OLEH:
KELOMPOK 9
Utari adeviani
PENDIDIKAN BIOLOGI A
JURUSAN BIOLOGI
2016
1
KLIMAKS
A. PENGERTIAN KLIMAKS
2
organik netto tahunan. Hal ini disebabkan karena produksi tahunan
komunitas seimbang dengan konsumsi tahunan.
3
(http://massofa.wordpress.com/2008/09/23/sejarah-dan-ruang-
lingkup-ekologi-dan-ekosistem/ksesi
4
sub stratum tidak begitu ekstrem untuk mengadakan perubahan terhadap
kebiasaan iklim di suatu wilayah. Kadang-kadang klimaks dimodifikasi
begitu besar oleh kondisi fisik tanah seperti topografi dan kandungan air.
Klimaks seperti ini disebut klimaks edafik. Secara relatif vegetasi dapat
mencapai kestabilan lain dari klimatik atau klimaks yang sebenarnya di
suatu wilayah. Hal ini disebabkan adanya tanah habitat yang mempunyai
karakteristik yang tersendiri.
5
Telah dijelaskan bahwa akhir suksesi adalah terbentuknya suatu
komunitas klimaks. Berdasarkan tempat terbentuknya, terdapat tiga jenis
komunitas klimaks sebagai berikut :
6
digantikan oleh komunitas yang muda, kemungkinannya berbeda dalam
peningkatan spesiesnya. Karena itu, tidak banyak diketahui tentang pada
waktu sekarang dan lebih banyak studi perlu banyak dilakukan. (Ramli,
1989 : 175)
Contoh vegetasi yang mengalami gangguan berupa kebakaran
adalah pada hutan Bukit Pohen yang merupakan salah satu situs dari Cagar
Alam Batukahu pada tahun 1994 mengalami kebakaran hutan dan mengakibatkan
pengurangan luasan hutan sebesar 30,4 Ha. Untuk mendapatkan gambaran
mengenai kondisi vegetasinya dilakukan survei pada titik pengamatan di lokasi
yang terkena kebakaran. Seperti terlihat pada gambar, pada lokasi ini terdapat
rumpang atau gap yang cukup luas akibat kehilangan penutupan tajuk hutan oleh
api. Kondisi terbuka ini menyebabkan perubahan iklim mikro dan komposisi
serta struktur vegetasinya. Hutan ini adalah hutan sekunder yang tengah
berproses ke arah komunitas klimaks setelah terjadinya kebakaran hebat pada
tahun 1994.
7
B. TEORI KLIMAKS
Gangguan dapat menyebabkan modifikasi klimaks yang
sebenarnya dan ini menyebabkan terbentuknya sub klimaks yang berubah
(termodifikasi). Keadaan seperti ini disebut disklimaks (Ashby, 1971).
Sebagai contoh vegetasi terbakar menyebabkan tumbuh dan
berkembangnya vegetasi yang sesuai dengan tanah bekas terbakar tersebut.
Odum (1961) mengistilahkan klimaks tersebut dengan pyrix klimaks.
Tumbuh-tumbuhan yang dominan pada pyrix klimaks antara lain:
Melastoma polyanthum, Melaleuca leucadendron dan Macaranga sp.
Contohnya di Bukit Pohen, suksesi sekunder pada tahap fallow stage tengah
berjalan, yang ditandai dari dominansikehadiran jenis-jenis seperti Eupatorium
odoratum,Melastoma malabathricum Lantana dan Rubus. Van Steenis, (1972)
juga melaporkan adanya dominasi jenis Eupatorium pada hutan sekunder muda
bekas perkebunan teh di Cibodas. Demikan pula halnya di petak tujuh hutan
lindung Kaliurang Yogyakarta yang bekas terbakar dijumpai pula Eupatorium
sebagai dominansi jenis tumbuhan bawahnya (Sutomo, 2004). Demikian pula
Melastoma yang memang kerap dijumpai hidup di lokasi-lokasi alami yang
terganggu karena pembukaan lahan pada ketinggian tempat hingga 3000 m d.p.l .
Selain terna, pada tingkat pohon juga banyak terdapat jenis pohon Homalanthus
giganteus di bekas lahan kebakaran hutan di Bukit Pohen.
Jika pergantian iklim secara temporer menghentikan
perkembangan vegetasi sebelum mencapai klimaks yang diharapkan
disebut pra klimaks (pre klimaks). Berhubungan dengan berbagai klimaks
maka terdapat kekaburan arti klimaks. Oleh karena terjadi ketidak
sepakatan kemudian berkembang tiga teori klimaks dengan argumentasi
masing-masing, yaitu sebagai berikut:
a. Teori Monoklimaks
Dalam teorinya pada tahun 1916 Clements menyatakan bahwa
komunitas klimaks untuk suatu kawasan semata-mata merupakan fungsi
dari iklim. Dia memperkirakan bahwa pada waktu yang cukup dan bebas
8
dari berbagai pengaruh gangguan luar, suatu bentuk umum vegetasi
klimaks yang sama akan terbentuk untuk setiap daerah iklim yang sama.
Dengan demikian iklim sangat menentukan batas dari formasi klimaks.
Pemikiran ini dipahami sebagai teori monoklimaks dan diterima secara
luas oleh pakar botani pada pertengahan awal dari abad ini.
Clements dan para pendukungnya dari teori monoklimaks ini tidak
melihat kenyatan bahwa banyak sekali variasi lokal dalam suatu daerah
iklim tertentu. Variasi-variasi ini oleh Clements dianggap fasa seral
meskipun berada dalam keadaan yang stabil. Clements menganut teori
klimaks ini didasarkan pada keyakinan akan waktu yang panjang, dimana
perbedaan-perbedaan local dari suatu vegetasi akibat kondisi tanahnya
akan tetap berubah menjadi bentuk vegetasi regionalnya apabila diberi
waktu yang cukup lama. Penamaan-penamaan khusus diberikan untuk
menggambarkan perbedaan-perbedaan vegetasi local ini. Istilah
”subklimaks” dipergunakan untuk suatu fasa seral akhir yang
berkepanjangan yang akhirnya akan berkembang juga ke bentuk
klimaksnya. Sedangkan istilah ”disklimaks” dipakai untuk komunitas
tumbuhan yang menggantikan bentuk klimaks setelah terjadi kerusakan.
Teori monoklimaks menyebutkan bahwa tiap-tiap wilayah hanya
memiliki satu komunitas klimaks dan semua komunitas akan menuju ke
arah komunitas klimaks tersebut. Asumsi fundamental yang dicetuskan
Clements, jikalau diberi waktu dan keterbatasan dari gangguan, maka akan
dihasilkan suatu vegetasi klimaks yang tergolong ke dalam tipe umum
yang sama dan akan dimantapkan tanpa mengingat kondisi tenpat
sebelumnya. Iklim, menurut Clements adalah faktor penentu untuk
vegetasi dan klimaks di area manapun adalah suatu fungsi dari iklim di
daerah itu.
Tetapi di area tertentu yang manapun akan didapati dan ada saja
komunitas yang bukan klimaks seperti yang dimaksudkan oleh Clements,
komunitas yang non-klimaks dan komunitas yang klimaks dalam keadaan
ekuilibrium. Kedua jenis komunitas tersebut ditentukan oleh faktor
9
topografi, edafik, dan biotik.oleh karena banyaknya pengecualian dan
anyaknya peristilahan di dalam teori Celemnts mengenai monoklimaks
ditentang oleh kebanyakan ekologiwan.
b. Teori Poliklimaks
Beberapa pakar ekologi berpendapat bahwa teori monoklimaks
terlalu kaku. Tidak memberikan kemungkinan untuk mengangkat variasi
lokal dalam suatu komunitas tumbuhan. Dalam tahun 1939 Tansley,
seorang pakar botani dari Inggris mengusulkan suatu alternatif yaitu teori
poliklimaks, dengan teori ini memungkinkan untuk mendapat mosaik dari
bentuk klimaks dari setiap daerah iklim. Dia menyadari bahwa komunitas
klimaks erat hubungannya dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya
yaitu meliputi tanah ;drainage ; dan berbagai faktor lainnya. Teori
poliklimaks mengenal kepentingan dari iklim, tetapi faktor-faktor lain
hendaknya jangan dipandang sebagai suatu faktor yang bersifat temporal.
Teori poliklimaks mempunyai keuntungan yang besar, dalam memandang
semua komunitas tumbuhan yang sifatnya stabil bisa dianggap sebagai
bentuk klimaks. Teori poliklimaks ini ternyata pendekatannya tidak
bersifat kaku, sehingga dapat diterima dikalangan pakar secara luas.
(http://www.scribd.com/doc/49145571/Buku-ajar-EKTUM)
10
geologik atau skala ekologik. Butir penting di sini adalah bahwa iklim
berfluktuasi dan tidak pernah konstan. Jadi kondisi ekuilibrium tidak
pernah tercapai sebab vegetasi tidak di dalam iklim yang konstan tetapi di
dalam iklim yang berubah. Iklim berubah pada skala waktu ekologik dan
pada skala waktu geologik. Suksesi terjadi secara kontinu dalam vegetasi
yang berubah dan dalam iklim yang berubah. (Soetjipta, 1993 :193)
11
modern dan tidak terbelenggu dalam pola pemikiran yang bersifat filosofis
serta deskriptif lagi. Sejalan dengan perkembangan dari ekologi umumnya
maka dalam kajian suksesi inipun mengalami perkembangan, dan dapat
dibagi dalam dua perioda pendekatan, yaitu pendekatan secara lama atau
tradisional disatu pihak dan pendekatan yang ditujukan untuk melengkapi
atau mengoreksi pendekatan lama berdasarkan konsep-konsep ekosistem
yang mendasarinya di fihak lain.
(http://www.scribd.com/doc/49145571/Buku-ajar-EKTUM)
12
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Sutomo. 2009. Kondisi Vegetasi dan Panduan Inisiasi Restorasi Ekosistem Hutan
di Bekas Areal Kebakaran Bukit Pohen Cagar Alam Batukahu Bali (suatu
kajian pustaka). Jurnal Biologi XIII (2) : 45 – 50
(http://massofa.wordpress.com/2008/09/23/sejarah-dan-ruang-lingkup-ekologi-
dan-ekosistem/)
(http://sobatbaru.blogspot.com/2008/06/pengertian-suksesi.html)
(http://www.scribd.com/doc/49145571/Buku-ajar-EKTUM)
14