capital gain baru dibayar saat saham dijual dan keuntungan diakui / dinikmati.
Dengan kata lain, investor lebih untung karena dapat menunda pembayaran pajak.
Investor lebih suka bila perusahaan menetapkan dividen payout ratio yang rendah,
saham.
Salah satu asumsi dari teori MM menyatakan bahwa dividend payout ratio tidak
menurut Gordon dan Lintner (1956), tingkat keuntungan yang disyaratkan akan naik
penerimaan dividen dari pada kenaikan nilai modal (capital gain) yang akan
dihasilkan dari laba yang ditahan. MM berpendapat dan telah dibuktikan secara
matematis, investor merasa sama saja apakah menerima dividen saat ini atau
menerima capital gain di masa yang akan datang. Dengan kata lain, tingkat
32
Pendapat Gordon dan Lintner, (1956) oleh MM diberi nama the bird in the hand
fallacy. Gordon dan Lintner beranggapan investor memandang bahwa satu burung
kembali dividen mereka di perusahaan yang sama dengan memiliki resiko yang
sama, oleh sebab itu tingkat resiko pendapatan mereka di masa yang akan datang
bukannya ditentukan oleh dividen payout ratio tetapi ditentukan oleh tingkat resiko
investasi baru.
1979)
menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital
gain, para investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran
pajak. Jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah dari pada pajak
atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi akan direspon positif
oleh investor. Tetapi sebaliknya jika capital gain dikenai pajak yang sama dengan
pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain menjadi berkurang. Namun
demikian pajak atas capital gain masih lebih baik dibandingkan dengan pajak atas
dividen karena pajak atas capital gain baru dibayar setelah saham dijual, sementara
pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen. Selain itu
membeli saham untuk jangka waktu satu tahun, maka tidak ada bedanya antara pajak
33
atas capital gain dan pajak atas dividen. Jadi investor akan meminta tingkat
keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki dividend
yield yang tinggi dari pada saham dengan dividend yield yang rendah. Oleh
dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen.
empat, yaitu:
a. Kontrak utang
Kontrak utang biasanya membatasi pembagian dividen dari laba yang dihasilkan
Biasanya, dividen saham biasa tidak dapat dibayarkan jika perusahaan belum
c. Ketidakcukupan laba
Pembayaran dividen tidak boleh melebihi “saldo laba“ pada pos neraca.
34
untuk melindungi kreditur. Tanpa peraturan tersebut, suatu perusahaan yang
d. Ketersediaan kas
Dividen tunai dapat dibagikan hanya dengan uang kas. Jadi, kekurangan kas
dapat membatasi pembagian dividen. Akan tetapi, hal itu bisa diatasi bila
2. Peluang Investasi
yang stabil.
Apabila daftar peluang investasi lebih besar, hal ini akan cenderung
ekuitas dengan menahan laba atau dengan menjual saham biasa yang baru. Jika
penawaran saham) tinggi, Ke (biaya modal sendiri dari saham biasa baru) pun
akan lebih tinggi daripada Ks (biaya modal sendiri dari saldo laba), sehingga
perusahaan itu lebih baik menetapkan rasio pembayaran dividen yang rendah
c. Pengendalian
akan menahan lebih banyak laba daripada yang lebih tinggi dan terdapat tekanan
akan dinaikan.
36
4. Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kas
Pengaruh kebijakan dividen terhadap kas dapat dilihat dari empat faktor yang
meliputi:
Kebijakan dividen dipengaruhi oleh pembayaran dividen yang diterima oleh para
perusahaan untuk melakukan ekspansi usaha. Karena itu apabila perusahaan sudah
tidak mempunyai dana yang mencukupi untuk membayar dividen, maka perusahaan
2. Ekspektasi manajer
Ketika manager atau managemen perusahaan yakin bahwa masa depan perusahaan
sangat bagus, perusahaan akan membagikan dividen yang sangat besar untuk
37
menjaga kondisi tersebut. Jika keadaan perusahaan memburuk maka akan ada
Faktor ini dipengaruhi The Clientele Dividend Theory, dimana ada sebagian
pemegang yang memilih untuk mendapatkan capital gain dari kenaikan harga
saham dengan adanya retained earnings daripada mendapatkan dividen. Hal ini
disebabkan arena pajak pada deviden lebih besar, sehingga perusahaan perlu
dividennya.
Sebuah perusahaan mungkin mempunyai larangan pembayaran dividen hal ini dapat
dapat mengurangi kas perusahaan yang menyebabkan tingkat current ratio jauh dari
harapan kreditur.
Jika dana yang diperoleh dari operasi perusahaan dapat dipergunakan dengan
38
2. Tingkat laba
Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar saham,
ada baiknya jika perusahaan menentukan dividen dalam jumlah yang tidak terlalu
3. Kesempatan investasi
Penurunan pembayaran dividen mungkin akan diikuti oleh penurunan harga saham
tetapi jika pasar modal efisien, maka harga saham akan menyesuaikan kembali
4. Biaya transaksi
Untuk merealisir uang kas, pemegang saham perlu menjual (sebagian) saham
sedangkan pembayaran dividen berarti menerima uang kas. Namun jika investor
menjual saham, mereka terkena biaya transaksi. Dengan demikian, jika tidak ada
5. Pajak penghasilan
Karena investor juga membayar pajak penghasilan, maka investor yang sudah
berada dalam tax bracket yang tinggi mungkin akan lebih menyukai untuk tidak
39
menerima dividen (karena harus membayar pajak) dan memilih menikmati capital
gain. Jika sebagian besar pemegang saham merupakan investor yang mempunyai
tax bracket yang tinggi, pembagian dividen akan cenderung tidak terlalu besar.
perusahaan atas dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham yang disebut
juga dengan tanggal pengumuman dividen (Ang, 1997 dalam Andriyani, 2008). Di
jadwal pelaksanaan pembayaran dividen tersebut baik dividen tunai maupun dividen
Merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham dimana para investor masih
memiliki hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen
saham.
Merupakan tanggal dimana perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi
hak untuk memperoleh dividen. Investor yang membeli saham pada tanggal ini atau
40
sesudahnya, maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk
mendapatkan dividen.
Tanggal ini adalah tanggal terakhir dimana seorang investor harus terdaftar sebagai
saham harus mendaftarkan kepada Biro Administrasi Efek yang ditunjuk oleh
perusahaan untuk meregistrasi nama sebagai pemegang saham yang berhak sebelum
Beberapa minggu setelah date of record, dividen akan dibayarkan pada para
pemegang saham. Pada tanggal ini investor yang telah terdaftar dalam daftar
pemegang saham yang berhak dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk
bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen dibayarkan kepada pemegang saham.
Ada beberapa pola pembayaran dividen yang dapat dipilih sebagai alternatif dividend
41
1. Stable and Occasionally Increasing Dividend per-share
Kebijakan ini menetapkan dividen per saham yang stabil, selama tidak ada
dividen. Manajemen akan menaikkan dividen, jika ada keyakinan bahwa tingkat
yang lebih tinggi tersebut dapat dipertahankan. Hal ini dilandasi adanya psikologi
pemegang saham, dimana bila dividen naik maka akan menaikkan juga harga saham
dan sebaliknya.
Dasar pemikirannya adalah bahwa pasar mungkin akan menilai suatu saham lebih
tinggi bila dividen yang diharapkan tetap stabil daripada bila dividen berfluktuasi.
Perusahaan yang memilih cara ini akan membayar dividen dalam jumlah yang tetap
Dalam pola pembayaran dividen ini, jumlah dividen dihitung berdasarkan suatu
prosentase tetap (constant) dari laba (earnings). Bila laba berfluktuasi, maka jumlah
dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham pun akan ikut berfluktuasi.
Dalam cara ini, dividen regular ditetapkan dalam jumlah yang diyakini oleh
fluktuasi laba dan kebutuhan investasi modal. Bila tambahan kas tersedia,
perusahaan memberikan dividen ekstra (bonus) kepada pemegang saham. Pola ini
Dalam pola pembayaran ini besarnya dividen dan payout ratio disesuaikan dengan
perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perusahaan untuk setiap periode.
Oleh karena itu besar dividen dan payout ratio yang dibayarkan berfluktuasi
43
Kebijakan Dividen pengaruh secara signifikan terhadap
kebijakan dividen
- Penelitian ini menunjukan kepemilikan
saham Publik tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kebijakan dividen
- Penelitian ini menunjukan leverage
memiliki pengaruh negatif secara
signifikan terhadap kebijakan dividen
- Penelitian ini menunjukan Return On
Asset (ROA) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kebijakan dividen
3 Maria Independen: Struktur kepemilikan yang digunakan
Claudia Struktur Kepemilikan, dalam penelitian ini adalah kepemilikan
Karina Kinerja Perusahaan manajerial, sedangkan kinerja perusahaan
(2014) meliputi arus kas bebas, pertumbuhan
Dependen: aset, profitabilitas, dan hutang
Kebijakan Dividen perusahaan.
44
(2014) Kebijakan Dividen - Penelitian ini menunjukan kebijakan
hutang berpengaruh negatif terhadap
kebijakan dividen
5 Azzah Independen: - Penelitian ini menunjukan profitabilitas,
Wikansari Profitabilitas, Struktur kepemilikan manajerial, dan kepemilikan
Nastiti Kepemilikan dan institusional tidak berpengaruh terhadap
(2015) Investment Opportunity kebijakan dividen
Set - Penelitian ini menunjukan Investment
opportunity set berpengaruh positif
Dependen: terhadap kebijakan dividen
Kebijakan Dividen
6 Loh Wenny Independen: - Penelitian ini menunjukan pertumbuhan
Setiawati, Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap
Lusiana Perusahaan, Kebijakan kebijakan dividen
Yesisca Utang, Collateralizable - Penelitian ini menunjukan kebijakan
(2016) Assets dan Ukuran utang berpengaruh negatif pada
Perusahaan kebijakan dividen
- Penelitian ini menunjukan
Dependen: Collateralizable Assets berpengaruh
Kebijakan Dividen negatif pada kebijakan dividen
- Penelitian ini menunjukan ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap
kebijakan dividen
45
7 Erik Rusli, Independen: - Penelitian ini menunjukan struktur
Gede Mertha Struktur Kepemilikan, kepemilikan berpengaruh positif dan
Sudiartha Leverage, Pertumbuhan signifikan terhadap kebijakan dividen
(2017) Perusahaan Dan - Penelitian ini menunjukan leverage
Efektivitas Usaha berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kebijakan dividen
Dependen: - Penelitian ini menunjukan tingkat
Kebijakan Dividen pertumbuhan perusahaan berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kebijakan
dividen
- Penelitian ini menunjukan efektivitas
usaha berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kebijakan dividen
8 Ida Setya Independen: - Penelitian ini menunjukan kepemilikan
Dwi Jayanti, Struktur Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
Ayu kepemilikan asing, konsentrasi
Febriyanti Dependen: kepemilikan, dan variabel kontrol free
Puspitasari Kebijakan Dividen cash flow secara simultan berpengaruh
(2017) signifikan pada kebijakan dividen
9 Bondan Independen: - Penelitian ini menunjukan struktur
Satrio Aji Struktur Kepemilikan, kepemilikan berpengaruh positif terhadap
(2017) Pajak dan Pertumbuhan pembayaran dividen
Perusahaan - Penelitian ini menunjukan pajak secara
parsial berpengaruh terhadap
Dependen: pembayaran dividen
Pembayaran Dividen - Penelitian ini menunjukan pertumbuhan
perusahaan tidak berpengaruh pada
pembayaran dividen
Tabel 2.1
46
2.7 Kerangka Konseptual
Perpajakan
Grand Theory
Teori Agensi (Teory agency)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
dengan tujuan mensetarakan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan ini, manajer
diharapakan mempunyai kinerja yang baik serta mengarahkan deviden pada tingkat
yang paling rendah. Dengan penetapan deviden yang rendah, perusahaan memiliki
saldo laba yang tinggi sehingga memiliki dana integral yang relatif tinggi untuk
berinvestasi dimasa depan. Apabila pemegang saham menyukai deviden tinggi maka
Sebaliknya dalam kontek kepemilikan saham oleh manajerial tinggi akan terjadi
kesamaan prefensi antara pemegang saham dan manajer tidak diperlukan peningkatan
deviden. Semakin banyaknya saham yang di miliki oleh manajerial maka manjemen
48
Penelitian Chen dan Steiner (1999) meneliti pengaruh managerial ownership
menyebabkan dividen yang dibayarkan pada pemegang saham (dividend payout ratio)
rendah. Pengaruh negatif ini juga dibuktikan oleh Jensen et al. (1992), Dutta (1999),
Perilaku manajer mengarah pada dividen yang relatif tinggi sebagai return atas
kepemilikan saham. Manajer yang memiliki saham dalam perusahaan yang ia pimpin
mempunyai peran ganda, yaitu sebagai manajer sekaligus sebagai investor. Secara
teoritis, ia sebagai manajer akan termotivasi untuk memperoleh return yang tinggi,
misalnya dengan menekan jumlah pembayaran dividen agar ia punya jumlah kas yang
signifikan terhadap kebijakan dividen dan hal ini menunjukkan bahwa manajer yang
memiliki kepemilikan saham yang tinggi tidak termotivasi untuk membagikan dividen
yang rendah. Shah et al (2010) juga mengatakan bahwa terdapat hubungan positif
antara struktur kepemilikan dan kebijakan dividen. Penelitian ini menunjukkan bahwa
49
semakin tinggi presentase kepemilikan oleh dewan direksi, maka tingkat dividen tunai
pengaruh yang signifikan positif terhadap dividend payout ratio. Apabila saham yang
dimiliki oleh insider semakin banyak, maka manajemen cenderung membayar dividen
yang lebih besar. Sebaliknya, penelitian yang dilakukan oleh Hatta (2002), Mulyono
Tax Preference Theory merupakan suatu teori yang menyatakan bahwa karena
adanya pajak terhadap keuntungan dividen, maka jika pajak yang dikenakan tinggi,
para investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak.
Hasil dari penelitian oleh Hadiwidjaja (2007) menunjukkan bahwa tax rate memiliki
pengaruh negatif dan signifikan secara parsial terhadap dividend payout ratio.
Penelitiannya mengatakan bahwa hubungan antara tax dan DPR berlawanan, apabila
Penelitian yang dilakukan oleh Gill, Biger, dan Tibrewala (2010) menunjukkan
bahwa pajak memiliki hubungan yang positif dengan dividen. Mereka menyimpulkan
50
bahwa sebagaimana kewajiban pajak mengalami kenaikan (penurunan), maka
preferensi untuk pembayaran dividen juga mengalami kenaikan (penurunan). Hal ini
menunjukkan hubungan yang positif antara pajak dan pembayaran dividen. Penelitian
yang dilakukan oleh Amidu dan Abor (2006) terhadap perusahaan di Ghana juga
menunjukkan hal yang sama yaitu terdapat hubungan positif antara dividend payout
ratio dengan tax. Daunfeldt et al (2006) juga menunjukkan adanya pengaruh signifikan
tarif pajak ketika memutuskan besarnya dividen yang akan dibagikan. Pengaruh
signifikan ini juga dibuktikan oleh Hamid (2012) dan Samuel (2010).
bahwa pembagian dividen tidak dipengaruhi oleh tax rate. Holmen et al (2007) juga
mengatakan bahwa pajak yang diukur dari tarif pajak efektif (effective tax rate)
memiliki hubungan yang negatif namun tidak signifikan terhadap dividend payout
ratio. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
bahwa growth berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil
51
yang rendah untuk memperkuat pembiayaan internal. Munthe (2009) juga mengatakan
bahwa semakin besar pertumbuhan, semakin kecil kebijakan dividen, dan sebaliknya.
Hal ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, semakin
sedikit laba yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Laba yang
penggunaan utang yang besar, sebab penggunaan utang akan berdampak juga pada
perolehan laba bersih perusahaan yang nantinya akan dibagikan dalam bentuk dividen.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Harjono
(2002), Gustiana (2009) dan John (2010) yang menunjukan adanya hubungan negatif
antara growth dan dividend payout ratio. Namun penelitian ini bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hatta (2002) dan Sulistiyowati et al. (2010) yang
dividend payout ratio. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut:
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah
dan di analisis untuk diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah
menggunakan jenis penelitian ini akan diketahui hubungan yang signifikan antara
variabel yang akan diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas
gambaran mengenai objek yang diteliti. Dalam penelitian ini dilakukan uji hipotesis
53
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perusahaan yang
terdaftar di BEI. Dipilihnya BEI sebagai tempat penelitian karena peneliti dapat
menjawab masalah yang berkaitan dengan penelitian dari data laporan keuangan
kecocokan antara teori dan fakta empiris di dunia nyata (Juliansyah, Noor.2010:48).
Variabel penelitian pada dasarnya merupakan suatu hal yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan kata lain, variabel penelitian ialah
setiap hal dalam suatu penelitian yang datanya ingin diperoleh. Dalam penelitian ini
sesuai dengan judul penelitian yang diambil oleh penulis, maka pengelompokkan
Menurut Robbins (2009: 23) Variabel dependent merupakan faktor utama yang
ingin dijelaskan atau diprediksi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain biasa di
notasikan dengan Y. Variabel dependent (Y) adalah variabel utama yang diteliti,
dijelaskan variabilitasnya, dan diprediksi oleh peneliti untuk menemukan jawaban atau
54
Variabel dependent yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat
pembayaran dividen pada perusahaan yang terdaftar di BEI yang diukur dengan
menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR). DPR menunjukkan besarnya laba yang
dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. DPR adalah perbandingan
antara dividend per share dengan earning per share (Ang, 1997). DPR merupakan
presentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham
sebagai cash dividend (Riyanto, 2001 dalam Handayani, 2010). Menurut Mollah et al
(2000) dalam Putera (2011), dividend payout ratio adalah perbandingan antara jumlah
dividen yang dibagikan dalam setiap lembar saham pada akhir tahun dalam satuan
DPS
DPR =
EPS
dimana :
55
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
independen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan
di bawah ini:
1. Struktur Kepemilikan
D SHR + C SHR
INS =
TOTAL SHR
dimana :
BO = Board Ownership
TOT SHR = Jumlah total dari saham biasa perusahaan yang beredar
2. Pajak
pendapatan suatu perusahaan pada periode tertentu. Pajak menjadi beban bagi
perusahaan karena jumlah pajak yang dibayar perusahaan akan langsung mengurangi
56
laba perusahaan. Dampak dari laba perusahaan berkurang maka proporsi untuk dividen
dan laba ditahan akan semakin sedikit. Bondan (2017) menunjukan pajak secara parsial
3. Pertumbuhan Perusahaan
Semakin cepat tingkat pertumbuhan, maka semakin besar kebutuhan akan dana untuk
dimana :
Tabel 3.1
Variabel Pengukuran Skala Refererensi
yang diukur
58
Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari
Pengertian sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
terdaftar di BEI per tanggal 31 Desember 2014. Sampel penelitian ditentukan oleh 3
1. Perusahaan non finansial yang listed di BEI dan selalu menyajikan laporan
2. Perusahaan non finansial yang listed di BEI dan membagikan dividen selama
sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media
perantara, baik yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan atau data yang telah ada
dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti (Sekaran, 2003). Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumenter,
yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan, mencatat dan mengakaji
data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan oleh
Research) yaitu peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang
diteliti melalui buku, jurnal, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul
penelitian. Peneliti menggunakan data sekunder yang merupakan data yang telah ada
dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti (Sekaran, 2003). Data tersebut
diambil dari laporan keuangan tiap-tiap perusahaan yang diperoleh dari Indonesia
capital market directory dan website Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id berupa
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model logit atau regresi
logitstik dengan bantuan program IBM statistical package for social sciences (SPSS
versi 21). Data yang diperoleh dari kumpulan data-data sekunder yang akan diolah
kedalam bentuk data mentah microscoft excel yang kemudian akan dianalisis oleh
Afza, T., & Mirza, H. H. (2010). Ownership structure and cash flow as determinants
of corporate dividend policy in Pakistan. International Business Research, Vol 3
no 3, July 2010.
Gustiana, N. (2009). Pengaruh insider ownership, dispersion ownership, free cash flow,
collaterizable assets, dan tingkat pertumbuhan terhadap dividend payout ratio
(DPR) pada perusahaan-perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun
2004-2008. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Rosdini, D. (2009). Pengaruh free cash flow terhadap dividend payout ratio. Tesis.
Bandung : Universitas Padjajaran.
Samuel, S.E., & Inyada, S. J. (2010). The effect of company income tax on dividend
policy of financial institutions in Nigeria. Continental J. Social Science 3: 1-6.
Siamat, D. (2004). Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta : FE UI
62
Suwaldiman & Aziz, A. (2006). Pengaruh insider ownership dan risiko pasar terhadap
kebijakan dividen. SINERGI, Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol 8 No.1, pp. 53-
64.
Tirsono. (2008). Analisis pajak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap
tingkat utang pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta. Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro.
Yuningsih. (2008). Insider ownership, free cash flow, dan dividend policy perusahaan
manufaktur terdaftar di BEJ. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, Vol 8 No. 1.
63