Anda di halaman 1dari 5

1. A.

Pembuatan laporan keuangan adalah suatu bentuk kebutuhan transparansi yang


merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas, berupa keterbukaan (opennes)
pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik. Transparansi informasi
terutama informasi keuangan dan fiskal harus dilakukan. Pengguna laporan keuangan akan
menggunakan SAP untuk memahami informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
dan menjadi pedoman untuk menyatukan persepsi antara penyusun pengguna dan auditor
(BPK). Laporan keuangan merupakan wujud pertanggungjawaban keuangan daerah dan
merupakan tanggungjawab atas akuntabilitas public serta merupakan salah satu ukuran
keberhasilan (kinerja) pemerintah daerah (Jamanson Sinaga,

Laporan keuangan merupakan komponen penting untuk menciptakan akuntabilitas sector


publik dan merupakan salah satu alat ukur kinerja finansial pemerintah daerah (Indrawati
Yuhertiana,
2007). Akuntabilitas keuangan mengharuskan pemerintah daerah menyusun laporan
keuangan atas
pelaksanaan keuangan daerah. Dengan penerapan, SAP akan mempermudah pengguna
informasi keuangan dalam memahami dan mengetahui kinerja keuangan pemerintah
daerah serta merupakan wujud dari akuntabilitas keuangan pemerintah daerah dalam
pelaksanaan keuangan daerah .

B. Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi
yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran.
Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran
kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis
terhadap pengukuran kinerja
Laporan kinerja sebagai salah satu laporan yang harus disiapkan baik untuk kepentingan
pimpinan atau pihak eksternal instansi, pada saat ini sudah banyak dihubungkan dengan
laporan keuangan. Khusus untuk laporan kinerja sebagai sebuah pertanggungjawaban atau
laporan akuntabilitas kinerja disusun setahun sekali dan dibuat sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Laporan kinerja yang harus disiapkan oleh instansi-instansi
pemerintah saat ini berdasarkan pada peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2006 tentang
pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah, laporan kinerja yang periodisasi
pelaporannya triwulanan dan tahunan, dan menurut Peraturan Presiden Nomor 29 tahun
2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, laporan kinerja terdiri dari
Laporan Kinerja interim (laporan kinerja interm dilakukan triwulanan dan disampaikan
bersamaan dengan laporan keuangan triwulanan) dan Laporan Kinerja tahunan. Laporan
kinerja sebetulnya merupakan jendela bagi pihak luar untuk mengetahui kinerja di dalam
organisasi instansi yang melaporkannya. Oleh karena itu, jendela itu akan memberikan
“kesan pertama” kepada orang yang melihat ke dalam. Jika laporan kinerjanya bagus,
orang luar tersebut akan berpikir, mungkin saja memang kinerjanya bagus. Dan kesan
pertama ini akan sangat melekat, jika tidak ditemui hal yang buruk pihak eksternal tersebut
pastilah akan mengira semuanya bagus, semua unit kerja bagus, dan seterusnya. Inilah
pentingnya sebuah laporan kinerja, informasi kinerja yang ada di dalamnya haruslah
diungkapkan dan disajikan secara baik sesuai dengan tanggung jawab pada tingkatannya.
Laporan kinerja yang disiapkan dan disampaikan untuk bahan monitoring, tentunya
periodisasi pelaporannya berjangka pendek misalnya bulanan atau triwulanan. Akan tetapi,
laporan kinerja untuk tujuan pertanggung jawaban cukuplah disusun dan disampaikan
setahun sekali. Laporan untuk tujuan monitoring, yang pada akhirnya untuk tujuan
pengendalian atas pelaksanaan tugas atau program/kegiatan tertentu, haruslah dapat
memicu tindakan pengendalian itu. Untuk itu laporan kinerjayang demikian biasanya lebih
menonjolkan pencapaian-pencapaian target kinerja jangka pendek, terinci, dan merupakan
unsur-unsur yang berkontribusi kepada keberhasilan. Pengungkapan dan penyajian analisis
celah kinerja (performance gap analysis) biasanya dibutuhkan oleh pimpinan atau pihak
yang memantau. Jadi, baik laporan kinerja untuk tujuan pemantauan ataupun untuk tujuan
pertanggung jawaban menjadi sangat penting karena pada akhirnya itulah
informasiinformasi untuk akuntabilitas kinerja.

Tujuan Laporan Kinerja, Tujuan Laporan kinerja adalah untuk memberikan informasi
kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya
dicapai. Laporan Kinerja juga sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi instansi
pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya.

2. Agar Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dapat memperoleh opini Wajar
Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) dari BPK RI minimal Pemerintah Daerah harus
memperhatikan:
Lingkup Pengendalian:
Dalam lingkup pengendalian ini Pemerintah Daerah harus memperhatikan:
Integritas yakni Pemahaman para pejabat pengelola keuangan daerah dalam menjalankan
TUPOKSI nya dan Nilai Etika dari Para Pejabatnya, aspek yang perlu menjadi perhatian
adalah: uraian tugas, pengetahuan, keahlian, pengendalian dan kopetensi aparatur atas
pengelolaan daerah.

Gaya operasi dan filosofi dari Para Pejabat Pemerinta Daerah:


Gaya operasi dan filosofi ini meliputi : selalu menganalisa dan prinsip kehati-hatian
terhadap pengelolaan keuangan daerah, penyusunan laporan keuangan daerah sebaiknya
menggunakan aparatu daerah sendiri yang lebih memahami kondisi daerah tersebut,
pengolahan data keuangan telah menggunakan system aplikasi computer yang handal dan
akurat, adanya koordinasi dan pengendalian atas siklus keuangan antar PPKD dan SKPD,
sudah ditetapkannya pejabat yang mengelola keuangan daerah sesuai SK kepala Daerah.
Struktur Organisasi Pemerintah Daerah: hal ini perlu diperhatikan apakah Badan atau
Dinas yang mengelola keuangan daerah telah terbentuk (sesuai PP 41 Th 2007).dan
Bendahara Umum Daerah telah diangkat menggunakan SK Kepala Daerah.
Tanggungjawab dan Wewenang: dalam hal ini tanggungjawab dan wewenang dari para
pejabat pengelola keuangan telah dibuat secara tertulis dan dirinci dengan jelas.
Kebijakan dan Praktek SDM : dalam hal ini apakah pengangkatan pejabat pengelola
keuangan dan kegiatan telah didasarkan peraturan, kemampuan, keahlian dan kopetensi.
Kegiatan Pengawasan Daerah: dalam hal ini apakah program kerja pengawasan tahunan
(PKPT) telah dilaksanakan serta tindak lanjut atas temuan BPK dan temuan Aparat
Pengawas Intern pemerintah (Irjen, BPKP, Inspektorat propinsi, kabupaten, kota) telah
dilakukan.

I. Penilaian Resiko:
– apakah telah dilakukan antisipasi atas transaksi keuangan yang memerlukan system dan
prosedur akuntansi yang baru dan signifikan;
– apakah pemantauan terhadap system akuntansi dan penyusunan laporan keuangan yang
mengikuti setiap peraturan baru atas pengelolaan keuangan daerah telah dilaksanakan.

II. Aktivitas Pengendalian


1. Pengendalian dan Sitem Informasi :
– Apakah laporan keuangan yang merupakan output dari data yang akurat dan handal telah
menggunakan aplikasi system computer akuntansi.
– Apakah Proses input data selesai pada tanggal 10 bulan berikutnya pada akhir periode
akuntansi
– Apakah proses Rekonsiliasi Bank antara PPKD/BUD dengan Bank BPD telah
dilaksanakan.
– Apakah rekonsiliasi penerimaan, pengeluaran kas antara PPKD/BUD dengan Bendahara
Penerimaan dan Pengeluaran SKPD telah dilakukan setiap bulan.
– Apakah rekonsiliasi barang inventaris/asset daerah telah dilakukan antara Bagian Aset
daerah dengan Bendahara Barang dari masing-masing SKPD.
– Apakah penyimpanan Arsip/dokumen administrasi keuangan dan asset daerah telah
dilakukan dengan baik.
1. Pemisahan Fungsi: dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa Fungsi yang
menerbitkan SPD, Fungsi yang memverifikasi dokumen SPM dari SKPD, Fungsi
yang membuat dokumen SP2D, fungsi akuntansi penerimaan kas dan fungsi akuntansi
pengeluaran kas/belanja daearah, fungsi asset, fungsi akuntansi selain kas, fungsi yang
mencatat/mengimput data tarnsaksi keuangan, fungsi yang membuat laporan keuangan
telah dipisahkan.

III. Informasi dan Komunikasi:


Hal ini meliputi semua peraturan daerah dan kepala daerah yang harus dibuat antara lain:
1. Peraturan Daerah tentang: APBD, tentang Perubahan APBD, tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD, Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah, tentang Pembentukan Dana Cadangan, tentang tatacara tuntutan ganti rugi
daerah.
2. Peraturan Kepala Daerah tentang: tentang RKPD, tentang Penjabaran APBD,
tentang tatacara pergesaeran APBD, tentang Sistem dap Prosedur Pengelolaan
Keuangan Daerah, tentang Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah, tentang kebijakan
akuntansi Pemerintah daerah, tentang pengenaan ganti kerugian terhadap pegawai
negeri bukan bendahara, tentang kriteria pemberian tambahan penghasilan, tentang
pemberian subsidi kepada perusahaan/lembaga yang melayani masyarakat umum.
3. Surat Keputusan Kepala Daerah: tentang standar satuan harga, tentang pedoman
pelaksanaan APBD, tentang pedoman pengelolaan barang daerah, tentang
pengangkatan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, tentang pengangkatan
bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran SKPD, tentang pejabat yang
bertugas memungut penerimaan daerah, tentang pejabat yang bertugas mengelola
utang dan piutang daerah, tentang pejabat yang bertugas mengelola barang daerah,
tentang pejabat yang bertugas menguji atas tagihan dan memerintahkan pembayaran,
tentang pelimpahan kekuasaan pengelolaan keuangan daerah kepada PPKD, tentang
pelimpahan kekuasaan pengelolaan keuangan daerah kepada Pejabat Pengguna
anggara, tentang pelimpahan kekuasaan Kepala Daerah selaku koordinator
pengelolaan keuangan daerah kepada Sekretaris Daerah, tentang penetapan Bank yang
ditunjuk sebagai Kas Umum Daerah.

Anda mungkin juga menyukai