Anda di halaman 1dari 37

AKUNTABILITAS KEUANGAN TERHADAP PENGELOLAAN PAJAK

HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH


KOTA PRABUMULIH TAHUN 2017

( Studi Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Prabumulih )

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

Lulu Leviani

07011181520052

DOSEN PENGASUH:
DR. ARDIYAN SAPTAWAN, M.SI

KONSENTRASI KEUANGAN NEGARA

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-

Nyalah penulis dapat menyelesaikan proposal mengenai “Akuntabilitas Keuangan Terhadap

Pengelolaan Pajak Hotel Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Prabumulih

Tahun 2017”. Penulis juga berterima kasih kepada Bapak Dr. Ardiyan Saptawan, M.Si selaku

Dosen mata kuliah Metode Penelitian Administrasi yang telah memberikan tugas ini kepada

kami.

Penulis sangat berharap tulisan ini dapat berguna dalam rangka menambah

pengetahuan kita mengenai Akuntabilitas Keuangan Pengelolaam Pajak Hotel Dalam

Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Prabumulih Tahun 2017. Tulisan ini dibuat

berdasarkan hasil observasi penulis dan referensi yang dapat dipertanggung jawabkan dan

sumber-sumber lainnya yang menjadi pelengkap tulisan kami.

Semoga tulisan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan sekiranya

dapat berguna bagi penulis maupun orang yang membacanya.

Indralaya, 20 September 2018

Lulu Leviani

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................... i

Kata Pengantar .......................................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 5

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 9

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 9

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Landasan Teori .................................................................................... 12

2.2 Pendapatan Asli Daerah ....................................................................... 12

2.3 Akuntabilitas ........................................................................................ 14

2.4 Pajak .................................................................................................... 15

2.5 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 21

2.6 Teori yang digunakan pada penelitian ................................................. 25

2.7 Kerangka Pemikira ............................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian .................................................................................. 32

3.2 Aspek Penelitian .................................................................................. 32

3.3 Jenis dan sumber data penelitian .......................................................... 33

3.4 Satuan Pengamatan ............................................................................... 34

iii
3.5 Teknik Penentuan Informan ................................................................. 34

3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 35

3.7 Teknik Analisis Data ............................................................................ 35

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu aspek reformasi yang mendapat perhatian hingga kini ialah

mengenai persoalan otonomi daerah. Masalah dalam menghadapi perkembangan

keadaan seperti saat ini terutama situasi dalam negeri yang menghendaki adanya

otonomi yang seluas luasnya, maka perlu diberikan kewenangan yang luas, nyata

dan bertanggung jawab kepada daerah secara professional, yang diwujudkan

dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional. Serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagaimana yang ditetapkan dalam UU

no 09 tahun 2015 tentang pemerintah daerah dan undang-undang no 33 tahun

2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah. Sejalan dengan hal tersebut Kota Prabumulih sebagai salah satu daerah

otonomi yang sedang melakukan pengembangan terhadap otonomi wilayahnya

serta mempunyai kegiatan pemerintahan yang sedang meningkat, sehingga

diperlukan pembiayaan-pembiayaan yang tidak sedikit, pembiayaan terhadap

kegiatan pemerintah dapat terpenuhi dengan adanya penerimaan daerah, salah

satunya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Dinas Pendapatan Daerah Kota Prabumulih sebagai salah satu perangkat

pemerintah daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas dan wewenang

yang di berikan kepada daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah, maka diperlukan pembiayaan yang bersumber dari pendapatan

5
daerah. Sumber sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan pembangunan

daerah diatur dalam UU No. 33 tahun 2004 Pasal 5dan Pasal 6 yang terdiri dari:

1. Pendapatan Asli Daerah

2. Dana Perimbangan yaitu :

a.Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak

b.Dana Alokasi Umum

c .Dana Alokasi Khusus

3. Lain lain Pendapatan yang sah ( UU No.33 tahun 2004 )

Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Ahmad Yani (2002:56)

merupakan sumber pendapatan yang penting untuk dapat membiayai

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Pemerintah Daerah

dalam hal ini Pemerintah Kota Prabumulih berupaya menggali dan

mengembangkan segala potensi yang menjadi sumber dana pembangunan.

Pendapatan Asli Daerah terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,

hasil perusahaan milik daerah, hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan

dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Salah satu yang merupakan PAD

Kota Prabumulih yang memiliki kontribusi besar adalah pajak daerah. Menurut

Suparmoko (2013: 128) , pajak adalah pembayaran iuran rakyat kepada negara

yang dapat dipaksakan dan tanpa balas jasa yang secara langsung bisa di tunjuk.

Berdasarkan pengertian tersebut , dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan

salah satu sumber penerimaan pendapatan yang memiliki peranan dalam

penyediaan sumber dana bagi pembiayaan pengeluaran pemerintah. Pajak ini di

6
pungut oleh Pemerintah Daerah yang diatur berdasarkan Peraturan Daerah masing

masing dan hasil pemungutan nya digunakan untuk membiayai rumah tangga

daerahnya.

Dinas Pendapatan Daerah Kota Prabumulih, dalam menjalankan tugas dan

fungsinya, mengelola 11 jenis pajak yakni:

1. Paj ak Hotel;

2. Pajak Restoran;

3. Pajak Reklame;

4. Pajak Hiburan;

5. Pajak Penerangan Jalan;

6. Pajak Mineral bukan logam dan batuan;

7. Pajak Parkir;

8. Pajak Air Tanah;

9. Pajak Sarang Burung Walet;

10. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan; dan

11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan;

Kepala Badan kepegawaian daerah (BKD) Kota Prabumulih H

Jaufar Fahri SE AK di dalam muatan berita Tribunsumsel menagatakan

“Penyumbang PAD terbesar di Kota Prabumulih berasal dari Pajak

penerangan jalan, Pajak Mineral bukan logam dan batuan, pajak hiburan serta

retribusi pelayanan kesehtan”, pajak hotel, pajak sarang burung wallet, pajak

air tanah masih menyumbang PAD yang tergolong cukup dan tidak terlampau

besar. Hal ini berlawanan dengan meningkatkatnya pembangunan hotel yang

ada di Kota Prabumulih, seharusnya realita yang terjadi jika pembangunan

7
hotel meningkat maka akan berdampak pada meningkatnya penerimaan pajak,

hal ini seperti yang disampaikan oleh kepala dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan ruang Kota Prabumulih di surat kabar prabumulih pos menyatakan

bahwa pembangunan hotel di Kota Prabumulih meningkat dengan tajam,

bahwa terdapat 20 hotel sudah termasuk motel dan losmen serta ada sekitar 20

rumah kos yang memiliki jumlah 10 kamar.

Landasan hukum yang mengatur tentang pajak daerah adalah UU No. 28

tahun 2009, sedangkan pajak hotel diatur dalam Peraturan Daerah Kota

Prabumulih Nomor 2 tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Adapun pelaksanaan

pemungutan pajak restoran di Kota Prabumulih diatur dalam Peraturan Daerah

Kota Prabumulih Nomor 2 tahun 2011 pada pasal 3,4,5,6,7 tentang Prosedur

Pendaftaran, Pemungutan dan Penyetoran Pajak Hotel. Pajak Hotel adalah

pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan dipungut bayaran

kemudian dikenakan pajak 10%.

Mekanisme pembayaran pajak Hotel di Kota Prabumulih dalam hal ini

bersifat sistem self assesment yakni wajib pajak sendiri yang menyetorkan dan

melaporkan Surat Pemberitahuan Tagihan Pajak Daerah (SPTPD) ke Badan

Pengelola Pajak Daerah Kota Prabumulih setiap bulannya atau melalui Bank

yang bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kota Prabumulih, dalam hal ini

Bank Sumsel Babel.

Menurut Peraturan Daerah Kota Prabumulih Nomor 2 Tahun 2011 tentang

Prosedur Pendaftaran, Pemungutan dan Penyetoran Pajak Hotel Kota

Prabumulih. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh

8
hotel dengan dipungut bayaran kemudian dikenakan pajak 10%. Adapun

objek pajak Hotel yang dikenai pajak menurut PERDA No. 2 tahun 2011 ialah

pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran termasuk jasa

penunjang sebagai pelengkap hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan

kenyamanan termasuk fasilitas olahraga dan hiburan, jasa penunjang yang

diamksud adalah fasilitas telepon, facsimile, teleks, internet, fotokopi,

pelayanan cuci, setrika, transportasi, dan fasilitas lainnya yang disediakan atau

dikelolah hotel.

Oleh karena itu berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, perlu

diteliti lebih jauh lagi bagaimana Akuntabilitas Keuangan Terhadap

pengelolaan pajak hotel di Kota Prabumulih oleh Dinas Pendapatan Daerah

Kota Prabumulih maka perlu diadakannya penelitian dengan judul

“Akuntabilitas Keuangan Terhadap Pengelolaan Pajak Hotel dalam

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Dinas Pendapatan Daerah

Kota Prabumulih tahun 2017” dengan harapan dapat mengetahui apa saja

yang menjadi kendala tidak tercapainya target penerimaan pajak hotel di Kota

Prabumulih.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang diatas, maka dirumuskan

permasalahan berikut ini:

1. Bagaimana Akuntabilitas Keuangan terhadap Pengelolaan Pajak Hotel

Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Prabumulih Tahun

2017?

9
1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk Mengetahui bagaimana akuntabilitas keuangan terhadap

pengelolaan pajak hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

Kota Prabumulih.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan

keilmuan dalam bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya

tentang Akuntabilitas Penerimaan Pajak Hotel Dalam Meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah Kota Prabumulih tahun 2017.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah;

1. Bagi peneliti, bermanfaat untuk meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan berpikir penulis melalui karya

ilmiah, serta melatih penulis untuk menerapkan teori-teori yang

diperoleh selama perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sriwijaya.

2. Bagi masyarakat umum, sebagai bahan literatur dan perbandingan

untuk menghadapi masalah yang terkait dengan penelitian di masa

mendatang.

10
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Landasan Teori merupakan teori yang relevan digunakan untuk

menjelaskan variable yang akan diteliti dan sebagai dasar untuk memberi

jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan (Hipotesis) serta

penyusunan instrument penelitian. Teori yang digunakan bukan sekedar

pendapat dari penulis atau pendapat lain, tetapi teori yang benar-benar sudah

di uji kebenarannya ( Yafie. Ali, 1994 : 205-206)

2.2 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber-

sumber pendapatan daerah yang dikelolah sendiri oleh pemerintah daerah,

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan tulang punggung pembiayaan

daerah, oleh karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari

besarnya kontribusi yang dapat diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah

terhadap APBD, semakin besar kontribusi yang dapat diberikan oleh

Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD, semakin besar kontribusi yang

dapat diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD berarti semakin

kecil ketergantungan Pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah pusat.

Pendapatan Ali Daerah hanya merupakan salah satu komponen Sumber

Penerimaan Keuangan negara disamping penerimaan lainnya berupa dana

perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain penerimaan yag sah juga

anggaran tahun sebelumnya dapat ditambahkan sebagai sumber pendanaan

penyelenggaraan pemerintah daerah. Keseluruhan bagian penerimaan tersebut

11
setiap tahun tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD). Meskipun PAD tidak seluruhnya dapat membiayai APBD, namun

proporsi PAD terhadap total penerimaan tetap merupakan indikasi derajat

kemandirian keuangan suatu pemerintah daerah. Menurut Machfud Sidik

tuntutan peningkatan PAD semakin besar seiring dengan semakin banyaknya

wewenang pemerintah yang dilimpahkan kepada daerah itu sendiri. Pada saat

penggalian dan peningkatan pendapatan daerah itu sendiri banyak

permasalaha yang ditemukan, hal ini dapat disebabkan karena :

1. Perannya yang masih tergolong kecil dalam total penerimaan daerah.

2. Kemampuan administrasi pemungutan di daerah yang masih rendah

3. Kemampuan perencanaan dan pengawasam keuangan yang lemah.

Menurut Mardiasmo (2002:132) “Pendapatan Asli Daerah adalah

penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan

mili daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain

pendapatan Asli daerah yang sah” dalam rangka meningkatkan Pendapatan

Asli daerah Pemerintah daerah dilarang :

1. Menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan

ekonomi biaya tinggi

2. Menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat

mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah dan kegiatan

import ekspor.

2.3 Akuntabilitas

Akuntabilitas publik merupakan suatu bentuk pertanggung jawaban atas

segala aktivitas yang dilakukan oleh seseorang pemegang amanah terhadap

12
orang atau badan yang meminta pertanggung jawaban tersebut. Akuntabilitas

ini dilakukan sebagai bentuk transparansi daripada kegiatan operasional suatu

perusahaan.

Pada dasarnya, akuntabilitas adalah penerimaan informasi dan

pengungkapan (disclosure) atas aktivitas dan kinerja finansial kepada pihak

pihak yang berkepentingan. Pemerintah baik pusat maupun daerah harus

dapat menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak

publik yaitu hak untuk tahu, hak untuk diberi informasi dan hak untuk di

dengar aspirasinya.

Menurut dekralasi Tokyo akuntabilitas adalah kewajiban-kewajiban

individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelolah sumber daya

publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal hal yang

menyangkut pertanggung jawaban fiskal, manajerial, dan program. Ini berarti

bahwa akuntabilitas berkaitan dengan pelaksanaan evaluasi ( penilaian )

mengenai standart pelaksanaan kegiatan, yaitu apakah standart yang dibuat

sudah tepat dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dan apakah manajemen

mengimplementasikan standart-standart tersebut.

Selaian itu, Deklarasi Tokyo juga menambahkan bahwa akuntabilitas juga

merupakan instrument kegiatan control terutama dalam pencapaian hasil

dalam pelayanan publik, dalam hubungan ini diperlukan evaluasi kinerja yang

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta cara-cara

yang digunakan untuk mencapai semua itu. Pengendalian sebagai bagian

penting dalam manajemen yang baik adalah hal yang sangat menunjang

dengan mekanisme akuntabilitas yang baik demikian juga sebaliknya.

13
Menurut Mardiasmo (2002:20) akuntabilitas publik adalah kewajiban

pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggung jawaban,

menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas serta kegiatan

yang menjadi pertanggung jawaban mereka kepada pihak pemberi amanah.

Akuntabilitas publik menurut Mardiasmi (2002:05) terbagi dua macam yaitu :

1. Akuntabilitas Vertikal (Vertical accountability) adalah pertanggung

jawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi

2. Akuntabilitas Horizontal ( Horizontal accountability) adalah pertanggung

jawaban kepada DPRD dan masyarakat luas.

Mardiasmo lebih lanjut mengindentifikasi 3 elemen utama akuntabilitas,

yaitu :

1. Adanya kekuasaan

Untuk mendapatkan persetujuan awal sebelum sebuah keputusan dibuat,

hal ini berkaitan dengan otoritas untuk mengatur prilaku birokrat dengan

mendudukan mereka dibawah persyaratan procedural.

2. Akuntabilitas Peran

Yang merujuk pada kemampuan seseorang pejabat untuk menjalankan

peran kuncinya, yaitu berbagai tugas yang harus dijalankan sebagai

kewajiban utama.

3. Peminjaman uang secara retrospektif.

Yang mengacu pada analisis operasi suatu departemen setelah

berlangsung suatu kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga eksternal

seperti kantor audit, komite parlemen, ombudsmen, atau Lembaga

peradilan.

14
Disamping itu ada beberapa metode untuk menegakkan akuntabilitas, yaitu :

1. Kontrol Legislatif

Legislatif melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan melalui

diskusi dan sejumlah komisi di dalamnya.

2. Akuntabilitas Legal

Ini merupakan karakter dominan dari suatu negara hukum, pemerintah

dituntut untuk menghormati aturan hukum yang di dasarkan pada badan

peradilan yang independent.

3. Ombudsman

Dewan ombudsman baik yang dibentuk di dalam suatu konstitusi maupun

legislasi berfungsi sebagai pembela hak-hak masyarakat. Ombudsman

mengakomoadasi keluhan masyarakat, melakukan investigasi dan

menyusun rekomendasi tentang bagaimana keluhan tersebut diatasi tanpa

membebani masyarakat.

4. Dessentralisasi dan Partisipasi

Akuntabilitas dalam pelayanan publik juga dapat ditegakkan melalui

struktur pemerintah yang terdesetralisasi dan partisipasi.

5. Control administrasi internal

Pejabat publik yang diangkat sering memainkan peran dalam menjalankan

tugas pemerintahan karena relatif permanennya masa jabatan serta

keterampilan teknik.

6. Media massa dan opini publik

15
Efektifitas berbagai metode dalam menegakkan akuntabilitas sebagaimana

diuraikan di atas sangat bergantung dari tingkat dukungan media massa

serta opini publik.

Berdasarkan penjelasan mengenai akuntabilitas yang telah

diuraikan diatas maka dapat ditarik kesimpulan jika akuntabilitas adalah

suatu pertanggung jawaban oleh pihak-pihak yang diberi kepercayaan oleh

masyarakat atau individu lain dimana nantinya terdapat keberhasilan atau

kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut, pertanggung jawaban

tersebut berkaitan langsung dengan aktivitas birokrasi dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat dan bagian dari transparansi supaya

masyarakat atau pihak yang memberi amanah mengetahui mengenai

pencapaian dari pemegang amanah.

Menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) seperti yang

dikutip oleh BPKP ada tiga macam akuntabilitas yaitu :

1. Akuntabilitas Keuangan, merupakan pertanggung jawaban mengenai

integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan.

2. Akuntabilitas Manfaat, manfaat pada dasarnya memberi perhatian pada

hasil dari kegiatan kegiatan pemerintah.

3. Akuntabilitas Prosedural, merupakan pertanggung jawaban mengenai

apakah suatu prosedur dan pelaksanaan suatu kebijakan telah

mempertimbangkan masalah moralitas, etika, kepastian hukum dan

ketaatan pada keputusan politis untuk mendukung pencapaian tujuan

akhir yang telah ditetapkan.

16
Menurut Mahsun (2011), ruang lingkup akuntabilitas tidak hanya pada

bidang keuangan saja tetapi meliputi :

1. Fiscal accountability, yaitu akuntabilitas yang dituntu masyarakat

berkaitan pemanfaatan hasil perolehan pajak dan retribusi.

2. Program accountability, yaitu akuntabilitas yang berkaitan dengan

bagaimana pemerintah mencapai program-program yang telah di

tetapkan

3. Legal accountability, yaitu akuntabilitas yang berkaitan dengan

bagaimana undang-undang maupun peraturan dapat dilaksanakan

dengan baik oleh pemegang amanah.

4. Process accountability, yaitu akuntabilitas yang berkaitan dengan

bagaimana pemerintah mengelolah dan memberdayakan sumber-

sumber potensi daerah secara ekonomi dan efesiensi.

5. Outcome accountability, yaitu akuntabilitas yang berkaitan dengan

bagaimana efektifitas hasil dapat bermanfaat memenuhi harapan

kebutuhan masyarakat.

Disisi lain, Aji (2009) dalam blognya, membagi ruang lingkup

akuntabilitas menjadi empat macam yaitu, akuntabilitas politik,

akuntabilitas professional, akuntabilitas legal (hukum) dan akuntabilitas

keuangan.

Akuntabilitas memiliki beberapa prinsip, antara lain :

1. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk

melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.

17
2. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan

sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundangan

undangan yang berlaku.

3. Harus dapat menunjukan tingkat pemcapaian tujuan dan sasaran yang

ditetapkan.

4. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan

manfaat yang diperoleh.

5. Harus jujur, objektif transparan dan inovatif sebagai perubahan

manajemen instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran metode

dan teknik pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas.

Menurut Ihyaul Ulum (2004:42) akuntabilitas dibedakan dalam

beberapa macam tipe, diantaranya dapat dikategorikan menjadi dua yaitu

1. Akuntabilitas internal

Berlaku bagi setiap tingkatan dalam organisasi internal, penyelenggaraan

negara termasuk pemerintah, dimana setiap pejabat/petugas publik baik

individua tau kelompok berkewajiban untuk mempertanggung jawabkan

kepada atasan mengenai perkembangan kinerja atau hasil pelaksanaan

kegiatan.

2. Akuntabilitas eksternal

Melekat pada setiap Lembaga negara sebagai suatu organisasi untuk

mempertanggung jawabkan semua amanat yang telah diterima dan

dilaksanakan ataupun perkembangan untuk dikomunikasikan kepada pihak

eksternal dan lingkungannya.

18
Menurut Brue Stone, O,P. dan Joseph G. Jabbra terdapat 8 jenis

akuntabilitas. Pada umumnya akuntabilitas yang disampaikan oleh Bruce dan

Jabbra tersebut berkaitan dengan akuntabilitas moral, administratif, Politik,

Manajerial, Pasar hukum, dan peradilan, hubungan dengan konstituen dan

professional. Dalam literatur lain, Jabbra dan Dwived justru membagi

akuntabilitas hanya menjadi 5 jenis menurut kacamata pelayanan publik yaitu

1. Administrative or organizational accountability

2. Political accountability

3. Legal accountability

4. Professional accountability

5. Moral accountability

Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor

publik terdiri dari beberapa dimensi, Ellowed (1993) menjelaskan terdapat

empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sekto publik

(Mardiasmo, 2002,22) yaitu :

1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran

Akuntabilitas hukum dan kejujuran adalah akuntabilitas Lembaga-lembaga

publik untuk berprilaku jujur dalam bekerja dan mentaati aturan hukum

yang berlaku.

2. Akuntabilitas Proses

19
Akuntabilitas proses terkait dengan prosedur yang digunakan dalam

melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan informasi

akuntasi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi.

3. Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan

yang ditetapkan dapat tercapai atau tidak dan apakah organisasi telah

mempertimbangkan alternative program yang memberikan hasil yang

optimal dengan biaya yang minimal.

4. Akuntabilitas Kebijakan

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggung jawaban Lembaga

politik atas kebijakan-kebijakan yang diambil.

Menurut Ihyaul Ulum (2004:2) mengemukakan akuntabilitas keuangan

merupakan pertanggung jawaban mengenai

1. Integritas keuangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) integritas adalah

kejujuran, keterpaduan, kebulatan, keutuhan, dengan kata lain integritas

keuangan mencerminkan kejujuran penyajian bahwa harus ada hubungan

atau kecocokan antara angka dan deskripsi akuntansi dan sumber-sumber

integritas keuangan harus dapat menyajikan informasi secara terbuka

mengenai laporan keuangan daerah

2. Pengungkapan

Konsep Full disclosure mewajibkan agar lapora keuangan di desain dan

disajikan sebagai kumpulan potret dari kejadian ekonomi yang

20
mempengaruhi instansi pemerintah untuk suatu priode dan berisi cukup

informasi.

3. Ketaatan terhadap Peraturan Perundang-undangan

Akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah harus menunjukan

ketaatan terhadap peraturan perundang undangan antara lain,

a. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia khususnya yang

mengatur mengenai Keuangan Negara

b. Undang Undang Perbendaharaan Indonesia

c. Undang Undang APBN

d. Peraturan perundang undangan yang mengatur pemerintah daerah

e. Peraturan perundang undangan yang mengatur tentang perimbangan

keuangan pusat dan daerah

f. Peraturan perundang undangan lainnya yang mengatur tentang

keuangan pusat dan daerah.

2.4 Pajak

Banyak sekali teori mengenai pajak yang dikemukakan oleh para

ahli mengenai pajak. Salah satu pengertian pajak yang dikemukakan oleh

Santoso (1991) adalah “Pajak merupakan iuran kepada negara (yang

dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut

peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang

langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang

menyelenggarakanpemerintahan.”

21
Berdasarkan definisi diatas lebih memfokuskan pada fungsi

anggarandan pajak, sedangkan pajak masih mempunyai fungsi yang

lainnya yaitu fungsi mengatur. Apabila memperhatikan coraknya, dalam

memberikan batasan pengertian pajak dapat dibedakan dari berbagai

macam ragamnya, yaitu dari segi ekonomi, segi hukum, segi sosiologi, dan

lain sebagainya. Hal ini juga akan mewarnai titik berat yang

diletakkannya, sebagai contoh: segi penghasilan dan segi daya beli, namun

kebanyakan lebih bercorak pada ekonomi. Dari pengertian diatas maka

dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak

antara lain:

1. Pajak dapat dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan

pelaksanaan yang dapat dipaksakan.

2. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun

daerah.

3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi secara langsung oleh pemerintah.

4. Pajak diguakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni

pengeuaran yang bermanfaat bagi masyarakat.

Fungsi Pajak Dari ciri-ciri tersebut terlihat adanya dua fungsi pajak

menurut Il yas (2000) yaitu:

1. Fungsi Penerimaan

Pajak berfungsi sebagai sumber dana pembiayaan pengeluaran

pemerintah.

2. Fungsi Mengatur

22
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksaakan

kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.

Jenis –Jenis PajakMenurut Mardiasmo (2001) Pembagian pajak

dapat dibedakan menurut golongan, sifat dan pemungutannya:

1. Menurut Golongan

a. Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak

dapat dilimpahkan kepada pihak lain,tetapi harus menjadi

beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan.

b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembebanannya

dapat dilimpahkan kepada pihak lain

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak subyektif adalah pajak yang berpangkal pada

subyeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya.

Contoh:Pajak Penghasilan

b. Pajak obyektif adalah pajak yang berdasarkan obyeknya

tanpa memperhatikan diri Wajib Pajak. Contoh: pajak

Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang

Mewah (PPnBM).

3. Menurut Pemungutannya

a. Pajak Pusat adalah Pajak yang dipungut oleh pemerintah

pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga

Negara.Contoh : Pajak penghasilan, pajak pertambahan

nilai, pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan

bangunan, dan bea materai.

23
b. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah

daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga

daerah. Contoh: Pajak Reklame, dan Pajak Hiburan. Pajak

Hotel.

Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajakyang menurut

Waluyo (2001) terdiri dari 3 (tiga) macam, yaitu:

1. Self Assesment System

Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang,

sistem pemungutan

ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang pada

wajib pajak sendiri.

b. Wajib pajak aktif, mulaimenghitung, menyetor, dan melaporkan

sendiri pajak yang terutang.

c. Fiskus tidak ikut campur, karena indonesia adalah Negara yang

menganutself assesment system.

2. Official Assesment System

Yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang

kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang

terutang oleh Wajib Pajak. Sistem pemungutan ini memilik ciri-ciri

sebagai berikut:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada

fiskus.

24
b. Wajib pajak bersifat pasif.

c. Hutang pajak timbul setelah di keluarkan Surat Ketetapan

Pajak (SKP) oleh fiskus.

3. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang

bersangkutan) untuk meentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib

pajak. Sistem pemungutan ini memiliki ciri-ciri wewenang menentukan

besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak lain selain

fiskus, dan wajib pajak.

Pengenaan pajak hotel tidak mutlak ada pada setiap daerah

Kabupaten atau Kota yang ada di seluruh Indonesia. Hal ini berkaitan

dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah Kabupaten atau

Kota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah Kabupaten

atau Kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan

daerah tentang pajak hotel. Peraturan itu akan menjadi landasan hukum

operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak

hotel di daerah Kabupaten atau Kota yang bersangkutan.

Menurut Marihor P. Siahaan (2005: 245) pajak hotel adalah pajak

atas pelayanan hotel, pengertian hotel disini juga termasuk rumah

penginapan yang memungut bayaran.40 Dalam pemungutan pajak hotel

terdapat beberapa terminology yang perlu diketahui. Terminology tersebut

dapat dilihat berikut ini, Marihot P. Siahaan (2005:246):

25
1. Hotel adalah bangunan khusus yang disediakan bagi orang

untuk dapat menginap/beristirahat, memperoleh pelayanan dan

atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk

bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh

pertokoan dan perkantoran.

2. Rumah penginapan adalah penginapan dalam bentuk dan

klasifikasi apapun beserta fasilitasnya yang digunakan untuk

menginap dan disewakan untuk umum.

3. Pengusaha hotel adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk

apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya

melakukan usaha dalam bidang penginapan.

4. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya

diterima sebagai imbalan atau penyerahan barang atau

pelayanan sebagai pembayaran kepada pemilik hotel.

5. Bon penjualan (bill) adalah bukti pembayaran, yang sekaligus

sebagai bukti pungutan pajak, yang dibuat oleh wajib pajak

pada saat mengajukan atas jasa pemakaian kamar atau tempat

penginapan beserta fasilitas penunjang lainnya kepada subjek

pajak

2.5 Penelitian Terdahulu Mengenai Akuntabilitas Penerimaan Pajak Hotel

di Dinas Pendapatan Daerah

Penelitian terdahulu digunakan untuk memahami mengenai

perkembangan dari penelitian Akuntabilitas Penerimaan Pajak Hotel di Dinas

Pendapatan Daerah, penelitian terdahulu menjadi hal yang sangat diperlukan

26
dan dapat dijadikan sebagai data pendukung seperti teori-teori atau temuan

temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya.

Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan akuntabilitas

penerimaan pajak hotel dalam meningkatkan pendapatan asli daerah Kota

Prabumulih tahun 2017 di Dinas Pendapatan Daerah Kota Prabumulih dapat

dilihat pada table berikut :

NO Judul Penelitian Nama Tujuan Hasil Penelitian

Peneliti Penelitian

1 AKUNTABILITAS Sukmasari Untuk Penyelenggaraan

KEUANGAN mendeskripsikan pemungutan

TERHADAP PROSES akuntabilitas pajak hotel di

PENERIMAAN keuangan proses dinas

PAJAK HOTEL DI penerimaan pendapatan Kota

KOTA MAKASAR pajak hotel di makasar belum

kota makasar sepenuhnya

dilihat dari akuntabel,

prosedur, biaya, diukur dari

jangka waktu. aspek proses

penerimaan

masih terdapat

beberapa

indikator yakni

prosedur

pengelolaan.

27
2 AKUNTABILITAS Novear Untuk Masih

PENGELOLAAN Miftahul mengetahui ditemukannya

PAJAK HOTEL Choiri akuntabilitas kekurangan

DALAM pengelolaan dalam

MENINGKATKAN pajak hotel pada pengelolaan

PENDAPATAN ASLI dinas pajak hotel

DAERAH KOTA pendapatan asli dilihat dari

PALEMBANG daerah kota berbagai aspek,

TAHUN 2013 Palembang aspek paling

tahun 2017 dominan yaitu

mekanisme

masih

kurangnya

kordinasi antara

disependa dan

dinas tata kota

karena masih

ada hotel yang

masih belum

terdaftar.

3 ANALISIS Firdaus Menganalisis Secara umum

PENGELOLAAN Firman pengelolaan pengelolaan

PAJAK HOTEK DI pajak hotel yang pajak hotel di

DINAS dilakukan oleh kabupaten solok

28
PENDAPATAN dispenda masih belum

DAERAH kabupaten solok memenuhi

KABUPATEN selatan tingkat harapan

SOLOK SELATAN atau kepentingan

yang sudah

ditargetkan.

2.6 Teori yang digunakan dalam penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan teori Akuntabilitas

Keuangan sebagai landasan berfikir, Teori Akuntabilitas Keuangan yang

digunakan yaitu menurut Mardiasmo dalam buku akuntansi sektor publik 20

Juni 2016.

Akuntabilitas Keuangan merupakan pertanggung jawaban Lembaga-

lembaga publik untuk menggunakan dana publik secara ekonomis, efesien dan

efektif, sehingga tidak ada pemborosan dan kebocoran dana serta korupsi,

adapun dimensi dari Akuntabilitas Keuangan adalah : (a) Efesien berhubungan

erat dengan konsep produktifitas, pengukuran efesien dilakukan dengan

menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang

digunakan, (b) Efektif pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan

atau target kebijakan (hasil guna), (c) Pelaporan keuangan merupakan segala

aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan penyampaian informasi

keuangan, (d) Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau

kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang

29
penyelenggaraan pemerintah yakni informasi tentang kebijakan, proses

pelaksanaan serta hasil yang dicapai.

2.7 Kerangka Pemikiran

AKUNTABILITAS KEUANGAN TERHADAP


PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DALAM
MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
KOTA PRABUMULIH TAHUN 2017

DIMENSI AKUNTABILITAS KEUANGAN


MENURUT MARDIASMO

EFESIEN LAPORAN TRANSPARANSI


EFEKTIF KEUANGAN
Biaya yang Kemudahan
dikeluarkan Target yang ingin Pembuatan masyarakat
untuk dicapai dan Laporan dalam
pengelolaan realisasi yang Pertanggung mengakses
pajak dan hasil sudah tercapai. jawaban mengenai informasi
yang diterima berapa jumlah mengenai
dari pengelolaan dana yang di laporan
pajak dapatkan dari pertanggung
pengelolaan pajak jawaban
hotel terhadap
pengelolaan
pajak hotel

AKUNTABEL KEUANGAN
TERHADAP PENGELOLAAN
PAJAK HOTEL

30
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah kualitatif dengan metode kualitatif deskriptif

untuk menjelaskan Akuntabilitas Keuangan Terhadap Pengelolaan Pajak Hotel

Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Prabumulih tahun 2017.

3.2 Aspek Penelitian

1. Akuntabilitas Keuangan

Akuntabilitas Keuangan merupakan pertanggung jawaban mengenai

integritas keuangan, pengangkatan dan ketaatan terhadap peraturan

perundang undangan, sasaran pertanggung jawaban ini adalah laporan

keuangan yang disajikan dan peraturan perundangan yang berlaku

mencakup penerimaan, dan pengeluaran anggaran oleh instansi

pemerintah. Menurut mardiasmo akuntabilitas keuangan terdiri dari empat

dimensi yaitu :

a. Efesien berhubungan erat dengan konsep produktifitas,

pengukuran efesien dilakukan dengan menggunakan

perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input

yang digunakan.

b. Efektif pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan

atau target kebijakan (hasil guna).

c. Pelaporan keuangan merupakan segala aspek yang berkaitan

dengan penyediaan dan penyampaian informasi keuangan.

31
d. Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau

kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi

tentang penyelenggaraan pemerintah yakni informasi tentang

kebijakan, proses pelaksanaan serta hasil yang dicapai.

3.3 Fokus Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan diperlukan adanya focus penelitian

karena bertujuan untuk: (1) membatasi studi, dan (2) menentukan kriteria-

kriteria untuk memasukan atau mengeluarkan suatu informasi yang diperoleh

dari lapangan, artinya dengam melalui bimbingan dan arahan yang telah

ditetapkan.

Maka yang menjadi focus penelitian ini difokuskan pada akuntabilitas

keuangan terhadap pengelolaan pajak hotel dalam meningkatkan pendapatan

asli daerah kota prabumulih tahun 2017, yang meliputi efesiensi, efektifitas,

laporan pertanggung jawaban, dan transparansi. Untuk itu secara lebih

lengkap penulis menjabarkan teori akuntabilitas keuangan sebagai berikut

Variabel Dimensi Indikator

Efesiensi Biaya yang dikeluarkan


untuk pengelolaan pajak
Akuntabilitas Keuangan dan hasil yang diterima
dari pengelolaan pajak
Terhadap Pengelolaan
Efektifitas Keberhasilan Target yang
Pajak Hotel Dalam ingin dicapai dan realisasi
pengelolaan pajak hotel.
Meningkatkan
Laporan Keuangan Pembuatan Laporan
Pendapatan Asli Daerah Pertanggung jawaban
mengenai berapa jumlah
Kota Prabumulih Tahun dana yang di dapatkan
dari pengelolaan pajak
hotel

32
2017 Tranparansi Kemudahan masyarakat
dalam mengakses
informasi mengenai
laporan pertanggung
jawaban terhadap
pengelolaan pajak hotel

3.4 Satuan Pengamatan

Satuan pengamatan dalam penelitian ini disebut dengan key informant.

Key informan dalam penelitian ini ialah:

1. Kepala dinas Dinas Pendapatan Daerah Drs Ajang Sukaman AK MM.

2. Bidang Pendapatan Panmus S.E MM.

3. Seksi Pendataan Pendapatan Samanhudin.

4. Seksi Penagihan dan Pendapatan Daerah M.Rusli

3.5 Teknik Penentuan Informan

Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan teknik

Snowball Sampling, dimana peneliti peneliti menentukan ciri-ciri tertentu

terhadap responden sesuai dengan kebutuhan penelitian itu sendiri. Informan

dalam penelitian ini ialah:

1. Kepala Dinas Pendapatan Daerah Drs Ajang Sukaman AK MM

2. Bidang Pendapatan Panmus SE MM

3. Seksi Pendapatan Samanhudin

4. Seksi Penagihan dan Pendapatan daerah M.Rusli

3.6 Jenis dan Sumber Data

3.6.1 Data Primer

33
Pengumpulan data primer, yaitu data yang diambil melalui

kegiatan penelitian dengan langsung terjun ke lokasi penelitian

untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan

masalah yang diteliti di lakukan dengan cara wawancara

mendalam.

3.6.2 Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder, yaitu data yang dilakukan secara

tidak langsung yang diperoleh untuk melengkapi data primer

dengan cara:

1. Studi kepustakaan

Pengumpulan data yang diperoleh dari buku dan bahan

lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2. Studi dokumentasi

Pengumpulan data yang diperoleh dengan menelaah catatan

tertulis, baik dari dokumen maupun arsip yang menyangkut

masalah yang diteliti.

3.7 Teknik Pemeriksaan Data

Adapun teknik pemeriksaan data yang dilakukan dalam penelitian ini

ialah teknik triangulasi yang dalam hal ini pemeriksaan dilakukan dengan

cara:

1. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen-dokumen atau hasil

penelitian terdahulu mengenai pola pengelolaan pajak hotel.

2. Mengadakan perbincangan dengan banyak pihak untuk mencapai

pemahaman tentang pengelolaan penerimaan pajak hotel

34
3.8 Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik deskriptif induktif. Teknik tersebut akan menjelaskan

permasalahan-permasalahan yang ada dari permasalahan yang khusus ke

permasalahan yang umum.

35
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Mardiasmo.2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

Lionardo, Andries. 2011. Administrasi Pemerintahan Daerah. Palembang:

Tunggal Mandiri.

Pramono, Hariadi dkk. 2010. Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Selemba

Empat.

Riduawan. 2015. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:

ALFABETA.

Skripsi :

Suprianto, Bambang. 2018. Pengelolaan Pajak restoran Dalam Meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah Di Badan Pengelolah Pajak Daerah Kabupaten

Ogan Komering Ilir 2016. Inderalaya: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sriwijaya

Muhamad, Ifandi. 2013. Akuntabilitas Keuangan Terhadap Pengelolaan sampah

di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ogan Komering Ilir 2011.

Inderalaya: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya

Supriyadi. 2015.Akuntabilitas Pengelolaan Pajak Reklame Dalam Meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang tahun 2013. Inderalaya: Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya.

36
Internet:

Kami, imam. 2015. Definisi, jenis dan teori Akuntabilitas. Online.

http://materikuliahs1.blogspot.com/2015/09/definisi,jenisdanteoriakuntabilita

s.html?m=1. Diakses pada tanggal 25 agustus 2018.

Hantoro,J. 2013. Teori Akuntabilitas Keuangan. Online.

http://hantoro.blogspot.com/2013/03/teori-akuntabilita keuangan.html?m=`1

37

Anda mungkin juga menyukai