Anda di halaman 1dari 4

Rangkuman Economic Development oleh Todaro dan Smith

Chapter 2: Comparative Economic Development

2.1 Defining the Developing World


Standar paling terkenal dalam kategorisasi negara maju dan berkembang adalah
pendapatan per kapita, yang digunakan oleh OECD dan Bank Dunia. Sistem klasifikasi
oleh Bank Dunia mengelompokkan 210 perekonomian dengan minimal populasi 30,000
jiwa berdasarkan Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per kapita, dengan kategori yakni
low-income countries (LICs), lower-middle-income countries (LMCs), upper-middle-income
countries (UMCs), high income OECD countries, dan other high-income countries. Istilah
negara berkembang merujuk kepada negara-negara LICs, LMCs, dan UMCs.

2.2 Basic Indicators of Development: Real Income, Health, and Education


Terdapat beberapa indikator tolok ukur tiga aspek utama pembangunan:
pendapataan riil per kapita disesuaikan dengan daya beli; kesehatan yang diukur dengan
angka harapan hidup, kekurangan gizi, dan kematian anak; serta pencapaian pendidikan
yang diukur dengan tingkat literasi dan partisipasi sekolah.

Pendapatan riil per kapita dihitung melalui tingkat PNB per kapita yang
disesuaikan menggunakan purchasing power parity (PPP). PPP dikalkulasikan
berdasarkan harga internasional atas barang dan jasa, dengan hasil akhir berupa
kuantitas yang dapat dibeli oleh satu unit mata uang negara berkembang atas suatu
barang dan jasa pada pasar domestik dibandingkan dengan pembelian menggunakan $1
di pasar Amerika Serikat.

Kesehatan diukur dengan tingkat harapan hidup, kekurangan gizi, dan kematian
anak. Tingkat harapan hidup diukur dengan angka rata-rata tahun kehidupan bagi anak-
anak yang baru lahir, dengan resiko kematian pada saat mereka lahir. Kekurangan gizi
merujuk kepada kondisi kurangnya asupan makanan untuk melanjutkan aktivitas secara
normal, yang diukur berdasarkan proporsi kekurangan nutrisi pada populasi umum.
Salah satu indikator pencapaian pendidikan ialah tingkat literasi yang diukur dengan
besaran populasi laki-laki dan perempuan dewasa yang tercatat atau diestimasikan
memiliki kemampuan dasar membaca dan menulis (melek huruf).

2.3 Holistic Measures of Living Levels and Capabilities


Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
merupakan indikator pengukur status perkembangan sosioekonomi yang disusun oleh
United Nations Development Program (UNDP). IPM mengukur beberapa aspek atau
hasil akhir pembangunan manusia pada skala 0 hingga 1, yakni umur panjang,
pengetahuan, dan standar kehidupan. Umur panjang diukur berdasarkan angka harapan
hidup. Pengetahuan diukur dari rata-rata tertimbang angka melek huruf pada populasi
dewasa (proporsi dua pertiga) dan rasio kotor partisipasi sekolah (proporsi sepertiga).
Standar kehidupan diukur menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita yang
disesuaikan dengan PPP mata uang tiap negara. Indikator IPM memiliki kelebihan dalam
memperlihatkan standar kehidupan pada tiap negara sebagai tolok ukur pembangunan,
bukan hanya peningkatan pendapatan secara umum.

Akan tetapi, IPM memiliki kekurangan-kekurangan tersendiri. Sebagai contoh,


angka partisipasi sekolah sebagai indikator aspek pengetahuan tidak mencakup tingkat
putus sekolah. Selain itu, IPM hanya fokus kepada kuantitas sehingga tidak mengukur
kualitas tiap aspek. Sebagai contoh, angka harapan hidup hanya mengukur ekspektasi
tahun kehidupan dan tidak mengukur kualitas kesehatan pada tahun-tahun tersebut.
Kualitas pendidikan juga tidak diukur, dengan fokus utama pada partisipasi populasi
pada sistem pendidikan formal.

Pada November 2010, UNDP mengeluarkan New Human Development Index


(NDHI) atau Indek Pembangunan Manusia Baru (IPMB) untuk mengatasi sejumlah
kelemahan IPM. Pertama, penggunaan PDB diganti dengan PNB yang lebih
mencerminkan pendapatan riil yang diterima oleh penduduk dalam negeri. Pada aspek
pendidikan, ditambahkan komponen pencapaian pendidikan aktual (rata-rata dari
seluruh populasi) dan pencapaian pendidikan prospektif bagi anak-anak saat ini. Selain
itu, indikator literasi dan partisipasi pendidikan tidak lagi digunakan.

2.4 Characteristics of the Developing World: Diversity within Commonality


Negara-negara berkembang memiliki kesamaan ekonomi maupun historis yang
melatarbelakangi isu-isu pembangunan. Akan tetapi, pada saat yang bersamaan,
kesamaan tersebut diiringi dengan keragaman tersendiri pada tiap-tiap kasus. Berikut
ialah sejumlah aspek karakteristik isu pembangunan pada negara berkembang:
1. Lower Levels of Living and Productivity: Negara-negara berkembang memiliki ketertinggalan
jauh dalam produktivitas dibandingkan dengan negara-negara maju, yang menyebabkan
minimnya tingkat pendapatan dan standar kehidupan.
2. Lower Levels of Human Capital: Modal manusia (human capital), yang terdiri dari kesehatan,
pendidikan, dan keahlian berperan penting terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari
perbandingan IPM, negara-negara maju mengandung kualitas modal manusia lebih tinggi
daripada negara-negara berkembang pada berbagai aspek.
3. Higher Levels of Inequality and Absolute Poverty: Observasi-observasi terdahulu telah
menyimpulkan bahwa ada kesenjangan pendapatan secara global. Akan tetapi, kesenjangan
pendapatan juga dapat diamati pada tiap-tiap negara baik berkembang maupun maju. Ada
pula konsep kemiskinan absolut, untuk mengukur tingkat minimum pendapatan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar sandang, pangan, papan.
4. Higher Population Growth Rates: Negara berkembang mengalami tren pertumbuhan
populasi lebih tinggi, namun hal ini akan menyebabkan rasio ketergantungan pada angkatan
kerja yang lebih tinggi daripada di negara maju.
5. Greater Social Fractionalization: Negara berkembang secara umum memiliki fraksionalisasi
sosial yang lebih besar. Fraksionalisasi sosial merujuk kepada perbedaan etnis, linguistic, dan
identitas sosial lainnya pada suatu negara. Hal ini dapat menjadi poin penyebab konflik yang
dapat menganggu pembangunan, namun tidak jarang bahwa keberagaman sosial diiringi
dengan integrasi ekonomi dan sosial yang baik, atau bahkan menjadi ciri khas positif negara.
6. Larger Rural Populations but Rapid Rural-to-Urban Migration: Pembangunan ekonomi kerap
diiringi pergerseran dari sektor pertanian ke manufaktur dan jasa. Negara-negara
berkembang dengan populasi rural pun mengalami tren urbanisasi yang besar akibat hal ini.
7. Lower Levels of Industrialization and Manufactured Exports: Industrialisasi yang berkaitan
erat dengan produktivitas dan pendapatan tinggi menjadi ciri khas modernisasi dan kemajuan
pembangunan. Negara-negara berkembang secara umum memiliki laju industrialisasi yang
lebih rendah dan ketergantungan lebih tinggi pada ekspor komoditas primer.
8. Adverse Geography: Negara-negara berkembang, yang kebanyakan bertempat pada area
tropis dan subtropic, berpotensi rentan terhadap parasit dan hama tropis, penyakit endemic,
keterbatasan sumber daya air, serta iklim panas ekstrem.
9. Underdeveloped Markets: Pasar tidak sempurna dan informasi tidak lengkap dapat
ditemukan pada banyak negara berkembang, sehingga pasar domestik bersifat inefisien.
Selain itu, dasar hukum dan institusional pasar di banyak negara berkembang bersifat lemah.
10. Lingering Colonial Impacts and Unequal International Relations: Mayoritas negara
berkembang merupakan subjek kolonial negara Eropa, dan institusi yang diciptakan pada era
kolonial seringkali menghambat pembangunan bahkan hingga saat ini. Negara berkembang
juga cenderung bergantung kepada negara maju pada berbagai aspek.

2.5 How Low-Income Countries Today Differ from Developed Countries


in Their Earlier Stages
Negara-negara berkembang memiliki kedudukan yang berbeda dengan negara-
negara maju pada fase perkembangan awalnya. Dapat ditemukan delapan perbedaan
siginifikan pada kondisi tersebut, yakni:
1. Physical and Human Resource Endowments: Sumber daya alam pada negara
berkembang saat ini jauh lebih sedikit daripada pada zaman lampau. Selain itu, kapasitas
sumber daya manusia juga berbeda akibat ketiadaan akses terhadap ilmu pengetahuan
seperti pada negara-negara maju.
2. Relative Levels of Per Capita Income and GDP: Pendapatan per kapita di negara
berkembang saat ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan pada negara-negara
berkembang pada zaman dahulu.
3. Climatic Differences: Negara-negara berkembang saat ini banyak berasal dari daerah
tropis dan subtropic yang memiliki dampak lebih lanjut kepada produktivitas dan
kondisi hidup akibat eksploitasi kolonial secara historis.
4. Population Size, Distribution, and Growth: Negara berkembang pada masa lampau
memiliki tingkat pertumbuhan populasi yang rendah, berkebalikan dengan kondisi di
negara berkembang saat ini.
5. The Historical Role of International Migration: Migrasi lintas negara pada masa lalu masih
bersifat lumrah dan berlangsung dengan skala besar dengan dominasi individu dengan
keahlian rendah yang kesulitan mencari pekerjaan, berbeda dengan kondisi saat ini yang
bersifat kecil dan didominasi oleh individu berkeahlian tinggi menuju negara maju.
6. The Growth Stimulus of International Trade: Perdagangan internasional berperan sebagai
pendorong pertumbuhan pada negara berkembang masa lalu, berbeda dengan kondisi
saat ini dimana negara berkembang ada pada posisi yang tidak diuntungkan.
7. Basic Scientific and Technological Research and Development Capabilities: Negara
berkembang, terutama dengan pendapatan rendah, mengalami ketertinggalan pada
ranah riset teknologi dan saintifik. Di kala negara maju sedang berekmbang, aspek riset
menjadi salah satu pendorong pertumbuhan sehingga fokus utama bukan pada mengejar
ketertinggalan, melainkan perkembangan lebih lanjut secara kompetitif.
8. Efficacy of Domestic Institutions: Negara berkembang terhambat oleh sistem
kelembagaan yang buruk sebagai warisan sistem kolonial. Bertolak belakang dengan
negara maju pada fase awal perkembangannya yang sudah menyusun sistem
institusional yang lebih baik.

2.6 Are Living Standards of Developing and Developed Nations Converging?


Negara-negara berkembang dapat mengalami peningkatan pendapatan per
kapita lebih drastic daripada negara-negara maju (convergence), maupun sebaliknya
(divergence). Ada beberapa pendekatan analisis mengenai fenomena ini yakni: relative
country convergence, pengamatan apakah negara-negara berkembang memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi yang lebih besar daripada negara-negara maju; absolute country
convergence, pengamatan nilai nominal pertumbuhan ekonomi negara berkembang
dibandingkan dengan negara maju; population-weighted relative country convergence,
pendekatan yang dengan penyesuaian jumlah populasi negara dalam
memperhitungkan pertumbuhan pendapatan per kapita; dan world-as-one country
convergence, pendekatan berdasarkan data-data ekonomi berbagai negara yang menjadi
inferensi kesimpulan kondisi secara global.

2.7 Long-Run Causes of Comparative Development


Ada sejumlah penyebab jangka panjang pembangunan yakni: keadaan geografis,
karakteristik pemerintah kolonial terdahulu, kesenjangan; kualitas sumber daya
manusia, kualitas sistem lembaga pasca-kolonial, kualitas barang publik, mekanisme
pasar yang baik, serta kualitas dari masyarakat sipil.

Anda mungkin juga menyukai