Anda di halaman 1dari 4

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah serangkaian prosedur baik manual maupun

terkomputerisasi, mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan


pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah pusat. Sistem Akuntansi Pemerintah
Pusat (SAPP) yang dijelaskan dalam PMK Nomor 215 Tahun 2016, SAPP terdiri dari aturan yang
disusun secara sistematik yang bertahapan, terorganisir, terdiri dari peralatan dan komponen lain.
Aturan sistematik dilakukan untuk melaksanakan fungsi, mulai dari pengumpulan, penyimpanan,
serta pengikhtisaran dokumen terkait. Dari proses bisnis tersebut akan menghasilkan Laporan Posisi
Keuangan dan Laporan Operasi Keuangan dari Pemerintah Pusat. Sesuai dengan UU Nomor 1 Tahun
2004, hasil Laporan SAPP yang sesuai dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi dapat digunakan
sebagai informasi bagi pengambilan keputusan oleh pemerintah. SAPP wajib diselenggarakan oleh 3
unit yaitu, unit Pemerintah Pusat, Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemda dengan dana
berasal dari APBN, serta Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pelaksana Anggaran BUN.
Sedangkan unit atau instansi yang dikecualikan dari proses SAPP yaitu, Pemda yang dananya berasal
dari APBD, BUMN, dan BUMD.

Ruang lingkup SAPP adalah pemerintah pusat (dalam hal ini lembaga tinggi Negara dan lembaga
eksekutif) serta pemda yang mendapatkan dana dari APBN (terkait dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan) sehingga tidak dapat diterapkan untuk lingkungan pemda atau lembaga keuangan
Negara. Penerapan Sistem Akuntansi Pernerintah Pusat (SAPP) adalah untuk unit-unit organisasi
pemerintah pusat yang keuangannya dikelola langsung oleh pemerintah pusat, seperti lembaga
tertinggi Negara (MPR), lembaga tinggi negara (DPR, DPA, MA), departemen atau lembaga
nondepartemen, Sedangkan SAPP tidak diterapkan untuk pemerintah daerah, BUMN / BUMD, bank
pemerintah, dan lembaga keuangan milik pemerintah.

Tujuan dari SAPP adalah :

1. Menjaga Aset (safeguardingasset); agar aset pemeritah dapat terjaga melalui serangkaian
proses pencatatan, pengolahan, dan pelaporan keuangan yang konsisten sesuai dengan standar
2. Memberikan informasi yang relevan (relevant); menyediakan informasi yang akurat dan tepat
waktu tentang anggaran dan pemerintah pusat, baik secara nasonal maupun instansi yang
berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap penilaian
kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan tujuan akuntabilitas
3. Memberikan informasi yang dapat dipercaya (reliability) tentang posisi keuangan suatu instansi
dan pemerintah pusat secara keseluruhan
4. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan dan pengendalian kegiatan
dan keuangan pemerintah secara efisien (feedback and predictability)

Untuk mencapai tujuannya tersebut, SAPP memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Basis Akuntansi. SAPP menggunakan basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan
basis akrual untuk neraca
b. Sistem Pembukuan Berpasangan. Sistem pembukuan berpasangan (double entry system)
didasarkan atas persamaan dasar akuntansi.
c. Sistem yang Terpadu dan Terkomputerisasi. SAPP terdiri atas subsistemsubsistem yang salain
berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan; serta proses pembukuan
dan pelaporannya sudah dikomputerisasi
d. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi. Dalam pelaksanaannya, kegiatan akuntansi dan
pelaporan dilakukan secara berjenjang oleh unit-unit akuntansi, baik di pusat maupun daerah
e. Bagan Perkiraan Standar. SAPP menggunakan perkiraan standar yang ditetapkan oleh menteri
keuangan yang berlaku untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi.

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) menghasilkan 7 LK yang disusun dan dikembangkan
menurut ketentuan SAP. Adapun 7 jenis LK tersebut di antaranya sebagai berikut:

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA), pada bagian ini menampilkan seluruh penjelasan atas
perbandingan data Tahun Anggaran yang Lalu (THYL) dengan Tahun Anggaran Berjalan (TAB). Hal
yang perlu dibandingkan seperti surplus/defisit, SiLPA, pendapatan, transfer, dan belanja negara.
2. Laporan Arus Kas (LAK), pada bagian ini terdapat informasi dari arus kas masuk dan keluar
berdasarkan kegiatan operasi, pendanaan, investasi, maupun transitoris.
3. Laporan Operasional (LO), pada bagian ini berisi hal-hal yang menambah ekuitas dan
penggunaannya.
4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), pada bagian ini terdapat penjelasan atas naik turunnya ekuitas.
5. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL), pada bagian ini terdapat informasi atas
perbandingan naik turunnya antara SAL THYL dengan TAB.
6. Neraca, pada bagian ini disajikan aset, ekuitas, dan utang dalam Laporan Posisi Keuangan.
7. Catatan Laporan Keuangan (CaLK), pada bagian ini dijelaskan informasi tambahan atas isi LK
secara rinci, seperti lampiran, analisis/daftar rincian.

Penjelasan:

Kerangka SAPP terbagi menjadi 2 yaitu, Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan Sistem Akuntansi
Bendahara Umum Negara (SA BUN). Dari SAI akan dibagi lagi menjadi 2 jenis sistem, SAIBA dan Simak
BMN. Sedangkan SA BUN terdiri dari 10 sistem yaitu, SiAP, SA UP, SiKUBAH, SA IP, SA PPP, SA TD, SA
BS, SA BL, SA TK, dan SA PBL.

Sistem Akuntansi Pusat (SiAP)

SiAP merupakan serangkaian prosedur manual maupun terkomputerisasi, mulai dari pengumpulan
data, pencatatan, pengkhtisaran, sampai pelaporan posisi dan operasi keuangan pada Kementerian
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). SiAP memproses data transaksi KUN dan
Akuntansi Umum.

SiAP terdiri atas :

a. SAKUN; yaitu subsistem SiAP yang menghasilkan laporan arus kas dan neraca KUN
b. SAU; yaitu subsistem SiAP yang akan menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah
Pusat dan Neraca

Proses pembuatan laporan yang dihasilkan SiAP adalah sebagai berikut:

1. KPPN menyusun Laporan Arus Kas, Neraca KUN, dan LRA di wilayah kerjanya. Laporan tersebut
disampaikan ke Kantor Wilayah Direktoran Jenderal Perbendaharaan setiap bulan. KPPN Khusus
memproses data transaksi pengeluaran yang berasal dari BLN. KPPN Khusus menyampaikan
laporan tersebut beserta data transaksi ke DIA setiap bulan.
2. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan menyusun laporan keuangan berupa
Laporan Arus Kas, Neraca KUN, dan LRA SAU di tingkat wilayah yang merupakan hasil
penggabungan laporan keuangan seluruh KPPN di wilayah kerjanya. Laporan keuangan tersebut
disampaikan ke Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dalam hal ini DIA setiap bulan.
3. Direktorat Jenderal Perbendaharaan menyusun laporan keuangan berupa: Laporan Arus Kas,
Neraca KUN, dan LRA yang merupakan hasil penggabungan laporan keuangan seluruh unit
Dirjen Perbendaharaan, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Sistem Akuntansi Instansi

SAI adalah serangkaian prosedur manual maupun terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada
kementerian negara/lembaga.

SAI terdiri atas dua subsistem, yaitu:

 SAK; Subsistem dari SAI yang menghasilkan informasi mengenai LRA, neraca, dan catatan
atas laporan keuangan milik kementerian/instansi.
 SABMN, subsistem dari SAI yang merupakan serangkaian prosedur yang saling berhubungan
untuk mengolah dokumen sumber dalam rangka menghasilkan informasi untuk menyusun
neraca dan laporan Barang Milik Negara serta laporan manajerial lainnya menurut ketentuan
yang berlaku.

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat merupakan laporan keuangan yang dibuat oleh Pemerintah
Pusat dalam rangka transparansi dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN). Yang terdiri dari:

1. Laporan realisasi anggaran


2. Neraca
3. Laporan arus kas
4. Catatan atas laporan keuangan

Disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. LKPP Merupakan konsolidasi laporan
keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang disusun dengan berdasarkan praktik terbaik
internasional (best practice) dalam pengelolaan keuangan Negara. LKPP diterbitkan setiap tahun, dan
pertama kali diterbitkan pada tahun 2004 sejak Indonesia merdeka sebagai bentuk pertanggung
jawaban keuangan pemerintah. LKPP disusun oleh Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan,
Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan Indonesia.

Saat ini laporan keuangan pemerintah pusat disusun berdasarkan penerapan akuntansi basis kas
menuju akrual. Pada tahun 2015 penerapan basis akrual diberlakukan di Indonesia sehingga laporan
keuangan yang diberi opini oleh Badan Pemeriksa Keuangan adalah yang berbasis akrual.

Komponen laporan keuangan pemerintah berbasis akrual terdiri dari:

1. Laporan Pelaksanaan Anggaran (Basis Kas), yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran dan
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
2. Laporan Finansial (Basis Akrual), yang terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas. Adapun Laporan Operasional (LO) disusun untuk
melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan LO, Laporan
Perubahan Ekuitas dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Catatan Atas Laporan Keuangan (Penjelas atas semua entitas LKP)

http://eprints.pknstan.ac.id/1116/5/06.%20Bab%20II_Afifah%20Zulianuriauwani_1302190583.pdf

https://www.hashmicro.com/id/blog/sistem-akuntansi-pemerintah-pusat/#klasi

https://jagoakuntansi.com/2017/11/13/sistem-akuntansi-pemerintahan-pusat-sapp-3/

https://id.wikipedia.org/wiki/Laporan_Keuangan_Pemerintah_Pusat

https://jagoakuntansi.com/2017/11/05/sistem-akuntansi-pemerintahan-pusat-sapp-2/

Anda mungkin juga menyukai