BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam potensi alam,
seni dan budaya. Potensi-potensi itu tentu harus dikembangkan
agar dapat membawa dampak positif bagi industri pariwisata di Indonesia,
tidak dapat dipungkiri bahwa negara-negara yang memiliki tiga puluh tiga
provinsi ini memiliki sejuta peninggalan seni dan budaya yang memiliki
keindahan dan daya tarik di masing-masing provinsi serta tidak dapat ditemukan
di negara lain, sehingga banyak wisatawan domestik maupun luar negeri
yangingin menikmati keindahan alam, seni dan budaya yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia.
Salah satu provinsi yang mempunyai keanekaragaman alam, seni
dan budaya adalah Daerah Istimewa Yogyakarta. Provinsi ini memiliki
empat Kabupaten serta Kotamadya yang banyak dikunjungi oleh wisman
(wisatawan mancanegara), maupun wisnus (wisatawan nusantara), terdapat
ribuan customer per hari mengunjungi berbagai obyek yang dimiliki oleh provinsi
ini antara lain Candi Prambanan, Gembiraloka, Kaliurang, Parangtritis,
Keraton Yogyakarta dan berbagai obyek wisata lain yang ada di DIY.
Pengembangan pariwisata yang ada di DIY tidak hanya di titik beratkan pada
obyek wisata yang telah dikenal masyarakat luas saja namun ada alternatif
andalan lainnya yang mulai dikembangkan yaitu Desa Wisata dengan potensi
alam, seni dan budayanya.
Desa Wisata lebih bergerak pada bidang studi pengembangan budaya dan
pariwisata berbasis potensi lokal. Kabupaten Sleman sebagai daerah
yang memiliki keindahan alam mulai mengenalkan Desa Wisata kepada
para wisatawan. Tercatat terdapat 37 Desa Wisata yang dikelola oleh
masyarakat setempat. Desa Wisata yang terdapat di Kabupaten Sleman
menawarkan berbagai macam potensi yang dimiliki antara lain pemandangan
bentangan sawah yang masih sejuk, dan permai, peninggalan budaya, seni dan
budaya para leluhur hingga bangunan yang usianya telah mencapai ratusan
tahun yang masih terawat dengan baik. Inskeep mendefinisikan Desa Wisata
sebagai suatu wisata pedesaan dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam
atau dekat dengan suasana tadisional, sering di desa-desa yang terpencil
dan belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat (Ahimsa
Putra, 1988 dalam Ratna Sari, 2010: 26).
Desa Wisata Pentingsari adalah salah satu Desa Wisata yang memiliki daya
tarik khas yang terdapat di Desa Umbulharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten
Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Wisata Pentingsari dahulu tidak
pernah masuk dalam hitungan wisatawan lokal maupun wisatawan asing yang
berkunjung ke Yogyakarta, tapi kini potensi pariwisata yang tersimpan disana
mulai menjadi incaran wisatawan. Hal itu tidak terlepas dari keyakinan,
keinginan, dan tekad kuat dari masyarakat setempat untuk membuat desa mereka
menjadi tujuan wisata seperti dua desa tetangga mereka, yaitu Desa Sambi dan
Desa Candi, yang lebih dulu terkenal menjadi Desa Wisata. Keinginan kuat warga
desa di Lereng Gunung Merapi itu bukan tanpa alasan, karena Desa Pentingsari
memang menyimpan pesona pariwisata. Perlahan-lahan, warga membenahi
desanya untuk menjadi Desa Wisata andalan.
Potensi yang tersimpan di Desa Wisata Pentingsari atau juga dikenal dengan
"Dewi Peri", antara lain, benda peninggalan sejarah Keraton Yogyakarta,
Pancuran Sendang Sari, Kompleks Luweng, Watu Dakon, Watu Payung, Watu
Gandul, dan peninggalan zaman perang merebut kemerdekaan Indonesia.
Kompleks Luweng atau tempat memasak merupakan sebuah tempat yang menurut
sejarah merupakan dapur umum pada masa Perang Diponegoro, sedangkan
Pancuran Sendang Sari adalah lokasi mandi para putri Kraton Yogyakarta, untuk
mewujudkan Desa Pentingsari menjadi Desa Wisata, masyarakat telah
menyiapkan segala sesuatunya seoptimal mungkin, baik itu potensi wisata dan
perilaku masyarakat agar ramah serta terbuka kepada wisatawan. Hal ini penting,
karena keramahan menjadi nilai jual yang tinggi. Tekad kuat masyarakat desa itu
ternyata berbuah manis, karena Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman pada 15 April
2008 mencanangkan Desa Pentingsari sebagai Desa Wisata.
Desa Pentingsari belum begitu lama menjadi Desa Wisata namun Desa
Wisata Pentingsari kini telah menjadi Desa Wisata nomor satu di Yogyakarta
sehingga dapat menjadi contoh untuk Desa Wisata lainnya. Semua itu tak lepas
dari partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di
Desa Wisata Pentingsari. Partisipasi masyarakat adalah salah satu faktor
pendukung adanya pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Pentingsari selain
adanya dukungan dari pemerintah dan potensi yang terdapat di Desa Wisata
Pentingsari, tanpa adanya partisipasi masyarakat maka pemberdayaan masyarakat
tidak akan berjalan. Partisipasi anggota masyarakat adalah keterlibatan
anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan
dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan
di dalam masyarakat lokal (Rahardjo Adisasmita, 2006: 34). Desa
Wisata Pentingsari sebagian masyarakatnya berprofesi sebagai PNS, wirausaha,
dan petani namun masih ada beberapa masyarakat yang belum sejahtera,
maka dari itu Desa Pentingsari memberdayakan masyarakatnya agar
ikut memajukan desanya sebagai Desa Wisata, dengan adanya
pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Pentingsari maka masyarakat yang
belum sejahtera dapat lebih mensejahterakan kehidupannya dengan cara
menjadi pengelola Desa Wisata atau membuka usaha yang sekiranya
dapat menghasilkan uang misalnya saja menjadikan rumahnya
sebagai homestay untuk wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Pentingsari,
berjualan makanan dan minuman, menjual oleh-oleh untuk wisatawan,
menjadi pemandu wisata dan masih banyak lagi, namun ada juga masyarakat
yang tidak berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat di Desa
Wisata Pentingsari karena sudah merasa mampu secara materi selain itu juga
karena usia yang sekiranya sudah tidak memungkinkan untuk ikut
berpartisipasi secara maksimal dalam pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa
Wisata Pentingsari. Desa Wisata Pentingsari kini telah dikenal banyak orang
karena potensi wisata yang banyak tersimpan disana maka kini Desa
Wisata Pentingsari tidak pernah sepi pengunjung. Dalam sehari bisa terdapat
400 lebih tamu yang berkunjung dan menginap disana, padahal ada
beberapa masyarakat yang belum siap menjadikan rumahnya
sebagai homestay dengan alasan belum mampu, masih mempunyai anak balita dan
mempunyai kesibukan dikantor namun kini beberapa masyarakat mulai
membangun rumahnya menjadi homestay untuk menambah
jumlah homestay yang ada di Desa Wisata Pentingsari. Dalam
pembagian homestay terkadang dirasa masyarakat kurang adil sehingga
menimbulkan kecemburuan sosial diantara warga desa namun hal tersebut
biasanya tidak sampai membuat masalah yang besar karena pengelola segera
menyelesaikan masalah tersebut dan memberikan pengertian kepada warga.
Kesibukan di kantor sebagai pegawai atau kesibukan di kampus
atau sekolah terkadang juga membuat masyarakat sulit membagi waktu
dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Wisata
Pentingsari, apalagi jika banyak tamu yang datang ke Desa Wisata Pentingsari
sehingga belum dapat mengikuti kegiatan pemberdayaan secara maksimal,
namun biasanya masyarakat yang bekerja dan yang masih kuliah atau sekolah
akan ikut berpartisipasi pada saat kegiatan sore hari, malam hari atau pada
saat libur, dengan adanya Desa Wisata Pentingsari warga masyarakat
ditantang untuk mampu memberikan sumbang sih melalui pemberdayaan
yang diadakan, tujuannya untuk kesejahteraan bagi seluruh warga masyarakat.
Kini masyarakat Desa Wisata Pentingsari telah dapat merasakan dampak
adanya pemberdayaan masyarakat yang diadakan di Desa Wisata
Pentingsari. Masyarakat mulai menikmati manfaatnya yaitu meningkatnya
perekonomian masyarakat, mendapat pengetahuan dan ilmu yang penting untuk
lebih memajukan desanya dan masih banyak perubahan yang dirasakan
masyarakat dengan adanya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di Desa
Wisata Pentingsari. Dampak negatifnya yaitu membuat Desa Wisata lain
merasa tersaingi atas kesuksesan yang di didapat Desa Wisata Pentingsari.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pemberdayaan masyarakat untuk memajukan Desa Wisata
Pentingsari, ingin mengetahui proses pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa
Wisata Pentingsari, faktor apa saja yang mendukung dan yang menghambat
adanya pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Pentingsari dan dampak
pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Pentingsari.
B. Rumusan masalah
Bagaimana proses pengembangan desa wisata pentingsari?
Apa saja faktor yang mendukung dan menghambat pemberdayaan masyarakat
yang ada di Desa Wisata Pentingsari?
Apa saja komponen daya tarik wisata yang ada di Desa Wisata Pentingsari?
F. Struktur
Adapun struktur pengurus desa wisata pentingsari:
Ketua : 1 Orang
Sekretaris : 1 Orang
Bendahara : Bendara di Desa Wisata Pentingsari hanya satu orang yang
memegang
Seksi : dibagi menjadi 3 yaitu Seksi Konsumsi, Seksi Pngembangan
Usaha dan Seksi Home Stay
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberdayaan Masyarakat di Desa Wisata Pentingsari dilakukan dengan
cara mengajak seluruh masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam segala kegiatan
yang menyangkut Desa Wisata. Pemberdayaan Masyarakat di Desa Wisata
Pentingsari telah dibagi sesuai dengan kemampuan dan usianya. Bagi bapak-
bapak biasanya menjadi pengurus atau pengelola Desa Wisata Pentingsari, atau
mendapat bagian menyampaikan sambutan pada saat tamu atau wisatawan datang.
Bagi bapak-bapak yang masih tergolong muda dan pemuda pemudi dijadikan
sebagai pemandu Desa Wisata. Sedangkan ibu-ibu diberdayakan dalam bidang
konsumsi yaitu ketika tamu datang dalam jumlah besar maka mereka bertugas
untuk memasak makanan untuk tamu sesuai permintaan tamu atau wisatawan
yang datang misalnya dalam bentuk nasi dos atau prasmanan.
Proses pemberdayaan masyarakat akan terlihat lebih maksimal apabila ada
tamu atau wisatawan yang datang karena akan banyak masyarakat yang
diberdayakan. Pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Pentingsari juga
dilakukan dengan cara mengadakannya pelatihan-pelatihan dari pemerintah
seperti dari Dinas Pariwisata, Dinas Perindustrian, Balai Latihan Kerja
Yogyakarta maupun dari mahasiswa KKN, Himpunan Pariwisata Indonesia (HPI)
dan tim yang sudah berpengalaman dalam bidang pariwisata seperti
pelatihan home industry, pelatihan pengolahan jamur, pengolahan kopi, pelatihan
bahasa inggris, pelatihan pemandu, pelatihan outbond dan masih banyak pelatihan
yang diadakan, tujuannya untuk lebih meningkatkan potensi dan pengetahuan
warga masyarakat Desa Wisata Pentingsari.
Faktor yang mendukung pemberdayaan di Desa Wisata Pentingsari ada dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang pertama
adalah Desa Wisata Pentingsari memiliki potensi-potensi yang mungkin tidak
didapatkan di desa lain seperti alam yang masih alami dan masih asri, memiliki
potensi pertanian dan potensi budaya yang kemudian dijadikan tema dari Desa
Wisata Pentingsari, selain itu adanya peninggalan sejarah yang dapat dijadikan
obyek wisata seperti luweng, watu payung, watu gajah, pancuran sendang sari,
watu dakon, dan lain-lain yang dapat dikunjungi oleh wisatawan saat berkunjung
di Desa Wisata Pentingsari.
Faktor internal yang kedua dalam mendukung pemberdayaan masyarakat di
Desa Wisata Pentingsari adalah partisipasi masyarakatnya, tanpa adanya
partisipasi masyarakat pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Pentingsari
tidak akan berjalan. Faktor internal yang ke tiga adalah karena Sumber Daya
Manusia (SDM) yang ada di Desa Wisata Pentingsari. Desa Pentingsari memiliki
Sumber Daya Manusia yang memadai seperti contohnya bapak Sumardi dan
Bapak Doto kepemimpinan beliau berdua mampu memberdayakan hampir seluruh
masyarakat Desa Pentingsari sehingga dapat memajukan Desa Wisata Pentingsari.
Faktor eksternal dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata
Pentingsari adalah adanya dukungan dari pemerintah pusat yaitu dari Kementrian
Pariwisata berupa dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pariwisata
(PNPM Pariwisata) yang diberikan langsung ke Desa masing-masing melalui
Badan Permusyawaratan Desa (BPD), selain memberikan dana pemerintah juga
sering mengadakan pelatihan-pelatihan seperti pelatihan outbond, pelatihan
kuliner, pelatihan home industry, pelatihan pemandu, pelatihan Bahasa Inggris,
pelatihan Bahasa Mandarin, pelatihan membuat sovenir. Biasanya yang
mengadakan pelatihan itu adalah Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Dinas
Perindustrian, Balai Latihan Kerja Yogyakarta, selain dari pihak pemerintah yang
mengadakan pelatihan tersebut ada juga dari Mahasiswa KKN, dari Himpunan
Pariwisata Indonesia (HPI) dan tim yang sudah berpengalaman dalam bidang
pariwisata.
Faktor penghambat pemberdayaan yang dilakukan di Desa Wisata
Pentingsari yaitu faktor internal yang pertama adalah kesadaran terhadap
partisipasi dalam pemberdayaan masyarakat terkadang dirasa masih kurang oleh
pengelola. Faktor internal yang kedua adalah setiap masyarakat daya tangkap dan
pemikirannya berbeda-beda, selain itu kesibukan tiap masyarakat mempunyai
kesibukan masing-masing sehingga kurang maksimal dalam mengikuti kegiatan
pemberdayaan masyarakat.
Faktor penghambat dari luar atau faktor eksternal yang menghambat adanya
pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Pentingsari adalah dari pemerintah,
terkadang dana yang dijanjikan oleh pemerintah datangnya tidak tepat pada
waktunya atau tidak sesuai yang dijanjikan oleh pemerintah, maka masyarakat
harus menunggu dana itu sampai cair dahulu agar dapat melanjutkan program
pemberdayaan yang sudah direncanakan sebelumnya.
Dampak adanya Pemberdayaan Masyarakat di Desa Wisata Pentingsari
mempunyai dampak yang positif. Dampak pemberdayaan yang ada di Desa
Wisata Pentingsari tidak hanya pada satu bidang saja, melainkan juga berbagai
bidang. Dampak pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Pentingsari di bidang
ekonomi adalah meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Wisata Pentingsari.
Sementara pada bidang sosial, pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata
Pentingsari juga memberikan dampak yang sangat besar seperti masyarakatnya
kini bertambah akrab satu sama lain. Pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata
banyak membuka lapangan pekerjaan, dan banyak meyerap tenaga kerja sehingga
mengurangi jumlah pengangguran terutama bagi penduduk Desa Wisata
Pentingsari.
Pemberdayaan Masyarakat di Desa Wisata dalam bidang pendidikan juga
mempunyai dampak yang tidak kalah besarnya. Dampak itu antara lain,
memperluas wawasan dan cara berpikir masyarakat Desa Wisata Pentingsari,
mendidik cara hidup sehat, meningkatkan ilmu dan teknologi kepariwisataan,
menggugah sadar lingkungan yaitu menyadarkan masyarakat akan
pentingnya memelihara dan melestarikan lingkungan bagi kehidupan manusia kini
dan di masa yang akan datang, selain itu juga dapat membuat Desa Wisata
Pentingsari menjadi Desa Wisata nomor satu di Yogyakarta dan membuat Desa
Wisata Pentingsari semakin maju hingga memperoleh berbagai penghargaan.
Dampak negatif pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di Desa Wisata
Pentingsari membuat Desa Wisata lain merasa tersaingi terhadap kesuksesan yang
di dapat oleh Desa Wisata Pentingsari. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
di Desa Wisata Pentingsari juga terkadang dapat menimbulkan kecemburuan
sosial antar warga masyarakatnya, seperti pada pembagian homestay terkadang
masyarakat merasa kurang adil.
B. Saran
1) Bagi Pengelola Desa Wisata Pentingsari, sebaiknya meningkatkan publikasi
mengenai keberadaan Desa Wisata Pentingsari melalui media cetak atau media
yang lain agar Desa Wisata Pentingsari semakin dikenal banyak masyarakat luas.
2) Sebaiknya ada penunjuk jalan yang berada di pertigaan sebelum Pasar Pakem
yang menunjukkan arah menuju Desa Wisata Pentingsari agar memudahkan
pengunjung yang akan berkunjung ke Desa Wisata Pentingsari.
3) Sebaiknya ditambah penerangan atau lampu agar pada saat malam tiba Desa
Wisata Pentingsari jalannya tidak terlalu gelap
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Salim.2002.Perubahan Sosial Sketsa dan Refleksi Metodologi Kasus
Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Onny S. Prijono, dan A. M. W. Pranarka (Penyunting). 1996. Pemberdayaan:
Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: CSIS.
Ambar, Teguh Sulistiyani. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdyaan.
Yogyakarta: Gava Media.
Conyers, Diana. 1991. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga. Yogyakarta: Gadjah
Mada Univercity Press.
Departemen Pariwisata, 1999. Pariwisata Inti Rakyat
Rahardjo, Adisasmita. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Tri, Winarni. 1998. Memahami Pemberdyaan Masyarakat Desa Partisipatif dalam
Orientasi Pembangunan Masyarakat Desa menyongsong abad 21: menuju
Pemberdayaan Pelayanan Masyarakat. Yogyakarta: Aditya Media.
(Sumber: Arsip Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman)
Internet:
wordpress.com