Anda di halaman 1dari 12

“AKUNTANSI AKRUAL PEMERINTAHAN “

Dosen Pengampu :

Anita De Grave, S.E., M.Si

Disusun Oleh :

KELOMPOK B :

Arlita Fira Denisa (2019620118)

Rizal Oktavian (2020620193)

Nabilla Kusuma Octaviana (2020620212)

Nur Andra Nabila (2020620254)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BALIKPAPAN

T.A 2021/2022
AKUNTANSI AKRUAL PEMERINTAHAN

Peraturan pemerintah (PP) No. 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi


pemerintahan mewajibkan pemerintah pusat dan daerah menggunakan akuntansi akrual
untuk menyusun laporan keuangan neraca, laporan operasional, dan laporan perubahan
ekuitas. Sementara itu untuk laporan realisasi anggaran dan laporan perubahan Saldo
Anggaran Lebih (SAL) masih diijinkan menggunakan akuntansi kas. Standar Akuntansi
Pemerintah hanya mengatur prinsip umum terkait definisi, pengakuan, pengukuran,
penilaian, pelaporan, dan pengungkapan. Standar akuntansi pemerintahan tidak memberi
pedoman teknis penjurnalan suatu transaksi. Untuk membantu mensukseskan implementasi
akuntansi akrual di pemerintahan khususnya di daerah, kementerian dalam negeri telah
mengeluarkan Permendagri No. 64 tahun 2013 tentang penerapan standar akuntansi
pemerintahan berbasis akrual pada pemerintah daerah. Peraturan tersebut memberikan
pedoman teknis termasuk contoh-contoh penjurnalan transaksi yang harus dilakukan.

A. PROSES PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Konsep penyusunan laporan keuangan di pemerintahan pada prinsipnya


menggunakan pendekatan home office-branch office (HOBO). Proses penyusunan
laporan keuangan pemerintah dilakukan dengan mengkonsolidasikan laporan keuangan
unit kerja yang diperlukan sebagai kantor cabang (yaitu: kementrian, lembaga, dan
SKPD) ke dalam laporan keuangan pusat (yaitu: kementrian keuangan dan satuan kerja
pengelola keuangan daerah/SKPKD). Untuk pemerintah daerah, proses penyusunan
laporan keuangan pemerintahan daerah adalah sebagai berikut:

1. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menyusun LRA, Neraca, LO, LPE, dan
CaLK. Selanjutnya laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
digabungkan dan dikonsolidasikan dengan laporan keuangan Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah (SKPKD) menjadi laporan keuangan pemerintahan daerah. Untuk
kepentingan konsolidasi, pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terdapat akun
rekening Koran (RK) Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) untuk mencatat
perpindahan kas dari kas daerah ke kas bendahara Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) atau dari kas di bendahara Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ke kas
daerah Sebaliknya pada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah) terdapat akun Rekening Koran Satuan Kerja Perangkat
Daerah.
2. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah menyusun Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih dan Laporan Arus Kas Pemerintah Daerah.
3. Proses penggabungan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah dan
penyusunan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih & Laporan Arus Kas
pemerintah daerah dilakukan oleh Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD). Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tidak perlu membuat Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih dan Laporan Arus Kas
4. Pencatatan akuntansi yang dilakukan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
meliputi akuntansi Pendapatan Laporan Realisasi Anggaran, Pendapatan Laporan
Operasional, Belanja Laporan Realisasi Anggaran, Beban Laporan Operasional, Kas
Dan Setara Kas, Piutang, Persediaan, Aset Tetap Dan Penyusutan, Aset Lainnya,
Kewajiban, Dan Koreksi Kesalahan. Sementara itu, pencatatan terkait Pendapatan
Transfer, Pembayaran, Investasi Jangka Panjang, Dan Cadangan Tidak Dilakukan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tetapi oleh Pejabat Pengelola Keuangan
Daerah (PPKD) selaku Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).

B. PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI PEMDA

Untuk bisa menjurnal transaksi keuangan dengan benar, maka terlebih dahulu perlu
dipahami persamaan dasar akuntansi. Pemahaman tentan persamaan dasar akuntansi
penting untuk menentukan ayat jurnal yang perlu dicatat di sisi debet dan kredit. Berikut
adalah persamaan dasar akuntansi pemerintahan daerah:

Aset = Kewajiban + Ekuitas + (pendapatan LO- Beban)

UNTUK PPKD UNTUK SKPD

Aset yang dicatat dan dilaporkan meliputi: Aset yang dicatat dan dilaporkan berupa:
1. Aset Lancar 1. Aset Lancar
2. Aset Tidak Lancar 2. Aset Tidak Lancar
3. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD)
Kewajiban meliputi: Kewajiban yang dicatat berupa:
1. Kewajiban Jangka Pendek 1. Kewajiban Jangka Pendek
2. Kewajiban Jangka Panjang
Ekuitas meliputi :
A. Ekuitas
B. Rencana Kerja Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah (PPKD)
C. HUBUNGAN ANTAR LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan satu dengan lainnya memiliki kaitan dalam hal aliran data
keuangan. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) memiliki keterkaitan dengan Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih. Saldo Anggaran Lebih (SAL)/Sisa lebih perhitungan
anggaran (SiLPA) (tahun berjalan) pada Laporan Realisasi Anggaran akan dimasukkan
ke dalam Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih untuk menambah saldo Saldo
Anggaran Lebih / Sisa lebih perhitungan anggaran (awal). Neraca memiliki keterkaitan
dengan Laporan Operasional (LO) dan Laporan Perubahan Ekuitas (LPE). Saldo
Surplus/Defisit pada Laporan Operasional (LO) akan menambah/mengurangi saldo
Ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas. Saldo akhir Ekuitas pada Laporan Perubahan
Ekuitas jumlahnya akan sama dengan ekuitas di Neraca.

C. TEKNIK PENCATATAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL


Sistem Akuntansi untuk memenuhi PP71/2010 akan mengakomodasi baik basis
akrual maupun basis kas dalam satu sistem. Basis akrual digunakan untuk pencatatan
transaksi yang mempengaruhi Neraca, Laporan Operasional, Dan Laporan Perubahan
Ekuitas. Sementara itu basis kas digunakan untuk pencatatan transaksi yang
mempengaruhi Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
(SAL), dan Laporan Arus Kas.
Akun “perubahan Saldo Anggaran Lebih” adalah akun lawan yang digunakan untuk
mencatat realisasi penambahan pendapatan Laporan Realisasi Anggaran, Belanja,
Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran. Apabila pendapatan
bertambah, maka akan menambah Saldo Anggaran Lebih (SAL). Apabila belanja
bertambah, maka akan mengurangi Saldo Anggaran Lebih (SAL).. Penerimaan
Pembiayaan akan menambah Saldo Anggaran Lebih (SAL), sedangkan pengeluaran
pembiayaan akan mengurangi Saldo Anggaran Lebih (SAL). Transaksi terkait
Pengakuan Aset Tetap, Kewajiban, Ekuitas, Pendapatan, dan Beban menggunakan
basis akrual sebagaimana yang lazim digunakan diterapkan di sektor bisnis.

D. PENCATATAN AKUNTANSI PADA PEMERINTAH DAERAH


1. Sistem Pencatatan Single Entry
Ada banyak sistem pencatatan buku, salah satunya adalah sistem
pencatatan buku tunggal (single entry). Dalam sistem ini, pencatatan transaksi
ekonomi hanya dilakukan satu kali. Transaksi yang mengakibatkan pemasukan kas
akan dimasukkan dalam sisi penerimaan, sedangkan yang mengurangi kas
dimasukkan dalam sisi pengeluaran.

Sistem pencatatan buku tunggal memiliki kelebihan, salah satunya adalah


mudah dipahami dan sederhana. Namun, dalam sistem ini kurang bagus untuk
pelaporan karena sulit untuk menemukan kesalahan pembukuan serta sulit
melakukan kontrol keuangan. Karena itu ada sistem pencatatan lain yang lebih baik.

2. Sistem Pencatatan Double Entry


Sistem kedua adalah pencatatan double entri atau sistem tata buku
berpasangat. Dalam sistem ini pada dasarnya setiap transaksi ekonomi yang terjadi
akan dicatat sebanyak dua kali. Pencatatan dengan menggunakan sistem ini
dinamakan menjurnal. Dalam pencatatan model ini sisi debit ada di sebelah kiri,
sedangkan sebelah kanan untuk sisi kredit. Untuk menjaga keseimbangan antara
debit dan kredit kita menggunakan persamaan :

BELANJA + ASET = EKUITAS DANA + UTANG + PENDAPATAN

Transaksi yang menambah aset akan dimasukkan dalam debit, sedangkan


mengurangi aset dimasukkan dalam kredit.

3. Sistem Pencatatan Triple Entry


Terakhir adalah sistem pencatatan triple entry, dalam sistem ini pelaksanaan
pencatatan menggunakan pencatatan double entry, tetapi ditambah pencatatan pada
buku anggaran. Jadi, pada saat pencatatan double entry dilakukan, Pejabat
Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) ataupun
bagian keuangan dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) juga
melakukan pencatatan transaksi pada buku anggaran, sehingga pencatatan ini
berimbas pada sisa anggaran.

Sebagaimana telah dijelaskan di awal bahwa sistem akuntansi pemerintah


daerah dibedakan dalam dua level, yaitu sistem akuntansi pada Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah (PPKD) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) merupakan entitas akuntansi yang bertanggung jawab untuk
menyelengarakan pencatatan akuntansi serta pelaporan akuntansi Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD). Sementara itu PPKD bertanggung jawab untuk
menyelengara akuntansi pada unit Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)
serta melakukan konsolidasi laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) untuk menghasilkan laporan keuangan pemerintah daerah

Untuk memberikan gambaran penerapan akuntansi akrual pada pemerintah daerah,


berikut merupakan contoh jurnal transaksi yang perlu dicatat oleh PPKD dan SKPD

 Akuntansi PPKD
1. Pada awal tahun, pemerintah daerah memiliki ringkasan anggaran tahun berjalan
sebagai berikut :
Pendapatan 650.000.000.000
Belanja 700.000.000.000
Surplus(Defisit) (50.000.000.000)
Pembiayaan Penerimaan 75.000.000.000
Pembiayaan Pengeluaran (25.000.000.000)
SiLPA 0

Jurnal :
Estimasi Pendapatan 650.000.000.000
Estimasi Penerimaan 75.000.000.000
Apropriasi Belanja 700.000.000.000
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan 25.000.000.000

2. Pencatatan Penerimaan Pendapatan Pajak


a. Pada saat dikeluarkan surat ketetapan pajak daerah, pemerintah daerah sudah
mengakui adanya pendapatan pajak daerah. Sebagai contoh, januari 2016
dikeluarkan SKP Pajak Bumi dan Bangunan untuk hotel “Nyaman” sebesar Rp
5.000.00,- jatuh tempo pembayaran tanggal 30 September 2016.
Jurnal :
05/01/2016 Piutang Pendapataan Pajak PBB 5.000.000
Pendapatan Pajak PBB-LO 5.000.000

b. Pada tanggal 15 JUni 2016, Hotel “Nyaman” membayar pajak PBB sebesar Rp
5.000.000,- melalui bank atas nama pemerintah daerah.
Jurnal :
15/06/2016 Kas di Kas Daerah 5.000.000
Piutang Pendapatan Pajak PBB 5.000.000

15/06/2016 Estimasi Perubahan SAL 5.000.000


Pendapatan Pajak PBB LRA 5.000.000

3. Pencatatan penerimaan pendapatan transfer


a. Pendapatan dicatat ketika diterbitkan dokumen resmi penetapan DAU. Sebagai
contoh tanggal 10 Januari Pemerintah Pusat mengeluarkan SK berisi
pengumuman tentang alokasi dana DAU untuk pemerintah daerah seluruh
Indonesia. DAU untuk Pemda “Pancasila” ditetapkan sebesar Rp 300 milyar,
Pencairan per bulan sebesar Rp 25 milyar. Berdasarkan pengumuman tersebut,
maka pemerintah daerah sudah dapat mengakui sebagai pendapatan meskipun
belum diterima kasnya.
Jurnal :
10/01/2016 Piutang Pendapatan DAU 300.000.000.000
Pendapatan DAU-LO 300.000.000.000

b. Pada tanggal 15 Januari 2016 diterima pencairan DAU untuk bulan Januari
sebesar Rp 25 milyar.
Jurnal :
15/01/2016 Kas di Kas Daerah 25.000.000.000
Piutang Pendapatan Pajak PBB 25.000.000.000

15/01/2016 Estimasi Perubahan SAL 25.000.000.000


PerubahAn DAU-LRA 25.000.000.000
4. Pencatatan penerimaan hibah
Apabila pemerintah daerah menerima hibah, maka akan dicatat sebagai pendapatan
hibah. Jika hibah berupa uang, maka akan mempengaruhi LO dan LRA, sedangkan
jika berupa barang maka hanya akan dicatat di LO.
a. Sebagai contoh, pada tanggal 5 Juni 2016 pemerintah daerah menerima hibah
10 unit mobil truk sampah dari pemerintah Jepang. Karena tidak diketahui harga
pasar mobil truk tersebut, pemerintah daerah melalui jasa penilai melakukan
penilaian atas nilai mobil truk sampah tersebut. Berdasarkan hasil penialaian
oleh penilai, ditetapkan nilai per unit mobil sebesar Rp 200 juta, sehingga total
nilai hibah sebesar Rp 2 milyar.
Jurnal :
05/06/2016 Aset Tetap – Kendaraan 2.000.000.000
Pendapatan Hibah – LO 2.000.000.000

b. Pada Tanggal 9 Agustus 2016 pemerintah daerah menerima hibah tunai sebesar
Rp 500 juta dari perusahaan setempat yang merupakan bagian dari dana CSR
perusahaan.
Jurnal :
09/08/2016 Kas di Kas Daerah 500.000.000
Pendapatan Hibah-LO 500.000.000

09/08/2016 Estimasi Perubahan SAL 500.000.000


Pendapatan Hibah-LRA 500.000.000

5. Pencatatan penerimaan pendapatan non-operasional


Merupakan pendapatan selain dari PAD, transfer, hibah, dan dana darurat yang tidak
berasal dari kegiatan utama pemerintahan. Yang termasuk pendapatan ini meliputi,
pendapatan dari pelepasan aset, nonlancar, misalnya Investasi Jangka Panjang dan
Penjualan Aset Tetap.
Contoh pada tanggal 25 Oktober 2016, pemerintah daerah melepas kepemilikan
saham yang ada pada perusahaan air minum PT Airkita. Pemda memiliki 1 juta
lembar saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per lembar. Harga jual per lembar
saham sebesar Rp 2.000,-
Jurnal :
25/10/2016 Kas di Kas Daerah 2.000.000.000
Surplus Pelepasan Investasi Jk. 2.000.000.000
Panjang-LO 2.000.000.000
Investasi Saham 2.000.000.000

25/10/2016 Estimasi Perubahan SAL 2.000.000.000


Penerimaan Pembiayaan LRA 2.000.000.000

6. Pencatatan perolehan investasi


Pemerintah daerah memungkinkan memperoleh investasi melalui pembelian saham,
obligasi atau surat berharga lainnya. Pengeluaran kas daerah untuk perolehan
investasi akan mempengaruhi neraca dan LRA. Contoh, pada tanggal 7 Maret 2016,
pemerintah daerah mengakuisisi PT ABC, sebuah perusahaan tambang dengan nilai
perolehan investasi sebesar Rp 100 milyar.
Jurnal :
07/03/2016 Investasi Jangka Panjang-Saham 100.000.000.000
Kas di Kas Daerah 100.000.000.000

07/03/2016 Pengeluaran Pembiayaan-Penyertaan Modal 100.000.000.000


Estimasi Perubahan SAL 100.000.000.000

7. Pencatatan perolehan aset tetap


Aset tetap yang diperoleh melalui pembelian dengan uang kas daerah akan
mempengaruhi neraca dan LRA. Apabila aset tetap diperoleh melalui hibah maka
akan mempengaruhi neraca dan LO.
Contoh, pada tanggal 13 September 2016, pemerintah daerah membeli mobil dinas
kepala daerah seharga Rp 600 juta. Biaya pengadaan hingga mobil dinas siap
dipakai sebesar Rp 50 juta.
Jurnal :
13/09/2016 Aset Tetap-Mobil 650.000.000
Kas di Kas Daerah 650.000.000

13/09/2016 Belanja Modal-Kendaraan Dinas 650.000.000


Estimasi Perubahan SAL 650.000.000

8. Pencatatan beban
Beban merupakan segala bentuk pengeluaran operasional yang mempengaruhi
LO,LRA, dan neraca.
Contoh, pada tanggal 25 Februari 2016 diterbitkan SP2D LS untuk membayar beban
bantuan social sebesar RP 100 juta.
Jurnal :
25/02/2016 Beban Bantuan Sosial-LO 100.000.000
Kas di Kas Daerah 100.000.000

25/02/2016 Belanja Bantuan Sosial-LRA 100.000.000


Estimasi Perubahan SAL 100.000.000

9. Pencatatan pembayaran kewajiban


Transaksi pembayaran utang akan mempengaruhi neraca dan LRA.
Contoh, pada tanggal 10 Oktober 2016, pemerintah daerah membayar angsuran
utang jangka Panjang sebesar Rp 200 juta.
Jurnal :
10/10/2016 Kewajiban Jangka Panjang 200.000.000
Kas di Kas Daerah 200.000.000

10/10/2016 Pengeluaraan Pembiayaan-Pembayaran Utang 200.000.0000


Estimasi Perubahan SAL 200.000.000
10. Jurnal Penutup
Pada akhir tahun, PPKD membuat jurnal penutup untuk menutup akun nominal LO
dan LRA. Jurnal penutup diperlukan untuk memulai tahun buku baru yang dimulai
dengan saldo awal nol untuk setiap akun terkait LO dan LRA.
Contoh ringkasa realisasi anggaran pemerintah daerah :
Anggaran Realisasi
Pendapatan Rp 650.000.000.000 Rp 680.000.000.000
Belanja 700.000.000.000 670.000.000.000
Surplus/Defisit (50.000.000.000) 10.000.000.000
Pembiayaan Penerimaan 75.000.000.000 75.000.000.000
Pembiayaan Pengeluaran (25.000.000.000) 25.000.000.000
SiLPA 0 60.000.000.000

a. Jurnal Penutup untuk jurnal penganggaran


31/12/2016 Apropriasi Belanja 700.000.000.000
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan 25.000.000.000
Estimasi Pendapatan 650.000.000.000
Estimasi Penerimaan Pembiayaan 75.000.000.000

b. Jurnal Penutup untuk menutup realisasi anggaran ke akun surplus/deficit-LRA


31/12/2016 Pendapatan-LRA 680.000.000.000
Penerimaan Pembiayaan 75.000.000.000
Estimasi Perubahan SAL 50.000.000.000
Belanja-LRA 670.000.000.000
Pengeluaraan Pembiayaan 25.000.000.000
Surplus/Defisit-LRA 10.000.000.000

c. Jurnal Penutup untuk menutup Surplus/Defisit – LRA pada akun Estimasi


Perubahan SAL :
31/12/2016 Surplus/Defisit-LRA 10.000.000.000
Estimasi Perubahan SAL 10.000.000.000

d. Jurnal Penutup LO
31/12/2016 Pendapatan-LO xxx
Surplus/Defisit-LO xxx
Beban xxx

31/12/2016 Surplus/Defisit-LO xxx


Ekuitas xxx

2. Akuntansi SKPD
1. Pada awal tahun 1 Januari 2016, Dinas A memiliki ringkasan anggaran tahun
2016 sebagai berikut :
Pendapatan Rp 50.000.000.000
Belanja Rp 52.000.000.000
Surplus(Defisit) (Rp 2.000.000.000)

Jurnal :
Estimasi pendapatan 50.000.000.000
Estimasi Perubahan SAL 2.000.000.000
Aprosiasi Belanja 52.000.000.000

2. Pencatatan Penerimaan Pendapatan Pajak Daerah


a. Pada tanggal 2 Januari 2016 dikeluarkan SKP Pajak Parkir untuk Wajib Pajak
pengelola parkir di Mall Surga Belanja sebesar Rp 4.000.000,- untuk pajak
terutang bulan Januari 2016. Jatuh tempo pembayaran tanggal 31 Januari
2016.
Jurnal :
2/1/2016 Piutang Pendapatan Pajak Parkir 4.000.000
Pendapatan Pajak Parkir – LO 4.000.000

b. Pada tanggal 20 Januari 2016, wajib pajak membayar pajak parkir sebesar
Rp 4.000.000,- melalui bendahara penerimaan di SKPD A. bendahara
penerimaan menyetorkan penerimaan pajak parkir tersebut ke rekening kas
daerah tanggal 21 Januari 2016.
Jurnal :
20/1/2016 Kas di Bendahara Penerimaan 4.000.000
Piutang Pendapatan Pajak Parkir 4.000.000
20/1/2016 Estimasi Perubahan SAL 4.000.000
Pendapatan Pajak Parkir - LRA 4.000.000
21/1/2016 RK PPKD 4.000.000
Kas di Bendahara Penerimaan 4.000.000

3. Pencatatan Pengeluaran Belanja


a. Pada tanggal 3 Januari 2016, Bendahara Pengeluaran Dinas A membuat
SPP UP sebesar Rp 50.000.000,- SPP UP diajukan ke Pejabat
Penatausahaan Keuangan SKPD(PPK-SKPD) untuk disiapkan SPM dan
selanjutnya dimintakan otorisasi Pengguna Anggaran . SPM diterbitkan
tanggal 5 Januari dan langsung diserahkan kepada BUD. BUD menerbitkan
SP2D atas pengajuan UP ini pada tanggal 8 Januari 2016. Tanggal 23
Januari bendahara pengeluaran melakukan pembayaran atas belanja ATK
sebesar Rp 17.000.000,-
Jurnal :
8/1/2016 Kas di Bendahara Pengeluaran 50.000.000
RK PPKD 50.000.000
23/1/2016 Beban ATK – LO 17.000.000
Kas di Bendahara Pengeluaran 17.000.000
23/1/2016 Belanja ATK – LRA 17.000.000
Estimasi Perubahan SAL 17.000.000

b. Pada tanggal 10 April 2016,Bendahara Pengeluaran membayar honorarium


pegawai sebesar Rp 10.000.000,- dengan menggunakan uang persediaan.
Jurnal :
10/4/2016 Beban Pegawai – LO 10.000.000
Kas di Bendahara Pengeluaran 10.000.000
10/4/2016 Belanja Pegawai – LRA 10.000.000
Estimasi Perubahan SAL 10.000.000

c. Pada tanggal 1 Mei 2016, bendahara pengeluaran membayar gaji pegawai


sebesar Rp 75.000.000,- dengan menggunakan SP2D LS.
Jurnal :
1/5/2016 Beban Pegawai – LO 75.000.000
RK PPKD 75.000.000
1/5/2016 Belanja Pegawai – LRA 75.000.000
Estimasi Perubahan SAL 75.000.000

d. Pada tanggal 1 Juni 2016, Dinas A memesan seragam pakaian dinas


sebesar Rp 20 juta. Pihak ketiga selaku penyedia barang menyerahkan
pakaian seragam tanggal 10 Juli 2016. Berita acara serah terima barang
dikeluarkan tanggal 10 Juli 2016. Bendahara pengeluaran pada tanggal 11
Juli 2016 kemudian mengajukan SPP LS untuk membayar tagihan pihak
ketiga atas pengadaan pakaian dinas tersebut. Berdasarkan SPP-LS dari
bendahara pengeluaran, ppk-skpd menyiapkan SPM untuk diotorisasi
pengguna anggaran dan diajukan ke  BUD.  BUD mengeluarkan SP2D LS 
tanggal 15 Juli 2016. 
Jurnal :
10/7/2016 Beban Barang dan jasa - LO 20.000.000
Utang Beban Barang dan Jasa 20.000.000

15/7/2016 Utang Barang dan Jasa 20.000.000


RK - PPKD 20.000.000
15/7/2016 Belanja Barang dan Jasa - LRA 20.000.000
Estimasi Perubahan SAL 20.000.000

4. Pencatatan Aset Tetap


a. Pengadaan aset tetap akan mempengaruhi neraca dan LRA. Sebagai
contoh, pada tanggal 9 Agustus 2016 Dinas A membeli 10 unit komputer
dengan harga perolehan Rp 40 juta. Pihak ketiga menyerahkan komputer
tanggal 10 Agustus 2016. SP2D LS untuk membayar pihak ketiga atas
pembelian komputer tersebut dikeluarkan tanggal 15 Agustus 2016.
Jurnal :
10/8/2016 Aset Tetap – Komputer 40.000.000
Utang Belanja Modal 40.000.000
15/8/2016 Utang Belanja Modal 40.000.000
RK PPKD 40.000.000
15/8/2016 Belanja Modal – LRA 40.000.000
Estimasi Perubahan Sal 40.000.000

b. Penghapusan aset tetap akan mempengaruhi neraca dan LO. Sebagai


contoh pada tanggal 13 Oktober 2016 Dinas A melelang mobil dinas Kijang
LGX yang dibeli tahun 2005. Harga perolehan aset mobil tersebut tahun 2005
sebesar Rp 200 juta. Akumulasi penyusutan sampai akhir tahun 2016
sebesar Rp 150 juta. Berdasarkan hasil lelang, mobil tersebut laku Rp 70
juta.
Jurnal ;
13/10/2016 RK PPKD 70.000.000
Akumulasi Penyusutan-Mobil 150.000.000
Surplus penjualan Aset Tetap – LO 20.000.000
Aset Tetap 200.000.000

c. Penghapusan aset tetap karena pemusnahan akan mempengaruhi neraca


dan LO. Sebagai contoh, pada tanggal 15 Desember 2016 Dinas A
menghapusbukukan aset tetap yang hilang dicuri. Nilai buku aset sebesar Rp
30 juta, akumulasi penyusutan sebesar Rp 10 juta.
Jurnal :
15/12/2016 Akumulasi Penyusutan-Mobil 10.000.000
Defisit dari Kegitaan Non-Operasional – LO 20.000.000
Aset Tetap 30.000.000

5. Jurnal Penutup
Pada akhir tahun Dinas A memiliki ringkasan realisasi anggaran :
Anggaran Realisasi
Pendapatan Rp 50.000.000.000 Rp 51.000.000.000
Belanja Rp 52.000.000.000 Rp 50.500.000.000
Surplus/(Defisit) (Rp 2.000.000.000) Rp 500.000.000

a. Jurnal penutup untuk menutup jurnal penganggaran


31/12/2016 Apropriasi Belanja 52.000.000.000
Estimasi Perubahan SAL 2.000.000.000
Estimasi Pendapatan 50.000.000.000

b. Jurnal penutup untuk menutup realisasi anggaran ke akun surplus/defisit –


LRA
31/12/2016 Pendapatan-LRA 51.000.000.000
Belanja-LRA 50.500.000.000
Surplus/Defisit LRA 500.000.000

31/12/2016 Surplus/Defisit 500.000.000


Estimasi perubahan SAL 500.000.000

c. Jurnal Penutup LO
31/12/2016 Pendapatan-LO xxx
Surplus/Defisit-LO xxx
Beban xxx

31/12/2016 Surplus Defisit-LO xxx


Ekuitas xxx

Anda mungkin juga menyukai