Anda di halaman 1dari 8

A.

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat


Sistem akuntansi pemerintah pusat (SAPP) adalah serangkaian prosedur, baik manual
maupun terkomputerisasi, mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran,
sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah pusat.
Ruang lingkup SAPP adalah pemerintah pusat (dalam hal ini lembaga tinggi Negara dan
lembaga eksekutif) serta pemda yang mendapatkan dana dari APBN (terkait dana
dekonsentrasi dan tugas pembantuan) sehingga tidak dapat diterapkan untuk lingkungan
pemda atau lembaga keuangan Negara.
B. Tujuan dari SAPP adalah:
 Menjaga asset (safe guarding asset), agar asset pemerintah dapat terjaga melalui
serangkaian proses pencatatan, pengolahan dan pelaporan keuangan yang konsisten
sesuai dengan standar.
 Memberikan informasi yang relevan, menyediakan informasi yang akurat dan tepat
waktu tentang anggaran dan kegiatan keuangan pemerintah pusat.
 Memberikan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi dan
pemerintah pusat secara keseluruhan.
 Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan, dan
pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien.

Untuk mencapai tujuan tersebut, SAPP memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Basis akuntansi.
SAPP menggunakan basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan basis
akrual untuk neraca.
2) Sistem Pembukuan Berpasangan
Sistem pembukuan berpasangan didasarkan atas persamaan dasar akuntansi, yaitu
asset = utang +ekuitas dana.
3) Sistem yang terpadu dan terkomputerisasi
SAAP terdiri atas subsistem-subsistem yang saling berhubungan dan merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan
4) Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi
Dalam pelaksanaannya kegiatna kauntansi dan pelaporan dilakukan secara berjenjang
oeh unit-unit akuntansi, baik pusat maupun daerah.
5) Badan Perkiraan Standar
SAAP menggunakan perkiraan standar yang ditetapkan oleh menteri keuangan yang
berlaku.

SAAP terbagi menjadi 2 subsistem, yaitu:

1) Sistem akuntansi Pusat (SiAP) merupakan bagian SAPP yang dilaksanakan oleh
Direktorat Informasi dan Akuntansi (DIA) yang akan menghasilkan laporan keuangan
pemerintah pusat untuk pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. SiAP sendiri
terbagi menjadi 2 subsistem, yaitu Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)
dan Sistem Akuntansi Umum (SAU).
2) Sistem akuntansi Instansi (SAI) merupakan bagian SAPP yang akan menghasilkan
laporan keuangan untuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran instansi. SAI
sendiri terbagi menjadi 2 subsistem, yaitu system Akuntansi keuangan (SAK) dan
Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN).
C. Sistem Akuntansi Pusat
SiAP merupakan serangkaian prosedur manual maupun terkomputerisasi, mulai dari
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai pelaporan posisi dan operasi
keuangan pada menteri keuangan selaku bendahara umum Negara(BUN). SiAP
memproses data transaksi KUN dan Akuntansi umum. SiAP terdiri atas:
 SAKUN (Sistem Akuntansi Kas Umum Negara) yang menghasilkan laporan arus
kas dan Neraca KUN.
 Sistem Akuntansi Umum (SAU) yang menghasilkan laporan realisasi anggaran
dan neraca SAU.
D. Sistem Akuntansi Instansi
E. SAI adalah serangkaian prosedur manual terkomputerisasi mulai dari pengumpulan
data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan
operasi keuangan pada kementrian negara/lembaga.
SAK terdiri atas dua subsistem, yaitu:
 SAK, susbsistem dari SAI yang menghasilkan informasi mengenai LRA,
neraca, dan catatan atas laporan keyangan milik kementrian/instansu
 SABMN, subsistem dari SAI tyang merupakan serangkaian prosedur yang
saling berhubungan untuk mengenlolah sumber dalam rangka menghasilkan
informasi untuk menyusun neraca dan laporan Barang Milik Negara serta
laporan manajerial lainnya menurut ketentuan yang berlaku.
F. Sistem Akuntansi Keuangan
SAK seperti halnya SAU, menghasilkan LRA, Neraca, dan Catatan atas Laporan
keuangan, namun laporan keuangan yang dihasilkan tersebut merupakan laporan
keuangan pada tingkat kementrian / lembaga.
Dikarenakan dalam struktur organisasi kementrian / lembaga sangat berjenjang
dimulai dari kementrian/ lembaga sampai dengan kantor / satuan kerja, maka dalam
pelaksanaannya, dibentuk unit akuntansi keuangan pada jenjang-jenjang tersebut. Proses
akuntansi diawali dari unit terendah, yaitu unit akuntansi pada level kantor. Laporan
keuangan yang dihasilkan kemudian akan diberikan kepada unit akuntansi diatasnya
untuk digabung. Demikian seterusnya, sehingga pada akhirnya akan diperoleh laporan
keuangan pada tingkat kementrian / lembaga.
Unit akuntansi keuangan yang telah dijelaskan di bagian sebelumnya adalah:
 Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA), yang berada pada level
Kementrian/ Lembaga
 Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran-Eselon 1 (UAPPA-E1), yang
berada pada level eselon 1.
 Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran-Wilayah (UAPPA-W) yang
berada pada tingkat wilayah.
 Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) yang berada pada level
Kuasa Pengguna Anggaran (Kantor)
G. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara
Secara umum, barang adalah bagian dari kekayaan yang merupakan satuan
tertentu yang dapat dinilai / dihitung / diukur / ditimbang, tidak termasuk uang dan
surat berharga. Menurut UU Nomor 1 Tahun 2004, Barang Milik Negara adalah
semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah. Contoh perolehan lainnya yang sah adalah hibah atau rampasan /
sitaan. Tidak termasuk dalam pengertian Barang Milik Negara adalah barang-barang
yang dikuasai atau dimiliki oleh:
 Pemda (berusmber dari APBD)
 BUMN/BUMD
 Bank Pemerintah dan lembaga keuangan milik pemerintah

Dalam akuntansi pemerintah pusat, SABMN sebagai subsistem dari Sistem Informasi
Akuntansi bertujuan menghasilkan neraca dan laporan barang milik daerah. Untuk
mencapai tujuan tersebut, Kementrian / Lembaga membentuk Unit Akuntansi Barang
sebagai berikut:

 Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB), berada pada level Kementrian /


Lembaga. Penanggungjawabnya adalh menteri / pimpinan lembaga.
 Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang-Eselon 1 (UAPPB-E1), yang
berada pada level eselon 1. Penanggungjawabnya adalahpejabat eselon 1.
 Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang-Wilayah (UAPPB-W) yang
berada pada tingkat wilayah. Penanggungjawabnya adalah kepala kantor
wilayah atau kepala unit kerja yang ditetapkan sebagai UAPPB-W.
 Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) yang berada pada level
Kuasa Pengguna Anggaran (kantor). Penanggungjawabnya adalh kepala
kantor / satuan kerja.
Unit Akuntansi Barang, selain melakukan proses terhadap dokumen sumber untuk
menghasilkan laporan barang milik negara, juga wajib berkoordinasi dengan Unit
Akuntansi Keuangan untuk penyusunan neraca serta dalam pembuatan catatan atas
laporan keuangan khususnya catatan mengenai barang milik negara.
H. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Dana Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan
Dalam penyelenggaran pemerintahan, pemerintah menggunakan asas:
 Desentralisasi; penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Dekosentrasi; pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertical di
wilayah tertentu.
 Dekosentrasi; pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertical di
wilayah tertentu.

Dana yang terkait dengan desentralisasi merupakan dana yang bersumber dari
APBN dan dalam pelaksanaannya ditransfer lansung ke Kas Umum Daerah. Dana
ini berupa dana pertimbangan (dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan dana
bagi hasil). Terhadap dana ini, pelaporan dan pertanggungjawaban dilakukan di
masing-masing daerah.
Namun untuk dana dekonsentrasi dan dana tugas perbantuan, satuan kerja yang
menerima melaporkan dan mempertanggungjawabkan penggunaan dana tersebut
K/L teknis yang terkait. Pertanggungjawaban dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan ini akan digabung dengan laporan keuangan dan laporan barang milik
Negara (yang telah dijelaskan SAI) sehingga menjadi laporan keuangan
Kementerian/Lembaga dan laporan barang milik Negara kementerian/lembaga.

I. Laporan Keuangan Pemerintahan Pusat


Laporan Keuangan merupakan output yang dihasilkan dari suatu system akuntansi.
Untuk pemerintah pusat, laporan keuangan yang dihasilkan merupakan laporan keuangan
konsolidasi dari laporan keuangan dua subsistemnya, yaitu: Laporan keuangan yang
dihasilkan SiAP dan SAI. Laporan Keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah pusat
adalah:
 LRA
 Neraca
 Laporan Arus Kas
 Catatan atas Laporan Keuangan
J. Penerapan Basis Akrual di Indonesia
Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau peristiwa
akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya
transaksi tersebut, tanpamemperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau
dibayarkan. Basis akrual digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas dana.
Akuntansi berbasis akrual merupakaninternational best practice dalam pengelolaan
keuangan modern yang sesuai dengan prinsip New Public Management (NPM) yang
mengedepankan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan.
Akrual basis mendasarkan konsepnya pada dua pilar yaitu:
 Pengakuan pendapatan
Saat pengakuan pendapatan pada basis akrual adalah pada saat pemerintah
mempunyai hak untuk melakukan penagihan dari hasil kegiatan pemerintah.
Dalam konsep basis akrual, mengenai kapan kas benar-benar diterima menjadi hal
yang kurang penting. Oleh karena itu, dalam basis akrual kemudian muncul
estimasi piutang tak tertagih, sebab penghasilan sudah diakui padahal kas belum
diterima
 Pengakuan biaya/beban
Pengakuan biaya/beban dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah
terjadi. Sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi,
maka titik ini dapat dianggap sebagaistarting point munculnya biaya/beban
meskipun biaya tersebut belum dibayar. Dibandingkan akuntansi berbasis kas dan
CTA, akuntansi berbasis akrual memiliki kelebihan antara lain:
Dengan memenuhi azas ”semakin baik informasi, maka semakin baik
keputusan” menghasilkan Laporan Keuangan yang lebih baik untuk tujuan
pengambilan keputusan karena pengalokasian sumber daya dapat diketahui lebih
akurat.
Penilaian kinerja yang lebih akurat dalam satu tahun pelaporan karena
penilaian kesehatan keuangan dikaitkan pada kinerja organisasi pemerintah dapat
menyajikan nilai aset, kewajiban dan ekuitas yang lebih baik pengukuran penilaian
biaya/beban suatu program/kegiatan yang lebih baik sesuai Reformasi Manajemen
Keuangan pemerintah yang diamanatkan oleh UU. sesuai dengan international best
practices, termasuk untuk kebutuhan Government Finance Statistics-2001 (GFS
2001) yang berbasis akrual. Mengakumulasi kewajiban pembayaran pensiun.
Menyelaraskan/meratakan belanja modal dengan akuntansi penyusutan.
Mewaspadai risiko default hutang yang akan jatuh tempo bersanksi denda.
Memungkinkan perundingan dan penjadwalan utang yang mungkin tak mampu
dibayar di masa depan yang masih jauh, tanpa tergesa-gesa. Permintaan hair cut
apabila posisi keuangan terlihat tidak tertolong lagi menjadi masuk akal di mata
negara/lembaga donor. Memberi gambaran keuangan lebih menyeluruh tentang
keuangan negara dari sekadar gambaran kas. Mengubah perilaku keuangan para
penggunanya menjadi lebih transparan dan akuntabel. Sedangkan kelemahan yang
perlu diperhatikan adalah akuntansi berbasis akrual relatif lebih kompleks
dibanding basis akuntansi kas maupun basis CTA, sehingga membutuhkan Sumber
Daya Manusia (SDM) pengelola keuangan dengan kompetensi akuntansi yang
memadai.
K. Permenkeu 225/PMK.05/2019 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat
Permenkeu 225/PMK.05/2019 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat
melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf o Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara. Menteri Keuangan berwenang untuk
menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara.
Permenkeu 225/PMK.05/2019 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat
mencabut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 219/PMK.05/2013 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.05/2016, dan
dinyatakan tidak berlaku.
Permenkeu 225/PMK.05/2019 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat
bermaksud untuk memberikan kepastian pengaturan penyelenggaraan akuntansi dan
pelaporan keuangan berdasarkan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi,
aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan di lingkungan pemerintah pusat, perlu mengatur kembali
ketentuan mengenai kebijakan akuntansi pada pemerintah pusat
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat bertujuan untuk memberikan pedoman bagi
Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan pada pemerintah pusat dalam menyusun
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara,
dan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga dalam rangka meningkatkan
keterbandingan Laporan Keuangan baik antar periode maupun antar Entitas Pelaporan
dan memberikan pedoman dalam pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi
pemerintah pusat.
Daftar Referensi

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) | Jago Akuntansi

Permenkeu 225/PMK.05/2019 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat


(jogloabang.com)

Anda mungkin juga menyukai