Anda di halaman 1dari 16

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK ( FHISIP )

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL


ADPU4433/PERENCANAAN KOTA

DOSEN PENGAMPU
Yuli Tirtariandi El Anshori, SIP, M.AP, CRA, CRP, CMA

DISUSUN OLEH :

SAP
NIM. 042792123

UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ - BATAM
2022.2
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
karunia-Nya alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan proposal ini, walaupun dalam bentuk
dan keadaan yang sederhana dengan judul "Pembangunan Daerah Tertinggal". Shalawat
beserta salam buat junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menerangi dunia ini

dengan Al Quran dan Hadistnya.

Selanjutnya dalam penulisan proposal ini penulis banyak mendapat bantuan dan dorongan serta
kemudahan dari berbagai pihak, Oleh karena itu dalam kesempatani ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Ibu Yuli Tirtariandi El Anshori, SIP, M.AP, CRA, CRP, CMA, pengampu mata
kuliah perencanaan kota;
2. Orang tua dan seluruh keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan mendukung
setiap yang penulis tempuh dalam pendidikan;
3. Seluruh rekan-rekan beserta semua pihak yang telah membantu dan memotivasi
penulis dalam menyelesaikan penulisan proposal ini.

Semoga bantuan, bimbingan, dan arahan seria dorongan yang telah diberikan kepada penulis
menjadi amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah SWT, Amin. Akhir kata kepada Allah
SWT penulis kembalikan, semoga amal kebajikan yang mereka berikan diterima dan dibalas
Sebagaimana semestinya. Semoga proposal ini dengan ketidak sempurnaannya mampu
memberikan sesuatu yang berarti bagi kita semua.

Batam, 18 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i


DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULIAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumus Masalah........................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3


2.1 Pengertian Daerah Tertinggal ................................................................................ 3
2.2 Faktor Penyebab Daerah Tertinggal ...................................................................... 4
2.3 Kriteria Penetapan Daerah Tertinggal ................................................................... 5
2.4 Pandangan Masyarakat Daerah Tertinggal Terhadap Pendidikan......................... 6
2.5 Pendidikan di Daerah Tertinggal ........................................................................... 6
2.6 Program-Program Pembangunan yang dilakukan pemerintah Pemerintah .......... 8
2.7 Pemberdayaan Masyarakat .................................................................................... 9

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 11


3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................11
3.2 Saran ..................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang berada di kawasan asia
tenggara. Layaknya sebuah Negara berkembang, Indonesia tak akan pernah lepas dengan
program-program pembangunan baik dalam skala lokal maupun skala nasional. Pada
hakikatnya tujuan pembangunan adalah mewujudkan masyarakat yang mempunyai tingkat
kesejahteraan sosial yang tinggi. Namun dalam perjalanannya, berbagai kendala masih sering
dijumpai.

Menurut data BPS indonesia, jika dilihat dari administratif kabupaten/kota, data terkini
pemerintah menyebutkan terdapat 122 kabupaten/kota yang memiliki daerah
tertinggal. Padahal lanjut Marwan, dari hasil pertemuannya dengan berbagai kepala daerah dan
aparatur desa, jumlah kabupaten/kota yang memiliki desa tertinggal mencapai 200 - 300
kabupaten/kota. Sebanyak 32.000 desa dari 74.093 jumlah desa di Indonesia atau 52,79 persen.
(SJ)

Salah satu kendala yang mendominasi adalah rendahnya tingkat aksesbilitas ke daerah
pembangunan. Hal inilah yang menjadi penyebab utama kesenjangan pembangunan.
Kesenjangan pembangunan, baik antar golongan masyarakat maupun antar daerah yang relatif
masih tinggi berusaha terus diturunkan. Berbagai program percepatan yang diharapkan
menjadi katalis terhadap peningkatan kegiatan pembangunan nyatanya masih dirasa kurang
dampaknya.

Salah satu contohnya adalah tarik-menarik kewenangan dan masalah birokrasi yang
terlalu rumit (Koran Jakarta:16 oktober 2013). Oleh karena itu pemerintah membuat
Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal. Dalam rangka melaksanakan pembangunan di
daerah tertinggal diperlukan data-data yang akurat, terperinci, aktual, dan mudah diakses
sehingga memudahkan bagi Kementerian PDT dan Kementerian/Lembaga dalam melakukan
afirmasi dan intervensi untuk percepatan pembangunan di daerah tertinggal.

Di Indonesia sendiri tercatat ada 122 kabupaten/kota daerah tertinggal yang menyebar di
seluruh Indonesia. Dalam pengkategorian sebuah daerah tertinggal terdapat 5 faktor yang

1
mempengaruhi anatara lain faktor geografis, sumberdaya alam, sumberdaya manusia,
prasarana dan sarana, serta daerah terisolasi, rawan konflik dan rawan bencana. Pada umumnya
pada aspek seumber daya manusia, masyarakat di daerah tertinggal mempunyai tingkat
pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta kelembagaan adat yang
belum berkembang.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah :


1. Apa yang dimaksut dengan Daerah tertinggal?
2. Apa yang menyebapkan daerah tertinggal?
3. Bagaimana karakteristik daerah tertinggal?
4. Bagaimana pendidikan didaerah tertinggal?
5. Bagaiman pembangunan pada daerah tertinggal?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian daerah tertinggal.
2. Untuk mengetahui apa yang menyebapkan suatu daerah dapat tertinggal
3. Untuk mengetahui karakteristik daerah tertinggal.
4. Untuk mengetahui pendidikan daerah tertinggal.
5. Untuk mengetahui pembangunan didaerah tertinggal.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1. Pengertian Daerah Tertinggal

Secara umum yang dimaksud dengan Daerah Tertinggal adalah daerah Kabupaten yang
masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala
nasional. Pengertian daerah tertinggal sebenarnya multi-interpretatif dan amat luas. Meski
demikian, ciri umumnya antara lain: tingkat kemiskinan tinggi, kegiatan ekonomi amat terbatas
dan terfokus pada sumberdaya alam, minimnya sarana dan prasarana, serta kualitas SDM yang
rendah.

Daerah tertinggal secara fisik terkadang lokasinya amat terisolasi. Beberapa pengertian
wilayah tertinggal telah disusun oleh masing-masing instansi sektoral dengan pendekatan dan
penekanan pada sektor terkait (misal: transmigrasi, perhubungan, pulau-pulau kecil dan pesisir,
Kimpraswil, dan lain sebagainya). Wilayah tertinggal secara definitif dapat meliputi dan
melewati batas administratif daerah sesuai dengan keterkaitan fungsional berdasarkan dimensi
ketertinggalan yang menjadi faktor penghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat di
wilayah tersebut.

Berdasarkan Keputusan Menteri pembangunan daerah tertinggal Nomor 001/KEP/M-


PDT/I/2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal, yang dimaksud
dengan Daerah Tertinggal adalah daerah Kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif
kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Konsep daerah tertinggal
pada dasarnya berbeda dengan konsep daerah miskin. Oleh karenanya, program pembangunan
daerah tertinggal berbeda dengan program penanggulangan kemiskinan

3
2.2. Faktor Penyebab Daerah Tertinggal

Suatu daerah dikategorikan sebagai daerah tertinggal, karena beberapa faktor penyebab,
yaitu:

1. Geografis
Umumnya secara geografis daerah tertinggal relatif sulit dijangkau karena letaknya yang jauh
di pedalaman, perbukitan/ pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau terpencil atau
karena faktor geomorfologis lainnya sehingga sulit dijangkau oleh jaringan baik transportasi
maupun media komunikasi.

2. Sumberdaya Alam
Beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi sumberdaya alam, daerah yang memiliki
sumberdaya alam yang besar namun lingkungan sekitarnya merupakan daerah yang dilindungi
atau tidak dapat dieksploitasi, dan daerah tertinggal akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang
berlebihan.

3. Sumberdaya Manusia
Pada umumnya masyarakat di daerah tertinggal mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan,
dan keterampilan yang relatif rendah serta kelembagaan adat yang belum berkembang.

4. Prasarana dan Sarana


Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi, kesehatan,
pendidikan, dan pelayanan lainnya yang menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal tersebut
mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.

5. Daerah Terisolasi, Rawan Konflik dan Rawan Bencana


Daerah tertinggal secara fisik lokasinya amat terisolasi, disamping itu seringnya suatu daerah
mengalami konflik sosial bencana alam seperti gempa bumi, kekeringan dan banjir, dan dapat
menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi.

4
6. Kebijakan Pembangunan
Suatu daerah menjadi tertinggal dapat disebabkan oleh beberapa kebijakan yang tidak tepat
seperti kurang memihak pada pembangunan daerah tertinggal, kesalahan pendekatan dan
prioritas pembangunan, serta tidak dilibatkannya kelembagaan masyarakat adat dalam
perencanaan dan pembangunan.

2.3. Kriteria Penetapan Daerah Tertinggal

Unit terkecil daerah tertinggal yang digunakan dalam Strategi Nasional ini adalah
wilayah administrasi Kabupaten. Hal ini sesuai dengan kewenangan otonomi daerah yang
secara penuh diberikan kepada pemerintah Kabupaten.

Penetapan kriteria daerah tertinggal dilakukan dengan menggunakan pendekatan berdasarkan


pada perhitungan 6 (enam) kriteria dasar yaitu : perekonomian masyarakat, sumberdaya
manusia, prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan lokal (celah fiskal), aksesibilitas dan
karakteristik daerah, serta berdasarkan kabupaten yang berada di daerah perbatasan antarnegara
dan gugusan pulau-pulau kecil, daerah rawan bencana, dan daerah rawan konflik. Ke-6 (enam)
kriteria ini diolah dengan menggunakan data Potensi Desa (PODES) 2003 dan Survei Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2002 dan data Keuangan Kabupaten 2004 dari Departemen
Keuangan. Berdasarkan pendekatan tersebut, maka ditetapkan 199 kabupaten yang
dikategorikan kabupaten tertinggal.

Menurut Lucky H. Korah, sekretaris Kementrian Negara PDT (2008) daerah tertinggal
mempunyai ciri yaitu tidak bisa berkembangnya individu, masyarakat dan wilayahnya.
Sedangkan, menurut Sarwono (2008) Kriteria sebuah daerah tertinggal adalah berdasarkan
kondisi sosial, budaya, ekonomi dan wilayah (fungsi inter dan intra spasial baik pada aspek
lingkungan, aspek manusianya, maupun prasarana pendukungnya) kurang berkembang
dibandingkan daerah lain. Kriteria utama yang digunakan dalam penentuan suatu daerah
tertinggal antara lain, perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, prasarana
(infrastruktur), kemampuan keuangan lokal (celah fiskal), aksesibilitas, dan karakteristik
daerah. Saat ini masih terdapat 199 kabupaten yang masuk dalam daerah tertinggal, dan 28
diantaranya berada di wilayah perbatasan dengan pembagian sebagai berikut: kawasan timur

5
Indonesia sebanyak 123 kabupaten, Sumatra memiliki 58 kabupaten yang disinyalir sebagai
daerah tertinggal, Pulau Jawa-Bali sebanyak 18 kabupaten.

2.4. Pandangan Masyarakat Daerah Tertinggal Terhadap Pendidikan

Daerah tertinggal merupakan daerah yang terisolir dari pembangunan yang sedang
berjalan. Tidak hanya secara fisik mereka tertinggal namun juga dari cara berpikir
masyarakatnya. Prinsip ‘banyak anak banyak rejeki’ seakan telah menjamur dalam kehidupan
mereka.

Pandangan masyarakat desa di daerah tertinggalpun cenderung lebih berorientasi pada


hal materiil, yaitu lebih menyukai jika anak-anaknya bekerja membantu orang tua dari pada
harus belajar di sekolah. Mungkin hal inilah yang menyebabkan masyarakat desa di daerah
tertinggal sulit melepaskan anak-anak mereka untuk menuntut ilmu di tempat yang jauh.
Mereka lebih suka melihat anak-anak mereka di rumah membantu orang tua di ladang, tambak
atau sawah.

Paradigma seperti inilah yang telah ada dalam diri mereka sejak lama dan sulit untuk
dirubah. Bagi masyarakat pedalaman, yang berpencar, pendidikan belum merupakan prioritas
karena anak-anak masih dipandang sebagai alat produksi bagi keluarga, perbedaan ini perlu
dieliminir. Masyarakat disana berpikir bahwa sekolah kurang berguna untuk wanita. Karena
pada akhirnya wanita akan kembali ke dapur dan hanya bekerja sebatas mengurus rumah,
suami dan anak-anak.

2.5. Pendidikan di Daerah Tertinggal

Sarana komunikasi yang kurang baik dan jauhnya daerah dari pusat pemerintahan
menjadi salah satu penyebab tertinggalnya daerah dari pembangunan pendidikan.
Pemberlakuan Undang-undang no. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah mengisyaratkan

6
pada kita mengenai perkembangan daerah-daerah dengan suasana yang lebih kondusif dan
demokratis. Namun ternyata hal ini juga berimbas pada pendidikan.

Sebenarnya, masih banyak daerah yang belum siap menerima kebijakan pemerintah yang
baru yang menyerahkan kebebasan pada pemerintah daerah untuk mengatur pendidikan yang
selama ini selalu berbasis pada pemerintah pusat. Hal ini dapat terlihat dari ketidaksiapan
daerah yang tertinggal dalam menghadapi situasi ini.

Terlihat dari sarana dan prasarana yang kurang memadai.seperti akses jalan menuju
sekolah, bangunan sekolah yang rapuh, serta buku-buku yang digunakan dalam mengajar. Hal
tersebut berhubungan erat dengan masalah dana yang kurang tersedia di setiap daerah. Ini
menjadi masalah yang mendasar bagi pemerintah daerah, kecuali jika pemerintah pusat dapat
membantu mereka mengatasi masalah ketersediaan dana ini. Yang kedua adalah masalah
Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum memadai. Tidak hanya mengenai kuantitasnya
namun juga kualitasnya yang jauh dibawah standar kelayakan. Masih terdapat beberapa daerah
yang SDM nya masih belum memadai dan mengerti bagaimana konsep pendidikan yang
sebaiknya diterapkan. Terlihat juga dari tenaga pengajar yang kebanyakan honorer. Banyak
dari tenaga pengajar tersebut merupakan relawan yang bersedia membantu mengajar.

Data hingga tahun 2005 menunjukkan, bangunan SD dan SMP di daerah tertinggal di
Sumatera Utara berjumlah 9.735 unit, dengan 63.997 kelas. Sedangkan jumlah siswa sebanyak
2.002.371 orang. Sedangkan jumlah tenaga guru yang ada sebatas 84.241 orang.

Beberapa daerah yang tertinggal mempunyai Anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang sangat rendah, hal ini menyebabkan mereka merasa sangat berat untuk dapat
menyelenggarakan pendidikan dengan layak. “Karena anggarana Pendapatan Asli Daerah
(PAD) mereka sangat rendah, beberapa daerah yang selama ini kita kenal dengan daerah
tertinggal merasa keberatan untuk langsung menerima beban kewenangan kebijakan
desentralisasi pendidikan ini. Pembiayaan pembangunan yang mereka lakukan selama ini

7
banyak ditunjang oleh pusat atau propinsi. Pendapatan asli daerah mereka tergolong masih
sangat rendah” (Chan, Sam, 2006)

Masalah lain, yaitu masyarakat daerah tertinggal adalah masyarakat yang gamang atau
takut terhadap upaya pembaruan. Perubahan kurikulum, uji coba model, dan uji coba
mekanisme sering dianggap para pengajar sebagai sebuah malapetaka atau setidaknya menjadi
beban yang cukup berat untuk mereka. Serta LSM yang bergerak di bidang pendidikan masih
kurang.

2.6. Program-Program Pembangunan yang dilakukan pemerintah Pemerintah

Sudah cukup banyak usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi


masalah ketertinggalan daerah selama ini. Salah satunya yaitu pemerintah mengeluarkan
Permen PDT No. 07/ PER/ W-PDT /III/2007 tentang perubahan strategi pembangunan daerah
tertinggal. Ini merupakan implementasi teknis dari Undang-undang nomor 25 tahun 2005
tentang sistem perencanaan pembangunan nasional.

Kementrian PDT juga membuat sasaran pembangunan daerah tertinggal yang terbagi
dalam sasaran jangka menengah (RPJMN) dan sasaran jangka panjang (RPJPN). Kedua
program kerja tersebut mempunyai tujuan untuk mempercepat pertumbuhan daerah-daerah
yang tertinggal. Pemerintah juga mengadakan Program Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal atau disebut juga dngan P2DTK. Program (Sarpung) Sarjana Pulang Kampung juga
diterapkan Pemkab Tapin, Kalimantan Selatan untuk mrnyebarkan tenaga pendidik di daerah
mereka. Program beasiswa dan penggalangan dana untuk anak-anak yang mempunyai masalah
ekonomi juga semakin digalakkan karena pada dasarnya masalah ekonomi kerap menjadi
masalah utama yang membelenggu masyarakat di daerah tertinggal. Masalah ini sepatutnya
tidak hanya menjadi tugas pemerintah dalam menyelesaikannya, namun juga menjadi tanggung
jawab masyarakat dalam pelaksanaannya.

Pembukaan UUD 1945 yang berisi tujuan pendidikan nasional adalah membentuk warga
Negara yang cerdas, mandiri dan dilandasi oleh ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

8
Hal ini sepatutnya menjadi landasan utama dalam merealisasikan pendidikan yang berbasis
pemberdayaan masyarakat agar terlatih kecerdasannya.

Strategi pembangunan daerah tertinggal disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi


masing-masing daerah. Strategi dimaksud meliputi:

1. Pengembangan ekonomi lokal, strategi ini diarahkan untuk mengembangkan


ekonomi daerah tertinggal dengan didasarkan pada pendayagunaan potensi
sumberdaya local (sumberdaya manusia, sumberdaya kelembagaan, serta
sumberdaya fisik) yang dimiliki masing-masing daerah, oleh pemerintah dan
masyarakat, melalui pemerintah daerah maupun kelompok-kelompok kelembagaan
berbasis masyarakat yang ada.
2. Pemberdayaan Masyarakat, strategi ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
3. Perluasan Kesempatan, strategi ini diarahkan untuk membuka keterisolasian daerah
tertinggal agar mempunyai keterkaitan dengan daerah maju
4. Peningkatan Kapasitas, strategi ini diarahkan untuk meningkatkan kapasitas
kelembagaan dan sumberdaya manusia pemerintah dan masyarakat di daerah
tertinggal.
5. Peningkatan Mitigasi, Rehabilitasi dan Peningkatan, strategi ini diarahkan untuk
mengurangi resiko dan memulihkan dampak kerusakan yang diakibatkan oleh
konflik dan bencana alam serta berbagai aspek dalam wilayah perbatasan.

2.7. Pemberdayaan Masyarakat

Selama ini kita mengenal tiga kategori pendidikan. Pertama yaitu pendidikan formal,
seperti yang selalu kita lihat di sekolah-sekolah dengan ciri ada guru, murid, bangku, papan
tulis. Kedua yaitu pendidikan informal tetapi mempunyai pola seperti pendidikan formal,
seperti pengadaan kursus dan lain-lain yang memberikan ijazah sebagai tanda kredibilitasnya.
Ada juga pendidikan non formal yang tidak memberikan ijasah, sertifikat dan lain-lain.
Pendidikan seperti ini biasanya digunakan untuk meningkatkan mutu SDM. Dalam
pembangunan pendidikan di daerah tertinggal, sebaiknya masyarakat ikut dilibatkan dalam

9
banyak keputusan. Karena jika tidak, masyarakat akan merasa kurang memiliki dan acuh tak
acuh dan mungkin hanya akan menunggu sampai pembangunan tersebut selesai dilaksanakan
Pendidikan dengan upaya memberdayakan masyarakat selalu menekankan pentingnya
partisipasi masyarakat pada setiap kegiatan belajar dan bertujuan untuk menjawab kebutuhan
masyarakat.

Banyak hal yang dapat dilakukan pemerintah maupun masyarakat sendiri dalam rangka
membentu mengaplikasikan pendidikan yang menggunakan masyarakat sendiri sebagai
pondasi dan pembangunnya. Salah satunya dengan adanya bantuan teknis, dalam hal ini
pendidikan formal maupun informal dapat dilakukan masyarakat dan pemerintah dengan
mengirimkan tenaga ahli serta pendidikan atau pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan.
Cara lain yaitu dengan subsidi dana penyelenggaraan kependidikan formal maupun informal
berbasis masyarakat yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah berupa biaya
operasi. Selain itu, sumber daya lain yang dapat membantu dalam menyukseskan pendidikan
berbasis masyarakat yaitu berupa pengadaan sarana dan prasarana pendidikan. Semua hal
tersebut dapat tersedia dengan adanya kerja sama yang terbuka antara pemerintah, pemerintah
daerah, Tokoh-tokoh masyarakat serata LSM terkait yang diharapkan dapat membantu proses
pendidikan ini.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kriteria sebuah daerah tertinggal adalah berdasarkan kondisi sosial, budaya, ekonomi dan
wilayah (fungsi inter dan intra spasial baik pada aspek lingkungan, aspek manusianya, maupun
prasarana pendukungnya) kurang berkembang dibandingkan daerah lain.

Pandangan masyarakat desa di daerah tertinggal cenderung lebih berorientasi pada hal
materiil, yaitu lebih menyukai jika anak-anaknya bekerja membantu orang tua daripada harus
belajar di sekolah. Mungkin hal inilah yang menyebabkan masyarakat desa di daerah tertinggal.

Masyarakat daerah tertinggal adalah masyarakat yang gamang atau takut terhadap upaya
pembaruan. Perubahan kurikulum, uji coba model, dan uji coba mekanisme sering dianggap
para pengajar sebagai sebuah malapetaka atau setidaknya menjadi beban yang cukup berat
untuk mereka. Sudah cukup banyak usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam
menghadapi masalah ketertinggalan daerah selama ini. Salah satunya yaitu pemerintah
mengeluarkan Permen PDT No. 07/ PER/ W-PDT /III/2007 tentang perubahan strategi
pembangunan daerah tertinggal. Ini merupakan implementasi teknis dari Undang-undang
nomor 25 tahun 2005 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional.

Kementrian PDT juga membuat sasaran pembangunan daerah tertinggal yang terbagi
dalam sasaran jangka menengah (RPJMN) dan sasaran jangka panjang (RPJPN).

11
3.2. Saran

Daerah tertinggal masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan juga masyarakat
luas. Alangkah baiknya jika dalam pembangunan daerah tertinggal ini pemerintah juga
mengajak masyarakat ikut serta. Mengingat pendidikan merupakan salah satu pilar penentu
bangsa dimasa depan. Sebagai masyarakat, kita harus mengubah pandangan masyarakat daerah
tertinggal tentang pendidikan, hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan pilar penting
dalam kehidupan bernegara.

Pendidikan juga teramat penting bagi setiap individu. Karena akan beruhubungan
selanjutnya kepada masa depan individu tersebut dan selanjutnya juga akan berpengaruh pada
bangsa dalam waktu mendatang. Penyuluhan mengenai pentingnya pendidikan akan sangat
dibutuhkan. Perbaikan sarana-prasaran harus tetap ditingkatkan.

Pengawasan dana pendidikan harus berjalan transparan. Mengingat telah banyak usaha
yang telah dilakukan pemerintah, dan tingkat kepedulian yang tinggi dari pemerintah daerah,
maka bukan hal yang tidak mungkin bahwa kita sebagai masyarakat dan abdi Negara untuk
melanjutkan program-program tersebut dan menjadikan Indonesia sebagai Negara yang maju
dan terdepan dalam pendidikan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Utomo tjipto, Ruijter Kees. 1991. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama

Sam Tuti T, Chan Sam M. 2006. Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada

Sastradipoera Koemaruddin. 1989. Kegunaan Konsep Gini dan Konsep Kesenjangan


Pendidikan. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan

13

Anda mungkin juga menyukai