Anda di halaman 1dari 20

EKONOMI LINGKUNGAN

DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

OLEH :
DARU HARYONO

DIREKTORAT PENCEGAHAN DAMPAK LINGKUNGAN KEBIJAKAN WILAYAH DAN SEKTOR


DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
2020
KATA PENGANTAR

Dasar hukum dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah Undang-Undang (UU)


Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Berlakunya UU Nomor 32 Tahun 2009 tersebut maka terdapat mandat yang harus
dilaksanakan dalam perencanaan pembangunan suatu wilayah. Adapun dalam
penyusunan rencana pembangunan wilayah baik rencana pembangunan jangka
menengah maupun rencana pembangunan jangka panjang, baik di tingkat nasional,
propinsi dan kabupaten/ kota perlu mempertimbangkan dampak dan/atau resiko
terhadap lingkungan. Oleh karena itu, kajian mengenai lingkungan hidup wajib
dilaksanakan dalam penyusunan rencana pembangunan.
Instrumen pendukung perencanaan pembangunan adalah data dan informasi.
Sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2009 kepentingan lingkungan hidup perlu menjadi
bagian dari informasi dalam prinsip-prinsip pembangunan. Upaya peningkatan informasi
mengenai lingkungan hidup dalam prinsip-prinsip pembangunan wilayah penting
dilakukan karena pelaksanaan pembangunan selama ini selain meningkatkan
keuntungan ekonomi, juga mengakibatkan adaya penurunan kualitas lingkungan hidup
dan menimbulkan masalah-masalah sosial. Penurunan kualitas lingkungan hidup dan
persoalan sosial sangat erat kaitannya dengan adanya kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu, kebijakan-kebijakan yang
akan dilaksanakan dalam pembangunan wilayah seharusnya mempertimbangan dengan
seksama adanya lingkungan hidup.
Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang ekonomi
lingkungan sebagai salah satu instrumen pendukung perencanaan pembangunan
wilayah. Ekonomi lingkungan merupakan jembatan dalam pemanfaatan sumberdaya
alam oleh kegiatan manusia dengan tetap mempertahankan fungsi dan peranan
lingkungan. Sehingga peningkatan ekonomi sebagai upaya peningkatan kesejahteraan
sejalan dengan peningkatan kualitas lingkungan.
Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan .................................................................... 2
C. Ruang Lingkup ........................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
A. Ekonomi Sumberdaya Lingkungan ............................................... 3
B. Pembangunan Berkelanjutan....................................................... 7
III. PEMBAHASAN .................................................................................... 11
A. Permasalahan Lingkungan Dalam Kegiatan Ekonomi ..................... 11
B. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam ............................................. 14
IV. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 16
A. Kesimpulan ................................................................................ 16
B. Saran ........................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 17
I. LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Pembangunan sangat penting untuk meningkatkan kualitas perekonomian
dan kualitas hidup manusia. Namun pembangunan suatu wilayah akan
berdampak terhadap lingkungan. Dampak yang diakibatkan oleh pembangunan
perlu diminimalisir karena dampak lingkungan tersebut memberikan
permasalahan baru yang justru menghambat proses peningkatan kualitas
perekonomian. Permasalahan lingkungan hidup semakin besar seiring
peningkatan pembangunan, sehingga memerlukan pendekatan khusus dalam
menanganinya. Sebagian besar kajian, merekomendasikan adanya pendekatan
ekosistem dalam menjawab masalah pembangunan karena pendekatan
ekosistem akan membentuk sistem ekologi yang saling berkaitan antara satu
komponen dengan komponen yang lain.
Efek gangguan terhadap lingkungan yang timbul akibat kegiatan manusia
terutama dalam pembangunan suatu wilayah telah berakibat secara global dan
dirasakan oleh seluruh dunia. Adapun permasalahan lingkungan yang
ditimbulkan seperti adanya penipisan lapisan ozon, perubahan iklim,
meningkatnya laju deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati, banjir,
kekeringan, pencemaran udara dan penurunan kualitas lingkungan pada
umumnya. Keseluruhan dampak lingkungan yang diakibatkan merupakan satu
kesatuan sistem ekologi yang saling mempengaruhi. Terjadinya kekeringan dan
terjadinya banjir misalnya, merupakan satu kesatuan sistem lingungan yang
saling berkaitan. Ketika terjadi deforestasi hutan, maka dampak berkelanjutan
yang timbul adalah adanya kekeringan dan terjadinya banjir.
Oleh karena itu, dalam hal perencanaan pembangunan suatu wilayah perlu
adanya pengelolaan lingkungan hidup sebagai upaya untuk menjaga fungsi
lingkungan dan mengurangi adanya resiko dampak penurunan kualitas
lingkungan. Dalam hal ini, instrumen pengelolaan lingkungan hidup perlu
menjadi dasar dalam perencanaan pembangunan. Salah satu instrumen yang
perlu diperhatikan adalah instrumen ekonomi lingkungan. Ekonomi lingkungan
mejembatani adanya kegiatan manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam/
lingkungan dengan tetap mempertahankan fungsi atau peranan lingkungan.

1
B. Maksud dan Tujuan
Maksud penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi
mengenai pentingnya kajian ekonomi lingkungan dalam suatu perencanaan
pembangunan wilayah. Tujuannya adalah agar dalam peningkatan pereokomian
melalui adanya pembangunan suatu wilayah dapat mempertahankan fungsi dan
peranan lingkungan hidup.

C. Ruang Lingkup
Permasalahan terkait lingkungan hidup akibat adanya pembangunan sangat
dirasakan. Perlu adanya kajian menyeluruh dalam menyusun rencana
pembangunan suatu wilayah salah satunya adalah kajian ekonomi lingkungan.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekonomi Sumber Daya Lingkungan


Ekonomi lingkungan didefinisikan sebagai studi mengenai dampak yang tidak
diinginkan dari adanya suatu pilihan penggunaan sumber daya alam. Pilihan
tersebut antara lain untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia hingga tercapainya
kualitas hidup tertentu, dengan tetap mempertimbangkan kemampuan lingkungan
untuk mendukung pemenuhan kebutuhan tersebut (Suparmoko, 1997). Kegiatan
ekonomi penting dilakukan namun perlu mempertimbangkan kualitas lingkungan
hidup.
Seperti yang disampaikan oleh Prof. Surna Tjahja Djajadiningrat dalam bukunya
Ekonomi Lingkungan, bahwa sumber daya alam memiliki komponen lingkungan
alam. Adapun komponen lingkungan alam mencakup sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui dan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui terbagi atas tiga komponen yaitu :
1. Terbatas tetapi menyediakan jasa yang dapat diperbaharui
2. Terbatas tetapi dapat didaur ulang seperti timah, tebaga, emas, aluminium
3. Terbatas tetapi dapat ditambang seperti batubara, minyak dan uranium.
Keseluruhan komponen lingkungan alam tersebut merupakan modal
pemenuhan kebutuhan manusia. Hal ini merupakan interaksi antara manusia
dengan alam lingkungannya bahwa manusia tidak dapat bertahan tanpa lingkungan
alam yang memenuhi kebutuhan manusia. Untuk memenuhi kebutuhannya manusia
dan meningkatkan kesejahteraannya, manusia akan melakukan kegiatan
memanfaatkan sumberdaya baik sumberdaya buatan maupun sumberdaya alam.
Kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang bersifat pembangunan baik
pembangunan fisik maupun nonfisik.
Kegiatan pembangunan merupakan kegiatan mengolah input menjadi output
yang melibatkan berbagai modal seperti modal sosial, legalitas, finansial dan modal
alam. Kegiatan tersebut memerlukan sumber daya alam dan lingkungan sebagai
modal alam seperti tanah, kayu, bahan mineral, air dan sebagainya. Ketersediaan
sumber daya alam dan lingkungan yang melimpah sering dianggap sebagai modal

3
yang bebas dan tidak dihargai sebagai sesuatu yang memiliki nilai. Hal ini
menyebabkan pemenafaatan sumber daya alam dan lingkungan yang tidak
terkendali dan mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya alam
tersebut.
Adapun konsep ekonomi lingkungan pada dasarnya merupakan konsep yang
memperhitungkan biaya sosial terhadap suatu kegiatan usaha maupun kegiatan
pembangunan. Konsep tersebut dikenal sebagai konsep eksternalitas yaitu upaya
atau kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan yang dapat menimbulkan
keuntungan atau kerugian bagi orang lain.
Eksternalitas terjadi bila suatu kegiatan menimbulkan manfaat atau biaya bagi
kegiatan atau pihak di luar pelaksana kegiatan tersebut. Eksternalitas dalam biaya
inilah yang disebut pula sebagai biaya sosial. Perbincangan mengenai biaya sosial
ini sesungguhnya berkaitan dengan masalah pencemaran lingkungan yang sebagai
akibatnya adalah kerusakan lingkungan hidup yang dapat dianggap sebagai biaya
pembangunan ekonomi (Soeparmoko, 1989).
Biaya ekternalitas juga timbul dengan adanya penebangan hutan, karena
banyak pengusaha telah menebang tanpa memperhatikan aturan main yang telah
ditetapkan oleh pemerintah, sehingga membahayakan kelangsungan pembangunan
berhubungan dengan jumlah kayu yang dipasok ke industri kayu dikhawatirkan
semakin menurun jumlahnya. Dengan penebangan hutan akan hancur pula sumber
plasma nutfah dan meningkatkan laju erosi dan resiko banjir. Pada gilirannya erosi
dan banjir akan menghancurkan kesuburan tanah, memperpendek umur waduk,
mendangkalkan saluran irigasi, dan merusak tanaman. Setiap kegiatan itu memiliki
biaya yang harus dibayar sendiri (internal cost), ternyata juga menciptakan biaya
yang harus dipikul orang lain (external cost). Oleh sebab itu biaya lingkungan itu
nyata dan harus dipertimbangkan dalam kegiatan pembangunan.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Saemarwoto (1989) bahwa dalam
dunia yang ini tidak ada yang gratis. Apabila seseorang ingin memperoleh sesuatu
tanpa membayar, pasti ada prang lain yang harus membayar biaya yang diperlukan
untuk memperoleh sesuatu yang dianggap menguntungkan. Contohnya bila ada
orang yang membuang limbah ke sungai, pada hakekatnya ia menggunakan sungai
untuk mengangkut limbah secara gratis. Namun orang lain yang harus memikul

4
biaya pengangkutan limbah yaitu dalam bentuk penurunan hasil ikan atau biaya
penjernihan air minum yang lebih tinggi yang harus dikeluarkan oleh PAM.
Dampak yang dituju oleh kegiatan ekonomi tetapi dirasakan pihak selain pelaku
disebut eksternalitas. Konsumen dan produsen tidak memasukkan eksternalitas ini,
baik yang positif maupun yang negatif, sebagai keuntungan atau biaya dari
kegiatan ekonomi yang dilakukannya. Di dalam konsep pembangunan
berkelanjutan dikenal istilah “eksternalitas ekonomi” (economic externalities),
eksternalitas ekologi (ecological externalities) dan eksternalitas sosial (Social
externalities) (Ahmad, 1992). Selain itu, teori ekonomi juga menawarkan alternatif
bagi pengelolaan imbas-pengaruh kegiatan ekonomi (impact ad incident), juga
mencakup bahkan menekankan peran manusia sebagai aktor atau pelaku kegiatan
ekonomi (Ahmad. 1992).
Adanya eksternalitas tersebut maka perlu adanya valuasi ekonomi untuk
memperkirakan nilai sumber daya alam dan lingkungan. Oleh karena itu sangat
penting untuk mengetahui jumlah sumber daya alam yang telah terpakai atau yang
tersedia serta kondisinya terutama dari sisi moneter. Valuasi ekonomi juga
memberikan gambaran mengenai manfaat ekonomi yang diberikan oleh lingkungan
bagi masyarakat.
Valuasi ekonomi akan memberikan gambaran nilai ekonomi yang dimiliki oleh
sumber daya alam dan lingkungan. Nilai keseluruhan fungsi dan manfaat sumber
daya alam dan lingkungan tersebut mencerminkan rasionalisasi dalam pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan yang benar dan memberikan informasi yang
jelas bahwa sumber daya alam dan lingkungan mempunyai nilai ekonomi. Nilai
ekonomi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan para pengambil
keputusan terhadap opportunity cost dari upaya memanfaatkan suatu kawasan
tertentu, baik nilai ekonomi langsung maupun tidak langsung.
Selain itu, valuasi ekonomi merupakan pendorong terwujudnya pembangunan
berkelanjutan melalui penghitungan PDRB Lingkungan, Neraca SDA dan analisis
manfaata dan biaya SDA serta penghitungan ganti kerugian akibat pencemaran
atau kerusakan lingkungan.
Dalam melakukan valuasi ekonomi terdapat tahapan tahapan sebagai berikut :
1. Penentuan daerah/ wilayah yang dievaluasi

5
2. Penentuan tujuan
3. Identifikasi permasalahan
4. Identifikasi jenis dan sebaran sumber daya alam
5. Indentifikasi fungsi dan manfaat sumberdaya alam
6. Penentuan metode valuasi ekonomi
7. Data kuantifikasi sumberdaya alam
8. Penghitungan nilai ekonomi (valuasi)
9. Analisis hasil valuasi
Adapun konsep dasar valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan
meliputi perhitungan untuk ilai ekonomi total dan nilai ekonomi kerusakan/
pencemaran. Nilai eonomi total dibagi menjadi dua bagian yaitu nilai atas dasar
penggunaan dan nilai atas dasar tanpa penggunaan atau yang disebut juga sebagai
nilai pasif. Sumberdaya alam dan lingkungan mempunyai banyak komponen barang
dan memberikan jasa yang secara tidak langsung mendukung kegiatan ekonomi da
kesejahteraan manusia.
Kegunaan menghitung nilai moneter sumber daya alam dan lingkungan antara
lain adalah :
1. Untuk menunjukkan tingkat kepedulian/ apresiasi yang tinggi terhadap sumber
daya alam dan lingkungan
2. Merupakan salah satu dasar argumen, data dan informasi yang akurat untuk
advokasi lingkungan yang berkualitas
3. Sebagai ahan analisis biaya manfaat untuk estimasi proyek yang memanfaatkan
sumberdaya alam dan lingkungan
4. Untuk mencari pola pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang baik
dengan mempertimbangkan timbal balik antara ekonomi dan lingkungan.
Penghitungan nilai ekonomi total dapat menggunakan metode pendekatan
produktivitas, pendekatan biaya perjalanan, metode kontingensi dan metode benefit
transfer.
Selain nilai ekonomi total, valuasi eonomi juga dapat diterapkan untuk
mengetahui nilai ekonomi total kerusakan atau pencemaran. Setelah unsur
kerusakan dan menurunnya fungsi lingkungan dikuantifikasi, terdapat dua nilai
pendekatan utama untuk mengetahui besarnya nilai kerusakan. Pendekatan

6
tersebut adalah pendekatan nilai kerusakan lingkungan yang didasarkan pada nilai
jasa lingkungan, keanekaragaman hayati, dan pengaruh sosial budaya yang hilang
atau rusak. Kemudian pendekatan kedua adalah pendekatan biaya rehabilitasi atau
biaya restorasi sumberdaya alam dan lingkungan. pendekatan ini digunakan untuk
menghitung biaya rehabilitasi atas kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan
dengan cara memperkirakan biaya rehabilitasinya.

B. Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan sebagai proses peningkatan kesejahteraan
masyarakat luas suatu bangsa secara terus-menerus dan dalam kurun waktu yang
mencakup antar generasi. Dalam ekonomi, keberlanjutan pembangunan menunjuk
pada kemampuan untuk tumbuh dan berubah secara terus-menerus agar
masyarakat dapat menikmati tingkat kesejahteraan yang sekurang-kurangnya sama
dari waktu ke waktu dan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam upaya
mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, sedikitnya ada tiga komponen
keberlanjutan yang harus dicapai secara simultan untuk mewujudkan kondisi
keberlanjutan yang harus dicapai secara simultan untuk mewujudkan kondisi
pembangunan yang berkelanjutan. Ketiga komponen itu ialah keberlanjutan
ekonomi (economic sustainability), berkelanjutan ekologi (ecological sustainability)
dan keberlanjutan sosial (social sustainability) (Ahmad, 1992).

Gambar 1. Model Perencanaan Pembangunan dengan aspek ekonomi, sosial


dan lingkungan hidup

7
Secara ringkas, pendekatan kebijaksanaan yang sistemik bagi pembangunan
berkelanjutan bertumpu pada empat unsur kebijaksanaan berikut:
1. Menetapkan harga yang benar (get tire priceright) untuk memberikan insentif
yang sesuai bagi pelaksanaan ekonomi untuk mengarahkan kegiatannya ke
tujuan economic sustainability yang diinginkan.
2. Menetapkan regulasi yang benar (get tire regulation tight) untuk menghentikan
perusakan lingkungan dan sumberdaya tanpa menimbulkan distorsi dalam
bidang lain.
3. Menetapkan instalasi yang benar (get tire instalation right) untuk meneraskan
fungsi, wewenang dan tanggung jawab antar lembaga dan anggota masyarakat.
4. Menetapkan dasar hukum dan pelaksanaannya yang benar (get the law and its
enforcement right) untuk memastikan bahwa ketiga unsur lain dijalankan
dengan cara yang sah (legitimate).

Pembangunan utuh menyeluruh menghadapi permasalahan yang kompleks.


Kompleksitas permasalahan pembangunan meningkat sejalan dengan semakin
kompleksnya permasalahan sosial budaya, perkembangan organisasi, dan
perkembangan teknologi. Perkembangan-perkembangan tersebut telah mengubah
persepsi pembangunan serta mengubah pola interaksi antara manusia dengan
lingkungan hidupnya. Perubahan tersebut membawa konsekuensi meningkatnya
konsumsi sumberdaya alam yang pada akhirnya menyebabkan gangguan terhadap
lingkungan hidup dan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya alam. Bahkan pada
kasus tertentu telah sampai kepada kondisi yang tidak tersembuhkan. Oleh karena
itu, perlu adanya perubahan paradigma pembangunan untuk lebih ke arah ekologi
(organismik).
Pergeseran paradigma pembangunan dari mekanistik ke arah organismik
seharusnya sejalan dengan perubahan sisem nilai yang ada. Adanya pergeseran
tersebut, diharapkan terjadi pula pergeseran pemikiran nilai ke arah konservasi dari
orientasi kuantitas menjadi bersifat kualitas. Pendekatan pembangunan berbasis
ekologi mempunyai kecenderungan ecocentric. Pendekatan ini telah lama dikenal
oleh masyarakat Indonesia melalui falsafah hidup yang dikenal dengan kearifan

8
lokal. Seperti yang telah dilakukan oleh masyarakat suku Badui, Suku Chaniago di
Sumatera Barat dan suku Sasi di Maluku.
Pembangunan berkelanjutan umumnya didefinisikan sebagai pembangunan
yang dapat memenuhi kebutuhan tanpa menghilangkan generasi yang akan datang
untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan
diperlukan tiga syarat yaitu kelanjutan secara ekologi, ekonomi dan sosial.

kajian ekonomi lingkungan

Ekonomi
Ekono Ekono
mi mi

Pembangu LH
nan LH
LH

Sosial Sosial
Sosial

kajian sosial

Gambar 2. Syarat pembangunan berkelanjutan

1. Keberlanjutan Sistem Sosial


Sumberdaya alam seharusnya dimanfaatkan dengan memperhatikan aspek
pemerataan dan keadilan sosial bagi para pemangku kepentingan. Keberlanjutan
sistem sosial lebih menekankan pada peningkatan segi kualitas daripada aspek
pertumbuhan yang bersifat kuantitas. Keberlanjutan sistem sosial dapat dicapai
apabila partisipasi masyarakat cukup tinggi serta dijalankan secara sistematis.
Modal sosial tersebut akan sangat sulit dikuantifikasi namun penting untuk
diperhatikan.
2. Keberlanjutan Ekonomi
Keberlanjutan ekonomi memberkan pengertian bahwa menjaga sumberdaya
alam agar tidak mengalami kemerosotan ketika dimanfaatkan. Dari keseluruhan
sumberdaya yang ada, mulai dari sumberdaya buatan, sumberdaya alam,

9
sumberdaya manusia dan sumberdaya sosial, para ahli telah memberikan
perhatian kepada suberdaya alam karena keberadaannya yang masih memadai.
Namun, keberadaan sumberdaya alam tersebut sulit untuk dihitung secara
moneter sehingga perlu dikembangkan sistem valuasi ekonomi untuk menaksir
nilai moneter dari sumberdaya alam tersebut.
3. Keberlanjutan Ekologi
Keberlanjutan ekologi sangat diperlukan dalam pembangunan. Segala aktivitas
yang dilakukan dalam rangka pembangunan seharusnya mempertimbangkan
sumberdaya alam yang tersedia. Artinya bahwa, pemanfaatan sumberdaya alam
perlu memperhitungkan kemampuan alam dan ambang batas alam yang dapat
dimanfaatkan.
Strategi pembangunan berkelanjutan yang mengedepankan keberlanjutan sosial,
ekonomi dan ekologi tersebut perlu diwujudkan. Mulai dari tingkat kebijakan hingga
pelaksanaan perlu komitmen agar pembangunan tidak berdampak negatif terhadap
lingkungan. oleh karena itu, model perencanaan pembangunan harus
mempertimbangkan ketiga aspek tersebut yaitu aspek sosial, ekonomi dan lingkungan
hidup atau ekologi.

10
III. PEMBAHASAN
A. PERMASALAHAN LINGKUNGAN DALAM KEGIATAN EKONOMI
Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan
aspek kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari perekonomian tidakk bisa
dihindari oleh semua masyarakat, mulai dari membeli bahan makanan pokok,
membeli pakaian, membeli alat tulis untuk sekolah, membeli seragam sekolah, dan
lain-lain. Dengan kata lain, untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap manusia selalu
berhubungan dengan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi harus dilakukan oleh
semua anggota masyarakat, mulai dari masyarakat biasa hingga pemerintah.
Bahkan, kegiatan ekonomi harus dijaga dengan baik supaya roda perekonomian
terus berputar. Roda ekonomi yang terus berputar dengan baik bisa meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Adapun jenis kegiatan ekonomi mencakup 3 hal yaitu produksi, konsumsi dan
distribusi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2020), Konsumsi adalah
pemakaian barang hasil produksi (bahan pakaian, makanan, dan sebagainya) untuk
memenuhi kebutuhan. Tujuan kegiatan konsumsi diantaranya mengurangi nilai
guna suatu barang dan jasa secara bertahap, menghabiskan atau mengurangi nilai
guna suatu barang sekaligus dan memuaskan kebutuhan jasmani dan rohani.
Kegiatan Produksi didefinisikan sebagai proses mengeluarkan hasil, penghasilan
atau pembuatan suatu barang. Adapun tujuan produksi adalah untuk memenuhi
kebutuhan konsumen, berupaya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-
besarnya, menghasilkan barang setengah jadi guna memenuhi kebutuhan produksi
selanjutnya, meningkatkan produksi nasional dalam rangka meningkatkan
kemakmuran rakyat, memacu tumbuhnya usaha produksi lain sehingga dapat
mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan masyarakat atau
pendapatan Negara, memproduksi barang-barang ekspor berarti meningkatkan
sumber devisa Negara. Keseluruhan kegiatan produksi tersebut membutuhkan
sumberdaya alam sebagai bahan bakunya. Oleh karena itu, kegiatan produksi
sangat berkorelasi terhadap kegiatan pembangunan dan sangat berkaitan dengan
keberadaan ekosistem hutan.

11
Disamping kegiatan konsumsi dan produksi, kegiatan ekonomi lainnya adalah
kegiatan distribusi. Distribusi adalah penyaluran, atau pembagian, atau pengiriman
barang keperluan sehari-hari kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat.
Tujuan distribusi merupakan untuk memastikan keberlangsungan kegiatan produksi
dan memastikan produk diterima oleh konsumen dengan baik.
Adapun kegiatan distribusi tidak dapat dihindarkan dari kegiatan pembangunan,
seperti eksessibilitas jalan dimana hal tersebut tentu berkaitan dengan keberadaan
sumberdaya alam/ ekosistem hutan. Seluruh kegiatan ekonomi tersebut baik
konsumsi, produksi maupun distribusi mempengaruhi keberadaan ekosistem hutan
sebagai salah satu sumberdaya alam di dalamnya. Seringkali kegiatan ekonomi
tidak hanya mempengaruhi ekosistem hutan, bahkan seringkali menimbulkan
permsalah lingkungan yang lebih besar.
Dari ketiga kegiatan ekonomi tersebut, terdapat interaksi antara permintaan
dan penawaran dan harga menjadi keseimbangan antara permintaan dan
penawaran. Semakin banyak permintaan semakin banyak barang yang diproduksi
tanpa mengindahkan sumberdaya alam dan kemampuan lingkungan karena
orientasi ekonomi pada dasarnya adalah keuntungan. Adapun keterkaitan antara
permintaan dan penawaran dalam sistem ekonomi tersebut dapat dilihat pada
gambar 1 sebagai berikut .

Gambar 3. Keterkaitan penawaran dan permintaan dalam sistem ekonomi

12
Sebagian besar kegiatan produksi terutama dalam skala besar menimbulkan
berbagai masalah lingkungan seperti banjir, kekeringan, pemanasan global dan
permasalahan lingkungan lainnya. oleh karena itu, dalam hal kegiatan ekonomi
perlu adanya analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) sebagai upaya dalam
mengantisipasi kerusakan lingkungan yang terjadi. Meskipun begitu, kerusakan
lingkungan tidak dapat dihindari, akibat dari pembangunan kegiatan ekonomi
tersebut.
Adapun permasalahan lingkungan yang timbul akibat kegiatan ekonomi dapat
dilihat pada gambar 2 sebagai berikut.

Gambar 4. Permasalahan lingkungan dalam kegiatan ekonomi


Sesuai gambar tersebut dapat dijelaskan mengenai konsep ekonomi. Konsep
ekonomi lingkungan pada dasarnya merupakan konsep yang memperhitungkan
biaya sosial terhadap suatu kegiatan usaha maupun kegiatan pembangunan.
Eksternalitas terjadi bila suatu kegiatan menimbulkan manfaat atau biaya bagi
kegiatan atau pihak di luar pelaksana kegiatan tersebut. Eksternalitas dalam biaya
inilah yang disebut pula sebagai biaya sosial.
Mengenai biaya sosial ini sesungguhnya berkaitan dengan masalah pencemaran
lingkungan yang sebagai akibatnya adalah kerusakan lingkungan hidup yang dapat
dianggap sebagai biaya pembangunan ekonomi.

13
B. VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM
Adanya permasalahan lingkungan yang muncul akibat adanya pembangunan
sebagai upaya peningkatan ekonomi tidak dapat dihindarkan. Maka dalam
perencanaan pembangunan perlu mempertimbangkan nilai sumberdaya alam
tersebut sebagai salah satu nilai yang penting dalam proses pembangunan atau
pun dalam kegiatan ekonomi lainnya. Salah satu metode dalam memasukan nilai
ekonomi dalam perencanaan pembangunan adalah melalui valuasi ekonomi.
Valuasi ekonomi memberikan gambaran mengenai manfaat ekonomi yang
diberikan oleh lingkungan bagi masyarakat. Nilai ekonomi tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai pertimbangan para pengambil keputusan terhadap
opportunity cost dari upaya memanfaatkan suatu kawasan tertentu, baik nilai
ekonomi langsung maupun tidak langsung.
Valuasi ekonomi merupakan pendorong terwujudnya pembangunan
berkelanjutan melalui penghitungan PDRB Lingkungan, Neraca SDA dan analisis
manfaat dan biaya SDA serta penghitungan ganti kerugian akibat pencemaran atau
kerusakan lingkungan. Selain itu, dengan valuasi ekonomi sumberdaya hutan, dapat
diketahui nilai yang terkandung di dalam ekosistem hutan baik nilai langsung
maupun nilai tidak langsung.
Dalam melakukan valuasi ekonomi terdapat tahapan tahapan sebagai berikut :
1. Penentuan daerah/ wilayah yang dievaluasi
2. Penentuan tujuan
3. Identifikasi permasalahan
4. Identifikasi jenis dan sebaran sumber daya alam
5. Indentifikasi fungsi dan manfaat sumberdaya alam
6. Penentuan metode valuasi ekonomi
7. Data kuantifikasi sumberdaya alam
8. Penghitungan nilai ekonomi (valuasi)
9. Analisis hasil valuasi
Kegunaan menghitung nilai moneter sumber daya alam dan lingkungan antara
lain adalah :
1. Untuk menunjukkan tingkat kepedulian/ apresiasi yang tinggi terhadap
sumber daya alam dan lingkungan

14
2. Merupakan salah satu dasar argumen, data dan informasi yang akurat
untuk advokasi lingkungan yang berkualitas
3. Sebagai bahan analisis biaya manfaat untuk estimasi proyek yang
memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan
4. Untuk mencari pola pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang
baik dengan mempertimbangkan timbal balik antara ekonomi dan
lingkungan.
Beberapa contoh kegiatan valuasi ekonomi yang telah dilakukan pemerintah
dalam perencanaan pembangunan antara kajian valuasi ekonomi Kawasan Karst
Pegunungan Kendeng Utara di Provinsi Jawa Tengah, kajian valuasi ekonomi
SDA dalam pembangunan ibukota negara di Kalimantan Timur dan kajian valuasi
ekonomi ekosistem gambut di Provinsi Riau.
Adapun kajian valuasi ekonomi Kawasan Karst Pegunungan Kendeng Utara di
Provinsi Jawa Tengah memberikan masukan terhadap terhadap perencanaan
pembangunan kawasan Pegunungan Kendeng Utara menjadi pabrik semen oleh
PT. Semen Indonesia, sedangkan kajian valuasi ekonomi SDA dalam
pembangunan ibukota negara di Kalimantan Timur memberikan masukan nilai
ekonomi terhadap adanya rencana pemindahan ibukota negara dan perubahan
kawasan hutan menjadi areal pembangunan ibukota tersebut. Begitu juga
dengan kajian valuasi ekonomi ekosistem gambut di Provinsi Riau, digunakan
untuk memberikan masukan dalam perencanaan pembangunan di Provinsi Riau
yang memiliki luas kawasan hutan gambut cukup besar, sehingga dalam proses
pembangunan wilayah tetap mempertimbangkan kelestarian ekosistem gambut.

15
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Sumberdaya alam dan lingkungan memberikan nilai ekonomi baik secara langsung
maupun tidak langsung. Manfaat secara langsung dapat diperoleh dengan adanya
kegiatan pembangunan. Pembangunan dilaksanakan untuk mengoptimalkan
perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan namun perlu memegang tiga aspek
yaitu aspek sosial, ekonomi dan ekologi.
Pembangunan dengan memegang tiga aspek tersebut merupakan prinsip dasar
pembangunan berkelanjutan. Untuk mendukung kegiatan pembangunan berkelanjutan
maka dalam menyusun perencanaan pembangunan perlu mempertimbangan nilai
ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan. Oleh karena itu, dalam perencanaan
pembangunan perlu adanya valuasi ekonomi lingkungan sebagai salah satu informasi
pengambilan kebijakan pembangunan.
Keinginan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan dimulai dari ketulusan
melakukan komitmen (political will) yang murni dan kemauan untuk melaksanakan
prinsip-prinslp ekonomi lingkungan serta konsistensi untuk mencapai tujuan
pembangunan yang berkelanjutan.
B. Saran
Untuk lebih meningkatkan kelestarian ekosistem hutan yang saat ini semakin
terdesak oleh kegiatan ekonomi, maka diperlukan berbagai intervensi terutama dari
pemerintah, serta diperlukan peran serta seluruh pihak dalam melaksanakan kebijakan
pemerintah untuk tercapaikan pembangunan dengan tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan. salah satunya melalui penulisan makalah ini, diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai instrumen-instrumen ekonomi yang dapat mendorong pelestarian
ekosistem sumberdaya hutan serta mendukung pembangunan berkelanjutan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Basyuni, Muhammad. 2001. Konsep Ekonomi Lingkungan dalam Pengelolaan
Sumberdaya Alam. https:
//www.researchgate.net/publication/42320308_Konsep_Ekonomi_Lingkungan_d
alam_Pengelolaan_Sumberdaya_Alam [didownload tanggal Oct 23 2017].

Semen Indonesia. 2017. Adendum ANDAL dan RKL-RPL Penambangan dan


Pembangunan Pabrik Semen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. di Kabupaten
Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Gresik.

Syaukat, Y. dan Siwi, A.A.N. 2009. Estimasi nilai ekonomi air irigasi pada usaha tani
padi sawah di daerah irigasi van der Wijce, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 14 (3): 201-210.

Yakin, Addinul. 2015. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta. Akademika
Presindo

Wacana, P., Irfanianto, Rodhialfalah, A., Widjanarko, S., Suryono, T., Chandra, F.,
Ahmad, F., Fauzi, I., Lukiarti, M. 2014. Kajian potensi kawasan karst Kendeng
Utara Pegunungan Rembang Madura Kabupaten rembang, Jawa Tengah.
Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-7, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014.

17

Anda mungkin juga menyukai