Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PERANAN KOPERASI DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN


EKONOMI SECARA NASIONAL UNTUK MEWUJUDKAN
KEMAKMURAN YANG ADIL DAN MERATA BAGI SELURUH RAKYAT
INDONESIA

DISUSUN OLEH :
NAMA : RIKA CHOERUNISA
NIM : 041731005
PRODI : ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS : FHISIP

UNIVERSITAS
TERBUKA 2021.1
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................3

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................4

BAB III PEMBAHASAN............................................................................7

A. Perkembangan Kondisi Koperasi Indonesia Saat Ini..........................7

B. Kendala Berkembangnya Perkoperasian di Indonesia......................11

C. Kebutuhan Masyarakat Indonesia Terhadap Koperasi Saat Ini........14

D. Peran Koperasi Indonesia dalam Program Pengembangan Ekonomi


Nasional............................................................................................................ 15

BAB IV KESIMPULAN.............................................................................18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Koperasi merupakan badan usaha bersama yang berjuang dalam
bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-Undang No 25 Tahun 1992
Tentang Pokok Pokok Perkoperasian bahwa koperasi sebagai sebuah
organisasi ekonomi rakyat yang bertujuan untuk memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju adil makmur berlandaskan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar NKRI 1945.
Dengan kata lain koperasi sebagai bahan usaha yang melakukan
kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai penggerak
ekonomi rakyat berdasarkan atas asas kekeluargaan. Dengan tetap
memperhatikan kedudukan dan tujuan koperasi seperti tersebut, maka
peran koperasi sangatlah penting dalam menumbuhkan dan
mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan
kehidupan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokrasi,
kebersamaan, kekeluargaan dan keterbukaan.
Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi, hal ini
berarti bahwa dalam kegiatannya koperasi turut mengambil bagian bagi
tercapainya kehidupan ekonomi yang sejahtera, baik bagi orang-orang
yang menjadi anggota perkumpulan itu sendiri maupun untuk masyarakat
di sekitarnya. Koperasi sebagai perkumpulan untuk kesejahteraan
bersama, melakukan usaha dan kegiatan di bidang pemenuhan kebutuhan
bersama dari para anggotannya.
Koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun
usaha bersama dari orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi
terbatas. Dalam rangka usaha untuk memajukan kedudukan rakyat yang
memiliki kemampuan ekonomi terbatas tersebut, maka Pemerintah
Indonesia memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan perkumpulan-
perkumpulan koperasi.
Cita-cita koperasi memang sesuai dengan susunan kehidupan
rakyat Indonesia. Meski selalu mendapat rintangan, namun Koperasi tetap
berkembang. Seiring dengan perkembangan masyarakat, berkembang
pula perundang-undangan yang digunakan. Perkembangan dan
perubahan perundang-undangan tersebut dimaksudkan agar dapat
selalu mengikuti perkembangan jaman.
Pemerintah Indonesia sangat berkepentingan dengan Koperasi,
karena Koperasi di dalam sistem perekonomian merupakan soko
guru. Koperasi di Indonesia belum memiliki kemampuan untuk
menjalankan peranannya secara efektif dan kuat. Hal ini disebabkan
Koperasi masih menghadapai hambatan struktural dalam penguasaan
faktor produksi khususnya permodalan. Dengan demikian masih
perlu perhatian yang lebih luas lagi oleh pemerintah agar
keberadaan Koperasi yang ada di Indonesia bisa benar-benar sebagai
soko guru perekonomian Indonesia yang merupakan sistem
perekonomian yang yang dituangkan dalam Undang-Undang Dasar
1945.
Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan
bahwa fungsi dan peran koperasi sebagai berikut:
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan
ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
sosialnya.
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan
dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi
sebagai sokogurunya
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan
perekonomian nasional, yang merupakan usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi
Fungsi Koperasi :
1. Sebagai urat nadi kegiatan perekonomian indonesia
2. Sebagai upaya mendemokrasikan sosial ekonomi indonesia
3. Untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara indonesia
4. Memperkokoh perekonomian rakyat Indonesia dengan
jalan pembinaan koperasi
Peran dan Tugas Koperasi :
1. Meningkatkan tarah hidup sederhana masyarakat indonesia
2. Mengembangkan demokrasi ekonomi di indonesia
3. Mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan
merata dengan cara menyatukan, membina, dan
mengembangkan setiap potensi yang ada
Di Indonesia, meskipun konsep koperasi sudah dipayungi oleh
undangundang, tetapi tetap saja keberadaan koperasi belum bisa berjalan
secara efektif. Dalam era otonomi daerah setiap daerah terutama
masyarakat desanya harus memiliki rasa percaya diri bahwa melalui
organisasi koperasi kegiatan ekonomi rakyat dapat diperhitungkan dan
diandalkan kekuatannya. Koperasi harus mereformasi dirinya,
meninggalkan sifat-sifat koperasi sebagai koperasi pengurus menjadi
koperasi anggota dalam arti kata yang sebenarnya.
Jika koperasi benar-benar merupakan koperasi, tidak akan ada
program/kegiatan koperasi yang tidak berkaitan langsung dengan
kepentingan atau kebutuhan anggota. Dengan perkataan lain setiap
‘produk’ atau kegiatan usaha koperasi harus berdasarkan ‘restu’ atau
persetujuan anggota dalam kopersi tersebut. Koperasi tidak berhak untuk
mencari keuntungan karena anggotalah yang mempunyai hak untuk
mencari keuntungan yang harus menjadi lebih besar dengan bantuan
organisasi koperasi.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal amandemen IV 33
ayat (1) diamanatkan bahwa ”Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Dalam penjelasan pasal
33 tercantum dasar demokrasi, ekonomi produksi dikerjakan oleh semua,
untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota
masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan
kemakmuran orang-seorang. Sebab itu perekonomian usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai
dengan itu adalah koperasi

B. Rumusan Masalah
Menjelaskan Bagaimana Koperasi Beperan Dalam Program
Pengembangan Ekonomi Secara Nasional Untuk Mewujudkan
Kemakmuran Yang Adil Dan Merata Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah tersebut adalah :
1. Untuk mengetahui peranan koperasi dalam
program pengembangan ekonomi secara nasional
2. Untuk mengetahui perkembangan koperasi Indonesia saat ini
3. Untuk mengetahui kebutuhan masyarakat Indonesia
terhadap koperasi saat ini
4. Untuk mengetahui kendala perkembangan
perkoperasian Indonesia saat ini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan koperasi di Indonesia terus berkembang.


Perkembangan tersebut ditandai dengan banyaknya pertumbuhan
koperasi di Indonesia. Tetapi di dalam perkembangan tersebut banyak
terjadi hambatan-hambatan. Sebelum mengetahuinya terlebih dahulu kita
perlu mengetahui sejarah awal pembentukan koperasi. Selain itu, kita
juga dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang bisa menghambat
pertumbuhan koperasi di Indonesia. Hal ini melatarbelakangi di dalam
pembahasan pembuatan makalah koperasi Indonesia.
Sampai dengan bulan November 2001, jumlah koperasi di seluruh
Indonesia tercatat sebanyak 103.000 unit lebih, dengan jumlah
keanggotaan ada sebanyak 26.000.000 orang. Jumlah itu jika dibanding
dengan jumlah koperasi per-Desember 1998 mengalami peningkatan
sebanyak dua kali lipat. Jumlah koperasi aktif, juga mengalami
perkembangan yang cukup menggembirakan.
Jumlah koperasi aktif per-November 2001, sebanyak 96.180 unit
(88,14 persen). Corak koperasi Indonesia adalah koperasi dengan skala
sangat kecil. Satu catatan yang perlu di ingat reformasi yang ditandai
dengan pencabutan Inpres 4/1984 tentang KUD telah melahirkan gairah
masyarakat untuk mengorganisasi kegiatan ekonomi yang melalui
koperasi.
Sejarah Perkembangan Koperasi di Indonesia1895 di Leuwiliang didirikan
pertama kali di Indonesia. 1920 diadakan CooperatiCommissie yang
diketahui oleh Dr. JH. Boekesebagai penasihat Voor VolksCredietewezen.
Pada 12 Juli 1947 dislenggarakannya kongres gerakan koperasi se
Jawa pertama di Tasikmalaya. 1960 Pemerintah mengeluarkan peraturan
pemerintah Tidak.140 mengenai penyaluran pokok dan tugas
ditugaskan koperasi sebagai pelaksananya. 1961 diselenggarakannya
Musyawarah Koperasi saya (Munaskop SAYA) diSurabaya untuk
melaksanakan prinsip Demokrasi Terpimpin dan EkonomiTerpimpin.
1965 Pemerintah mengeluarkan Undang Undang Tidak. 14 tahun 1965
mengenai prinsip Nasakom diterapkan di koperasi. 1967 Pemerintah
mengeluarkanUU
Tidak. 12 tahun 1967 tentang pokok pokok perkoperasian. Peraturan
Pemerintah Tidak. 9 tahun 199 5tentang kegiatan usaha simpan pinjam
koperasi. Berikut landasan koperasi Indonesia.
1. Landasan Koperasi. Landasan koperasi indonesia merupakan
pedoman dalam menentukan arah,tujuan peran serta kedudukan koperasi
terhadap pelaku ekonomi lainnya di dalam sistem perekonomian
indonesia. Dalam UU No. 25/1992 tentang pokok pokok perkoperasian,
koperasi indonesia mempunyai landasan sebagai berikut.
a. Landasan idiil, sesuai dengan Bab II UU No. 25/1992,
landasan idiil koperasi indonesia ialah Pancasila,
b. Landasan struktural,ialah Undang- Undang Dasar 1945
2. Asas Koperasi. Berdasarkan pasal 2 UU No. 25/1992,
ditetapkan sebagai asas koperasi ialah kekeluargaan.
3. Tujuan Koperasi. Tujuan koperasi dapat ditemukan dalam pasal 3
UU No. 25/1992, yang berbunyi: “Koperasi bertujuan memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju,adil,danmakmur berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945.
Pengembangan koperasi di Indonesia yang telah digerakan melalui
dukungan kuat program pemerintah yang telah dijalankan dalam waktu
lama, dan tidak mudah ke luar dari kungkungan pengalaman tersebut. Jika
semula ketergantungan terhadap captive market program menjadi
sumber pertumbuhan, maka pergeseran ke arah peran swasta menjadi
tantangan baru bagi lahirnya pesaing-pesaing usaha terutama KUD.
Meskipun KUD harus berjuang untuk menyesuaikan dengan perubahan
yang terjadi, namun sumbangan terbesar KUD adalah keberhasilan
peningkatan produksi pertanian terutama pangan, disamping sumbangan
dalam melahirkan kader wirausaha karena telah menikmati latihan
dengan mengurus dan mengelola KUD.
Posisi koperasi Indonesia pada dasarnya justru didominasi oleh
koperasi kredit yang menguasai antara 55-60 persen dari
keseluruhan aset koperasi. Sementara itu dilihat dari populasi koperasi
yang terkait
dengan program pemerintah hanya sekitar 25% dari populasi koperasi
atau sekitar 35% dari populasi koperasi aktif. Pada akhir-akhir ini posisi
koperasi dalam pasar perkreditan mikro menempati tempat kedua setelah
BRI-unit desa sebesar 46% dari KSP/USP dengan pangsa sekitar 31%.
Dengan demikian walaupun program pemerintah cukup gencar dan
menimbulkan distorsi pada pertumbuhan kemandirian koperasi, tetapi
hanya menyentuh sebagian dari populasi koperasi yang ada. Sehingga
pada dasarnya masih besar elemen untuk tumbuhnya kemandirian
koperasi.
1. Memasuki tahun 2000 posisi koperasi Indonesia pada dasarnya
justru didominasi oleh koperasi kredit yang menguasai antara 55-60
persen dari keseluruhan aset koperasi. Sementara itu dilihat dari populasi
koperasi yang terkait dengan program pemerintah hanya sekitar 25%
dari populasi koperasi atau sekitar 35% dari populasi koperasi aktif. Pada
akhir- akhir ini posisi koperasi dalam pasar perkreditan mikro menempati
tempat kedua setelah BRI-unit desa sebesar 46% dari KSP/USP dengan
pangsa sekitar 31%. Dengan demikian walaupun program pemerintah
cukup gencar dan menimbulkan distorsi pada pertumbuhan kemandirian
koperasi, tetapi hanya menyentuh sebagian dari populasi koperasi yang
ada. Sehingga pada dasarnya masih besar elemen untuk tumbuhnya
kemandirian koperasi.
2. Potensi koperasi pada saat ini sudah mampu untuk memulai
gerakan koperasi yang otonom, namun fokus bisnis koperasi harus
diarahkan pada ciri universalitas kebutuhan yang tinggi seperti jasa
keuangan, pelayanan infrastruktur serta pembelian bersama. Dengan
otonomi selain peluang untuk memanfaatkan potensi setempat juga
terdapat potensi benturan yang harus diselesaikan di tingkat daerah.
Dalam hal ini konsolidasi potensi keuangan, pengembangan jaringan
informasi serta pengembangan pusat inovasi dan teknologi merupakan
kebutuhan pendukung untuk kuatnya kehadiran koperasi. Pemerintah di
daerah dapat mendorong pengembangan lembaga penjamin kredit di
daerah..
BAB III
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kondisi Koperasi Indonesia Saat


Ini Proses Awal Perkembangan Koperasi Era 90-an
Koperasi merupakan lembaga ekonomi yang cocok diterapkan di
Indonesia. Karena sifat masyarakatnya yang kekeluargaan dan
kegotongroyongan, sifat inilah yang sesuai dengan azas koperasi saat ini.
Sejak lama bangsa Indonesia telah mengenal kekeluargaan dan
kegotongroyongan yang dipraktekkan oleh nenek moyang bangsa
Indonesia. Kebiasaan yang bersifat nonprofit ini, merupakan input untuk
Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 yang dijadikan dasar/pedoman pelaksanaan
Koperasi.
Kebiasaan-kebiasaan nenek moyang yang turun temurun itu dapat
dijumpai di berbagai daerah di Indonesia di antaranya adalah Arisan
untuk daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, paketan, mitra cai dan ruing
mungpulung daerah Jawa Barat, Mapalus di daerah Sulawesi Utara
merupakan sifat-sifat hubungan sosial, nonprofit dan menunjukkan usaha
atau kegiatan atas dasar kadar kesadaran berpribadi dan kekeluargaan.
Bentuk-bentuk ini yang lebih bersifat kekeluargaan, kegotongroyongan,
hubungan social, nonprofit dan kerjasama disebut Pra Koperasi.
Pelaksanaan yang bersifat pra-koperasi terutama di pedesaan masih
dijumpai, meskipun arus globlisasi terus merambat kepedesaan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada pertengahan
abad ke-18 telah mengubah wajah dunia. Berbagai penemuan di bidang
teknologi (revolusi industri) melahirkan tata dunia ekonomi baru. Tatanan
dunia ekonomi menjadi terpusat pada keuntungan perseorangan, yaitu
kaum pemilik modal (kapitalisme). Kaum kapitalis atau pemilik modal
memanfaatkan penemuan baru tersebutdengan sebaik-baiknya untuk
memperkaya dirinya dan memperkuat kedudukan ekonominya. Hasrat
serakah ini melahirkan persaingan bebas yang tidak terbatas. Sistem
ekonomi kapitalis/liberal memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya
kepada pemilik modal dan melahirkan kemelaratan dan kemiskinan bagi
masyarakat ekonomi lemah.
Keinginan dan semangat untuk berkoperasi yang hancur akibat
politik pada masa kolonial belanda dan dilanjutkan oleh sistem kumini
pada zaman penjajahan jepang, lambat laun setelah Indonesia merdeka
kembali menghangat. Apalagi dengan adanya Undang Undang Dasar
Republik Indonesia tahun 1945, pada pasal 33 yang menetapkan
koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia, maka kedudukan
hukum koperasi di Indonesia benar-benar menjadi lebih mantap. Dan
sejak saat itu Moh.Hatta sebagai wakil presiden Republik Indonesia lebih
intensif mempertebal kesadaran untuk berkoperasi bagi bangsa
Indonesia, serta memberikan banyak bimbingan dan motivasi kepada
gerakan koperasi agar meningkatkan cara usaha dan cara kerja, atas
jasa-jasa beliau lah maka Moh.Hatta diangkat sebagai Bapak Koperasi
Indonesia.
Beberapa kejadian penting yang mempengaruhi perkembangan
koperasi di Indonesia :
1. Pada tanggal 12 Juli 1947, dibentuk SOKRI (Sentral Organisasi
Koperasi Rakyat Indonesia) dalam Kongres Koperasi Indonesia I di
Tasikmalaya, sekaligus ditetapkannya sebagai Hari Koperasi Indonesia.
2. Pada tahun 1960 dengan Inpres no.2, koperasi ditugaskan
sebagai badan penggerak yang menyalurkan bahan pokok bagi rakyat.
Dengan inpres no.3, pendidikan koperasi di Indonesia ditingkatkan baik
secara resmi di sekolah-sekolah, maupun dengan cara informal melalui
siaran media masa,dll yang dapat memberikan informasi serta
menumbuhkan semangat berkoperasi bagi rakyat.
3. Lalu pada tahun 1961, dibentuk Kesatuan Organisasi
Koperasi Seluruh Indonesia (KOKSI).
4. Pada tanggal 2-10 Agustus 1965, diadakan (Musyawarah
Nasional Koperasi) MUNASKOP II yang mengesahkan Undang-
Undang koperasi no.14 tahun 1965 di Jakarta.
Koperasi di Indonesia pada zaman orde baru hingga sekarang.
Tampilan orde baru dalam memimpin negeri ini membuka peluang dan
cakrawala baru bagi pertumbuhan dan perkembangan perkoperasian di
Indonesia, dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto. Ketetapan MPRS
no.XXIII membebaskan gerakan koperasi dalam berkiprah. Berikut
beberapa kejadian perkembangan koperasi di Indonesia pada zaman orde
baru hingga sekarang :
1. Pada tanggal 18 Desember 1967, Presiden Soeharto
mensahkan Undang-Undang koperasi no.12 tahun 1967 sebagai
pengganti Undang- Undang no.14 tahun 1965.
2. Pada tahun 1969, disahkan Badan Hukum terhadap
badan kesatuan Gerakan Koperasi Indonesia (GERKOPIN).
3. Lalu pada tanggal 9 Februari 1970, dibubarkannya GERKOPIN
dan sebagai penggantinya dibentuk Dewan Koperasi Indonesia
(DEKOPIN).
4. Pada tanggal 21 Oktober 1992, disahkan Undang-Undang no.25
tahun 1992 tentang perkoperasian, undang-undang ini merupakan
landasan yang kokoh bagi koperasi Indonesia di masa yang akan
datang.
5. Masuk tahun 2000an hingga sekarang perkembangan koperasi di
Indonesia cenderung jalan di tempat.
Proses Perkembangan Koperasi Era Modern
Berdasarkan data kementerian Koperasi dan UKM, hingga tahun
2019 jumlah koperasi di Indonesia mencapai 123.048 unit, dari jumlah
tersebut 20% dinyatakan tidak aktif. Disamping itu, jenis usaha koperasi
yang ada selama ini lebih banyak bergerak dibidang simpan pinjam
sebanyak 72.793 unit, kopearsi jasa sebanyak 24.593 unit, koperasi jasa
sebanyak 16.435, koperasi produsen sebanyak 5.973 unit, dan yang
paling sedikit adalah koperasi yang bergerak dibidang usaha pemasaran
sebanyak 3254 unit koperasi.
Gagasan modernisasi koperasi bukan hal baru, gagasan ini muncul
seiring dengan tuntutan globalisasi ekonomi yang menuntut peran
koperasi untuk dapat bersaing dalam pertarungan pasar bebas namun
hingga saat ini pemerintah belum menemukan formula yang jitu untuk
mendongkrak koperasi di Indonesia agar mampu bersaing. Hal ini terbukti
dari Kontribusi UMKM dan Koperasi dalam Ekspor Non-migas pada tahun
2018 adalah sebesar 14,37% atau senilai Rp. 293.840,9 milyar dari total
ekspor non-migas nasional sebesar Rp. 2.044.821,85 milyar
Dapat diasumsikan bahwa kualitas koperasi Indonesia tidak mampu
bersaing dengan industri global. Dengan dasar inilah modernisasi
koperasi harus segera dilaksanakan. Beberapa langkah moderniasasi
koperasi sempat disinggung oleh Menteri Koperasi dan UMKM Teten
Masduki yang mengemukakan bahwa modernisasi ekonomi dapat
dilakukan dengan tiga langkah yaitu pertama, memperbaiki ekosistem
kemudahan usaha bagi koperasi; kedua, membuat kebijakan yang
kolaboratif; dan ketiga, sistem pengawasan dan penjaminan simpanan
bagi koperasi.
Desember 2019 tercatat jumlah anggota koperasi sebanyak
22.463.738 orang, dan menyerap tenaga kerja sebanyak 614.997 orang.
Jumlah ini merupakan potensi yang harus dikembangkan dalam rangka
modernisasi koperasi. Modernisasi dalam kelembagaan koperasi dilakukan
dengan cara mengoptimalkan seluruh peran dan potensi yang ada pada
perangkat organisasi koperasi. Pertama, dalam aspek anggota (rapat
anggota), anggota merupakan aspek sentral dalam koperasi dimana
karakteristik dari koperasi yang tidak dimiliki oleh badan udaha lainnya
adalah peran dan fungsi dari anggota. Koperasi modern mendorong
partisipasi anggota yang lebih aktif, tidak hanya pada saat Rapat Anggota
atau pada saat pembagian SHU tetapi anggota ikut berperan dalam setiap
aktifitas koperasi misalnya dalam hal usaha anggota ikut memajukan dan
mempromosikan koperasi dengan media atau teknologi yang ada,
membuat aplikasi belanja daring, dan lainnya.
Kedua, dalam aspek pengawas koperasi. Dalam upaya modernisasi
koperasi peran pengawas juga tidak kalah penting. Pengawas harus dapat
memastikan bahwa koperasi berjalan sesuai dengan tujuannya dan tidak
melenceng dari prinsip-prinsip koperasi (jati diri koperasi). Idealnya
pengawasan dilakukan dengan sistem kolaboratif yaitu pengawasan dari
anggotam sendiri (internal) dan dari pemerintah (eksternal). namun dalam
upaya optimalisasi organ koperasi dalam rangka modernisasi koperasi
pengawasan internal harus lebih ditekankan. Melihat pada aspek sejarah
dan jati diri koperasi, maka pemerintah terkait dengan pengawasan
koperasi sudah seharusnya hadir dalam bentuk pengaturan. Pengaturan
yang dimaksud adalah mengatur bagaimana koperasi diawasi oleh
anggota.
Berdasarkan data pada Kementerian Koperasi dan UKM RI, hingga
Desember 2019, jumlah koperasi mencapai 123.048 unit. Dari jumlah
tersebut, 20% dinyatakan tidak aktif. Dari seluruh jumlah tersebut, jenis
usaha koperasi yang paling banyak adalah koperasi simpan pinjam
sebanyak 72.793 unit, koperasi jasa sebanyak 24.593 unit, koperasi
konsumen sebanyak 16.435, koperasi produsen sebanyak 5.973 unit, dan
yang paling sedikit adalah koperasi yang bergerak dibidang usaha
pemasaran sebanyak 3254 unit koperasi.
Merujuk pada profil usaha koperasi tersebut dapat dilihat bahwa
masyarakat lebih banyak memanfaatkan koperasi pada aspek koperasi
sebagai lembaga keuangan non-bank. Hal ini tentu sangat positif
mengingat praktek masyarakat membutuhkan modal (keuangan) yang
cepat, tanpa agunan dan menghindari bunga bank, meskipun pada
prakteknya koperasi juga menerapkan bunga pada setiap simpanan
maupun pinjamnanya tetapi dapat dikembalikan kepada anggota dalam
bentuk SHU.
Tantangan modernisasi koperasi ada pada pola hubungan koperasi
dan pemerintah. Pola hubungan yang dimaksud disini adalah seberapa
besar intervensi pemerintah terhadap koperasi. Hubungan koperasi dan
pemerintah mengalami perubahan seiring dengan politik hukum
pemerintah yang berkuasa pada saat itu. Keterlibatan pemerintah dalam
koperasimelalui beberapa tahapan atau fase, yaitu fase officialisasi, de-
officialisasi dan fase otonom.
Pada fase officialisasi peran pemerintah dalam proses kelahiran dan
pertumbuhan koperasi sangat dominan. Disini pemerintah dapat bertindak
sebagai penyokong dan penyedia dana bagi koperasi dan masuk ke dalam
struktur organisasi koperasi. Selanjutnya, pada fase de officialisasi
pemerintah sudah mulai sedikit-demi sedikit mengurangi perannya.
Pemerintah tidak lagi menjadi bagian dari struktur organisasi
koperasi. Dan pada akhirnya pada fase otonom koperasi, pemerintah
hanya berperan sebagai regulator dan fasilitator saja. Pengawasan
dilakukan secara demokratis dan independen oleh anggota koperasi
sendiri, pemerintah hanya sebagai penyedia regulasi.
Pemerintah memberikan perhatian yang lebih kepada koperasi
sebagai sokoguru perekonomian nasional agar dapat bersaing dengan
pelaku ekonomi lainnya, BUMN dan Swasta. Dalam rangka pemberdayaan
tersebut pemerintah dapat memberikan kemudahan kemudahan akses
permodalan dan pengembangan sumberdaya manusia bagi koperasi.
Misalnya pemberian modal usaha dengan suku bunga rendah, kemudahan
dalam pemasaran produk, dan sebagainya.
Modernisasi harus mengacu kepada peta perencanaan yang jelas
dan dilakukan dengan konsisten dari fase officialisasi, de-officialisasi,
menuju otonomi koperasi. Konsistensi menuntut perencanaan ini tetap
harus dijalankan sekalipun periode pemerintahan terus berganti. Koperasi
yang tidak siap dengan kebijakan baru akan kehilangan identitas, tidak
dapat bersaing dan berujung tidak aktif.

B. Kendala Berkembangnya Perkoperasian di Indonesia


Perkembangan koperasi masih menghadapi masalah-masalah baik
di bidang kelembagaan maupun di bidang usaha koperasi itu sendiri.
Masalah-masalah tersebut dapat bersumber dari dalam koperasi sendiri
maupun dari luar. Masalah kelembagaan koperasi juga dapat
dikelompokkan dalam masalah intern maupun masalah ekstern.
Masalah intern mencakup masalah keanggotaan, kepengurusan,
pengawas, manajer, dan karyawan koperasi. Sedangkan masalah
ekstern mencakup hubungan koperasi dengan bank, dengan usaha-
usaha lain, dan juga dengan instansi pemerintah.

Kendala Pada Kelembagaan Koperasi


Masalah Internal :
1. Keanggotaan dalam Koperasi
Keadaan keanggotaan ditinjau dari segi kuantitas tercermin dari
jumlah anggota yang semakin lama semakin berkurang. Masalahnya
kenggotaan koperasi yang ada sekarang belum menjangkau bagian
terbesar dari masyarakat. Ditinjau dari segi kualitas masalah keaggotaan
koperasi tercermin dalam :
a. Tingkat pendidikan mereka yang pada umumnya masih rendah
b. Ketrampilan dan keahlian yang dimiliki oleh para anggota terbatas
c. Sebagian dari anggota belum menyadari hak dan kewajiban
mereka sebagai anggota..
d. Partisipasi mereka dalam kegiatan organisasi juga masih harus
ditingkatkan.
e. Banyaknya anggota yang tidak mau bekerjasama dan mereka
juga memiliki banyak utang kepada koperasi.

2. Pengurus Koperasi
Dalam hal kepengurusan juga dihadapi kelemahan-kelemahan
yang sama. masalah yang menjadi penghambat berkembangnya
koperasi dari sisi pengurus adalah:
a. Pengetahuan , ketrampilan, dan kemampuan anggota pengurusnya
masih belum memadai
b. Pengurus belum mampu melaksanakan tugas mereka
dengan semestinya.
c. Pengurus kurang berdedikasi terhadap kelangsungan hidup koperasi.
d. Pengurus kadang-kadang tidak jujur
e. Masih ada koperasi yang anggota pengurusnya kurang berusaha untuk
menigkatkan pengetahuan dan ketrampilannya.
f. Dalam kepengurusan koperasi sampai saat ini masih belum
ada pembagian tugas yang jelas.
g. Pengurus koperasi kebanyakan yang sudah lanjut usia dan para
tokoh masyarakat yang sudah memiliki jabatan ditempat lain,
sehingga perhatiannya terhadap koperasi berkurang.
h. Pegurus masih belum mampu berkoordinasi dengan anggota, manajer,
pengawas, dan instansi pemerintah dengan baik.

3. Pengawas Koperasi
Anggota dari badan pengawas koperasi banyak yang belum
berfungsi. Hal ini di disebabkan oleh:
a. Kemampuan anggoota pengawas yang belum memadai, terlebih
jika dibandingkan dengan semakin meningkatnya usaha koperasi
b. Di pihak lain, pembukuan koperasi biasanya belum lengkap dan
tidak siap untuk diperiksa.
c.Pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas koperasi sekunder dan kantor
koperasi juga belum banyak membantu perkembangan kemampuan
anggota pengawas.
Masalah Eksternal :
1. Iklim yang mendukung pertumbuhan koperasi belum selaras
dengan kehendak anggota koperasi, seperti kebijakan pemerintah
yang belem jelas dan efektif untuk koperasi, sistem prasarana,
pelayanan, pendidikan, dan penyuluhan
2. Banyaknya badan usaha lain yang bergerak pada bidang usaha
yang sama dengan koperasi.
3. Kurangnya fasilitas-fasilitas yang dapat menarik perhatian
masyarakat dan masih banyaknya masyarakat yang tidak
mempercayai koperasi.

Kendala Pada Usaha Koperasi


Dari sisi produksi, koperasi sering mengalami kesulitan untuk
memperoleh bahan baku. Salah satu bahan baku pokok yang sulit
diperoleh adalah modal. Dalam hal kualitas, output koperasi tidak
distandardisasikan, sehingga secara relatif kalah dengan output industri
besar. dalam banyak kasus, output koperasi (dan UKM) tidak memiliki
keunggulan komparatif sehingga sulit untuk dipasarkan. Secara umum
koperasi harus menghadapi kelemahannya sebagai berikut :
1. Pembinaan hubungan antara alat perlengkapan koperasi,
khususnya antara pengurus dan manajer, yang masih perlu
ditingkatkan. Hal ini antara lain mengingat perlunya koordinasi yang
mantab dan pembagian tugas serta tanggung jawab yang jelas. Harus
dihindarkan apabila ada pengurus yang mengambil wewenang manajer
melaksanakan tugas operasional.
2. Kebijaksanaan dan program kerja koperasi masih cenderung
timbul sebagai prakarsa pemerintah. Program-program yang diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan anggota masih ada yang belum
sepenuhnya dipadukan dengan program-program yang timbul dari
prakarsa pemerintah. Keputusan koperasi yang mandiri masih belum
dapat berkembang.
3. Organisasi tingkat sekunder, seperti Pusat Koperasi dan
Induk koperasi, tampak belum sepenuhnya dapat memberikan
pelayanan kepada koperasi primer, khususnya meningkatkan
kemampuan dalam bidang organisasi, administrasi, dan manjemen.
4. Kerja sama koperasi dan lembaga non-koperasi telah ada yang
berlangsung atas landasan saling menguntungkan antara kedua belah
pihak. Tetapi, apabila kurang hati-hati dalam membinannya ada kerjasama
yang cenderung mengarah pada hilangnya kemandirian koperasi.
5. Kemampuan pemupukan modal usaha yang bersumber
dari anggota dan hasil usaha koperasi, walaupun cukup memadai
perkembangannya namun ternyata masih sangat terbatas.
6. Dalam usaha memperoleh kredit dari bank, koperasi
masih menghadapi kesulitan untuk memenuhi persyaratanyang
ditentukan. Demikianlah, maka pemupukan modal koperasi
walaupun cepat perkembangannya hasilnya masih terbatas juga.
7. Keterpaduan gerak, pengertian, pembinaan, dan pengawasan
terhadap gerakan koperasi dari berbagai instansi masih perlu
ditingkatkan.
8. Masalah lain yang dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan
koperasi pada tingkat perkembangan seperti sekarang ini adalah
masih kurangnya petugas pembina koperasi, baik dalam jumlah
maupun mutunya.
9. Masalah permodalan, penguasaan teknologi, akses informasi,
permasalahan pemasaran, dan perlindungan hukum.

C. Kebutuhan Masyarakat Indonesia Terhadap Koperasi Saat


Ini
Koperasi berperan seiring dengan keperluan dan kebutuhan
masyarakat secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat. Dua macam fungsi dan peran koperasi ini
disebut efek koperasi dari kegiatan usaha koperasi yang tidak terdapat
dalam perusahaan bukan koperasi. Bidang kegiatan usaha koperasi
tergantung pada tujuan koperasi tersebut didirikan. Tujuan koperasi
tergantung pada kebutuhan anggota-anggotanya. Oleh karena kebutuhan
anggota sebagai manusia beraneka ragam, maka bidang kegiatan
koperasipun beraneka ragam pula. Sesuai dengan Undang-undang Nomor
25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Kebutuhan Masyarakat Terhadap Koperasi Sebagai Sarana


Pendidikan
Berdasarkan posisi koperasi tersebut dijadikan koperasi harus
sebagai bagian dari pendidikan rakyat, untuk memperkuat ekonomi dan
moral. Koperasi dapat mendidik keinsafan ekonomi dan moral karena
koperasi berdasar atas dua sendi yang satu sama lain saling memperkuat.
Sendi yang mendasari moral adalah solidaritas setia kawan, dan
individualitas keinsafan akan harga diri sendiri.
Koperasi untuk memperkuat moral berdasarkan dua sendi
solidaritas dan individualitas, sebaliknya kedua sendi bertambah kuat
karena senantiasa dipupuk didalam pergaulan koperasi. Hanya di dalam
koperasi, sendi solidaritas dan sendi individualitas dapat berkembang
dalam hubungan yang harmonis. Dengan menghidupkan dan memupuk
kedua sendi tersebut, yaitu solidaritas dan individualitas, maka koperasi
senantiasa mendidik dalam rasa tanggung jawab sosial.
Solidaritas sudah ada dalam jiwa rakyat Indonesia, rasa saling
tolong menolong, sifat gotong royong yang sudah mengakar di kehidupan
masyarakat Indonesia terutama di pedesaan pedesaan Indonesia.
Solidaritas ini memang akan mampu memelihara persekutuan dalam
masyarakat yang relatif statis, jadi hanya dengan solidaritas kurang dapat
mendorong kemajuan ke arah yang lebih optimal. Oleh karenanya kalau
solidaritas saja, hanya dapat memelihara koperasi sosial, tetapi tidak
dapat menghidupkan koperasi ekonomi untuk mempertinggi derajat
penghidupan dan kemakmuran. Oleh karena itu koperasi ekonomi
memerlukan individualitas selain solidaritas tersebut
Kebutuhan Masyarakat Terhadap Koperasi Sebagai Sarana Usaha
Ekonomi

Kebutuhan masyarakat dalam kehadiran koperasi sebagai usaha


bersama para anggota dikembangkan dalam bentuk perusahaan koperasi
untuk menghasilkan nilai tambah dan manfaat ekonomi, sosial dan
budaya dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi bersama.Sebagai
perusahaan, koperasi membutuhkan komitmen para anggota untuk
mengoptimalkan potensi yang dimiliki dalam mengembangkan kreasi dan
inovasi agar koperasinya mampu menghasilkan nilai tambah dan manfaat
yang maksimal bagi peningkatan kesejahteraan hidup anggota dan
masyarakat. Koperasi selalu diidentikan dengan usaha kecil-kecilan untuk
kelompok masyarakat ekonomi kelas bawah yang diharapkan dapat
memberikan kesejahteraan dan keadilan ekonomi dapat terjadi.
Perekonomian rakyat yang kecil-kecil terutama di pedesaan
hendaklah mengambil bentuk koperasi dan mulai mengupayakan usaha
yang kecil-kecil terlebih dahulu. Saat ini bentuk koperasi yang dibangun di
desa dikenal Koperasi Unit Desa (KUD). Kerjasama dan tolong menolong
yang menjadi pembawaan koperasi akan memberikan jaminan bagi
kedudukan dan perkembangan koperasi. Dari bentuk koperasi yang kecil
tersebut, yang masing-masing dilaksanakan dengan usaha yang teratur
dan solidaritas perekonomian yang tinggi, maka usaha koperasi yang
kecil-kecil tersebut akan meningkat berangsur-angsur memasuki medan
perekonomian pertengahan.

D. Peran Koperasi Indonesia Dalam Program


Pengembangan Ekonomi Nasional
Peran Koperasi di Indonesia dalam Pengembangan Ekonomi Nasional
Dalam pengembangan ekonomi nasional peranan koperasi sangat
diperlukan, karena prioritas koperasi adalah mensejahterakan anggota-
anggotanya yang kemudian member kontribusi positif terhadap
masyarakat yang ada disekitarnya, dengan demikian akan mempengaruhi
terhadap perekonomian nasional. Adapun peran koperasi dalam
pengembangan ekonomi Nasional adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan kegiatan usaha masyarakat. Melalui koperasi
masyarakat dapat mengembangkan usahanya untuk menambah modal
di koperasi sekaligus menambah penghasilannya dalam bidang usaha.
2. Meningkatkan pendapatan anggota Melalui koperasi
pendapatan anggota akan semakin meningkat melalui bagi hasil Sisa
Hasil Usaha (SHU) yang dibagi sekali setahun sesuai dengan besarnya
modal dan jasa yang ditanamkan dalam koperasi yang diikutinya.
3. Mengurangi Tingkat Pengangguran Melalui koperasi
diharapkan dapat menolong terhadap penyerapan tenaga kerja karena
dikoperasi dibutuhkan pekerja untuk mengelola usahanya.
4. Meningkatkan taraf hidup masyarakat Meningkatkan
penghasilan para anggota koperasi, ini berarti berpengaruh terhadap
peningkatan taraf hidup masyarakat. Karena penghasilan akan
berbanding lurus terhadap pemenuhan kebutuhan hidup yang beraneka
ragam.
5. Turut mencerdaskan bangsa melalui koperasi dapat diperoleh
kegiatan pendidikan melalui pelatihan-pelatihan keterampilan dalam
mengelola manajemen bisnis dan keuangan
6. Membangun tatanan perekonomian nasional melalui koperasi
peranan masyarakat telah turut aktif dalam pemberdayaan perekonomian
nasional
7. Meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat Jika anggota
sudah terlatih dalam manajemen bisnis dan keuangan, tentunya
mereka akan berusaha meningkatkan kemampuan ekonominya untuk
mendapatkan peluang bisnis yang semakin baik sehingga pendapatan
atau kemampuan ekonomi masyarakat akan semakin meningkat.
8. Meningkatkan kualitas hidup Jika perekonomian semakin baik
tentu sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hidup seperti
pembiayaan sandang pangan, pendidikan, kesehatan dan kerohanian.
9. Ketahanan perekonomian nasional Jika perekonomian rakyat
sudah kuat dengan sendirinya ini merupakan fundasi ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya
Melihat
begitu besarnya pengaruh koperasi terhadap pengembangan ekonomi
nasional, maka koperasi harus dikembangkan dan dihidupkan di kalangan
rakyat.
Upaya-upaya mengembangkan koperasi sebagai soko guru ekonomi
nasional. Agar tercipta koperasi yang sesuai dengan fungsi koperasi yang
sesungguhnya, maka harus dilakukan tindakan-tindakan yang dapat
mengefektifkan dan memajukan koperasi tersebut. Adapun cara yang
dapat ditempuh dalam upaya memajukan koperasi di Indonesia adalah
sebagai berikut :
1. Menerapkan Sistem Good Corporate Governance (GCG) yaitu
prinsip koperasi yang sehat yang sangat perlu diterapkan dalam
pengelolaan koperasi demi mencapai maksud dan tujuan koperasi yaitu
mensejahterakan anggotaanggotanya. Untuk itu diharapkan agar
Kementerian Koperasi dan UKM perlu memperkenalkan secara maksimal
suatu konsep GCG atau tata kelola koperasi dengan baik. Seperti
pengadaan visi, misi dan program kerja yang sesuai dengan koperasi
yang dibentuk. Selanjutnya pemerintah melatih anggota koperasi tersebut
agar sadar bahwa usaha tersebut adalah untuk mereka, jadi harus
dikelola secara profesional, amanah dan akuntabel.
2. Perekrutan anggota yang berkompeten. Dalam upaya
memajukan koperasi adalah merekrut anggota yang berkompeten
dalam bidangnya, jangan hanya merekrut siapa yang mau jadi
anggota, tetapi harus memiliki kemauan dan kemampuan dalam
pengelolaan dan pengembangan koperasi.
3. Membenahi kondisi internal koperasi Kondisi internal harus
dibenahi, seperti praktik-praktik operasional harus diperhitungkan secara
efisien dan menguntungkan, menempatkan pengurus sesuai dengan
bidangnya, buat aturan yang jelas dan mengikat sehingga jauh dari KKN
terutama dalam pengelolaan dana.
4. Perlunya dukungan pemerintah Dukungan pemerintah sangat
diperlukan terutama dalam pembinaan dan permodalan usaha termasuk
penyediaan sarana dan prasarana. Selain itu juga pemerintah
diharapkan
berperan aktif member penyuluhan ke masyarakat akan pentingnya
koperasi dalam perekonomian rakyat.
5. Perlunya sarana promosi Melalui sarana promosi,
kegiatan, modal dan tata kelola koperasi dapat diketahui oleh
anggota dan masyarakat sehingga mereka termotivasi untuk turut
serta sebagai anggota dan pengembangan usaha Dengan cara-cara
seperti di atas diharapkan dapat memajukan koperasi sebagai
salah satu sektor perekonomian di Indonesia yang sungguh-sungguh
mensejahterakan rakyatnya sekaligus perekonomian Indonesia.
dapat tumbuh.
BAB IV
KESIMPULAN

Mengingat koperasi merupakan salah satu usaha ekonomi yang


cocok untuk bangsa Indonesia dengan asas gotong royong dan
kekeluargaan, diharapkan koperasi ini dapat semakin maju di masa
depan. Memang harus kita akui bahwa koperasi yang sedang ada di
Indonesia ini masih jauh dari yang diharapkan untuk mendukung
ekonomi nasional karena banyaknya kendala-kendala yang dihadapi baik
dari SDM anggota, permodalan maupun peran pemerintah. Padahal
masyarakat sangat membutuhkan peranan koperasi tersebut untuk
memajukan perekonomiannya baik dari pengembangan usaha, SDM dan
penyerapan tenaga kerja.
Jika ekonomi rakyat semakin baik, tentunya akan mempengaruhi
terhadap perekonomian nasional dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Diharapkan agar Menteri Koperasi dan UKM dapat memajukan system
perkoperasian Indonesia dengan menerapkan GCG, pembinaan intern
anggota maupun mencari solusi yang baik demi kemajuan perkoperasian
Indonesia agar mampu bersaing dengan ekonomi global sekarang ini. Juga
diharapkan melalui koperasi masalah ekonomi akibat pandemik Covid-19
dapat terpulihkan jika masyarakat dan pemerintah bersinergis untuk
memajukan ekonomi secara bersama.
Modernisasi koperasi harus dilakukan untuk menghadapi
globalisasi yang dengan persaingan bebas. Fase officialisasi hubungan
koperasi dan pemerintah tak dapat lagi dipertahankan. Hal itu
berkonsekuensi pada harus dijalankannya fase otonom yang membuat
koperasi harus memiliki daya saing sebagai entitas bisnis. Modernisasi
dilakukan dengan tetap memertahankan karakteristik kekhasan
koperasi sebagai persekutuan orang (people based business). Kebijakan-
kebijakan modernisasi era UU Ciptaker akan ideal jika bebas dari unsur
kepentingan pribadi yang bersifat politis dalam pengembangannya.
Untuk itu kita sebagai bangsa Indonesia harus ikutserta dalam
membangun perekonomian Indonesia yang berasaskan kekeluargaan
yaitu dalam wadah koperasi. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992
Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi sebagai berikut:
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan
ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko-
gurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan
perekonomian nasional, yang merupakan usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Dengan melaksanakan dan menerapkan keseluruhan dari peran dan
tugas serta prinsip tersebut diharapkan perkoperasian di Indonesia dapat
mewujudkan dirinya sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakkan
ekonomi rakyat yang berwatak sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Materi Pokok ADPU 4330


Abikusno Tjokrosujoso, (1951), Kooperasi “Sistem Kooperasi Menurut
Dasar-dasar “Roch Dale” Maksud Tujuan Cara Bekerjanya-
Perkembangannya”, Jakarta: NV Pustaka.
Andjar Pachta W., Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay, (2008),
Hukum Koperasi Indonesia; Pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan
Modal Usaha, Jakarta: Kencana.
Arief Sritua. (1997) . “ Koperasi Sebagai Organisasi Ekonomi Rakyat ”,
dalam Pembangunanisme dan Ekonomi Indonesia. Pemberdayaan
Rakyat dalam Arus Globalisasi. Jakarta: CSPM dan Zaman.
Arif Chaniago, (1984), Perkoperasian Indonesia, Angkasa, Bandung.
Bernhard Limbong. (2010), Pengusaha Koperasi Memperkokoh Fondasi
Ekonomi Rakyat, Margaretha Pustaka, Jakarta
Dewan Koperasi Indonesia. (1997), Koperasi Indonesia Menghadapi Abad
ke-21,Laksmi Studio, Jakarta.
Hatta, Mohammad. (1987) . Membangun Koperasi dan Koperasi
Membangun (Kumpulan Pidato Bapak Koperasi dalam rangka
Menumbuhkan dan Menggiatkan Koperasi di Indonesia). Edisi Kedua.
Inti Idayu Press, Jakarta.
Hudiyanto, (2002). Sistem Koperasi Ideologi dan Pengelolaan, UII Pres
Yogyakarta, Yogyakarta.
Muslimin Nasution, (2008). Koperasi Menjawab Kondisi Ekonomi Nasional,
Pusat Informasi Perkoperasian, Jakarta.
Soenarto Djojosoempeno, (1964). Pola Koperasi Indonesia dan
Perkembangannya, Sinar Asia, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai