MANAJEMEN KEUANGAN
“Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen
Keuangan”
Dosen Pengampu: Puji Nurhayati, S.E., M.Si.
Materi :
BAB IV
DASAR-DASAR PENILAIAN
KATA PENGANTAR
1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Manajemen Keuangan tentang “Dasar-Dasar Penilaian”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang konstruksif
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG ........................................................................................... 4
RUMUSAN MASALAH ..................................................................................... 5
TUJUAN PENULISAN ....................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
KONSEP PENILAIAN UMUM .......................................................................... 6
PENILAIAN SEKURITAS BERPENGHASILAN TETAP................................. 7
PENILAIAN SEKURITAS TIDAK BERPENGHASILAN TETAP.................... 7
MENENTUKAN TINGKAT KEUNTUNGAN YANG DIISYARATKAN....... 10
TEORI PORTOFOLIO SEKURITAS................................................................. 10
CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM)................................................ 15
PENGGUNA CAPM UNTUK MENAKSIR HARGA SAHAM....................... 17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian (Valuation) adalah proses penentuan harga sekuritas atau aktiva
modal (capital asset). Sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak
3
pemilik kertas tersebut untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan
perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi untuk
melaksanakan hak tersebut. Kalau definisi tersebut terdengar komplek, marilah
kita ambil contoh sekuritas yang disebut sebagai saham (common stock).
Apabilan anda membaca berbagai surat kabar bisnis (Bisnis Indonesia, Harian
Ekonomi Neraca), Anda akan melihat pada halaman yang memuat daftar harga
saham yang diperjualbelikan di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Anda akan melihat
harga yang sangat beraneka ragam, meskipun sebagian besar mempunyai nilai
nominal Rp 1.000 per lembar. Pertanyaan yang dapat diajukan tentu saja adalah
mengapa harganya berbeda? Pada tanggal 3 September 1998, harga satuan saham
Bank BNI tercatat Rp 250 sedangkan saham Lippo Bank tercatat Rp 750.
Mengapa bisa berbeda, padahal keduanya sama-sama bank?
Kemungkinan yang pertama adalah bahwa jumlah saham yang diterbitkan
tidak sama. Bank BNI mempunyai 4,34 miliar lembar saham sedangkan Lippo
Bank hanya 0,86 miliar saham. Kalau nilai perusahaan sama, maka seharusnya
harga saham Lippo Bank akan 5x lebih besar Bank BNI. Karena harga saham
Lippo Bank 3x saham BNI, dengan demikian kita dapat mengetahui bahwa nilai
perusahaannya tidak sama. Karena memiliki saham berarti ikut memiliki
perusahaan, maka bagian dari prospek perusahaan akan ikut dimiliki oleh
pemegang saham. Inilah suatu contoh definisi di atas. Bagaimana suatu sekuritas
ditentukan harganya oleh pasar merupakan materi yang dibicarakan dalam Bab
ini.
Secara garis besarnya, sekuritas dibagi menjadi dua, yaitu yang memberikan
pengahasilan tetap dan yang memberikan penghasilan tidak tetap. Meskipun
diemikian konsep penilaiannya sebenernya sama.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penilaian umum?
2. Bagaimana penilaian sekuritas berpenghasilan tetap?
3. Bagaimana penilaian sekuritas tidak berpenghasilan tetap?
4. Bagaimana penilaian sekuritas tidak berpenghasilan tetap?
5. Bagaimana pengguanaan CAPM untuk menaksir harga saham?
4
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep penilaian umum;
2. Memahami penilaian sekuritas berpenghasilan tetap;
3. Memahami penilaian sekuritas tidak berpenghasilan tetap;
4. Mengetahui penilaian sekuritas tidak berpenghasilan tetap; dan
5. Mengetahui pengguanaan CAPM untuk menaksir harga saham.
BAB II
PEMBAHASAN
5
disyaratkan) oleh pemodal (investor). Karena pemodal bersikap tidak menyukai
resiko (risk averse) maka mereka baru bersedia mengambil suatu kesempatan
investasi yang lebih berisiko kalau mereka mengharapkan akan memperoleh
tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Apabila di sini dipergunakan istilah tingkat
keuntungan, maka yang dimaksudkan adalah keuntungan dalam persentase (atau
desimal) dan bukan dalam rupiah.
Dengan demikian kalau hubungan antara resiko dan tingkat keuntungan
tersebut digambarkan, maka akan nampak seperti pada Gambar 2.1. Gambar
tersebut menunjukkan bahwa hubungan tersebut bersifat positif.
0
Gambar 2.1 Hubungan antara risiko dan tingkat keuntungan
Ada beberapa pernyataan yang dapat diajukan dengan mengamati gambar
tersebut. Pertama, apa yang dimaksud dengan risiko? Kedua, apakah hubungan
tersebut linier? Kalau ya, mengapa? Dan ketiga, apakah pola hubungan tersebut
akan konstan? Dengan kata lain, apakah intercept (perpotongan dengan sumbu
tegak) dan slope (kemiringan) garis tersebut akan tetap?
6
Contoh sekuritas tipe ini adalah obligasi. Obligasi biasanya mempunyai
features sebagai berikut. Mempunyai nilai nominal, atau disebut juga face value,
(misal Rp 1.000.000). Kapan akan dilunasi (misal 5 tahun). Mempunyai coupon
rate (misal 18% per tahun). Kalau kita mengabaikan kemungkinan obligasi
tersebut tidak bisa dilunasi (default), maka pembeli obligasi akan memperoleh
Rp 180.000 pada tahun 1 s/d 5, ditambah pelunasan pokok pinjaman sebesar
Rp 1.000.000 pada tahun ke-5.
Arus kas yang diharapkan akan diperoleh oleh pemodal yang membeli
obligasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut (semua angka dalam ribuan
rupiah)
Nilai pada tahun ke-0 (atau saat ini) merupakan harga yang bersedia dibayar
oleh para pemodal. Untuk itu nilai pasar obligasi (Bₒ) bisa dihitung sebagai
berikut: Bₒ = ∑ ( Ft / ((1 + r)t)) + ( N / ((1 + r)n) )
Dalam hal ini F, adalah bunga yang dibayarkan setiap periode (t=1,....,n
adalah nilai nominal pelunasan, dan r adalah tingkat bunga yang dianggap relevan
oleh pemodal.
7
r = (P₁ - Pₒ + D₁)/Pₒ
= (11.000 – 10.000 + 1.000)/10.000
= 0,20 atau 20%
Pₒ = P₁/(1+r) + D₁/(1 + r)
= 11.000/1 + 0,20) + 1.000/(1 + 0,20)
= 10.000
Tetapi apa yang menentukan harga pada t = 1? Harga pada t = 1 akan dipengaruhi
oleh dividen pada t = 2 dan harga pada t = 2. Atau secara formal,
P₁ = P₂/(1+r) + D₂/(1 + r)
Dengan demikian maka,
Pₒ = P₂/(1+r) + D₂/(1 + r) + D₁/(1 + r)
Dan seterusnya.
Dalam hal ini Pₒ adalah harga saham saat ini, D₁ adalah dividen yang diterima
oleh pemodal pada tahun ke t (t = 1,…,n), Pn adalah harga saham pada tahun ke n,
dan r adalah tingkat keuntungan yang dianggap relevan.
8
Secara konsepsional rumus penentuan harga saham tersebut benar, tetapi
untuk operasionalnya akan sangat sulit. Bagaimana kita bisa memperkirakan D i
tahun ke-1 sampai dengan tahun tidak terhingga? Semakin jauh dimensi waktu
estimasi kita semakit tidak pasti estimasi tersebut. Karena itulah kemudian
dipergunakan berbagai penyederhanaan₁.
9
g1 = 20%, g2 = 10%. Kalau kita pergunakan r = 20% maka harga saham saat ini
akan ditaksir sebesar.
Perhatikan contoh menentukan tingkat keuntungan sekuritas yang
disyaratkan berikut ini:
Jika kita gunakan r = 20%, maka harga sekuritas saham saat ini akan
ditaksir sebesar:
Pₒ = 1.000/(1+0,2) + 1.200/(1+ 0,2)2 + 1.400/(1 + 0,2)3 + [1.440/(1 + 0,1) /(0,2- 0,1)x1/(1+0.2)3]
= Rp 11.667
Bila tingkat keuntungan yang dianggap layak (diisyaratkan) meningkat
(karena dirasa lebih tinggi risikonya), maka harga saham saat P 0 akan menjadi
lebih kecil.
Salah satu model yang digunakan untuk menaksir tingkat keuntungan
sekuritas yang diisyaratkan adalah model yang disebut sebagai Capital Asset
Pricing Model (CAPM). Model CAPM secara tegas menyatakan bahwa ada
hubungan yang positif dan linear antara tingkat keuntungan sekuritas yang
dipandang layak (r) dengan risiko.
Bagaimana merumuskan risiko dan model tersebut?
Ikuti terus pembahasannya berikut ini…
Kalau kita hitung tingkat keuntungan yang diharapkan [E(R)] untuk kedua
investasi tersebut, maka kita akan memperoleh angka yang sama.
E(RA) = 0,2/(0.10) + 0,6(0,20) + 0,6(0,20) + 0,20(0,30) = 0,20
E(RB) = 0,20
Tetapi jika kita amati penyebaran nilai-nilai tingkat keuntungan terlihat
bahwa instasi A mempunyai penyebaran yang lebih besar.
Hal ini terlihat dari distribusi probabilitasnya.
Misalkan kita ditanya: “ berapa probabilitas investasi B akan menghasilkan
tingkat keuntungan di bawah 20%?”
Jawabannya adalah 0,10.
Sedangkan untuk A adalah 0,20.
Karena itu A lebih berisiko dari B. Ukuran risiko dinyatakan sebagai deviasi
standar yang dihitung dengan cara sebagai berikut:
Untuk A, deviasi standar adalah:
= 0,063
Sedangkan untuk B = 0,045
Dengan menggunakan deviasi standar sebagai pengukur risiko, nampak
bahwa risiko B lebih kecil daripada A.
Tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio adalah rata-rata tertimbang
dari keuntungan yang diharapkan dari sekuritas-sekuritas yang membentuknya.
Dan bisa dirumuskan sebagai berikut:
E(Rg) = ∑ Xi E(Ri)
Dalam hal ini:
11
E(Rg) adalah tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio
E(Ri) adalah tingkat keuntungan yang diharapkan dari sekuritas
Xi proposal dana yang diinvestasikan pada sekuritas i
Deviasi standar portofolio, sayangnya bukanlah merupakan rata-rata
tertimbang dari deviasi standar sekuritas-sekuritas yang membentuknya.
Ada pengaruh dari koefisien korelasi antara sekuritas. Deviasi standar
portofolio dirumuskan sebagai berikut:
σp = ∑ X2i σ2i + ∑ ∑ Xj Xj σj
Penjelasan elemen-elemen rumus tersebut adalah sebagai berikut:
σj = covariance antara i dan j yang bisa juga dirumuskan σj = ρj σj σj
ρj adalah koefesien karelasi antara i dan j
σ2i = variance keuntungan sekuritas i (yaitu bentuk kuadrat dari σi )
Perhatikan bahwa bila koefesien karelasi antar tingkat keuntungan sekuritas
makin kecil, maka diverfsifikasi akan makin efektif menurunkan risiko portofolio.
Rumus persamaan deviasi standar di atas lebih mudah dipahami bila
dinyatakan dalam matriks sebagai berikut:
12
Demikian seterusnya.
Jika kita membentuk portofolio yang terdiri dari 3 sekuritas saham, maka
kita hanya perlu menjumlahkan 9 sel tersebut. Kalau empat saham berarti 16 sel
dan seterusnya.
Perhatikan bahwa bila jumlah N menjadi makin besar, bagian pertama dari
persamaan tersebut akan mendaekati NOL.
Dan variance portofolio akan mendekati rata-rata covariance.
Dengan kata lain bahwa meskipun kita membentuk portofolio yang terdiri
jumlah sekuritas saham yang makin besar. Maka akan selalu ada sebagian risiko
yang bisa di-HILANGKAN dengan diversifikasi. Kontribusi terhadap risiko
portofolio yang disebabkan oleh covariance sekuritas saham-saham yang
membentuk portofolio tersebut tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi.
13
Gambar: Pengaruh penambahan jumlah saham pada risiko portofolio
14
Model penetapan harga asset modal (CAPM) adalah sebuah alat untuk
memprediksi keseimbangan imbal hasil yang diharapkan dari suatu aset beresiko.
Hubungan antara risiko dan return menunjukkan seberapa besar return sekuritas
diharapkan yang harus dihasilkan, sehingga dapat memberikan informasi tentang
bagaimana aset (asset) harus dihargai. Hubungan antara risiko dan return
seringkali disebut model pemberian harga pada aset (Capital Asset Pricing
Model).
Teori CAPM memberikan penjelasan mengenai hubungan antara risiko dan
return. Teori ini mengasumsikan bahwa risiko yang lebih tinggi akan
menghasilkan return yang lebih tinggi, dan aset dengan risiko yang sama akan
menghasilkan return yang sama pula. Jika investor berinvestasi pada sekuritas
atau portofolio yang mempunyai risiko sama dengan portofolio pasar, maka
mereka akan mengharapkan untuk memperoleh return sebesar return pasar. Jika
investor berinvestasi pada sekuritas atau portofolio yang tidak berisiko, maka
mereka akan berharap untuk memperoleh tingkat return bebas risiko, yaitu return
SBI.
βM per definisi, sama dengan 1. Hal ini kita peroleh karena β M =σM σM/σ2M=1.
Sedangkan beta dari investasi yang bebas risiki (=f) akan sama dengan nol. Hal ini
disebabkan karena deviasi standar tingkat keuntungan investasi yang bebas risiko
sama dengan nol. Atau σf = 0. Dengan demikian maka βf = 0 / σ2M= 0. Kalau kedua
kesempatan investasi tersebut, yaitu f (investasi yang bebas risiko) dan M
(portofolio pasar), kita gambarkan dalam diagram yang sumbu tegaknya tingkat
keuntungan (R) dan sumbu datar beta (β).
Hubungan antara return dan risiko dapat dinyatakan dengan gambar sebagai
berikut. Gambar tersebut, menunjukkan bahwa risiko sekarang dinyatakan sebagai
beta, dan mempunyai hubungan positif dan linier dengan tingkat keuntungan.
Garis yang menghubungkan β dengan R disebut Security Market Line (SML).
Beta digunakan sebagai pengukur risiko karena dalam pembentukan portofolio
risiko suatu sekuritasmtidak ditentukan oleh deviasi standarnya tetapi oleh
covariance-nya dengan portofolio. Apabila covariance ini dibagi dengan variance
portofolio pasar, maka diperoleh beta.
15
Penggunaan beta juga bisa dijelaskan sebagai berikut: karena sebagian
risiko bisa dihilangkan dengan diversifikasi, dan pemodal bersifat tidak menyukai
risiko (risk averse), maka mereka tentunya akan melakukan diversifikasi. Bagian
risiko yang hilang karena diversifikasi menjadi tidak relevan dalam pengukuran
risiko. Hanya risiko yang tidak bisa hilanglah yang relevan. Risiko ini disebut
sebagai risiko sistematis atau beta.
SML bisa dirumuskan sebagai berikut. Perpotongan dengan sumbu tegak
(intercept) adalah Rt. Sedangkan kemiringan SML adalah (Rm- Rt)/1. Atau bisa
dituliskan juga (Rm- Rt). Dengan demikian maka persamaan SML adalah:
Ri = Rt + [RM – Rt] β1
Persamaan ini juga dapat dituliskan menjadi:
[Ri – Rt] + [RM – Rt] β1
Persamaan tersebut yang dikenal sebagai standard CAPM. Dengan melihat
pada persamaan CAPM di atas kita bisa menggambarkan beta sebagai kemiringan
antara sumbu [Ri – Rt] dan [RM – Rt]. Sebagaimana ditunjukkan pada gambar
berikut. [Ri – Rt] disebut sebagai excess return sekuritas i. Artinya kelebihan
tingkat keuntungan sekuritas adalah i di atas tingkat keuntungan bebas risiko.
Sedangkan [RM – Rt] disebut sebagai excess return portofolio pasar. Bila β > 1,
maka perubahan excess return portofolio pasar sebesar 10% akan mengakibatkan
perubahan excess return sekuritas adalah i lebih besar dari 10%. Karena itu
semakin besar β semakin peka excess return suatu sekuritas terhadap perubahan
excess return portofolio pasar, dan karenanya diartikan makin berisiko.
16
Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya beta adalah faktor
siklikalitas (cyclicality). Siklikalitas adalah menunjukkan seberapa jauh suatu
perusahaan terpengaruh oleh kondisi perekonomian pada umumnya. Secara umum
semua perusahaan terpengaruh oleh kondisi perekonomian. Pada saat kondisi
perekonomian membaik, semua perusahaan akan terkena dampak positifnya.
Demikian pula sebaliknya, yang menjadi masalah adalah intensitas dampak
tersebut. Ada perusahaan yang sangat sensitif terhadap kondisi perekonomian atau
faktor-faktor makro, tapi ada pula yang tidak terlalu terpengaruh. Industri
otomotif, real estate, adalah contoh industri yang sangat terpengaruh oleh kondisi
perekonomian. Industri semacam ini akan cenderung mempunyai beta usaha yang
tinggi. Sebaliknya, industri penghasil bahan-bahan kebutuhan pokok tidak begitu
terpengaruh oleh kondisi perekonomian. Industri semacam ini mungkin sekali
mempunyai beta yang rendah.
17
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep penilaian sekuritas menunjukkan bagaimana suatu sekuritas
ditentukan nilainya oleh pasar sekuritas. Pada dasarnya nilai pasar suatu aktiva
merupakan present value penghasilan - penghasilan yang akan dinikmati oleh
pemilik sekuritas tersebut.
Penghasilan tersebut ada yang bersifat tetap, tetapi ada pula yang tidak
tetap. Dengan demikian salah satu faktor yang mempengaruhi adalah estimasi
akan penghasilan sekuritas tersebut. Faktor kedua adalah tingkat bunga yang
dipandang relevan untuk menghitung present value penghasilan-penghasilan
tersebut.
CAPM menawarkan hubungan antara risiko dan tingkat keuntungan
sekuritas yang dipandang relevan. Dengan menggunakan teori portofolio sebagai
dasar, CAPM menunjukkan bahwa beta dipergunakan sebagai ukuran risiko.
Dengan demikian semakin tinggi beta, maka semakin berisiko investasi tersebut
dan semakin besar tingkat keuntungan yang diminta (atau disyaratkan) oleh para
pemodal. Apabila estimasi penghasilan tidak berubah, maka peningkatan risiko
akan mengakibatkan penurunan nilai aktiva tersebut.
B. SARAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20