Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia perbankan saat ini, semakin disadari bahwa pelayanan dan kepercayaan pelanggan

atau nasabah merupakan satu kesatuan yang sulit dipisahkan dan merupakan sebuah aspek vital

dalam rangka bertahan dalam bisnis untuk memenangkan persaingan. Persaingan dunia

perbankan yang sangat ketat saat ini tidak dapat dihindari lagi, namun agar suatu bank dapat

diterima oleh nasabah harus mampu membuat nasabah percaya dengan bank tersebut. Perilaku

nasabah terhadap bank sering berubah sehubungan dengan karakter yang dimiliki oleh nasabah.

Kualitas dan layanan pelanggan dapat juga menimbulkan rintangan masuk yang lebih tinggi

bagi pesaing (Wijaya, 2011; 24). Jadi, sekarang ini banyak perusahaan yang menawarkan suatu

Pelayanan Prima bagi para pelanggannya. Pelayanan prima adalah pelayanan yang terbaik yang

diberikan kepada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal berdasarkan standar dan

prosedur pelayanan (Suwithi, 2008; 31).

Customer service memegang peranan yang sangat penting sebagai ujung tombak perusahaan

dalam menghadapi pelanggan. Dalam dunia bisnis tugas customer service yang paling utama

adalah memberikan pelayanan dan membina hubungan dengan masyarakat. Dunia perbankan

menyadari betapa pentingnya memperoleh dan mempertahankan kepercayaan nasabah bagi

keberhasilan bisnis bank. Perbankan berlomba-lomba menunjukkan sikap lebih menghargai

nasabah dan mengembangkan pelayanan yang unggul.

Kepuasan nasabah semakin diyakini sebagai kunci sukses pemasaran jasa bank. Oleh karena

itu, upaya kalangan perbankan untuk memperoleh kepercayaan nasabah diwarnai oleh fenomena

persaingan yang makin ketat dalam era kedaulatan konsumen ini (Wahjono, 2010; 178). Hal
tersebut diperkuat oleh pendapat Akbar dan Parvez (2009) bahwa diperlukan sebuah

kepercayaan untuk bisa membangun hubungan yang stabil dan hubungan yang menyeluruh di

antara berbagai pihak yang terlibat interaksi.

Diberikannya kualitas pelayanan yang baik akan menumbuhkan variabel kepercayaan yang

menjadi faktor kunci bagi bank-bank untuk memenangkan persaingan. Bisnis perbankan

merupakan bisnis jasa yang berdasar pada asaz kepercayaan yang didukung keunggulan produk,

serta pelayanan yang diberikan (Parasuraman, Ziethaml, dan Berry, 2005).

Pernyatan tersebut didukung oleh UU-RI No. 10/1998 tentang Perbankan dalam pasal 29

dikatakan bahwa “Mengingat bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan

pada bank atas dasar kepercayaan, setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dan memelihara

kepercayaan masyarakat padanya”.

Oleh karena itu, diharapkan melalui kegiatan pokok di bank dapat meningkatkan taraf hidup

masyarakat. Untuk dapat meningkatkan taraf hidup rakyat, tentu diperlukan modal

kepercayaan masyarakat dan kepercayaan ini akan diberikan hanya kepada bank yang menurut

mereka dapat memenuhi kebutuhannya dan memberikan pelayanan yang terbaik.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan manajemen risiko strategi

1.2.2 Bagaimana Penerapan Manajemen Risiko Strategi bank Syariah ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian manajemen risiko strategi
1.3.2 Mengetahui penerapan risiko strategi bank syariah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Strategi

Sebelum membahas masalah risiko strategik, ada baiknya kita menelaah kembali apa yang
dimaksud dengan manajemen strategi, yaitu serangkaian keputusan (decision) dan tindakan
(action) manajerial yang akan menentukan kinerja dan kelangsungan usaha Bank dalam
jangka panjang.1[2]
Langkah awal dalam manajemen strategi adalah melakukan penilaian terhadap
lingkungan bisnis (environmental scanning) kemudian dilanjutkan dengan penyusunan
strategi (strategi formulation). Tahap berikutnya adalah implementasi strategi (strategi
implementation) dan yang terakhir adalah evaluasi dan kontrol (evaluation & control) yang
mencakup seluruh tahapan. Berdasarkan hal tersebut, maka risiko strategik / stratejik dapat
timbul sebagai akibat kelemahan pada tahapan perencanaan (strategy planning),
implementasi (strategy implementation), evalusi (strategy evaluation) dan analisa
perubahan lingkungan (enviromental analysis). Uraian dari masing-masing tahapan tersebut
diuraikan sebagai berikut :
a. Tahapan Perencanaan :
 Kesesuaian strategi bank dengan visi, misi, risk profile, risk appetite,
risk tollerance dan risk bearing capacity
 Strategi bank tidak hati-hati atau sangat agresif dibandingkan dengan
ukuran dan kompleksitas bank
 Bank lambat dalam merespon perubahan dalam kegiatan
operasionalnya sehingga tidak mempertimbangkan kebutuhan untuk
melakukan perubahan strategi
b. Tahap Implementasi :
 Implementasi bank tidak memadai karena tidak adanya dukungan
operasional / fungsional (IT, SDM)
 Bank strateginya tidak memiliki SDM berpengalaman dalam
mengimplementasi.
 Sumber daya untuk mengimplementasikan strategi tidak memadai,
sehingga tidak memenuhi target yang telah ditetapkan.
c. Tahap Evaluasi :
Bank tidak memiliki sistem monitoring untuk mengevaluasi progree dari penetapan
strategi bank.
d. Tahap Analisa Perubahan Bisnis
 Kelemahan bank memenuhi ekspektasi nasabah
 Kelemahan bank menyikapi persaingan

2.2 Pengertian risiko strategi PBI Nomor 13/23/PBI/2011, mendefinisikan risiko


strategis dalah resiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu
keputusan strategis serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
Risiko strategis adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan atau
pelaksanaan suatu keputusan strategis serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan
lingkungan bisnis. Risiko ini timbul antara lain karena bank syariah menetapkan strategi
yang kurang sejalan dengan visi dan misi bank, melakukan analisis lingkungan strategis
yang tidak komprehensif, dan terdapat ketidaksesuaian rencana strategis antarlevel
starategis. Selain itu, risiko strategi juga timbul karena kegagalan dalam mengantisipasi
perubahan lingkungan bisnis mencakup kegagalan dalam mengantisipasi perubahan
teknologi, perubahan kondisi ekonomi makro, dinamika kompetisi dipasar, dan perubahan
kebijakan otoritas terkait.
Risiko strategis dapat bersumber dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan
ketidaktepatan dalam perumusan strategi, sistem informasi manajemen (SIM) yang kurang
memadai, hasil analisis lingkungan internal dan eksternal yang kurang memadai, penetapan
tujuan strategis yang terlalu agresif, ketidaktepatan dalam implementasi strategi, dan
kegagalan mengantintisipasi perubahan lingkungan bisnis.
Kegagalan manajemen risiko strategis dapat menimbulkan penarikan besar-besaran
dana pihak ketiga, menimbulkan masalah likuiditas, ditutupnya bank oleh otoritas, dan
bahkan mengalami kebangkrutan. Oleh karena itu, tujuan utama manajemen risiko strategis
adalah untuk memastikan bahwa proses manajemen risiko dapat meminimalkan
kemungkinan dampak negatif dari ketidaktepatan pengambilan keputusan strategis dan
kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

2.3 Penerapan Manajamen Risiko Strategi


Penerapan manajemen risiko khususnya risiko strategis bagi bank syariah, baik secara
individual maupun bagi bank syariah secara konsolidasi dengan perusahaan anak, setidaknya
mencakup hal-hal berikut:
1. Pengawasan aktif dewan komisaris, direksi, dan DPS
Bank syariah wajib melakukan penerapan manajemen risiko melalui pengawasan
aktif dewan komisaris, direksi, dan DPS dalam penanganan risiko strategis, bank
syariah perlu juga menambahkan beberapa hal dalam tiap aspek pengawasan aktif
dewan komisaris dan direksi, yaitu sebagai berikut:
a. Kewenangan dan tanggung jawab dewan komisaris, direksi dan DPS
1) Dewan komisaris dan direksi harus menyusun dan menyetujui rencana strategis
serta rencana bisnis yang mencakup hal-hal sebagaimana diatur dalam ketentuan
yang berlaku dan mengomunikasikan kepada pejabat atau pegawai bank syariah
pada setiap jenjang organisasi
2) Direksi bertanggung jawab dalam penerapan manajemen risiko untuk risiko
strategis yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
a) menjamin bahwa sasaran strategis yang ditetapkan telah sejalan dengan misi
dan visi, kultur, arah bisnis, dan toleransi risiko bank syariah
b) memberikan persetujuan terhadap rencana strategis dan setiap perubahannya
serta melakukan pengkajian ulang secara berkala (minimal satu tahun sekali)
terhadap rencana strategis dalam rangka memastikan kesesuaiannya
c) memastikan bahwa struktur, kultur, infrastruktur, kondisi keuangan, tenaga
dan kompetensi manajerial termasuk pejabat eksekutif, serta sistem dan
pengendalian yang ada di bank syariah telah sesuai dan memadai untuk
mendukung implementasi strategi yang ditetapkan
3) Direksi harus memantau kondisi internal (kelemahan dan kekuatan bank syariah)
dan perkembangan faktor atau kondisi eksternal yang secara langsung atau tidak
langsung memengaruhi strategi usaha bank syariah yang telah ditetapkan
4) Direksi harus menetapkan satuan kerja atau fungsi yang memiliki kewenangan
dan tanggung jawab yang mendukung perumusan dan pemantauan pelaksanaan
strategi, termasuk rencana strategis dan rencana bisnis
5) Direksi bertanggung jawab untuk memastikan bahwa menajemen risiko untuk
risiko strategis telah diterapkan secara efektif dan konsisten pada seluruh level
operasional terkait di bawahnya. Direksi juga mendelegasikan sebagian dari
tanggung jawabnya kepada pejabat eksekutif dan manajemen di bawahnya,
pendelegasian tersebut tidak menghilang kewajiban direksi sebagai pihak utama
yang harus bertanggung jawab
6) Dewan pengawas syariah harus melakukan evaluasi (review) atas kebijakan
manajemen risiko khususnya aspek strategis yang terkait dengan pemenuhan
prinsip syariah
7) Dewan pengawas syariah harus mengevaluasi pertanggungjawaban direksi atas
pelaksanaan kebijakan manajemen risiko, khususnya aspek strategis yang terkait
dengan pemenuhan prinsip syariah
b. Sumber Daya Insani
Bank syariah harus menerapkan sanksi secara konsisten kepada pejabat dan
pegawai yang terbukti melakukan penyimpangan dan pelanggaran terhadap ketentuan
eksternal dan internal serta kode etik internal bank syariah
c. Organisasi Manajemen Risiko Strategis
1) Seluruh unit bisnis dan unit pendukung bertanggung jawab membantu direksi
menyusun perencanaan strategis dan mengimplementasikan strategi secara efektif
2) Unit bisnis dan unit pendukung bertanggung jawab memastikan bahwa:
a) praktik manajemen risiko untuk risiko strategis dan pengendalian pada unit
bisnis telah konsisten dengan kerangka manajemen risiko untuk risiko
strategis secara keseluruhan
b) unit bisnis dan unit pendukung telah memiliki kebijakan, prosedur dan sumber
daya untuk mendukung efektifitas kerangka manajemen risiko untuk risiko
strategis
3) Direksi memimpin program perubahan yang diperlukan dalam rangka
implementasi strategi yang telah ditetapkan
4) Satuan kerja perencanaan strategis bertanggung jawab membantu direksi dalam
mengelola risik strategis da memfasilitasi manajemen perubahan dalam rangka
pengembangan perusahaan secara berkelanjutan
5) Selain itu, satuan kerja manajemen risiko (SKMR) juga bertanggung jawab dalam
proses manajemen risiko untuk risiko strategis khususnya pada aspek-aspek yang
menyangkut hal-hal berikut ini:
a) Berkoordinasi dengan seluruh unit bisnis dalam proses penyusunan rencana
strategis
b) Memantau dan mengevaluasi perkembangan implementasi rencana strategis
serta memberikan masukan mengenai peluang dan pilihan yang tersedia untuk
pengembangan dan perbaikan strategi secara berkelanjutan
c) Memastikan bahwa seluruh isu strategis dan pengaruhnya terhadap
pencapaian tujuan strategis telah ditindaklanjuti secara tepat waktu
2. Kebijakan, prosedur, dan penetapan limit
bank syariah perlu menambahkan penerapan beberapa hal untuk tiap aspek dalam
melaksanakan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit untuk risiko strategis yang
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Strategi Manajemen Risiko
1) Bank syariah wajib mengevaluasi penyusunan strategi dalam posisi kompetitif di
industri bank syariah. Oleh karena itu, bank syariah perlu untuk melakukan hal-
hal sebagai berikut:
a) Memahami kondisi lingkungan bisnis, ekonomi, dan industri dimana bank
syariah beroperasi, termasuk bagaimana dampak perubahan lingkungan
terhadap bisnis, produk, teknologi, dan jaringan kantor bank syariah
b) Mengukur kekuatan dan kelemahan bank syariah terkait posisi daya saing,
posisi bisnis bank syariah di industri perbankan , dan kinerja keuangan,
struktur organisasi, dan manajemen risiko, infrastruktur untuk kebutuhan
bisnis saat ini dan masa mendatang, kemampuan manajerial serta ketersediaan
dan keterbatasan sumber daya bank syariah
c) Menganalisis seluruh alternatif strategi yang tersedia setelah
mempertimbangkan tujuan strategis serta toleransi risiko bank syariah .
kedalaman dan cakupan analisis harus sejalan dengan skala dan kompleksitas
kegiatan usaha bank syariah.
2) Bank syariah harus menetapkan rencana strategis dan rencana bisnis secara
tertulis dan melaksanakan kebijakan tersebut
3) Rencana strategis dan rencana bisnis tersebut harus dievaluasi dan dapat
disesuaikan apabila terdapat penyimpangan dari target yang akan dicapai akibat
perubahan eksternal dan internal yang signifikan
4) Bank syariah berencana menerapkan strategi yang bersifat jangka panjang dan
berkelanjutan, bank syariah wajib memiliki kecukupan rencana suksesi manajerial
untuk mendukung efektifitas implementasi strategi secara berkelanjutan
5) Bank syariah wajib memiliki sumber pendanaan yang mencukupi untuk
mendukung penerapan rencana strategis
b. Tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko
Penetapan tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko untuk risiko
strategis mengacu pada cakupan penerapan secara umum yang telah ditetapkan
c. Kebijakan dan prosedur
1) Bank syariah harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk menyusun dan
menyetujui rencana strategis
2) Bank syariah harus memiliki kecukupan prosedur untuk dapat mengidentifikasi
dan merespons perubahan lingungan bisnis
3) Bank syariah harus memiliki prosedur untuk mengukur kemajuan yang dicapai
dari realisasi rencana bisnis dan kinerja sesuai kinerja yang ditetapkan
d. Limit
Limit risiko strategis secara umum antara lain terkait dengan batasan
penyimpangan dari rencana strategis yang telah ditetapkan, seperti limit deviasi
anggaran dan limit deviasi target waktu penyelesaian
3. Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko serta sistem
informasi untuk risiko strategis
Bank syariah perlu memperhatikan beberapa hal dalam melakukan penerapan
manajemen risiko melalui proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian
risiko serta SIM risiko untuk risiko strategis meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Identifikasi risiko strategis
1) Bank syariah harus mengidentifikasi dan menatausahakan deviasi atau
penyimpangan sebagai akibat tidak terealisasinya atau tidak efektifnya
pelaksanaan strategi usaha maupun rencana bisnis yang telah ditetapkan terutama
yang berdampak signifikan terhadap pemodalan bank syariah
2) Bank syariah harus melakukan analisis risiko terutama terhadap strategi yang
membutuhkan banyak sumber daya atau berisiko tinggia, seperti strategi masuk
ke pangka pasar yang baru, strategi akuisisi, atau strategi diversifikasi dalam
bentuk produk dan jasa
b. Pengukuran risiko strategis
1) Pengukuran terhadap risiko strategis, antara lain dapat menggunakan indikator
atau parameter berupa tingkat kompleksitas strategi bisnis bank syariah, posisi
bisnis bank syariah di industri, dan pencapaian rencana bisnis
2) Bank syariah dapat melakukan street test terhadap implementasi strategi dalam
rangka mengidentifikasi setiap peristiwa atau perubahan lingkungan bisnis yang
dapat berdampak negatif terhadap pemenuhan asumsi awal dari rencana strategis,
dan mengukur potensi dampak negatif peristiwa dimaksud terhadap kinerja bisnis
bank syariah, baik secara keuangan maupun nonkeuangan
3) Hasil street testing harus memberikan umpan balik terhadap proses perencanaan
strategi
4) Hasil street testing menunjukkan tingkat risiko yang lebih tinggi dari kemampuan
bank syariah menyerap risiko dimaksud (toleransi risiko) sehingga bank syariah
wajib mengembangkan rencana kontingensi atau strategi untuk memitigasi risiko
dimaksud
c. Pemantauan risiko strategis
1) Bank syariah wajib memiliki proses untuk memantau dan mengendalikan
pengembangan implementasi strategi secara berkala. Pemantauan dilakukan
antara lain dengan memperhatikan pengalaman kerugian pada masa lalu yang
disebabkan oleh risiko strategis atau penyimpangan pelaksanaan rencana strategi
2) Isu-isu strategis yang timbul akibat perubahan operasional dan lingkungan bisnis
yang dimiliki dampak negatif terhadap kondisi bisnis atau kondisi keuangan bank
syariah wajib dilaporkan kepada direksi secara tepat waktu disertai analisis
dampak terhadap risiko strategis dan tindakan perbaikan yang diperlukan
d. Pengendalian risiko strategis
Bank syariah harus memiliki sistem dan pengendalian untuk memantau
kinerja, termasuk kinerja keuangan dengan cara membandingkan “hasil aktual”
dengan “hasil yang diharapkan” untuk memastikan bahwa risiko yang diambil masih
dalam batas toleransi dan melaporkan deviasi yang signifikan kepada direksi. Sistem
pengendalian risiko tersebut harus disetujui dan dikaji ulang secara berkala oleh
direksi untuk memastikan kesesuaiannya secara berkelanjutan
e. Sistem informasi manajemen risiko strategis
1) Bank syariah harus memastikan bahwa SIM yang dimiliki telah memadai dalm
rangka mendukung proses perencanaan dan pengambilan keputusan strategis dan
dikaji ulang secara berkala
2) Satuan kerja atu fungsi yang melaksanakan manajemen risiko untuk risiko
strategis bertanggung jawab memastikan bahwa seluruh risiko material yang
timbul dari perubahan lingkungan bisnis dan implementasi strategi dilaporkan
kepada direksi secara tepat waktu

Anda mungkin juga menyukai