Anda di halaman 1dari 5

Diskusi.

7
Selasa, 8 Maret 2022, 01:01
Jumlah balasan: 11
Assalamualaikum wr wb salam sejahtera,

Pada sesi ini diharapkan melakukan diskusi dan tanggapan antar mahasiswa 
dengan diberikan pertanyaan untuk dijadikan dasar diskusi, dasar diskusi dengan
pertayanyaan yaitu:

Jelaskan pengertian ilmu administrasi publik, pengertian ilmu administrasi bisnis


atau niaga, pengertian administrasi sosial; jelaskan tentang dinamika kekuasaan
dalam pemerintahan; jelaskan tentang etika Pancasila dan aktualisasi Pancasila
dalam ajaran filsafat pemerintahan di Indonesia serta berikan contoh kasusnya !!!

Selamat memberikan tanggapan dan berdiskusi!

Wassalam,

Tutor!

PermalinkTanggapi
Jawaban
Ilmu administrasi publik adalah suatu rumpun dalam ilmu administrasi yang membawahi semua
administrasi dalam lingkungan suasana kenegaraan untuk masing-masing berkembang menjadi
pengetahuan sistematis sendiri-sendiri.

Ilmu administrasi bisnis/niaga adalah suatu rumpun dalam ilmu administrasi yang membawahi semua
administrasi dalam lingkungan suasana perusahaan untuk masing-masing berkembang menjadi
pengetahuan sistematis sendiri-sendiri.

Ilmu administrasi sosial adalah suatu rumpun dalam ilmu administrasi yang membawahi semua
administrasi dalam lingkungan suasana perusahaan untuk masing-masing berkembang menjadi
pengetahuan sistematis sendiri-sendiri.

Dinamika Kekuasaan dalam pemerintahan Walaupun selalu ada, kekuasaan tidak dapat dibagi rata
kepada semua anggota masyarakat. Justru karena pembagian yang tidak merata tadi, timbul makna
yang pokok dari kekuasaan, yaitu kemampuan memengaruhi pihak lain untuk kehendak yang ada pada
pemegang kekuasaan. Kekuatan (power) untuk menggerakkan orang-orang salah satunya dapat
dilaksanakan dengan paksaan. Oleh karena itu, dalam sebuah negara, agar kekuasaan pemerintah tidak
menumpuk pada satu orang atau sekelompok orang, dilakukan pemisahan kekuasaan antara pelaksana
undang-undang (eksekutif), pembuat undang-undang (legislatif), dan peradilan (yudikatif).

Ada lima cara mengapa seseorang memiliki kekuasaan. Hal tersebut dapat lihat sebagai berikut.
1. Legistimate Power Legistimate berarti pengangkatan. Jadi, legistimate power adalah kekuasaan
yang diperoleh melalui pengangkatan. Sebagai contoh, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun
1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, kepala wilayah tidak dipilih, tetapi
diangkat, kecuali kepala wilayah dalam jabatan bupati dan gubernur yang masing-masing
merangkap sebagai kepala daerah tingkat II dan I serta masing-masing dipilih oleh DPRD
tingkat II dan I. Jadi, bagaimanapun lemahnya pribadi seorang camat, apabila surat keputusan
(SK) telah diterbitkan untuk pengangkatannya, yang bersangkutan memiliki kekuasaan di
wilayah kecamatannya.

2. Coersive Power Coersive berarti kekerasan. Jadi, coersive power adalah kekuasaan yang
diperoleh dengan cara kekerasan. Bahkan, mungkin bersifat perebutan atau perampasan
bersenjata yang sudah barang tentu di luar jalur konstitusional. Hal ini lazim disebut kudeta
(coup d’etat). Karena cara ini inkonstitusional, banyak kemungkinan, setelah perebutan
kekuasaan, sebagian besar peraturan perundang-undangan negara akan berubah. Karena
perubahan tersebut dilakukan secara mendadak, peristiwa tersebut dinamakan revolusi.
Revolusi-revolusi besar yang menarik mata dunia di antaranya sebagai berikut. a. Jatuhnya
Syah Iran ditandai dengan terusirnya Syah dan keluarganya setelah Imam Ayatullah Rohullah
Khomeini tiba dari perasingannya di Prancis. b. Jatuhnya Presiden Niccolai Ceausescu dari
Rumania ditandai dengan demonstrasi besar-besaran serta pembantaian Ceausescu dan istrinya.
3. Expert Power Expert berarti ahli. Jadi, expert power adalah kekuasaan yang diperoleh melalui
keahlian seseorang. Maksudnya, pihak yang mengambil kekuasaan memang memiliki keahlian
untuk memangku jabatan tersebut. Perolehan kekuasaan seperti ini berlaku di negara demokrasi
karena sistem personalianya dalam memilih karyawan memakai merit system. Suatu moto yang
paling tepat untuk pengisian formasi dalam administrasi kepegawaian seperti ini adalah
menempatkan orang yang tepat pada posisi yang sebenarnya atau dikenal dengan ungkapan the
right man on the right place. Dengan demikian, seseorang akan ditempatkan sesuai dengan
proporsinya. Apalagi mereka yang dididik khusus untuk itu. Jadi, apabila pemegang kekuasaan
pada instalasi-instalasi tersebut memanfaatkan wewenangnya, hal itu masih pada tempatnya
karena mereka memang ahli dalam bidangnya tersebut. Akan tetapi, ada kalanya yang berlaku
di suatu negara atau daerah adalah sebaliknya, yaitu yang menduduki jabatan bukanlah orang
yang mampu. Penempatan pada suatu jabatan kadang disebabkan pengaruh pressure group atau
pengisian jabatan oleh anggota keluarga pejabat yang berwenang. Sistem kepegawaian seperti
ini disebut spoil system sehingga pada gilirannya pada kelompok elite pemerintahan terbentuk
ikatan primordial.

4. Reward Power Reward berarti imbalan. Jadi, reward power adalah kekuasaan yang diperoleh
sebagai suatu pemberian atau imbalan. Sebagai contoh, perhatikan bagaimana orang-orang kaya
dapat memerintah orang-orang miskin untuk bekerja dengan patuh. Orang-orang melakukan
pekerjaan tersebut hanya karena mengharapkan dana dan butuh sejumlah uang pembayaran
(gaji). Oleh sebab itu, salah satu faktor untuk memegang suatu tampuk kekuasaan harus orang
yang bedaraan beruang. Tuan-tuan tanah dapat membayar centeng dan tukang pukul hanya
karena adanya pembayaran yang teratur. Pada suasana kekeratonan, orang-orang ningrat relatif
tampak lebih kaya dibandingkan rakyat jelata. Lebih jauh dari itu, bahkan lelucon orang kaya,
sekalipun tidak lucu, selalu membuat orang tertawa dan menarik perhatian orang miskin. Pada
akhirnya, orang-orang ber-uang-lah yang memegang kekuasaan. Hal ini bahkan terlihat di
negara-negara adikuasa sekalipun. Perhatikan bagaimana kalangan jet set menguasai keadaan,
paling tidak sebagai grup penekan. Apabila aparat peradilan butuh pemasukan materi bukan
butuh keadilan, orang-orang berada dapat mengatur sistem peradilan yang menguntungkan
pihaknya. Konglomerat dapat berbuat banyak, tetapi orang-orang berada tetapi orang-orang
yang digelari kolong melarat hanya melakukan pekerjaan yang cenderung rutinitas.

5. Reverent Power Reverent berarti daya tarik. Jadi, reverent power adalah kekuasaan yang
diperoleh melalui daya tarik seseorang. Walaupun daya tarik bukan faktor utama mengapa
seseorang ditentukan menjadi kepala, kemudian menguasai keadaan, daya tarik postur tubuh,
wajah yang rupawan, dan penampilan serta pakaian yang perlente dapat menentukan perhatian
orang lain dalam usaha menjadi kepala. Banyak orang yang tidak dapat memisahkan
kekagumannya kepada Jenderal Charles de Gaulle: antara postur tubuhnya yang gagah tinggi
besar dan kecerdasannya mengepalai Pemerintahan Prancis. Begitu pula presiden ke-16
Amerika Serikat, Abraham Lincoln, menjadi lebih terkenal sejak memelihara jenggot yang
menutupi pipinya sebelah kiri yang cekung. Di Indonesia, pimpinan tertinggi pemerintahan juga
memiliki ketampanan. Pak Harto terkenal dengan senyumannya yang kebapakan walaupun
beliau seorang tentara sehingga sering digelari the smiling general. Sementara itu, Bung Karno
terkenal dengan gingsulnya yang terlihat apabila tertawa dan berpidato sambil memperhatikan
kebolehannya sebagai orator ulung di dunia.

Pendapat Strauss yang mengatakan, setelah kekuasaan itu diperoleh, bagaimana memotivasi orang-
orang untuk mau melaksanakan pekerjaan lebih giat sesuai dengan keinginan kepala (pemerintahan)
yang memiliki kekuasaan (Inu, 1992:59). Etika Pancasila dan aktualisasi Pancasila dalam ajaran filsafat
pemerintahan di Indonesia Good governance merupakan isu sentral yang mengemuka dalam
pengelolaan administrasi negara dewasa ini.
Untuk mencapai good governance, organisasi negara melakukan perubahan-perubahan yang terarah
dengan mempunyai tiga kaki sebagai berikut :
a. Economic governance meliputi proses pembuatan keputusan yang memfasilitasi equity,
property, dan quality of life.
b. Political governance adalah proses keputusan untuk formulasi kebijakan.
c. Administrative governance merupakan sistem implementasi suatu kebijakan Dalam sistem
administrasi negara Indonesia, pembinaan organisasi berkaitan dengan perubahan arah
kemajuan yang tetap berkepribadian Indonesia.

Jadi, dalam reformasi, perlu dipertimbangkan nilai-nilai yang berlaku sehingga pembinaan organisasi
di Indonesia berkaitan erat dengan etika Pancasila. Etika Pancasila merupakan landasan moral
pembinaan organisasi Indonesia. Pembinaan organisasi tersebut membuat pemerintah bersifat pro
terhadap perubahan, yaitu melakukan restrukturisasi yang etis. Pembaruan atau perubahan tanpa
dilandasi etika Pancasila tidak akan mencapai sasaran. Bahkan, itu akan membuat pembaruan di
Indonesia tanpa kendali, demokratisasi menjadi kebablasan, pemberdayaan masyarakat menjadi
penindasan, serta pelayanan publik menjadi ajang bisnis aparatur negara. Oleh karena itu, etika
Pancasila sangat tepat menjadi landasan moral dalam pembinaan organisasi negara Indonesia. Sistem
administrasi negara Indonesia yang didasarkan pada etika Pancasila merupakan sistem administrasi
negara yang bersifat demokratis dan etis, yaitu antikediktatoran, antipemaksaan kehendak,
antipemerkosaan hak, antikekerasan, antikejahatan, dan antipenindasan. Maka itu, dalam
penyelenggaraan sistem administrasi negara Indonesia, kekuasaan yang cenderung berlebihan di tangan
administrator publik atau presiden dan para birokrat lainnya sebenarnya dapat dikendalikan agar
kekuasaan dapat dilakukan dalam batas-batas kewajaran. Etika Pancasila, baik berwujud etika profesi
kepemimpinan maupun moralitas bersama, perlu diwujudkan untuk kelangsungan penyelenggaraan
administrasi negara Indonesia sebagai pengendalian kekuasaan administrator publik agar tidak
berkuasa secara berlebihan. Di antara mereka, terdapat kaidah moral Pancasila yang dibimbing oleh
budi nurani dalam kepemimpinannya untuk dapat berbuat baik, adil, jujur, dan beradab sesuai dengan
nilai-nilai moral Pancasila. Di antara mereka tidak tersesat oleh nafsu yang tidak baik dan merusak
kemanusiaannya. Administrator dan pemimpin-pemimpin lainnya dalam penyelenggaraan administrasi
negara Indonesia harus menjadi pengemban nilai-nilai moral Pancasila. Ia harus saling menyadari tugas
dan kewajibannya dalam menciptakan suasana kehidupan yang tertib, adil, damai, dan sejahtera.
Dengan demikian, jelaslah bahwa etika Pancasila berfungsi sebagai landasan moral dalam pelaksanaan
kekuasaan administrasi negara Indonesia sehingga tidak terjadi pelaksanaan kekuasaan yang berlebihan
yang bertentangan dengan etika Pancasila. Intinya bahwa Kegiatan administrasi negara Indonesia yang
berlandaskan etika Pancasila merupakan kegiatan administrasi negara yang demokratis dan etis.
Contohcontonhya sebagai berikut : Penyelenggaraan pemilihan umum sebagai wujud pesta demokrasi
rakyat. Kebebasan memilih calon pemimpin maupun wakil rakyat sebagai wujud kedaulatan rakyat.
Kebebasan untuk dapat ikut berpartisipasi menjadi calon wakil rakyat maupun pemimpin. Kebebasan
menyalurkan aspirasi maupun kritik pada pemerintah.

Menjadikan musyawarah untuk mufakat sebagai metode penetapan kebijakan. - Pemerintahan yang
transparan dan bertanggung jawab. - Terbukanya ruang public bagi masyarakat untuk menyampaikan
aspirasinya.

Sumber Referensi : BMP Modul ADPU4531 Filsafat Administrasi

Anda mungkin juga menyukai