Anda di halaman 1dari 110

ANALISIS SEKTOR POTENSI UNGGULAN GUNA

PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI


KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT, PROVINSI
KALIMANTAN TENGAH

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi


Jurusan Ekonomi Pembangunan
Bidang Konsentrasi Ekonomi Perencanaan Pembangunan Dan Keuangan Daerah

Oleh :

Indah Magdalena BR Simamora


193020301041

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2023
ANALISIS SEKTOR POTENSI UNGGULAN GUNA
PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT, PROVINSI
KALIMANTAN TENGAH

Oleh
Indah Magdalena BR Simamora
193020301061

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi


Jurusan Ekonomi Pembangunan
Bidang Konsentrasi Ekonomi Perencanaan Pembangunan Dan Keuangan Daerah

Palangka Raya, Februari 2023

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Drs. Sabirin., ME Ahmad Rizani., SE., M. Ec., Dev


NIP. 19620609 198903 1 001 NIP. 19830128 201404 1 001

Mengetahui,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen
Universitas Palangka Raya, Ketua,
Dekan,

Prof. Danes Jaya Negara, SE., M.Si, C.EIA Drs. Sabirin., ME


NIP. 19620729 198803 1 011 NIP. 19620609 198903 1 001

i
ii
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS SEKTOR POTENSI UNGGULAN GUNA


PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT, PROVINSI
KALIMANTAN TENGAH

Indah Magdalena BR Simamora


193020301061

Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi


Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka Raya
Palangka Raya, Maret 2022

Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi


Jurusan Ekonomi Pembangunan
Bidang Konsentrasi Ekonomi Perencanaan dan Keuangan Daerah

TIM PENGUJI

1. Drs. Sabirin, ME ..............................


..............................
Ketua

1. Ahmad Rizani, SE, M.Ec, Dev


Anggota

2. Drs. Dedi Takari, ME ..............................


Anggota

3. Yudi Pungan, SE, MS .............................


Anggota

4. Dr. Miar, M.Si ...............................


Anggota

iii
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

NAMA : INDAH MAGDALENA BR SIMAMORA

NIM : 193020301061

JURUSAN : EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS

Dengan ini saya menyatakan

1. Karya tulis ini asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik, baik di Universittas Palangka Raya maupun perguruan tinggi
lainya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penulisan sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam
daftar Pustaka.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atas pendapat yang tidak ditulis
atau dipublikasi orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan dalam daftar Pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terjadi penyimpangan dan ketidak benaraan dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang diperoleh serta sanksi lain sesuai karya tulis ilmiah dan norma yang
berlaku diperguruan tinggi ini.

Palangka Raya, Februari 2023


Yang membuat pernyataan,

Indah Magdalena BR Simamora

NIM. 193020301061
v
ABSTRAK
ANALISIS SEKTOR POTENSI UNGGULAN GUNA
PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN
KOTAWARINGIN BARAT, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Indah Magdalena BR Simamora, 2023. Selama kurun waktu 2010-2021,
pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten Kotawaringin Barat di Kalimantan
Tengah cenderung mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sektor-sektor basis dan potensial dari sisi PDRB. Dengan mengetahui
sektor unggulan di Kabupaten Kotawaringin Barat, maka pemerintah daerah dapat
memprediksi mengenai semua sumber daya yang ada untuk meningkatkan
perekonomian di Kabupaten Kotawaringin Barat.

Penelitian dilakukan pada Kabupaten Kotawaringin Barat di Kalimantan


Tengah, metode penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif.
Data tersebut berasal dari BPS dan diolah menggunakan Microsoft Excel dengan
menggunakan analisis : (1) Location Quotient (LQ), mengetahui sektor basis dan
non basis; (2) Shift-Share, mengetahui pergeseran dan perubahan struktur
perekonomian; (3) Tipologi Klassen, mengetahui karakteristik pola, struktur dan
kontribusi ekonomi; (4) Model Rasio Pertumbuhan (MRP), mengetahui
perbandingan besarnya pendapatan pada suatu sektor ekonomi pada ruang lingkup
wilayah yang kecil dengan ruang lingkup wilayah yang lebih besar; (5) Overlay,
mendeskripsikan sektor ekonomi potensial. Hasil penelitian LQ menunjukkan
bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan sektor yang
berpotensi, sekaligus basis guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Kotawaringin Barat. Analisis Shift-Share menunjukkan struktur perekonomian
dari tahun 2010-2021 Kabupaten Kotawaringin Barat dibandingkan dengan
Provinsi Kalimantan Tengah mengalami peningkatan sebesar Rp6.554.510,20
Juta. Berdasarkan analisis Tipologi Klassen, terdapat 8 sektor maju dan tumbuh
dengan pesat. Sektor industri pengolahan merupakan sektor dominan
pertumbuhannya berdasarkan hasil perhitungan MRP. Hasil analisis Overlay
mendeskripsikan 4 sektor ekonomi potensial Kabupaten Kotawaringin Barat.

Kata kunci: pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, potensi ekonomi,


sektor ekonomi basis.

vi
ABSTRACT
SECTOR ANALYSIS OF SUPERIOR POTENTIAL FOR ECONOMIC
DEVELOPMENT PLANNING OF KOTAWARINGIN BARAT REGENCY,
CENTRAL KALIMANTAN PROVINCE

Indah Magdalena BR Simamora, 2023. During the period 2010-2021,


economic growth in Kotawaringin Barat Regency in Central Kalimantan tends to
increase. This study aims to determine the base and potential sectors in terms of
GRDP. By knowing the leading sectors in West Kotawaringin Regency, the local
government can predict all existing resources to improve the economy in West
Kotawaringin Regency.

The research was conducted in Kotawaringin Barat Regency in Central


Kalimantan, this research method uses quantitative descriptive analysis method.
The data comes from BPS and is processed using Microsoft Excel using the
analysis: (1) Location Quotient (LQ), knowing the base and non-base sectors; (2)
Shift-Share, knowing shifts and changes in the structure of the economy; (3)
Klassen's typology, knowing the characteristics of economic patterns, structures
and contributions ;(4) Growth Ratio Model (MRP) , knowing the comparison of
the amount of income in an economic sector in a small area with a larger area
scope; (5) Overlay, describing potential economic sectors. The results of LQ's
research show that the agriculture, forestry, and fisheries sectors are potential
sectors, as well as a base for increasing economic growth in West Kotawaringin
Regency. Shift-Share analysis shows that the economic structure from 2010-2021
Kotawaringin Barat Regency compared to Central Kalimantan Province has
increased by IDR 6,554,510.20 million. Based on the analysis of the Klassen
Typology, there are 8 sectors that are advancing and growing rapidly. The
manufacturing sector is the dominant sector of growth based on the results of
MRP calculations. The results of the Overlay analysis describe 4 potential
economic sectors of Kotawaringin Barat Regency.

Keywords: economic growth and development, economic potential, base


economic sector.

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Proposal Skripsi ini tepat pada waktu yang berjudul “ANALISIS

SEKTOR POTENSI UNGGULAN GUNA PERENCANAAN

PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT,

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH”. Proposal Skripsi ini disusun dan

diajukan sebagai prasyarat perolehan gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka Raya. Dalam penyusunan Proposal

Skripsi ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang sangat

berharga berupa motivasi, semangat, kasih sayang, bimbingan dan pengarahan

serta saran-saran dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis sangat berharap Proposal Skripsi ini dapat bermanfaat, menambah

wawasan, pengetahuan, dan dapat dijadikan referensi bagi penelitian-penelitian

selanjutnya. Penulis juga menyadari Proposal Skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan sehingga penulis tak lupa mengharapkan kritik dan saran untuk

penyelesaian penelitian ini. Penulis juga menyadari bahwa penyusunan proposal

ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan doa dari beberapa pihak. Dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Danes Jaya Negara, M. Si, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, Universitas Palangka Raya.

2. Bapak Drs. H. Siang. I. Suluh, ME, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

viii
3. Bapak Drs. Sabirin, ME, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Palangka Raya, dan selaku

Dosen Pembimbing dalam penyusunan proposal skripsi yang telah

memberikan pengarahan, bimbingan, petunjuk, dan saran.

4. Bapak Ahmad Rizani, SE., M. Ec., Dev selaku Sekretaris Jurusan

Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas

Palangka Raya, dan selaku Dosen Pembimbing dalam penyusunan

proposal skripsi yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, petunjuk,

dan saran.

5. Segenap dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan

setiap pengalaman, waktu luang dan tambahan pengetahuan dalam proses

perkuliahan.

6. Staf tata usaha Jurusan Ekonomi Pembangunan dan staf tata usaha

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Palangka Raya yang telah

banyak membantu sampai tahap penulisan Proposal Skripsi ini.

7. Kepala BAPEDA dan Kepala BPS Provinsi Kalimantan Tengah, atas ijin

yang diberikan untuk mengumpulkan data (informasi seputar penelitian)

yang diperlukan dalam penulisan skripsi.

8. Jonson Simamora dan Purnama Sinaga, kedua orang tua penulis yang

memberikan, doa, nasehat, dukung dan sebagai motivasi terbesar dalam

menyelesaikan pendidikan pada saat ini. Kalian adalah anugerah terindah

dalam kehidupan ini.

ix
9. Saudara kandung penulis, Elizabeth Romauli Simamora, Santikaria

Simamora, Yola Apriani Marito Simamora, dan Vinsent Samuel Agung

Simamora untuk dukungan dan doa selama penyusunan skripsi ini.

10. Sahabat saya dijurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Palangka Raya, Christina Helena Sinaga, Dian

Floransia Sitinjak, Pebri Hidayanti BR Sirait, Olvi Restiana dan terkhusus

untuk Erwin Yudianto Silaban yang selalu mendukung di setiap

penyusunan skripsi ini.

11. Teman-teman kelas (A, B, C) 2019 dan juga semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan

satu-persatu, semoga Tuhan YME memberikan balasan atas semua

kebaikan yang telah diberikan.

Palangka Raya, Februari 2023

Peneliti,

INDAH MAGDALENA BR SIMAMORA

NIM. 193020301061

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................................v
ABSTRAK.............................................................................................................vi
ABSTRACT...........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR........................................................................................viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................9

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................9

1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................11


2.1 Kajian Teori...............................................................................................11

2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi...................................................12

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi...........................................................14

2.1.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah............................................17

2.1.4 Indikator Pertumbuhan Ekonomi Wilayah......................................19

2.1.5 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi...........21

2.1.6 Analisis Potensi Perekonomian Wilayah.........................................22

2.1.6.1 Location Quotient (LQ)............................................................22

xi
2.1.6.2 Shift and Share.........................................................................23

2.1.6.3 Tipologi Klassen.......................................................................24

2.1.6.4 Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP).............................24

2.1.6.5 Analisis Overlay.......................................................................25

2.1.7 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)......................................26

2.1.8 Ruang Lingkup PDRB.....................................................................28

2.1.9 Analisis Sektor Unggulan................................................................31

2.1.10 Analisis Keterkaitan Antar Sektor..................................................32

2.2 Penelitian Terdahulu..................................................................................34

2.3 Kerangka Konseptual.................................................................................36

2.4 Hipotesis Penelitian....................................................................................38

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................39


3.1 Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................39

3.1.1 Jenis Penelitian.................................................................................39

3.1.2 Sumber Data.....................................................................................39

3.2 Definisi Operasional Variabel....................................................................40

3.2.1 Produk Domestik Regional Bruto....................................................40

3.2.2 Sektor Potensi Unggulan..................................................................40

3.2.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi............................................................41

3.3 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................41

3.4 Teknik Analisis Data..................................................................................42

3.4.1 Analisis LQ (Location Quotient).....................................................42

3.4.2 Analisis Shift and Share...................................................................43

3.4.3 Analisis Tipologi Klassen................................................................46

3.4.4 Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP).....................................47

3.4.5 Analisis Overlay...............................................................................49

xii
BAB IV HASIL PENELITIAN...........................................................................51
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kotawaringin Barat....................................51

4.1.1 Kondisi Geografis............................................................................51

4.1.2 Luas Wilayah...................................................................................52

4.1.3 Keadaan Penduduk........................................................................53

4.1.3.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk...................................53

4.1.3.2 Penyebaran Penduduk dan Kepadatan Penduduk.....................54

4.1.3.3 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Beban


Ketergantungan..........................................................................................54

4.1.3.4 Tingkat Kemiskinan Masyarakat..............................................55

4.2 Hasil Analisis Penelitian..................................................................56

4.2.1 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Kabupaten Kotawaringin Barat..................................................................56

4.2.2 Analisis Shift-Share..........................................................................59

4.2.3 Analisis Tipologi Klassen................................................................62

4.2.4 Analisis Location Quotient (LQ).....................................................64

4.2.5 Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP).....................................66

4.2.6 Analisis Overlay...............................................................................68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................71


5.1 Kesimpulan................................................................................................71

5.2 Saran...........................................................................................................72

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................75
LAMPIRAN..........................................................................................................78

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 PDRB ADHK Provinsi Kalimantan Tengah ADHK Menurut


Lapangan Usaha Tahun 2016-2021 (Juta Rupiah)...........................4

Tabel 1. 2 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan Tengah ADHK

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2016-2021 (Persen)....................5

Tabel 1. 3 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Kotawaringin Barat


Tahun 2016-2021 (Persen)...............................................................5

Tabel 1. 4 PDRB ADHK Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2016-2021


(Juta Rupiah)....................................................................................7

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu........................................................................34

Tabel 4. 1 Luas Wilayah antar Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan


Tengah..............................................................................................52

Tabel 4. 2 Rata-Rata Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten


Kotawaringin Barat Tahun 2010-2021 (Juta Rupiah)......................57

Tabel 4. 3 Rata-Rata Kontribusi Sektoral Produk Domestik Regional Bruto


Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2010-2021 (Dalam Persen)..58

Tabel 4. 4 Hasil Perhitungan Shift Share Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun


2010-2021........................................................................................60

Tabel 4. 5 Hasil Perhitungan Analisis Tipologi Klassen Kabupaten Kotawaringin


Barat Tahun 2010-2021....................................................................63

Tabel 4. 6 Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Kotawaringin


Barat Tahun 2010-2021....................................................................65

xiv
Tabel 4. 7 Hasil Perhitungan Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Provinsi
Kalimantan Tengah dan Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2010-
2021..................................................................................................67

Tabel 4. 8 Hasil Perhitungan Analisis Overlay Kabupaten Kotawaringin Barat


Tahun 2010-2021.............................................................................69

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Grafik PDB Indonesia ADHK 2010 Menurut Lapangan Usaha


(Milyar Rupiah) 2010-2021................................................................2

Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual........................................................................37

Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran..........................................................................38

Gambar 3. 1 Matrik Tipologi Klassen...................................................................46

Gambar 4. 1 Peta Wilayah Administrasi Kalimantan Tengah...............................53

Gambar 4. 2 Rata-Rata Kontribusi Sektoral PDRB Kabupaten Kotawaringin Barat


Tahun 2010-2021..............................................................................59

xv
BAB I

PENDAHULUAN

2.1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

daerah selaku regulator, pihak swasta maupun BUMN selaku eksekutor dengan

seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya dan membentuk

suatu model kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru yang

dapat merangsang perkembangan kegiatan ekonomi, perubahan yang

direncanakan untuk mengatur ulang berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Menurut Rasyid (2016) pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan

pada suatu wilayah, yaitu : terjadinya kenaikan nilai tambah (value added) disebut

sebagai pertumbuhan ekonomi wilayah. Perhitungan pendapatan wilayah pada

awalnya dibuat dalam harga berlaku. Namun, agar dapat melihat pertambahan dari

satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil

atau harga konstan. Tolak ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari

pertumbuhan ekonomi, antar daerah dan antar sektor (Arsyad, 2004:7).

Produk Domestik Bruto merupakan indikator keberhasilan suatu negara

dalam pencapaian pembangunan yang lebih baik, apabila Produk Domestik Bruto

negara tersebut setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan maka

dapatlah dikatakan bahwa roda pembangunan negara tersebut sangat baik karena

Produk Domestik Bruto, menggambarkan angka yang mampu meningkatkan taraf

hidup masyarakat secara luas serta penurunan kemiskinan dan pengangguran.

1
2

Produk Domestik Bruto adalah nilai bersih barang dan jasa akhir yang dihasilkan

oleh berbagai kegiatan ekonomi disuatu daerah dalam suatu periode.

Gambar 1. 1 Grafik PDB Indonesia ADHK 2010 Menurut Lapangan Usaha

(Milyar Rupiah) 2010-2021

Berdasarkan gambar 1. 1, PDB Indonesia Ekonomi Indonesia menurut

besaran PDB atas dasar harga konstan (ADHK) 2010 berhasil tumbuh 3,69% atau

mencapai 10,669,352.7 sepanjang 2021 dibanding tahun sebelumnya

10,332,595.1 yang mengalami kontraksi sebesar 2,07%. Dari sisi lapangan usaha,

yang menopang pertumbuhan perekonomian domestik tahun lalu, antara lain

industri pengolahan yang berkontribusi sebesar 19,25% dari PDB mampu

mencatatkan pertumbuhan 3,39%. Sektor pertanian dengan kontribusi 13,28%

berhasil tumbuh 1,84%, serta sektor perdagangan besar dan eceran dengan

kontribusi 12,97% tumbuh 4,65%. Sementara dari sisi pengeluaran, komponen

pengeluaran konsumsi rumah tangga yang berkontribusi 54,42% dari PDB

berhasil tumbuh 2,02% pada 2021. Setelahnya ada komponen pembentukan


3

modal tetap bruto (PMTB) yang berkontribusi sebesar 30,81% terhadap PDB

mampu tumbuh 3,8%.

Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah

Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan pada tingkat daerah disebut dengan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pentingnya peran dari pertumbuhan

ekonomi maka diperlukan adanya persiapan yang matang dalam hal perencanaan

guna mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan

(Pantow, 2015). Pembangunan ekonomi harus diarahkan pada sektor-sektor yang

memiliki multiplier effect bagi sektor lainnya, sehingga sektor-sektor potensial

menjadi prioritas pembangunan. Sektor unggulan merupakan suatu sektor yang

memberikan multiplier effect bagi sektor lainnya atau sektor penggerak yang

menimbulkan dominasi ekonomi wilayah tersebut. Keberadaan Kalimantan

Tengah dapat dianggap sebagai pusat baru dalam ekonomi regional, akan segera

menjadi wilayah penyanggah Ibukota baru. Hal tersebut mengharuskan

Kalimantan Tengah mempersiapkan lebih baik terwujudnya suatu wilayah yang

maju dengan hasil pembangunan dan kesejahteraan yang dapat dinikmati secara

merata oleh seluruh lapisan masyarakat. Faktor utama yang menentukan

pertumbuhan ekonomi daerah adalah adanya permintaan barang dan jasa dari luar

daerah sehingga sumber daya lokal akan dapat menghasilkan kekayaan daerah

karena dapat menciptakan peluang kerja di daerah (Boediono, 1999: 1).

Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi didasarkan pada pendekatan

pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang sudah ada maupun yang

baru. Pendekatan ini pada dasarnya merupakan integrasi pendekatan sektoral dan

regional, dengan masing-masing daerah mengembangkan produk asetnya.


4

Tabel 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Tengah ADHK Menurut Lapangan


Usaha Tahun 2016-2021 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2016 2017 2018 2019 2020 2021


Pertanian,
Kehutanan, dan 17.686.415,9 18.514.006,0 19.824.582,6 21.250.829,0 21.298.921,1 21.920.459,2
Perikanan
Pertambangan dan
13.616.280,9 14.796.619,4 14.754.123,6 15.518.411,7 14.083.663,2 14.315.123,9
Penggalian
Industri Pengolahan 12.868.858,9 14.020.767,8 14.736.823 15.388.503,4 15.374.023,8 16.006.646,6
Pengadaan Listrik
68.327,4 72.306,1 78.818,3 86.309,5 102.524,8 105.535,9
dan Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan
68.451,3 68.634,7 74.507,4 79.792,2 84.955,6 90.941,2
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
Konstruksi 7.459.522,6 7.863.027,6 7.994.888,2 8.578.346,4 7.745.442,7 8.387.653,2
Perdagangan Besar
9.347.810,8 10.108.351,3 11.241.087,4 12.018.482,9 11.911.460,9 12 .182.677,3
dan Eceran
Transportasi dan
5.169.282,3 5.590.422,4 6.051.173,1 6.489.175,5 6.252.917,7 6.519.753,2
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi dan 1.425.329,1 1.503.981,0 1.608.668,1 1.722.348 1.643.916,4 1.687.250,8
Makan Minum
Informasi dan
996.023,3 1.060.417,9 1.147.927,6 1.203.922,8 1.340.902,0 1.573.418,1
Komunikasi
Jasa Keuangan dan
2.673.145,6 2.910.193,3 2.972.290,4 3.153.019,9 3.455.631,2 3.683.851,6
Asuransi
Real Estate 1.656.293,8 1.726.577,2 1.874.853,5 1.956.917,7 1.959.944,8 2.012.268,5
Jasa Perusahaan 30.750,9 32.428,1 34.954,3 37.357,4 32.224,3 32.814,4
Administrasi
Pemerintahan.
4.939.988,9 5.140.186,5 5.514.103,6 5.828.043,8 6.291.942,2 6.098.725,6
Pertahanan dan
Jaminan Sosial
Jasa Pendidikan 3.649.485,5 3.778.473,4 4.098.425,1 4.332.045,9 4.565.151,1 4.623.234,9
Jasa Kesehatan dan
1.435.824,5 1.516.817,3 1.646.801,7 1.732.910,3 1.898.686,6 2.140.243,8
Kegiatan Sosial
Jasa lainnya 808.447,9 841.688,2 912.220,0 972.868,7 891.305,5 913.876,3
PDRB 83.900.239,4 89.544.898,3 94.566.247,9 100.349.285 98.933.613,6 102.294.474,3
Sumber : BPS, (Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah), 2022.
5

Tabel 1. 2 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan Tengah ADHK


Menurut Lapangan Usaha Tahun 2016-2021 (Persen)

201
Lapangan Usaha 2016 2018 2019 2020 2021
7
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.84 4.68 7.08 6.97 0.1 2.92
Pertambangan dan Penggalian 7.6 8.67 -0.3 5.82 -9.7 1.64
Industri Pengolahan 7.45 8.95 5.11 4.26 -0.2 4.11
Pengadaan Listrik dan Gas 10.3 5.82 9.01 9.5 18.8 2.94
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
4.35 0.27 8.56 6.1 6.29 7.05
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 7.82 5.41 1.68 6.94 -11 8.29
Perdagangan Besar dan Eceran 7.29 8.14 11.2 6.23 -1 2.28
Transportasi dan Pergudangan 9.17 8.15 8.24 7.79 -3.3 4.27
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.86 5.52 6.96 6.2 -4.3 2.64
Informasi dan Komunikasi 6.23 6.47 8.25 5.14 10.2 17.34
Jasa Keuangan dan Asuransi 7.27 8.87 2.13 6.08 9.86 6.60
Real Estate 5.36 4.24 8.59 4.38 0.61 2.67
Jasa Perusahaan 6.03 5.45 7.79 6.87 -14 1.83
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
2.33 4.05 7.27 6.58 11.7 -3.07
Jaminan Sosial
Jasa Pendidikan 6.21 3.53 8.47 6.16 5.66 1.27
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.4 5.64 8.57 5.23 9.57 12.72
Jasa lainnya 6.84 4.11 8.38 6.65 -8.4 2.53
PDRB 6.35 6.73 5.61 6.12 -1.4 3.40
Sumber : BPS, (Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah), 2022.

Berdasarkan Tabel 1.1, terjadi fluktuasi pertumbuhan ekonomi di berbagai

lapangan usaha dari tahun 2016-2021 yang berakibat juga pada fluktuasi PDRB

Provinsi Kalimantan Tengah. Pada tahun 2016 terjadi penurunan pertumbuhan

ekonomi akibat dinamika perekonomian global, namun di tahun 2017 terjadi

kenaikan secara berkala sampai tahun 2018. Kemudian di tahun 2020, krisis

ekonomi terjadi akibat dampak pandemic Covid-19 menyebabkan hampir seluruh

sektor usaha mengalami minus pendapatan, namun 5 sektor lainnya yaitu : sektor

pengadaan listrik dan gas, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan

dan asuransi sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial dan

sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial justru menjadi sektor dengan laju
6

pertumbuhan ekonomi yang paling signifikan di masa pandemi. Pemulihan

pertumbuhan ekonomi mulai terlihat pada tahun 2021, upaya pengendalian

pandemi Covid-19 dilakukan Pemerintah bersama seluruh stakeholders, termasuk

masyarakat Indonesia yang telah berhasil mendongkrak pertumbuhan

perekonomian Kalimantan Tengah sebesar 3,40% (c to c) tahun 2021. Untuk

memberikan gambaran yang lebih baik tentang kondisi dan pertumbuhan ekonomi

di Kabupaten Kotawaringin Barat maka diperlukan untuk melihat rata-rata laju

pertumbuhan ekonomi sebagai indikator pembangunan ekonomi.

Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Kotawaringin Barat


Tahun 2016-2021 (Persen)

Lapangan Usaha 2016 2017 2018 2019 2020 2021


Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.73 7.15 6.77 3.71 2.35 2.60
Pertambangan dan Penggalian 6.24 -1.95 4.25 7.87 -0.18 -5.10
Industri Pengolahan 4.83 9.30 7.52 5.33 2.90 6.60
Pengadaan Listrik dan Gas 1.79 2.47 7.36 9.39 11.56 3.60
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
6.30 3.37 7.00 9.34 -3.35 9.10
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 8.01 6.74 5.00 7.17 -12.04 12.10
Perdagangan Besar dan Eceran 5.18 5.98 7.44 6.40 2.99 5.70
Transportasi dan Pergudangan -9.30 4.94 8.22 8.09 -8.28 6.93
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2.34 5.58 5.74 6.34 -5.65 2.41
Informasi dan Komunikasi 5.90 4.57 2.96 8.12 7.58 7.45
Jasa Keuangan dan Asuransi 0.00 4.67 2.17 6.68 9.76 6.62
Real Estate 0.00 2.24 6.25 6.60 3.26 2.25
Jasa Perusahaan 7.19 3.01 4.98 6.73 -12.46 2.99
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
4.77 7.14 -0.26 8.81 8.88 9.83
Jaminan Sosial
Jasa Pendidikan 5.23 3.34 6.97 8.22 8.06 2.05
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.65 4.19 5.98 7.68 26.67 14.39
Jasa lainnya 3.20 6.55 7.80 7.34 -31.82 -2.90
PDRB 7.87 6.80 6.48 5.79 0.98 5.61
Sumber: BPS, (Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah), 2022.

Pada Tabel 1.2 menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Kotawaringin Barat pada tahun 2016 sebesar 7.87% lebih tinggi dibandingkan
7

dengan pertumbuhan PDRB pada tingkat provinsi yang sebesar 6.35%. Terjadinya

fluktuasi PDRB Kabupaten Kotawaringin Barat dari tahun 2016-2020 hingga

0.98% pada tahun 2020 yang lebih unggul dibandingkan dengan Provinsi

Kalimantan Tengah mengalami penurunan pertumbuhan PDRB hingga -1,4%.

Kabupaten Kotawaringin Barat merupakan wilayah dengan potensi ekonomi yang

cukup dominan dan berpengaruh terhadap perekonomian Kalimantan Tengah

sehingga ulasan lebih lanjut terkait sektor-sektor yang menjadi sektor multiplier

effect di Kabupaten Kotawaringin Barat menarik untuk diketahui.

Tabel 1.4 PDRB ADHK Kabupaten Kotawaringin Barat 2016-2021 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2016 2017 2018 2019 2020 2021


Pertanian, Kehutanan, dan
2.907.562 3.115.478 3.326.474 3.449.782 3.530.836 3.623.269
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 143.353 140.553 146.521 158.057 157.772 149.739
Industri Pengolahan 2.690.878 2.941.100 3.162.384 3.331.076 3.427.744 3.653.986
Pengadaan Listrik dan Gas 5.950 6.097 6.546 7.161 7.989 8.276
Pengadaan Air, Pengelolaan
9.343 9.658 10.334 11.299 10.921 11.909
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 934.460 997.482 1.047.401 1.122.528 987.370 1.106.366
Perdagangan Besar dan Eceran 1.317.850 1.396.600 1.500.563 1.596.609 1.644.347 1.738.206
Transportasi dan Pergudangan 887.038 930.842 1.007.391 1.088.907 998.765 1.067.950
Penyediaan Akomodasi dan
139.764 147.566 156.032 165.931 156.549 160.318
Makan Minum
Informasi dan Komunikasi 117.997 123.395 127.043 137.357 147.770 158.784
Jasa Keuangan dan Asuransi 536.084 561.140 573.308 611.612 671.278 715.749
Real Estate 198.149 202.580 215.235 229.444 236.926 242.255
Jasa Perusahaan 4.860 5.006 5.256 5.609 4.911 5.057
Administrasi Pemerintahan.
331.239 354.885 353.945 385.121 419.320 460.523
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Jasa Pendidikan 267.866 276.813 296.119 320.451 346.272 353.364
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
115.724 120.578 127.782 137.598 174.298 199.385
Sosial
Jasa lainnya 96.593 102.916 110.948 119.095 81.204 78.848
PDRB 10.704.712 11.432.689 12.173.281 12.877.636 13.004.270 13.733.984
Sumber : BPS. (Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah). 2022.
Tabel 1.3 memperlihatkan selama kurun waktu enam tahun nilai PDRB

Kabupaten Kotawaringin Barat didominasi oleh sektor industri pengolahan yang


8

terus meningkat dari tahun ketahun, pada tahun 2019 sebesar 3.331.076, lalu pada

tahun 2020 meningkat menjadi 3.427.744 dan pada tahun 2021 kembali

meningkat menjadi 3.653.986. Selain itu, sektor Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan mendominasi di urutan kedua dan urutan ketiga ditempati sektor

konstruksi.

Pertumbuhan PDRB ditentukan oleh sektor-sektor ekonomi yang ada pada

daerah tersebut. Pemanfaatan sektor ekonomi secara maksimal dapat

meningkatkan pertumbuhan PDRB pada suatu daerah. Sektor yang memiliki

keunggulan tentunya dapat memberikan nilai yang lebih besar. Oleh karenanya

perlu diketahui sektor apa yang menjadi sektor unggulan pada suatu daerah, agar

dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk menunjang pertumbuhan ekonomi

pada daerahnya. Penelitian ini ditujukan tidak hanya untuk menganalisis

pertumbuhan ekonomi dan menentukan sektor-sektor unggul di Kabupaten

Kotawaringin Barat agar pertumbuhan ekonomi dapat terlaksana secara optimal

dan dapat mengembangkan sektor potensi unggulan daerah guna meningkatkan

perekonomian. Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan

tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji masalah masalah tersebut dengan

membuat penelitian akhir dengan Judul “ANALISIS SEKTOR POTENSI

UNGGULAN GUNA PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI

KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PROVINSI KALIMANTAN

TENGAH”.
9

2.1.2 Rumusan Masalah

Dalam hal pembangunan ekonomi, pertumbuhan PDB atau PDRB

merupakan salah satu tujuan mendasar yang ingin dicapai dalam perekonomian

suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran kuantitatif yang

menggambarkan perkembangan perekonomian pada tahun tertentu. Pertumbuhan

ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan prasyarat terpenting bagi

pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, berdasarkan uraian

tersebut, maka rumusan masalah penelitian yang penulis ajukan adalah :

1. Sektor apa saja yang menjadi sektor ekonomi basis dan potensial untuk

dikembangkan pada Kabupaten Kotawaringin Barat tahun 2010-2021 ?

2. Bagaimana kondisi dan pengklasifikasian sektor ekonomi di Kabupaten

Kotawaringin Barat Tahun 2010-2021 ?

2.1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka tujuan yang ingin

dicapai dengan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis sektor ekonomi yang menjadi

sektor ekonomi basis dan potensial Kabupaten Kotawaringin Barat

tahun 2010-2021.

2. Untuk mengklasifikan dan mengetahui pengklasifikasian sektor

ekonomi di Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2010-2021.


10

2.1.4 Manfaat Penelitian

A. Manfaat Secara teoritis : hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan

referensi bagi perkembangan ekonomi khususnya ilmu ekonomi serta

dapat menjadi referensi perbandingan objek penelitian tentang sektor

potensi unggulan guna perencanaan pembangunan ekonomi dan

pengaruh pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kotawaringin Barat.

B. Manfaat Secara Praktis

1. Bagi Pemerintah : hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan

masukan untuk pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat dalam

pengambilan kebijakan terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi

dan sektor potensi unggulan guna perencanaan pembangunan

ekonomi.

2. Bagi mahasiswa dan peneliti lainnya : Penelitian diharapkan dapat

menambah referensi dan rujukan bagi semua pihak yang

membutuhkan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran terutama dalam ilmu ekonomi untuk

mengetahui bagaimana sektor potensi unggulan guna perencanaan

pembangunan ekonomi Kabupaten Kotawaringin Barat.

3. Bagi pembaca : penelitian ini diharapkan dapat memberikan

tambahan informasi yang menghasilkan ide bagi yang memiliki

permasalahan yang sama atau melakukan penelitian lebih lanjut.

4. Bagi Penulis : Penelitian ini dilakukan sebagai prasyarat untuk

menyelesaikan tugas akhir di Jurusan Ekonomi Pembangunan,


11

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka Raya, dalam

memperoleh gelar Sarjana (S1).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Dalam kebijakan pembangunan ekonomi pada umumnya ditunjukkan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti seluas-luasnya. Suatu

wilayah yang pertumbuhan ekonominyaa meningkat, terjadi apabila peningkatan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riil di wilayah tersebut. Pembangunan

ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan struktur

sosial, kelembagaan nasional termasuk percepatan pertumbuhan ekonomi,

pengangguran, ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan yang absolut

(Todaro, 2006). Maka pembangunan ekonomi menurut Todaro (2006) meliputi

tiga sifat penting, yaitu :

1. Sebuah proses yang berarti perubahan terjadi secara terus-menerus

2. Upaya untuk meningkatkan pendapatan perkapita

3. Dalam jangka panjang harus ada peningkatan pendapatan perkapita

Selain meningkatkan pendapatan riil, tujuan pembangunan ekonomi juga

untuk meningkatkan produktivitas, oleh karena itu peran serta masyarakat,

pemerintah dan seluruh elemen yang terdapat dalam suatu wilayah sangat

dibutuhkan untuk berperan aktif dalam proses pembangunan. Pembangunan

ekonomi saat ini merupakan salah satu prasyarat mutlak jika suatu wilayah ingin

mengalami pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi seringkali

diikuti dengan pemerataan pendapatan masyarakatnya sehingga pertumbuhan

ekonomi menjadi sangat penting dalam menciptakan kemakmuran suatu wilayah.

11
12

Menurut Irawan, Suparmoko (2002) pembangunan ekonomi melalui

pembangunan daerah dilaksanakan untuk mencapai tiga tujuan penting, yaitu :

1. Pertumbuhan (growth), pertumbuhan ditentukan dari sejauh apa

sumber daya manusia, peralatan, dan sumber daya alam dimanfaatkan

secara maksimal dan digunakan untuk meningkatkan kegiatan

produktif.

2. Pemerataan (equity), memiliki keterkaitan dalam mencapai tujuan

berkelanjutan, sumber daya yang berkelanjutan tidak boleh

terkonsentrasi pada satu wilayah saja, sehingga manfaat yang telah

diperoleh dari pertumbuhan bisa dinikmati oleh semua golongan.

3. Berkelanjutan (sustainability), sedangkan tujuan pembangunan daerah

yang berkelanjutan harus memenuhi syarat bahwa konsumsi sumber

daya, baik melalui sistem pasar maupun diluar sistem pasar, tidak

boleh melebihi kapasitas produksi. Pembangunan daerah dan sektoral

harus selalu dijalankan secara selaras agar, pembangunan yang

berlangsung di suatu wilayah benar-benar sesuai dengan potensi dan

prioritas daerah.

2.1.5 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses perubahan kondisi

perekonomian di dalam suatu wilayah yang secara berkesinambungan menuju

keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi juga

dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan kapasitas produksi suatu

perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk naiknya pendapatan nasional.

Proses pertumbuhan ekonomi mempunyai kaitan erat dengan perubahan struktural


13

dan sektoral yang tinggi. Dalam beberapa perubahan komponen utama struktural

ini mencakup pergeseran secara perlahan-lahan aktivitas pertanian ke arah non

sektor pertanian dan dari sektor industri ke sektor jasa (Todaro, 2000: 146).

Menurut Boediono (1981) pertumbuhan ekonomi adalah proses

peningkatan produksi perkapita dalam jangka panjang. Ukuran keberhasilan

pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan rendahnya

ketimpangan pendapatan antar wilayah, antar sektor dan antar penduduk. Menurut

Boediono (1981) pertumbuhan ekonomi terdiri dari tiga aspek penting. yaitu :

1. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses (aspek) ekonomi,

dimana suatu perekonomian berubah/berkembang dari tahun ke

tahun.

2. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan produksi

perkapita, yaitu produksi total dan jumlah penduduk.

3. Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif periode, suatu

perekonomian dikatakan tumbuh jika produksi perkapita meningkat

dalam jangka periode yang lebih lama (lima tahun).

Kuznets dalam Todaro (2003) mengemukakan enam ciri atau proses

pertumbuhan ekonomi yang ditemukan di hampir semua wilayah sebagai berikut.

1. Peningkatan pertumbuhan produksi perkapita dan pertumbuhan

penduduk yang tinggi.

2. Peningkatan produktivitas faktor produksi (Total Factor

Productivity) yang tinggi, produk yang dihasilkan oleh setiap unit


14

input dari seluruh input atau faktor produksi yang digunakan

menghasilkan output.

3. Tingkat perubahan struktural ekonomi yang tinggi.

4. Tingkat perubahan ideologi dan sosial yang tinggi.

5. Negara yang telah memulai atau yang berkembang perekonomiannya

cenderung mengeksplorasi belahan dunia lain sebagai daerah

penjualan dan sumber bahan baku yang baru.

6. Ekspansi pertumbuhan ekonomi yang terbatas yang hanya mencapai

sekitar sepertiga bagian penduduk dunia. Keberhasilan program

pembangunan di negara berkembang seringkali diukur dengan

seberapa tinggi atau rendahnya kecepatan tingkat pertumbuhan

produk dan pendapatan nasional yang telah dihasilkan. Tujuan utama

pembangunan adalah untuk mempercepat laju pertumbuhan dan

pendapatan nasional. Di sisi lain, penyebaran pertumbuhan

pendapatan tersebut masih sangat terbatas jangkauannya.

Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan Produk

Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto, terlepas dari apakah peningkatanya lebih

besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau pembangunan

struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad. 2010).

2.1.6 Teori Pertumbuhan Ekonomi

1. Teori Ekonomi Klasik, Adam Smith

Menurut Arsyad (1997) bahwa inti dari proses pertumbuhan ekonomi

dikelompokan kedalam dua aspek utama pertumbuhan ekonomi yaitu, output


15

(GDP) total dan penduduk. Dua faktor penunjang penting dibalik proses

akumulasi kapital yaitu makin meluasnya pasar (M) dan adanya tingkat

keuntungan diatas tingkat keuntungan minimal. Keduanya saling berkaitan antara

satu dan lainnya, meluasnya pasar berarti bisa dipertahankan tingkat keuntungan

pada tingkat tinggi. Perluasan pasar merupakan syarat utama dalam kelangsungan

proses akumulasi kapital. Potensi pasar akan tercapai apabila setiap warga negara

diberikan kebebasan dalam melakukan kegiatan ekonominya. Ambang

pertumbuhan permintaan terhadap tenaga kerja ditentukan oleh dua faktor yaitu,

tingkat pertumbuhan stok modal (akumulasi kapital) dan tingkat pertumbuhan

output.

Smith (1973) berpendapat bahwa sumber daya alam yang tersedia

merupakan salah satu wadah yang paling mendasar dalam kegiatan produksi

masyarakat. Banyaknya sumber daya alam yang tersedia merupakan “batas

maksimum” bagi suatu perekonomian untuk tumbuh. Jika sumber daya tidak

dimanfaatkan sepenuhnya maka jumlah penduduk dan stok modal yang tersedia

akan berpengaruh dalam pertumbuhan output. Produksi akan berhenti tumbuh

ketika telah digunakan sepenuhnya. Sumber daya manusia (jumlah penduduk)

mempunyai peranan yang pasif dalam proses pertumbuhan output. Persediaan

modal adalah unsur produksi yang secara aktif menentukan tingkat output peranan

sentral dalam proses pertumbuhan output. Stok modal (K) memiliki dua efek

langsung dimana peningkatan K (diikuti dengan peningkatan kerja) meningkatkan

Q. Efek tidak langsungnya adalah peningkatan produktivitas perkapita dengan

memungkinkan tingkat spesialisasi dan pembagian kerja yang lebih besar. Proses

pertumbuhan output akan terjadi berulang dalam tahun-tahun selanjutnya sampai


16

“batas atas” dimungkinkan sumber daya alam yang tersedia. Dalam tahap ini

proses pertumbuhan berhenti dan perekonomian sudah mencapai posisi Stasioner

(Stationary State). Pada posisi ini seluruh proses pertumbuhan akan berhenti.

Pertumbuhan penduduk adalah aspek kedua dari pertumbuhan ekonomi

yang mana bersifat pasif dalam proses pertumbuhan output nya, dalam arti bahwa

dalam jangka panjang berapapun jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk

proses produksi akan tersedia melalui pertumbuhan penduduk. Populasi akan

tumbuh apabila tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsisten.

Sedangkan tingkat upah sendiri ditentukan oleh tarik-menarik antara kekuatan

penawaran dan permintaannya. Tingkat upah akan tinggi, jika terdapat permintaan

akan tenaga kerja tumbuh lebih cepat daripada penawaran dan begitupun

sebaliknya. Tingkat upah terus turun dan jatuh dibawah tingkat upah subsisten.

sehingga pertumbuhan penduduk akan menjadi negatif. Pada tingkat upah

subsisten, jumlah penduduk konstan. Permintaan terhadap tenaga kerja ditentukan

oleh persedian modal (K) dan tingkat output masyarakat (Q), sebab tenaga kerja

“diminta” karena dibutuhkan dalam proses produksi.

2. Teori Ekonomi Neo Klasik

Teori pertumbuhan neo klasik merupakan salah satu teori perkembangan

dari teori ekonomi klasik yang telah lebih dulu diperkenalkan oleh Adam Smith

pada karyanya ”The Wealth of Nations”(1776). Menurut Todaro (2000), teori

pertumbuhan neo yang ada yakni teori Robert Solow dan T. W. Swan bahwasanya

terdapat tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonom, yaitu :
17

1. Akumulasi modal, meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang

ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, modal dan sumber daya manusia.

2. Pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selanjutnya akan

memperbanyak jumlah angkatan kerja.

3. Kemajuan teknologi, yang berpengaruh pada proses produksi.

Pertumbuhan ekonomi juga merupakan upaya peningkatan kapasitas

produksi untuk mencapai tambahan output, yang diukur menggunakan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Produk Domestik Bruto

(PDB).

3. Teori Ekonomi Thomas Robert Malthus

Malthus (1834) menitikberatkan pada perkembangan kesejahteraan suatu

negara, yaitu pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai dengan meningkatkan

kesejahteraan suatu negara. Kesejahteraan suatu negara sebagian tergantung pada

jumlah output yang dihasilkan oleh tenaga kerja dan nilai produk tersebut.

2.1.7 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Menurut Boediono (1992) mengemukakan, bahwa pertumbuhan ekonomi

dalam suatu wilayah merupakan suatu proses kenaikan output dalam jangka

panjang. Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertumbuhan pendapatan

masyarakat, dimana nilai tambah wilayah tersebut mengalami peningkatan.

Kenaikan pendapatan itu diukur dalam nilai riil atau berdasarkan harga konstan.

Teori pertumbuhan ekonomi wilayah digunakan untuk menganalisis wilayah

sebagai sistem ekonomi terbuka yang dihubungkan dengan wilayah lain melalui

arus faktor produksi dan pertukaran barang. Pembangunan akan mempengaruhi


18

pertumbuhan wilayah lain dalam bentuk permintaan sektoral terhadap wilayah

lain yang mendorong pembangunan wilayah tersebut, atau pembangunan ekonomi

wilayah lain akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi di suatu wilayah dan

interelasinya. Adapun macam-macam teori pertumbuhan ekonomi sebagai

berikut:

1. Teori Tempat Sentral

Teori tempat central (central place theory), bahwa hirarki (hierarchy of

places) setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil,

dengan menyediakan sumberdaya (industri dan bahan baku). Tempat sentral

merupakan pemukiman jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.

Teori diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah, baik perkotaan maupun

perdesaan. Misalnya perlu melakukan perbedaan fungsi antara daerah daerah yang

berbatasan. Beberapa daerah bisa menjadi wilayah penyedia jasa sedangkan

lainnya hanya sebagai daerah pemukiman (Arsyad lincolin 2002:117).

2. Teori Jalur cepat Turnpike

Menurut Tarigan (2005), Samuelson memperkenalkan teori Turnpike

(Pertumbuhan jalur cepat) pada tahun 1955. Teori ini menyatakan bahwa daerah

harus mencari sektor/bahan baku dengan potensi besar yang dapat dikembangkan

dengan cepat, karena potensi alam atau sektor tersebut memiliki keunggulan

kompetitif yang perlu dikembangkan untuk menghasilkan nilai tambah yang

tinggi dengan kebutuhan modal yang sama, dapat berproduksi dalam waktu yang

relatif singkat dan kontribusinya terhadap perekonomian juga cukup besar.

Perkembangan suatu sektor akan mendorong berkembangnya sektor-sektor


19

lainnya, sehingga perekonomian secara keseluruhan tumbuh. Sinergi sektor harus

menghubungkan sektor satu sama lain dan saling mendukung, dengan

memadukan kebijakan jalur cepat Turnpike akan meningkatkan laju pertumbuhan

perekonomian.

Laju pertumbuhan ekonomi adalah proses peningkatan output perkapita

dalam jangka panjang. Fokusnya terdapat pada tiga aspek, yaitu : proses, output

perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah sebuah proses, bukan

suatu gambaran ekonomi pada suatu waktu. Disini kita melihat dan menganalisis

aspek dinamis dari suatu ekonomi, yaitu bagaimana suatu perekonomian

berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Menurut Kuznets dalam Jhingan

(2012) ekonomi adalah peningkatan jangka panjang dalam kemampuan daerah

yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada

penduduknya. Peningkatan kapasitas dimungkinkan berkat adanya kemajuan

teknologi, institusional dan ideologi terhadap berbagai keadaan yang ada.

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah kenaikan pendapatan masyarakat yang

terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (Value Added) yang

diukur dalam nilai riil. yaitu dalam harga konstan.

Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi wilayah akan lebih cepat

apabila memiliki keuntungan absolute yang kaya akan sumber daya alam dan

memiliki keuntungan komparatif jika wilayah tersebut lebih efisien dibandingkan

wilayah lain dalam melakukan kegiatan produksi dan perdagangan. Teori

pertumbuhan ekonomi wilayah menganalisis suatu daerah sebagai sistem ekonomi

terbuka yang dihubungkan oleh wilayah lain melalui faktor-faktor produksi dan

pertukaran komoditas. Pembangunan dalam suatu wilayah akan mempengaruhi


20

pertumbuhan daerah lain dalam bentuk permintaan sektor untuk wilayah lain yang

akan mendorong pembangunan wilayah atau suatu pembangunan ekonomi dari

wilayah lain akan mengurangi tingkat kegiatan ekonomi di suatu wilayah serta

interelasi.

2.1.8 Indikator Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Menurut teori Rahardjo Adisasmita (2013), ada beberapa indikator yang

dapat digunakan sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi suatu wilayah:

1. Ketidakseimbangan pendapatan dengan mutlak didistribusikan secara adil,

80% populasi terbawah akan menerima 80% dari total pendapatan,

sedangkan 20% populasi teratas menerima 20% total pendapatan. Menurut

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), komposisi kelompok penduduk dibagi

menjadi tiga, yaitu 40% penduduk terbawah, 40% penduduk menengah.

dan 20% penduduk teratas. Indikator ketimpangan pendapatan dapat

digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu

wilayah.

2. Perubahan struktur perekonomian dalam masyarakat yang maju,

pembangunan ekonomi yang dilaksanakan akan mengakibatkan perubahan

struktur perekonomian, dimana kecenderungan kontribusi (peran) sektor

pertanian terhadap nilai PDRB akan menurun, sedangkan kontribusi sektor

industri akan meningkat. Sektor industri memegang peranan yang sangat

penting dalam pembangunan nasional dan daerah, dapat menawarkan

kesempatan kerja yang luas, memberikan pendapatan yang lebih tinggi dan

menghasilkan devisa melalui ekspor.


21

3. Pertumbuhan kesempatan kerja, masalah ketenagakerjaan dan kesempatan

kerja merupakan salah satu masalah strategis dan mendesak di Indonesia.

Untuk mengatasi krisis ekonomi tersebut, diperlukan peranan pemerintah,

salah satu langkah strategis dapat ditempuh dengan pembangunan

infrastruktur (jalan, jalan tol, jembatan dll).

4. Tingkat dan penyebaran kemudahan bagi masyarakat dalam memenuhi

kebutuhannya, baik memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (seperti

sandang, pangan, papan, pelayanan pendidikan dan kesehatan, kesempatan

melakukan ibadah, rekreasi dan sebagainya), maupun pemenuhan

kebutuhan kegiatan komersial (seperti memperoleh bahan baku, bahan

penolong, suku cadang, listrik, air bersih) dan jasa-jasa (seperti jasa

transportasi, pemasaran, perbankan) dan layanan lainnya.

5. Produk Domestik Regional Bruto, salah satu konsep yang sangat penting

dalam pembangunan ekonomi regional (wilayah). Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) adalah nilai total barang dan jasa yang dihasilkan

oleh semua entitas ekonomi di suatu wilayah dalam waktu tertentu,

terlepas dari faktor kepemilikannya. Pertumbuhan ekonomi merupakan

akibat dari kenaikan PDRB atas dasar harga konstan yang mencerminkan

peningkatan produksi barang dan jasa dari satu tahun ke tahun berikutnya.

2.1.9 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro (2000), ada empat faktor yang mendorong pertumbuhan

ekonomi di suatu negara. yaitu;

1. Akumulasi modal (Capital Accumulation), semua jenis investasi baru

dapat meningkatkan kualitas yang memiliki efek positif pada angka


22

produksi. Akumulasi modal terjadi ketika sebagian pendapatan

diinvestasikan kembali dengan tujuan meningkatkan produksi atau

pendapatan di masa depan.

2. Pertumbuhan penduduk (Growth In Population), pertumbuhan penduduk

yang diikuti oleh pertumbuhan angkatan kerja sebagai salah satu faktor

positif pendorong pertumbuhan ekonomi. Artinya, pertumbuhan

penduduk akan meningkatkan produktivitas yang akan menyebabkan

pertumbuhan pasar domestik lebih tinggi. Tetapi positif atau negatifnya

pertumbuhan penduduk dalam pembangunan ekonomi sepenuhnya

bergantung pada kemampuan sistem ekonomi untuk menyerap tenaga

kerja tambahan.

3. Kemajuan teknologi (Technological Progress), merupakan sumber utama

pertumbuhan ekonomi, karena dengan kemajuan teknologi ditemukan

cara-cara baru atau teknologi baru untuk menggantikan cara-cara lama

pertumbuhan ekonomi yang meningkat pesat.

4. Sumber Daya Alam, dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di

dalam suatu wilayah. Sumber daya alam yang dimiliki pada suatu

wilayah sesuai dalam kondisi iklim dan lingkungan di dalam wilayah

tersebut. Wilayah yang mempunyai banyak sumber daya alam bisa

menikmati pertumbuhan yang baik dibanding negara-negara yang sumber

daya alam sedikit.

2.1.10 Analisis Potensi Perekonomian Wilayah

Terdapat lima pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis

potensi perekonomian wilayah, seperti analisis Location Quotient (LQ), analisis


23

Shift-Share, analisis Tipologi Klassen, analisis Overlay dan analisis Model Rasio

Pertumbuhan (MRP).

2.1.6.1 Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient (LQ) merupakan suatu analisis yang digunakan

untuk mengetahui besarnya tingkat peranan sektor-sektor ekonomi/industri di

suatu wilayah yang memanfaatkan sektor basis atau leading sektor. Menurut Hood

(1998 dalam Hendayana 2003), menyatakan bahwa Location Quotient adalah

suatu alat pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan

dan keterbatasannya. LQ menghitung perbandingan share output sektor i di

kabupaten/kota dan share out sektor i di Provinsi. Sektor unggulan disini berarti

sektor bisnis yang tidak akan habis apabila dieksploitasi oleh pemerintah wilayah.

Di dalam kegiatan ekonomi dibagi kedalam 2 golongan, yaitu :

1. Sektor Basis

Menurut Arsyad (1999:116), teori basis ekonomi menetapkan bahwa

faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah berhubungan

langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar wilayah. Kegiatan

sektor basis yang menentukan pembangunan daerah secara keseluruhan,

sedangkan kegiatan sektor non basis merupakan sektor sekunder (city plowing)

yang artinya tergantung pada pembangunan yang dihasilkan. Teori basis ekonomi

berupaya untuk menemukan dan mengenali aktivitas dasar suatu wilayah,

memprediksi aktivitas tersebut dan menganalisis efek tambahan dari aktivitas

ekspor. Dalam menganalisis basis ekonomi suatu wilayah dan menentukan

seberapa terspesialisasinya sektor utama atau unggulan (leading sektor) digunakan

alat analisis LQ.


24

2. Sektor Non Basis

Kegiatan sektor yang melayani pasar hanya di daerah tersebut. Asumsi

utama dalam analisis LQ adalah bahwa semua penduduk di setiap wilayah

memiliki struktur permintaan yang sama dengan struktur permintaan pada tingkat

wilayah referensi. masing-masing industri menghasilkan barang yang sama

(homogeny) pada setiap sektor dan produktivitas tenaga kerja yang sama.

2.1.6.2 Shift and Share

Analisis Shift-Share merupakan salah satu teknik kuantitatif

yang digunakan untuk menganalisis peranan atau perubahan suatu sektor di

daerah menjadi sektor yang sama dalam perekonomian nasional. Menurut Tarigan

(2005) analisis ini membandingkan tingkat pertumbuhan suatu sektor di

wilayah/daerah yang kecil terhadap wilayah yang lebih luas. Analisis Shift-

Share dikelompokan kedalam tiga komponen (Arsyad 2015:390), yaitu :

1. National share, untuk melihat bagaimana pengaruh pertumbuhan

ekonomi nasional mempengaruhi pertumbuhan daerah.

2. Proportional shift, untuk mengukur perubahan pertumbuhan atau

penurunan suatu wilayah yang lebih kecil dibandingkan dengan

perekonomian wilayah yang lebih besar yang dijadikan referensi.

3. Differential shift, untuk mengetahui sejauh mana daya saing sektor

ekonomi di daerah dengan perekonomian yang cakupannya lebih besar

yang dijadikan referensi.

2.1.6.3 Tipologi Klassen

Analisis Tipologi Klassen merupakan alat analisis yang digunakan untuk

menggambarkan suatu pola dan struktur pertumbuhan ekonomi pada masing-


25

masing wilayah (Sjafrizal. 2008:180). Tipologi Klassen membagi daerah

berdasarkan dua indikator utama, yaitu laju pertumbuhan ekonomi daerah dan

pendapatan perkapita dengan menentukan laju pertumbuhan ekonomi sebagai

sumbu vertikal dan PDRB perkapita sebagai sumbu horizontal. Kuncoro (2000)

menjelaskan bahwa analisis Tipologi Klassen memperoleh empat karakteristik

pertumbuhan masing-masing wilayah, yaitu wilayah maju dan tumbuh cepat

(rapid growth region), daerah maju tetapi tertekan (retarded region), daerah yang

sedang tumbuh (growing region) dan daerah relatif tertinggal (relatively

backward region).

2.1.6.4 Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Analisis Model Rasio Pertumbuhan adalah analisis yang digunakan untuk

mengetahui perbandingan besarnya pendapatan pada suatu sektor ekonomi pada

ruang lingkup wilayah yang kecil dengan ruang lingkup wilayah yang besar.

Yusuf (1999: 221-223) menganjurkan penggunaan lebih dari satu alat analisis

dalam mengidentifikasi kegiatan ekonomi unggulan suatu wilayah. Untuk itu

dipakailah Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dalam penelitian ini untuk

menganalisis sektor ekonomi unggulan. Model ini merupakan modifikasi lebih

lanjut dari analisis Shift-Share. Terdapat dua rasio pertumbuhan dalam analisis

tersebut, yaitu : Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) dan Rasio Pertumbuhan

Wilayah Referensi (Rasio Pertumbuhan Wilayah RPR). Kemudian kedua rasio

pertumbuhan tersebut di Overlay dengan analisis Location Quotient untuk

mendapatkan deskripsi kegiatan ekonomi potensial dari suatu wilayah.

2.1.6.5 Analisis Overlay


26

Analisis ini digunakan untuk memetakan sektor ekonomi unggulan yang

dapat menjadi sektor prioritas untuk dikembangkan. Analisis Overlay berperan

dalam pemberian hasil kesimpulan atas perhitungan yang telah dilakukan

sebelumnya (Hendra Perdana, 2019). Hasil analisis Overlay akan diambil

berdasarkan kesamaan koefisien antara analisis LQ, Shift-Share, Tipologi Klassen,

dan Model Rasio Pertumbuhan (Huda & Cahyono, 2021). Analisis ini selanjutnya

akan melakukan pengelompokkan sektor unggulan berdasarkan tingkat

keunggulannya menurut Tipologi Klassen. Memetakan sektor ekonomi unggulan

yang dapat menjadi sektor prioritas untuk dikembangkan. Analisis Overlay

dimaksudkan untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial

berdasarkan kriteria pertumbuhan dan kriteria kontribusi. Menurut Yusuf

(1999:229) terdapat empat kemungkinan dalam analisis Overlay, yaitu :

1. Pertumbuhan (e) dan kontribusi (+), menunjukkan suatu kegiatan yang

sangat dominan baik dari pertumbuhan maupun dari kontribusi.

2. Pertumbuhan (+) dan kontribusi (-), menunjukkan suatu kegiatan yang

pertumbuhannya dominan tetapi kontribusinya kecil. Kegiatan ini dapat

di tingkatkan kontribusinya untuk dipacu menjadi kegiatan yang

dominan.

3. Pertumbuhan (-) dan kontribusi (+), menunjukkan suatu kegiatan yang

pertumbuhan nya kecil tetapi kontribusinya besar. Kegiatan ini sangat

memungkinkan merupakan kegiatan yang sedang mengalami penurunan.

4. Pertumbuhan (-) dan kontribusi (-), menunjukkan suatu kegiatan yang

tidak potensial baik dari kriteria pertumbuhan maupun kriteria kontribusi.

2.1.11 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


27

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah dari nilai

produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi dalam

suatu wilayah pada suatu periode tertentu dan dihitung dalam kurun waktu satu

tahun (Kuncoro, 2004). Secara konsep, estimasi perhitungan nilai dari PDRB

menggunakan pendekatan atas dasar harga konstan (at constant prices) maupun

atas dasar harga berlaku (at current prices). Baik PDRB atas dasar harga konstan

maupun atas dasar harga berlaku keduanya memiliki interpretasi data yang

berbeda.

PDRB adalah jumlah dari nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit

usaha didalam suatu wilayah tertentu atau juga bisa diartikan sebagai jumlah nilai

barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas

dasar harga konstan menunjukan nilai tambah dari barang dan jasa yang dapat

dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar

perhitungannya sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku menunjukan nilai

tambah barang dan jasa yang dapat dihitung dengan menggunakan harga pada

setiap tahunnya.

Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar harga

konstan maupun atas dasar harga berlaku menjadi salah satu indikator guna

mengetahui kondisi ekonomi pada suatu daerah. Jumlah nilai tambah yang

dihasilkan seluruh unit usaha pada suatu daerah merupakan PDRB ataupun hasil

akhir dari barang dan jasa yang telah dihasilkan seluruh unit usaha pada suatu

daerah (BPS). PDRB atas dasar harga berlaku yakni perhitungan PDRB yang

menggunakan harga pada tahun berjalan atau pun harga yang berlaku pada setiap

tahun perhitungannya masih dengan adanya faktor inflasi di dalamnya, digunakan


28

untuk melihat pergeseran pada struktur ekonomi. PDRB atas dasar harga konstan

yakni perhitungan PDRB yang berdasarkan harga konstan pada tahun tertentu

namun dengan mengabaikan faktor inflasi di dalamnya, digunakan untuk

mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (Kuncoro, 2004). PDRB

merupakan salah satu yang menjadi indikator untuk mengukur tingkat

keberhasilan pemerintah di dalam melakukan pembangunan.

1. PDRB atas dasar harga berlaku (at current market prices) atau nominal

merupakan PDRB yang dinilai atas dasar harga berlaku pada tahun-tahun

yang bersangkutan dengan memperhitungkan inflasi yang terjadi pada

tahun tersebut (Laporan Sosial Indonesia, 2007).

2. PDRB atas dasar harga konstan (at constant prices) atau harga riil

merupakan PDRB atas dasar harga berlaku, namun tingkat perubahan

harganya telah dikeluarkan. Peningkatan besarnya nilai PDRB dapat

digunakan untuk menunjukan laju pertumbuhan ekonomi secara

keseluruhan maupun setiap sektornya. Dapat bermanfaat untuk mengukur

laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri.

3. PDRB menurut penggunaan merupakan PDRB yang dilihat dari sisi

penggunaan yakni dimana PDRB tersebut dapat menggambarkan

kemampuan pada suatu daerah dalam memanfaatkan, menggunakan dan

mengalokasikan kembali hasil dari proses produksi pada wilayahnya baik

untuk keperluan konsumsi, investasi maupun untuk memenuhi kebutuhan

atau permintaan di gambaran rinci mengenai kinerja ekonomi daerah.

4. PDRB menurut produksi, jumlah dari nilai tambah atas barang yang jasa

yang telah dihasilkan oleh berbagai unit produksi pada suatu daerah
29

dalam jangka waktu tertentu (biasanya dalam satu tahun). PDRB

merupakan balas jasa (seperti upah atau gaji, bunga, sewa tanah dan

keuntungan, semuanya belum dilakukan potong pajak penghasilan dan

pajak langsung lainnya) yang telah diterima oleh faktor-faktor produksi

yang ikut serta dalam proses produksi pada suatu daerah dalam jangka

waktu tertentu (biasanya dalam satu tahun). PDRB juga mencakup

penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung

dikurangi subsidi).

2.1.12 Ruang Lingkup PDRB

Badan Pusat Statistik (BPS) telah melakukan perubahan tahun dasar

dalam penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun 2000

menjadi tahun 2010. Perubahan tahun dasar dilakukan karena selama sepuluh

tahun terakhir telah terjadi banyak perubahan baik pada tatanan global maupun

lokal yang berpengaruh pada perekonomian nasional. PDRB tahun dasar 2010

berpedoman pada Sistem Neraca Nasional (SNN) 2008. SNN 2008 adalah

rekomendasi internasional tentang bagaimana menyusun ukuran aktivitas

ekonomi yang sesuai dengan standar neraca baku yang didasarkan pada prinsip-

prinsip ekonomi. Perubahan juga dilakukan pada pembaharuan konsep definisi,

klasifikasi, cakupan dan metodologi. Klasifikasi lapangan usaha terbagi dalam 17

kategori, setiap kategori dirinci lagi menjadi beberapa subkategori, yaitu sebagai

berikut:

1) Kategori A : Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang terdiri dari 3

subkategori yaitu Subkategori Pertanian, Peternakan, Perburuan dan


30

Jasa Pertanian; Subkategori Kehutanan dan Penebangan Kayu; serta

Subkategori Perikanan.

2) Kategori B : Pertambangan dan Penggalian meliputi 4 subkategori yaitu

Subkategori Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi; Subkategori

Pertambangan Batubara dan Lignit; Subkategori Pertambangan Bijih

Logam serta Subkategori Pertambangan dan Penggalian Lainnya.

3) Kategori C : Industri Pengolahan terdiri dari 16 subkategori yaitu

Subkategori Industri Pengolahan Batubara dan Pengilangan Minyak dan

Gas Bumi; Subkategori Industri Makanan dan Minuman; Subkategori

Industri Pengolahan Tembakau; Subkategori Industri Tekstil dan

Pakaian Jadi; Subkategori Industri Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas

Kaki; Subkategori Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus, dan

Barang Anyaman; Subkategori Industri Kertas dan Barang dari Kertas,

Percetakan, dan Reproduksi Media Rekam; Subkategori Industri Kimia,

Farmasi, dan Obat Tradisional; Subkategori Industri Karet, Barang dari

Karet, dan Plastik; Subkategori Industri Barang Galian Bukan Logam;

Subkategori Industri Logam Dasar; Subkategori Industri Barang

Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik, dan Peralatan Listrik;

Subkategori Industri Mesin dan Perlengkapan; Subkategori Industri

Alat Angkutan; Subkategori Industri Furnitur; dan Subkategori Industri

Pengolahan Lainnya, Jasa Reparasi, dan Pemasangan Mesin dan

Peralatan.

4) Kategori D : Pengadaan Listrik dan Gas terdiri dari Subkategori

Ketenagalistrikan; dan Subkategori Pengadaan Gas dan Produksi Es.


31

5) Kategori E : Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, Daur

Ulang.

6) Kategori F : Konstruksi.

7) Kategori G : Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor terdiri dari Subkategori Perdagangan Mobil, Sepeda

Motor dan Reparasinya dan Subkategori Perdagangan Besar dan

Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor.

8) Kategori H : Transportasi dan Pergudangan terdiri dari 6 subkategori

yaitu Subkategori Angkutan Rel, Subkategori Angkutan Darat;

Subkategori Angkutan Laut; Subkategori Angkutan Sungai, Danau, dan

Penyeberangan; Subkategori Angkutan Udara; Subkategori Jasa

Penunjang Angkutan, Pergudangan dan Pos dan Kurir.

9) Kategori I : Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum terdiri dari

Subkategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum.

10) Kategori J : Informasi dan Komunikasi.

11) Kategori K : Jasa Keuangan dan Asuransi terdiri dari 4 subkategori

yaitu Jasa Perantara Keuangan, Asuransi dan Dana Pensiun, Jasa

Keuangan Lainnya dan Jasa Penunjang Keuangan.

12) Kategori L : Real Estat.

13) Kategori (M, N) : Jasa Perusahaan.

14) Kategori O : Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

15) Kategori P : Jasa Pendidikan

16) Kategori Q : Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial


32

17) Kategori (R, S, T, U) : Jasa Lainnya

2.1.13 Analisis Sektor Unggulan

Perbedaan pada tingkat pembangunan yang didasarkan atas potensi yang

dimiliki pada suatu daerah, akan berdampak pada terjadinya perbedaan sektor

dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan hal

tersebut maka secara hipotesis dapat dirumuskan bahwa semakin besarnya

peranan potensi pada sektor ekonomi yang dimiliki maka nilai tambah dan laju

terhadap pertumbuhan PDRB akan semakin tinggi pada daerah tersebut.

Menurut Rachbini (2001) data PDRB merupakan informasi yang sangat

penting untuk mengetahui output pada sektor ekonomi serta melihat pertumbuhan

pada suatu wilayah tertentu. Dengan adanya data PDRB, maka akan dapat

ditentukan sektor unggulan di suatu daerah. Sektor unggulan adalah satu

sektor/sub sektor yang dapat mendorong kegiatan ekonomi serta menciptakan

kesejahteraan melalui kegiatan produksi, ekspor dan penciptaan lapangan

pekerjaan, identifikasi sektor unggulan sangat penting terutama dalam rangka

menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi. Permasalahan

pokok di dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan kebijakan-

kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang

bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber

daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif yang berasal

dari daerah tersebut dalam proses pembangunan guna menciptakan kesempatan

kerja baru dan merangsang peningkatan ekonomi (Arsyad, 1999:109).

2.1.14 Analisis Keterkaitan Antar Sektor


33

Menurut Tarigan (2005) keterkaitan antar sektor yang luas, terjadi

perubahan yang berasal dari permintaan pada salah satu sektor, misalkan

perubahan outputnya terjadi peningkatan maupun penurunan maka akan

memberikan dampak pada sektor yang lain atau beberapa sektor sekaligus.

Apabila terjadi perubahan permintaan akhir pada suatu sektor, akan merubah

permintaan (input) dari berbagai sektor dan perubahan tersebut akan berlangsung

dalam beberapa periode. Keterkaitan antar sektor atau juga dapat dikatakan

sebagai keterkaitan spektrum luas. Teori mengenai keterkaitan berspektrum luas

merupakan hasil dari Haggblade dan Hazell (1989); Haggblade, hazel dan Brown

(1989); Haggblade, Hammer dan Hazell (1991); serta Delgade (1994) yang

dijelaskan kembali oleh Suryana (1998). Maksud antar sektor ekonomi dapat

terjadi melalui empat media yang diuraikan oleh Suryana (1998) sebagai

penjelasan berikut :

a. Keterkaitan konsumsi, tercipta atas nilai tambah yang diperoleh dari

suatu sektor untuk membeli produk dari industri lain guna memenuhi

kebutuhan rumah tangga. Keterkaitan konsumsi dapat diartikan sebagai

penciptaan permintaan produk yang telah dihasilkan oleh berbagai

industri.

b. Keterkaitan produk, keterkaitan terjadi melalui penggunaan produk

industri sebagai bahan baku industri dan penggunaan produk bahan baku

bagi industri-industri lainnya. Keterkaitan yang tercipta karena suatu

industri menggunakan produk dari industri lain sebagai bahan baku

disebut keterkaitan ke belakang. Keterkaitan yang tercipta karena produk


34

industri dipergunakan sebagai bahan baku bagi industri yang lain disebut

keterkaitan ke depan.

c. Keterkaitan investasi, hal ini tercipta karena nilai tambah dari suatu

sektor digunakan untuk membeli barang modal dalam rangka

meningkatkan kapasitas produksi dari berbagai sektor. Keterkaitan

investasi ditentukan oleh besarnya nilai tambah serta kecenderungan

untuk berinvestasi MPI (Marginal Propensity to Invest). Karena anggaran

untuk melakukan konsumsi ataupun berinvestasi berasal dari nilai

tambah maka MPI dan MPC (Marginal Propensity to Consume) biasanya

berhubungan terbalik: apabila MPI bernilai besar maka MPC akan

bernilai kecil.

d. Keterkaitan fiscal, merupakan keterkaitan yang tercipta karena adanya

pajak yang ditarik dari suatu sektor untuk dipergunakan membiayai

investasi dan pelayanan pemerintah yang berperan dalam meningkatkan

produksi pada sektor-sektor lainnya. Dalam prakteknya kaitan fiskal sulit

untuk dilacak secara empiris karena pada umumnya pajak akan ditarik

dan dikumpulkan oleh pemerintah.

Menurut Hazell dan Roell (1983) dalam Suryana et al (1998) faktor lokasi

merupakan faktor yang menentukan besarnya keterkaitan antar sektor. Pertama

keterkaitan produk akan lebih tinggi jika sektor yang berhubungan berada dalam

lokasi yang berdekatan. Keterkaitan konsumsi juga berhubungan dengan lokasi.


35

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2. 1 Hasil Penelitian Terdahulu


Nama dan Hasil Penelitian
No Judul Penelitian Alat Analisis
Tahun Terdahulu
1 Rizkia Analisis Sektor-Sektor  Location Perekonomian banjarbaru
Machmudah Unggulan Quotient didominasi sektor
(2013) Perekonomian Kota  Shift-Share Perdagangan. Hotel dan
Banjarbaru Tahun Restoran begitu menonjol
(2005-2011) dari tahun ke tahun.
tentunya didasarkan pada
perkembangan kota
Banjarbaru yang terus
bertumbuh seiring dengan
perkembangannya
pembangunan yang
terjadi di Provinsi
Kalimantan Selatan
secara keseluruhan.
sehingga berakibat pada
perubahan struktur
perekonomian Kota
Banjarbaru.. kemajuan
tersebut sejalan dengan
visi dan misi yang
dimiliki pemerintah
daerah yang ditujukan
untuk meningkatkan
perekonomian daerah dan
investasi pada daerah ini.
2 Juarsa Badri Analisis Potensi dan  Dynamic LQ Perkembangan
(2015) Pertumbuhan Ekonomi  Static LQ pembangunan ekonomi
Kabupaten Solok Kab. Solok dari tahun
2000 hingga 2009
mengalami peningkatan
yang cukup signifikan.
Sektor-sektor ekonomi
potensial seperti sektor
pertambangan,penggalian,
pertanian serta sektor
pembangunan. Terjadi
peningkatan
kesejahteraan masyarakat
yang tercermin dari
tingkat pendapatan
perkapita, disebabkan
meningkatnya kualitas
pelayanan yang diberikan
oleh pemerintah Kab.
Solok.
3 Srikandi Analisis Potensi  Shift-Share Berdasarkan perhitungan
36

Pantow.dkk Unggulan dan Daya analisis Location


(2015) Saing Sub Sektor Quotient (LQ). Kab.
Pertanian di Kabupaten Minahasa mempunyai dua
Minahasa sub sektor unggulan
untuk dapat
mengembangkan
perekonomian daerah.
yaitu sib sektor tanaman
bahan pangan dan sub
sektor peternakan. Kedua
sub sektor ini berpotensi
untuk dikembangkan dan
dapat dijadikan sebagai
sumber daya untuk
digunakan membangun
perekonomian Kab.
Minahasa karena
memiliki keunggulan
komparatif dan menjadi
sumber pertumbuhan
perekonomian.
4 Riska Analisis Kinerja Sektor  Location Berdasarkan analisis LQ.
Novitasari Pertanian Dalam Quotient sub sektor pertanian yang
(2017) Perekonomian Wilayah  Dynamic LQ menjadi sub sektor basis
Di Kota Banjar  Shift-Share dari tahun 2009-2013
adalah sub sektor
perkebunan dan
peternakan. Sedangkan
sub sektor yang menjadi
sub sektor non basis
adalah sub sektor
tanaman bahan makanan.
kehutanan serta
perikanan.
5 Steeva Analisis Potensi  Location Berdasarkan hasil
Tumangkeng Ekonomi Di Sektor dan Quotient perhitungan LQ periode
(2018) Sub Sektor Pertanian.  Shift-Share 2010-2016 di Kota
Kehutanan dan Tomohon memiliki sektor
Perikanan Kota basis yakni sub sektor
Tomohon Pertanian. Peternakan.
Perburuan dan Jasa
Pertanian dengan nilai LQ
rata-rata sebesar 1.38%
dan juga memiliki LQ>1
adalah tanaman
Hortikultura yang
memiliki nilai LQ rata-
rata 2.32% kemudian seb
sektor peternakan dengan
nilai 2.74% serta yang
terakhir sub sektor jasa
pertanian dan perburuan
37

yang memiliki nilai LQ


rata-rata 1.38%.
6 Siti Analisis Sektor-Sektor  Location Berdasarkan
Nurfaridah Unggulan Quotient perbandingan analisis LQ.
(2022) Perekonomian  Shift-Share Shift Share dan MRP
Kabupaten Pulang Pisau  Analisis terdapat 4 sektor yang
Tahun 2010-2020 Model Rasio menjadi sektor unggulan
(MRP) di Kabupaten Pulang
Pisau. Sektor-sektor
tersebut adalah sektor
Pertanian kehutanan dan
perikanan. Kontruksi.
Penyedia akomodasi &
makan minum dan sektor
Informasi dan
komunikasi.
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya. Penelitian ini dapat

dikembangkan dengan adanya referensi dan pedoman dari beberapa penelitian

terdahulu yang memiliki keterkaitan variabel antara satu dan yang lain. Terdapat

beberapa perbedaan dalam penelitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu.

letak perbedaan terdapat dalam:

1. Rumusan Masalah dan Hipotesis Penelitian

2. Lokasi penelitian

Penelitian terdahulu lebih banyak dilakukan di tingkat Nasional

adapun di tingkat regional

3. Rentang waktu penelitian/rentang waktu pengamatan

Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan dari tahun 2010-

2021 yaitu dalam kurun waktu 11 tahun yang terfokus pada Kabupaten

Kotawaringin Barat.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dibuat untuk mempermudah proses penelitian karena

mencakup tujuan dari penelitian itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah
38

untuk mengetahui daerah yang memiliki pertumbuhan yang pesat dan daerah yang

mengalami kesenjangan ekonomi. Untuk mengetahui arah pemikiran penulis.

maka dibuat konseptual pada Gambar 2.1.

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan


Sektor Potensi Unggulan Guna
Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Kabupaten Kotawaringin Barat,
Provinsi Kalimantan Tengah

Analisis Shift- Tipologi Analisis Analisis


LQ Share Klassen Overlay MRP

 LQ >1  National  Daerah Maju  Pertum  Rasio


Sektor Tumbuh bu-han Pertumbuhan
share,
Basis Cepat,  Kon- Wilayah
 LQ <1  Proportional  Daerah Maju tribusi STUDI (RPs)
Sektor Tapi Tertekan,  Rasio
shift
Non  Daerah sedang Pertumbuhan
Basis  Differential Tumbuh, Wilayah
 Daerah Relatif Referensi
shift.
Tertinggal. (Rasio
Pertumbuhan
Wilayah RPR)

Hasil Sektor Basis dan


Potensial

Kesimpulan Dan Saran

Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual

Analisis mengenai faktor penentu dari pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Kotawaringin Barat dibutuhkan sebagai dasar utama untuk perumusan

dari kebijakan pembangunan ekonomi pada masa mendatang. Produk Domestik


39

Regional Bruto (PDRB) dapat dijadikan sebagai ukuran kinerja makro dari

kegiatan ekonomi pada suatu daerah. PDRB dapat menggambarkan struktur

ekonomi, pergeserannya, peran sektor ekonomi serta laju pertumbuhan ekonomi,

baik secara total maupun per sektor. Perkembangan PDRB atas dasar harga

konstan merupakan salah satu indikator penting guna melihat seberapa besar

pertumbuhan ekonomi yang terjadi di wilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi

menjadi salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil

pembangunan Dari uraian diatas untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar 2.2

dibawah ini.

PDRB ADHK
Pertumbuhan Ekonomi Dan
Sektor-Sektor Unggulan

Sektor Unggulan

Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini menurut latar belakang,

hasil-hasil penelitian terdahulu dan juga landasan teori yang sudah dijelaskan

diatas. Maka dapat ditarik beberapa hipotesis dari penelitian ini, sebagai berikut :

1. Diduga sektor pertanian, kehutanan, & perikanan adalah sektor

ekonomi basis dan potensial di Kabupaten Kotawaringin Barat pada

tahun 2010 - 2021

2. Diduga Sektor ekonomi Basis dan Potensial di Kabupaten

Kotawaringin Barat Tahun 2010-2021 adalah sektor yang memiliki

nilai dalam analisis LQ>1.


40
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu melakukan

perhitungan-perhitungan terhadap data-data yang diperoleh untuk memecahkan

masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian deskriptif

adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mende Proposal Skripsi

fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan

manusia yang bisa mencakup aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan,

kesamaan, baik hanya pada satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan

maupun menghubungkan dengan variabel lainnya (Sukmadinata, 2013).

3.1.2 Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami

melalui media lain yang bersumber dari literature, buku-buku serta dokumen

instansi (Sugiyono, 2015). Data yang dikumpulkan bersumber dari :

1. Badan Pusat Statistik (BPS) secara nasional dan regional yang mencakup

seluruh Kabupaten/kota di Kalimantan Tengah dari tahun 2010-2021.

2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Penelitian dan Pengembangan di

Kalimantan Tengah (BAPPEDA LITBANG).

3. Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Provinsi Kalimantan Tengah.

39
40

Data-data yang digunakan dalam menganalisis tingkat Pertumbuhan

adalah sebagai berikut :

1. Data PDRB ADHK menurut lapangan usaha di Kalimantan Tengah.

Tahun 2010-2021 (juta rupiah).

2. Data PDRB ADHK menurut lapangan usaha di Kabupaten Kotawaringin

Barat di Kalimantan Tengah Tahun 2010-2021 (juta rupiah).

3. Data PDRB Kabupaten Kotawaringin Barat atas Dasar Harga Konstan Seri

2000 Tahun 2010-2021.

3.2 Definisi Operasional Variabel

3.2.1 Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah

yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha di Kalimantan Tengah atau merupakan

jumlah nilai barang dan jasa akhir (neto) yang dihasilkan oleh seluruh unit

ekonomi.

3.2.2 Sektor Potensi Unggulan

Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk

perbandingan, baik itu perbandingan dalam skala regional, nasional maupun

internasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika

sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama pada negara lain. Pada

lingkup nasional, suatu sektor dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila

sektor pada wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan

sektor yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik pada pasar domestik maupun

nasional (Tambunan, 2001).


41

3.2.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan suatu perubahan

tingkat aktivitas ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahunnya. Diperlukan

perbandingan pendapatan Provinsi/Regional dari tahun ke tahun untuk

mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu Kabupaten/kota.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Yaitu

sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami

melalui media lain yang bersumber dari literature, buku-buku serta dokumen

instansi (Sugiyono, 2015). Dalam Penelitian ini terdapat 2 cara dalam teknik

pengumpulan data, yaitu :

1. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan membaca.

mengutip sumber-sumber yang tersedia, semisal buku, jurnal, dsb.

2. Studi e-kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan membaca,

mengutip, mengunduh sumber- sumber yang tersedia, semisal, e-

jurnal, website resmi hasil publikasi lembaga-lembaga terkait yang

telah disebutkan diatas, dsb. Data yang dikumpulkan menggunakan

publikasi Badan Pusat Statistik secara nasional dan regional yang

mencakup Kabupaten Kotawaringin Barat dan Provinsi Kalimantan

Tengah dari tahun 2010-2021. Penelitian ini memakai data sekunder

secara berkala (time series) untuk melihat perkembangan objek selama


42

kurun waktu 11 tahun dari tahun 2010-2021 yang diperoleh dari BPS

Kalimantan Tengah, pemerintah Kalimantan Tengah, Bappenas, dsb.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dokumentasi dengan menggunakan data-data yang berkaitan dengan objek

penelitian yang didapatkan dari kantor statistik maupun melalui literatur-literatur

lainnya yang sesuai dengan penelitian ini.

3.4 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian yang dilaksanakan, analisis data yang digunakan untuk

mengetahui sektor basis dan potensial di Kabupaten Kotawaringin Barat adalah

analisis Location Quotient, analisis Shift-Share, analisis Model Rasio

Pertumbuhan (MRP) dan analisis Overlay, analisis data yang digunakan untuk

mengetahui kondisi dan pengklasifikasian tingkat pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Kotawaringin Barat adalah analisis Tipologi Klassen.

3.4.1 Analisis LQ (Location Quotient)

Metode Location Quotient digunakan untuk mengetahui sektor basis dan

potensial dalam suatu daerah tertentu. Metode ini menyajikan perbandingan yang

relatif antara kemampuan sektor di wilayah dengan kemampuan sektor yang sama

pada daerah yang lebih luar (Arsyad. Lincolin 1999). Rumus Location Quotient

(LQ) adalah :

vi/vt vi/Vi
LQ= atau
Vi/Vt vt /Vt

Keterangan :

vi : Nilai tambah sektor di tingkat daerah (Kabupaten

Kotawaringin Barat) i
43

vt : PDRB di daerah tersebut (Kabupaten Kotawaringin Barat)

Vi : Nilai tambah sektor di tingkat daerah yang lebih luas

(Provinsi Kalimantan Tengah)

Vt : PDRB di tingkat daerah yang lebih luas (Provinsi Kalimantan

Tengah).

1. Dari perhitungan LQ> 1. maka sektor tersebut merupakan sektor basis

sektor tersebut tidak hanya memenuhi kebutuhan di dalam daerah saja

namun juga kebutuhan diluar daerah karena sektor ini sangat potensial

untuk dikembangkan.

2. Jika nilai LQ = 1. maka sektor tersebut hanya cukup memenuhi

kebutuhan di wilayahnya saja.

3. Jika nilai LQ < 1. maka sektor tersebut merupakan sektor non basis

dan perlu mengimpor produk dari luar daerah karena sektor ini kurang

prospektif untuk dikembangkan.

3.4.2 Analisis Shift and Share

Menurut Tarigan (2015:82) analisis Shift-Share adalah analisis yang

bertujuan untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah

dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (regional atau

nasional). Analisis Shift-Share digunakan untuk melihat output total dari sektor-

sektor negara baik dari faktor lokasi maupun pengaruh dari struktur industri.

Analisis ini digunakan untuk melengkapi analisis LQ yang telah dilakukan

sebelumnya. Analisis Shift-Share menggunakan tiga informasi dasar yang

berhubungan satu sama lain (Arsyad. 2015:390), yaitu :


44

1. Pertumbuhan ekonomi nasional (National Share)

Pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap perekonomian daerah.

Nilai (national share) positif di daerah-daerah yang tumbuh lebih cepat dan

negatif di daerah-daerah (Kabupaten/kota) yang tumbuh lebih lambat atau merosot

dibandingkan dengan pertumbuhan secara nasional.

2. Pergeseran Proporsional (Proportional Shift)

Perubahan relatif kinerja suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor

yang sama di referensi Provinsi atau nasional. Pergeseran proporsional

(proportional shift) disebut juga pengaruh bauran industri (industry mix).

Pengukuran ini memungkinkan untuk mengetahui apakah perekonomian daerah

terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang

perekonomian yang dijadikan referensi komponen ini positif di daerah-daerah

(Kabupaten/kota) yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara nasional

tumbuh lebih cepat dan negatif di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam

sektor-sektor yang secara nasional tumbuh dengan lambat atau merosot.

3. Pergeseran Differensial (Differential Shift)

Informasi dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah

dengan perekonomian yang dijadikan referensi. Jika suatu industri adalah positif,

maka industri tersebut relatif lebih tinggi daya saingnya dibandingkan industri

yang sama pada perekonomian yang dijadikan referensi. Pergeseran diferensial ini

disebut pengaruh keunggulan kompetitif. Jika nilai komponen positif, maka sektor

tersebut kompetitif karena mempunyai keuntungan lokasional seperti sumber daya


45

yang melimpah, sedangkan daerah yang secara lokasional tidak menguntungkan

akan mempunyai nilai negatif dan mengalami penurunan competitiveness.

Menurut Tri Widodo (2006) menyatakan bentuk umum dari persamaan

analisis Shift-Share beserta komponen-komponennya adalah sebagai berikut:

_ Dij = Nij + Mij + Cij

_ Nij = Eij x Rn

_ Mij = Eij (Rin – Rn)

_Cij = Eij (Rij – Rin)

Keterangan:

Dij : Dampak nyata pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Kotawaringin Barat dari pengaruh pertumbuhan Provinsi

Kalimantan Tengah.

Nij : Pengaruh pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kotawaringin

Barat terhadap perekonomian di Provinsi Kalimantan

Tengah

Mij : Pergeseran proporsional (proportional shift) atau pengaruh

bauran industri.

Cij : Pengaruh keunggulan kompetitif suatu sektor tertentu

(Kabupaten Kotawaringin Barat) dibanding Provinsi

Kalimantan Tengah

Eij : PDRB (output) sektor i (Kabupaten Kotawaringin Barat)


46

Rij : Tingkat pertumbuhan sektor I (Kabupaten Kotawaringin

Barat).

Rin : Tingkat Pertumbuhan Sektor I (Provinsi Kalimantan Tengah)

Rn : Tingkat Pertumbuhan PDRB

3.4.3 Analisis Tipologi Klassen

Analisis Tipologi Klassen merupakan alat analisis yang digunakan untuk

menggambarkan dan memahami bagaimana suatu pola dan struktur pertumbuhan

ekonomi pada masing-masing suatu wilayah (BPS Kabupaten Kotawaringin

Barat). Pada dasarnya, Tipologi Klassen membagi daerah berdasarkan dua

indikator utama, yaitu laju pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan

perkapita daerah dengan menentukan laju pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu

vertikal dan PDRB perkapita sebagai sumbu horizontal yang diamati dan

diklasifikasikan menjadi empat model gambar sebagai berikut:

Y
yi<y Yi>y
R

Daerah Berkembang Daerah Maju Cepat


ri>r
Cepat (III) dan Cepat Tumbuh (I)
Daerah Relatif Daerah Maju Tapi
ri<r
Tertinggal (IV) Tertekan (II)
Gambar 3. 2 Matrik Tipologi Klassen
Sumber: Kuncoro. Mudrajad. Ekonomi Pembangunan: Teori. Masalah
dan kebijakan (2000).
Keterangan :

ri : Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kotawaringin Barat


47

r : Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah

yi : PDRB perkapita Kabupaten Kotawaringin Barat

y : PDRB perkapita Provinsi Kalimantan Tengah

3.4.4 Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Menurut Yusuf (1999) alat analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ini

dilakukan untuk mendeskripsikan kegiatan ekonomi terutama struktur kegiatan

ekonomi yang menekankan pada pertumbuhan baik secara eksternal (Provinsi)

maupun internal (Kabupaten/Kota). Berdasarkan analisis MRP diperoleh nilai

masing-masing sektor ekonomi setiap Kabupaten/Kota yang pada pada suatu

Provinsi. Analisis Model Rasio Pertumbuhan adalah analisis yang digunakan

untuk mengetahui perbandingan besarnya pendapatan pada suatu sektor ekonomi

pada ruang lingkup wilayah yang kecil dengan ruang lingkup wilayah yang besar.

Menurut Yusuf (1999) rumus yang akan digunakan sebagai berikut :

Rumus Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) :

RPr (Rasio Pertumbuhan wilayah Referensi (Kalimantan Tengah))

ΔYin /Yin (t)


RPr =
ΔYn /Yn(t )

Dimana:
ΔYin : (Yin-Yin(t)) adalah perubahan PDRB sektor i
Provinsi Kalimantan Tengah
Yin : Sektor i akhir tahun penelitian (provinsi Kalimantan
Tengah)
Yin(t) : Sektor i awal tahun penelitian (provinsi Kalimantan
Tengah)
ΔYn : (Yn-Yn(t)) adalah perubahan PDRB provinsi
Kalimantan Tengah
48

Yn : Total PDRB awal tahun penelitian (provinsi


Kalimantan Tengah)
Yn(t) : Total PDRB akhir tahun penelitian (provinsi
Kalimantan Tengah
RPr (Rasio Pertumbuhan wilayah Studi (Kotawaringin Barat))

ΔYij /Yij( t )
RPs =
ΔYin /Yin (t)

Dimana:
ΔYij : (Yin-Yin(t)) adalah perubahan PDRB sektor i
Kabupaten Kotawaringin Barat
Yij : Sektor i akhir tahun penelitian Kabupaten
Kotawaringin Barat
Yij(t) : Sektor i awal tahun penelitian Kabupaten
Kotawaringin Barat
ΔYin : (Yn-Yn(t)) adalah perubahan PDRB provinsi
Kalimantan Tengah
Yin : Total PDRB awal tahun penelitian (provinsi
Kalimantan Tengah)
Yin(t) : Total PDRB akhir tahun penelitian (provinsi
Kalimantan Tengah

Dari hasil perhitungan Analisis Model Rasio Pertumbuhan. apabila nilai

RPr/ PRs > 1 positif (+). RPr/Rps < 1 negatif (-) maka akan diperoleh keterangan

sebagai berikut:

 RPr atau RPs positif dimana menunjukan bahwa pertumbuhan sektor pada

tingkat wilayah studi lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan

sektor pada wilayah Referensi.


49

 RPr atau RPs negatif dimana pertumbuhan suatu sektor pada tingkat

wilayah studi lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sektor

tersebut pada wilayah Referensi.

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan kelima rumus yang telah

disebutkan diatas maka suatu sektor akan dikategorikan menjadi sektor unggulan

dan non unggulan. Gunawan (2011) sektor unggulan merupakan sektor yang

memiliki nilai lebih ataupun positif terbanyak dari berbagai alat analisis yang

digunakan. Analisis ini digunakan untuk mengambil suatu kesimpulan dengan

cara menggabungkan beberapa alat analisis. Sedangkan alat analisis yang akan

digunakan adalah dengan menggabungkan hasil analisis LQ. hasil analisis Shift

Share dan hasil analisis MRP.

3.4.5 Analisis Overlay

Menurut Yusuf (1999) analisis Overlay merupakan analisis yang

digunakan untuk melihat kategori ekonomi potensial baik dari sisi kontribusi

maupun sisi pertumbuhan PDRB. Dalam penelitian ini, analisis Overlay juga

merupakan bahan perbandingan berbagai alat analisis yang digunakan untuk

melihat kategori ekonomi unggulan di Kabupaten Kotawaringin Barat.

Analisis Overlay digunakan untuk menentukan sektor unggulan dengan

menggabungkan alat analisis dengan tujuan untuk menyaring hasil analisis yang

paling baik. Metode ini memberikan penilaian kepada sektor-sektor ekonomi

dengan melihat nilai positif (+) dan negatif (-). Sektor yang jumlah nilai positif (+)

paling banyak berarti sektor tersebut merupakan sektor unggulan dan begitu juga

sebaliknya, jika suatu sektor tidak mempunyai nilai positif yang berarti sektor
50

tersebut bukan sektor unggulan. Notasi positif berarti koefisien komponen lebih

dari satu dan negatif kurang dari satu. RPr bernotasi positif berarti pertumbuhan

sektor i lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan total di wilayah referensi. RPs

bernotasi positif berarti pertumbuhan sektor i lebih tinggi dibanding pertumbuhan

sektor yang sama di wilayah referensi. Sementara untuk metode LQ nilai positif

diberikan pada sektor ekonomi yang nilai koefisien LQ lebih dari 1

(LQ > 1). Terdapat tiga kriteria dalam analisis Overlay, yaitu :

 RPr, RPs, dan LQ ketiganya bernilai positif (+), berarti sektor tersebut

mempunyai potensi daya saing kompetitif maupun komparatif yang lebih

unggul dibanding kegiatan yang sama di tingkat Provinsi Kalimantan

Tengah

 RPr bernilai negatif (-), sedangkan RPs dan LQ bernilai positif (+), berarti

sektor tersebut merupakan spesialisasi kegiatan ekonomi di tingkat

Kabupaten Kotawaringin Barat

 RPr, RPs, LQ ketiganya bernilai negatif (-), berarti sektor tersebut kurang

memiliki daya saing kompetitif maupun komparatif yang lebih unggul

dibandingkan kegiatan yang samdi tingkat Provinsi Kalimantan Tengah.

Analisis Overlay bertujuan untuk melihat deskripsi kegairahan ekonomi

yang memiliki potensi dengan rasio pertumbuhan dan keunggulan komparatif

(Suyana Utama, 2010) Overlay memiliki empat prediksi yaitu:

1. RPs (+) dan LQ (≥1) membuktikan gairah sektor sangat menonjol baik

dari rasio pertumbuhan maupun keunggulan komparatif.


51

2. RPs (+) dan LQ (<1) membuktikan gairah sektor yang memiliki

pertumbuhan menonjol namun tidak mempunyai keunggulan komparatif.

3. RPs (-) dan LQ (≥1) membuktikan gairah sektor yang memiliki

pertumbuhan kecil namun mempunyai keunggulan komparatif.

4. RPs (-) dan LQ (<1) membuktikan gairah sektor yang tidak potensial dari

kedua analisis tersebut.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kotawaringin Barat

4.1.1 Kondisi Geografis

Kabupaten Kotawaringin Barat merupakan sebuah kabupaten di Provinsi

Kalimantan Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kota Pangkalan Bun.

Semboyan kabupaten ini adalah Marunting Batu Aji yang artinya "Menuju

Kejayaan". Kabupaten Kotawaringin Barat memiliki luas 10.759 Km² atau sekitar

7,01% dari luas Provinsi Kalimantan Tengah Provinsi Kalimantan Tengah

(153.564,5). Secara geografis, Kabupaten Kotawaringin Barat terletak pada

daerah khatulistiwa, yaitu terletak diantara 1°19’ s.d 3° 36’ Lintang Selatan, 110°

25’ s.d 112° 50’ Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat berbatasan

dengan:

 Sebelah utara berbatasan dengan  Kabupaten Lamandau,

 Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Seruyan,

 Sebelah barat berbatasan  dengan Kabupaten Sukamara dan

 Sebelah selatan berbatasan langsung dengan Laut Jawa.

Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat pada umunya merupakan daerah

beriklim tropis yang dipengaruhi oleh musim kemarau/kering, dan musim hujan,

temperatur minimumnya berkisar antara 23,1°C - 24,2°C dengan suhu udara rata-

rata maksimumnya mencapai 32,1°C – 33,1°C Sedangkam untuk nisbi udara

retatif tinggi dengan rata-rata tahunan diatas 80%. Sebagai daerah beriklim tropis,

Kabupaten Kotawaringin Barat mendapatkan penyinaran matahari rata-rata diatas

50%. Berdasarkan dari klasifikasi Oldman (1975), tipe iklim yang dimiliki

51
52

wilayah Kabupaten Pulang Pisau termasuk kedalam tipe iklim B1, yakni wilayah

dengan bulan bassah antara 30. 7-9 bulan (curah hujan > 20 mm/bulan) dan bulan

kering (curah hujan < 100 mm/bulan) yang terjadi selama kurang dari 2 bulan.

Hujan terjadi hamper sepanjang tahun dan curah hujan paling banyak terjadi pada

bulan Oktober- Desember sedangkan bulan kering terjadi pada bulan Juni-

September.

Pembentukan Kotawaringin Barat diawali dengan terbentuknya Provinsi

Kalimantan Tengah berdasarkan Keputusan Mendagri Nomor: Up.34/41/24,

tanggal 28 Desember 1957 dan SK. Nomor: Des.52/12/2.206, tanggal 22

Desember 1959 Tentang Pembagian Kabupaten Kotawaringin Timur dan

Kabupaten Kotawaringin Barat. Kemudian dengan lahirnya Undang-undang No.5

Tahun 2003 tanggal 10 April 2003, yaitu Pengukuhan/Pemekaran 8 Kabupaten,

maka Kabupaten Kotawaringin Barat dimekarkan menjadi :

 Kabupaten Lamandau dengan Ibu kota Nanga Bulik.

 Kabupaten Sukamara dengan Ibu kota Sukamara.

Pada 3 Oktober 1959 secara resmi ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten

Kotawaringin Barat dan saat ini tahun 2023 telah berusia yang ke-64 tahun.

4.1.2 Luas Wilayah

Tabel 4. 1 Luas Wilayah antar Kabupaten/kota di Provinsi


Kalimantan Tengah
No Kabupaten/kota Luas (Km2) Persentase (%)
1 Kotawaringin Lama 1.218 11.32
2 Arut Selatan 2.400 22.31
3 Kumai 2.921 27.15
4 Pangkalan Banteng 1.306 12.14
5 Pangkalan Lada 229 2.13
6 Arut Utara 2.685 24.96
Total 10.759 100.00 %
53

Sumber : BPS Kotawaringin Barat, 2022.

Berdasarkan pada tabel diatas, Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai

Luas 10.759 KM2 yang terbagi dalam 6 kecamatan Kabupaten yang terdiri dari

Gambar 4.2 Rata-Rata Kontribusi Sektoral PDRB Kabupaten Kotawaringin Barat

Tahun 2010 – 2021 Kotawaringin Lama, Arut Selatan, Kumai, Pangkalan

Banteng, Pangkalan Lada, Arut Utara.

Gambar 4.1 Peta Wilayah Administrasi Kalimantan Tengah


Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Tengah, 2022
4.1.3 Keadaan Penduduk

4.1.3.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat pada tahun 2010

berjumlah 235.803 jiwa atau 60.755 KK. (Kepala Keluarga). Rata-rata jumlah

anggota keluarga mencapai 3,88 Jiwa/KK. Pada tahun 2018 jumlah penduduk

mencapai 304.100 jiwa 79.687 KK, rata-rata jumlah anggota keluarga 3,83

Jiwa/KK. Jumlah penduduk dari tahun 2010 hingga tahun 2018 mengalami

pertumbuhan sebesar 27,94% atau secara rata-rata 3,09% pertahun.


54

Pertumbuhan penduduk tiap tahun bervariasi antara -7,08 %/tahun hingga

6,55%/tahun. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi pada tahun 2018, dan

terendah terjadi pada tahun 2010. Pada tahun 2018 terjadi penurunan jumlah

penduduk baik jumlah penduduk dalam jiwa maupun jumlah kepala keluarga

masing-masing 2,94% dan 2,94%.

4.1.3.2 Penyebaran Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat pada tahun 2018

mencapai 304.100 jiwa dan tersebar di enam kecamatan. Jumlah penduduk

terbanyak terdapat pada Kecamatan Arut Selatan yaitu sebanyak 124.262 jiwa

atau sekitar 41,07 dari jumlah penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat.

Kecamatan Arut Selatan ini adalah merupakan tempat kota Ibukota Kabupaten

yaitu Kota Pangkalan Bun, sehingga penduduk lebih banyak terkonsentrasi di

wilayah kecamatan ini.

Jumlah penduduk terbanyak kedua terdapat pada Kecamatan Kumai

dengan jumlah penduduk 58.183 jiwa atau 19,23%, kemudian disusul Kecamatan

Pangkalan Banteng dengan jumlah penduduk 44.386 jiwa atau 14,67%.

Kecamatan yang jumlah pendudknya paling rendah adalah Arut Utara dengan

jumlah penduduk 20.272 jiwa atau 6,70% dan Kecamatan Kotawaringin Lama

dengan jumlah penduduk 20.423 jiwa atau 6,75%.

Kecamatan terpadat penduduknya adalah Kecamatan Pangkalan Lada

(153,79 Km2), disusul dengan Kecamatan Arut Selatan (52,04 Jiwa/Km 2), dan

Pangkalan Banteng (34,15 jiwa/Km2). Keadaan penyebaran penduduk yang

kurang merata, akan menyebabkan pelayanan pemerintah menjadi kurang efisien

sehingga akan menimbulkan biaya yang relatif besar.


55

4.1.3.3 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Beban Ketergantungan

Penduduk usia konsuntif adalah penduduk usia kurang dari 15 tahun dan

usia 65 tahun keatas. Jumlah penduduk usia kurang dari 15 tahun sebanyak 80.118

Jiwa dan 65 tahun ke atas sebanyak 8.926 Jiwa, sementara penduduk usia

produktif yaitu penduduk berusia antara 15 - 64 tahun sebanyak 213.519 jiwa.

Rasio jumlah penduduk konsuntif dengan jumlah penduduk usia produktif adalah

merupakan beban ketergantungan penduduk. Besarnya angka beban

ketergantungan penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat adalah : (80508

+.8.945)/213.519 = 89.044/213.519 = 0,4170 ; masih termasuk rendah, artinya 2

(dua) orang penduduk usia produktif menanggung 1 (satu) orang penduduk usia

konsumtif.

4.1.3.4 Tingkat Kemiskinan Masyarakat

Penduduk miskin adalah penduduk yang rata-rata pendapatannya per bulan

dibawah batas garis kemiskinan. Batas garis kemiskinan di Kabupaten

Kotawaringin Barat setiap tahun mengalami peningkatan. Batas garis kemiskinan

pada tahun 2009 adalah Rp 278.886 perbulan. Kemudian pada tahun 2018

meningkat menjadi Rp 344.336 per bulan. Selama sepuluh tahun terjadi

peningkatan sebesar 23,47% atau rata–rata 2,347% pertahun.

Tingkat kemiskinan masyarakat di Kabupaten Kotawaringin Barat pada

tahun 2009 mencapai 6,87% atau sebanyak 17.780 jiwa. Kemudian pada tahun

2018 menurun menjadi 4,27% atau sebanyak 12.290 jiwa.

Tingkat kemiskinan masyarakat di Kabupaten Kotawaringin Barat selama

sepuluh tahun mengalami penurunan 2,6% atau setiap tahun terjadi penurunan

rata-rata 0,26%. Penurunan ini terjadi bukan hanya pada tingkat kemiskinann
56

(persentase jumlah masyarakat miskin), tetapi dalam jumlah jiwa juga mengalami

penurunan dari 17.780 jiwa menjadi 12.290 jiwa, atau terjadi penurunan 5.490

jiwa atau rata-rata 549 jiwa tiap tahun pengurangan jumlah masyarakat miskin di

Kabupaten Kotawaringin Barat.

4.2 Hasil Analisis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, data-data yang diperoleh dalam penelitian

ini dianalisis dengan pendekatan kuantitatif yang disesuaikan dengan alat analisis

yang digunakan. Dalam menentukan sektor unggulan dilakukan dengan

menganalisis dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Kalimantan

Tengah yang merupakan daerah penelitian dibandingkan dengan Produk

Domestik Bruto (PDB) Kabupaten Kotawaringin Barat yang merupakan daerah

referensi.

Hasil dari analisis data dan pembahasan digunakan dengan alat analisis

secara berturut-turut yakni analisis Shift-Share, analisis Location Quotient (LQ),

dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP). Dalam menentukan gambaran

perkembangan pertumbuhan ekonomi digunakan analisis Overlay. Hasil analisis

yang telah diperoleh dengan menggunakan alat analisis Shift-Share, Location

Quotient (LQ), dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP) selanjutnya dilakukan

pembobotan untuk memperoleh gambaran tentang sektor-sektor ekonomi yang

potensial.

4.2.1 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Kotawaringin Barat

Salah satu keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi dicerminkan oleh

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik dari besaran nilai nominal
57

maupun dari besaran pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan

salah satu indikator penting guna melakukan evaluasi dan koreksi terhadap

program pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan pada masa atau periode

yang lalu. Dalam mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi digunakan angka

PDRB atas dasar harga konstan karena dalam penghitungan PDRB atas dasar

harga konstan tersebut pengaruh perubahan harga telah dieliminasi. Dengan

demikian pertumbuhan yang dicerminkan merupakan pertumbuhan riil barang dan

jasa dalam suatu periode waktu tertentu.

Penyajian PDRB menurut lapangan usaha dirinci menurut total nilai

tambah dari seluruh lapangan usaha (berdasarkan KBLI 2009 – ISIC Rev 4) yang

mencakup kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan

Penggalian; Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Konstruksi; Perdagangan Besar

dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi dan Pergudangan;

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa

Keuangan dan Asuransi; Real Estat; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial; dan Jasa lainnya.

Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun ke

tahun menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh adanya perubahan

dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan serta perubahan tingkat

harganya. Tabel berikut menampilkan rata-rata nilai Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan tahun 2010 Kabupaten Kotawaringin

Barat selama periode penelitian yaitu dari periode tahun 2010 sampai 2021.
58

Tabel 4.2 Rata-Rata Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Kotawaringin Barat, 2010 – 2021 (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha Rata-Rata
1 Pertanian, kehutanan, dan perikanan 2,873,647.8
2 Pertambangan dan penggalian 142,937.4
3 Industri pengolahan 2,683,338.4
4 Pengadaan listrik dan gas 5,609.2
5 Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang 9,017.7
6 Konstruksi 884,367.2
7 Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda
1,287,566.5
motor
8 Transportasi dan pergudangan 840,225.5
9 Penyediaan akomodasi dan makan minum 129,807.3
10 Informasi dan komunikasi 113,403.3
11 Jasa keuangan dan asuransi 498,879.9
12 Real estate 185,916.5
13 Jasa perusahaan 4,486.7
14 Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial
320,653.3
wajib
15 Jasa pendidikan 263,786.6
16 Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 120,136.4
17 Jasa lainnya 87,809.5
Produk Domestik Regional Bruto 10,451,589.
2
Sumber : Pengolahan Data
Hasil tabulasi data rata-rata Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Kotawaringin Barat selama periode penelitian menunjukkan bahwa

sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mempunyai output atau nilai Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) yang paling besar dibandingkan sektor lainnya

disusul oleh sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan besar dan eceran,

reparasi mobil dan sepeda motor. Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) menunjukkan kontribusi rata-rata dalam nilai Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) masing-masing sektor atau menunjukkan besarnya kontribusi

sektoral Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap total Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk memberikan gambaran lebih jauh

mengenai kontribusi sektoral Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap


59

total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Kotawaringin Barat,

maka dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.3 Rata-Rata Kontribusi Sektoral Produk Domestik Regional Bruto


Kabupaten Kotawaringin Barat, 2010 – 2021 (dalam Persen)
Lapangan Usaha Rata-Rata
1 Pertanian, kehutanan, dan perikanan 27.67
2 Pertambangan dan penggalian 1.41
3 Industri pengolahan 25.59
4 Pengadaan listrik dan gas 0.05
5 Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang 0.09
6 Konstruksi 8.48
7 Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor 12.29
8 Transportasi dan pergudangan 8.01
9 Penyediaan akomodasi dan makan minum 1.24
10 Informasi dan komunikasi 1.08
11 Jasa keuangan dan asuransi 4.70
12 Real estate 1.77
13 Jasa perusahaan 0.04
14 Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib 3.05
15 Jasa pendidikan 2.53
16 Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 1.14
17 Jasa lainnya 0.85
Produk Domestik Regional Bruto 100,00
Sumber : Pengolahan Data
27.67 25.59

12.29
8.48 8.01
4.70
1.41 0.050.09 1.241.08 1.770.043.052.531.140.85

Gambar 4.2 Rata-Rata Kontribusi Sektoral PDRB Kabupaten Kotawaringin Barat


Tahun 2010 – 2021
4.2.2 Analisis Shift-Share
60

Dalam memberikan gambaran sektor yang berkembang dalam

meningkatkan potensi ekonomi Kabupaten Kotawaringin Barat dengan

dibandingkan perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah digunakan

alat analisis Shift-Share. Dengan metode Shift-Share ini akan dapat diketahui

bahwa nilai tambah ekonomi daerah sebagai perubahan (Dij) suatu variabel

selama kurun waktu tertentu dipengaruhi oleh : (1) pertumbuhan nasional (Nij),

(2) bauran industri/industrial mix, (3) keunggulan kompetitif (Cij). Pengaruh

pertumbuhan nasional disebut pengaruh karena pangsa (Share), pengaruh karena

bauran industri disebut proportional shift sedangkan pengaruh keunggulan

kompetitif disebut differential shift atau regional share sehingga disebut Shift-

Share. Untuk mengetahui hasil analisis Shift-Share dapat dilihat pada tabel 4.4 di

bawah ini:

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Shift-Share Kabupaten Kotawaringin Barat 2010-2021


No Sektor Nij= Mij= Cij= Dij=
Eij*rn Eij*(rin-rn) Eij*(rij-rin) Nij+Mij+Cij
1. Pertanian, kehutanan, dan perikanan 1,744,176.57 (509,591.57) 234,124.30 1,468,709.30
2. Pertambangan dan penggalian 100,373.95 (13,480.95) (61,144.70) 25,748.30
3. Industri pengolahan 1,475,394.23 61,271.50 294,784.07 1,831,449.80
4. Pengadaan listrik dan gas 2,603.44 5,794.66 (3,338.10) 5,060.00
5. Pengadaan air, pengelolaan sampah,
5,168.67 (182.53) 538.06 5,524.20
limbah dan daur ulang
6. Konstruksi 492,208.78 (42,463.91) 48,601.73 498,346.60
7. Perdagangan besar dan eceran,
706,115.48 135,614.66 24,220.16 865,950.30
reparasi mobil dan sepeda motor
8. Transportasi dan pergudangan 411,078.12 47,519.99 101,552.19 560,150.30
9. Penyediaan akomodasi dan makan
69,056.55 9,032.66 (3,075.91) 75,013.30
minum
10. Informasi dan komunikasi 58,620.92 59,154.74 (31,405.36) 86,370.30
11. Jasa keuangan dan asuransi 204,315.66 191,537.19 67,507.55 463,360.40
12. Real estate 96,297.33 8,501.82 18,500.95 123,300.10
13. Jasa perusahaan 2,472.95 (663.83) 193.08 2,002.20
14. Administrasi pemerintahan,
173,166.64 26,908.56 46,537.20 246,612.40
pertahanan dan jaminan sosial wajib
15. Jasa pendidikan 153,299.20 29,758.68 (19,062.48) 163,995.40
16. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 63,825.06 41,505.23 15,212.41 120,542.70
17. Jasa lainnya 53,812.08 (8,687.82) (32,749.66) 12,374.60
Total 5,811,985.63 41,529.09 700,995.49 6,554,510.20
61

Sumber : Pengolahan Data (Lampiran 5)


Dari tabel di atas terlihat bahwa perekonomian Kabupaten Kotawaringin

Barat selama periode 2010-2021 mengalami peningkatan sebesar Rp6,554,510.20

Juta. Peningkatan kinerja perekonomian di Kabupaten Kotawaringin Barat

tersebut dapat dilihat dari 17 (tujuh belas) sektor kegiatan perekonomian yang

bernilai positif dimana terdapat 2 (dua) sektor yang memberikan kontribusi

terbesar yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar Rp1.468.709,30

Juta dan sektor industri pengolahan sebesar 1.831.449,80 Juta.

Kenaikan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kotawaringin Barat

disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya pengaruh pertumbuhan ekonomi

Provinsi Kalimantan Tengah, pengaruh bauran industri dan pengaruh keunggulan

kompetitif, untuk lebih jelasnya dapat dirinci sebagai berikut:

1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah (Nij)

Pengaruh pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah (Nij) terhadap

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kotawaringin Barat memberikan

kontribusi positif sebesar Rp5.811.985,63 Juta. Apabila dilihat dari

pertumbuhan ekonomi sektoral Kabupaten Kotawaringin Barat

dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan relatif sektor-sektor ekonomi

yang sama di tingkat Provinsi menunjukkan bahwa secara rata-rata sektor

ekonomi yang berada ditingkat Kabupaten relatif lebih tinggi dari sektor

ditingkat Provinsi.

2. Pengaruh Bauran Industri (Mij)

Pengaruh bauran industri (Mij) dalam perekonomian di Kabupaten

Kotawaringin Barat memberikan kontribusi positif sebesar Rp41.529,09

Juta. Dilihat dari output yang dihasilkan bauran industri sebagian besar
62

sektor ekonomi memiliki dampak positif dan dampak negatif. Dampak

positif terjadi pada sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan

gas, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor,

sektor transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan

makan minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan

asuransi, sektor real estate, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan

dan jaminan sosial wajib, sektor jasa pendidikan, dan sektor jasa kesehatan

dan kegiatan sosial. Nilai positif ini mempunyai tingkat pertumbuhan yang

lebih cepat dari pertumbuhan sektor ekonomi secara keseluruhan. Dampak

negatif terjadi pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor

pertambangan dan penggalian, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah,

limbah dan daur ulang, sektor konstruksi, sektor jasa perusahaan, dan sektor

jasa lainnya. Nilai negatif ini mempunyai tingkat pertumbuhan yang lebih

lambat dari pertumbuhan sektor ekonomi secara keseluruhan.

3. Pengaruh Keunggulan kompetitif (Cij)

Keunggulan kompetitif (Cij) disetiap sektor ekonomi mengalami kenaikan

dengan nilai total positif sebesar Rp700.995,49 Juta. Sektor ekonomi yang

menunjukkan tingkat kekompetitifan yang baik adalah sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan air,

pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor konstruksi, sektor

perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor

transportasi dan pergudangan, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real

estate, sektor jasa perusahaan, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan

dan jaminan sosial wajib, dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial.
63

Sedangkan sektor yang mengalami penurunan kompetitif adalah sektor

pertambangan dan penggalian, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor

penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor informasi dan

komunikasi, sektor jasa pendidikan, dan sektor jasa lainnya.

4.2.3 Analisis Tipologi Klassen

Alat analisis Klassen Typology (Tipologi Klassen) digunakan untuk

mengetahui gambaran tentang pemetaan hasil penelitian di masing-masing sektor

di Kabupaten Kotawaringin Barat. Melalui analisis ini diperoleh empat

karateristik pola dan struktur ekonomi dan kontribusi ekonomi yang berbeda,

yaitu: 1) daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income), 2)

daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), 3) daerah berkembang

cepat (high growth but low income), dan 4) daerah relatif tertinggal (low growth

and low income) (Kuncoro dan Aswandi, 2002: 27-45). Untuk mengetahui hasil

analisis Tipologi Klassen dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Analisis Tipologi Klassen


Kabupaten Kotawaringin Barat, 2010-2021
No Sektor Kuadran Klasifikasi
1. Pertanian,Kehutanan & Perikanan 1 Sektor Maju Dan Tumbuh Dengan Pesat
2. Pertambangan & Penggalian 4 Sektor Relatif Tertinggal
3. Industri Pengolahan 1 Sektor Maju Dan Tumbuh Dengan Pesat
4. Pengadaan Listrik & Gas 4 Sektor Relatif Tertinggal
Pengadaan Air, Pengelolaan
5. 1 Sektor Maju Dan Tumbuh Dengan Pesat
Sampah, Limbah & Daur Ulang
6. Konstruksi 1 Sektor Maju Dan Tumbuh Dengan Pesat
Perdagangan Besar dan Eceran,
7. 1 Sektor Maju Dan Tumbuh Dengan Pesat
Reparasi Mobil & Sepeda Motor
8. Transportasi & Pergudangan 1 Sektor Maju Dan Tumbuh Dengan Pesat
Penyediaan Akomodasi & Makan
9. 4 Sektor Relatif Tertinggal
Minum
10
Informasi dan Komunikasi 4 Sektor Relatif Tertinggal
.
11
Jasa Keuangan & Asuransi 1 Sektor Maju Dan Tumbuh Dengan Pesat
.
64

12 Sektor Potensial Atau Masih Dapat


Real Estate 3
. Berkembang
13
Jasa Perusahaan 1 Sektor Maju Dan Tumbuh Dengan Pesat
.
Administrasi Pemerintahan,
14 Sektor Potensial Atau Masih Dapat
Pertahanan & Jaminan Sosial 3
. Berkembang
Wajib
15
Jasa Pendidikan 4 Sektor Relatif Tertinggal
.
16 Sektor Potensial Atau Masih Dapat
Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 3
. Berkembang
17
Jasa Lainnya 4 Sektor Relatif Tertinggal
.
Sumber : Pengolahan Data (Lampiran 6)

Berdasarkan hasil pada tabel di atas, Tipologi Klassen Kabupaten

Kotawaringin Barat terbagi ke dalam 3 (tiga) kuadran :

1. Kuadran I, sektor maju dan tumbuh dengan pesat adalah sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan air,

pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor konstruksi, sektor

perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor

transportasi dan pergudangan, sektor jasa keuangan dan asuransi, dan sektor

jasa perusahaan.

2. Kuadran III, sektor potensial atau masih dapat berkembang adalah sektor real

estate, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial

wajib, dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial.

3. Kuadran IV, sektor relatif tertinggal adalah sektor pertambangan dan

penggalian, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor penyediaan akomodasi

dan makan minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa pendidikan,

dan sektor jasa lainnya

4.2.4 Analisis Location Quotient (LQ)


65

Dalam menentukan sektor tersebut unggulan (potensial) atau tidak

digunakan metode analisis Location Quotient (LQ). Dasar dari perhitungan LQ

tersebut adalah teori basis ekonomi dimana akibat dari suatu industri

menghasilkan barang dan jasa baik untuk pasar didaerah maupun untuk pasar di

luar daerah yang mengakibatkan arus pendapatan akan mengalir ke daerah yang

bersangkutan.

Kriteria sektor unggulan (potensial) mempunyai koefisien LQ>1, dimana

sektor tersebut mempunyai prospek yang baik dalam peningkatan perekonomian

Kabupaten Kotawaringin Barat. Untuk kriteria sektor yang tidak unggulan

(potensial) mempunyai koefisien LQ<1, dimana sektor tidak mempunyai prospek

yang baik terhadap peningkatan perekonomian Kabupaten Kotawaringin Barat.

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ)


Kabupaten Kotawaringin Barat., 2010-2021
No Sektor LQ Rata-Rata Keterangan
.
1. Pertanian, kehutanan, dan perikanan 1.27 Sektor Basis
2. Pertambangan dan penggalian 0.09 Sektor Non Basis
3. Industri pengolahan 1.69 Sektor Basis
4. Pengadaan listrik dan gas 0.73 Sektor Non Basis
5. Pengadaan air, pengelolaan sampah,
1.02 Sektor Basis
limbah dan daur ulang
6. Konstruksi 1.01 Sektor Basis
7. Perdagangan besar dan eceran,
1.09 Sektor Basis
reparasi mobil dan sepeda motor
8. Transportasi dan pergudangan 1.31 Sektor Basis
9. Penyediaan akomodasi dan makan
0.75 Sektor Non Basis
minum
10. Informasi dan komunikasi 0.90 Sektor Non Basis
11. Jasa keuangan dan asuransi 1.47 Sektor Basis
12. Real estate 0.90 Sektor Non Basis
13. Jasa perusahaan 1.20 Sektor Basis
14. Administrasi pemerintahan,
0.52 Sektor Non Basis
pertahanan dan jaminan sosial wajib
15. Jasa pendidikan 0.58 Sektor Non Basis
16. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 0.65 Sektor Non Basis
17. Jasa lainnya 0.90 Sektor Non Basis
66

Sumber : Pengolahan Data (Lampiran 8)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 17 (tujuh belas) sektor ekonomi

pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kotawaringin Barat

terdapat 8 (delapan) sektor yang mempunyai rata-rata LQ>1 atau sektor yang

unggulan (potensial) dan sekaligus merupakan basis ekonomi yang bisa

dikembangkan lebih lanjut yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan,

sektor industri pengolahan, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan

daur ulang, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil

dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan, sektor jasa keuangan dan

asuransi, dan sektor jasa perusahaan. Kedelapan sektor tersebut mampu melayani

kebutuhan pasar baik di dalam maupun di luar Kabupaten Kotawaringin Barat

sedangkan 9 (sembilan) sektor lainnya yaitu sektor pertambangan dan penggalian,

sektor pengadaan listrik dan gas, sektor penyediaan akomodasi dan makan

minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor real estate, sektor administrasi

pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, sektor jasa pendidikan, sektor

jasa kesehatan dan kegiatan sosial dan sektor jasa lainnya belum mampu melayani

pasar di Kabupaten Kotawaringin Barat atau belum mampu memasarkan hasil

sektor tersebut ke daerah lain.

4.2.5 Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dilakukan setelah melakukan

analisis Location Quotient (LQ). Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

digunakan untuk mengetahui perbandingan laju pertumbuhan sektor dimasing-

masing wilayah baik di Kabupaten Kotawaringin Barat maupun di Provinsi

Kalimantan Tengah. Pada Model Rasio Pertumbuhan dibagi atas 2 (dua) yaitu
67

rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr) dan rasio pertumbuhan wilayah studi

(RPs). Untuk wilayah referensi adalah Provinsi Kalimantan Tengah dan wilayah

studi adalah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Model Rasio Pertumbuhan (MRP) merupakan pengembangan atau

modifikasi dari model Shift-Share dimana dengan metode Shift-Share hasil yang

dicapai adalah hasil angka riil yang terdiri dari kontribusi dan pertumbuhan

sedangkan pada model MRP menghasilkan pertumbuhan berupa angka koefisien.

Kategori angka koefisien ini adalah pertumbuhan suatu aktifitas positif (+)

atau negatif (–). Untuk RPr atau RPs > 1, maka RPr dan RPs secara nominal

positif (+) dan sebaliknya bila RPr atau RPs < 1, maka RPr dan RPs tersebut

secara nominal negatif (–). Untuk mengetahui hasil analisis model rasio

pertumbuhan dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Model Rasio Pertumbuhan


Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten Kotawaringin Barat, 2010-2021
Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
No Sektor RPr RPs
R N R N
1. Pertanian, kehutanan, dan perikanan 0.71 - 0.75 -
2. Pertambangan dan penggalian 0.87 - 0.23 -
3. Industri pengolahan 1.04 + 1.10 +
4. Pengadaan listrik dan gas 3.23 + 1.72 +
5. Pengadaan air, pengelolaan sampah,
0.96 - 0.95 -
limbah dan daur ulang
6. Konstruksi 0.91 - 0.90 -
7. Perdagangan besar dan eceran,
1.19 + 1.09 +
reparasi mobil dan sepeda motor
8. Transportasi dan pergudangan 1.12 + 1.21 +
9. Penyediaan akomodasi dan makan
1.13 + 0.96 -
minum
10. Informasi dan komunikasi 2.01 + 1.31 +
11. Jasa keuangan dan asuransi 1.94 + 2.01 +
12. Real estate 1.09 + 1.14 +
13. Jasa perusahaan 0.73 - 0.72 -
14. Administrasi pemerintahan,
1.16 + 1.26 +
pertahanan dan jaminan sosial wajib
68

15. Jasa pendidikan 1.19 + 0.95 -


16. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 1.65 + 1.67 +
17. Jasa lainnya 0.84 - 0.20 -
Sumber : Pengolahan Data (Lampiran 7)
Untuk mengkombinasikan hasil RPr dan RPs bisa diklasifikasikan

gambaran kegiatan ekonomi unggulan pada Kabupaten Kotawaringin Barat

dengan cara empat klasifikasi:

1. Klasifikasi 1, adalah nilai RPr (+) dan RPs (+) berarti kegiatan tersebut baik

pada wilayah referensi maupun wilayah studi dan mempunyai pertumbuhan

menonjol. Dengan melihat pada tabel 4.7 maka sektor tersebut adalah sektor

industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor perdagangan

besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan

pergudangan, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan

asuransi, sektor real estate, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan

jaminan sosial wajib, dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial.

2. Klasifikasi 2, adalah bila RPr (+) dan RPs (–) berarti kegiatan tersebut pada

wilayah referensi pertumbuhannya menonjol akan tetapi pada wilayah studi

pertumbuhannya belum menonjol. Dengan melihat pada tabel 4.6 maka sektor

tersebut adalah sektor penyediaan akomodasi dan makan minum dan sektor

jasa pendidikan.

3. Klasifikasi 3, adalah bila RPr (–) dan RPs (+) berarti kegiatan tersebut pada

wilayah referensi pertumbuhannya tidak menonjol akan tetapi pada wilayah

studi pertumbuhannya menonjol. Dengan melihat pada tabel 4.6 maka tidak

ada sektor yang memenuhi klasifikasi ini.

4. Klasifikasi 4, adalah bila RPr (–) dan RPs (–) berarti kegiatan tersebut baik

pada wilayah referensi maupun wilayah studi pertumbuhannya tidak


69

menonjol. Dengan melihat pada tabel 4.6 maka sektor tersebut adalah sektor

sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor pertambangan dan

penggalian, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur

ulang, sektor konstruksi, sektor jasa perusahaan, dan sektor jasa lainnya.

4.2.6 Analisis Overlay

Dalam analisis Overlay ini dimaksudkan untuk menganalisis gambaran

kegiatan ekonomi yang unggulan (potensial) didasarkan atas kriteria pertumbuhan

dan kontribusi untuk bisa dikembangkan di Kabupaten Kotawaringin Barat

(wilayah studi) dengan mempertimbangkan dari hasil analisis Model Rasio

Pertumbuhan (MRP) dan analisis Location Qoutient (LQ).

Dengan mempertimbangkan kedua kriteria tersebut, penentuan kegiatan

ekonomi yang unggul dan potensial dapat lebih akurat. Untuk mengetahui hasil

analisis Overlay dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini:

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Analisis Overlay


Kabupaten Kotawaringin Barat, 2010-2021
No Sektor Kabupaten Kotawaringin Barat
LQ MRP Total
1. Pertanian, kehutanan, dan perikanan + - +-
2. Pertambangan dan penggalian - - --
3. Industri pengolahan + + -+
4. Pengadaan listrik dan gas - + -+
5. Pengadaan air, pengelolaan sampah,
+ - +-
limbah dan daur ulang
6. Konstruksi + - ++
7. Perdagangan besar dan eceran,
+ + -+
reparasi mobil dan sepeda motor
8. Transportasi dan pergudangan + + -+
9. Penyediaan akomodasi dan makan
- - -+
minum
10. Informasi dan komunikasi - + ++
11. Jasa keuangan dan asuransi + + -+
12. Real estate - + ++
13. Jasa perusahaan + - --
14. Administrasi pemerintahan,
- + +-
pertahanan dan jaminan sosial wajib
70

15. Jasa pendidikan - - +-


16. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial - + ++
17. Jasa lainnya - - -+
Sumber : Pengolahan Data (Lampiran 9)
Berdasarkan tabel hasil perhitungan analisis Overlay Kabupaten

Kotawaringin Barat di atas dapat diketahui deskripsi (gambaran) lengkap kegiatan

ekonomi di Kabupaten Kotawaringin Barat adalah sebagai berikut:

1. Untuk kegiatan yang menonjol (dominan) dari pertumbuhan maupun

kontribusi adalah sektor konstruksi, sektor informasi dan komunikasi, sektor

real estate, dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial.

2. Untuk kegiatan yang pertumbuhannya menonjol (dominan) tapi kontribusinya

kecil adalah sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas,

sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor

transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan makan

minum, sektor jasa keuangan dan asuransi, dan sektor jasa lainnya.Sektor ini

dapat ditingkatkan kontribusinya untuk bisa menjadi kegiatan yang dominan.

3. Untuk kegiatan yang pertumbuhannya kecil tapi kontribusinya besar adalah

sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor pengadaan air, pengelolaan

sampah, limbah dan daur ulang, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan

dan jaminan sosial wajib, dan sektor jasa pendidikan,.

4. Untuk kegiatan yang pertumbuhan kecil dan kontribusinya kecil merupakan

kegiatan yang tidak potensial adalah sektor pertambangan dan penggalian dan

sektor jasa perusahaan.


71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan serta tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Hasil analisis Shift-Share menunjukkan bahwa struktur perekonomian dari

tahun pengamatan 2010-2021 Kabupaten Kotawaringin Barat dibandingkan

dengan Provinsi Kalimantan Tengah mengalami peningkatan sebesar Rp

Rp6,554,510.20 Juta, hal tersebut disebabkan beberapa faktor yakni

pengaruh pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah sebesar

Rp5.811.985,63 Juta, pengaruh bauran industri sebesar Rp41.529,09 Juta

dan pengaruh keunggulan kompetitif sebesar Rp700.995,49 Juta.

2. Berdasarkan analisis LQ sektor unggulan di Kabupaten Kotawaringin Barat

selama periode 2010-2021 dari 17 (tujuh belas) sektor ekonomi pada Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kotawaringin Barat terdapat

8 (delapan) sektor yang mempunyai rata-rata LQ>1 atau sektor yang

unggulan (potensial) dan sekaligus merupakan basis ekonomi yang bisa

dikembangkan lebih lanjut yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan,

sektor industri pengolahan, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah,

limbah dan daur ulang, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan

eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan

pergudangan, sektor jasa keuangan dan asuransi, dan sektor jasa perusahaan.

71
72

3. Hasil perhitungan analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) menunjukkan

bahwa berdasarkan kombinasi RPr dan RPs sektor-sektor dominan

pertumbuhannya meliputi sektor industri pengolahan, sektor pengadaan

listrik dan gas, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan

sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan, sektor informasi dan

komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real estate, sektor

administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, dan sektor

jasa kesehatan dan kegiatan sosial.

4. Hasil analisis Overlay mendeskripsikan sektor ekonomi potensial

Kabupaten Kotawaringin Barat meliputi sektor konstruksi, sektor informasi

dan komunikasi, sektor real estate, dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan

sosial.

5. Hasil analisis dari Tipologi Klassen untuk karakteristik pola, struktur

ekonomi dan kontribusi ekonomi Kabupaten Kotawaringin Barat yang cepat

maju dan cepat tumbuh (high growth and high income) adalah sektor

pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor industri pengolahan, sektor

pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor

konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda

motor, sektor transportasi dan pergudangan, sektor jasa keuangan dan

asuransi dan sektor jasa perusahaan.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh maka dapat dikemukakan beberapa

saran-saran yang bisa dipertimbangkan oleh pemerintah Kabupaten Kotawaringin


73

Barat dalam menyusun perencanaan pembangunan ekonomi untuk meningkatkan

potensi ekonomi daerah sebagai berikut:

1. Agar pembangunan daerah Kabupaten Kotawaringin Barat lebih berhasil

maka Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat haruslah menentukan

prioritas pembangunan yang didasarkan atas potensi ekonomi yang

dimilikinya melalui pengembangan sektor-sektor unggulan atau potensial.

2. Supaya tidak terjadi kesenjangan dan ketimpangan antar sektor, maka

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat haruslah memanfaatkan sektor-

sektor yang unggulan dan potensial agar kesejahteraan masyarakat lebih

meningkat. Upaya yang dapat dilakukan di antaranya adalah:

a. Pembangunan infrastruktur perkotaan dimana kebijakan pembangunan

infrastruktur perkotaan seperti jalan, pelabuhan dan kelengkapannya,

bandara, listrik, air, dan telekomunikasi diarahkan untuk melayani

kebutuhan dunia usaha dengan melakukan pelayanan prima

b. Menjaga dan memelihara kualitas infrastruktur yang sudah ada seperti

jalan darat dan jembatan, peningkatan dan pemerataan jaringan jalan

sehingga memiliki jangkauan yang lebih luas dengan meningkatkan

kualitas jalan, peningkatan dan pemantapan sarana dan prasarana

bandara, serta peningkatan dan pemantapan pelabuhan laut sehingga

mampu memberikan pelayanan dengan standar internasional.

c. Menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui kebijakan-kebijakan

daerah yang merangsang timbulnya investasi baru seperti kemudahan

perijinan dan melakukan pemetaan tata ruang dan wilayah yang

mendukung investasi. Peningkatan daya tarik investasi di sektor


74

perdagangan, jasa, dan industri harus dipelihara dengan pemantapan

pelayanan perizinan yang efektif dan efisien. Selain itu, upaya

pemberantasan dan pencegahan pungutan liar perlu dilakukan.

Kabupaten Kotawaringin Barat memiliki beragam sektor potensial yang

diharapkan dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja sehingga berdampak

positif bagi perekonomian yaitu salah satunya mengurangi angka kemiskinan dan

pengangguran. Dalam upaya menanggulangi kemiskinan dan pengangguran

tersebut, selain menggunakan pendekatan sektoral, maka salah satu langkah yang

harus dilakukan adalah meningkatkan aktivitas ekonomi yang bersifat padat

karya.
75
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. (2013). Teori-teori Pembangunan Ekonomi. Yogyakarta:


Penerbit Graha Ilmu.
Arsyad, Lincolin. (1997). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta. Penerbit: STIE
YKPN.
Arsyad, Lincolin. (1999). Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi
Daerah. Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Arsyad, Lincolin. (2002). Pengantar Perencanaan Ekonomi Daerah. Edisi kedua.
Yogyakarta: BPFE.
Arsyad, Lincolin. (2004). Ekonomi Pembangunan. Edisi keempat. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
Arsyad, Lincolin. (2010). Ekonomi Pembangunan. Edisi kelima. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
Arsyad, Lincolin. (2015). Ekonomi Pembangunan. Edisi kelima. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah, Statistik Provinsi Kalimantan
Tengah 2021, BPS Statistik Provinsi Kalimantan Tengah
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Barat, Produk Domestik Regional
Bruto Kabupaten Kotawaringin Barat Menurut Lapangan Usaha 2010-
2021, BPS Kabupaten Kotawaringin Barat.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Barat Analisis Tipologi Klassen
Tahun 2011-2013. BPS Kab. Kobar.
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah. Laju Pertumbuhan PDRB
Provinsi Kalimantan Tengah Atas Dasar Harga Konstan Menurut
Lapangan Usaha (Persen) 2010-2021. BPS Provinsi
Kalimantan Tengah.
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah. Laju Pertumbuhan PDRB
ADHK Kabupaten Kotawaringin Barat di Kalimantan Tengah Tahun
2010-2021 (Persen). BPS Provinsi Kalimantan Tengah.
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah. PDRB ADHK Kabupaten
Kotawaringin Barat Tahun 2010-2021 (Juta Rupiah). BPS Provinsi
Kalimantan Tengah.
Bappenas. (2020). Seri 2000 Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi
Kalimantan Tengah. BPS Provinsi Kalimantan Tengah.
xvi
Boediono. (1981). Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Boediono. (1992). Pengantar Ilmu Ekonomi No. 4: Teori Pertumbuhan Ekonomi.
Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Boediono. (1999). Teori Pertumbuhan Ekonomi. Edisi Pertama. Yogyakarta
Penerbit BPFE.
Gunawan. (2011). Sektor-sektor Unggulan Perekonomian Kabupaten Rembang
Tahun 2000-2008. Pembangunan Pertanian. Bogor: Penerbit IPB
Hendayana R. (2003). Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) dalam Penentuan
Sektor Basis Komoditas Unggulan. Jakarta: Penerbit Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi UI
Hendra Perdana, D. A. N. S. (2019). Analisis Overlay Untuk Menentukan Potensi
Sektor Ekonomi Unggulan Dalam Pembangunan Daerah. Pontianak:
Bimaster : Buletin Ilmiah Matematika, Statistika Dan Terapannya, 8(4).
Irawan, Suparmoko. (2002). Ekonomika Pembangunan. Jakarta: Penerbit BPFE.
Jhingan, M. L. (2012). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta:
Penerbit Rajawali Press.
Kuncoro, Mudrajad. (2000). Ekonomi Pembangunan: Teori. Masalah dan
kebijakan Yogyakarta: Penerbit UPP AMP YKPN.
Kuncoro, Mudrajad. (2004). Otonomi Daerah dan Pembangunan Daerah:
Reformasi. Perencanaan. Strategi. dan Peluang. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Pantow, M. S. R., Murni S. & Trang I. (2015). Analisis Pertumbuhan Penjualan,
Ukuran Perusahaan, Return On Assets dan Struktur Modal terhadap
Nilai Perusahaan yang Tercatat di Indeks LQ 45. EMBA, Vol. 3
Putri, L. R. (2020). Pengaruh Pariwisata Terhadap Peningkatan PDRB Kota
Surakarta. Cakra Wisata.
Rachbini. (2001). Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik. Jakarta: PT Grasindo.
Rasyid. (2016). Potensi Sektor Potensi Pertanian Di Kabupaten Kediri Tahun
2010-2014. Ekonomi Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Pedesaan (PNPM) Kepung Kediri.
Smith, Adam. (1973). The Inquiry Into the Nature and Causes of The Wealth of
Nation, ed. by Edwin Cannan, Modern (United States of America:
Random House Inc.,)

xvii
Sjafrizal. (2008). Ekonomi Regional, Teori Dan Aplikasi. Padang:
Penerbit Baduose Media
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung Penerbit: CV Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Suyana Utama, I Made. (2010). Buku Ajar Ekonomi Regional. Denpasar: Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana.
Suyana Utama,I Made. (2010). Buku Ajar Ekonomi Regional. Denpasar: Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Tambunan, T.TH. (2001). “Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan
Empiris”. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Tambunan, T.TH. (2012). “Perekonomian Indonesia”. Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia.
Tarigan, Robinson. (2005). Ekonomi Regional. Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Penerbit Bumi Aksara.
Tarigan, Robinson. (2005). Ekonomi Regional. Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi.
Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Tarigan, Robinson. (2015). Ekonomi Regional. Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Penerbit Bumi Aksara.
Todaro, Michael P. (2000). “Pembangunan Ekonomi”. Jakarta:
Penerbit Bumi Aksara.
Todaro, Michael. P. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi
Ketujuh. Terjemahan Haris Munandar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. (2003). Pembangunan Ekonomi di
Dunia Ketiga. Edisi kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. (2006). Pembangunan Ekonomi (edisi
kesembilan. jilid I). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Widodo, Tri. (2006). Perencanaan Pembangunan. Aplikasi Komputer (Era
Otonomi Daerah). Yogyakarta. Penerbit: UUP STIM YKPN.
Yusuf, M. (1999). ‘Model Rasio Pertumbuhan (MRP) sebagai Salah Satu Alat
Analisis Alternatif dalam Perencanaan Wilayah dan Kota. Bangka-
Belitung : Economics and Finance in Indonesia.

xviii
LAMPIRAN

xix
Lampiran 1

PDRB Provinsi Kalimantan Tengah (Seri 2010) Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) Tahun (2010-2020)

Lapangan Usaha PDRB 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Pertanian, Kehutanan, dan
13.935.356,0 14.165.405,2 56.531.023,6 60.492.928,4 16.080.172,5 17.031.877,2 17.686.415,9 18.514.006,0 19.824.582,6 21.250.829,0 21.298.921,1 21.920459,2
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 8.416.687,5 9.958.231,5 11.060.620,8 12.819.014,0 12.421.471,7 12.654.564,5 13.616.280,9 14.796.619,4 14.754.123,6 15.518.411,7 14.083.663,2 14.315.123,9
Industri Pengolahan 8.684.411,8 8.814.642,5 9.289.879,4 10.011.827,4 11.244.005,4 11.976.409,3 12.868.858,9 14.020.767,8 14.736.823,0 15.388.503,4 15.374.023,8 16.006.646,6
Pengadaan Listrik dan Gas 29.223,4 32.210,9 35.775,3 38.330,6 47.398,9 61.924,2 68.327,4 72.306,1 78.818,3 86.309,5 102.524,8 105.535,9
Pengadaan Air, Pengelolaan
51.063,6 54.339,3 57.241,7 60.330,5 63.029,0 65.599,2 68.451,3 68.634,7 74.507,4 79.792,2 84.955,6 90.941,2
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 4.821.353,9 5.074.439,3 5.468.681,9 5.667.133,5 6.252.678,2 6.918.493,5 7.459.522,6 7.863.027,6 7.994.888,2 8.578.346,4 7.745.442,7 8.387.653,2
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda 6.199.823,5 6.578.235,9 7.103.968,0 7.404.736,5 7.978.723,1 8.712.524,8 9.347.810,8 10.108.351,3 11.241.087,4 12.018.482,9 11.911.460,9 12.182.677,3
Motor
Transportasi dan Pergudangan 3.425.844,6 3.555.877,2 3.705.028,3 4.130.893,6 328.189,3 353.492,9 5.169.282,3 5.590.422,4 6.051.173,1 6.489.175,5 6.252.917,7 6.519.753,2
Penyediaan Akomodasi dan
880.880,0 968.489,9 1.061.666,5 1.125.394,2 1.217.783,0 1.321.485,4 1.425.329,1 1.503.981,0 1.608.668,1 1.722.348,0 1.643.916,4 1.687.250,8
Makan Minum
Informasi dan Komunikasi 599.071,5 658.886,6 723.222,7 794.854,6 890.882,9 937.574,6 996.023,3 1.060.417,9 1.147.927,6 1.203.922,8 1.340.902,0 1.573.418,1
Jasa Keuangan dan Asuransi 1.434.283,7 1.867.232,0 2.119.600,3 2.295.935,9 2.438.741,5 2.491.889,5 2.673.145,6 2.910.193,3 2.972.290,4 3.153.019,9 3.455.631,2 3.683.851,6
Real Estat 1.069.787,1 1.188.230,7 1.285.806,6 1.375.663,5 1.473.459,0 1.572.102,8 1.656.293,8 1.726.577,2 1.874.853,5 1.956.917,7 1.959.944,8 2.012.268,5
Jasa Perusahaan 20.609,2 22.704,6 23.871,1 25.723,4 26.890,9 29.001,8 30.750,9 32.428,1 34.954,3 37.357,4 32.224,3 32.814,4
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial 3.151.272,5 3.417.655,9 3.668.307,4 3.925.051,6 4.241.925,9 4.827.302,6 4.939.988,9 5.140.186,5 5.514.103,6 5.828.043,8 6.291.942,2 6.098.725,6
Wajib
Jasa Pendidikan 3.151.272,5 3.417.655,9 2.779.968,0 2.906.086,2 73.724.522,7 78.890.968,3 3.649.485,5 3.778.473,4 4.098.425,1 4.332.045,9 4.565.151,1 4.623.234,9
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
916.215,3 1.014.582,4 1.113.440,0 1.155.466,5 1.257.874,7 1.362.267,7 1.435.824,5 1.516.817,3 1.646.801,7 1.732.910,3 1.898.686,6 2.140.243,8
Sosial
Jasa Lainnya 544.352,5 569.082,0 615.510,1 646.167,1 703.438,4 756.665,9 808.447,9 841.688,2 912.220,0 972.868,7 891.305,5 913.876,3
PDRB 56.531.023,6 60.492.928,4 64.649.165,3 69.410.986,4 73.724.522,7 78.890.968,3 83.900.239,4 89 544 898,3 94 566 247,9 100.349.285,1 98.933.613,6 102.294.474,3
Sumber: BPS, (Badan Statistik Kalimantan Tengah), 2022.

xx
Lampiran 2

PDRB ADHK Kabupaten Kotawaringin Barat 2010-2021 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Pertanian, Kehutanan, dan
2.154.559.7 2.242.691 2.355.547 2.430.133 2.597.566 2.749.876 2.907.562 3.115.478 3.326.474 3.449.782 3.530.836 3.623.269
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 1.982.480.8 133.357 140.985 151.113 134.436 135.372 143.353 140.553 146.521 158.057 157.772 149.739
Industri Pengolahan 53.992.4 1.940.559 2.061.316 2.217.997 2.393.770 2.556.714 2.690.878 2.941.100 3.162.384 3.331.076 3.427.744 3.653.986
Pengadaan Listrik dan Gas 36.801.5 3.551 3.894 4.239 4.703 5.688 5.950 6.097 6.546 7.161 7.989 8.276
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur 1.765.100.2 6.588 7.152 7.506 8.222 8.896 9.343 9.658 10.334 11.299 10.921 11.909
Ulang
Konstruksi 87.669.8 646.317 697.800 763.670 815.095 885.898 934.460 997.482 1.047.401 1.122.528 987.370 1.106.366
Perdagangan Besar dan
38.917.0 929.528 1.007.961 1.080.904 1.133.838 1.232.136 1.317.850 1.396.600 1.500.563 1.596.609 1.644.347 1.738.206
Eceran
Transportasi dan Pergudangan 64.331.5 596.913 646.977 737.655 775.715 836.753 887.038 930.842 1.007.391 1.088.907 998.765 1.067.950
Penyediaan Akomodasi dan
107.747.5 92.369 99.906 107.934 117.608 128.406 139.764 147.566 156.032 165.931 156.549 160.318
Makan Minum
Informasi dan Komunikasi 123.990.7 80.632 88.771 94.447 102.192 110.038 117.997 123.395 127.043 137.357 147.770 158.784
Jasa Keuangan dan Asuransi 0.0 333.467 367.449 404.317 457.538 502.228 536.084 561.140 573.308 611.612 671.278 715.749
Real Estate 0.0 130.532 143.252 156.669 170.990 186.011 198.149 202.580 215.235 229.444 236.926 242.255
Jasa Perusahaan 745.92.2 3.355 3.673 4.036 4.357 4.666 4.860 5.006 5.256 5.609 4.911 5.057
Administrasi Pemerintahan.
Pertahanan dan Jaminan 49.398.5 226.474 242.866 259.908 285.130 314.518 331.239 354.885 353.945 385.121 419.320 460.523
Sosial
Jasa Pendidikan 1.822.536.2 200.965 205.619 219.004 234.713 254.884 267.866 276.813 296.119 320.451 346.272 353.364
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
3.216.1 84.932 91.312 96.580 103.747 110.859 115.724 120.578 127.782 137.598 174.298 199.385
Sosial
Jasa lainnya 2.923.1 69.966 74.812 78.971 83.579 90.309 96.593 102.916 110.948 119.095 81.204 78.848
10.113.25 11.432.68 13.004.27
PDRB 292.9 7.722.195 8.239.294 8.815.084 9.423.200 10.704.712 12.173.281 12.877.636 13.733.984
3 9 0
Sumber : BPS. (Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah). 2022.

xxi
Lampiran 3
Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan Tengah ADHK Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2021 (Persen)

201 201 201 201 201 201 201 201 201 201 202 202
Lapangan Usaha
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.01 1.65 2.62 3.38 7.00 5.92 3.84 4.68 7.08 6.97 0.1 2.92
18.3 11.0 15.9 -
Pertambangan dan Penggalian 6.83 1.88 7.6 8.67 -0.3 5.82 -9.7 1.64
2 7 0 3.10
12.3
Industri Pengolahan 9.69 1.50 5.39 7.77 6.51 7.45 8.95 5.11 4.26 -0.2 4.11
1
10.2 11.0 23.6
Pengadaan Listrik dan Gas 2.45 7.14 30.6 10.3 5.82 9.01 9.5 18.8 2.94
2 7 6
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
6.78 6.42 5.34 5.40 4.47 4.08 4.35 0.27 8.56 6.1 6.29 7.05
Daur Ulang
10.3
Konstruksi 6.57 5.25 7.77 3.63 10.7 7.82 5.41 1.68 6.94 -11 8.29
3
Perdagangan Besar dan Eceran 5.74 6.10 7.99 4.23 7.75 9.2 7.29 8.14 11.2 6.23 -1 2.28
11.4
Transportasi dan Pergudangan 2.97 3.80 4.19 2.25 12.1 9.17 8.15 8.24 7.79 -3.3 4.27
9
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9.59 9.95 9.62 6.00 8.21 8.52 7.86 5.52 6.96 - -4.3 2.64
12.6 12.0 17.3
Informasi dan Komunikasi 9.98 9.76 9.90 5.24 6.23 6.47 8.25 5.14 10.2
7 8 4
30.1 13.5
Jasa Keuangan dan Asuransi 7.36 8.32 6.22 2.18 7.27 8.87 2.13 6.08 9.86 6.60
9 2
11.0
Real Estate 9.97 8.21 6.99 7.11 6.69 5.36 4.24 8.59 4.38 0.61 2.67
7
10.1
Jasa Perusahaan 7.74 5.14 7.76 4.54 7.85 6.03 5.45 7.79 6.87 -14 1.83
7
Administrasi Pemerintahan. Pertahanan dan Jaminan 4.81 8.45 7.33 7.00 8.07 13.8 2.33 4.05 7.27 6.58 11.7 -

xxii
Sosial 3.07
Jasa Pendidikan 4.85 8.59 8.90 4.54 8.81 8.67 6.21 3.53 8.47 6.16 5.66 1.27
10.7 12.7
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9.10 9.74 3.77 8.86 8.3 5.4 5.64 8.57 5.23 9.57
4 2
13.1
Jasa lainnya 4.54 8.16 4.98 8.86 7.57 6.84 4.11 8.38 6.65 -8.4 2.53
0
PDRB 6.23 7.01 6.87 7.37 6.21 7.01 6.35 6.73 5.61 6.12 -1.4 3.40
Sumber : BPS. (Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah). 2022.

Lampiran 4

Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2010-2021 (Persen)

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6.00 4.09 5.03 3.17 6.89 5.86 5.73 7.15 6.77 3.71 2.35 2.60
Pertambangan dan Penggalian 4.95 4.59 5.51 3.44 7.05 5.87 6.24 -1.95 4.25 7.87 -0.18 -5.10
Industri Pengolahan 6.71 1.40 7.51 6.54 6.02 -6.30 4.83 9.30 7.52 5.33 2.90 6.60
Pengadaan Listrik dan Gas 3.24 7.04 5.20 3.51 6.73 -1.67 1.79 2.47 7.36 9.39 11.56 3.60
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
6.13 4.57 5.41 3.19 7.40 6.58 6.30 3.37 7.00 9.34 -3.35 9.10
Ulang
Konstruksi 8.59 5.14 6.56 6.04 3.16 3.40 8.01 6.74 5.00 7.17 -12.04 12.10
Perdagangan Besar dan Eceran 8.66 6.16 5.18 4.35 2.52 3.45 5.18 5.98 7.44 6.40 2.99 5.70
Transportasi dan Pergudangan 7.61 -7.30 -9.95 -8.15 8.46 8.22 -9.30 4.94 8.22 8.09 -8.28 6.93
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.48 1.72 4.12 3.30 3.07 4.77 2.34 5.58 5.74 6.34 -5.65 2.41
Informasi dan Komunikasi 2.19 7.55 5.72 7.18 -11.04 0.70 5.90 4.57 2.96 8.12 7.58 7.45
Jasa Keuangan dan Asuransi 3.78 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4.67 2.17 6.68 9.76 6.62

xxiii
Real Estate 1.18 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.24 6.25 6.60 3.26 2.25
Jasa Perusahaan 7.71 6.20 4.31 6.73 -24.32 -5.86 7.19 3.01 4.98 6.73 -12.46 2.99
Administrasi Pemerintahan. Pertahanan dan Jaminan Sosial 7.79 9.60 7.79 7.83 7.58 7.16 4.77 7.14 -0.26 8.81 8.88 9.83
Jasa Pendidikan 5.02 6.48 6.22 7.60 7.92 6.81 5.23 3.34 6.97 8.22 8.06 2.05
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.43 10.42 9.66 8.86 10.94 17.96 3.65 4.19 5.98 7.68 26.67 14.39
Jasa lainnya 4.15 10.62 9.71 7.11 10.89 19.04 3.20 6.55 7.80 7.34 -31.82 -2.90
PDRB 6.62 8.42 9.20 26.78 11.37 8.73 7.87 6.80 6.48 5.79 0.98 5.61
Sumber : BPS. (Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah). 2022.

Lampiran 5

Hasil Perhitungan Analisis Shift Share Kabupaten Kotawaringin Barat, 2010-2021

PDRB Kabupaten PDRB Provnsi


Dij rn rin rij Nij Mij Cij Dij
Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah
Sektor
=(E*n-En)/ =(E*in-Ein)/ =(E*ij-Eij)/ =Eij*(rin- =Nij+Mij+Ci
2010 (Eij) 2021 (E*ij) 2010 (Ein) 2019 (E*in) =E*ij-Eij =Eij*rn =Eij*(rij-rin)
En Ein Eij rn) j
Pertanian,Kehutanan & Perikanan 2,154,559.7 3,623,269.0 13,935,356.0 21,920,459.2 1,468,709.3 0.81 0.57 0.68 1,744,176.57 (509,591.57) 234,124.30 1,468,709.30
Pertambangan & Penggalian 123,990.7 149,739.0 8,416,687.5 14,315,123.9 25,748.3 0.81 0.70 0.21 100,373.95 (13,480.95) (61,144.70) 25,748.30
Industri Pengolahan 1,822,536.2 3,653,986.0 8,684,411.8 16,006,646.6 1,831,449.8 0.81 0.84 1.00 1,475,394.23 61,271.50 294,784.07 1,831,449.80
Pengadaan Listrik & Gas 3,216.0 8,276.0 29,223.4 105,535.9 5,060.0 0.81 2.61 1.57 2,603.44 5,794.66 (3,338.10) 5,060.00
Pengadaan Air, Pengelolaan
6,384.8 11,909.0 51,063.6 90,941.2 5,524.2 0.81 0.78 0.87 5,168.67 (182.53) 538.06 5,524.20
Sampah, Limbah & Daur Ulang
Konstruksi 608,019.4 1,106,366.0 4,821,353.9 8,387,653.2 498,346.6 0.81 0.74 0.82 492,208.78 (42,463.91) 48,601.73 498,346.60
Perdagangan Besar dan Eceran,
872,255.7 1,738,206.0 6,199,823.5 12,182,677.3 865,950.3 0.81 0.97 0.99 706,115.48 135,614.66 24,220.16 865,950.30
Reparasi Mobil & Sepeda Motor
Transportasi & Pergudangan 507,799.7 1,067,950.0 3,425,844.6 6,519,753.2 560,150.3 0.81 0.90 1.10 411,078.12 47,519.99 101,552.19 560,150.30

xxiv
Penyediaan Akomodasi & Makan
85,304.7 160,318.0 880,880.0 1,687,250.8 75,013.3 0.81 0.92 0.88 69,056.55 9,032.66 (3,075.91) 75,013.30
Minum
Informasi dan Komunikasi 72,413.7 158,784.0 599,071.5 1,573,418.1 86,370.3 0.81 1.63 1.19 58,620.92 59,154.74 (31,405.36) 86,370.30
Jasa Keuangan & Asuransi 252,388.6 715,749.0 1,434,283.7 3,683,851.6 463,360.4 0.81 1.57 1.84 204,315.66 191,537.19 67,507.55 463,360.40
Real Estate 118,954.9 242,255.0 1,069,787.1 2,012,268.5 123,300.1 0.81 0.88 1.04 96,297.33 8,501.82 18,500.95 123,300.10
Jasa Perusahaan 3,054.8 5,057.0 20,609.2 32,814.4 2,002.2 0.81 0.59 0.66 2,472.95 (663.83) 193.08 2,002.20
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan & Jaminan Sosial 213,910.6 460,523.0 3,151,272.5 6,098,725.6 246,612.4 0.81 0.94 1.15 173,166.64 26,908.56 46,537.20 246,612.40
Wajib
Jasa Pendidikan 189,368.6 353,364.0 2,350,787.5 4,623,234.9 163,995.4 0.81 0.97 0.87 153,299.20 29,758.68 (19,062.48) 163,995.40
Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 78,842.3 199,385.0 916,215.3 2,140,243.8 120,542.7 0.81 1.34 1.53 63,825.06 41,505.23 15,212.41 120,542.70
Jasa Lainnya 66,473.4 78,848.0 544,352.5 913,876.3 12,374.6 0.81 0.68 0.19 53,812.08 (8,687.82) (32,749.66) 12,374.60
Total 7,179,473.8 13,733,984.0 56,531,023.6 102,294,474.5 6,554,510.2 5,811,985.63 41,529.09 700,995.49 6,554,510.20

Lampiran 6

Hasil Perhitungan Analisis Tipologi Klassen Kabupaten Kotawaringin Barat, 2010-2021

PDRB Provinsi PDRB Kabupaten


Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat
Sektor Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Tipologi Kuadran
Pertumbuhan Kontribusi Pertumbuhan Kontribusi
(S) (Sk) (Si) (Ski)
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 4.2 21.9 4.9 27.7 Sektor Maju Dan Tumbuh Dengan Pesat 1
Pertambangan dan Penggalian 5.2 16.0 1.9 1.4 Sektor Relatif Tertinggal 4
Industri Pengolahan 5.8 15.2 6.5 25.6 Sektor Maju Dan Tumbuh Dengan Pesat 1
Pengadaan Listrik, Gas 12.6 0.1 9.1 0.1 Sektor Relatif Tertinggal 4
Pengadaan Air 5.4 0.1 5.9 0.1 Sektor Maju Dan Tumbuh Dengan Pesat 1
Konstruksi 5.3 8.5 5.8 8.5 Sektor Maju Dan Tumbuh Dengan Pesat 1
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan 6.4 11.3 6.5 12.3 Sektor Maju Dan Tumbuh Dengan Pesat 1
xxv
Perawatan Mobil-Motor
Transportasi dan Pergudangan 6.1 6.1 7.2 8.0 Sektor Maju Dan Tumbuh Dengan Pesat 1
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.2 1.7 6.0 1.2 Sektor Relatif Tertinggal 4
Informasi dan Komunikasi 9.2 1.2 7.4 1.1 Sektor Relatif Tertinggal 4
Jasa Keuangan 9.2 3.2 10.2 4.7 Sektor Maju Dan Tumbuh Dengan Pesat 1
Real Estate 6.0 2.0 6.7 1.8 Sektor Potensial Atau Masih Dapat Berkembang 3
Jasa Perusahaan 4.5 0.0 4.9 0.0 Sektor Maju Dan Tumbuh Dengan Pesat 1
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
6.3 5.8 7.3 3.1 Sektor Potensial Atau Masih Dapat Berkembang 3
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 6.4 4.3 5.9 2.5 Sektor Relatif Tertinggal 4
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.0 1.8 9.0 1.1 Sektor Potensial Atau Masih Dapat Berkembang 3
Jasa Lainnnya 6.5 1.7 4.9 0.9 Sektor Relatif Tertinggal 4

Lampiran 7

Hasil Perhitungan Analisis LQ Kabupaten Kotawaringin Barat, 2010-2021

LQ Kabupaten Kotawaringin Barat


Sektor Rata-Rata
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 1.22 1.24 1.27 1.27 1.26 1.26 1.29 1.32 1.30 1.27 1.26 1.23 1.27
Pertambangan dan Penggalian 0.12 0.10 0.10 0.09 0.08 0.08 0.08 0.07 0.08 0.08 0.09 0.08 0.09
Industri Pengolahan 1.65 1.72 1.74 1.74 1.67 1.67 1.64 1.64 1.67 1.69 1.70 1.70 1.69
Pengadaan Listrik, Gas 0.87 0.86 0.85 0.87 0.78 0.72 0.68 0.66 0.65 0.65 0.59 0.58 0.73
Pengadaan Air 0.98 0.95 0.98 0.98 1.02 1.06 1.07 1.10 1.08 1.10 0.98 0.98 1.02
Konstruksi 0.99 1.00 1.00 1.06 1.02 1.00 0.98 0.99 1.02 1.02 0.97 0.98 1.00
Perdagangan Besar dan Eceran,
1.11 1.11 1.11 1.15 1.11 1.10 1.10 1.08 1.04 1.04 1.05 1.06 1.09
Reparasi dan Perawatan Mobil-Motor
Transportasi dan Pergudangan 1.17 1.32 1.37 1.41 1.44 1.38 1.34 1.30 1.29 1.31 1.22 1.22 1.31
Penyediaan Akomodasi dan Makan 0.76 0.75 0.74 0.76 0.76 0.76 0.77 0.77 0.75 0.75 0.72 0.71 0.75
xxvi
Minum
Informasi dan Komunikasi 0.95 0.96 0.96 0.94 0.90 0.92 0.93 0.91 0.86 0.89 0.84 0.75 0.90
Jasa Keuangan 1.39 1.40 1.36 1.39 1.47 1.57 1.57 1.51 1.50 1.51 1.48 1.45 1.47
Real Estate 0.88 0.86 0.87 0.90 0.91 0.92 0.94 0.92 0.89 0.91 0.92 0.90 0.90
Jasa Perusahaan 1.17 1.16 1.21 1.24 1.27 1.26 1.24 1.21 1.17 1.17 1.16 1.15 1.20
Administrasi Pemerintahan,
0.53 0.52 0.52 0.52 0.53 0.51 0.53 0.54 0.50 0.51 0.51 0.56 0.52
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 0.63 0.62 0.58 0.59 0.58 0.58 0.58 0.57 0.56 0.58 0.58 0.57 0.58
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.68 0.66 0.64 0.66 0.65 0.63 0.63 0.62 0.60 0.62 0.70 0.69 0.65
Jasa Lainnnya 0.96 0.96 0.95 0.96 0.93 0.93 0.94 0.96 0.94 0.95 0.69 0.64 0.90

Lampiran 8

Hasil Perhitungan Analisis MRP Kabupaten Kotawaringin Barat, 2010-2021

Model Rasio Pertumbuhan


Sektor RPR RPS
R N R N
Pertanian,Kehutanan & Perikanan 0.71 - 0.75 -
Pertambangan & Penggalian 0.87 - 0.23 -
Industri Pengolahan 1.04 + 1.10 +
Pengadaan Listrik & Gas 3.23 + 1.72 +
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang 0.96 - 0.95 -
Konstruksi 0.91 - 0.90 -
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda Motor 1.19 + 1.09 +
Transportasi & Pergudangan 1.12 + 1.21 +
Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 1.13 + 0.96 -

xxvii
Informasi dan Komunikasi 2.01 + 1.31 +
Jasa Keuangan & Asuransi 1.94 + 2.01 +
Real Estate 1.09 + 1.14 +
Jasa Perusahaan 0.73 - 0.72 -
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 1.16 + 1.26 +
Jasa Pendidikan 1.19 + 0.95 -
Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 1.65 + 1.67 +
Jasa Lainnya 0.84 - 0.20 -

Lampiran 9

Hasil Perhitungan Analisis Overlay Kabupaten Kotawaringin Barat, 2010-2021

Kabupaten Kotawaringin Barat


Sektor
LQ MRP Total
Pertanian, Kehutanan & Perikanan + - +-
Pertambangan dan Penggalian - - --
Industri Pengolahan + + -+
Pengadaan Listrik, Gas - + -+
Pengadaan Air + - +-
Konstruksi + - ++
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil-
+ + -+
Motor
Transportasi dan Pergudangan + + -+
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum - - -+
Informasi dan Komunikasi - + ++

xxviii
Jasa Keuangan + + -+
Real Estate - + ++
Jasa Perusahaan + - --
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
- + +-
Wajib
Jasa Pendidikan - - +-
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - + ++
Jasa Lainnnya - - -+

xxix

Anda mungkin juga menyukai