Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam penyusunan laporan keuangan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yaitu peraturan penerapan akuntansi
pemerintahan. Menurut peraturan pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, menjelaskan bahwa Standar Akuntansi Pemerintahan
merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemerintah. Tujuan diberlakukannya hal tersebut agar laporan
keuangan yang dihasilkan dapat meningkatkan kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat maupun Daerah. Dengan diterapkannya standar pemerintah yang baik, maka
pemerintah daerah akan memiliki kualitas informasi yang baik, karena laporan keuangan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Faktor yang selanjutnya adalah pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan


keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.
Pengelolaan keuangan daerah secara baik harus dilakukan dalam mewujudkan tujuan
pemerintah yang bersih dimana pengelolaan keuangan daerah yang baik adalah
kemampuan mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, transparan
dan akuntabel. System pertanggungjawaban keuangan suatu institusi dapat berjalan
dengan baik, apabila terdapat mekanisme pengelolaan keuangan yang baik pula. Ini
berarti pengelolaan keuangan daerah yang tercermin dalam APBD memiliki posisi
strategis dalam mewujudkan pemerintah yang akuntabel.

Proses penyusunan laporan keuangan merupakan proses terpenting dari suatu


organisasi untuk mengetahui bagaimana kinerja suatu organisasi dalam satu periode,
maka dari itu penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dan Pengelolaan Keuangan
Daerah harus berjalan efisien dan efektif, sehingga kualitas laporan keuangannya baik.

Banyaknya masalah dikualitas laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia.


Hal ini merupakan bukti dari kurangnya pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan
dan buruknya Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah. Permasalahan ini dibuktikan dengan
diperolehnya opini dibeberapa instansi pemerintahan daerah yang ada di Indonesia.
Rendahnya kualitas laporan keuangan pemerintah daerah secara umum disebabkan oleh
penyusunan laporan keuangan yang belum memenuhi Standar Akuntansi Pemerintahan.

Dari penjelasan diatas, terdapat fenomena :

Prosedur akuntansi pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai dari


pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi computer. Dalam struktur pemerintahan daerah, satuan kerja
merupakan entitas akuntansi yang mempunyai kewajiban melakukan pencatatan atas
transaksi-transaksi yang terjadi di lingkungan satuan kerja.
Dalam konstruksi keuangan daerah, terdapat dua jenis satuan kerja, yaitu : 1.
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). 2. Satuan Kerja Pengelolah Keuangan Daerah
(SKPKD). Meskipun memiliki perbedaan dalam kewenangan, dalam struktur SAPD,
keduanya memiliki sifat yang sama dalam akuntansinya, yaitu sebagai satuan kerja.

Kegiatan akuntansi pada satuan kerja meliputi pencatatan atas pendapatan,


belanja, aset, dan selain kas. Pihak yang terkait didalamnya yaitu pejabat penatausahaan
keuangan (PPK-SKPD) dan bendahara di SKPD. Proses tersebut dilaksanakan oleh PPK-
SKPD berdasarkan dokumen-dokumen sumber yang diserahkan oleh bendahara. PPK-
SKPD melakukan pencatatan transaksi pendapatan pada jurnal khusus pendapatan,
transaksi belanja pada jurnal khusus belanja serta transaksi aset dan selain kas pada jurnal
umum.

Secara berkala, PPK-SKPD melakukan posting pada buku besar dan secara
periodic menyusun neraca saldo sebagai dasar pembuatan Laporan Keuangan, yang
terdiri atas : Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan Catatan Atas Laporan
Keuangan (CALK).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Akuntansi SKPD?
2. Apa dasar hukum penyusunan Laporan Keuangan SKPD?
3. Bagaimana sistem Akuntansi SKPD?
4. Bagaimana proses pencatatan SKPD?
5. Apa saja fungsi yang terkait dalam SKPD?
6. Apa saja komponen yang terdapat dalam akuntansi SKPD?
7. Siapa saja yang bertanggung jawab dalam akuntansi SKPD?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian Akuntansi SKPD?


2. Untuk mengetahui dasar hukum penyusunan Laporan Keuangan SKPD?
3. Untuk mengetahui bagaimana sistem Akuntansi SKPD?
4. Untuk mengetahui bagaimana proses pencatatan SKPD?
5. Untuk mengetahui fungsi yang terkait dalam SKPD?
6. Untuk mengetahui komponen yang terdapat dalam akuntansi SKPD?
7. Untuk mengetahui siapa saja yang bertanggung jawab dalam akuntansi SKPD?
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian SKPD
Dalam struktur pemerintahan daerah, satuan kerja merupakan entitas
akuntansi yang mempunyai kewajiban melakukan pencatatan atas transaksi-
transaksi pendapatan, belanja, asset, dan selain kas yang terjadi di lingkungan
satuan kerja. Proses pencatatan tersebut dilakukan oleh Pejabat Penatausahaan
Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) dan pada akhir periode
dari catatan tersebut PPK-SKPD menyusun laporan keuangan untuk satuan kerja
bersangkutan.
Selanjutnya, dalam kontruksi keuangan daerah, satuan kerja ini terdiri atas
(Surat Edaran No. 900/316/BAKD tentang Pedoman Sistem dan Prosedur
Penatausahaan dan Akuntansi, Pelporan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Daerah), yaitu :
a. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
b. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah Perangkat Daerah pada
Pemerintah Daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang.
Selain dikenal dengan pengertian tersebut di atas, masih terdapat bermacam-
macam pengertian untuk SKPD dalam berbagai peraturan perundang-undangan
sesuai dengan ruang lingkup materi muatan peraturan terkait, antara lain :

a. SKPD adalah instansi pemerintah daerah yang merupakan bagian dari


pemerintah daerah yang bertanggung jawab atas bidang tugas yang diemban
oleh suatu Badan Layanan Umum (BLU).

b. SKPD adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung


jawab kepada gubernur/bupati/walikota dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan yang terdiri atas sekretaris daerah, dinas daerah dan lembaga
teknis daerah, kecamatan, dan satuan polisi pamong praja sesuai dengan
kebutuhan daerah.

c. SKPD adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung


jawab terhadap pelaksanaan dekonsentrasi/tugas pemerintahan di bidang
tertentu di daerah provinsi, kabupaten, atau kota.

d. SKPD adalah perangkat daerah selaku pengguna barang.

e. SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah provinsi dan


kabupaten/kota.

f. SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)


merupakan instrumen manajemen pembangunan daerah. Aspek-aspek dalam
manajemen pembangunan daerah terwadahi dalam satu atau beberapa SKPD.
Penyusunan kebijakan dan koordinasi diwadahi dalam sekretariat, pengawasan
diwadahi dalam bentuk inspektorat, perencanaan diwadahi dalam bentuk badan,
unsur pendukung dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang
bersifat spesifik diwadahi dalam lembaga teknis daerah, sedangkan aspek pelaksana
urusan daerah diwadahi dalam dinas daerah. Kinerja SKPD menentukan kinerja
pada tiap aspek manajemen pembangunan daerah, yang pada gilirannya,
menentukan kinerja Daerah dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat di daerah.

2.2 Dasar Hukum

Hal yang paling mendasar dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan


adalah penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Dalam penyusunan system
laporan keuangan pemerintahan daerah diharapakn selalu berpedoman pada standar
yang telah ditentukan. Mengacu dengan amanat UU No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, pemerintah menerbitkan peraturan pemerintah tahun 2005 yang
kemudian digantikan dengan peraturan pemerintah No. 71 Tahun 2010 mengenai
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). PP No. 71 Tahun 2010 merupakan pedoman
proses penyusunan dan menyajikan laporan keuangan pemerintah dan merupakan
syarat mutlak yang harus dijadikan pedoman dalam penyusunan agar kualitas
laporan keuangan pemerintah desa yang dapat ditingkatkan. Pada Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.

2.3 Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daeraj (SKPD)

Dalam sistem akuntansi pemerintahan ditetapkan entittas pelaporan dan entitas


akuntansi yang menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintahan daerah. Sistem
akuntansi pemerintahan daerah dilaksanakan oleh pejabat pengelola keuangan
daerah (PPKD) pada satuan kerja pengelola keuangan daerah (SKPKD) dan sistem
akuntansi satuan kerja perangkat daeeah (SKPD) dilaksanakan oleh pejabat
penatausahaan keuangan (PPK)-SKPD. Sistem akuntansi pemerintahan daerah
secara garis besar terdiri atas empat prosedur akuntansi, yaitu : prosedur akuntansi
penerimaan kas, prosedur akuntans, pengeluaran kas, prosedur akuntansi selain kas,
dan prosedur akuntansi aset.

Dalam PSAP BA 01 paragraf 44 menjelaskan bahwa neraca menggambarkan


posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada
tanggal tertentu. Dalam neraca SKPD, aset yang disajikan adalah aset lancar, aset
tetap dan aset lainnya serta kewajiban jangka pendek. Sedangkan investasi jangka
panjang, dana cadangan dan kewajiban jangka panjang tidak disajikan dalam neraca
SKPD. Hal ini disebabkan, investasi jangka panjang, dana cadangan dan kewajiban
jangka panjang merupakan aset-aset yang disajikan pada tingkat pemerintah daerah
yaitu pada neraca SKPKD (Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah).Sesuai
dengan Lampiran II Permendagri 64 Tahun 2013 yang secara terperinci mengatur
system dan prosedur akuntansi pemda, maka sistem akuntansi SKPD terdiri dari
5(lima) sub system akuntansi yaitu :

a. Akuntansi Pendapatan
b. Akuntansi Belanja dan Beban
c. Akuntansi Aset
d. Akuntansi Kewajiban
e. Akuntansi Koreksi dan Penyesuaian

1) Akuntansi Pendapatan SKPD


Akuntansi pendapatan merupakan serangkaian proses mulai pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkenaan
dengan pendapatan pada SKPD yang dapat dilaksanakan secara manual maupun
terkomputerisasi.
Pendapatan LO diakui pada saat: (a) timbulnya ha katas pendapatan (earned); (b)
dapat terealisasi (realizable); atau (c) pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk
sumber daya ekonomi atau sudah diterima pembayaran secara tunai (realized).
Pendapatan LRA menggunakan basis kas sehingga pendapatan LRA diakui pada saat:
(a) diterima direkening Kas Umum Daerah; (b) diterima oleh SKPD; (c) diterima oleh
entitas lain diluar pemerintah daerah atas nama BUD.
Pendapatan diklasifikasi berdasarkan sumbernya, secara garis besar adal tiggga
kelompok pendapatan daerah yaitu:
a. Pendapatan Asli Daerah
1) Pajak Daerah
2) Retribusi Daerah
3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4) Lain-lain PAD yang Sah
b. Pendapatan Transfer
1) Bagi Hasil/DAU/DAK/Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat
2) Pendapatan Transfer Pemerintah Lainnya
3) Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
4) Bantuan Keuangan
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
1) Pendapatan Hibah
2) Dana Daerah
3) Pendapatan Lainnya

A. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas

1) Fungsi Terkait
Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada pejabat penatausahaan keuangan
SKPD (PPK-SKPD). Sedangkan, pada SKPKD dilaksanakan oleh fungsi
akuntansi pada SKPKD.

2) Dokumen yang digunakan


Dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas pada
SKPD dan/atau SKPKD adalah sebagai berikut :
a. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah), digunakan untuk
menetapkan pajak daerah atas wajib pajak yang dibuat oleh PPKD.
b. Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD), digunakan untuk
menetapkan retribusi daerah atas wajib retribusi yang dibuat oleh
pengguna anggaran.
c. Surat Tanda Bukti Penerimaan (STBP) , yang digunakan untuk
mencatat setiap penerimaan pembayaran dari pihak ketiga yang
diselenggarakan oleh bendahara penerimaan.
d. Surat Tanda Setoran (STS), digunakan untuk menyetorkan
penerimaan daerah yang diselenggarakan oleh bendahara
penerimaan pada SKPD.
e. Bukti transfer, merupakan dokumen atau bukti atas transfer
penerimaan daerah.
f. Nota kredit bank. Dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan
adanya transfer uang masuk ke transaksi kas.
g. Buku jurnal penerimaan kas, merupakan catatan yang
diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan
menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang berhubungan
dengan penerimaan kas.
h. Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi utuk mem-posting semua transaksi atau kejadian selain kas
dari jurnal penerimaan kas ke buku besar untuk setiap rekening aset,
kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban.
i. Buku besar pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi untuk mencatat semua transaksi atau kejadian yang
berisi rincian akun buku besar untuk setiap transaksi yang dianggap
perlu.
3) Laporan yang dihasilkan
Laporan yang dihasilkan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas pada
SKPD terdiri atas berikut ini :
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
b. Neraca
c. Laporan Operasional
d. Laporan Perubahan Ekuitas
e. Catatan atas laporan keuangan (CaLK)
Laporan yang dihasilkan prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPKD
terdiri atas berikut ini :
a. Laporan realisasi anggaran (LRA)
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
c. Neraca
d. Laporan Operasional
e. Laporan Perubahan Ekuitas
f. Laporan Arus Kas
g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

4) Uraian prosedur
a. Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi pada PPK-SKPD. Sedangkan, pada SKPKD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.
b. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi
penerimaan kas melakukan pencatatan ke dalam jurnal penerimaan
kas, disertai rekeing-lawan asal penerimaan kas tersebut.
c. Bukti transaksi penerimaan kas mencakup antara lain :
 Surat Tanda Bukti Pembayaran (STBP)
 Surat Tanda Setoran (STS)
 Bukti transfer
 Nota kredit
 Bukti penerimaan lainnya
d. Fungsi akuntansi PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada
SKPKD secara periodik atau berkala melakukan posting ke buku
besar.
e. Jika dianggap perlu, fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau
fungsi akuntansi pada SKPKD dapat membuat buku besar pembantu
yang berfungsi sebagai rincian buku besar dan berlaku sebagai
kontrol.
f. Pencatatan ke dalam jurnal penerimaan kas, buku besar, dan buku
besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD
dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.
g. Pada akhir periode, fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau
fungsi akuntansi pada SKPKD menyusun laporan keuangan.

B. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas


1) Fungsi terkait
Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD. Sedangkan, pada
SKPKD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.

2) Dokumen yang digunakan


Dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas pada
SKPD dan/atau SKPKD adalah sebagai berikut :
a. Surat Penyediaan Dana (SPD), merupakan dokumen yang dibuat
oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sebagai media
atau surat yang menunjukkan tersedianya dana untuk
diserap/direalisasi.
b. Surat Perintah Membayar (SPM), merupakan dokumen yang dibuat
oleh pengguna anggaran untuk mengajukan Surat Perintah Pencairan
Dana (SP2D) yang akan diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah
(BUD) atau Kuasa BUD.
c. Kuitansi pembayaran dan bukti pembayaran lainnya, merupakan
dokumen sebagai tanda bukti pembayaran.
d. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), merupakan dokumen yang
diterbitkan oleh BUD atau Kuasa BUD untuk mencairkan uang pada
bank yang telah ditunjuk.
e. Bukti transfer, merupakan dokumen atau bukti atas transfer
pengeluaran daerah.
f. Nota debit bank, merupakan dokumen atas bukti dari bank yang
menunjukkan adanya transfer uang keluar dari transaksi kas umum
daerah.
g. Buku jurnal pengeluaran kas, merupakan catatan yang
diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan
menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang berhubungan
dengan pengeluaran kas.
h. Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mem-posting semua transaksi atau kejadian selain
kas dari jurnal pengeluaran kas ke buku besar untuk setiap rekening
aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban.
i. Buku besar pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi untuk mencatat semua transaksi atau kejadian yang
berisi rincian akun buku besar untuk setiap tarnsaksi yang dianggap
perlu.

3) Laporan yang dihasilkan


Laporan yang dihasilkan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas pada
SKPD terdiri atas berikut ini :
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
b. Neraca
c. Laporan Operasional
d. Laporan Perubahan Ekuitas
e. Catatan atas laporan keuangan (CaLK)
Laporan yang dihasilkan prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPKD
terdiri atas berikut ini.
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
c. Neraca
d. Laporan Operasional
e. Laporan Perubahan Ekuitas
f. Laporan Arus Kas
g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

4) Uraian prosedur
a. Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi pada PPK-SKPD. Sedangkan, pada SKPKD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.
b. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi
pengeluaran kas melakukan pencatatan ke dalam jurnal pengeluaran
kas, disertai rekening-lawan asal pengeluaran kas tersebut.
c. Bukti transaksi penerimaan kas mencakup antara lain :
 Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
 Bukti transfer
 Nota kredit
 Bukti penerimaan lainnya
d. Fungsi akuntansi PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada
SKPKD secara periodik atau berkala melakukan posting ke buku
besar.
e. Jika dianggap perlu, fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau
fungsi akuntansi pada SKPKD dapat membuat buku besar pembantu
yang berfungsi sebagai rincian buku besar dan berlaku sebagai
kontrol.
f. Pencatatan ke dalam jurnal pengeluaran kas, buku besar, dan buku
besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD
dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.
g. Pada akhir periode, fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau
fungsi akuntansi pada SKPKD menyusun laporan keuangan.

C. Prosedur Akuntansi Selain Kas


1. Pengesahan pertanggungjawaban (SPJ) pengeluaran dana yang merupakan
pengesahan atas pengeluaran/belanja melalui mekanisme uang
persediaan/ganti uang/tambahan;
2. Koreksi kesalahan pencatatan yang merupakan koreksi terhadap kesalahan
dalam membuat jurnal yang telah dipsoting ke buku besar.
3. Penerimaan hibah selain kas yang merupakan penerimaan sumber ekonomi
nonkas yang bukan merupakan pelaksanaan APBD, tetapi mengandung
konsekuensi ekonomi bagi pemerintah daerah;
4. Pembelian secara kredit yang merupakan transaksi pembelian aset tetap
yang pembayarannya dilakukan di masa yang akan datang;
5. Retur pembelian kredit yang merupakan pengembalian aset tetap/barang
milik daerah tanpa konsekuensi kas yang merupakan pemindahtanganan
aset tetap kepada pihak ketiga karena suatu hal tanpa ada penggantian
berupa kas; dan
6. Penerimaan aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi kas yang
merupakan perolehan aset tetap akibat adanya tukar-menukar (ruilslaag)
dengan pihak ketiga.

D. Prosedur Akuntansi Aset


1) Fungsi terkait
Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi aset pada SKPD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD. Sedangkan, pada
SKPKD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.

2) Dokumen yang digunakan


Dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset pada SKPD
terdiri atas berikut ini :
a. Berita acara penerimaan barang.
b. Berita acara serah terima barang.
c. Berita acara penyelesaian pekerjaan.
d. Bukti memorial, merupakan dokumen yang memuat informasi
mengenai jenis/nama aset tetap, kode transaksi, klasifikasi aset tetap,
nilai aset tetap, dan tanggal transaksi dan/atau kejadian sebagai dasar
pencatatan ke dalam buku jurnal umum.
e. Buku jurnal umum, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi pada PPK-SKPD untuk mencatat dan
menggolongkan semua transaksi dan/atau kejadian yang
berhubungan dengan aset.
f. Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mem-posting semua transaksi atau kejadian selain
kas dari jurnal pengeluaran kas ke buku besar untuk setiap rekening
aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban.
g. Buku besar pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi untuk mencatat semua transaksi atau kejadian yang
berisi rincian akun buku besar untuk setiap tarnsaksi yang dianggap
perlu.
Dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset pada SKPKD
terdiri atas berikut ini.
a. Berita acara penerimaan barang.
b. Surat Keputusan Penghapusan Barang.
c. Surat Keputusan Mutasi Barang (antar-SKPD)
d. Berita acara pemusnahan barang.
e. Berita acara serah terima barang.
f. Berita acara penilaian.
g. Berita acara penyelesaian pekerjaan.
h. Bukti memorial, merupakan dokumen yang memuat informasi
mengenai jenis/nama aset tetap, kode transaksi, klasifikasi aset tetap,
nilai aset tetap, dan tanggal transaksi dan/atau kejadian sebagai dasar
pencatatan ke dalam buku jurnal umum.
i. Buku jurnal umum, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi pada PPK-SKPD untuk mencatat dan
menggolongkan semua transaksi dan/atau kejadian yang
berhubungan dengan aset.
j. Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mem-posting semua transaksi atau kejadian selain
kas dari jurnal pengeluaran kas ke buku besar untuk setiap rekening
aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban.
k. Buku besar pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi untuk mencatat semua transaksi atau kejadian yang
berisi rincian akun buku besar untuk setiap tarnsaksi yang dianggap
perlu.

3) Laporan yang dihasilkan


Laporan yang dihasilkan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas pada
SKPD terdiri atas berikut ini.
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
b. Neraca
c. Laporan Operasional
d. Laporan Perubahan Ekuitas
e. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Laporan yang dihasilkan prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPKD
terdiri atas berikut ini.
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
c. Neraca
d. Laporan Operasional
e. Laporan Perubahan Ekuitas
f. Laporan Arus Kas
g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

4) Uraian prosedur
a. Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi pada PPK-SKPD. Sedangkan, pada SKPKD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.
b. Bukti transaksi dan/atau kejadian akuntansi aset terdiri atas :
 Berita acara penerimaan barang.
 Surat Keputusan Penghapusan Barang.
 Surat Pengiriman Barang
 Surat Keputusan Mutasi Barang
 Berita acara pemusnahan barang.
 Berita acara serah terima barang.
 Berita acara penilaian.
 Berita acara penyelesaian pekerjaan.
c. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada
SKPKD berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian melakukan
pencatatan ke bukti memorial.
d. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada
SKPKD berdasarkan Bukti Memorial mencatat ke dalam buku jurnal
umum.
e. Fungsi akuntansi PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada
SKPKD secara periodik atau berkala melakukan posting ke buku
besar.
f. Setiap akhir periode, semua buku besar ditutup sebagai dasar
penyusunan laporan keuangan SKPD dan/atau SKPKD.
Struktur hubungan entitas dalam akuntansi yang diimplementasikan
pada pemerintah daerah adalah struktur akuntansi HOBO (Home Office
and Branch Office), yaitu kantor pusat dan kantor cabang. Pemerintah
daerah sebagai entitas pelaporan diperlakukan sebagai kantor pusat (home
office), sedangkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diperlakukan
sebagai kantor cabang (branch office). Namun demikian, untuk lingkungan
pemerintah konsep HOBO ini lebih tepat untuk menggambarkan hubungan
transaksi antara Pejabat Penatausahaan Keuangan Daerah (PPKD) dengan
SKPD, dibandingkan dengan struktur hubungan induk dan anak. hal ini
didasari oleh beberapa pertimbangan :
1. PPKD-SKPD bukan entitas yang masing-masing berdiri sendiri,
melainkan satu kesatuan.
2. Antara PPKD dan SKPD tidak terjadi transfer income (dalam
pengertian profit).
3. SKPD dimiliki 100% oleh pemerintah daerah.
Transaksi antara PPKD dan SKPD dicatat menggunakan akun
resiprokal, yaitu RK PPKD dan RK SKPD. Akun RK PPKD adalah akun
yang digunakan oleh SKPD, disajikan pa.da neraca SKPD sebagai ekuitas.
Hal ini menggambarkan besarnya hak residual pemerintah daerah (lihat
konsep persamaan akuntansi) yang terdapat pada SKPD. Sedangkan akun
RK SKPD adalah akun yang digunakan oleh PPKD, disajikan pada neraca
PPKD sebagai aset. Hal ini menggambarkan besarnya aset PPKD yang
terdapat pada SKPD.
Unsur-unsur yang tidak disajikan dalam LRA SKPD adalah transfer,
pembiayaan dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran dikarenakan
transfer dan pembiayaan merupakan kegiatan anggaran yang dilakukan
pada tingkat pemerintah daerah yaitu SKPKD (Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah), sedangkan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
merupakan surplus/defisit dengan pembiayaan neto.
2.4 Proses Pencatatan
1) Pencatatan Anggaran Pada SKPD
Pencatatan anggaran pada SKPD merupakan tahap persiapan sistem
akuntansi pemerintah daerah. Langkah-langkah teknis nya yaitu, berdasarkan
dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD), PPK-SKPD mencatat
“Estimasi Pendapatan” di debit sebesar total anggaran belanja, dan
“Aprosiasi Belanja” di kredit sebesar total anggaran belanja. Selisih antara
anggaran pendapatan dan anggaran belanja dicatat “Estimasi Perubahan
SAL” di debit.

2) Akuntansi Pendapatan SKPD


Pihak-pihak yang terkait dalam prosedur akuntansi pendapatan SKPD adalah
:
a. PPKD
b. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD)

Langkah-Langkah Teknis :
Langkah-langkah teknis ini akan menjelaskan urutan prosedur yang
harus dilakukan oleh PPK SKPD dalam melakukan pencatatan transaksi
pendapatan. Transaksi pendapatan SKPD merupakan pendapatan yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Dalam hal instansi pemungut pajak terpisah dari bendahara
umum daerah (BUD), maka pajak daerah dianggarkan dan dicatat pada
instansi tersebut. Pemungutan pajak dapat didahului dengan penerbitan
Surat Ketetapan Pajak Daerah maupun penyetoran langsung oleh
masyarakat. Terhadap kedua cara pemungutan tersebut pengakuan
pendapatan pajak dilakukan pada saat penyetoran oleh Wajib Pajak ke
Rekening Kas Daerah.
SKPD yang berwenang akan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKP Daerah) terkait. Selain disampaikan kepada Wajib Pajak (WP), SKP
Daerah tersebut akan didistribusikan kepada PPK-SKPD. SKP Daerah
tersebut akan menjadi dokumen sumber dalam mengakui pendapatan pajak
daerah setelah dilakukan pembayaran. Wajib retribusi melakukan
pembayaran retribusi kemudian akan menerima Tanda Bukti Pembayaran
(TBP). TBP juga menjadi dasar bagi PPK SKPD untuk mengakui
pendapatan dengan mencatat “Kas di Bendahara Penerimaan” di debit dan
“Pendapatan Retribusi” di kredit.
3) Akuntansi Belanja dan Beban SKPD
Pihak-pihak yang terkait dalam prosedur akuntansi beban SKPD adalah :
a. Kuasa Bendahara Umum Daerah (BUD)
b. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD)
c. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
Langkah-Langkah Teknis
1. Belanja dan Beban Pegawai
a) Belanja dan Beban Pegawai Menggunakan Uang Persediaan
Bendahara Pengeluaran SKPD menyerahkan bukti transaksi
beban pegawai yang menggunakan uang persediaan.

b) Belanja dan Beban Pegawai Menggunakan Mekanisme LS


Pengakuan beban pegawai yang menggunakan mekanisme LS
dilakukan berdasarkan SP2D LS.

c) Pengajuan Ganti Uang


Pengakuan ganti uang persediaan dilakukan berdasarkan SP2D
GU.

2. Belanja dan Beban Barang dan Jasa


a) Belanja dan Beban Barang Menggunakan Uang Persediaan
Bendahara Pengeluaran SKPD menyerahkan bukti transaksi
beban barang dengan menggunakan uang persediaan.
Pengakuan beban barang yang menggunakan uang persediaan
dilakukan berdasarkan bukti transaksi beban barang.
b) Belanja dan Beban Barang dan Jasa Menggunakan Mekanisme
LS
Pengakuan beban barang yang menggunakan mekanisme LS
dilakukan berdasarkan Berita Acara Serah Terima Barang.

c) Pengajuan Ganti Uang


Pengakuan ganti uang persediaan dilakukan berdasarkan SP2D
GU.

d) Transaksi pembayaran biaya sewa yang masa manfaatnya lebih


dari satu tahun anggaran
Apabila SKPD melakukan pembayaran sewa yang masa
manfaatnya lebih dari satu tahun anggaran yang dicatat dengan
pendekatan beban oleh pemerintah daerah, PPK-SKPD akan
mencatat “Beban Sewa” untuk mencatat beban di debit dan
“RK PPKD” di kredit.

3. Pengembalian Beban
Dalam kasus terjadi penerimaan kembali beban pada periode
berjalan dan mempengaruhi posisi kas, PPK-SKPD mencatat “Kas di
Bendahara Pengeluaran” di debit dan “Beban...” di kredit. Kasus
pengembalian beban juga dapat terjadi pada belanja-belanja yang
terjadi di periode sebelumnya (pengembalian dilakukan setelah
laporan keuangan diterbitkan). Pada kasus ini seperti ini harus
diidentifikasi terlebih dahulu apakah pengembalian terjadi pada
belanja yang sifatnya berulang atau tidak berulang.

4) Akuntansi Aset SKPD


Pihak-pihak yang terkait dalam prosedur akuntansi aset SKPD :
a. Kuasa BUD
b. PPKD
c. Pengguna Barang
d. Pengelola Barang
e. Pejabat penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)
Langkah-Langkah Teknis
1. Pembelian Aset Tetap
Dalam kasus pembelian aset tetap, berdasarkan bukti transaksi
berupa Berita Acara Serah Terima (BAST) Barang. PPK-SKPD akan
membuat bukti memorial aset tetap yang kemudian diotorisasi oleh
Pengguna Anggaran.

2. Penghapusan Aset Tetap


Penghapusan aset tetap dapat terjadi karena penjualan, tukar-
menukar, hibah, penyertaan modal, pemusnahan atau karena sebab-
sebab lainnya.

5) Akuntansi Kewajiban SKPD


Pihak-Pihak Terkait
Pihak-pihak yang terkait dalam prosedur akuntansi kewajiban SKPD adalah:

a) Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD)


b) Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)
Langkah-Langkah Teknis :
Ketika SKPD melakukan suatu transaksi pembelian barang dan jasa yang
telah dilaksanakan dan pelunasan belum dilakukan, PPK-SKPD akan
mengakui adanya utang/kewajiban akibat transaksi tersebut dengan
mencatat “Beban...” di debit dan “Utang Belanja” di kredit.
6) Jurnal Koreksi dan Penyesuaian SKPD
Pihak-Pihak Terkait :
Pihak-pihak yang terkait dalam prosedur jumlah penyesuaian dan koreksi
SKPD adalah :
a) Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD)
b) Pihak yang Melakukan Stock Opname
Langkah-Langkah Teknis :
1. Koreksi kesalahan pencatatan
Untuk melakukan koreksi atas terjadinya kesalahan pencatatan,
PPK-SKPD akan membuat bukti memorial yang akan diotorisasi,
PPK-SKPD langsung membuat pembetulan atas jurnal yang salah
catat tersebut.
2. Pengakuan persediaan
Apabila SKPD melakukan transaksi persediaan dengan
pendekatan beban dan metode periodik, maka pada akhir periode
sebelum menyusun laporan keuangan, secara rutin akan dilakukan
stock opname setiap akhir periode untuk mengetahui sisa persediaan
yang dimiliki.
3. Jurnal penyusutan
Berdasarkan daftar barang dan kebijakan akuntansi yang dimiliki
oleh Pemerintah Daerah, PPK-SKPD pada akhir tahun akan
membuat bukti memorial yang kemudian akan diotorisasi oleh
Pengguna Anggaran untuk mengakui depresiasi atau penyusutan atas
aset tetap yang dimiliki.
4. Penyesuaian Beban Jasa Dibayar di Muka
Apabila SKPD telah mencatat transaksi pengadaan barang dan
jasa untuk beberapa tahun seperti pembayaran sewa, Pemerintah
Daerah perlu membuat jurnal penyesuaian pada akhir tahun untuk
menyesuaikan beban tersebut.

7) Jurnal, Buku Besar, dan Neraca Saldo SKPD


1. Jurnal
Sebagai entitas akuntansi, SKPD melakukan proses akuntansi
yang dimulai dari pencatatan transaksi hingga penyusunan Laporan
Keuangan. Transaksi-transaksi tersebut dicatat oleh PPK-SKPD sesuai
dengan dokumen transaksinya ke dalam buku jurnal.

2. Buku Besar
Tahapan selanjutnya setelah pencatatan transaksi melalui jurnal
adalah posting ke buku besar. Dalam tahap ini, PPK-SKPD mem-
posting atau memindahkan setiap akun beserta jumlahnya dari buku
jurnal ke buku besar masing-masing akun.

3. Neraca Saldo
Pada setiap akhir periode akuntansi, atau sesaat sebelum
penyusunan laporan keuangan, PPK-SKPD menyusunan Neraca Saldo.
Neraca Saldo adalah suatu daftar yang berisi seluruh kode rekening
beserta saldonya pada tanggal tertentu.

8) Jurnal, Buku Besar, dan Neraca Saldo SKPD


Ketentuan Umum
Laporan keuangan pada tingkat SKPD dihasilkan melalui proses
akuntansi lanjutan yang dilakukan oleh PPK-SKPD. Jurnal dan psoting yang
telah dilakukan terhadap transaksi keuangan menjadi dasar dalam
penyusunan laporan keuangan.

Dari tujuh laporan keuangan wajib yang terdapat dalam Peraturan


Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
terdapat lima Laporan Keuangan yang dibuat oleh SKPD, yaitu :
a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
b) Neraca;
c) Laporan Operasional (LO);
d) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
e) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Langkah-Langkah Teknis
1) Menyiapkan Kertas Kerja
a. Membuat Neraca Saldo sebelum penyesuaian
b. Membuat Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian yang diperlukan antara lain digunakan untuk :

 Koreksi kesalahan/pemindah bukuan


 Pencatatan jurnal yang belum dilakukan
 Pencatatan piutang, persediaan dan atau aset lainya pada
akhir tahun
c. Membuat Neraca Saldo setelah penyesuaian

2) Menyusun Laporan Keuangan


a. Menyusun LRA dan membuat jurnal penutup LRA
Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan,
Akuntansi SKPD mengidentifikasi akun-akun yang termasuk
dalam komponen LRA dan kemudian disajikan dalam “Laporan
Realisasi Anggaran”.

b. Menyusun LO dan jurnal penutup LO


Berdasarkan Neraca Saldo setelah Penutupan LRA,
Akuntansi SKPD mengidentifikasi akun-akun yang termasuk
dalam komponen Laporan Operasional untuk kemudian disajikan
dalam Laporan Operasional.

c. Menyusun Neraca, membuat jurnal penutup akhir, dan Neraca


Saldo akhir
Berdasarkan Neraca Saldo setelah Penutupan LO,
Akuntansi SKPD membuat Neraca. Bersamaan dengan
pembuatan Neraca, Akuntansi SKPD membuat jurnal penutup
akhir untuk menutup akun Surplus/Defisit-LO ke akun Ekuitas.

d. Menyusun Laporan Perubahan Ekuitas


Selanjutnya Akuntansi SKPD membuat Laporan
Perubahan Ekuitas menggunakan data Ekuitas Awal dan data
perubahan ekuitas periode berjalan yang salah satunya diperoleh
dari Laporan Operasional yang telah dibuat sebelumnya. Laporan
Perubahan Ekuitas ini akan menggambarkan pergerakan ekuitas
SKPD.

e. Menyusun Catatan atas Laporan Keuangan


Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif
atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Hal-
hal yang diungkapkan di dalam Catatan atas Laporan Keuangan
antara lain :
 Informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas
Akuntansi
 Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi
makro
 Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan
berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam
pencapaian target.
 Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk
diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian
penting lainnya. Rincian dan penjelasan masing-masing pos
yang disajikan pada lembar muka laporan keuangan.
 Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam
lembar muka laporan keuangan.
 Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan.

2.5 FUNGSI YANG TERKAIT DALAM SKPD


Fungsi yang terkait dalam pelaksanaan akuntansi pendapatan SKPD adalah
sebagai berikut :
a. Bendahara Penerimaan; bertugas antara lain :
1) Mencatat dan membukukan semua penerimaan pendapatan ke dalam
buku kas penerimaan;
2) Membuat Rekap Penerimaan Harian yang bersumber dari Pendapatan;
3) Melakukan penyetoran uang yang diterima ke kas daerah setiap hari.
b. Fungsi Akuntansi-PPK-SKPD
1) Mencatat transaksi/kejadian pendapatan LO dan pendapatan LRA
berdasarkan bukti-bukti transaksi yang sah dan valid ke Buku Jurnal
LRA dan Buku Jurnal LO dan Neraca;
2) Melakukan posting jurnal jurnal transaksi /kejadian pendapatan LO dan
pendapatan LRA ke dalam Buku besar masing-masing rekening (rincian
objek);
3) Menyusun Laporan Keuangan, yang terdiri atas Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Laporan operasional (LO), Neraca, dan Catatan Atas
Laporan Keuangan
c. Dokumen yang digunakan
Dokumen yang digunakan dalam melaksanakan akuntansi pendapatan antara
lain sebagai berikut:
a. Surat Setoran Pajak/Retribusi
b. Surat Tanda Setoran (STS)
c. Surat Ketetapan Pajak/Retribusi Daerah (SKP/SKR Daerah)
d. Surat Tanda Bukti Pembayaran (TBP)
e. SPJ Penerimaan yang dibuat oleh Bendahara Penerimaan SKPD
f. Rekapitulasi Penerimaan Harian (RPH)
d. Catatan yang Digunakan
Catatan yang digunakan untuk melaksanakan prosedur akutansi pendapatan
adalah sebagai berikut:
a) Buku Jurnal Umum
b) Buku Besar
c) Buku Besar Pembantu
Transaksi pendapatan SKPD merupakan pendapatan yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang–undangan. Dalam hal intansi
pemungut pajak terpisah dari bendahara umum daerah (BUD), maka pajak daerah
dianggarkan dan dicatat pada SKPD tersebut. Sebaliknya apabila pemungutan pajak
dilakukan oleh pejabat pengelolaan keuangan daerah (PPKD) selaku BUD, pajak daerah
dianggarkan dan dicatat oleh PPKD. Sistem akuntansi pendapatan SKPD yang
dimaksud dalam hal ini adalah jika intansi pemungut pajak terpisah dari PPKD. Berikut
uraian langkah–langkah pencatatan akuntasi pedapatan SKPD yang terdiri atas pajak
daerah dan retribusi daerah.
a. Pajak Daerah
Pengakuan pendapatan SKPD dari pajak daerah tergantung pada berbagai jenis
atau metode penerimaan pendapatan yaitu official assessment dan self assessment.
b. Pengakuan pendapatan yang didahului dengan adanya pendapatan terlebih
dahulu (official assesssments)
Ketika ditertibkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP), SKPD telah mengakui
pendapatan, meskipun belum diterima pembayarannya dari wajib pajak. Oleh karena
itu, PPK-SKPD mengakui adanya pendapatan pajak LO dengan membuat jurnal
finansial (misalnya berdasar SKP sebesar Rp15.000.000):
Piutang Pajak (D) Rp15.000.000
Pendapatan Pajak Daerah-LO (K) Rp 15.000.000
Pada saat wajib pajak membayar pajak yang terdapat dalam SKP tersebut, wajib pajak
akan menerima Tanda Bukti Pembayaran (TBP) Ssebagai bukti telah membayar pajak.
TBP juga menjadi dasar bagi PPK SKPD untuk mencatat pendapatan tersebut dengan
jurnal:
Kas di Bendahara Penerima (D) Rp 15.000.000
Piutang Pajak (K) Rp 15.000.000
Jurnal realisasi anggaran yang perlu dibuat:
Perubuhana SAL (D) Rp 15.000.000
Pendapatan Pajak-LRA (K) Rp 15.000.000
Selanjutnya, Bendahara Penrimaan akan menyetorkan pendapatan tersebut ke
Kas Daerah. Berdasarkan dokumen penyetoran tersebut atau STS (Surat Tanda
Setoran),PPK SKPD menjurnal:
RK PPKD (D) Rp 15.000.000
Kas di Bendahara Penerimaan (K) Rp 15.000.000
Jurnal realisasi anggaran yang perlu dibuat:
Perubuhan SAL (D) Rp 15.000.000
Pendapatan Pajak-LRA (K) Rp 15.000.000
c. Pengakuan pendapatan pajak yang didahului dengan penghitungan sendiri
oleh wajib pajak (self assessment) dan dilanjutkan dengan pembayaran wajib
pajak berdasarkan perhitungan tersebut
Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari wajib
pajak atas pajak yang sudah dilakukan perhitungan sendiri oleh wajib pajak (self
assessment), PPK-SKPD mengakui adanya pendapatan pajak LO dan pendapatan pajak
LRA dengan membuat jurnal finansial:
Kas di Bendahara penrimaan (D) Rp20.000.000
Pendapatan Pajak-LO (K) Rp 20.000.000
Jurnal realisasi anggaran yang perlu dibuat:
Perubahan SAL (D) Rp 20.000.000
Pendapatan pajak-LRA (K) Rp 20.000.000
Selanjutnya Bendahara Penerima menyetorkan pendapatan ini ke Kas Daerah.
Berdasarkan dokumen penyetoran tersebut atau STS (Surat Tanda Setoran), PPK SKPD
menjurnal:
RK PPKD (D) Rp 20.000.000
Kas di Bendahara Penerimaan (K) Rp 20.000.000
Selanjutnya, akan dilakukan pemeriksaan terhadap wajib pakak, apabila
ditemukan adanya kurang bayar makan akan ditertibkan Surat Ketetapan Kurang Bayar.
SKPD mengakui adanya penamhan pendapatan LO.
Berdasarkan Surat Keterangan tersebut PPK SPKD menjurnal:
Piutang pajak (D) Rp 5.000.000
Pendapatan Pajak daerah-LO (K) Rp 5.000.000
Apabila ditemukan adanya lebih bayar maka akan ditertibkan Surat Keterangan Lebih
Bayar SKPD mengakui adanya penguranggan pendapatan LO. Berdasarkan Surat
Keterangan tersebut PPK SPKD menjurnal:
Pendapatan Pajak Daerah-LO (D) Rp 8.000.000
Utang Kelebihan Pembayaran Pajak (K) Rp
8.000.000
d. Pengakuan pendapatan pajak yang pembayarannya dilakukan di muka oleh
wajib pajak untuk memenuhi kewajiban selama beberapa periode ke depan
Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari wjib
pajak atas pajak yang dibayar untuk periode tertentu, PPK SKPD mengakui adanya
Pendapatan Diterima di Muka dengan membuat jurnal finansial:
Kas di Bendahara Penerima (D) Rp 30.000.000
Pendapatan Deterima di Muka (K) Rp 30.000.000
Selanjutnya, Bendahara Penerimaan akan menyetorkan pendapatan ini ke Kas
Daerah. Berdasarkan dokumen peyetoran tersebut atau STS (Surat Tanda Setoran),PPK-
SPKD menjurnal:
RK PPKD (D) Rp 30.000.000
Kas di Bendahara Penerimaan (K) Rp 30.000.000
Pada akhir periode akuntasi akan ditertibkan bukti memorial untuk mengakui
pendapatan LO, misalnya untuk tahun berjalan yang telah menjadi hak pemda baru
sebesar Rp25.000.000.PPK SKPD membuat jurnal:
Pendpatan Diterima di Muka(D) Rp 25.000.000
Pendapatan Pajak-LO (K) Rp 25.000.000
e. Retribusi Daerah
Dengan menggunakan basis akrual maka ketika ditertibkan Surat Ketetapan
Retribusi Daerah, SKPD telah berhak mengakui pendapatan, meskipun belum diterima
pembayarannya dari wajib retribusi. Hal ini karena
Kriteria pendapatan telah terbentuk (earned) telah terpenuhi. Oleh karena itu, PPK-
SKPD mengakui adanya pendapatan retribusi LO dengan menjurnal:
Piutang retribusi (D) Rp.15.000.000
Pendapatan Retribusi Daerah-LO (K)
Rp.15.000.000
Pada saat wajib retribusi akan menerima Tanda Bukti Pembayaran (TBP)
sebagai bukti telah membayar retribusi akan menerima Tanda Bukti Pembayaran (TBP).
Sebagai bukti telah membayar retribusi. TBP juga menjadi dasar PPK SKPD untuk
mecatat pendapatan retribusi-LRA dengan jurnal:
Kas di Bedahara Penerimaan (D) Rp.15.000.000
Piutang Retribusi (K)
Rp.15.000.000
Jurnal realisasi anggaran yang perlu dibuat:
Perubahan SAL (D) Rp.15.000.000
Piutang Retribusi Daerah-LRA (K)
Rp.15.000.000
Selanjutnya, Bendahara Penerimaan akan menyetorkan pendapatan ini ke kas
Daerah. Berdasarkan dokumen dokumen penyetoran tersebut atau STS (Surat Tanda
Setoran), PPK SKPD menjurnal:
R/K PPKD (D) Rp.15.000.000
Kas di Bendahara Penerimaan (K)
Rp.15.000.000
Selain Dengan cara kriteria earned seperti contoh diatas, pendapatan retribusi
juga dapat diakui ketika telah diterima pembayarannya. Wajib retribusi melakukan
pembayran retribusi kemudiaan menerima Tanda Bukti Pembayaran (TBP). TBP juga
menjadi dasar bagi PPK SKPD untuk mengetahui pendapatan dengan mencatat jurnal:
Kas di bendahara Penerimaan (D) Rp.10.000.000
Pendapatan Retribusi Daerah-LO (K)
Rp.10.000.000
Jurnal realisasi anggaran yang perlu dibuat:
Perubahan SAL (D) Rp.10.000.000
Pendapatan retribusi Daerah-LRA (K)
Rp.10.000.000
Selanjutnya, Bendahara Penerimaan akan menyetorkan pendapatan ini ke Kas
Daerah. Berdasarkan dokumen penyetoran tersebut atau STS(Surat Tanda Setoran), PPK
SKPD menjurnal:
R/K PPKD (D) Rp.10.000.000
Kas di bendahara Penerimaan (K) Rp.10.000.00

2.6 KOMPONEN YANG ADA DI LAPORAN SKPD

1. AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN SKPD


Sesuai dengan PSAP Nomor 1, belanja didefinisikan sebagai semua
pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi
saldo Anggaran lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak
akan diperoleh pembayrannya kembali oleh pemerintah. Belanja diakui pada
saat terjadinya pengeluaran dari rekening Kas Umum Negara/Kas umum
daerah sehingga diukur secara cash basis.
Sistem dan Prosedur akuntansi belanja dan beban terdiri atas 2 sub
sistem yaitu:
1. Subsistem akuntansi Pengeluaran kas – Pembersihan Langsung (LS)
Subsistem akuntansi pengeluaran kas dana LS digunakan untuk
mencatat dana yang digunakan untuk:
a. Pembayaran Gaji dan tunjangan pegawai pemda (mekanisme LS-
Gaji dan tunjangan)
b. pembayaran pengadaan barang dan jasa dari pihak ketiga
(Mekanisme LS-pengadaan barang dan jasa); dan
c. Belanja bunga, hibah, bantuan, belanja tidak terduga serta
pengeluaran pembiayaan.
2. Sub SIstem akuntansi Pengeluaran Kas – Pembebanan Uang
Persediaan (UP), Ganti Uang Persediaan (GU), dan Tambahan Uang
Persedian (TU).
Sub Sistem akuntansi pengeluaran kas dana UP berkaitan dengan
Pencatatan dana yang digunakan untuk uang muka kerja yang bersifat
pengisiaan kembali (Revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan
dipergunakan untuk pengganti langsung. Sub Sistem akuntansi
pengeluaran kas TU dipergunakan untuk mencatat dana yang
dipergunakan untuk tambahan yang persediaan guna melaksanakan
kegiatan SKPD yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk
pembayaran langsung dan uang persediaan.
Fungsi Yang Terkait :
Fungsi yang terkait dalam pelaksanaan akuntansi belanja adalah
a. Penggunaan Anggaran
b. Bendahara pengeluaran
c. Fungsi Akuntansi-PPK-SKPD
d. Kuasa BUD
Dokumen yang digunakan
Dokumen yang digunakan dalam melaksanakan prosedur akuntansi
belanja antara lain sebagai berikut:
a. Surat pemerintahan Pencariran Dana (SP2D) yaitu dokmen yang
digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan
SPM
b. Surat Pertanggungjawaban (SPJ) yang dibuat oleh Bendahara
Pengeluaran SKPD.
Catatan yang digunakan untuk melaksanakan prosedur akuntansi belanja adalah
sebagai berikut:
a. Buku jurnal umum
b. Buku Besar
c. Buku besar pembantu
Langkah-Langkah :
A. Akuntansi Belanja dan beban dengan mekanisme UP/GU/TU
1. Fungsi Akuntansi PPK-SKPD menerima SP2D UP/GU/TU dari Kuasa BUD
melalui Penguna Anggaran. Berdasarkan dokumen SP2D tersebut, fungsi
akuntansi PPK-SKPD mencatat transaksi penerimaan uang persediaan
tersebut dengan menjurnal:
Kas di Bendahara Pengeluaran (D) Rp.5.000.000
R/K PPKD (K) Rp.5.000.000
2. Secara berkala, PPK-SKPD menerima SPJ dari Bendahara Pengeluaran
SKPD. Berdasarkan SPJ dan Lampiran-lampirannya tersebut, fungsi
akuntansi PPK-SKPD mencatat transaksi realisasi belanja tersebut dengan
membuat jurnal finansial dengan jurnal realisasi belanja tersebut dengan
membuat jurnal finansial dan jurnal realisasi anggaran. Sebagai Contoh,
untuk transaksi beban pegawai yang menggunakan mekanisme uang
persediaan (UP), jurnal finansial yang perlu dibuat:
Beban Pegawai LO (D) Rp.3.500.000
Kas di Bendahara Pengeluaran (K) Rp.3.500.000
Jurnal Realisasi anggaran yang perlu dibuat:
Belanja Pegawai (D) Rp.3.500.000
Perubahan-SAL (K) Rp.3.500.000
Untuk transaksi pembelian barang dan jasa yang menggunakan Uang
Persediaan, Jurnal finansial yang perlu dibuat adalah:
Beban barang dan jasa (D) Rp.1.000.000
Kas di bendahara Pengeluaran (K) Rp.1.000.000
Jurnal realisasi anggaran yang perlu dibuat:
Belanja Barang dan Jasa (D) Rp.1.000.000
Perubahan SAL (K) Rp.1.000.000
Khusus untuk pembelian barang berupa persediaan seperti alat Tulis
Kotor (ATK), Bahan material, dan sebagainya, jurnal finansial yang perlu dibuat
adalah:
Persediaan (D) Rp.1.000.000
Kas di Bendahara Pengeluaran (K) Rp.1.000.000
Jurnal realisasi anggaran yang perlu dibuat:
Belanja Barang-Persediaan (D) Rp.1.000.000
Perubahan SAL (K) Rp.1.000.000
3. Jika Pada akhir periode masih ada sisa uang Persediaan di Bendahara
Pengeluaran SKPD maka harus disetorkan ke rekening Kas Daerah dengan
Jurnal (Misalnya tersisa Rp500):
R/K PPKD (D) Rp.500
Kas di Bendahara Pengeluran (K) Rp.500
4. Hasil penjurnalan tersebut secara berkala diposting (Dipindahkan) ke buku
besar sesuai dengan kode rekening belanja.
5. Fungsi Akuntansi-PPK-SKPD juga dapat mencatat transaksi-transaksi ke
dalam buku pembantu yang berisi rincian item buku besar setiap rekening
yang dianggap perlu.
6. Pada Akhir periode, fungsi akuntansi PPK-SKPD memindahkan saldo yang
ada di setiap Buku Besar ke dalam Neraca Saldo. Neraca Saldo tersebut akan
menjadi dasar penyusun laporan keuangan SKPD.

B. Akuntansi Belanja dan Beban dengan Mekanisme LS


Asumsi yang digunakan dalam Belanja dan Beban LS ini adalah bahwa
dana LS dari BUD langsung diterima oleh pihak ketiga atau pihak lain yang
telah ditetapkan. Belanja dan Beban LS dalam hal ini terdiri atas:
1. LS Gaji dan Tunjangan
2. LS Barang dan Jasa dan Belanja Modal
3. LS berupa Belanja Bunga, Hibah, Bantuan, dan Tak Terduga
Langkah-langkah dalam melaksanakan prosedur akuntansi belanja adalah:
PPK-SKPD menerima SP2D menerima SP2D dari Kuasa BUD melalui
Pengguna Anggaran Berdasarkan dokumen SP2D, Fungsi akuntansi PPK-SKPD
mencatat transaksi tersebut dengan membuat jurnal finansial:
Beban pegawai-LO (D) Rp.50.000.000
R/K PPKD (K) Rp.50.000.000
Jurnal realisasi anggaran yang perlu dibuat:
Belanja Pegawai-LO (D) Rp.50.000.000
Perubahan SAL (K) Rp.50.000.000
Penjurnalan dapat dilakukan pada buku jurnal umum untuk belanja LS. Untuk
mekanisme LS gaji dan Tunjangan, Meskipun dana yg diterima oleh pegawai
adalah jumlah neto (setelah dikurangi potongan Perhitungan Pihak ketiga seperti
Iuran Wajib Pegawai Negeri dan Taspen), namun fungsi akuntansi SKPD tetap
mencatat belanja gaji dan tunjangan tersebut dalam jumlah bruto. Sedangkan
potongan PFK tidak perlu dicatat oleh fungsi akuntansi PPK-SKPD karena
pencatatannya sudah dilakukan oleh fungsi akuntansi PPKD. Untuk mekanisme LS
barang dan jasa, seringkali terdapat potongan pajak sehingga dana yang diterima
oleh pihak ketiga adalah jumlah netto. Fungsi akuntansi PPK-SKPD tetap mencatat
dalam jumlah bruto dengan mencatat potongan tersebut dalam akun Hutang Pajak
Dalam Jurnal umum yaitu ( Misalnya sebesar Rp.3.000.000):
Kas di Bendahara Pengeluaran (D) Rp.3.000.000
Hutang Pajak (K) Rp.3.000.000
Ketika bukti surat Setoran pajak (SSP) telah diterima, dilakukan penjurnalan
penghapusan hutang pajak tersebut dengan jurnal:
Hutang pajak (D) Rp.3.000.000
Kas di Bendahara Pengeluaran (K) Rp.3.000.000
Khusus untuk transaksi belnja modal aset tetap, fungsi akuntansi PPK-SKPD
mencatat dalam jurnal finansial sebagai berikut:

Aset tetap (D) Rp.75.000.000


R/K PPKD (K) Rp.75.000.000
Jurnal realisasi anggaran yang perlu dibuat adalah:
Belanja modal aset tetap (D) Rp.75.000.000
Perubahan SAL (K) Rp.75.000.000
Hasil Penjumlahan tersebut secara berkala diposting (dipindahkan) ke buku
besar sesuai dengan kode rekening.
Fungsi Akuntansi-PPK-SKPD juga dapat mencatat transaksi-transaksi ke dalam
buku pembantu yang berisi rincian item buku besar setiap rekening yang dianggap
perlu.
Pada akhir periode, fungsi akuntansi PPK-SKPD memindahkan saldo yang ada
di setiap buku besar ke dalam neraca saldo. Neraca saldo tersebut akan menjadi
dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.
2. AKUNTANSI ASET SKPD
Akuntansi aset adalah serangkaian proses nilai pencatatan penggolongan,
dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkenan dengan
transaksi dan/atau kejadian aset tetap pada SKPD yang dapat dilaksanakan
secara manual maupun terkomputerisasi.
a. Pelaksana
Dalam prosedur yang akuntansi aset pelaksana pada tingkat SKPD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi PPK-SKPD.
b. Dokumen
Dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset yaitu berupa
bukti memorial(berita acara pemerintah/serah terima barang, berita acara
penyelesaian pekerjaan ).
c. Catatan yang Digunakan
Catatan akuntansi yang digunakan dalam pelaksanaan prosedur akuntansi
aset terdiri dari beberapa catatan akuntansi berikut:
a) Buku jurnal umum
b) Buku besar
c) Buku besar pembantu
Langkah-Langkah :
1. Pembelian aset tetap
Akuntansi pembelian aset tetap pada hakekatnya sama dengan akuntansi
belanja modal seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Untuk
transaksi pembelian aset tetap dengan mekanisme LS, fungsi akuntansi
PPK-SKPD mencatat dalam jurnal finansial sebagai berikut:
Aset tetap (D) Rp.75.000.000
R/K PPKD (K) Rp.75.000.000
Jurnal realisasi anggaran yang perlu dibuat adalah:
Belanja modal aset tetap (D) Rp.75.000.000
Perubahan SAL (K) Rp.75.000.000
2. Penghapusan Aset Tetap
Penghapusan aset tetap dapat terjadi karena penjualan, tukar menukar,
hibah, penyertaan modal, pemusnahan atau karena sebab-sebab lainnya.
Untuk penghapusan aset tetap karena penjualan, fungsi akuntansi PPK
SKPD akan dicatat “RK PPKD” dan “Akumulasi Penyusutan” didebit serta
“surplus Penjualan Aset Non Lancar – LO” dan “aset tetap (sesuai
jenisnya)” sebesar nilai perolehan di kredit dengan jurnal:
R/K PPKD (D) Rp.3.000.000
Akumulasi Penyusutan (D) Rp.8.000.000
Aset Tetap (K) Rp. 10.000.000
Surplus Penjualan Aset non lancar-LO (K) Rp. 1.000.000
Untuk penghapusan aset tetap karena pemusnahan fungsi akuntansi PPK-
SKPD menjurnal:
Defisit dari kegiatan Non-Operasional-LO (D) Rp.3.000.000
Akumulasi Penyusutan (D) Rp.8.000.000
Aset Tetap (K) Rp.12.000.000
Akuntansi Kewajiban SKPD
Prosedur akuntanasi kewajiban pada SKPD diperlukan dalam rangka
pencatatan atas pengakuan hutang jangka pendek yang mncul dari transaksi
SKPD. Hutang Jangka panjang tidak diperkenankan pada tingkat SKPD
Pelaksana :
Dalam Prosedur akuntansi kewajiban pada palaksanaan pada tinkat
SKPD dilaksanakan oleh Fungsi Akuntansi SKPD
Dokumen :
Dokumen yang digunakan dalam akuntansi kewajiban pada tingkat
SKPD terdiri dari beberapa terdiri dari beberapa dokumen berikut:
a. Bukti memorial
b. Dokumen lainnya
Catatan akuntansi yang digunakan :
Catatan akuntansi yang digunakan dalam akuntansi hutang pada tingkat
SKPD terdiri dari beberapa catatan berikut:
a. Buku jurnal umum
b. Buku Besar
c. Buku Besar Pembantu

Langkah-Langkah :
Ketika SKPD melakukan suatu transaksi pembelian barang dan
penggunaan jasa yang telah dilaksanakan namun pelunasan belum dilakukan
oleh SKPD, Fungsi PPK-SKPD akan mengakui adanya utang jangka pendek
akibat transaksi tersebut dengan membuat jurnal:
Beban (D) Rp.4.000.000
Utang Belanja (K) Rp.4.000.000
Untuk transaksi pembelian aset tetap dan pelunasan belum dilakukan
fungsi akuntansi PPK-SKPD membuat jurnal :
Aset Tetap (D) Rp.35.000.000
Utang Belanja (K) Rp.35.000.000
Pada Saat SKPD melakukan pembayaran dengan mekanisme UP, maka
fungsi akuntansi PPK-SKPD mencatat:
Utang belanja (D) Rp.35.000.000
Kas di Bendahara Pengeluaran (K) Rp.35.000.000
Untuk pembayaran dengan mekanisme LS maka fungsi akuntansi PPK-
SKPD mencatat:
Utang Belanja (D) Rp.35.000.000
R/K PPKD(K) Rp.35.000.000
3. AKUNTANSI UNTUK KOREKSI KESALAHAN DAN PENYESUAIAN
SKPD
Lampiran II Permendagri 64 Tahun 2013 juga mengatur tentang jurnal
koreksi dan penyesuaian bagi SKPD. Dokumen yang digunakan sebagai dasar
jurnal koreksi dan penyesuaian pada tingkat SKPD berupa bukti memorial.
Untuk melakukan koreksi atas terjadinya kesalahan pencatatan, berdasarkan
dokumen atau bukti koreksi terkait, Fungsi AKuntansi SKPD membuat bukti
memorial terkait koreksi kesalahan pencatatan. Selanjutnya digunakan sebagai
dasar fungsi AKuntansi PPKD untuk membuat koreksi atas jurnal yang salah
catat tersebut.
Contoh Jurnal koreksi dalam Lampiran II Permendagri 64 Tahun 2013
adalah terdapat kesalahan karena transaksi beban/belanja telepon dicatat pada
beban/belanja listrik. Untuk melakukan koreksi atas kesalahan tersebut, Fungsi
AkuntasI SKPD membuat jurnal koneksi:
Beban Jasa Telepon (D) Rp 2.500.000
Beban Jasa Listrik (K) Rp 2.500.000
Belanja Jasa Telepon (D) Rp 2.500.000
Belanja Jasa Listrik (K) Rp 2.500.000
Akuntasi koreksi kesalahan diatur terperinci pada PSAP Nomor 10 dalam
PP 71 tahun 2010. Pembaca dapat merujuk ke PSAP Nomor 10 tersebut untuk
berbagai jenis kesalahan dan prosedur koreksinya.
Contoh jurnal penyesuaian yang perlu dibuat oleh fungsi akuntasi SKPD
adalah mencata sisa persedian dan penyusutan aset tetap.jika SKPD melakukan
transaksi persedian dengan pendekatan aset dan metode periodic (pada saat
pembelian jurnalnya adalah persedian pada sisi debit), maka perlu di lakukan
stock opname setiap akhir periode untuk mengetahui sisa persedian yang
dimiliki. Berdasarkan berita acara stock opname, misalnya sisa saldo akhir
persedian sbesar Rp 2.500.000 sementara saldo buku besar sebesar Rp
10.000.000 (yaitu saldo awal Rp3.000.000 ditambah pembelian tahunan berjalan
sebesar Rp7.000.000). Fungsi akuntasi PPK-SKPD membuat jurnal penyesuaian
sebesar persediaan yang terpakai:
Beban persedian (D) Rp 7.500.000
Persedian (K) Rp 7.500.000
Sebaliknya, apabila SKPD melakukan transaksi persedian dengan
pendekatan beban dan metode periodik (pada saat pembelian jurnalnya adalah
beban persedian pada sisi debit), maka jurnal penyesuainnya adalah:
Persedian (D) Rp 2.500.000
Beban persedian (K) Rp 2.500.000
Jurnal penyusutan dibuat berdasarkan daftar barang dan kebijakan
akuntasi yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Fungsi akuntasi PPK-SKPD
pada akhir tahun akan membuat bukti memorial yang kemudian akan diotorisasi
oleh Pengguna Anggran untuk mengakui depresiasi atau penyusutan atas aset
tetap yang dimiliki dengan jurnal:
Beban penyusutanaset tetap…. (D) Rp 10.000.000
Akuntasi penyussutan aset tetap (K) Rp 10.000.000
Jurnal-jurnal penyesuain lainnya sama dengan jurnal penyesuaian
akuntasi komersiluntuk menyesuaikan saldo transaksi pendapatan diterima di
muka, pendapatan yang masih akan diterima/piutang pendapatan, beban dibayar
di muka, dan beban yang masih harus di bayar.

 2.5 Pertanggungjawaban Fungsional


Bendahara penerimaan SKPD wajib mempertanggungjawabkan pengelolaan
uang yang menjadi tanggung jawabnya secara fungsional kepada PPKD paling
lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya menggunakan format LPJ yang sama
dengan pertanggungjawaban administratif. LPJ fungsional ini dilampiri dengan :
a) Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah ditutup pada akhir bulan
berkenaan
b) Register STS
c) Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu
 Akuntansi Pendapatan-LRA
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual menyatakan pencatatan yang
digunakan dalam akuntansi pemerintahan adalah basis akrual. Namu, khusus
untuk pengakuan pendapatan LRA tetap menggunakan basis kas, yang berarti
bahwa pendapatan LRA diakui pada saat kas diterima pada akun Kas Umum
Daerah (PSAP BA 02 paragraf 21). Oleh karena itu, dokumen sumber yang
digunakan untuk menjurnal realisasi pendapatan LRA adalah STS.
 Akuntansi Pendapatan-LO
Laporan operasional disusun dengan menggunakan basis akrual, penerapan basis
akrual ini adalah pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di
akun Kas Umum Daerah. Jadi, dalam mencatat transaksi pendapatan LO ini
yang dicatat kas yang diterima bendahara penerimaan dengan siterbitkan Surat
Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD), Surat Ketetapan Pajak (SKP). Oleh karena
itu, dokumen sumber untuk menjurnal pendapatan-LO adalah Tanda Bukti
Pembayaran (TBP), SKRD, dan SKPD yang sudah diterbitkan namun belum
dibayar wajib retribusi atau wajib pajak.
 Prosedur Penatausahaan Belanja SKPD
a) Dasar Hukum
Tata cara pengeluaran atau belanja melalui bendahara pengeluaran diatur
dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pasal 198-120 (untuk
pengajuan SPP), pasal 211-2-15 (penerbitan SPM), dan Permendagri 55
Tahun 2008 pasal 4 dan lampian III (tata cara penatausahaan).
b) Pihak-Pihak Terkait
Dalam kegiatan pengeluaran atau belanja pada SKPD, pihak-pihak yang
terkait adalah :
1. Bendahara Pengeluaran SKPD
2. Bendahara Pengeluaran Pembantu SKPD
3. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD
4. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran SKPD
5. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) SKPD
c) Dokumen, Catatan dan Laporan
Dalam kegiatan pengeluaran atau belanja ini, dokumen-dokumen yang
digunakan dan catatan yang terkait serta laporan yang dibuat adalah :
1. SPP UP
2. SPP GU
3. SPP TU
4. SPP LS Gaji dan Tunjangan
5. SPP LS Barang dan Jasa
 Bendahara pengeluaran wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas
pengelolaan uang yang terdapat dalam kewenangannya, antaralain :
a) Pertanggungjawaban penggunaan UP
b) Pertanggungjawaban penggunaan TU
c) Pertanggungjawaban administratif
d) Pertanggungjawaban fungsional
 Pada bendahara pengeluaran pembantu, pertanggungjawaban terdiri atas :
a) Pertanggungjawaban penggunaan tambahan uang persediaan
b) Pertanggungjawaban fungsional
 Berdasarkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA SKPD) yang sudah
disahkan oleh PPKD, setiap SKPD menyusun anggaran kas SKPD, anggaran kas
masing-masing SKPD ini menjadi dasar menyusun anggaran kas pemerintah
daerah oleh kuasa BUD, berdasarkan anggaran kas pemerintah daerah yang
sudah dibuat. Kuasa BUD membuat Surat Penyediaan Dana (SPD), SPD
tersebut selanjutnya diotorisasi oleh PPKD, setelah diotorisasi diserahkan
kepada masing-masing SKPD.

2.7 PERTANGGUNGJAWABAN SKPD

 Pertanggungjawaban Penggunaan UP
Bendahara pengeluaran melakukan pertanggungjawaban penggunaan persediaan
setiap akan mengajukan GU. Dalam melakukan pertanggungjawaban tersebut
dokumen yang disampaikan adalah Laporan Pertanggungjawaban Uang
Persediaan dan dilampiri dengan bukti-bukti belanja yang sah.

 Pertanggungjawaban Penggunaan TU
Bendahara pengeluaran melakukan pertanggungjawaban penggunaan TU apabila
TU yang dikelolanya telah habis/selesai digunakan untuk membiayai suatu
kegiatan atau telah sampai pada waktu yang ditentukan sejak TU diterima.
Dalam melakukan pertanggungjawaban tersebut dokumen yang disampaikan
adalah Laporan Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan dan dilampiri
dengan bukti-bukti belanja yang sah dan lengkap.

 Pertanggungjawaban Administratif
Pertanggungjawaban administratif dibuat oleh bendahara pengeluaran dan
disampaikan kepada Pejabat Pengguna Anggaran paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya. Pertanggungjawaban administratif tersebut berupa Surat
Pertanggungjawaban (SPJ) yang menggambarkan jumlah anggaran, realisasi dan
sisa pagu anggaran baik secara kumulatif maupun per kegiatan. SPJ ini
merupakan penggabungan dengan SPJ bendahara pengeluaraan pembantu.
Pertanggungjawaban administratif berupa SPJ dilampiri dengan :
a) Buku Kas Umum
b) Laporan Penutupan Kas
c) SPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu
Pertanggungjawaban tersebut harus dilampiri bukti setoran sisa uang persediaan.

 Pertanggungjawaban Fungsional
Pertanggungjawaban fungsional dibuat oleh bendahara pengeluaran dan
disampaikan kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya. Pertanggungjawaban fungsional tersebut berupa Surat
Pertanggungjawaban (SPJ) yang merupakan penggabungan SPJ bendahara
pengeluaraan pembantu. SPJ tersebut dilampiri dengan :
a) Laporan Penutupan Kas
b) SPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu
Pertanggungjawaban tersebut harus dilampiri bukti setoran sisa uang persediaan.

 Akuntansi Belanja
Khusus untuk pengakuan belanja tetap menggunakan basis kas, seperti
dijelaskan dalam PSAP BA 02 paragraf 31 dan 32 sebagai berikut : belanja
diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari akun Kas Umum Negara/Daerah.
Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaraan pengakuannya terjadi pada
saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan.
Dokumen sumber yang digunakan untuk menjurnal realisasi belanja LS adalah
SP2D LS, sedangkan belanja yang dibayar melalui uang persediaan yang ada
pada bendahara pengeluaran dokumen sumber untuk mencatat belanja tersebut
adalah SPJ fungsional bendahara pengeluaran yang telah mendapatkan
pengesahan dari BUD.

 Akuntansi Beban
Dalam basis akrual, beban diakui pada saat kewajiban yeng mengakibatkan
penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum
dikeluarkan dari akun Kas Umum Daerah atau entitas pelaporan.
Dokumen sumber yang digunakan untuk menjurnal beban yang sudah dibayar
secara LS adalah SP2D LS, sedangkan beban yang dibayar melalui uang
persediaan yang ada pada bendahara penegluaran, dokumen sumber untuk
mencatat beban tersebut adalah SPJ bendahara pengeluaran yang telah
mendapatkan pengesahan dari BUD. Sedangkan untuk beban yang belum bayar,
bukti-bukti belanja yang dilakuakn oleh SKPD merupakan dokumen sumber
untuk mencatat beban tersebut.

 Jurnal Khusus Pengeluaran Uang Persediaan


Jurnal khusus pengeluaran uang persediaan untuk belanja barang dan jasa dalam
akuntansi LO dicatat sebagai beban dengan mendebet beban bersangkutan dan
mengkredit kas di bendahara pengeluaran. Akan tetapi, untuk belanja barang
yang pada akhir tahun sisa barang tersebut dicatat sebagai persediaan, pada akhir
tahun setelah dihitung persediaan yang tersisa baru dicatat beban persediaan
sebesar persediaan yang terpakai.

 Jurnal Khusus Penerimaan SP2D LS


Dalam membuat jurnal penerimaan SP2D LS, PPK SKPD harus memperhatikan
peruntukan pembayarannya, jika peruntukan SP2D LS tersebut untuk membayar
belanja gaji atau honor, maka jurnal yang dibuat dengan mendebet akun beban
gaji atau akun beban honorarium dan mengkredt akun RK PPKD, sedangkan
SP2D LS untuk membayar belanja modal, maka jurnal yang dibuat mendebet
akun aset tetap dari belanja modal tersebut dan mengkredit akun RK PPKD.
Pada jurnal penerimaan SP2D LS tersebut yang dikredit adalah akun RK PPKD
bukan kas di bendahara pengeluaran, hal ini dilakukan karena sumber dananya
langsung dari BUD tidak melalui kas di bendahara pengeluaran SKPD.

 Jurnal Pemotongan dan Penyetoran Pajak


Aktivitas pemotongan dan penyetorab pajak dalam SAP BA dikategorikan
menjadi aktivitas transitoris. Pengaruh dari aktivitas transitoris ini memunculkan
adanya Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), dalam PSAP BA Nomor 09 paragraf 5,
PFK didefiniskan merupakan utang pemerintah kepada pihak lain yang
disebabkan oleh kedudukan pemerintah sebagai pomotong pajak atau pungutan
lainnya, seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), iuran
Askes, Taspen, Taperum.
Biasanya jumlah yang dipotong dalam satu periode atau tahun lebih besar dari
jumlah yang disetorkan kepada pihak ketiga. Hal ini memunculkan utang PFK di
dalam neraca SKPD.

 Penyusunan Laporan Keuangan


a) Penyusunan Laporan Pelaksanaan Anggaran
Laporan pelaksanaan anggaran terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
(LRA) dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih. Namun, pada
tingkat SKPD laporan pelaksanaan anggaran yang disusun hanya LRA
saja, karena Laporan Perubahan SAL disusun pada tingkat Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). Langkah-langkah untuk
menyusun LRA tersebut, dapat dilakukan dengan cara yaitu PPK SKPD
menyusun neraca saldo LRA, lalu membuat jurnal penyesuaian yang
diperlukan untuk mendapatkan neraca saldo LRA setelah disesuaikan,
selanjutnya menyusun LRA dan diakhiri dengan membuat jurnal
penutup.
b) Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang disusun oleh SKPD meliputi Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca dan Catatan atas
Laporan Keuangan. Untuk menyusun laporan keuangan tersebut langkah
yang bisa ditempuh oleh PPK SKPD adalah menyusun neraca saldo,
membuat jurnal penyesuaian yang diperlukan untuk mendapatkan saldo-
saldo yang telah disesuaikan.

 Pada dasarnya jurnal penyesuaian yang harus dibuat pada akhir tahun oleh PPK
SKPD mencakup dua hal yaitu : pertama untuk transaksi yang sudah terjadi
namun belum mencatat dalam catatan akuntansi SKPD. Kedua, transaksi-
transaksi yang sudah tercatat dalam catatan akuntansi SKPD namun saldonya
perlu disesuaikan sesuai dengan kondisi akhir tahun.
BAB III
METODE PENELITIAN

.1 Bentuk Penelitian
Penelitian ini penulis menggunakan metode studi kasus secara deskriptif.
Desain penelitian studi kasus yaitu suatu metode yang bertujuan untuk mengolah
data secara sistematik dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat yang sedang
diselidiki. Jenis penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan
perusahaan berdasarkan fakta yang diperoleh dan berdasarkan pada situasi yang
diselidiki untuk kemudian data tersebut disusun, diolah, dianalisis dan
diinterprestasikan.

.2 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah cara untuk mendapatkan data
dalam suatu penelitian dari sumber-sumber data, baik primer maupun
sekunder. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah:
1. Teknik observasi langsung
Teknik observasi langsung yang dilakukan penulis dalam
mengumpulkan data adalah dengan melakukan pengamatan
secara langsung ke objek penelitian yaitu pada PT Jasa Raharja
(Persero)
2. Teknik observasi tidak langsung
Teknik observasi tidak langsung yang dilakukan penulisan
adalah dengan cara melakukan pengamatan secara tidak langsung
terhadap objek penelitian dengan mengambil data dari PT Jasa
Raharja (Persero) melalui website perusahaan.
3. Teknik wawancara adalah sebuah interaksi langsung antara peneliti
dengan responden atau pihak yang terlibat.
Teknik wawancara yang penulisan lakukan ialah dengan
melakukan wawancara kepada salah satu keryawan di bagian
akuntansi dan keuangan pada PT Jasa Raharja (Persero)

3.2.2 Instrumen Pengumpulan Dana


Instrumen penelitian yang penulisan gunakan adalah :
1. Studi Kepustakaan ialah pengumpulan data dan informasi dengan
macam macam material yang terdapat diruang keperpustakaan, misalnya:
a. Buku buku
b. Literature
c. Referensi tugas akhir
2. Media baca lainnya, misalnya; data-data perusahaan berupa gambaran
umum perusahaan, visi misi dan nilai perusahaan, struktur organisasi dan
data-data lain seperti laporan seperti laporan keuangan yang telah di
audit.
3.2.3 Teknik Analisis Data
Alat analisis data yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah
alat analisis secara kuantitatif.
Adapun dalam teknik analisis data terdapat 2 (dua) cara yaitu
secara kuantitatif dan secara kualitatif
1) Analisis Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data, serta penampilan hasilnya atau penelitian yang
berstruktur.
2) Analisis Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian atau penelitian yang tidak berstruktur. Analisis kualitatif
digunakan untuk mendapatkan keterangan-keterangan mengenai
laporan keuangan SKPD.
BAB IV

PEMBAHASAN

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan instrumen manajemen


pembangunan daerah. Aspek-aspek dalam manajemen pembangunan daerah
terwadahi dalam satu atau beberapa SKPD. Penyusunan kebijakan dan koordinasi
diwadahi dalam sekretariat, pengawasan diwadahi dalam bentuk inspektorat,
perencanaan diwadahi dalam bentuk badan, unsur pendukung dalam penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik diwadahi dalam lembaga
teknis daerah, sedangkan aspek pelaksana urusan daerah diwadahi dalam dinas
daerah. Kinerja SKPD menentukan kinerja pada tiap aspek manajemen
pembangunan daerah, yang pada gilirannya, menentukan kinerja Daerah dalam
mewujudkan kesejahteraan rakyat di daerah. Laporan yang dihasilkan dalam
prosedur akuntansi SKPD terdiri yaitu, Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas
laporan keuangan (CaLK).

Dalam penelitian ini kami melakukan wawancara di Dinas Kesehatan Kota


Pontianak dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pontianak, dari
penelitian ini kami memperoleh data berupa laporan keuangan tahun 2016 dan
2017.

.1 Hasil Wawancara

a. Dinas Kesehatan Kota Pontianak

1) Bagaimana perencanaan yang ada Dinas Kesehatan Kota Pontianak?

Perencanaan tidak ada sub bagian keuangan sendiri. Sudah melebur


menjadi sub perencanaan dan keuangan. Mungkin dimasing-masing
dinas memiliki sub perencanaan dan sub keuangan yang terpisah. Di
Dinas Kesehatan cuman 1 (satu) yaitu sub perencanaan dan
keuangan. Walaupun laporan keuangan di sektor publik dan swasta
sama, tetapi tujuan dan kepentingannya berbeda. Disektor publik
tidak mencari keuntungan, sedangkan di sector swasta mencari
keuntungan.

2) Dari mana sumber anggaran Dinas Kesehatan Kota Pontianak?

Sumber anggaran Dinas Kesehatan Kota Pontianak murni berasal


dari APBD, namun didalam APBD terdapat komponen-komponen
yang didapat dari pusat. Yang mana bantuan dari pusat yang sudah
masuk ke Pemkot sudah dinamakan APBD karena sudah dialihkan
kekuasaan dari pusat ke daerah. Ada 2 (dua) pendapatan, yaitu
pendapatan asli daerah Kota Pontianak dan pendapatan dari bantuan
pusat. Di tahun 2018 Dinas Kesehatan dananya berasal dari APBD.
Karena di Dinas Kesehatan berbeda dengan dinas-dinas yang lain,
yang mana dinas lain ada yang memisahkan dana bantuan dari pusat
dengan APBD. APBD sumber keuangannya dari BKD (Badan
Keuangan Daerah).

Dari Dinas Kesehatan contohnya Puskesmas, dimana Puskesmas


telah menerapkan BLU. Artinya pendapatan di Puskesmas didapat
dari Dinas Kesehatan dan dari pendapatan Puskesmas itu sendiri.
Dari jasa retribusi kesehatan dan jasa bpjs, tetapi semuanya sudah
ditampung di APBD tapi pertanggungjawabannya di Puskesmas.

3) Kapan anggaran Dinas Kesehatan Kota Pontianak itu didapat?

Rencana kerja anggaran ditetapkan sebelum tanggal 31 Desember


tahun sebelumnya. Namun, di Dinas Kesehatan Kota Pontianak
biasanya sebelum tanggal 31 Desember sudah ditetapkan. Pada
tanggal 1 Januari sudah diberlakukan anggaran tersebut karena sudah
ketentuannya.

4) Untuk apa anggaran tersebut digunakan?

Di tahun 2018 anggaran tersebut digunakan untuk 29 program ada


183 kegiatan semua itu tercantum didalam APBD.

5) Bagaimana proses perencanaan dari kegiatan dan anggaran Dinas


Kesehatan Kota Pontianak?

Proses perencanaan di Dinas Kesehatan ada 2 yaitu Renstra dan


Renja. Dimana Renstra disusun untuk 5 tahun sekali, Renstra
dijabarkan belanja setahun sekali. Di Renja ada rencana kerja
anggaran muncul dokumen pelaksanaan.

6) Kapan perencanaan direncanakan di Dinas Kesehatan Kota


Pontianak?

Untuk tahun 2019 direncanakan ditahun 2018, dipertengahan Juni


sudah harus disusun/dibuat untuk perencanaan tahun depan. Dimana
anggaran ada 2 jenis yaitu anggaran murni dan anggaran perubahan
sama APBN, ada APBN murni dan APBN perubahan, namun yang
biasanya digunakan setiap tahunya adalah anggaran perubahan.
Tujuannya untuk mensingkronkan pendapatan dan belanja daerah.
Karena asumsi pendapatan bisa berubah begitu pula belanja ada yang
bertambah dan ada berkurang yang mana ada yang efisien dan
efektif jadi dapat dikurangi karena masih banyak keperluan yang
lebih penting. Untuk anggaran murni ditanggal 1 Januari sedangkan
untuk anggaran perubahan dibulan Oktober-Desember.

7) Bagaimana tahapan dan standar penyusunan laporan keuangan di


Dinas Kesehatan Kota Pontianak?

Di sektor publik/pemerintahan ada 5 laporan keuangan yaitu Neraca,


LAK, LPE, LO, LRA, ditambah dengan CaLK. Di sektor publik
tidak ada laporan laba/rugi yang ada hanya surplus/defisit. Yang
kelima laporan keuangan tersebut bersifat by system sedangkan
CaLK secara manual, mengapa by system yang digunakan karena
pendapatan dan belanja sudah menggunakan aplikasi tidak lagi
manual. Standar penyusunan laporan keuangan Dinas Kesehatan
Kota Pontianak menggunakan standar berbasis akrual dan
menggunakan 2 Permendagri yaitu Permendagri Nomor 13 Tahun
2006 dan Permendagri Nomor 64 Tahun 2012, yang biasa digunakan
adalah Permedagri Nomor 13 Tahun 2006 karena terdapat
penyusunan, penatausahaan, pelaporan.

8) Siapa saja yang menyusun laporan keuangan Dinas Kesehatan Kota


Pontianak?

Yang menyusunnya adalah Pejabat Penatausahaan Laporan


Keuangan dan dibantu oleh pegawai dibidang akuntan.

b. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

1. Bagaimana perencanaan yang ada di Dinas PUPR Kota Pontianak?

Sumber perencanaan dinas PU dari musrenbang, ada musrenbang


tingkat kelurahan, kecamatan, kab/kota. Yang menyiapkannya
bappeda jika sudah selesai menjadi RKPD rencana kerja pemerintah
daerah untuk satu tahun. Selain dari pada itu ada hasil survey,
misalnya yang belum terdapat di musrenbang dinas pu survey
sendiri. Jika sudah menjadi rencana akan dibahas, yang dilibatkan
adalah instansi dan akademisi. Perencanaan dimulai dari tahun
sebelumnya, setelah jadi RKPD maka disusun RKA, untuk program
kegiatan. Dibahas oleh pihak intern dibuat tim, Sudah menjadi RKA
ditetapkan menjadi DPA, DPA siap dilaksanakan setelah itu dilelang
secara umum di BLD. Ada kajian lelang untuk para penyedia, ada
penawaran secara elektronik
2. Dari mana sumber anggaran Dinas PUPR Kota Pontianak?

Sumber Anggaran Dinas PUPR Kota Pontianak

a. Dana Alokasi Umum (DAU)

b. Dana Alokasi Khusus (DAK)

c. Dana Intensif Daerah

d. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

e. DBH Pajak Provinsi

f. DBH Pusat

3. Kapan anggaran Dinas Kesehatan Kota Pontianak itu didapat?

Anggaran Dinas PUPR diberlakukan sejak mulainya Tahun


Anggaran sampai berakhirnya Tahun Anggaran.

4. Untuk apa anggaran tersebut digunakan?

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Modal

5. Bagaimana Tahapan dan Standar Penyusunan yang digunakan dalam


Laporan Keuangan Dinas PUPR Kota Pontianak

Tahapan Penyusunan Laporan Keuangan yaitu, Perangkat Daerah


dihasilkan melalui proses akuntansi lanjutan yang dilakukan oleh
PPK-SKPD. Jurnal dan posting yang telah dilakukan terhadap
transaksi keuangan menjadi dasar dalam penyusunan laporan
keuangan.

1. PPK-SKPD menyiapkan kertas kerja.


2. PPK-SKPD melakukan rekapitulasi saldo-saldo buku besar
menjadi neraca saldo. Angka-angka saldo dari semua akun buku
besar.
3. PPK SKPD membuat jurnal penyesuaian. Jurnal ini dibuat dengan
tujuan melakukan penyesuaian atas saldo pada akun-akun tertentu
dan pengakuan atas transaksi-transaksi yang bersifat akrual.
4. Koreksi-koreksi kesalahan pencatatan merupakan koreksi
terhadap kesalahan dalam membuat jurnal dan telah diposting ke
buku besar.
5. Pengakuan aset, hutang, dan ekuitas merupakan pengakuan
terhadap kesalahan dalam membuat jurnal dan telah diposting ke
buku besar.
6. Jurnal depresiasi merupakan jurnal depresiasi terhadap aset yang
dimiliki oleh SKPD. Jurnal terkait dengan transaksi yang bersifat
accrual dan prepayment, merupakan jurnal yang dilakukan
dikarenakan adanya transaksi yang sudah dilakukan SKPD namun
pengeluaran kas belum dilakukan (accrual) atau terjadi transaksi
pengeluaran kas untuk belanja di masa yang akan datang
(prepayment). Bukti tarnsaksi yang digunakan dalam jurnal
penyesuaian berupa bukti memorial yang dilampiri dengan bukti-
bukti transaksi jika tersedia.
7. PPK-SKPD melakukan penyesuaian atas neraca saldo
berdasarkan jurnal penyesuaian yang telah dibuat sebelumnya.
8. Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan, PPK-SKPD
mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen
Neraca dan memindahkannya ke kolom “Neraca” yang terdapat
pada Kertas Kerja.
9. Dari kertas kerja yang telah selesai diisi, PPK-SKPD dapat
menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari Neraca dan
Laporan Realisasi Anggaran.
10.PPK-SKPD membuat Jurnal Penutup adalah jurnal yang dibuat
untuk menutup saldo nominal menjadi nol pada akhir periode
akuntansi. Perkiraan nominal adalah perkiraan yang digunakan
untuk Laporan Realisasi Anggaran, yaitu Pendapatan, dan
Belanja.
Standar Penyusunan Laporan Keuangan :
a. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;
d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual pada
Pemerintah Daerah.
e. Perda Kota Pontianak tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kota Pontianak beserta perubahannya
f. Peraturan Walikota Pontianak tentang Penjabaran Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pontianak beserta
perubahannya

6. Siapa saja yang menyusun Laporan Keuangan Dinas PUPR Kota


Pontianak ?
Kepala Dinas selaku Penangung Jawab, Sekretaris Dinas selaku
Koordinator/Ketua, Kasubbag selaku Sekretaris dan Anggota yang
terdiri dari Staf Subbag Keuangan.

7. Kapan Laporan Keuangan Dinas PUPR Kota Pontianak disusun


untuk Laporan yang berbentuk SPJ dibuat 1 bulan sekali sedangkan
untuk Laporan Keuangan OPD dibuat tiap tiga bulan sekali atau per
triwulan

8. Untuk apa Laporan Keuangan Dinas PUPR disusun?


Penyusunan Laporan Keuangan OPD Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kota Pontianak dimaksudkan untuk menyediakan
informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh
transaksi yang dilakukan oleh OPD Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kota Pontianak selama satu periode pelaporan.
Laporan Keuangan OPD Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kota Pontianak terutama digunakan untuk membandingkan
realisasi pendapatan, beban, dan belanja dengan anggaran yang telah
ditetapkan, menilai kondisi keuangan, menilai efektivitas dan
efisiensi Pemerintah Daerah, dan membantu menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

4.2 Analisis Laporan Keuangan

a) Analisis Laporan Keuangan Dinas Kesehatan

1) NERACA
Jumlah asset lancar pada tahun 2017 yaitu Rp 28.013.715.358,60 sedangkan
pada tahun 2016 yaitu Rp 12.022.255.137,45 menunjukkan bahwa terdapat
penambahan jumlah asset lancar. Untuk asset tetap pada tahun 2017 yaitu
Rp. 179.517.570.441,44 sedangkan pada tahun 2016 Rp. 61.987.361.622,48 .
Untuk asset lainnya yaitu pada tahun 2017 sebesar 1.065.079.237,46 .
Sedangkan pada tahun 2016 yaitu sebesar 807.138.512,00 . Menunjukkan
bahwa terdapat penambahan jumlah asset lainnya jadi untuk total asset
keseluruhan pada tahun 2017 sebesar Rp. 208.596.365.037,50. Sedangkan
jumlah asset keseluruhan pada tahun 2016 sebesar 74.816.695.271,93
menunjukkan bahwa terdapat penambahan jumah asset
Kewajiban jangka pendek pada tahun 2017 sebesar 4.247.986.053,00 untuk
tahun 2016 sebesar 1.449.111.000,00 Untuk jumlah equitas pada tahun 2017
sebesar 204.348.378.984,50 Pada tahun 2016 yaitu 73.367.584.271,93
2) Laporan Operasional
Jumlah PAD pada tahun 2017 lebih besar dibandingkan 2016 yaitu
mengalami kenaikan 34.887.111.472,77 atau sekitar 305,83% Untuk beban
operasional yaitu bebena pegawai pada tahun 2017 lebih besar dibandingkan
tahun 2016 yaitu mengalami kenaikan 22.235.642.531,00 atau sekitar
141,45% Beban barang dan jasa mengalami kenaikan sebesar
53.765.350.576,92 Atau sekitar 208,40% untuk beban penyusutan
mengalami kenaikan 16.838.746.612,14 atau sekitar 254,31% beban lain lain
mengalami kenaikan 26.597.425,93 atau sekitar 121,14% . Total beban
operasi pada tahun 2017 yaitu 207.141.587.331,83 untuk tahun 2016 yaitu
114.275.250.185,84 yaitu mengalami kenaikan 92.866.337.145,99 atau
sekitar 159,57%
Pada tahun 2017 mengalami defisit LO sebesar 156.455.345.745,80 Pada
tahun 2016 defisit LO sebsar 97.600.430.736,71 Mengalami kenaikan defisit
sebesar 58.554.915.009,09 Atau sekitar 159,81%
3) Laporan Realisasi Anggaran
Pada tahun 2016 anggaran pendapatan lebih sebesar 561.183.410,00 atau
sekitar 96,8% pada tahun 2017 anggaran kurang sebesar 1.792.584.640.77
atau sekitar 103.8% . Untuk anggaran belanja pada tahun 2016 mengalami
lebih sebesar 11.615.206.544,33 atau 90,8% Pada tahun 2016 mengalami
defisit anggaran sebesar 11.054.023.134,33 Atau sekitar 89.8%. pada tahun
2017 defisit anggaran sebesar 18.194.470.614,93 Atau sekitar 90,01%
4) Laporan Perubahan Ekuitas
Ekuitas akhir pada tahun 2017 sebesar 204.348.378.984,50, sedangkan
ekuitas akhir pada tahun 2016 sebesar 73.367.584.271,93

b) Analisis Laporan Keuangan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

1) NERACA
Jumlah asset lancar pada tahun 2017 yaitu Rp 8.989.531.350,00 sedangkan
pada tahun 2016 yaitu Rp 2.600.000,00 menunjukkan bahwa terdapat
penambahan jumlah asset lancar. Untuk asset tetap pada tahun 2017 yaitu
Rp. 577.042.439.544,52 sedangkan pada tahun 2016 Rp.
464.081.810.014,80. Untuk asset lainnya yaitu pada tahun 2017 sebesar
274.347.700,00 Sedangkan pada tahun 2016 yaitu sebesar 421.022.700,00.
Menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah asset lainnya jadi untuk
total asset keseluruhan pada tahun 2017 sebesar Rp. 586.306.318.594,52.
Sedangkan jumlah asset keseluruhan pada tahun 2016 sebesar
464.505.432.714,80 menunjukkan bahwa terdapat penambahan jumah asset .
Kewajiban pada tahun 2017 tidak ada, untuk tahun 2016 sebesar
3760.911.000,00. Untuk jumlah equitas pada tahun 2017 sebesar
586.306.318.594,52 Pada tahun 2016 yaitu 460.744.521.714,80.
2) Laporan Operasional
Jumlah PAD pada tahun 2017 lebih besar dibandingkan 2016 yaitu
mengalami kenaikan 417.602.000,00 atau sekitar 217,38% Untuk beban
operasional yaitu beban pegawai pada tahun 2017 lebih besar dibandingkan
tahun 2016 yaitu mengalami kenaikan 3.371.156.374,00 atau sekitar
150,80% Beban barang dan jasa mengalami penurunan sebesar
892.838.238,00 Atau sekitar 98.13% untuk beban penyusutan mengalami
kenaikan 13.237.307.216,84 atau sekitar 111,19% beban lain lain pada tahun
2016 Rp. 0, dan pada tahun 2017 sebesar 175.000. Total beban operasi pada
tahun 2017 yaitu 188.385.387.377,80 untuk tahun 2016 yaitu
172.669.587.024,96 yaitu mengalami kenaikan 15.715.800.352,84 atau
sekitar 109,10%
Pada tahun 2017 mengalami defisit LO sebesar 187.612.015.377,80 Pada
tahun 2016 defisit LO sebsar 172.598.604.524,96 Mengalami kenaikan
defisit sebesar 15.013.410.852,84 Atau sekitar 108,70%
3) Laporan Realisasi Anggaran
Pada tahun 2016 anggaran pendapatan kurang sebesar 40.770.000,00 atau
sekitar 112,9% pada tahun 2017 anggaran pendapatan kurang sebesar
408.372.000,00 atau sekitar 211,9% . Untuk anggaran belanja pada tahun
2016 mengalami lebih sebesar 1.659.207.500,00 atau 99,3% Pada tahun
2016 mengalami defisit anggaran sebesar 1.699.977.560,00 Atau sekitar
99,3%. pada tahun 2017 defisit anggaran sebesar 6.645.537.036,50 Atau
sekitar 97,7%
4) Laporan Perubahan Ekuitas
Ekuitas akhir pada tahun 2017 sebesar 586.306.318.594,52 sedangkan
ekuitas akhir pada tahun 2016 sebesar 460.744.521.714,80
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan instrumen manajemen


pembangunan daerah. Aspek-aspek dalam manajemen pembangunan daerah
terwadahi dalam satu atau beberapa SKPD. Penyusunan kebijakan dan
koordinasi diwadahi dalam sekretariat, pengawasan diwadahi dalam bentuk
inspektorat, perencanaan diwadahi dalam bentuk badan, unsur pendukung dalam
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik diwadahi
dalam lembaga teknis daerah, sedangkan aspek pelaksana urusan daerah
diwadahi dalam dinas daerah. Kinerja SKPD menentukan kinerja pada tiap
aspek manajemen pembangunan daerah, yang pada gilirannya, menentukan
kinerja Daerah dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat di daerah.

2. Dasar hukum dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah yaitu, PP


Nomor 71 Tahun 2010 dan Permendagri 64 Tahun 2013.

3. Maka sistem akuntansi SKPD terdiri dari 5(lima) sub system akuntansi yaitu :

1) Akuntansi Pendapatan
2) Akuntansi Belanja dan Beban
3) Akuntansi Aset
4) Akuntansi Kewajiban
5) Akuntansi Koreksi dan Penyesuaian
4. Laporan yang dihasilkan dalam prosedur akuntansi SKPD terdiri yaitu, Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas
dan Catatan atas laporan keuangan (CaLK).
5. Proses Pencatatan :
9) Pencatatan Anggaran Pada SKPD
10) Akuntansi Pendapatan SKPD
11) Akuntansi Belanja dan Beban SKPD
12) Akuntansi Aset SKPD
13) Akuntansi Kewajiban SKPD
14) Jurnal Koreksi dan Penyesuaian SKPD
15) Jurnal, Buku Besar, dan Neraca Saldo SKPD
16) Jurnal, Buku Besar, dan Neraca Saldo
6. Fungsi yang terkait dalam SKPD :
1) Bendahara Penerimaan
2) Fungsi Akuntansi-PPK-SKPD
3) Dokumen yang Digunakan
4) Catatan yang Digunakan
7. Komponen yang ada di laporan SKPD :
1) Akuntansi Belanja dan Beban SKPD
2) Akuntansi Aset SKPD
3) Akuntansi untuk koreksi kesalahan dan penyesuaian SKPD
8. Pertanggungjawaban SKPD
1) Pertanggungjawaban Penggunaan UP
2) Pertanggungjawaban Penggunaan TU
3) Pertanggungjawaban Administratif
4) Pertanggungjawaban Fungsional
5) Akuntansi Belanja
6) Akuntansi Beban
7) Jurnal Khusus Pengeluaran Uang Persediaan
8) Jurnal Khusus Penerimaan SP2D LS
9) Jurnal Pemotongan dan Penyetoran Pajak
10) Penyusunan Laporan Keuangan

5.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai