Anda di halaman 1dari 31

i

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

TANGERANG SELATAN

RENCANA SKRIPSI

DETERMINAN AGRESIVITAS TRANSFER PRICING

(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA)

Diajukan Oleh :

MUHAMMAD RHEZA RAMADHAN


NPM 154060006764

AJUN AKUNTAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
Tahun 2011

September 2016

i
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

TANGERANG SELATAN

TANDA PERSETUJUAN

RENCANA SKRIPSI

NAMA : MUHAMMAD RHEZA RAMADHAN

NOMOR POKOK MAHASISWA : 154060006764

BIDANG SKRIPSI : PERPAJAKAN

JUDUL SKRIPSI : DETERMINAN AGRESIVITAS

TRANSFER PRICING (STUDI EMPIRIS

PADA PERUSAHAAN TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA)

Mengetahui Menyetujui
Ketua Jurusan Akuntansi, Dosen Pembimbing,

Yuniarto Hadiwibowo Nur Aisyah Kustiani


NIP 197406091995021001 NIP 197512141995022001

ii
DAFTAR ISI

TANDA PERSETUJUAN .............................................................................................ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAGIAN ISI .................................................................................................................. 1
A. Pendahuluan............................................................................................................ 1
1. Latar Belakang Penelitian ................................................................................... 1
2. Ruang Lingkup (Batasan) Penelitian .................................................................. 4
3. Masalah (Pertanyaan) Penelitian......................................................................... 5
4. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 6
5. Manfaat (Kontribusi) Penelitian ......................................................................... 6
6. Sistematika Pembahasan ..................................................................................... 7
B. Landasan Teori ....................................................................................................... 8
1. Landasan Teori (Umum/Khusus) ........................................................................ 8
2. Hasil Penelitian Sebelumnya ............................................................................ 11
3. Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 14
C. Metodologi Penelitian........................................................................................... 15
1. Gambaran Umum Objek dan Alasan Pemilihan Objek .................................... 15
2. Jenis Data .......................................................................................................... 16
3. Data Yang Harus Diperoleh dan Cara Memperolah Data ................................ 16
4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel, dan Cara Pengukuran 16
5. Model Penelitian ............................................................................................... 20
6. Cara Pengujian Hipotesis (Pengolahan Data) ................................................... 21
7. Sarana (Program Komputer) Yang Akan Digunakan Untuk Berbagai Pengujian
tersebut ..................................................................................................................... 21
8. Hasil Yang Diharapkan ..................................................................................... 22
9. Pengujian Lainnya Yang Diperlukan ................................................................ 22
Rencana Daftar Pustaka ............................................................................................... 22
BAGIAN PENUTUP ................................................................................................... 27

iii
1. Rencana pelaksanaan penelitian ....................................................................... 27
2. Kontijensi .......................................................................................................... 27

iv
BAGIAN ISI

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Penelitian
Transfer pricing merupakan suatu skema penghindaran pajak yang sudah sejak
lama dilakukan oleh banyak Multi National Corporation (MNC) di berbagai belahan
dunia. OECD (2012) menyatakan bahwa Once you take on board the fact that more
than 60% of world trade takes place within multinational enterprise, the importance of
transfer pricing become clear. Starbucks Inggris, misalnya, sebagaimana dikutip oleh
watsonbuckle, perusahaan tersebut, pada tahun 2011, tidak membayar pajak sama
sekali walaupun membukukan penjualan sebesar 398 juta euro.
Indonesia, sejak tahun 1983, juga sudah mulai tergerak untuk membuat regulasi
mengenai transfer pricing yaitu dengan adanya pasal 18 ayat (2) Undang-Undang
nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang berbunyi Direktur Jenderal Pajak
berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan/atau pengurangan,
dan menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya penghasilan kena
pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak
lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan keluarnya Surat Edaran Direktur Jenderal
Pajak nomor SE-04/PJ.7/1993 tentang Petunjuk Penanganan Kasus-Kasus transfer
pricing.
Hanya saja, masih banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia, terutama
Penanaman Modal Asing (PMA) yang tidak segan-segan untuk melakukan tax
avoidance dengan menggunakan skema transfer pricing. Seperti diberitakan oleh
insidetax , Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Direktorat Jenderal Pajak, Edi Slamet
Irianto, menyatakan dari keseluruhan PMA yang ada, sebesar 28% mengalami
kerugian, sekitar 3918 PMA rugi selama 1-2 tahun dan 1150 PMA rugi selama 3-5
tahun. Kemudian, seperti yang diliput oleh Liputan 6, Direktur Jenderal Pajak, Ken
Dwijugiastiadi, menyatakan bahwa sebanyak 2000 PMA telah merugi selama 10 tahun.
Penanganan kasus transfer pricing di Indonesia mulai menemukan titik terang
dengan dibentuknya Seksi Pemeriksaan Transfer Pricing dibawah Sub Direktorat

1
2

Pemeriksaan Transaksi Khusus, Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan pada tahun


2007. Sejak saat itu, pembenahan mulai dilakukan, pertama kali dengan keluarnya
Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor Per-43/PJ/2010 tentang Penerapan Prinsip
Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara Wajib Pajak yang
Mempunyai Hubungan Istimewa, Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor Per-
22/PJ/2013 tentang Pedoman Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang Mempunyai
Hubungan Istimewa, Surat Ederan Direktur Jenderal Pajak nomor SE-50/PJ/2013
tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Terhadap Wajib Pajak yang Mempunyai
Hubungan Istimewa, dan terakhir dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan
nomor PMK-07/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pembentukan dan Pelaksanaan
Kesepakatan Harga Transfer.
Hanya saja, persentase pemeriksaan transfer pricing yang dilakukan kepada
Wajib Pajak Penanaman Modal Asing hanya mencapai angka di bawah 3%
sebagaimana dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel I.1
Persentase Jumlah Pemeriksaan Transfer Pricing dengan Jumlah PMA
Terdaftar
Tahun Jumlah PMA terdaftar Jumlah Pemeriksaan TP Persentase
di Indonesia Pemeriksaan TP
2011 18.095 60 0,3%
2012 18.158 131 0,7%
2013 18.223 348 1,9%
2014 22.000 482 2,2%
Sumber: Irnowo (2016)
Hal tersebut salah satunya disebabkan dengan jumlah pemeriksa yang hanya mencapai
0,01% dari jumlah Wajib Pajak terdaftar di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dalam
gambar di bawah ini:
Gambar I.1
Perbandingan Jumlah Pemeriksa Pajak dengan Jumlah Wajib Pajak
3

Sumber: Laporan Tahunan DJP 2014


Padahal, OECD (2013, 4) mengatakan bahwa:
Every tax administration operates with finite resources. While enforcement of
transfer pricing rules is a key priority for most tax administrations, no country
has the enforcement resources to perform a thorough audit of every possible
transfer pricing case.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi adanya keterbatasan
sumber daya ini, khususnya dalam kasus transfer pricing, adalah dengan menilai risiko
Wajib Pajak sebagai sarana memilih Wajib Pajak yang lebih prioritas untuk diperiksa
sebagaimana yang dikatakan oleh OECD (2012), effective risk identification and
assessment are the key steps which enable tax administrations to select the right cases
for the transfer pricing audits or inquiries.
Direktorat Jenderal Pajak dalam SE-05/PJ/2013 tentang Petunjuk Teknis
Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang Memiliki Hubungan Istimewa, OECD dalam
Draft Handbook of Transfer Pricing Risk Assessment, United Nations dalam Practical
Manual on Transfer Pricing for Developing Countries, dan Australian Taxation Office
dalam Introduction to Concepts and Risk Assessment telah merumuskan faktor-faktor
yang mempengaruhi risiko penghindaran perpajakan melalui skema transfer pricing,
yang selanjutnya disebut TP aggressiveness. Hanya saja, tidak satupun dari mereka
yang membuat perbedaan signifikansi antara satu faktor dengan faktor lainnya.
Padahal, Richardson et al. (2013) mengatakan bahwa untuk memperkuat pengambilan
kebijakan dan penilaian TP aggressiveness suatu perusahaan, perlu dilakukan sebuah
riset untuk mengetahui faktor-faktor yang paling dominan (major determinant) dalam
mempengaruhi TP aggressiveness. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penulis
4

mengangkat suatu pertanyaan penelitian, faktor apa yang paling dominan dalam
mempengaruhi Transfer Pricing Aggressiveness perusahaan di Indonesia?
2. Ruang Lingkup (Batasan) Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui determinan TP aggressiveness suatu
Wajib Pajak. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi oleh:
a. Penelitian dilakukan terhadap laporan keuangan seluruh perusahaan masuk bursa di
Indonesia dengan mengeluarkan beberapa perusahaan dengan kriteria sebagai
berikut:
1) Perusahaan bidang keuangan (termasuk investasi),
2) Perusahaan asuransi,
3) Entitas kepercayaan (Trust Entities), dan
4) Perusahaan yang tidak memiliki transaksi dengan related party di luar negeri.
Tiga dari empat pengecualian di atas juga termasuk dari pengecualian yang
dilakukan oleh Richardson et al. (2013), perbedaannya terdapat pada
dikecualikannya seluruh perusahaan yang tidak memiliki transaksi dengan related
party di luar negeri (Richardson et al. (2013) yang melakukan pengecualian terhadap
perusahaan yang memiliki anak perusahaan di luar negeri). Hal ini menyebabkan
penelitian ini memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan
penelitian yang dilakukan Richardson et al. (2013) karena perusahaan tetap akan
dimasukkan sebagai objek penelitian walaupun perusahaan tersebut tidak memiliki
anak perusahaan di luar negeri, asalkan memiliki related party, baik induk
perusahaan maupun related party lainnya, di luar negeri. Hal ini berangkat dari hasil
penelitian yang menyatakan bahwa perusahaan cenderung akan melakukan investasi
pada perusahaan dengan tingkat upah yang rendah (Jeon, 1992) (Bevan dan Estrin,
2004). Berdasarkan data yang dirangkum oleh tradingeconomics upah minimum
tertinggi di Indonesia masih menunjukkan angka Rp. 3.100.000 per bulan (provinsi
DKI Jakarta), hal ini jauh di bawah upah minimum Australia yang menjadi objek
penelitian Richardson et al. (2013) yaitu sebesar 656,9 Australian Dollar per pekan
atau sekitar Rp 6.600.000 per pekan. Dengan tingkat upah yang tinggi tersebut,
perusahaan multinasional di Australia lebih suka mendirikan pusat operasi di negara
5

lain sehingga wajar saja jika Richardson et al. (2013) hanya mengecualikan
perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan di luar negeri dalam penelitiannya.
Berkebalikan dengan Indonesia, dengan tingkat upah yang rendah, Indonesia
tentunya menjadi negara pusat operasi perusahaan multinasional sehingga apabila
kita menggunakan pengecualian yang dilakukan Richardson et al. (2013) objek
penelitian menjadi kurang relevan karena mayoritas perusahaan multinasional di
Indonesia adalah anak perusahaan dari perusahaan di luar negeri. Oleh karena itu,
isu transfer pricing di Indonesia bukan berupa perusahaan Indonesia yang memiliki
anak perusahaan di luar negeri, tetapi perusahaan asing yang memiliki anak
perusahaan di Indonesia dan melakukan transaksi baik kepada induk perusahaan
maupun kepada related party lainnya. Hal ini diperkuat dengan perkataan Ken
Dwijugastiadi yang diliput oleh liputan 6 bahwa 2000 PMA menyatakan mengalami
kerugian dalam laporan keuangannya.
b. Variabel yang diteliti adalah sesuai dengan variabel yang diteliti oleh Richardson et.
al. (2013) yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, aset tidak beruwujud,
multinasionalitas, dan pemanfaatan tax haven countries. Kemudian, penulis
menambahkan dua variabel bebas yaitu keberadaan kompensasi kerugian dan selisih
kompensasi kerugian. Kesemua variabel tersebut adalah variabel bebas yang
nantinya akan dicari persamaannya untuk mendapatkan sebuah variabel terikat yaitu
transfer pricing aggressiveness.
3. Masalah (Pertanyaan) Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian dan ruang lingkup (pembatasan) masalah
yang telah dipaparkan sebelumnya, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi
sebagai:
a. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap TP
aggressiveness?
b. Apakah profitabilitas perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap TP
aggressiveness?
c. Apakah leverage perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap TP
aggressiveness?
6

d. Apakah aset tidak berwujud berpengaruh secara signifikan terhadap TP


aggressiveness?
e. Apakah multinasionalitas perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap TP
aggressiveness?
f. Apakah pemanfaatan tax haven countries berpengaruh secara signifikan terhadap
TP aggressiveness?
g. Apakah adanya kompensasi kerugian berpengaruh secara signifikan terhadap TP
aggressiveness?
h. Apakah selisih kompensasi kerugian berpengaruh secara signifikan terhadap TP
aggressiveness?
4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan ruang lingkup (batasan) penelitian dan masalah (pertanyaan
penelitian) yang telah dijelaskan di atas, tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap TP aggressiveness;
b. Mengetahui pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap TP aggressiveness;
c. Mengetahui pengaruh leverage perusahaan terhadap TP aggressiveness;
d. Mengetahui pengaruh kepemilikan aset tidak berwujud terhadap TP
aggressiveness;
e. Mengetahui pengaruh multinasionalitas perusahaan terhadap TP aggressiveness;
f. Mengetahui pengaruh pemanfaatan tax haven countries terhadap TP
aggressiveness;
g. Mengetahui pengaruh adanya kompensasi kerugian terhadap TP aggressiveness;
h. Mengetahui pengaruh selisih kompensasi kerugian terhadap TP aggressiveness.
5. Manfaat (Kontribusi) Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi positif dalam sisi pengetahuan,
penelitian, dan Direktorat Jenderal Pajak sebagai pembuat kebijakan. Beberapa manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
7

a. Memberikan pedoman bagi Direktorat Jenderal Pajak agar lebih fokus dalam
melihat informasi dalam laporan keuangan perusahaan yang memiliki signifikansi
tinggi dalam mempengaruhi TP aggressiveness.
b. Memberikan suatu usulan perbaikan mengenai faktor-faktor TP aggressiveness
yang belum teridentifikasi oleh Direktorat Jenderal Pajak.
c. Memberikan wawasan dan sebagai bahan untuk melakukan penelitian lebih lanjut
oleh para akademisi yang fokus terhadap kajian-kajian perpajakan internasional.
6. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini direncanakan akan terdiri dari lima bab, dimana tiap-tiap bab tersebut akan
berisi pembahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, ruang lingkup dan batasan
penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika
pembahasan yang menggambarkan garis besar/pokok-pokok pembahasan secara
menyeluruh.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas mengenai berbagai macam teori yang diambil dari bermacam
literatur yang dianggap relevan dengan penelitian, hasil penelitian terdahulu, serta
hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai gambaran umum objek penelitian, jenis dan cara
memperoleh data, variabel penelitian dan definisi operasional variabel, model
penelitian,serta cara pengujian hipotesis yang terdiri dari metode pengumpulan data dan
metode analisis data.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan deskripsi data hasil penelitian, pengujian asumsi klasik, pengujian
hipotesis, persamaan regresi hasil analisis data, dan contoh penggunaan persamaan
regresi untuk menentukan TP aggressiveness Wajib Pajak.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi simpulan dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan. Pernyataan-
8

pernyataan singkat sebagai simpulan akan menjadi jawaban atas masalah penelitian.
Selain itu, akan disampaikan keterbatasan penelitian serta saran-saran yang dipandang
perlu.
B. Landasan Teori
1. Landasan Teori (Umum/Khusus)
a. Transfer pricing
Hansen dan Mowen (2007) menjelaskan pengertian transfer price adalah harga
yang dibebankan oleh divisi penjulan kepada divisi pembelian dalam suatu perusahaan
atau grup perusahaan. Sedangkan Arnold dan McIntyre sebagaimana dikutip dalam
Septriadi et al. (2013) menjelaskan pengertian transfer pricing, untuk tujuan pajak,
adalah harga yang ditetapkan oleh Wajib Pajak pada saat menjual, membeli, dan
membagi sumber daya dengan afiliasinya. Sejalan dengan pengertian tersebut,
Feinschreiber (2003) menjelaskan pengertian transfer pricing dalam persfektif pajak
sebagai suatu kebijakan harga dalam transaksi-transaksi yang dilakukan oleh pihak-
pihak yang memiliki hubungan istimewa. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa transfer
pricing adalah suatu kebijakan perusahaan terkait dengan harga dalam transaksi-
transaksi yang dilakukan oleh perusahaan dengan afiliasinya.
Jika mengacu dengan pengertian di atas, pada dasarnya transfer pricing bukanlah
suatu hal yang buruk. Namun, isitilah transfer pricing sering dikonotasikan sebagai
suatu yang tidak baik, sebagaimana yang disebutkan dalam Butterworth dan dikutip
oleh Septriadi et al. (2013) bahwa transfer pricing adalah teknik untuk meminimalkan
pajak dengan cara memanipulasi harga sehingga perusahaan dapat memindahkan profit
dari suatu entitas ke entitas lainnya dalam suatu hubungan afiliasi di negara yang tarif
pajaknya lebih rendah. Makna yang tidak baik tersebut sebetulnya mengacu kepada
yang disebut sebagai manipulasi transfer pricing, abuse of transfer pricing, transfer
mispricing, dan sebagainya. Sehingga manipulasi transfer pricing dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan menetapkan harga transfer menjadi terlalu besar atau terlalu
kecil dengan tujuan untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang (Septriadi et al.,
2013).
b. Ukuran perusahaan.
9

Semakin besar suatu perusahaan, perusahaan tersebut akan memiliki aktivitas


usaha dan transaksi keuangan yang semakin besar yang memberikan berbagai
kesempatan untuk melakukan tax avoidance dan melakukan transaksi antar grup
perusahaan yang tentu di dalamnya pasti mengandung implikasi transfer pricing
dan/atau thin capitalization. (Rego, 2013; Bernard et al. (2006); Richardson et al.
(2013)). Hal ini disebabkan oleh adanya biaya tax avoidance yang rendah yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan besar karena perusahaan besar telah mencapai skala
ekonomis (Slemrod, 2001).
c. Profitabilitas
Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan, semakin besar kemungkinan
perusahaan tersebut untuk terlibat dalam suatu transaksi yang didesain untuk
menghindari pajak (Rego, 2013). Hal ini dapat dilihat dengan keberadaan hubungan
yang positif antara laba sebelum pajak dengan effective tax rate (Wilkie, 1988).
Terdapat beberapa proxy yang biasa digunakan oleh peneliti untuk mengukur
profitabilitas suatu perusahaan. Salah satu yang sering digunakan adalah Return on
Asset yang dihitung dengan cara membagi pre-tax income dengan total aset perusahaan
(Richardson et al., 2015). Kemudian, proxy lain yang juga biasa digunakan adalah
logaritma natural dari pre-tax income. (Richardson et al., 2013).
d. Leverage
Semakin besar leverage suatu perusahaan, perusahaan tersebut akan semakin
mengambil keuntungan dari sifat alamiah hutang untuk melakukan tax avoidance
(Hines, 1996, Richardson, et. al., 1998, Newberry dan Dhaliwal, 2001). Hal ini dapat
dilihat dalam perusahaan dengan Debt to Equity Ratio tinggi yang lebih menerapkan
tax aggresiveness dibandingkan dengan perusahaan dengan Debt to Equity Ratio
rendah (Bernard et al., 2006).
e. Intangible Asset
Salah satu transaksi yang sering dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan
tax avoidance dengan skema transfer pricing adalah transaksi yang berkaitan dengan
intangible asset seperti pengeluaran research and development dan transfer intangible
asset (DJP, 2013). Salah satu bukti pentingnya intangible asset dalam skema transfer
10

pricing adalah dengan dipertimbangkannya intagible asset dalam berbagai tahap


pemeriksaan transfer pricing oleh DJP (2013) dalam tahap perencanaan (analisis risiko)
dan tahap pelaksanaan (analisis fungsi, aset, dan risiko). Risiko transfer pricing
aggressiveness akan meningkat seiring dengan meningkatkanya variasi dari interpretasi
penilaian transfer pricing ketika adanya transfer intangible asset (Grubert, 2003).
f. Multinasionalitas
Perusahaan yang bergerak secara multinasional, secara alami pasti melakukan
transaksi yang berhubungan dengan transfer pricing. Hal ini disebabkan karena adanya
transaksi antar perusahaan pada negara yang berbeda dan memiliki tarif pajak yang
berbeda. Slemrod (2001) menjelaskan bahwa perusahaan multinasional berpeluang
untuk melakukan tax avoidance dengan cara menempatkan operasi perusahaan pada
perusahaan yang memiliki tarif pajak rendah dan menggeser laba dari negara dengan
tarif pajak tinggi ke negara dengan tarif pajak rendah dengan cara memanfaatkan variasi
perlakuan pajak yang diterapkan di suatu negara. Richardson et al. (2013) menjelaskan
bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara multinasionalitas suatu
perusahaan dengan transfer pricing aggressiveness suatu perusahaan.
g. Pemanfaatan Tax Haven Countries
Suatu negara dapat dikatakan sebagai tax haven countries jika dalam negara
tersebut terdapat suatu struktur perpajakan yang dapat memberikan peluang bagi
perusahaan untuk melakukan tax avoidance (Doggart, 2002). Terdapat empat kriteria
yang dapat menunjukkan bahwa suatu negara tergolong sebagai tax haven countries,
yaitu pertama, negara tersebut tidak memberlakukan pajak atau jika terdapat pajak,
pajak tersebut hanya berupa suatu nilai nominal, bukan berupa suatu nilai yang dihitung
berdasarkan perkalian tarif tertentu dengan dasar pengenaan pajak. Kedua, negara
tersebut melakukan proteksi terhadap informasi finansial nasabah jasa keuangan yang
terdapat dalam negara tersebut, ketiga, tidak adanya transparansi informasi terkait pajak
yang dikenakan di negara tersebut, dan keempat, tidak adanya aktivitas bisnis yang
substansial di negara tersebut (OECD, 2009). UU PPh pasal 18 ayat (3c)
memdefinisikan tax haven countries sebagai negara yang memberi perlindungan pajak.
Daftar tax haven countries yang dipakai dalam penelitian ini adalah daftar yang
11

dikeluarkan oleh OECD (2006) yang mencakup negara-negara seperti Anguilla,


Antigua dan Barbuda, Bahamas, Bahrain, Bermuda, Belize, British Virgin Island,
Cayman Island, Cook Island, Siprus, Republik Dominika, Gibraltar, Grenada,
Guernsey, Isle Ofman, Jersey, Liberia, Malta, Marshall Island, Mauritius, Montserrat,
Nauru, Belanda Antillen, Kaledonia Baru, Panama, Samoa, San Marino, Seychelles, St.
Lucia, St. Kitts dan Nevis, St. Vincent dan Grenadines, Turks and Caicos Island, US
Virgin Island, dan Vanuatu.
Dharmapala (2008) menjelaskan bahwa transfer pricing aggressiveness dapat
dilakukan perusahaan apabila perusahaan tersebut memiliki perusahaan grup di negara
tax haven countries. Kemudian, Desai et al. (2006) menjelaskan bahwa tax haven
countries mempromosikan suatu skema tax avoidance dengan cara mengalihkan laba
dari negara yang memiliki tarif pajak tinggi ke negara yang memiliki tarif pajak rendah.
Terakhir, Richardson et al. (2013) menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif yang
tidak signifikan antara pemanfaatan tax haven countries dengan tax aggressiveness
yang dilakukan perusahaan.
g. Kompensasi kerugian
Undang-undang nomor 7 tahun 1983 sebagaimana terakhir diubah dengan
undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan menyatakan apabila
peredaran bruto setelah dikurangi dengan biaya-biaya terdapat kerugian, maka kerugian
tersebut dapat dikompensasikan dalam jangka waktu lima tahun. Kompensasi kerugian
ini sering digunakan oleh Wajib Pajak untuk mengurangi pajak yang harus dibayar
(Chen et al., 2010).
2. Hasil Penelitian Sebelumnya
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai hubungan antara ukuran
perusahaan, profitabilitas, leverage, intangible asset, multinasionalitas, dan
pemanfaatan tax haven countries. Penelitian tersebut mengambil sampel perusahaan di
beberapa negara semisal Australia dan Indonesia. Pertama, penelitian yang dilakukan
dengan mengambil sampel perusahaan di Australia dilakukan oleh Richardson et al.
(2013). Penelitian tersebut dilakukan dengan menambahkan variabel sektor industri
sebagai variabel kontrol. Dalam penelitian tersebut Richardson et al. (2013)
12

menggunakan delapan buah kriteria yang terdapat dalam laporan tahunan sebagai
proksi dari variabel terikat transfer pricing aggressiveness (TPRICE). Kemudian,
variabel bebas didefinisikan oleh peneliti sebagai berikut, ukuran perusahaan
didefinisikan sebagai logaritma alami dari jumlah nilai aset, profitablitas didefinisikan
sebagai logaritma alami dari nilai laba sebelum pajak, leverage didefinisikan sebagai
nilai utang jangka panjang dibagi dengan nilai aset, intangible asset didefinisikan
sebagai logaritma alami dari pengeluaran riset dan pengembangan, multinasionalitas
didefinisikan sebagai jumlah anak perusahaan di luar negeri dibagi dengan jumlah anak
perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan, dan terakhir pemanfaatan tax haven
countries didefinisikan sebagai variabel dummy yang bernilai 1 apabila perusahaan
memiliki setidaknya satu anak perusahaan yang berada di tax haven countries sesuai
daftar yang dikeluarkan oleh OECD (2006). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
seluruh variabel bebas yang diteliti, secara bersama-sama, berpengaruh positif secara
signifikan terhadap transfer pricing aggressiveness. Kemudian variabel ukuran
perusahaan, profitabilitas, leverage, intangible asset, dan multinasionalitas secara
individual juga berpengaruh positif secara signifikan terhadap transfer pricing
aggressiveness. Terakhir, penelitian menyimpulkan bahwa variabel pemanfaatan tax
haven countries berpengaruh positif, namun tidak signifikan terhadap transfer pricing
aggressiveness.
Penelitian selanjutnya tentang transfer pricing aggressiveness dilakukan oleh
Martasari (2015). Dalam penelitian tersebut Martasari (2015) menggunakan
perusahaan masuk bursa di Indonesia sebagai sampelnya. Penelitian yang dilakukan
oleh Martasari (2015) merupakan adaptasi dari Richardson et al. (2013) dengan
beberapa perbedaan, misalnya ada pada penggunaan multi tahun dalam penelitian,
perubahan dalam proksi yang digunakan untuk menjelaskan transfer pricing
aggressiveness, penggunaan variabel bebas yang lebih sedikit (menghilangkan variabel
intangible asset), dan menggeser ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Terakhir,
penelitian menyimpulkan bahwa variabel profitabilitas dan leverage berpengaruh
terhadap transfer pricing aggressiveness transaksi penjualan dan pembelian, variabel
multinsionalitas berpengaruh pada transfer pricing aggressiveness transaksi pembelian,
13

dan variabel pemanfaatan tax haven countries berpengaruh pada transfer pricing
aggressiveness transaksi penjualan.
Penelitian selanjutnya yang juga dilakukan di Indonesia adalah penelitian yang
dilakukan oleh Hadisaputra (2014). Dalam penelitian tersebut, Hadisaputra (2014)
menggunakan perusahaan masuk bursa di Indonesia sebagai sampelnya. Penelitian ini
merupakan replikasi dari Richardson et al. (2013). Penelitian ini menghasilkan temuan
sebegai berikut: pertama, variabel ukuran perusahaan dan leverage perusahaan
berpengaruh positif secara signifikan terhadap transfer pricing aggressiveness, kedua,
variabel intangible asset dan multinasionalitas berpengaruh negatif terhadap transfer
pricing aggressiveness, dan, terakhir, profitabilitas dan pemanfaatan tax haven
countries berpengaruh positif, namun tidak signifikan terhadap transfer pricing
aggressiveness. Oleh karena itu, dengan melihat ketiga hasil penelitian di atas, terdapat
tiga variabel bebas yang berbeda pengaruhnya terhadap transfer pricing aggressiveness
antara penelitian yang dilakukan oleh Hadisaputra (2014) dan Richardson et al. (2013).
Hal tersebut mungkin saja disebabkan adanya replikasi penuh yang dilakukan oleh
Hadisaputra (2014) terhadap Richardson et al. (2013), termasuk dalam ruang lingkup
penelitian yang mengeliminasi perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan di luar
negeri, tanpa memperhatikan apakah perusahaan tersebut memiliki induk dan hubungan
istimewa lainnya di luar negeri atau tidak. Padahal, terdapat hasil penelitian yang
menyatakan bahwa perusahaan cenderung akan melakukan investasi pada perusahaan
dengan tingkat upah yang rendah (Jeon, 1992, 539) (Bevan dan Estrin, 2004, 783).
Berdasarkan data yang dirangkum oleh tradingeconomics upah minimum tertinggi di
Indonesia masih menunjukkan angka Rp. 3.100.000 per bulan (provinsi DKI Jakarta),
hal ini jauh di bawah upah minimum Australia yang menjadi objek penelitian
Richardson et al. (2013) yaitu sebesar 656,9 Australian Dollar per pekan atau sekitar
Rp 6.600.000 per pekan. Dengan tingkat upah yang tinggi tersebut, perusahaan
multinasional di Australia lebih suka mendirikan pusat operasi di negara lain sehingga
wajar saja jika Richardson et al. (2013) hanya mengecualikan perusahaan yang tidak
memiliki anak perusahaan di luar negeri dalam penelitiannya. Berkebalikan dengan
Indonesia, dengan tingkat upah yang rendah, Indonesia tentunya menjadi negara tempat
14

perusahaan multinasional menginvestasikan modalnya, sehingga apabila kita


menggunakan pengecualian yang dilakukan Richardson et al. (2013) objek penelitian
menjadi kurang relevan karena mayoritas perusahaan multinasional di Indonesia adalah
anak perusahaan dari perusahaan di luar negeri. Oleh karena itu, isu transfer pricing di
Indonesia bukan berupa perusahaan Indonesia yang memiliki anak perusahaan di luar
negeri, tetapi perusahaan asing yang memiliki anak perusahaan di Indonesia dan
melakukan transaksi baik kepada induk perusahaan maupun kepada related party
lainnya. Hal ini diperkuat dengan perkataan Ken Dwijugastiadi yang diliput oleh
liputan 6 bahwa 2000 PMA menyatakan mengalami kerugian dalam laporan
keuangannya. Oleh karena itu, seharusnya sampel yang diambil di Indonesia turut
mempertimbangkan perusahaan yang memiliki transaksi dengan related party di luar
negeri.
3. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan hasil dari penelitian sebelumnya, maka variabel
yang akan diteliti pengaruhnya terhadap TP aggressiveness adalah ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage, intangible asset, multinasionalitas, dan pemanfaatan tax haven
country. Maka diusulkan hipotesis sebagai berikut:
1 = ukuran perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap TP
aggressiveness Wajib Pajak
2 = profitabilitas berpengaruh positif secara signifikan terhadap TP aggressiveness
Wajib Pajak
3 = leverage berpengaruh positif secara signifikan terhadap TP aggressiveness
Wajib Pajak
4 = intangible asset berpengaruh positif secara signifikan terhadap TP
aggressiveness Wajib Pajak
5 = multinasionalitas berpengaruh positif secara signifikan terhadap TP
aggressiveness Wajib Pajak
6 = pemanfaatan tax haven country berpengaruh positif secara signifikan terhadap
TP aggressiveness Wajib Pajak
15

7 = keberadaan kompensasi kerugian berpengaruh positif secara signifikan terhadap


TP aggressiveness Wajib Pajak
8 = selisih kompensasi kerugian berpengaruh positif secara signifikan terhadap TP
aggressiveness Wajib Pajak
C. Metodologi Penelitian
1. Gambaran Umum Objek dan Alasan Pemilihan Objek
Dalam penelitian ini, objek penelitian yang akan diambil berupa data sekunder
yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam kurun waktu 2014 s.d. 2015.
Pemilihan multi tahun (data panel) dalam penelitian berangkat dari kelebihan
penggunaan data panel sebagai berikut (Gujarati, 2004):
a. Penggunaan data panel memiliki keunggulan heterogenitas data.
b. Penggunaan data panel dapat menyajikan data yang lebih informatif, memiliki
variasi yang beragam, mengurangi risiko adanya kolinearitas, memiliki derajat
kebebasan yang lebih tinggi, dan menjadikan penelitian lebih efisien.
c. Penggunaan data panel lebih baik dalam mengobservasi dinamika perubahan.
d. Penggunaan data panel dapat mendeteksi dan mengukur akibat dari suatu kejadian
yang tidak dapat dideteksi maupun diukur dengan data cross-section maupun time-
series.
e. Penggunaan data panel memungkinkan peneliti untuk mempelajari model perilaku
yang lebih kompleks.
f. Penggunaan data panel dapat meminimilasi bias
Beberapa sampel yang representatif akan diambil untuk selanjutnya diolah dan
dilakukan analisis sesuai dengan metode yang telah dipilih. Sampel ini merupakan
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,
2010). Adapun pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling (judgement
sampling) yang merupakan bagian dari metode non-probability sampling, yaitu
pemilihan sampel secara tidak acak dengan kriteria-kriteria tertentu. Oleh karena itu,
anggota populasi yang tidak memenuhi syarat tidak akan dipilih sebagai sampel
penelitian.
16

Pemilihan sampel dilakukan dengan mengeliminasi populasi yang memiliki


kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dan asuransi
b. Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dan asuransi dikecualikan karena
terdapat perbedaan yang signifikan dalam kebijakan akuntansi dan estimasi
akuntansi antara perusahaan bidang keuangan maupun asuransi dengan perusahaan
bidang lainnya (Richardson et al., 2013).
c. Perusahaan yang tidak memiliki transaksi dengan related parties di luar negeri
2. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data
ini berupa kumpulan data yang secara tidak langsung bersumber dari pihak lain dimana
pihak tersebut secara tidak langsung memberikan data yang telah diolah lebih lanjut
untuk kemudian data tersebut disajikan kepada pihak lain (Sugiyono, 2010).
3. Data Yang Harus Diperoleh dan Cara Memperolah Data
Sumber sekunder dalam penelitian ini berupa laporan tahunan atau laporan
keuangan perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
dalam kurun waktu tahun 2014 dan 2015. Data sekunder ini dapat diperoleh baik dari
www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), maupun dari sumber-
sumber lainnya yang dianggap sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel, dan Cara Pengukuran
a. Variabel bebas.
Sekaran (2006, 118) menjelaskan variabel bebas adalah variabel yang dapat
mempengaruhi hasil variabel terikat. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh yang
positif maupun pengaruh yang negatif. Terdapat delapan variabel bebas dalam
penelitian ini yaitu:
1) Ukuran perusahaan.
Variabel ukuran perusahaan menggambarkan besar atau kecilnya perusahaan
jika dilihat dari nilai aset yang dimiliki oleh perusahaan (Richardson et al., 2013).
Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma alami dari nilai aset dalam
laporan posisi keuangan (Richardson et al., 2013)
17

2) Profitabilitas.
Variabel profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba (sebelum pajak) dalam aktivitas operasinya (Richardson et al.,
2013). Profitabilitas perusahaan diukur dengan menggunakan Ratio on Total Asset
(ROA). Dalam penelitian ini, penulis mengikuti penelitian yang dilakukan oleh
Armstrong et al. (2012) dan Richardson dan Taylor (2015) yang menggunakan ROA
sebagai proksi untuk mengukur profitabilitas. ROA diukur dengan menghitung laba
sebelum pajak dibagi dengan rata-rata nilai aset perusahaan pada awal tahun dan akhir
tahun.
3) Leverage.
Variabel leverage menggambarkan banyaknya hutang yang dimiliki oleh
perusahaan sebagai instrumen pendanaannya (Richardson et al., 2013). Leverage
perusahaan diukur dengan menggunakan Long Term Debt to Asset Ratio sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Richardson et al. (2013). Long Term Debt to Asset Ratio
diukur dengan menghitung jumlah hutang jangka panjang yang dimiliki perusahaan
dalam laporan posisi keuangan dibagi dengan jumlah seluruh aset perusahaan.
4) Pemanfaatan Intangible asset.
Variabel pemanfaatan intangible asset menggambarkan bagaimana perusahaan
memanfaatkan transaksi-transaksi terkait intangible asset, baik intellectual property
maupun pengeluaran riset dan pengembangan (Richardson et al., 2013). Pemanfaatan
Intangible Asset diukur dengan menggunakan logaritma alami dari jumlah pengeluaran
riset dan pengembangan yang dilakukan perusahaan sesuai dengan definisi intangible
asset dalam penelitian yang dilakukan oleh Richardson et al. (2013).
5) Multinasionalitas.
Variabel multinasionalitas menggambarkan bagaimana perusahaan
memanfaatkan related party di negara lain untuk melakukan transaksi yang dapat
mengurangi jumlah pajak yang seharusnya dibayar. Multinasionalitas diukur dengan
menghitung jumlah related party di luar negeri yang memiliki transaksi dengan
perusahaan dibagi dengan jumlah related party yang memiliki transaksi dengan
perusahaan (non-masyarakat).
18

6) Pemanfaatan tax haven country.


Variabel pemanfaatan tax haven country menggambarkan bagaimana
perusahaan memanfaatkan related party di negara tax haven country untuk melakukan
transaksi yang dapat mengurangi pajak yang seharusnya dibayar. Pemanfaatan tax
haven country adalah variabel dummy yang bernilai 1 jika perusahaan memiliki
setidaknya satu related party di negara tax haven country yang memiliki transaksi
dengan perusahaan (sejalan dengan variabel multinasionalitas) dan bernilai 0 jika
perusahaan tidak memiliki related party di negara tax haven country yang memiliki
transaksi dengan perusahaan. Hal ini berbeda dengan pengukuran yang ada dalam
Richardson et al. (2013) karena Richardson et al. hanya mempertimbangkan anak
perusahaan yang berada di negara tax haven country ketika mendefinisikan variabel ini.
7) Keberadaan kompensasi kerugian.
Undang-undang nomor 7 tahun 1983 sebagaimana terakhir diubah dengan
undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan menyatakan apabila
peredaran bruto setelah dikurangi dengan biaya-biaya terdapat kerugian, maka kerugian
tersebut dapat dikompensasikan dalam jangka waktu lima tahun. Variabel ini
merupakan variabel dummy yang akan bernilai 1 jika dalam catatan atas laporan
keuangan perusahaan terdapat kompensasi kerugian dan akan bernilai 0 jika tidak
terdapat kompensasi kerugian (Chen et al., 2010).
8) Selisih kompensasi kerugian.
Selisih kompensasi kerugian menggambarkan selisih antara kompensasi
kerugian, sesuai dengan pengertian kompensasi kerugian pada UU PPh, tahun lalu
dengan kompensasi kerugian tahun ini. Variabel ini diukur dengan cara mengurangkan
kompensasi kerugian tahun ini dengan kompensasi kerugian tahun dibagi dengan rata-
rata aset yang dapat dilihat dari catatan atas laporan keuangan (Chen et al., 2010).
b. Variabel terikat.
Sekaran (2006) menjelaskan bahwa variabel terikat adalah variabel yang menjadi
tujuan utama dalam penelitian. Tujuan utama dari penelitian adalah bagaimana peneliti
dapat memprediksi variabel terikat yang ditentukan. Peneliti harus menemukan apakah
variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Variabel terikat yang penulis pilih
19

adalah Transfer Pricing Aggressiveness (TP aggressiveness). TP aggressiveness diukur


dengan menggunakan indeks sebagaimana yang telah dilakukan oleh Richardson et al.
(2013). Indeks tersebut menggunakan pendekatan sum-score yang menjumlahkan
delapan hal yang diambil dari laporan keuangan / laporan tahunan perusahaan.
Metode sum-score dalam penelitian telah banyak dilakukan oleh para peneliti,
khususnya dalam penelitian terkait dengan corporate governance indexes (Cremers dan
Nair, 2005; Karamanou dan Vafeas, 2005) dan accounting disclosure indexes (Singhvi
dan Desai, 1971; Lanis dan Richardson, 2012). Dalam penelitian ini pendekatan sum-
score untuk menghitung TP aggressiveness dilakukan sesuai dengan pendekatan
Richardson et al. (2013) dengan cara menjumlahkan indikator-indikator yang tersedia
dalam laporan keuangan maupun laporan tahunan perusahaan sebagai berikut:
1) Adanya hutang/piutang tanpa bunga kepada pihak-pihak yang memiliki hubungan
istimewa.
2) Adanya pembebasan hutang/piutang dari/kepada pihak-pihak yang memiliki
hubungan istimewa.
3) Adanya pengurangan sebagian nilai hutang/piutang dari/kepada pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa.
4) Adanya kewajiban non-moneter (jasa atau aset tidak lancar) antar pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa.
5) Tidak adanya dokumen formal yang dapat mendukung pengguanaan metode
transfer pricing yang digunakan dalam transaksi kepada pihak-pihak yang memiliki
hubungan istimewa.
6) Adanya pelepasan aset jangka panjang dari/kepada pihak-pihak yang memiliki
hubungan istimewa tanpa justifikasi komersial.
7) Tidak adanya justifikasi yang dapat menunjukkan bahwa transaksi antar pihak-pihak
yang memiliki hubungan istimewa telah dilakukan dengan wajar.
8) Adanya transfer biaya antar perusahaan yang memiliki hubungan istimewa.
c. Variabel kontrol.
Dalam penelitian ini penulis memasukkan sektor industri sebagai variabel kontrol
dalam model regresi. Hal ini berangkat dari penelitian Bernard et al. (2006) dan Stewart
20

(1977) yang menemukan bahwa tax avoidance dengan skema transfer pricing umum
dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di bidang material dan farmasi. Hal ini juga
sesuai dengan apa yang dilakukan Richardson et al. (2013) dalam penelitiannya. Hanya
saja, terdapat sedikit perbedaan antara penelitian ini dengan Richardson et al. (2013)
yaitu pada penggunaan kode industri. Pada penelitian Richardson et al. (2013), mereka
menggunakan kode industri yang berasal dari GICS code sedangkan pada penelitian ini
penulis menggunakan kode yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
disebut dengan Jakarta Stock Exchange Industrial Classification (JASICA). JASICA
terdiri dari 9 sektor dan dibagi kembali dalam beberapa subsektor (BEI, 2015).
Variabel sektor industri merupakan variabel dummy. Sektor industri yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah sektor industri pertanian, indurstri pertambangan,
industri dasar dan kimia, industri lainnya, industri barang konsumen (consumer goods),
perusahaan konstruksi, perusahaan infrastruktur, utilities, dan transportasi, dan
perusahaan dagang, jasa, dan investasi.
5. Model Penelitian
Berdasarkan hipotesis yang dibangun dalam landasan teori dan variabel-
variabel yang telah disebutkan dalam bagian sebelumnya, penulis mengusulkan model
penelitian awal sebagai berikut:
, = 0 , + 1 , + 2 , + 3 , + 4 ,
+ 5 , + 6 , + 7 , + 8 ,
+ 916 , +
Keterangan:
TPRICE = Transfer Pricing Aggressiveness Index (0-100%)
SIZE = Logaritma natural dari nilai aset perusahaan
PROFIT = Return on Asset perusahaan
LEV = Debt to Asset Ratio perusahaan
INTANG = Logaritma natural dari nilai pengeluaran riset dan pengembangan
MULTI = Jumlah related party di luar negeri yang memiliki transaksi dengan
perusahaan dibagi dengan jumlah seluruh related party.yang memiliki
transaksi dengan perusahaan
21

THAV = Jumlah related party di negara tax haven country dibagi dengan
jumlah seluruh related party
NOL = Variabel dummy dari keberadaan kompensasi kerugian
NOL = Selisih kompensasi kerugian tahun ini dan tahun sebelumnya
INDSEC = Variabel dummy dari sektor industri.
= Error
= Konstanta
6. Cara Pengujian Hipotesis (Pengolahan Data)
Langkah pertama yang penulis lakukan adalah melakukan prosedur statistik
deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan
data yang telah dikumpulkan tanpa bermaksud membuat suatu kesimpulan dari data
tersebut (Sugiyono, 2010). Teknik statistik deskriptif yang dapat digunakan diantaranya
adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, piktogram, perhitungan
modus, mean, median, perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data
melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, serta perhitungan persentase
(Sugiyono, 2010).
Langkah berikutnya, penulis akan melakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari
uji autokorelasi, uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedasitas. Setelah
melewati uji asumsi klasik, penulis akan melakukan uji chow, uji breusch and pagan
lagrangian multiplier, dan uji hausman untuk menentukan apakah penulis akan
menggunakan metode Ordinary Least Square, fixed effect, atau random effect sebagai
analisis regresi (Heimsch, 2013). Apabila data tidak lulus uji asumsi klasik, penulis
akan mencoba prosedur regresi lainnya atau tetap meneruskan menggunakan Ordinary
Least Square, fixed effect, atau random effect karena data panel memiliki keunggulan
berupa bersifat robust terhadap beberapa tipe pelanggaran asumsi Gauss Markov yaitu
heteroskedasitas dan normalitas (Wooldridge dalam Ariefianto, 2012).
7. Sarana (Program Komputer) Yang Akan Digunakan Untuk Berbagai
Pengujian Tersebut
Program yang akan digunakan untuk pengujian statistik akan disesuaikan
dengan kondisi data yang dapat menggunakan aplikasi IBM SPSS 23, eviews 7, atau
22

STATA. Selain untuk pengujian dalam proses penulisan skripsi ini penulis akan
memakai pengolah data Microsoft Office Excel, pengelola sitasi Mendeley, dan
pengolah kata Microsoft Office Word.
8. Hasil Yang Diharapkan
Dari hasil pengujian statistik penulis mengharapkan hasil korelasi tinggi antara
seluruh variabel bebas secara bersamaan terhadap variabel terikat serta variabel bebas
secara individual terhadap variabel terikat. Kemudian, diharapkan juga terdapat hasil
positif signifikan untuk hipotesis pada persamaan utama yang sejalan dengan penelitian
Richardson et al. (2013) dan mampu memperbaiki hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hadisaputra (2014).
9. Pengujian Lainnya Yang Diperlukan
Pengujian lain yang akan dilakukan yaitu uji asumsi klasik berupa uji
normalitas, uji heteroskedasitas, uji autokorelasi, dan uji multikolinearitas sebelum
melakukan analisis regresi.

Rencana Daftar Pustaka

1. Buku
Ariefianto, Moch. Doddy. 2012. Ekonometrika: Esensi dan Aplikasi dengan
Menggunakan EVIEWS. Jakarta: Penerbit Erlangga
Aslichati, Lilik, H.I. Bambang Prasetyo, Prasetya Irawan. 2011. Metode Penelitian
Sosial. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka
Australian Taxation Office. 2005. A Simplified Approach to Documentation and Risk
Assessment for Small to Medium Business. Canberra: Australian Taxation
Office
______________________.2005. Introduction to Concepts and Risk Assessment.
Canberra: Australian Taxation Office
Barnhart, Clarence L. 1972. The World Book Dictionary. Chicago: Field Enterpries
Educational Corporation
Bursa Efek Indonesia. 2015. IDX Fact Book 2015. Jakarta: Bursa Efek Indonesia.
Darussalam, Danny Septriadi, dan B. Bawono Kristiaji. 2013. Transfer pricing: Ide,
Strategi, dan Panduan Praktis dalam Perspektif Perpajakan Internasional.
Jakarta: Danny Darussalam Tax Center
23

Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. 2014. Standar


Akuntansi Keuangan Per Efektif 1 Januari 2015. Jakarta: Ikatan Akuntan
Indonesia
Direktorat Jenderal Pajak. 2013. Modul Pemeriksaan Transfer pricing. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pajak
Doggart, Caroline. 2002. Tax Haven and Their Uses. London: Economic Intelligence
Unit.
King, Elizabeth. 2009. Transfer pricing and Corporate Taxation: Problems, Practical
Implications, and Proposed Solutions. Brookline: Springer
Feinschreiber, Robert. 2004. Transfer pricing Method. New Jersey: Wiley and Sons,
Inc
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
____________. 2013. Analisis Multivariat dan Ekonometrika: Teori, Konsep, dan
Aplikasi dengan Eviews 8. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar N. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika: Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga
__________________. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika: Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. 2005. Managerial Accounting 8th Edition.
Mason: Thomson Higher Education
Heimsch, Fabian Max. 2013. Essay in Applied Microeconomics. An Econometric
Analysis of Swiss Gasoline Demand Using Panel Data. Zurich: ETH
Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Modul Chartered Accountant: Manajemen
Perpajakan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Karamanou, I., Vafeas, N., 2005. The association between corporate boards, audit
committees and management earnings forecasts: an empirical analysis. Journal
of Accounting Research 43 (3), 453486.
Kurniawan, Anang Mury. 2015. Buku Pintar Transfer pricing untuk Kepentingan Pajak.
Jakarta: Penerbit Andi
Nachrowi, Djalal Nachrowi. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika
untuk Analis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis: Buku 1. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat
____________. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis: Buku 2. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat
24

Sugiarto. 2012. Statistika Ekonomi dan Bisnis. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas
Terbuka
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Tim Dosen Ekonometrika. 2015. Buku Pedoman Praktikum Ekonometrika. Malang:
Universitas Brawijaya

United Nations. 2013. Practical Manual on Transfer Pricing for Developing Countries.
New York: United Nations
Widarjono, Agus. 2015. Analisis Multivariat Terapan dengan Program SPSS, AMOS,
dan SMARTPLS. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
2. Jurnal dan Sumber Lainnya
Armstrong, C. S., Blouin, J. L., & Larcker, D. F., 2012. The incentives for tax planning.
Journal of Accounting and Economics 53, 391411.
Bernard, A.B., Jensen, J.B., Schott, P.K., 2006. Transfer Pricing by U.S.-Based
Multinational Firms. NBER Working Paper 12493.
http://www.nber.org/papers/w12493.
Bevan, Alan A. dan Estrin, Saul, 2004. The Determinant of Foreign Direct Investment
into European Transition Economies. Journal of Comparative Economics 32,
775787.
Chen, S., X. Chen, Q. Cheng, and T. Shevlin, 2010. Are family firms more tax
aggressive than nonfamily firms? Journal of Financial Economics 95 (1): 41-
61.
Cremers, M., Nair, V.B., 2005. Governance mechanisms and equity prices. The Journal
of Finance 60 (6), 28592894.
Desai, M.A., Foley, C.F., Hines, J.R., 2006. Do tax havens divert economic activity?
Economics Letters 90, 219224.
Dharmapala, D., 2008. What problems and opportunities are created by tax havens?
Oxford Review of Economic Policy 24 (4), 661679.
Farman, Gallantino, 2015. Kupas Tuntas Masalah PMA Rugi. Inside Tax 34, 41 42.
Grubert, H., 2003. Intangible income, intercompany transactions, income shifting and
the choice of location. National Tax Journal 56 (1, Part 2), 221242.
Hadisaputra, Raissa, 2014, The Determinants of Transfer Pricing Aggressiveness:
Evidence from Indonesian Listed Companies. Skripsi. Jakarta: Universitas Bina
Nusantara.
25

Hines, J. R., 1996. Tax policy and the activities of multinational corporations. NBER
Working Paper.
Irnowo, Banon Keke, 2016. Analisis Kebutuhan Penerapan Transfer Pricing Risk
Assessment di Indonesia. Skripsi. Tangerang Selatan: Politeknik Keuuangan
Negara-STAN.
Jeon, Yoong Deok, 1992. The Determinants of Korean Foreign Direct Investment in
Manufacturing Industries. Weltwirtschaftliches Archiv 3, 527 542.
Lanis, R., Richardson, G., 2012. Corporate social responsibility and tax aggressiveness:
an empirical analysis. Journal of Accounting and Public Policy 31 (1),86108.
Martasari, Zeliria, 2015. Pengaruh Karakteristik Keuangan dan Non Keuangan
terhadap Transfer Pricing pada Perusahaan di Indonesia. Skripsi. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Newberry, K.Y., Dhaliwal, D.S., 2001. Cross-jurisdictional income shifting by U.S.
multinationals: evidence from international bond offerings. Journal of
Accounting Research 39 (3), 643662.
OECD. 2012. Dealing Effectively with the Challenges of Transfer pricing, Paris:
OECD Publishing.
OECD. 2013. Public Consultation: Draft Handbook On Transfer pricing Risk
Assessment. Paris: OECD Publishing
OECD. 2013. Public Consultation White Paper On Transfer pricing Documentation.
Paris: OECD Publishing
OECD. 2006. The OECDs Project on Harmful Tax Practices: 2006 Update on Progress
in Member Countries. Washington DC: OECD.
OECD.2009. Countering Offshore Tax Evasion. Washington DC: OECD.
Rego, S.O., 2003. Tax-avoidance activities of U.S. multinational corporations.
Contemporary Accounting Research 20 (4), 805833.
Richardson, G., Hanlon, D., Nethercott, L., 1998. Thin capitalization: an Anglo-
American comparison. The International Tax Journal 24 (2), 3666.
Richardson, G., & Taylor, G., 2015. Income shifting incentives and tax haven
utilization, The International Journal of Accounting,
http://dx.doi.org/10.1016/j.intacc.2015.10.001
Richardson, G., Taylor, G., & Lanis, R., 2013. Determinants of Transfer Pricing
Aggressiveness, Journal of Contemporary Accounting & Economics 9, 136
150
26

Singhvi, S.S., Desai, H.B., 1971. An empirical analysis of the quality of corporate
financial disclosure. The Accounting Review 46 (1), 129138.
Slemrod, J., 2001. A general model of the behaviour response to taxation. International
Tax and Public Finance 8 (2), 119128.
Stewart, J.C., 1977. Multinational companies and transfer pricing. Journal of Business
Finance and Accounting 4 (3), 353371.
Wilkie, P., 1988. Corporate average effective tax rates and inferences about relative tax
preferences. Journal of the American Taxation Association 10 (2), 7588.

3. Peraturan Perundang-undangan
Indonesia. Undang-Undang Pajak Penghasilan.Undang-undang No.7/1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang No.36/2008.

Direktorat Jenderal Pajak. Per-22/PJ/2013 tentang Pedoman Pemeriksaan terhadap


Wajib Pajak yang Mempunyai Hubungan Istimewa

. Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor Per-43/PJ/2010


tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi
antara Wajib Pajak yang Mempunyai Hubungan Istimewa

. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. Per-32/PJ/211 tentang


Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor Per-43/PJ/2010 tentang
Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara
Wajib Pajak yang Mempunyai Hubungan Istimewa

. Surat Ederan Direktur Jenderal Pajak nomor SE-50/PJ/2013


tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Terhadap Wajib Pajak yang Mempunyai
Hubungan Istimewa

4. Website
http://www.watsonbuckle.co.uk/blog/how-transfer-pricing-helped-starbucks-
minimise-their-tax-bill/ (Diakses: 26 September 2016)

http://www.tradingeconomics.com/country-list/minimum-wages (Diakses: 26
September 2016)

http://bisnis.liputan6.com/read/2469089/2000-perusahaan-asing-gelapkan-pajak-
selama-10-tahun (Diakses: 19 September 2016)
27

BAGIAN PENUTUP

1. Rencana pelaksanaan penelitian


Rencana aktivitas dan periode pelaksanaan penyusunan penelitian yang
dirancang oleh penulis adalah sebagai berikut :
September November Desember
Usulan Oktober 2016
2016 2016 2016

Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan Outline
Pengumpulan dan
Penilaian Outline
Penyusunan BAB I
Penyusunan BAB II
Penyusunan BAB III
Penyusunan BAB IV
Penyusunan BAB V
Tahap Penyelesaian

2. Kontinjensi
Jika dalam penyusunan penelitian ini penulis menemui hambatan baik dalam
pengumpulan data maupun pembahasan masalah, maka akan dilakukan perubahan-
perubahan dari rencana penelitian yang telah disusun. Perubahan tersebut meliputi
objek penelitian, perubahan metode penelitian, perubahan pendekatan penyusunan
penelitian, atau perubahan judul, bab dan subbab penelitian. Sesuai dengan ketentuan
resmi penyusunan penelitian, sebelum melakukan perubahan-perubahan di atas penulis
akan mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing dan akan
melaporkannya kepada lembaga jika terjadi perubahan yang signifikan.

Anda mungkin juga menyukai