Anda di halaman 1dari 19

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK ( FHISIP )

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

PERANAN KOPERASI DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN EKONOMI


SECARA NASIONAL UNTUK MEWUJUDKAN KEMAKMURAN YANG ADIL DAN
MERATA BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

PERKOPRASIAN

DISUSUN OLEH :

SAP
NIM. 042792123

UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ - BATAM
2022.2
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-
Nya alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan Makalah ini, walaupun dalam bentuk dan
keadaan yang sederhana dengan judul " Peranan Koperasi dalam Program Pengembangan
Ekonomi Secara Nasional untuk Mewujudkan Kemakmuran yang Adil dan Merata Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia" Shalawat beserta salam buat junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang
telah menerangi dunia ini.

Selanjutnya dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dan dorongan serta
kemudahan dari berbagai pihak, Oleh karena itu dalam kesempatani ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Bapak Dosen, pengampu mata kuliah Perkoprasian
2. Orang tua dan seluruh keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan mendukung setiap
yang penulis tempuh dalam pendidikan
3. Seluruh rekan-rekan beserta semua pihak yang telah membantu dan memotivasi penulis
dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
Semoga bantuan, bimbingan, dan arahan seria dorongan yang telah diberikan kepada penulis
menjadi amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah SWT, Amin. Akhir kata kepada Allah
SWT penulis kembalikan, semoga amal kebajikan yang mereka berikan diterima dan dibalas
Sebagaimana semestinya. Semoga makalah ini dengan ketidak sempurnaannya mampu
memberikan sesuatu yang berarti bagi kita semua.

Batam, 15 November 2022


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Sejarah Koperasi ............................................................................................... 3
2.2. Peran Koperasi.................................................................................................. 5

BAB III PEMBAHASAN


3.1. Perkembangan Kondisi Koperasi di Indonesia................................................. 7
3.2. Kendala Berkembangnya Perkoperasian di Indonesia ..................................... 9
3.3. Kebutuhan Masyarakat Indonesia Terhadap Koperasi ..................................... 11
3.4. Peran Koperasi Dalam Program Pengembangan Ekonomi Nasioal ................. 12

BAB IV PENUTUP
4.1. KESIMPULAN ................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi, hal ini berarti bahwa
dalam kegiatannya koperasi turut mengambil bagian bagi tercapainya kehidupan
ekonomi yang sejahtera, baik bagi orang-orang yang menjadi anggota perkumpulan itu
sendiri maupun untuk masyarakat di sekitarnya. Koperasi sebagai perkumpulan untuk
kesejahteraan bersama, melakukan usaha dan kegiatan di bidang pemenuhan kebutuhan
bersama dari para anggotanya.
Koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha
bersama dari orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas. Dalam
rangka usaha untuk memajukan kedudukan rakyat yang memiliki kemampuan ekonomi
terbatas tersebut, maka Pemerintah Indonesia memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan perkumpulan-perkumpulan Koperasi. Sehingga program
pengembangan ekonomi secara nasional untuk mewujudkan kemakmuran yang adil dan
merata bagi seluruh rakyat Indonesia dapat terwujud.
Pemerintah Indonesia sangat berkepentingan dengan Koperasi, karena Koperasi
di dalam sistem perekonomian merupakan soko guru. Koperasi di Indonesia belum
memiliki kemampuan untuk menjalankan peranannya secara efektif dan kuat. Hal ini
disebabkan Koperasi masih menghadapai hambatan struktural dalam penguasaan faktor
produksi khususnya permodalan. Dengan demikian masih perlu perhatian yang lebih
luas lagi oleh pemerintah agar keberadaan Koperasi yang ada di Indonesia bisa benar-
benar sebagai soko guru perekonomian Indonesia yang merupakan sistem
perekonomian yang dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Cita-cita Koperasi memang sesuai dengan susunan kehidupan rakyat Indonesia.
Meski selalu mendapat rintangan, namun Koperasi tetap berkembang. Seiring dengan
perkembangan masyarakat, berkembang pula perundang-undangan yang digunakan.
Perkembangan dan perubahan perundang-undangan tersebut dimaksudkan agar dapat
selalu mengikuti perkembangan jaman. Pembentukan badan usaha koperasi tersebut
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa bagi para anggota, baik yang
bersifat individual maupun kelompok. Namun dalam perkembangannya, koperasi yang
salah satu lembaga ekonomi harus siap mencari untung dengan diolah secara

1
profesional dan bukannya sekedar mengejar Sisa Hasil Usaha (SHU) setia berperan
dalam perekonomian nasional. Perekonomian nasional mempunyai tujuan utamanya
yaitu pemerataan dan pertumbuhan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebab,
tanpa perekonomian nasional yang kuat dan memihak rakyat maka mustahil cita-cita
tersebut akan tercapai.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Di dalam penulisan makalah ini diperlukan sumber informasi yang luas agar
didalam penulisannya dapat memberikan arah yang menuju pada tujuan yang ingin
dicapai, sehingga dalam hal ini diperlukan adanya perumusan masalah yang akan
menjadi pokok pembahasan di dalam penulisan makalah ini agar dapat terhindar dari
kesimpangsiuran dan ketidak konsistenan di dalam penulisan. Permasalahan yang
timbul dalam perkoperasian sangat luas dan beragam. Karena itu, dalam karya ilmiah
ini dipilih beberapa pokok permasalahan yang diidentifikasi, yaitu:
1. Bagaimana perkembangan kondisi koperasi di Indonesia?
2. Apa saja kendala berkembangnya perkoperasian di Indonesia?
3. Bagaimana kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap Koperasi?
4. Bagaimana peran koperasi dalam program pengembangan ekonomi nasioal?

1.3. TUJUAN PENULISAN


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis dapat mengambil tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perkembangan kondisi koperasi di Indonesia;
2. Untuk mengetahui kendala apa saja dalam perkembangan perkoperasian di
Indonesia;
3. Untuk mengetahui kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap Indonesia;
4. Untuk mengetahui peran koperasi dalam program pengembangan ekonomi nasional.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. SEJARAH KOPERASI


Sejarah singkat gerakan koperasi bermula pada abad ke-20 yang pada umumnya
merupakan hasil dari usaha yang tidak spontan dan tidak dilakukan oleh orang-orang
yang sangat kaya. Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika penderitaan dalam
lapangan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme semakin
memuncak.

Menurut Ewell Paul Roy dalam bukunya Cooperatives Development, Principle


and Management, akar kehidupan berkoperasi sudah bisa dilacak sejak dua ribu tahun
sebelum masehi. Zaman kerajaan Babilonia kuno pada masa Raja Hamurabi (2067-
2025 SM) sudah terdapat praktek-praktek koperasi. Tahun 3000 hingga sekitar 325 SM
di Yunani Kuno juga telah berkembang sistem koperasi, khususnya dalam bentuk
perkumpulan jasa penguburan. Tahun 200 SM masa Dinasti Hong, di Cina berkembang
sistem koperasi simpan pinjam dalam bentuk perkumpulan yang jumlah anggotanya
terbatas.

Akibat revolusi industri di Inggris, kemudian berkembang menjadi sistem


kapitalisme maka terjadi praktek yang merenddahkan derajat kemanusiaan untuk
keuntungan pribadi atau sekelompok kecil orang. Hal ini kemudian menimbulkan
gagasan beberapa tokoh pembaru untuk menciptakan suatu masyarakat yang
mengutamakan kesejahteraan bersama tanpa ada pemerasan oleh satu pihak kepada
pihak lainnya sehingga tercipta kehidupan damai dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan
ini maka dikembangkan suatu sistem ekonomi yang dimiliki, dimodali dan diawasi dan
hasilnya dinikmati oleh anggotanya. Meski awalnya mengalami kegagalan, tahun
1844, sekelompok pengrajin dari Rochdale mendirikan koperasi konsumsi dengan
prinsip-prinsip yang kemudian berkembang ke seluruh dunia. Dengan prinsip yang
hampir sama, tahun 1862 Raiffeisen mendirikan koperasi kredit, kemudian juga
merebak ke berbagai pelosok dunia.

Seorang pemikir koperasi dari Kanada Prof. Paul Hubert Casselman,


membedakan koperasi di dunia menjadi 3 mazhab : sosialis, commonwealth, dan
3
yardstick. Seiring waktu, mazhab sosialis terlalu berorientasi pada politik pemerintah
berdasar pada satu partai tidak dapat lagi berfungsi, begitu sistem pemerintahan berubah
menjadi multi partai. Mazhab commonwealth, dalam kenyataannya belum ada satu
negara pun menjadikan koperasi sebagai kekuatan ekonomi yang dominan. Koperasi
yang besar dan kuat justru terdapat di negara-negara dengan sistem liberal seperti
Denmark, Swedia, Finlandia, Norwegia, Kanada, Jepang yang sesuai dengan pemikiran
Casselman bermazhab yardstick.

Di Indonesia, ide-ide perkoperasian diperkenalkan pertama kali oleh Patih di


Purwokerto, Jawa Tengah, R. Aria Wiraatmadja yang pada tahun 1896 mendirikan
sebuah Bank untuk Pegawai Negeri. Cita-cita semangat tersebut selanjutnya diteruskan
oleh De Wolffvan Westerrode. Pada tahun 1908, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr.
Sutomo memberikan peranan bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kehidupan
rakyat. Pada tahun 1915 dibuat peraturan Verordening op de Cooperatieve Vereeniging.
Pada tahun 1927 dibentuk Serikat Dagang Islam, yang bertujuan untuk
memperjuangkan kedudukan ekonomi pengusah-pengusaha pribumi. Kemudian pada
tahun 1929, berdiri Partai Nasional Indonesia yang memperjuangkan penyebarluasan
semangat koperasi. Namun, pada tahun 1933 keluar UU yang mirip UU no. 431
sehingga mematikan usaha koperasi untuk yang kedua kalinya. Pada tahun 1942 Jepang
menduduki Indonesia. Jepang lalu mendirikan koperasi “KUMIAI”. Awalnya koperasi
ini berjalan mulus. Namun fungsinya berubah drastis dan menjadi alat Jepang untuk
mengeruk keuntungan dan menyengsarakan rakyat Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di


Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari ini
kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia. Sebagai Bapak Koperasi
Indonesia, Bung Hatta pernah berkata : “Bukan Koperasi namanya manakala di
dalamnya tidak ada pendidikan tentang Koperasi”. Kongres Koperasi I menghasilkan
beberapa keputusan penting, antara lain :
1. Mendirikan sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia ( SOKRI );
2. Menetapkan gotong royong sebagai asas koperasi;
3. Menetapkan pada tanggal 12 Juli sebagai hari Koperasi.

4
Akibat tekanan dari berbagai pihak misalnya Agresi Belanda, keputusan
Kongres Koperasi I belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Namun, pada
tanggal 12 Juli 1953, diadakanlah Kongres Koperasi II di Bandung, yang antara lain
mengambil putusan sebagai berikut :
1. Membentuk Dewan Koperasi Indonesia ( Dekopin ) sebagai pengganti SOKRI;
2. Menetapkan pendidikan koperasi sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah;
3. Mengangkat Moh. Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia;
4. Segera akan dibuat undang-undang koperasi yang baru.

2.2 PERAN KOPERASI


Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 4 UU No. 25 Tahun 1992, fungsi dan
peran koperasi di Indonesia seperti berikut ini:
1. Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan social;
2. Turut serta secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat;
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional. Koperasi adalah satu-satunya bentuk perusahaan yang
dikelola secara demokratis.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.

Sebagai salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia,


koperasi mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan perekonomian
nasional bersama-sama dengan pelaku-pelaku ekonomi lainnya. Dengan demikian
koperasi harus mempunyai kesungguhan untuk memiliki usaha yang sehat dan
tangguh, sehingga dengan cara tersebut koperasi dapat mengemban amanat dengan
baik.

5
Peranan koperasi dalam perekonomian Indonesia dapat dibedakan menjadi
peranan segi ekonomi sebagai berikut:
1. Membantu anggota meningkatkan penghasilan sehingga secara tidak langsung ikut
serta meningkatkan taraf hidup rakyat;
2. Meningkatkan pendapatan secara adil dan merata;
3. Ikut mengembangkan daya cipta, daya usaha orang-orang secara individu maupun
sebagai kelompok;
4. Memperluas lapangan kerja dan meningkatkan produksi masyarakat.
Peranan segi sosial sebagai berikut:
1. Meningkatkan pendidikan dan ketrampilan anggota;
2. Membantu membentuk masyarakat yang bertanggung jawab yang mampu
menyelesaikan masalah sendiri.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. PERKEMBANGAN KONDISI KOPERASI DI INDONESIA


Perbedaan utama koperasi dibandingkan lembaga bidang ekonomi lain
adalah sifatnya yang tidak berorientasi kepada laba semata. Peranan Koperasi di dalam
ekonomi terletak pada hasil yang dicapai yang dapat dirasakan kemanfaatannya baik
oleh anggota maupun lingkungannya. Kemanfaatan yang diperoleh tersebut, dapat
kemanfaatan yang berwujud seperti pembagian sisa hasil usaha, harga yang
menguntungkan maupun tidak berwujud seperti pendidikan-pendidikan, latihan-latihan
dan juga kemanfaatan bersama seperti : pembangunan jembatan, gedung sekolah dan
sebagainya.

Keadaan koperasi-koperasi di Indonesia pada masa ini pada umumnya


berjalan dengan baik akan tetapi belum sesuai dengan yang diharapkan. Di karena kan
para pengelolanya kurang profesional untuk mengatasi perkoperasian Indonesia saat
ini.. Meskipun berbagai kebijakan telah dicanangkan oleh pemerintah, keberadaan
koperasi di Indonesia masih belum dapat memenuhi kondisi sebagaimana yang
diharapkan oleh masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah kurang diminatinya
koperasi oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena selama ini koperasi hanya
dipandang sebagai lembaga saja, bukan sebagai sistem perekonomian. Apabila kita
melihat koperasi dari segi lembaga, maka kita dapat melihat koperasi tersebut sebagai
perkumpulan dan sebagai badan usaha. Sebagai sebuah perkumpulan, dapat kita lihat
dari pengertian koperasi itu sendiri yang merupakan perkumpulan orang-orang, dimana
orang-orang tersebut saling bekerjasama untuk bersama-sama mencapai tujuan
bersama, yaitu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya.

Dengan adanya koperasi, dapat lebih mudah mendirikan usaha karena


modal yang dipakai adalah kepemilikan bersama. Sekarang ini, banyak perusahaan-
perusahaan yang mendirikan koperasi sendiri, dan para anggotanya terdiri dari
karyawan yang bekerja diperusahaan tersebut. Koperasi jenis ini sangat memudahkan
para anggotanya, terlebih dalam urusan simpan pinjam. Pinjaman bunga relatif lebih
kecil, dan kemudahan proses pengajuan pun lebih mudah. Tetapi untuk diwilayah

7
daerah, koperasi masih diandalkan untuk kesejahteraan warganya. Dimana sesuai
dengan asas koperasi yaitu kekeluargaan, untuk mensejahterakan anggotanya.

Namun ada perbedaan yang terlihat antara koperasi yang berada di daerah
dengan yang ada di perkotaan. Koperasi yang ada di daerah lebih kepada pelaksanaan
untuk mencapai tujuan utama koperasi yakni, mensejahterakan anggotanya. Para
anggotanya menjual hasil tani ke koperasi, sehingga ada kemudahan untuk
menyalurkan barang dagang mereka, dan keuntungannya pun dinikmati bersama.
Sedangkan koperasi yang berada di perkotaan, lebih banyak berjenis usaha simpan
pinjam, karena perputaran uang lebih cepat. Dan ada beberapa yang lebih banyak
mencari laba dan hanya mengatasnamakan koperasi.

Undang- Undang Dasar 1945 pasal 33 memandang Koperasi sebagai


sokoguru perekonomian nasional, yang kemudian semakin di pertegas dalam pasal 4
Undang- Undang No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian. Menurut Moh. Hatta
sebagai pelopor pasal 33 Undang- Undang Dasar 1945 tersebut, koperasi dijadikan
sebagai sokoguru perekonomian nasional karena:
1. Koperasi mendidik sikap self-helping;
2. Koperasi mempunyai sifat kemasyarakatan, dimana kepentingan masyarakat harus
lebih diutamakan daripada kepentingan diri atau golongan sendiri;
3. Koperasi digali dan dikembangkan dari budaya asli bangsa Indonesia;
4. Koperasi menentang segala pahamyang berbau individualisme dan kapitalisme.

Dalam era globalisasi sekarang ini, koperasi ttap dipandang sebagai


sokoguruperekonomian nasional. Hal ini tidak terlepas dari jati diri koperasi itu sendiri
yang dalam gerakan dan cara kerjanya selalu mengandung unsur- unsur yang terdapat
dalam asas- asas pembangunan seperti yang ter maktub dalam GBHN (Garis-garis
Besar Haluan Negara adalah haluan negara tentang penyelenggaraan negara dalam
garis-garis besar sebagai pernyataan kehendak rakyat secara menyeluruh dan terpadu).
Atas dasar itu seharusnya Koperasi dibangun, karena koperasi merupakan wadah yang
paling tepat untuk menghimpun kekuatan ekonomi rakyat. Yaitu mereka yang terdiri
oleh orang orang kecil (kurang mampu) dan lemah. Yang jika bergabung bersama akan
menjadi kekuatan besar. Itulah makna Koperasi merupakan Soko gurunya dalam
perekonomian Indonesia.
8
3.2. KENDALA BERKEMBANGNYA PERKOPERASIAN DI INDONESIA
Sistem administrasi koperasi di Indonesia masih tergolong buruk sehingga
membuat koperasi sulit didongkrak untuk menjadi bisnis berskala besar. Selain itu
dalam perkembangannya, koperasi di Indonesia banyak mengalami kendala. Kendala
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Permodalan
Kurang berkembangnya Koperasi juga berkaitan sekali dengan kondisi modal
keuangan badan usaha tersebut. Kendala modal itu bisa jadi karena kurang adanya
dukungan modal yang kuat dan dalam atau bahkan sebaliknya terlalu
tergantungnya modal dan sumber koperasi itu sendiri. Jadi untuk keluar dari
masalah tersebut harus dilakukan melalui terobosan structural, maksudnya
dilakukannya restrukturasi dalam penguasaan faktor produksi, khususnya
permodalan;

2. Sumber Daya Manusia


Banyak anggota, pengurus maupun pengelola Koperasi kurang bisa mendukung
jalannya Koperasi. Dengan kondisi seperti ini maka Koperasi berjalan dengan tidak
profesional dalam artian tidak dijalankan sesuai dengan kaidah sebagimana usaha
lainnya. Dari sisi keanggotaan, sering kali pendirian Koperasi itu didasarkan pada
dorongan yang dipaksakan oleh pemerintah. Akibatnya pendirian Koperasi
didasarkan bukan dari bawah melainkan dari atas. Pengurus yang dipilih dalam
rapat anggota seringkali dipilih berdasarkan status sosial dalam masyarakat itu
sendiri. Dengan demikian pengelolaan Koperasi dijalankan dengan kurang adanya
kontrol yang ketat dari para anggotanya. Pengelola ynag ditunjuk oleh pengurus
seringkali diambil dari kalangan yang kurang profesional. Sering kali pengelola
yang diambil bukan dari yang berpengalaman baik dari sisi akademis maupun
penerapan dalam wirausaha;

3. Manajerial
Manajemen Koperasi harus diarahkan pada orientasi strategik dan gerakan
koperasi harus memiliki manusia-manusia yang mampu menghimpun dan
memobilisasikan berbagai sumber daya yang diperlukan untuk memanfaatkan
peluang usaha. Oleh karena itu koperasi harus teliti dalam memilih pengurus
maupun pengelola agar badan usaha yang didirikan akan berkembang dengan baik.
9
Ketidak profesionalan manajemen Koperasi banyak terjadi di Koperasi-Koperasi
yang anggota dan pengurusnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

Selain ketiga kendala pokok tersebut, hal lain yang dapat menjadi hambatan
dalam pembentukan Koperasi yang efektif di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Imej Koperasi sebagai ekonomi kelas dua masih tertanam dalam benak orang –
orang Indonesia sehingga, menjadi sedikit penghambat dalam pengembangan
Koperasi menjadi unit ekonomi yang lebih besar ,maju dan punya daya saing
dengan perusahaan – perusahaan besar;

2. Perkembangan Koperasi di Indonesia yang dimulai dari atas (top down) ,artinya
Koperasi berkembang di indonesia bukan dari kesadaran masyarakat, tetapi
muncul dari dukungan pemerintah yang disosialisasikan ke bawah. Berbeda
dengan yang di luar negeri, Koperasi terbentuk karena adanya kesadaran
masyarakat untuk saling membantu memenuhi kebutuhan dan mensejahterakan
yang merupakan tujuan Koperasi itu sendiri, sehingga pemerintah tinggal menjadi
pendukung dan pelindung saja. Di Indonesia, pemerintah bekerja double selain
mendukung juga harus mensosialisasikanya dulu ke bawah sehingga rakyat
menjadi mengerti akan manfaat dan tujuan dari Koperasi;

3. Tingkat partisipasi anggota Koperasi masih rendah, ini disebabkan sosialisasi yang
belum optimal. Masyarakat yang menjadi anggota hanya sebatas tahu Koperasi itu
hanya untuk melayani konsumen seperti biasa, baik untuk barang konsumsi atau
pinjaman. Artinya masyarakat belum tahu esensi dari Koperasi itu sendiri, baik dari
sistem permodalan maupun sistem kepemilikanya. Mereka belum tahu betul bahwa
dalam Koperasi konsumen juga berarti pemilik, dan mereka berhak berpartisipasi
menyumbang saran demi kemajuan Koperasi miliknya serta berhak mengawasi
kinerja pengurus. Keadaan seperti ini tentu sangat rentan terhadap penyelewengan
dana oleh pengurus, karena tanpa partisipasi anggota tidak ada kontrol dari anggota
nya sendiri terhadap pengurus;

4. Pemerintah terlalu memanjakan Koperasi, ini juga menjadi alasan kuat mengapa
Koperasi Indonesia tidak maju maju. Koperasi banyak dibantu pemerintah lewat
10
dana dana segar tanpa ada pengawasan terhadap bantuan tersebut. Sifat bantuanya
pun tidak wajib dikembalikan. Tentu saja ini menjadi bantuan yang tidak mendidik,
Koperasi menjadi ”manja” dan tidak mandiri hanya menunggu bantuan selanjutnya
dari pemerintah. Selain merugikan pemerintah bantuan seperti ini pula akan
menjadikan Koperasi tidak bisa bersaing karena terus menerus menjadi benalu
negara. Seharusnya pemerintah mengucurkan bantuan dengan sistem pengawasan
nya yang baik, walaupun dananya bentuknya hibah yang tidak perlu dikembalikan.
Dengan demikian akan membantu Koperasi menjadi lebih profesional, mandiri dan
mampu bersaing;

5. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebutuhannya untuk memperbaiki diri,


meningkatkan kesejahteraanya, atau mengembangkan diri secara mandiri. Padahal
Kesadaran ini adalah pondasi utama bagi pendirian Koperasi sebagai motivasi;

6. Kurangnya pengembangan kerjasama antar usaha koperasi. Itulah penyebab-


penyebab kenapa perkembangan Koperasi di Indonesia belum maksimal. Tetapi
analisis masalah tadi bukan lah yang utama, justru yang utama jika ingin Koperasi
maju adalah sebagai generasi penerus bangsa di masa depan tentunya kita harus
berperan aktif dalam pengembangan Koperasi di negeri ini. Salah satunya melalui
keikutsertaan dalam Koperasi, mempelajari dan mengetahui tentang perkoperasian
secara lebih mendalam.

3.3. KEBUTUHAN MASYARAKAT INDONESIA TERHADAP KOPERASI


Semangat koperasi ialah pemenuhan kebutuhan. Menurut Abraham
Moslow bahwa beberapa kebutuhan dasar manusia baik itu kebutuhan individu maupun
sosial dapat dipenuhi dengan prinsip koperasi dengan semangat bersama-sama dan
saling bergotong royong. Prakarsa masyarakat kurang dapat ditumbuh-kembangkan
dan didayagunakan dalam pengembangan koperasi. Dengan demikian, beban
pemerintah untuk memajukan koperasi masih sangat besar. Secara konsepsi, koperasi
seharusnya tumbuh dari kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah hanya
berfungsi sebagai fasilitator dalam rangka mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan koperasi. Meskipun secara sistematik pemerintah telah mencanangkan
11
tahapan dalam pengembangan koperasi mulai dari tahap ofisialisasi, deofisialisasi, dan
tahap kemandirian, namun dalam kenyataannya sampai saat ini prakarsa
pengembangan koperasi masih banyak tergantung pada pihak luar koperasi terutama
dari pemerintah.

Partisipasi, solidaritas, dan kebersamaan anggota koperasi umumnya masih


lemah/semu sehingga masih kurang tumbuh gerakan menolong diri sendiri dari
kalangan gerakan koperasi. Dalam banyak jenis koperasi yang ada, keanggotaannya
masih bersifat stelsel pasif sehingga asas sukarela dan terbuka dalam keanggotaanya
koperasi masih belum dapat diterapkan dengan benar. Menurut Parjimin Anoraga
(1999: 23) Koperasi Simpan Pinjam (KSP) merupakan salah satu jenis koperasi yang
paling banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Koperasi ini berfungsi sebagai
lembaga perkreditan, yang tugasnya adalah menghimpun dana dari para anggota, dan
mendistribusikan dana tersebut pada anggota nasabah. Di beberapa daerah di Indonesia
ini dapat kita temui di daerah yang masyarakatnya hidup sebagai nelayan dan petani.
koperasi kredit atau simpan-pinjam untuk melepaskan mereka dari cengkeraman
tukang-tukang ijon dan lintah darat, koperasi produksi untuk meningkatkan produksi
mereka dan koperasi jual-beli untuk mendapatkan pasar yang baik bagi barang-barang
produksi mereka (cooperative marketing) dan sekaligus untuk dapat membeli bahan-
bahan keperluan mereka seperti bibit, pupuk, alat-alat pertanian, alat-alat penangkapan
ikan, perahu, dan sebagainya, juga barang-barang kebutuhan konsumsi.

3.4. PERAN KOPERASI DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN EKONOMI


NASIOAL
Dalam GBHN 1998-2003, yang disahkan dalam Sidang Umum MPR
(Maret1998), peran koperasi dalam pembangunan nasional juga disebutkan
“Pembangunan Koperasi diarahkan untuk memantapkan posisi dan peran koperasi yang
seimbang dengan usaha nasional lainnya sehingga menjadi sokoguru perekonomian
nasional dalam pelaksanaan sistem ekonomi Pancasila guna mewujudkan demokrasi
ekonomi”. Pasal 33 UUD 1945 merupakan dasar sistem perekonomian nasional, di
mana asas kekeluargaan merupakan ciri utamanya. Menurut Bung Hatta asas
kekeluargaan adalah koperasi.

12
GBHN tersebut kemudian dicabut melalui ketetapan Sidang Istimewa MPR
yang berlangsung pada 18 Oktober-13 November 1998. Sebagai gantinya ditetapkan
Tap MPR tentang “Pokok-pokok Reformasi Pembangunan dalam Rangka
Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara. Selain itu
masih ada Tap MPR tentang “Politik Ekonomi dalam Demokrasi Ekonomi”, yang
memuat tentang peranan koperasi dalam pembangunan nasional.

Dalam Sidang Umum MPR Oktober 1999, telah ditetapkan GBHN tahun
1999-2004, dengan pernyataan sebagai berikut: “Memberdayakan pengusaha kecil,
menengah, dan koperasi agar lebih efisien, produktif, dan berdaya saing dengan
menciptakan iklim berusaha yang kondusif dan peluang usaha seluas-luasnya. Untuk
pelaksanaan GBHN ini, telah dikeluarkan UU No. 25 Tahun 2000, tentang Program
Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000-2004.

Menurut Prof. Dawam Rahardjo (1999), dalam Tap tersebut terdapat


beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh gerakan koperasi dan pelaku ekonomi
koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), yaitu:
1. Pemerintah akan membantu mengembangkan dan memberikan prioritas kepada
pengusaha ekonomi yang masih lemah;
2. Koperasi dan UKM akan memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan
dan pengembangan;
3. BUMN dan usaha swasta besar akan didorong (atau diharuskan) bermitra kepada
koperasi dan UKM;
4. Koperasi dan UKM diberi akses terhadap pengelolaan tanah, terutama di bidang
pertanian;
5. Koperasi dan UKM diberi kesempatan untuk mengakses sumber daya perbankan
dan lembaga keuangan lainnya.

Dengan masih kecil atau terbatasnya peranan koperasi, baik pada tingkat
mikro maupun makro maka strategi pengembangan koperasi sangat diperlukan.
Apalagi pasca amandemen UUD 1945, di mana kata “koperasi” tidak ada lagi di
dalamnya.

13
Jika Koperasi mampu mengimplementasikan jati dirinya, koperasi akan
mandiri, mampu bersaing dengan kekuatan eonomi lainnya ,mampu memproduksi
produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri. Dilihat dari dasar
hukum yang tertuang dalam Undang-Undang 1945, Koperasi memperoleh hak untuk
hidup dan perkembangan di Indonesia. Koperasi yang sudah dibangun selama ini juga
jumlahnya sudah cukup besar. Jumlah ini merupakan aset yang harus dipelihara dan
diberdayakan agar dapat berkembang membantu pemerintah untuk memerangi
kemiskinan dan menyediakan lapangan kerja. Jika sekarang masih banyak koperasi
yang tumbuh belum mampu mencapai tujuan bersama anggotanya,mereka harus
diberdayakan melalui pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk meningkatkan
kemampuan memahami jati diri dan menerapkannya. Disinilah peranan pihak ketiga
termasuk pemerintah untuk dapat membangun mereka mencapai tujuannya baik
sebagai mediator,fasilitator maupun sebagai kordinator.

Dengan demikian pembangunan koperasi perlu diteruskan, karena


pembangunan adalah proses, memerlukan waktu dan ketekunan serta konsistensi dalam
pelaksanaan,berkesinambungan untuk mengatasi semua masalah yang muncul seperti
masalah kemiskinan , jumlah pengangguran. yang semakin banyak.

14
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Koperasi adalah merupakan sokoguru perekonomian Indonesia, maka
keberadaan dan eksistensinya dijamin oleh undang-undang. Untuk itu kita sebagai
bangsa Indonesia harus ikutsertadalam membangun perekonomian Indonesia yang
berasaskan kekeluargaan yaitu dalam wadah koperasi. Menurut Undang-undang No.
25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi sebagai berikut:
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan sosial-nya;
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia
dan masyarakat;
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunya;
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang
merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.

Dengan melaksanakan dan menerapka keseluruhan dari peran dan tugas


serta prinsip tersebut diharapkan perkoperasian di Indonesia dapat mewujudkan dirinya
sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yangberwatak sosial.

15
DAFTAR PUSTAKA

ENCENG Materi pokok perkoperasian; 1-9; ADPU4330/ 3 sks/ Enceng, Suryarama. Cet. 3;
Ed. 2,Tangerang Selatan; Universitas Terbuka, 2014
Arifinal Chaniago. Perkoperasian Indonesia, Bandung: Angkasa, 1982
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1316:3-
penyebab-koperasi-di-indonesia-sulit-berkembang&catid=50:bind-berita&Itemid=97

16

Anda mungkin juga menyukai