Anda di halaman 1dari 31

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

TANGERANG SELATAN

RENCANA SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PENYERTAAN MODAL NEGARA DAN

PELAKSANAAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) TERHADAP KINERJA

KEUANGAN DAN PENDAPATAN BAGIAN PEMERINTAH ATAS LABA

BADAN USAHA MILIK NEGARA

Diajukan Oleh :

ILHAM AKBAR

NPM 1401160136

Oktober 2017
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

TANGERANG SELATAN

TANDA PERSETUJUAN

RENCANA SKRIPSI

NAMA : ILHAM AKBAR

NOMOR POKOK MAHASISWA : 1401160136

BIDANG SKRIPSI : MANAJEMEN KEUANGAN

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS PENGARUH PENYERTAAN

MODAL NEGARA DAN PELAKSANAAN

INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO)

TERHADAP KINERJA KEUANGAN DAN

PENDAPATAN BAGIAN PEMERINTAH

ATAS LABA BADAN USAHA MILIK

NEGARA

Mengetahui Menyetujui
Ketua Jurusan Akuntansi, Dosen Pembimbing,

Yuniarto Hadiwibowo Riya Dwi Handaka


NIP 197406091995021001 NIP 198308032004121001

ii
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN
A. Halaman Judul ............................................................................................... i
B. Tanda Persetujuan Rencana Skripsi ............................................................... ii
C. Daftar Isi ........................................................................................................iii
II. BAGIAN ISI
A. Pendahuluan
1 Latar Belakang Penelitian ........................................................................ 1
2 Ruang Lingkup Penelitian........................................................................ 5
3 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
4 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
5 Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
6 Sistematika Penulisan .............................................................................. 6
B. Landasan Teori
1 Teori Umum/Khusus ............................................................................... 8
2 Hasil Penelitian Sebelumnya ................................................................... 15
3 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 16
C. Gambaran Objek Penelitian
1 Gambaran Umum dan Alasan Pemilihan Objek ...................................... 16
2 Jenis Data ................................................................................................. 18
3 Cara Pengumpulan Data .......................................................................... 18
4 Variabel Penelitian ................................................................................... 19
5 Metode Pengolahan Data ........................................................................ 21
6 Sarana yang Digunakan .......................................................................... 22
7 Hasil yang Diharapkan ............................................................................ 22
8 Penelitian Lain yang Diperlukan ............................................................ 22
D. Rencana Daftar Pustaka ................................................................................. 23

iii
III. BAGIAN PENUTUP
A. Rencana Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 26
B. Kontinjensi ...................................................................................................... 27

iv
BAGIAN ISI

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Penelitian
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) merupakan badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara
yang dipisahkan. Sebagai salah satu pelaku dalam sistem perekonomian nasional,
BUMN berperan menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa guna mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Hal tersebut dapat dilihat dari berdirinya BUMN di berbagai
sektor seperti sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, keuangan, manufaktur,
transportasi, pertambangan, listrik, telekomunikasi, perdagangan, dan kontruksi.
Dalam pelaksanaannya, BUMN dibagi dalam dua bentuk, yakni perusahaan
perseroan (persero) dan perusahaan umum (perum). Persero merupakan BUMN yang
berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau
paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik
Indonesia dengan tujuan utamanya mengejar keuntungan. Sedangkan Perum
merupakan BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas
saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip
pengelolaan perusahaan.
Berdasarkan data kementerian BUMN tahun 2017, saat ini jumlah BUMN di
Indonesia mencapai 121 badan usaha yang terdiri dari 106 berbentuk perseroan terbatas
(PT) dan 15 berbentuk perusahaam perum (perum). Dari data diatas dapat diketahui
juga bahwa BUMN yang telah melaksanakan Initial Public Offering (IPO) adalah
sebanyak 20 perusahaan sehingga dengan kata lain sekitar 16,52 persen dari total
BUMN secara keseluruhan saat ini telah menjadi perusahaan terbuka (Tbk). Jumlah ini
meningkat cukup jauh bila dibandingkan dengan persentase BUMN yang melakukan
IPO pada awal tahun 2000 yang hanya mencapai 3,23 persen.
Menurut Fahmi (2011: 134) IPO merupakan penawaran saham pertama kali
yang dilakukan oleh perusahaan yang akan go public. Go public artinya perusahaan

1
2

telah memutuskan untuk menjual sahamnya kepada publik dan siap untuk dinilai oleh
publik secara terbuka. Go public atau penawaran umum merupakan kegiatan yang
dilakukan emiten untuk menjual sekuritas kepada masyarakat, berdasarkan tata cara
yang diatur undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. Sehingga BUMN yang
melakukan IPO akan mendapatkan tambahan modal untuk kegiatan perusahaan dimasa
yang akan datang dengan konsekuensi yang semula 100% saham BUMN dimiliki oleh
negara kini ada sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat (Hartono: 2011).
Dalam kurun waktu tahun 2010 sampai dengan tahun 2016 tercatat ada 5
BUMN yang mendapat penambahan modal dari pelepasan saham di pasar modal.
Adapun data BUMN yang melakukan IPO adalah sebagai berikut:
Kode Tahun Tambahan Saham yang
Nama BUMN
saham IPO dana (miliar) dilepas
PT Pembangunan Perumahan Tbk PTPP 2010 566 49,00%
PT Garuda Indonesia Tbk GIAA 2011 3300 39,49%
PT Waskita Karya Tbk WSKT 2012 1170 32,00%
PT Semen Baturaja Tbk SMBR 2013 1300 23,76%
Jumlah tambahan modal - - 6336 -
Sumber : diolah dari website resmi BEI

Dari data diatas dapat dilihat bahwa, dana hasil IPO BUMN dalam kurun waktu
tersebut mencapai Rp 6,33 trilun. Dana tersebut digunakan BUMN untuk kegiatan
operasional dan pembayaran hutang perusahaan sehingga di masa yang akan datang
kinerja BUMN tersebut menjadi lebih baik dan pada akhirnya laba bersih BUMN
tersebut dapat meningkat. Namun fakta yang terjadi setelah proses IPO tersebut, dari 4
BUMN yang melakukan IPO, masih ada BUMN yang mengalami kerugian seperti PT
Garuda Indonesia Tbk yang hingga semester I tahun 2017 telah rugi sebesar Rp 3,66
triliun dan juga masih ada BUMN yang mengalami penurunan laba bersih dari tahun-
tahun sebelumnya seperti PT Semen Baturaja Tbk yang hingga semester I tahun 2017
telah mengalami penurunan laba bersih sebesar 41,17% bila dibandingkan dengan
periode yang sama tahun 2016.
3

Seperti halnya IPO, dalam hal penambahan modal BUMN, Negara Republik
Indonesia sebagai pemegang saham mayoritas BUMN juga dapat melakukan
Penyertaan Modal Negara (PMN). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun
2005 Pasal 1 angka 7 PMN adalah pemisahan kekayaan negara dari APBN atau
penetapan cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan sebagai modal
BUMN dan/atau Perseroan Terbatas lainnya yang dikelola secara korporasi. Penyertaan
modal pemerintah pusat/daerah adalah pengalihan kepemilikan barang milik
negara/daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi
kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham negara atau
daerah pada badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum
lainnya yang dimiliki negara (PP No.6 Tahun 2006 Pasal 1 angka 19).
Sebagai salah satu sumber permodalan BUMN, dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP) audited tahun 2016, PMN diklasifikasikan sebagai investasi
permanen yang merupakan salah satu jenis aset investasi jangka panjang. Investasi
Permanen dimaksudkan untuk dimiliki secara terus menerus/berkelanjutan tanpa ada
niat untuk diperjualbelikan atau ditarik kembali. Selain itu investasi permanen
bertujuan untuk mendapatkan dividen dan/atau menanamkan pengaruh yang signifikan
dalam jangka panjang dan/atau menjaga hubungan kelembagaan. Sehingga PMN yang
merupakan salah satu pengeluaran pembiayaan dalam Laporan Realisasi APBN
diharapkan mampu memberikan dampak yang signifikan dalam pendapatan negara di
tahun anggaran yang akan datang.
Pada tahun 2016 lalu, realisasi investasi pemerintah dalam bentuk Penyertaan
Modal Negara (PMN) BUMN mencapai Rp 39,24 triliun yang diberikan pada 24
BUMN strategis yang dinilai layak untuk mendapatkan penambahan modal. Namun
fakta yang terjadi adalah dari data BUMN yang mendapatkan PMN, terdapat 5 BUMN
yang masih mengalami kerugian dalam 2 tahun terakhir. BUMN tersebut adalah
sebagai berikut:
4

Besar Kerugian
Nama BUMN
(Milyar)
PT Krakatau Steel Tbk 2784
PT Perusahaan Perdagangan Ind 37
PT Barata Indonesia 97
Perum Bulog 459
PT Rajawali Nusantara Indo 802
Jumlah 4001
Sumber : diolah dari nota keuangan 2017

Dari data diatas dapat dilihat bahwa, total kerugian BUMN yang mendapat
PMN mencapai lebih dari Rp 4 triliun dalam dua terakhir terakhir. Apabila kita
bandingkan dengan tujuan pelaksanaan PMN pada BUMN, maka bisa kita lihat bahwa
pemberian PMN masih belem efektif dalam hal peningkatan kinerja BUMN.

PMN dan Pelaksanaan IPO merupakan beberapa sumber permodalan BUMN


dalam melaksanakan kegiatan perusahaan baik berupa penambahan modal kerja
(capital expenditure) untuk meningkatan kapasistas produksi melalui pembelian aset
tetap dan akuisisi anak perusahaan maupun pembayaran hutang yang tujuannya adalah
untuk menurunkan beban perusahaan terkait hutang tersebut sehingga dimasa yang
akan datang diharapkan kinerja keuangan perusahaan menjadi lebih baik dan laba
bersih perusahaan dapat meningkat sehingga memberikan dividen yang lebih besar bagi
para pemegang saham (Warren dkk: 2005).

Menurut Hanafi (2003: 69) Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai


performing measurement, yaitu kualifikasi dan efisiensi perusahaan/segmen tertentu
atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan
demikian pengertian pengukuran kinerja keuangan adalah suatu usaha formal yang
dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas keuangan dari
aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Maka dari
itu, menurut Van Horne (2005: 234) alat yang digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan tersebut adalah melalui analisis rasio laporan keuangan perusahaan. Dengan
5

membandingkan angka-angka dalam laporan keuangan, analisis rasio dapat menilai


kemampuan perusahaan dalam mengelola aset yang ada untuk pertumbuhan laba
perusahaan dari waktu ke waktu.
Selain kinerja keuangan, menurut Sartono (2008: 281) dampak penambahan
modal diharapkan mampu mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan yang
merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan kepada pemegang
saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan (returned earning)
guna pembiayaan investasi nantinya. Dalam LKPP, dividen BUMN dikategorikan
sebagai pendapatan bagian pemerintah atas laba BUMN yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara dalam APBN di tahun anggaran mendatang.
Oleh karena itu, berdasarkan fakta yang ada diatas, dalam penelitian ini penulis
mengangkat suatu pertanyaan penelitian, apakah ada pengaruh penambahan modal
BUMN melalui PMN dan pelaksanaan IPO terhadap kinerja keuangan dan pendapatan
bagian pemerintah atas laba BUMN tersebut?
2. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan difokuskan pada data Penyertaan Modal Negara (PMN)
BUMN berdasarkan masterfile investasi pemerintah pada direktorat Sistem Manajemen
Investasi Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Nota Keuangan APBN, data Laporan
Keuangan BUMN yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan data Pendapatan
Bagian Pemerintah atas Laba BUMN yang diolah dari Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat (LKPP) audited periode 2010 sampai dengan 2016.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini antara lain adalah :
a. Apakah Penyertaan Modal Negara (PMN) BUMN memberi pengaruh pada kinerja
keuangan BUMN?
b. Apakah pelaksanaan Initial Public Offering (IPO) BUMN memberi pengaruh pada
kinerja keuangan BUMN?
c. Apakah Penyertaan Modal Negara (PMN) BUMN memberi pengaruh pada
pendapatan bagian pemerintah atas laba BUMN?
6

d. Apakah pelaksanaan Initial Public Offering (IPO) BUMN memberi pengaruh pada
pendapatan bagian pemerintah atas laba BUMN?
e. Apakah Penyertaan Modal Negara (PMN) BUMN dan pelaksanaan Initial Public
Offering (IPO) memberi pengaruh pada kinerja keuangan BUMN?
f. Apakah Penyertaan Modal Negara (PMN) BUMN dan pelaksanaan Initial Public
Offering (IPO) memberi pengaruh pada pendapatan bagian pemerintah atas laba
BUMN?
4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
a. Mengetahui pengaruh Penyertaan Modal Negara (PMN) BUMN terhadap kinerja
keuangan BUMN.
b. Mengetahui pengaruh pelaksanaan Initial Public Offering (IPO) BUMN terhadap
kinerja keuangan BUMN.
c. Mengetahui pengaruh Penyertaan Modal Negara (PMN) BUMN terhadap
pendapatan bagian pemerintah atas laba BUMN.
d. Mengetahui pengaruh pelaksanaan Initial Public Offering (IPO) BUMN terhadap
pendapatan bagian pemerintah atas laba BUMN.
e. Mengetahui pengaruh Penyertaan Modal Negara (PMN) BUMN dan pelaksanaan
Initial Public Offering (IPO) terhadap kinerja keuangan BUMN?
f. Mengetahui pengaruh Penyertaan Modal Negara (PMN) BUMN dan pelaksanaan
Initial Public Offering (IPO) terhadap pendapatan bagian pemerintah atas laba
BUMN?
5. Manfaat Penelitian
Bagi sisi akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap studi lebih lanjut dalam memberikan gambaran dan literatur mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi pendapatan bagian pemerintah atas laba BUMN. Sedangkan
bagi sisi praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
dampak Penyertaan Modal Negara (PMN) BUMN dan pelaksanaan IPO BUMN
terhadap kinerja BUMN dalam hal ini berupa pendapatan bagian pemerintah atas laba
BUMN tersebut.
7

6. Sistematika Pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang
penelitian, ruang lingkup penelitian, masalah penelitian, tujuan dan
manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini penulis akan menguraikan landasan teori yang mendukung
penelitian, baik dari studi pustaka maupun hasil dari penelitian
sebelumnya. Landasan teori menguraikan penjelasan tentang Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), Penyertaan Modal Negara (PMN), Initial
Public Offering (IPO), hasil penelitian sebelumnya, dan hipotesis
penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum objek penelitian,
metodologi penelitian yang terdiri dari jenis dan metode penelitian, jenis
dan sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
Dalam bab ini akan dilakukan pengolahan data-data yang ada melalui
metode regresi linear berganda, setelah itu akan dilanjutkan dengan
analisis dan pembahasan terhadap hasil pengolahan data yang telah
dilakukan sebelumnya, sehingga diharapkan analisis yang dihasilkan
dapat membantu tercapainya tujuan penelitian.
BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai simpulan yang ditarik dari hasil
penelitian, keterbatasan penelitian dan saran sebagai bahan masukan
serta pertimbangan bagi pemerintah guna menentukan kebijakan yang
akan ditempuh dikemudian hari.
8

B. Landasan Teori
1. Teori (Umum/Khusus)
a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Filosofi dibentuknya Badan Usaha Milik Negara adalah karena berdasarkan
pada bunyi ketentuan UU Pasal 33 khususnya ayat (2) dan (3) yang mengandung
maksud bahwa; cabang-cabang produksi penting bagi Negara yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Kemudian bumi, air, dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Pada awalnya Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) adalah hasil nasionalisasi
ex- perusahaan-perusahaan asing (Belanda) yang kemudian ditetapkan sebagai
perusahaan Negara. Kemudian dengan Undang - Undang No. 1 Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti (Prp) Tahun 1969 dibentuklah pembagian 3 jenis bentuk Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan
Umum (perum), Persero. Pembagian ini dibentuk sesuai dengan tugas, fungsi, dan misi
usaha pada waktu itu. Pengertian BUMN berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 45
Tahun 2005 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh
Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan. Menurut Undang-undang Nomer 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha
Milik Negara, definisi BUMN adalah :
1) Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
2) Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang
berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau
paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara
Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
3) Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah
Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu
9

atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan


perundang-undangan di bidang pasar modal
4) Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh
modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk
kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi
dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Dan dalam Keputusan Menteri
BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 BUMN wajib menerapkan
Good Corporate Governace secara konsisten dan berkelanjutan dengan berpedoman
pada Peraturan Menteri ini dengan tetap memperhatikan ketentuan, dan norma yang
berlaku serta anggaran dasar BUMN.
Maksud dan tujuan pendirian BUMN sendiri dalam UU No 19 tahun 2003
tentang BUMN adalah sebagai berikut:
1) Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada
umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.
2) Mengejar keuntungan.
3) Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.
4) Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh
sektor swasta dan koperasi.
5) Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
b. Penyertaan Modal Negara (PMN)
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 44 Tahun 2005 Penyertaan Modal
Negara (PMN) adalah pemisahan kekayaan negara dari APBN atau penetapan
cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan sebagai modal BUMN dan/atau
Perseroan Terbatas lainnya, dan dikelola secara korporasi.
10

Penyertaan modal pemerintah pusat/daerah adalah pengalihan kepemilikan


barang milik negara/daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan
menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham negara
atau daerah pada badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan
hukum lainnya yang dimiliki negara. (PP No. 6 Tahun 2006 Pasal 1 angka 19).
Adapun tujuan pelaksanaan PMN adalah sebagai berikut:
1) Mewujudkan kesejahteraan umum masyarakat
2) Menyelamatkan perekonomian nasional
3) Memperbaiki struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha BUMN dan
Perseroan Terbatas
Ruang lingkup PMN adalah sebagai berikut:
1) Pendirian BUMN atau Perseroan Terbatas
2) PMN pada Perseroan Terbatas yang didalamnya belum terdapat saham milik negara
3) PMN pada BUMN atau Perseroan Terbatas yang didalamnya telah terdapat saham
milik negara
4) Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI | 9
Adapun bentuk-bentuk PMN adalah sebagai berikut:
1) Tunai, Pemerintah memberikan sejumlah uang kepada BUMN
2) Konversi piutang Pemerintah. Pemerintah mengkonversi utang BUMN kepada
Pemerintah menjadi PMN
3) Hibah saham/aset dari pihak lain. Pemerintah mendapat hibah saham/aset dari pihak
lain untuk mendirikan BUMN baru atau perpindahan kepemilikan perusahaan dari
pihak ketiga menjadi milik Pemerintah
Menurut Pasal 1 angka 4 PP No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
menyatakan Penyertaan Modal adalah bentuk Investasi Pemerintah pada Badan Usaha
dengan mendapat hak kepemilikan, termasuk pendirian Perseroan Terbatas dan/atau
pengambilalihan Perseroan Terbatas.
Dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara juga terdapat
beberapa jenis penyertaan modal yaitu, antara lain:
11

1) Penyertaan modal pemerintah pusat adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik


Negara yang semula merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan menjadi
kekayaan negara yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham
negara pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah1.
2) Dalam APBD, penyertaan modal pemerintah daerah ke dalam perusahaan daerah
adalah salah satu bentuk kegiatan/usaha pemda untuk meningkatkan pendapatan
daerah guna mensejahterakan masyarakat. Berdasarkan peraturan perundang-
undangan dinyatakan bahwa setiap penyertaan modal atau penambahan penyertaan
modal kepada perusahaan daerah harus diatur dalam perda tersendiri tentang
penyertaan atau penambahan modal. Selain itu ,penyertaan modal pemerintah
daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun
anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan
modal daerah berkenaan. Penambahan penyertaan modal oleh Pemda bersumber
dari APBD tahun anggaran berjalan pada saat penyertaan atau penambahan
penyertaan modal tersebut dilakukan.
3) Penyertaan Modal Bank Indonesia: sesuai dengan UU RI No.6/2009 dan
Penjelasannya, bahwa Bank Indonesia hanya dapat melakukan penyertaan modal
pada badan hukum atau badan lainnya yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan
tugas Bank Indonesia dan dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Penyertaan di luar badan hukum atau badan lain yang sangat diperlukan hanya dapat
dilakukan apabila telah memperoleh persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Adapun sumber dana PMN adalah sebagai berikut:
1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
2) Dana segar
3) Proyek-proyek yang dibiayai dari APBN
Termasuk dalam pengertian ini adalah proyek yang dikelola oleh BUMN maupun
instansi Pemerintah. Penetapan proyek tersebut menjadi Penyertaan Modal Negara
harus dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan BUMN dan hasil kajian, yang
nilainya ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan hasil perhitungan yang
12

dilakukan oleh Menteri Keuangan. Menteri dan Menteri Teknis yang bersangkutan
dalam rangka perhitungan atas nilai aset eks proyek tersebut. Menteri Keuangan
dapat menunjuk penilai independen untuk melakukan penilaian dimaksud yang
biayanya dibebankan kepada BUMN yang bersangkutan tanpa mengurangi nilai
aset.
4) Piutang negara pada BUMN atau PT
5) Asset-aset negara lainnya, yaitu aset negara yang tidak termasuk dalam kategori
huruf a, huruf b dan huruf c. Apabila aset negara lainnya yang akan dijadikan
Penyertaan Modal Negara belum direncanakan dalam APBN, maka
pelaksanaannya harus mengikuti mekanisme APBN. Yang dimaksud dengan
mekanisme APBN dalam hal ini adalah pencatatan nilai aset dimaksud dalam
APBN sebagai penerimaan dan sekaligus dikeluarkan sebagai Penyertaan Modal
Negara.
a) Kapitalisasi Cadangan
b) Sumber Lainnya
Keuntungan revaluasi asset yaitu selisih revaluasi aset yang berakibat
naiknya nilai aset.
Agio Saham adalah selisih lebih dari penjualan saham dengan nilai
nominalnya
Penambahan dan pengurangan penyertaan PMN pada BUMN diatur dalam PP
Nomor 44 tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara
pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas, Pasal 3 (ayat 2) yang
menyatakan bahwa setiap penambahan Penyertaan Modal Negara ke dalam BUMN dan
Perseroan Terbatas yang berasal dari kapitalisasi cadangan dan sumber lainnya
ditetapkan dengan keputusan RUPS untuk Persero dan Perseroan Terbatas, dan
keputusan Menteri untuk Perum, sedangkan untuk penyertaan yang bersumber dari
APBN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dan mengikuti mekanisme APBN.
Penambahan Penyertaan Modal Negara dilakukan dengan memperhatikan
kemampuan keuangan negara. Penambahan penyertaan modal negara ke dalam suatu
BUMN dan Perseroan Terbatas sebagaimana dilakukan dalam rangka:
13

1) memperbaiki struktur permodalan BUMN dan Perseroan Terbatas; dan/atau


2) meningkatkan kapasitas usaha BUMN dan Perseroan Terbatas.
Pengurangan Penyertaan Modal Negara pada BUMN dan Perseroan Terbatas
dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan BUMN dan PT yang bersangkutan
dan tidak boleh merugikan pihak kreditor. Pengurangan Penyertaan Modal Negara
tersebut dilakukan dalam rangka:
1) penjualan saham milik negara pada Persero dan Perseroan Terbatas;
2) pengalihan aset BUMN untuk Penyertaan Modal Negara pada BUMN lain atau
Perseroan Terbatas, pendirian BUMN baru, atau dijadikan kekayaan negara yang
tidak dipisahkan;
3) pemisahan anak perusahaan BUMN menjadi BUMN; dan/atau
4) restrukturisasi perusahaan

c. Initial Public Offering (IPO)


Menurut Fahmi (2011: 134) IPO merupakan penawaran saham pertama kali
yang dilakukan oleh perusahaan yang akan go public. Go public artinya perusahaan
telah memutuskan untuk menjual sahamnya kepada publik dan siap untuk dinilai oleh
publik secara terbuka. Go public atau penawaran umum merupakan kegiatan yang
dilakukan emiten untuk menjual sekuritas kepada masyarakat, berdasarkan tata cara
yang diatur undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. Langkah pertama yang
dilakukan sebelum go public adalah perusahaan mencari pihak yang akan memberikan
pelayanan dalam penjualan sahamnya (underwriter). Underwriter berusaha untuk
menjual saham perusahaan yang ditawarkan perdana pada saat harga yang terbaik
(Hartono: 2011)
Menurut Hartono (2011, 232) perusahaan yang belum go public, awalnya
saham-saham perusahaan tersebut dimiliki oleh manajer- manajernya, sebagian lagi
oleh pegawai-pegawai kunci dan hanya sejumlah kecil yang dimiliki oleh para investor.
Salah satu alasan mengapa perusahaan melakukan go public karena sebagaimana
biasanya jika perusahaan berkembang, kebutuhan modal tambahan sangat dirasakan,
14

sehingga perusahaan tersebut melakukan penghimpunan dana dari masyarakat melalui


penerbitan saham.
Menurut Martalena (2011, 212), IPO mencakup kegiatan-kegiatan sebagai
berikut :
1) Periode pasar perdana, yaitu ketika efek ditawarkan kepada pemodal oleh penjamin
emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk (underwriter).
2) Penjatahan saham, yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai dengan
jumlah efek yang tersedia.
3) Pencatatan efek dibursa, yaitu saat efek tersebut mulai diperdagangkan di bursa.
Dana yang diperoleh dari go public antara lain digunakan untuk :
1) Ekspansi atau perluasan.
2) Memperbaiki struktur permodalan.
3) Meningkatkan investasi di anak perusahaan.
4) Melunasi sebagian hutang.
5) Menambah modal kerja.

Dari segi perusahaan, dana yang masuk dari masyarakat ke perusahaan akan
memperkuat posisi permodalan, khususnya hutang berbanding modal. Dana dapat
digunakan untuk ekspansi diversifikasi produk, atau mengurangi hutang. Jadi, dengan
menjual saham baru kepada masyarakat akan meningkatkan kemampuan perusahaan.

Go public memungkinkan masyarakat maupun manajemen mengetahui nilai


perusahaan, yaitu di cerminkan pada kekuatan tawar menawar saham. Apabila
perusahaan diperkirakan sebagai perusahaan yang mempunyai prospek pada masa yang
akan datang, nilai saham menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila perusahaan dinilai kurang
mempunyai prospek maka harga saham menjadi rendah.

Perusahaan yang beroperasi sebagai perusahaan publik pada dasarnya harus


siap dengan berbagai konsekuensi dan permasalahannya, yaitu memenuhi ketentuan
yang berlaku dalam undang-undang beserta aturan pelaksanaan yang mengikutinya.
Sebagai perusahaan publik para pemilik lama ataupun para pendiri harus menerima
keterlibatan pihak-pihak lain, bahkan para pesaing sekalipun
15

2. Hasil Penelitian Sebelumnya


Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi dividen atas laba BUMN. Sunarto dan Kartika
(2003) pernah melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dividen
kas perusahaan. Dalam penelitain ini, Sunarto dan Kartika meneliti pengaruh
pendapatan perusahaan, tingkat pengembalian modal, dan rasio hutang terhadap modal.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Adapun
hasil penelitian menunjukan bahwa hanya pendapatan perusahaan yang mempengaruhi
kebijakan dividen kas.
Made Pratiwi Dewi (2011) dalam penelitian tentang pengaruh struktur modal
dan struktur kepemilikan terhadap kebijakan dividen dan free cashflow perusahaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur (path analysis) antara
variabel eksogen terhadap variabel endogen. Adapun hasil penelitian ini menunjukan
bahwa struktur modal berpengaruh negatif signifikan terhadap dividen perusahaan,
struktur kepemilikan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap dividen perusahaan
dan free cashflow berpengaruh positif signifikan terhadap divididen perusahaan.
Siti Syamsiroh Difa (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi dividen atas laba BUMN adalah ukuran perusahaan (firm
size), tingkat pengembalian modal perusahaan (Return On Equity), pertumbuhan asset
perusahaan (asset growth), dan Cash Ratio. Dalam penelitiannya Siti Syamsiroh Difa
menemukan tingkat pengembalian modal perusahaan bepengaruh paling significan
dalam pembagian dividen atas laba BUMN.
Elvinna Noviyanti (2016) melakukan penelitian mengenai pelaksanaan PMN
pada BUMN berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 tentang keuangan negara. Penelitian
dilakukan dengan metode deduktif terhadap laporan keuangan perusahaan dan data
PMN dari kementerian BUMN. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa PMN
yang tepat guna akan mendorong BUMN untuk menghasilkan laba yang lebih baik
sehingga dapat memberikan pendapatan negara melalui dividen atas laba BUMN
tersebut.
16

3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan hasil dari penelitian sebelumnya, maka variabel
yang akan diteliti pengaruhnya terhadap kinerja keuangan dan pendapatan bagian
pemerintah atas laba BUMN adalah nilai penyertaan modal negara, struktur modal dan
struktur kepemilikan sebagai variabel pelaksanaan initial public offering (IPO). Maka
diusulkan hipotesis sebagai berikut:

1 = Nilai penyertaan modal negara berpengaruh positif secara tidak signifikan


terhadap kinerja keuangan BUMN
2 = struktur modal berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap kinerja
keuangan BUMN
3 = struktur kepemilikan berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap
pendapatan bagian pemerintah atas laba BUMN
4 = Nilai penyertaan modal negara berpengaruh positif secara tidak signifikan
terhadap pendapatan bagian pemerintah atas laba BUMN
5 = struktur modal berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap pendapatan
bagian pemerintah atas laba BUMN
6 = struktur kepemilikan berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap
pendapatan bagian pemerintah atas laba BUMN
7 = Nilai penyertaan modal negara, struktur modal, dan struktur kepemilikan
berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap kinerja BUMN
8 = Nilai penyertaan modal negara, struktur modal, dan struktur kepemilikan
berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap pendapatan bagian
pemerintah atas laba BUMN

C. Metodologi Penelitian
1. Gambaran Umum Objek dan Alasan Pemilihan Objek
Dalam penelitian ini, objek penelitian yang akan diambil berupa data sekunder
yang diperoleh dari Kementerian BUMN dan Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu
17

2010 s.d. 2016. Pemilihan multi tahun (data panel) dalam penelitian berangkat dari
kelebihan penggunaan data panel sebagai berikut (Gujarati, 2004):
a. Penggunaan data panel memiliki keunggulan heterogenitas data.
b. Penggunaan data panel dapat menyajikan data yang lebih informatif, memiliki
variasi yang beragam, mengurangi risiko adanya kolinearitas, memiliki derajat
kebebasan yang lebih tinggi, dan menjadikan penelitian lebih efisien.
c. Penggunaan data panel lebih baik dalam mengobservasi dinamika perubahan.
d. Penggunaan data panel dapat mendeteksi dan mengukur akibat dari suatu kejadian
yang tidak dapat dideteksi maupun diukur dengan data cross-section maupun time-
series.
e. Penggunaan data panel memungkinkan peneliti untuk mempelajari model perilaku
yang lebih kompleks.
f. Penggunaan data panel dapat meminimilasi bias
Berdasarkan data dari kementerian BUMN tahun 2017, populasi BUMN yang
aktif beroperasi adalah sebagai berikut :
Jenis BUMN Go Public Belum Go Public
Persero (PT) 20 86 106
Perum - 15 15
Jumlah 20 101 121
Sumber : diolah dari website resmi kementerian BUMN
Sedangkan data populasi BUMN per sektor pada tahun 2017 adalah sebagai
berikut :
Sektor Usaha Persero (PT) Perum Total
Pertanian, kehutanan, dan perikanan 4 2 6
Pertambangan dan penggalian 5 - 5
Industri pengolahan (manufaktur) 28 3 31
Pengadaan listrik, gas, uap panas, dll 2 - 2
Pengadaan air, pengolahan sampah, dll - 2 2
Konstruksi 9 1 10
Perdagangan besar dan eceran 3 1 4
18

Transportasi dan pergudangan 21 3 24


Penyediaan akomodasi dan makan 1 - 1
Informasi
minum dan komunikasi 1 2 3
Jasa keuangan dan asuransi 22 1 23
Real estate 2 - 2
Jasa profesional, ilmiah, dan teknis 8 - 8
Jumlah 106 15 121
Sumber : diolah dari website resmi kementerian BUMN.
Beberapa sampel yang representatif akan diambil untuk selanjutnya diolah dan
dilakukan analisis sesuai dengan metode yang telah dipilih. Sampel ini merupakan
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,
2010). Adapun pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling (judgement
sampling) yang merupakan bagian dari metode non-probability sampling, yaitu
pemilihan sampel secara tidak acak dengan kriteria-kriteria tertentu. Oleh karena itu,
anggota populasi yang tidak memenuhi syarat tidak akan dipilih sebagai sampel
penelitian.
Pemilihan sampel dilakukan dengan mengambil populasi yang memiliki
kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. BUMN yang mendapatkan PMN dalam kurun waktu 2010 s.d. 2016
b. BUMN yang melaksanakan IPO dalam kurun waktu 2010 s.d. 2016
2. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data
ini berupa kumpulan data yang secara tidak langsung bersumber dari pihak lain dimana
pihak tersebut secara tidak langsung memberikan data yang telah diolah lebih lanjut
untuk kemudian data tersebut disajikan kepada pihak lain (Sugiyono, 2010)
3. Cara pengumpulan data
Data sekunder berupa data Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)
audited yang diambil dari website resmi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI, data
dari kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Nota Keuangan ABPN dari
website resmi Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, dan data Laporan
19

Keuangan BUMN yang listing di BEI yang diambil dari website resmi Bursa Efek
Indonesia dalam periode 2010 sampai dengan 2016.
4. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas
Sekaran (2006, 118) menjelaskan variabel bebas adalah variabel yang dapat
mempengaruhi hasil variabel terikat. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh yang
positif maupun pengaruh yang negatif. Terdapat tiga variabel bebas dalam penelitian
ini yaitu:
1) Nilai penyertaan modal negara.
Variabel nilai penyertaan modal negara menunjukan jumlah penambahan modal
BUMN melalui mekanisme investasi permanen pemerintah yang dibiayai melalui
APBN pada tahun anggaran tertenut. Nilai penyertaan modal negara diukur dengan
menggunakan logaritma alami dari arus kas keluar dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP)
2) Struktur modal
Variabel struktur modal menggambarkan komposisi modal perusahaan yang
membandingkan antara hutang dan ekuitas perusahaan setelah pelaksanaan IPO.
perusahaan pada awal tahun dan akhir tahun. Variabel ini diukur dengan rumus debt to
equity ratio (DER) sebagai berikut:

DER = 100%

3) Struktur kepemilikan .
Variabel struktur kepemilikan menggambarkan kepemilikan saham BUMN
setelah pelaksanaan IPO yang diukur dengan institusional ownership (IO) atau
persentase kepemilikan negara selaku pemegang saham mayoritas BUMN. Adapun
rumus untuk mengukur institusional ownership adalah sebagai berikut:

IO = 100%

b. Variabel terikat
Sekaran (2006) menjelaskan bahwa variabel terikat adalah variabel yang menjadi
tujuan utama dalam penelitian. Tujuan utama dari penelitian adalah bagaimana peneliti
20

dapat memprediksi variabel terikat yang ditentukan. Peneliti harus menemukan apakah
variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Adapun variabel terikat yang
penulis ambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Kinerja keuangan BUMN
Variabel kinerja keuangan menunjukan kemampuan BUMN dalam menghasilkan
laba bersih dengan modal yang dimiliki sehingga analisis yang digunakan adalah rasio
profitabilitas. Dalam hal ini, rasio yang diukur adalah tingkat pengembalian modal atau
Return On Equity (ROE) suatu BUMN dalam beberapa periode yang ditentukan.
Adapun rumus untuk mengukur ROE adalah sebagai berikut:

ROE = 100%

2) Pendapatan bagian pemerintah atas laba BUMN
Variabel pendapatan bagian pemerintah atas laba BUMN menggambarkan
deviden yang diterima oleh pemerintah selaku pemegang saham mayoritas BUMN.
Variabel ini dapat diukur dengan menggunakan rumus dividend growth rate (DGR)
atau tingkat pertumbuhan dividen. Menurut Jones (2004) DGR merupakan persentase
perubahan dividen dari satu periode ke periode berikutnya sehingga dapat
memproyeksikan harga wajar suatu perusahaan di masa depan. Adapun rumus untuk
mengukur DGR adalah sebagai berikut :

1
DGR = 100%
1
Keterangan :
DGR = Tingkat pertumbuhan dividen
= Pendapatan pemerintah atas laba BUMN tahun ke n
1 = Pendapatan pemerintah atas laba BUMN tahun sebelum tahun ke n

c. Model Penelitian
Berdasarkan hipotesis yang dibangun dalam landasan teori dan variabel-
variabel yang telah disebutkan dalam bagian sebelumnya, penulis mengusulkan model
penelitian awal sebagai berikut:
21

1) Model pertama
, = 0 , + 1 , + 2 , + 3 , +
Keterangan:
ROE = Rasio laba bersih terhadap modal BUMN
PMN = Nilai penyertaan modal negara
DER = Rasio hutang terhadap modal BUMN
IO = Persentase jumlah saham pemerintah pada BUMN
= Error
= Konstanta

2) Model kedua
, = 0 , + 1 , + 2 , + 3 , +
Keterangan:
DGR = Tingkat pertumbuhan pendapatan bagian pemerintah atas laba BUMN
PMN = Nilai penyertaan modal negara
DER = Rasio hutang terhadap modal BUMN
IO = Persentase jumlah saham pemerintah pada BUMN
= Error
= Konstanta
5. Metode pengolahan data
Langkah pertama yang penulis lakukan adalah melakukan prosedur statistik
deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan
data yang telah dikumpulkan tanpa bermaksud membuat suatu kesimpulan dari data
tersebut (Sugiyono, 2010). Teknik statistik deskriptif yang dapat digunakan diantaranya
adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, piktogram, perhitungan
modus, mean, median, perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data
melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, serta perhitungan persentase
(Sugiyono, 2010).
Langkah berikutnya, penulis akan melakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari
uji autokorelasi, uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedasitas. Setelah
22

melewati uji asumsi klasik, penulis akan melakukan analisis regresi linear berganda
(Hermawan, 2005). Regresi Linear Berganda adalah model regresi berganda jika
variabel terikatnya berskala data interval atau rasio (kuantitatif atau numerik).
Sedangkan variabel bebas pada umumnya juga berskala data interval atau rasio.
Menurut Sugiyono (2012: 277) Regresi linear berganda digunakan apabila terdapat dua
variabel independen yang bergerak bebas terhadap variabel dependen sehingga
ditemukan suatu hubungan diantara variable-variabel tersebut.
6. Sarana yang Akan Digunakan untuk Mengolah Data
Program yang akan digunakan untuk pengujian statistik akan disesuaikan
dengan kondisi data yang dapat menggunakan aplikasi IBM SPSS 23, eviews 7, atau
STATA. Selain untuk pengujian dalam proses penulisan skripsi ini penulis akan
memakai pengolah data Microsoft Office Excel, pengelola sitasi Mendeley, dan
pengolah kata Microsoft Office Word.
7. Hasil Yang Diharapkan
Dari hasil pengujian statistik penulis mengharapkan hasil korelasi tinggi antara
seluruh variabel bebas secara bersamaan terhadap variabel terikat serta variabel bebas
secara individual terhadap variabel terikat. Kemudian, diharapkan juga terdapat hasil
positif signifikan untuk hipotesis pada persamaan utama yang sejalan dengan penelitian
terdahulu.
8. Pengujian Lainnya Yang Diperlukan
Pengujian lain yang akan dilakukan yaitu uji asumsi klasik berupa uji
normalitas, uji heteroskedasitas, uji autokorelasi, dan uji multikolinearitas sebelum
melakukan analisis regresi.
23

Rencana Daftar Pustaka

A. Buku

Fahmi, I. 2011. Analisis Kinerja Keuangan, Panduan bagi Akademisi, Manajer, dan
Investor untuk Menilai dan Menganalisis Bisnis dari Aspek Keuangan.
Bandung: Alfabeta
Brigham, E. & Houston, J. 2007.Fundamental of Financial Management 11th
Edition.USA: Thomson South-Western.
Bursa Efek Indonesia. 2015. IDX Fact Book 2015. Jakarta: Bursa Efek Indonesia
Bungin, Burhan. H.M. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Indriantoro N., dan Supomo B. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi
dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Adjie, Habib. 2008. Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab
Perseroan Terbatas. Mandar Maju: Bandung.
Anoraga, Panni. 1995. BUMN, Swasta dan Koperasi : Tiga Pelaku Ekonomi. Pustaka
Jaya,:Jakarta.
Ilmar, Aminuddin. 2004. Privatisasi BUMN di Indonesia. Hasanuddin University
Press: Makassar.
Ghozali, I., 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Widoatmodjo, S., 2009, Pasar Modal Indonesia: Pengantar dan Studi Kasus, Bogor:
Ghalia Indonesia

B. Jurnal dan Sumber lainnya


Victory, H. Karamoy, H. Morasa, J. 2015. Pengaruh Struktur Modal, Biaya Ekuitas,dan
Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan pada Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jakarta : Universitas
Indonesia
24

Collins, S., Filibus I., Clement, A. 2012. Corporate Capital Structure and Corporate
Market Value: Empirical Evidence from Nigeria. International Journal of
Economic and Finance: Canadian Center of Science and Education
Efendi, Andri S. 2013. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen
dan Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan dengan Variabel Kontrol
Ukuran Perusahan, Pertumbuhan Perusahaan dan Kinerja
Perusahaan.Semarang: Universitas Diponegoro
Ellisya, L., K. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Tunai.Lampung: Universitas Negeri Lampung
Hasan, et. al. 2014. Influence of Capital Structure on Firm Performance: Evidence
from Bangladesh. Australia: University of Sydney
Jusriani, Ika F. 2013. Analisis Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Dividen, Kebijaan
Utang, dan Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan. Semarang:
Universitas Diponegoro
Cohen, D. A. dan Zarowin, P. 2008. Accrual-Based and Real Earnings From IPO
Activities around Seasoned Equity Offerings. Journal of Accounting and
Economics 50: 2-19.
Beneish, M.D. 2001. Earnings management: A perspective. Working paper, Indiana
University.
Kunz, R.M., dan R. Aggarwal, 1994, Why Initial Public Offerings are Underpriced:
Evidence from Switzerland, Journal of Banking and Finance, Vol.18, Hal: 705-
723
Okiro, K., Aduda, J., Omoro, N. 2015. The Effect of Corporate Governance and
Capital Structure on Performance of Firms Listed at The East African
Community Securities Exchange. University Of Nairobi.European Scientific
Journal March 2015 edition vol.11, No.7
Parrino, R., Kidwell D., Bates, T. 2012. Fundamental of Corporate Finance.United
States of America: WIley
25

Patrick, O., Orinya O., Kemi A. 2013. The Impact of Capital Structure on Firms
Performance in Nigeria.St. Augustine College of Education.Munich Personal
RePEc Archive (MPRA)

C. Peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara.
________________. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas
________________. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara
________________. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang tata cara
Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara
dan Perseroan Terbatas
________________. Peraturan Pemerintah Nomor 01 Tahun 2008 tentang Investasi
Pemerintah
Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/10/PBI/2003 tentang Prinsip
Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal

D. Website
http://duwiconsultant.blogspot.co.id/2011/11/analisis-regresi-linier-berganda.html
(Diakses tanggal 26 September 2017 pukul 20.00)
https://dwiermayanti.wordpress.com/2009/10/15/kinerja-keuangan-perusahaan/
(Diakses tanggal 29 September 2017 pukul 21.20)
http://www.investopedia.com/exam-guide/cfp/risk-return-measures/cfp8.asp (Diakses
30 September 2017 pukul 19.25)
https://www.thebalance.com/return-on-equity-roe-357601 (Diakses 30 September
2017 pukul 19.45)
BAGIAN PENUTUP
A. Rencana Pelaksanaan Penelitian
Rencana aktivitas dan periode pelaksanaan penyusunan penelitian yang dirancang
oleh penulis adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Rencana Penelitian
September Oktober November Desember
Usulan
2017 2017 2017 2017
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan Outline

Pengumpulan dan Penilaian


Outline

Penyusunan BAB I

Penyusunan BAB II

Penyusunan BAB III

Penyusunan BAB IV

Penyusunan BAB V

Tahap Penyelesaian

26
27

B. Kontinjensi
Jika dalam penyusunan penelitian ini penulis menemui hambatan baik dalam
pengumpulan data maupun pembahasan masalah, maka akan dilakukan perubahan-
perubahan dari rencana penelitian yang telah disusun. Perubahan tersebut meliputi
objek penelitian, perubahan metode penelitian, perubahan pendekatan penyusunan
penelitian, atau perubahan judul, bab dan subbab penelitian. Sesuai dengan ketentuan
resmi penyusunan penelitian, sebelum melakukan perubahan-perubahan di atas penulis
akan mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing dan akan
melaporkannya kepada lembaga jika terjadi perubahan yang signifikan.

Anda mungkin juga menyukai