PENDAHULUAN
Secara berkala, PPK-SKPD melakukan posting pada buku besar dan secara
periodic menyusun neraca saldo sebagai dasar pembuatan Laporan Keuangan, yang
terdiri atas : Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan Catatan Atas Laporan
Keuangan (CALK).
a. Akuntansi Pendapatan
b. Akuntansi Belanja dan Beban
c. Akuntansi Aset
d. Akuntansi Kewajiban
e. Akuntansi Koreksi dan Penyesuaian
1) Fungsi Terkait
Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan
SKPD (PPK-SKPD). Sedangkan, pada SKPKD dilaksanakan oleh fungsi
akuntansi pada SKPKD.
4) Uraian prosedur
a. Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi pada PPK-SKPD. Sedangkan, pada SKPKD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.
b. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi
penerimaan kas melakukan pencatatan ke dalam jurnal penerimaan
kas, disertai rekeing-lawan asal penerimaan kas tersebut.
c. Bukti transaksi penerimaan kas mencakup antara lain :
Surat Tanda Bukti Pembayaran (STBP)
Surat Tanda Setoran (STS)
Bukti transfer
Nota kredit
Bukti penerimaan lainnya
d. Fungsi akuntansi PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada
SKPKD secara periodik atau berkala melakukan posting ke buku
besar.
e. Jika dianggap perlu, fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau
fungsi akuntansi pada SKPKD dapat membuat buku besar pembantu
yang berfungsi sebagai rincian buku besar dan berlaku sebagai
kontrol.
f. Pencatatan ke dalam jurnal penerimaan kas, buku besar, dan buku
besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD
dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.
g. Pada akhir periode, fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau
fungsi akuntansi pada SKPKD menyusun laporan keuangan.
4) Uraian prosedur
a. Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi pada PPK-SKPD. Sedangkan, pada SKPKD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.
b. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi
pengeluaran kas melakukan pencatatan ke dalam jurnal pengeluaran
kas, disertai rekening-lawan asal pengeluaran kas tersebut.
c. Bukti transaksi penerimaan kas mencakup antara lain :
Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
Bukti transfer
Nota kredit
Bukti penerimaan lainnya
d. Fungsi akuntansi PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada
SKPKD secara periodik atau berkala melakukan posting ke buku
besar.
e. Jika dianggap perlu, fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau
fungsi akuntansi pada SKPKD dapat membuat buku besar pembantu
yang berfungsi sebagai rincian buku besar dan berlaku sebagai
kontrol.
f. Pencatatan ke dalam jurnal pengeluaran kas, buku besar, dan buku
besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD
dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.
g. Pada akhir periode, fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau
fungsi akuntansi pada SKPKD menyusun laporan keuangan.
4) Uraian prosedur
a. Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi pada PPK-SKPD. Sedangkan, pada SKPKD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.
b. Bukti transaksi dan/atau kejadian akuntansi aset terdiri atas :
Berita acara penerimaan barang.
Surat Keputusan Penghapusan Barang.
Surat Pengiriman Barang
Surat Keputusan Mutasi Barang
Berita acara pemusnahan barang.
Berita acara serah terima barang.
Berita acara penilaian.
Berita acara penyelesaian pekerjaan.
c. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada
SKPKD berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian melakukan
pencatatan ke bukti memorial.
d. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada
SKPKD berdasarkan Bukti Memorial mencatat ke dalam buku jurnal
umum.
e. Fungsi akuntansi PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada
SKPKD secara periodik atau berkala melakukan posting ke buku
besar.
f. Setiap akhir periode, semua buku besar ditutup sebagai dasar
penyusunan laporan keuangan SKPD dan/atau SKPKD.
Struktur hubungan entitas dalam akuntansi yang diimplementasikan
pada pemerintah daerah adalah struktur akuntansi HOBO (Home Office
and Branch Office), yaitu kantor pusat dan kantor cabang. Pemerintah
daerah sebagai entitas pelaporan diperlakukan sebagai kantor pusat (home
office), sedangkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diperlakukan
sebagai kantor cabang (branch office). Namun demikian, untuk lingkungan
pemerintah konsep HOBO ini lebih tepat untuk menggambarkan hubungan
transaksi antara Pejabat Penatausahaan Keuangan Daerah (PPKD) dengan
SKPD, dibandingkan dengan struktur hubungan induk dan anak. hal ini
didasari oleh beberapa pertimbangan :
1. PPKD-SKPD bukan entitas yang masing-masing berdiri sendiri,
melainkan satu kesatuan.
2. Antara PPKD dan SKPD tidak terjadi transfer income (dalam
pengertian profit).
3. SKPD dimiliki 100% oleh pemerintah daerah.
Transaksi antara PPKD dan SKPD dicatat menggunakan akun
resiprokal, yaitu RK PPKD dan RK SKPD. Akun RK PPKD adalah akun
yang digunakan oleh SKPD, disajikan pa.da neraca SKPD sebagai ekuitas.
Hal ini menggambarkan besarnya hak residual pemerintah daerah (lihat
konsep persamaan akuntansi) yang terdapat pada SKPD. Sedangkan akun
RK SKPD adalah akun yang digunakan oleh PPKD, disajikan pada neraca
PPKD sebagai aset. Hal ini menggambarkan besarnya aset PPKD yang
terdapat pada SKPD.
Unsur-unsur yang tidak disajikan dalam LRA SKPD adalah transfer,
pembiayaan dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran dikarenakan
transfer dan pembiayaan merupakan kegiatan anggaran yang dilakukan
pada tingkat pemerintah daerah yaitu SKPKD (Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah), sedangkan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
merupakan surplus/defisit dengan pembiayaan neto.
2.4 Proses Pencatatan
1) Pencatatan Anggaran Pada SKPD
Pencatatan anggaran pada SKPD merupakan tahap persiapan sistem
akuntansi pemerintah daerah. Langkah-langkah teknis nya yaitu, berdasarkan
dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD), PPK-SKPD mencatat
“Estimasi Pendapatan” di debit sebesar total anggaran belanja, dan
“Aprosiasi Belanja” di kredit sebesar total anggaran belanja. Selisih antara
anggaran pendapatan dan anggaran belanja dicatat “Estimasi Perubahan
SAL” di debit.
Langkah-Langkah Teknis :
Langkah-langkah teknis ini akan menjelaskan urutan prosedur yang
harus dilakukan oleh PPK SKPD dalam melakukan pencatatan transaksi
pendapatan. Transaksi pendapatan SKPD merupakan pendapatan yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Dalam hal instansi pemungut pajak terpisah dari bendahara
umum daerah (BUD), maka pajak daerah dianggarkan dan dicatat pada
instansi tersebut. Pemungutan pajak dapat didahului dengan penerbitan
Surat Ketetapan Pajak Daerah maupun penyetoran langsung oleh
masyarakat. Terhadap kedua cara pemungutan tersebut pengakuan
pendapatan pajak dilakukan pada saat penyetoran oleh Wajib Pajak ke
Rekening Kas Daerah.
SKPD yang berwenang akan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKP Daerah) terkait. Selain disampaikan kepada Wajib Pajak (WP), SKP
Daerah tersebut akan didistribusikan kepada PPK-SKPD. SKP Daerah
tersebut akan menjadi dokumen sumber dalam mengakui pendapatan pajak
daerah setelah dilakukan pembayaran. Wajib retribusi melakukan
pembayaran retribusi kemudian akan menerima Tanda Bukti Pembayaran
(TBP). TBP juga menjadi dasar bagi PPK SKPD untuk mengakui
pendapatan dengan mencatat “Kas di Bendahara Penerimaan” di debit dan
“Pendapatan Retribusi” di kredit.
3) Akuntansi Belanja dan Beban SKPD
Pihak-pihak yang terkait dalam prosedur akuntansi beban SKPD adalah :
a. Kuasa Bendahara Umum Daerah (BUD)
b. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD)
c. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
Langkah-Langkah Teknis
1. Belanja dan Beban Pegawai
a) Belanja dan Beban Pegawai Menggunakan Uang Persediaan
Bendahara Pengeluaran SKPD menyerahkan bukti transaksi
beban pegawai yang menggunakan uang persediaan.
3. Pengembalian Beban
Dalam kasus terjadi penerimaan kembali beban pada periode
berjalan dan mempengaruhi posisi kas, PPK-SKPD mencatat “Kas di
Bendahara Pengeluaran” di debit dan “Beban...” di kredit. Kasus
pengembalian beban juga dapat terjadi pada belanja-belanja yang
terjadi di periode sebelumnya (pengembalian dilakukan setelah
laporan keuangan diterbitkan). Pada kasus ini seperti ini harus
diidentifikasi terlebih dahulu apakah pengembalian terjadi pada
belanja yang sifatnya berulang atau tidak berulang.
2. Buku Besar
Tahapan selanjutnya setelah pencatatan transaksi melalui jurnal
adalah posting ke buku besar. Dalam tahap ini, PPK-SKPD mem-
posting atau memindahkan setiap akun beserta jumlahnya dari buku
jurnal ke buku besar masing-masing akun.
3. Neraca Saldo
Pada setiap akhir periode akuntansi, atau sesaat sebelum
penyusunan laporan keuangan, PPK-SKPD menyusunan Neraca Saldo.
Neraca Saldo adalah suatu daftar yang berisi seluruh kode rekening
beserta saldonya pada tanggal tertentu.
Langkah-Langkah :
Ketika SKPD melakukan suatu transaksi pembelian barang dan
penggunaan jasa yang telah dilaksanakan namun pelunasan belum dilakukan
oleh SKPD, Fungsi PPK-SKPD akan mengakui adanya utang jangka pendek
akibat transaksi tersebut dengan membuat jurnal:
Beban (D) Rp.4.000.000
Utang Belanja (K) Rp.4.000.000
Untuk transaksi pembelian aset tetap dan pelunasan belum dilakukan
fungsi akuntansi PPK-SKPD membuat jurnal :
Aset Tetap (D) Rp.35.000.000
Utang Belanja (K) Rp.35.000.000
Pada Saat SKPD melakukan pembayaran dengan mekanisme UP, maka
fungsi akuntansi PPK-SKPD mencatat:
Utang belanja (D) Rp.35.000.000
Kas di Bendahara Pengeluaran (K) Rp.35.000.000
Untuk pembayaran dengan mekanisme LS maka fungsi akuntansi PPK-
SKPD mencatat:
Utang Belanja (D) Rp.35.000.000
R/K PPKD(K) Rp.35.000.000
3. AKUNTANSI UNTUK KOREKSI KESALAHAN DAN PENYESUAIAN
SKPD
Lampiran II Permendagri 64 Tahun 2013 juga mengatur tentang jurnal
koreksi dan penyesuaian bagi SKPD. Dokumen yang digunakan sebagai dasar
jurnal koreksi dan penyesuaian pada tingkat SKPD berupa bukti memorial.
Untuk melakukan koreksi atas terjadinya kesalahan pencatatan, berdasarkan
dokumen atau bukti koreksi terkait, Fungsi AKuntansi SKPD membuat bukti
memorial terkait koreksi kesalahan pencatatan. Selanjutnya digunakan sebagai
dasar fungsi AKuntansi PPKD untuk membuat koreksi atas jurnal yang salah
catat tersebut.
Contoh Jurnal koreksi dalam Lampiran II Permendagri 64 Tahun 2013
adalah terdapat kesalahan karena transaksi beban/belanja telepon dicatat pada
beban/belanja listrik. Untuk melakukan koreksi atas kesalahan tersebut, Fungsi
AkuntasI SKPD membuat jurnal koneksi:
Beban Jasa Telepon (D) Rp 2.500.000
Beban Jasa Listrik (K) Rp 2.500.000
Belanja Jasa Telepon (D) Rp 2.500.000
Belanja Jasa Listrik (K) Rp 2.500.000
Akuntasi koreksi kesalahan diatur terperinci pada PSAP Nomor 10 dalam
PP 71 tahun 2010. Pembaca dapat merujuk ke PSAP Nomor 10 tersebut untuk
berbagai jenis kesalahan dan prosedur koreksinya.
Contoh jurnal penyesuaian yang perlu dibuat oleh fungsi akuntasi SKPD
adalah mencata sisa persedian dan penyusutan aset tetap.jika SKPD melakukan
transaksi persedian dengan pendekatan aset dan metode periodic (pada saat
pembelian jurnalnya adalah persedian pada sisi debit), maka perlu di lakukan
stock opname setiap akhir periode untuk mengetahui sisa persedian yang
dimiliki. Berdasarkan berita acara stock opname, misalnya sisa saldo akhir
persedian sbesar Rp 2.500.000 sementara saldo buku besar sebesar Rp
10.000.000 (yaitu saldo awal Rp3.000.000 ditambah pembelian tahunan berjalan
sebesar Rp7.000.000). Fungsi akuntasi PPK-SKPD membuat jurnal penyesuaian
sebesar persediaan yang terpakai:
Beban persedian (D) Rp 7.500.000
Persedian (K) Rp 7.500.000
Sebaliknya, apabila SKPD melakukan transaksi persedian dengan
pendekatan beban dan metode periodik (pada saat pembelian jurnalnya adalah
beban persedian pada sisi debit), maka jurnal penyesuainnya adalah:
Persedian (D) Rp 2.500.000
Beban persedian (K) Rp 2.500.000
Jurnal penyusutan dibuat berdasarkan daftar barang dan kebijakan
akuntasi yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Fungsi akuntasi PPK-SKPD
pada akhir tahun akan membuat bukti memorial yang kemudian akan diotorisasi
oleh Pengguna Anggran untuk mengakui depresiasi atau penyusutan atas aset
tetap yang dimiliki dengan jurnal:
Beban penyusutanaset tetap…. (D) Rp 10.000.000
Akuntasi penyussutan aset tetap (K) Rp 10.000.000
Jurnal-jurnal penyesuain lainnya sama dengan jurnal penyesuaian
akuntasi komersiluntuk menyesuaikan saldo transaksi pendapatan diterima di
muka, pendapatan yang masih akan diterima/piutang pendapatan, beban dibayar
di muka, dan beban yang masih harus di bayar.
Pertanggungjawaban Penggunaan UP
Bendahara pengeluaran melakukan pertanggungjawaban penggunaan persediaan
setiap akan mengajukan GU. Dalam melakukan pertanggungjawaban tersebut
dokumen yang disampaikan adalah Laporan Pertanggungjawaban Uang
Persediaan dan dilampiri dengan bukti-bukti belanja yang sah.
Pertanggungjawaban Penggunaan TU
Bendahara pengeluaran melakukan pertanggungjawaban penggunaan TU apabila
TU yang dikelolanya telah habis/selesai digunakan untuk membiayai suatu
kegiatan atau telah sampai pada waktu yang ditentukan sejak TU diterima.
Dalam melakukan pertanggungjawaban tersebut dokumen yang disampaikan
adalah Laporan Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan dan dilampiri
dengan bukti-bukti belanja yang sah dan lengkap.
Pertanggungjawaban Administratif
Pertanggungjawaban administratif dibuat oleh bendahara pengeluaran dan
disampaikan kepada Pejabat Pengguna Anggaran paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya. Pertanggungjawaban administratif tersebut berupa Surat
Pertanggungjawaban (SPJ) yang menggambarkan jumlah anggaran, realisasi dan
sisa pagu anggaran baik secara kumulatif maupun per kegiatan. SPJ ini
merupakan penggabungan dengan SPJ bendahara pengeluaraan pembantu.
Pertanggungjawaban administratif berupa SPJ dilampiri dengan :
a) Buku Kas Umum
b) Laporan Penutupan Kas
c) SPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu
Pertanggungjawaban tersebut harus dilampiri bukti setoran sisa uang persediaan.
Pertanggungjawaban Fungsional
Pertanggungjawaban fungsional dibuat oleh bendahara pengeluaran dan
disampaikan kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya. Pertanggungjawaban fungsional tersebut berupa Surat
Pertanggungjawaban (SPJ) yang merupakan penggabungan SPJ bendahara
pengeluaraan pembantu. SPJ tersebut dilampiri dengan :
a) Laporan Penutupan Kas
b) SPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu
Pertanggungjawaban tersebut harus dilampiri bukti setoran sisa uang persediaan.
Akuntansi Belanja
Khusus untuk pengakuan belanja tetap menggunakan basis kas, seperti
dijelaskan dalam PSAP BA 02 paragraf 31 dan 32 sebagai berikut : belanja
diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari akun Kas Umum Negara/Daerah.
Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaraan pengakuannya terjadi pada
saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan.
Dokumen sumber yang digunakan untuk menjurnal realisasi belanja LS adalah
SP2D LS, sedangkan belanja yang dibayar melalui uang persediaan yang ada
pada bendahara pengeluaran dokumen sumber untuk mencatat belanja tersebut
adalah SPJ fungsional bendahara pengeluaran yang telah mendapatkan
pengesahan dari BUD.
Akuntansi Beban
Dalam basis akrual, beban diakui pada saat kewajiban yeng mengakibatkan
penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum
dikeluarkan dari akun Kas Umum Daerah atau entitas pelaporan.
Dokumen sumber yang digunakan untuk menjurnal beban yang sudah dibayar
secara LS adalah SP2D LS, sedangkan beban yang dibayar melalui uang
persediaan yang ada pada bendahara penegluaran, dokumen sumber untuk
mencatat beban tersebut adalah SPJ bendahara pengeluaran yang telah
mendapatkan pengesahan dari BUD. Sedangkan untuk beban yang belum bayar,
bukti-bukti belanja yang dilakuakn oleh SKPD merupakan dokumen sumber
untuk mencatat beban tersebut.
Pada dasarnya jurnal penyesuaian yang harus dibuat pada akhir tahun oleh PPK
SKPD mencakup dua hal yaitu : pertama untuk transaksi yang sudah terjadi
namun belum mencatat dalam catatan akuntansi SKPD. Kedua, transaksi-
transaksi yang sudah tercatat dalam catatan akuntansi SKPD namun saldonya
perlu disesuaikan sesuai dengan kondisi akhir tahun.
BAB III
METODE PENELITIAN
.1 Bentuk Penelitian
Penelitian ini penulis menggunakan metode studi kasus secara deskriptif.
Desain penelitian studi kasus yaitu suatu metode yang bertujuan untuk mengolah
data secara sistematik dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat yang sedang
diselidiki. Jenis penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan
perusahaan berdasarkan fakta yang diperoleh dan berdasarkan pada situasi yang
diselidiki untuk kemudian data tersebut disusun, diolah, dianalisis dan
diinterprestasikan.
PEMBAHASAN
.1 Hasil Wawancara
f. DBH Pusat
Belanja Pegawai
Belanja Modal
1) NERACA
Jumlah asset lancar pada tahun 2017 yaitu Rp 28.013.715.358,60 sedangkan
pada tahun 2016 yaitu Rp 12.022.255.137,45 menunjukkan bahwa terdapat
penambahan jumlah asset lancar. Untuk asset tetap pada tahun 2017 yaitu
Rp. 179.517.570.441,44 sedangkan pada tahun 2016 Rp. 61.987.361.622,48 .
Untuk asset lainnya yaitu pada tahun 2017 sebesar 1.065.079.237,46 .
Sedangkan pada tahun 2016 yaitu sebesar 807.138.512,00 . Menunjukkan
bahwa terdapat penambahan jumlah asset lainnya jadi untuk total asset
keseluruhan pada tahun 2017 sebesar Rp. 208.596.365.037,50. Sedangkan
jumlah asset keseluruhan pada tahun 2016 sebesar 74.816.695.271,93
menunjukkan bahwa terdapat penambahan jumah asset
Kewajiban jangka pendek pada tahun 2017 sebesar 4.247.986.053,00 untuk
tahun 2016 sebesar 1.449.111.000,00 Untuk jumlah equitas pada tahun 2017
sebesar 204.348.378.984,50 Pada tahun 2016 yaitu 73.367.584.271,93
2) Laporan Operasional
Jumlah PAD pada tahun 2017 lebih besar dibandingkan 2016 yaitu
mengalami kenaikan 34.887.111.472,77 atau sekitar 305,83% Untuk beban
operasional yaitu bebena pegawai pada tahun 2017 lebih besar dibandingkan
tahun 2016 yaitu mengalami kenaikan 22.235.642.531,00 atau sekitar
141,45% Beban barang dan jasa mengalami kenaikan sebesar
53.765.350.576,92 Atau sekitar 208,40% untuk beban penyusutan
mengalami kenaikan 16.838.746.612,14 atau sekitar 254,31% beban lain lain
mengalami kenaikan 26.597.425,93 atau sekitar 121,14% . Total beban
operasi pada tahun 2017 yaitu 207.141.587.331,83 untuk tahun 2016 yaitu
114.275.250.185,84 yaitu mengalami kenaikan 92.866.337.145,99 atau
sekitar 159,57%
Pada tahun 2017 mengalami defisit LO sebesar 156.455.345.745,80 Pada
tahun 2016 defisit LO sebsar 97.600.430.736,71 Mengalami kenaikan defisit
sebesar 58.554.915.009,09 Atau sekitar 159,81%
3) Laporan Realisasi Anggaran
Pada tahun 2016 anggaran pendapatan lebih sebesar 561.183.410,00 atau
sekitar 96,8% pada tahun 2017 anggaran kurang sebesar 1.792.584.640.77
atau sekitar 103.8% . Untuk anggaran belanja pada tahun 2016 mengalami
lebih sebesar 11.615.206.544,33 atau 90,8% Pada tahun 2016 mengalami
defisit anggaran sebesar 11.054.023.134,33 Atau sekitar 89.8%. pada tahun
2017 defisit anggaran sebesar 18.194.470.614,93 Atau sekitar 90,01%
4) Laporan Perubahan Ekuitas
Ekuitas akhir pada tahun 2017 sebesar 204.348.378.984,50, sedangkan
ekuitas akhir pada tahun 2016 sebesar 73.367.584.271,93
1) NERACA
Jumlah asset lancar pada tahun 2017 yaitu Rp 8.989.531.350,00 sedangkan
pada tahun 2016 yaitu Rp 2.600.000,00 menunjukkan bahwa terdapat
penambahan jumlah asset lancar. Untuk asset tetap pada tahun 2017 yaitu
Rp. 577.042.439.544,52 sedangkan pada tahun 2016 Rp.
464.081.810.014,80. Untuk asset lainnya yaitu pada tahun 2017 sebesar
274.347.700,00 Sedangkan pada tahun 2016 yaitu sebesar 421.022.700,00.
Menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah asset lainnya jadi untuk
total asset keseluruhan pada tahun 2017 sebesar Rp. 586.306.318.594,52.
Sedangkan jumlah asset keseluruhan pada tahun 2016 sebesar
464.505.432.714,80 menunjukkan bahwa terdapat penambahan jumah asset .
Kewajiban pada tahun 2017 tidak ada, untuk tahun 2016 sebesar
3760.911.000,00. Untuk jumlah equitas pada tahun 2017 sebesar
586.306.318.594,52 Pada tahun 2016 yaitu 460.744.521.714,80.
2) Laporan Operasional
Jumlah PAD pada tahun 2017 lebih besar dibandingkan 2016 yaitu
mengalami kenaikan 417.602.000,00 atau sekitar 217,38% Untuk beban
operasional yaitu beban pegawai pada tahun 2017 lebih besar dibandingkan
tahun 2016 yaitu mengalami kenaikan 3.371.156.374,00 atau sekitar
150,80% Beban barang dan jasa mengalami penurunan sebesar
892.838.238,00 Atau sekitar 98.13% untuk beban penyusutan mengalami
kenaikan 13.237.307.216,84 atau sekitar 111,19% beban lain lain pada tahun
2016 Rp. 0, dan pada tahun 2017 sebesar 175.000. Total beban operasi pada
tahun 2017 yaitu 188.385.387.377,80 untuk tahun 2016 yaitu
172.669.587.024,96 yaitu mengalami kenaikan 15.715.800.352,84 atau
sekitar 109,10%
Pada tahun 2017 mengalami defisit LO sebesar 187.612.015.377,80 Pada
tahun 2016 defisit LO sebsar 172.598.604.524,96 Mengalami kenaikan
defisit sebesar 15.013.410.852,84 Atau sekitar 108,70%
3) Laporan Realisasi Anggaran
Pada tahun 2016 anggaran pendapatan kurang sebesar 40.770.000,00 atau
sekitar 112,9% pada tahun 2017 anggaran pendapatan kurang sebesar
408.372.000,00 atau sekitar 211,9% . Untuk anggaran belanja pada tahun
2016 mengalami lebih sebesar 1.659.207.500,00 atau 99,3% Pada tahun
2016 mengalami defisit anggaran sebesar 1.699.977.560,00 Atau sekitar
99,3%. pada tahun 2017 defisit anggaran sebesar 6.645.537.036,50 Atau
sekitar 97,7%
4) Laporan Perubahan Ekuitas
Ekuitas akhir pada tahun 2017 sebesar 586.306.318.594,52 sedangkan
ekuitas akhir pada tahun 2016 sebesar 460.744.521.714,80
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
3. Maka sistem akuntansi SKPD terdiri dari 5(lima) sub system akuntansi yaitu :
1) Akuntansi Pendapatan
2) Akuntansi Belanja dan Beban
3) Akuntansi Aset
4) Akuntansi Kewajiban
5) Akuntansi Koreksi dan Penyesuaian
4. Laporan yang dihasilkan dalam prosedur akuntansi SKPD terdiri yaitu, Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas
dan Catatan atas laporan keuangan (CaLK).
5. Proses Pencatatan :
9) Pencatatan Anggaran Pada SKPD
10) Akuntansi Pendapatan SKPD
11) Akuntansi Belanja dan Beban SKPD
12) Akuntansi Aset SKPD
13) Akuntansi Kewajiban SKPD
14) Jurnal Koreksi dan Penyesuaian SKPD
15) Jurnal, Buku Besar, dan Neraca Saldo SKPD
16) Jurnal, Buku Besar, dan Neraca Saldo
6. Fungsi yang terkait dalam SKPD :
1) Bendahara Penerimaan
2) Fungsi Akuntansi-PPK-SKPD
3) Dokumen yang Digunakan
4) Catatan yang Digunakan
7. Komponen yang ada di laporan SKPD :
1) Akuntansi Belanja dan Beban SKPD
2) Akuntansi Aset SKPD
3) Akuntansi untuk koreksi kesalahan dan penyesuaian SKPD
8. Pertanggungjawaban SKPD
1) Pertanggungjawaban Penggunaan UP
2) Pertanggungjawaban Penggunaan TU
3) Pertanggungjawaban Administratif
4) Pertanggungjawaban Fungsional
5) Akuntansi Belanja
6) Akuntansi Beban
7) Jurnal Khusus Pengeluaran Uang Persediaan
8) Jurnal Khusus Penerimaan SP2D LS
9) Jurnal Pemotongan dan Penyetoran Pajak
10) Penyusunan Laporan Keuangan
5.2 Saran