Anda di halaman 1dari 12

OVERVIEW ATAS CONCEPTUAL FRAMEWORK DALAM

PELAPORAN KEUANGAN ENTITAS KOMERSIAL, ENTITAS


PUBLIK/PEMERINTAH, ETAP, DAN ENTITAS BERLANDASKAN
SYARIAH
KELOMPOK 4 :
1. FUHU
2. HILM
3. MOH
A. Standar Akuntansi Keuangan
Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) merumuskan konsep yang mendasari penyusunan
dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Tujuan Kerangka Konseptual Pelaporan
Keuangan (KKPK) ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:
• Komite penyusun standar akuntansi keuangan, dalam pelaksanaan tugasnya.
• Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam
standara laporan keuangan
• Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang di sajikan dalam laporan
keuangan yang disusun dengan standar akuntansi keuangan
Kerangka dasar ini berlaku untuk laporan keuangan untuk semua jenis entitas komersial, baik
sektor publik maupun sektor swasta. Pemakai laporan keuangan meliputi investor potensial,
karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, serta
lembaga-lembaga dan masyarakat.
Berdasarkan Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK), tujuan laporan keuangan
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
Pelaporan Keuangan Entitas Publik/Pemerintah
Tujuan dari kerangka konseptual akuntansi pemerintahan adalah sebagai acuan bagi:
• Penyusun standar dalam melaksanakan tugasnya
• Penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam
standar
• Pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan
standar
Para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan pada laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan standar.
Pelaporan Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (ETAP)
Kerangka konseptual dari SAK ETAP disebut dengan istilah Konsep dan Prinsip Pervasif. Tujuan
laporan keuangan menurut Konsep dan Prinsip Pervasif adalah menyediakan informasi posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat
meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam memenuhi
tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen dan
pertanggungjawaban manajeen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Karakteristik informasi kualitatis dalam laporan keuangan terdiri dari:
• Dapat dipahami
• Relevan
• Keandalan
• Dapat dibandingkan
Pelaporan Keuangan Entitas Berlandaskan
Syariah

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLK Syariah)
merupakan acuan untuk:
• Sebagai dasar dalam penyusunan standar akuntansi syariah
• Sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan entitas syariah
• Sebagai acuan bagi auditor dalam mengaudit LKS untuk memberikan opini
• Untuk memahami makna informasi yang ada di LKS oleh para pembaca laporan keuangan
Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam semesta dicipta oleh
Tuhan sebagai amanah dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk
mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual.
B. PENGGUNAAN CONCEPTUAL FRAMEWORK DALAM
PELAPORAN KEUANGAN

Kerangka konseptual memberikan pedoman dalam penyusunan


dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum (General purposes financial statements). IASB dan
FASB mempertimbangkan kerangka tujuan utama pelaporan keuangan adalah untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pengguna. Informasi tersebut akan dipilih salah satu
dasar kegunaannya dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan ini terlihat ingin
dicapaidalam pelaporan yaitu:
• Berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
• Berguna dalam menilai prospek arus kas
• Tentang sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya dan perubahandi dalamnya.
C. PELAPORAN KEUANGAN ETAP DAN NIRLABA
Pelaporan Keuangan ETAP
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) merupakan
salah satu pilar akuntansi di Indonesia. SAK ETAP ini dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
pertama kali pada bulan Mei 2009 untuk penerapan efektif pada penyusunan laporan keuangan yang
dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Entitas yang termasuk ETAP, namun memilih menggunakan
SAK Umum pada tahun 2011, maka harus tetap menggunakan SAK Umum secara konsisten di
periode-periode setelahnya.
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik mendefinisikan entitas tanpa
akuntabilitas publik (ETAP) sebagai entitas yang:
• Tidak memiliki ekuntabilitas publik signifikan
• Menerbitkan laporaan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Pengguna eksternal dalam hal
ini adalah pemilik yang tidak terkait langsung dalam pengelolaaan usaha, kreditor dan lembaga
pemeringkat kredit.
SAK ETAP muncul karena beberapa alasan ketidakterterapan PSAK berbasis IFRS bagi entitas kecil dan
menengah, diantaranya:
• PSAK berbasis IFRS sulit diterapkan oleh entitas kecil dan menengah mengingat penentuan fair value
memerlukan biaya yang tidak murah.
• PSAK berbasis IFRS rumit dalam implementasinya, contohnya kasus PSAK 50 dan PSAK 55 yang
sudah disahkan pada tahun 2006 namun implementasinya ditunda hingga tahun 2010 untuk
memberikan waktu bagi pengguna mempelajarinya lebih lanjut.
• PSAK berbasis IFRS menggunakan principle based sehingga membutuhkan banyak professional
judgement.
• PSAK berbasis IFRS perlu dokumentasi dan IT yang kuat, yang tidak selalu dimiliki oleh usaha kecil
dan menengah.
SAK ETAP mengadopsi International Financial Reporting Standar for Small and Medium Enterprises
(IFRS for SME) dengan beberapa penyederhanaan. Penyederhanaan dalam SAK ETAP memudahkan
entitas dalam penyusunan laporan keuangannya. Auditor yang mengaudit entitas tersebut juga
mengacu pada SAK ETAP dalam mengaudit dan menyebutkan hal tersebut di dalam laporan auditnya.
Pelaporan Keuangan Nirlaba
Entitas nirlaba adalah entitas yang tidak bertujuan mencari laba. Berikut karakteristik entitas nirlaba
menurut PSAK 45 “Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba”:
• Sumber daya entitas niraba berasal dari penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran
kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
• Menghasikan barang/jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika entitas nirlaba menghasilkan
laba, maka jumlahnya tidak dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.
• Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada entitas bisnis, artinya bahwa kepemilikan dalam entitas
nirlaba tidak dapat dijual, diahlikan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak
mencerminkan proporsi perbandingan sumber daya entitas nirlaba pada saat likuiditas atau
pembubaran entitas nirlaba.
D. PERBEDAAN STANDAR AKUNTANSI UNTUK ETAP DAN IFRS
SAK IFRS SAK ETAP
• Kepatuhan terhadap SAK • Kepatuhan terhadap SAK ETAP
• Pengungkapan atas PSAK “misleading”
Komponen laporan keuangan: Komponen laporan keuangan:
• Lap posisi keuangan/neraca • Neraca
• Lap laba rugi komprehensif • Lap laba rugi
• Lap perubahan ekuitas • Lap perubahan ekuitas
• Lap arus kas • Lap arus kas
• Catatan atas laporan keuangan • Catatan atas laporan keuangan
Tanggung jawab atas laporan keuangan
Dasar akrual & kelangsungan usaha Tidak ada
Neraca Sama
• Pos minimal yang disajikan Neraca
• Klasifikasi aset dan liabilitas • Pos minimal yang disajikan lebih sedikit
• Pengungkapan • Sama
Laporan laba rugi komprehensif • Pengungkapan lebih sederhana
• Laba rugi dan pendapatan kompresensif lain
Laporan laba rugi
• Pos minimal
• Laba rugi
Laporan perubahan ekuitas
• Pos minimal lebih sedikit
• Pos minimal
• Pengungkapan distribusi dividen dan dividen per saham Laporan perubahan ekuitas
• Tidak diperkenankan • Pos minimal lebih sedikit
• Tidak ada
Laporan arus kas • Laporan perubahan ekuitas dan saldo laba dapat menggantikan lap laba
• Arus kas operasi disajikan dengan metoda langsung atau tidak langsung rugi dan laporan perubahan ekuitas
• Arus kas valas, bunga & dividen, pajak penghasilan, investasi pada entitas
anak, ventura bersama & entitas asosiasi, perubahan kepemilikan, dan Laporan arus kas
transaksi nonkas • Arus kas operasi disajikan dengan metoda tidak langsung
• Kas yang dibatasi • Arus kas bunga & dividen, pajak penghasilan, dan transaksi nonkas
Catatan atas laporan keuangan • Tidak ada
• Kebijakan akuntansi
Catatan atas laporan keuangan
• Sumber estimasi ketidakpastian
• Kebijakan akuntansi
• Modal
• Sumber estimasi ketidakpastian
• Dividen dan informasi umum entitas
PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI UNTUK ETAP
SAK ETAP diperuntuhkan bagi entitas yang umumnya tidak memiliki kewajiban menyajikan laporan
keuangan “sempurna” seperti yang dibutuhkan oleh investor di pasar modal, karena kebutuhan
informasi dan variasi pengguna laporan keuangan merek lebih sederhana dari pada entitas dengan
akuntabilitas publik. Selain itu, kebanyakan entitas tanpa akuntabilitas publik adalah usaha kecil
menegah, yang umumnya mengalami keterbatasan sumber daya untuk mengikuti aturan dalam SAK
Umum yang cukup tinci dan kompleks dalam menyususn laporan keuangan tanpa menghilangkan
keandalan informasi laporan keuangan tersebut bagi para penggunanya.
Kekurangan dari penerapan SAK ETAP berasal dari berkurangnya informasi yang dihasilkan.
Pengaturan yang lebih sederhana dalam SAK ETAP menjadikan laporan keuangan entitas yang
menerapkannya akan relatif kurang inforatifdibandingkan entitas yang menerapkanSAK Umum.
Namun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP tentunya tetap dapat menggambarkan kondisi
entitas yang sebenarnya jika diikuti secara menyeluruh. Selain itu, penggunaan SAK ETAP juga
membatasi pilihan entitas dalam perlakuan akuntansi untuk beberapa pos atau transaksi, seperti
aset tetap yang tidak ada pilihan untuk menggunakan model revaluasi.

Anda mungkin juga menyukai