Anda di halaman 1dari 200

1

ASPEK AKUNTANSI DAN


PELAPORAN KEUANGAN
SERTA ASPEK AUDIT
PADA LAPORAN KEUANGAN BPR
Acuan Pencatatan Transaksi Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan BPR
1. SE 15/29/DKBU tanggal 31 Juli 2013 Laporan Tahunan dan
Laporan Keuangan Publikasi Bank Perkreditan Rakyat
2. SE BI 15/3/PBI/2013 tanggal 21 Mei 2013 Transparansi Kondisi
Keuangan Bank Perkreditan Rakyat
3. PBI 13/26/PBI/2011 tanggal 28 Desember 2011 mengenai
Perubahan PBI 8/19/2006, Perubahan PP BI 8/19/2006;
Kualitas aktiva produktif dan pembentukan PPAP;
4. SE BI No.12/14/DKBU tanggal 1 Juni 2010, Pelaksanaan
Pedoman Akuntansi BPR;
5. SE BI No.11/37/DKBU tanggal 31 Desember 2009, Penetapan
penggunaan Standar Akuntansi Keuangan bagi BPR : Standar
akuntansi keuangan bagi BPR menggunakan SAK ETAP;
6. DSAK IAI tanggal 1 Mei 2009 Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.

PPL - IAPI 2
Acuan Pencatatan Transaksi Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan BPR Syariah
1. Peraturan OJK 3/POJK.03/2016 tanggal 29 Januari 2016 Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah menggantikan PBI 11/23/PBI/2009
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah tanggal 1 Juli 2009;
2. SE OJK 9/SEOJK.03/2015 tanggal 26 Maret 2015 Pedoman
Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia bagi Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah;
3. PBI 13/6/PBI/2011 tanggal 24 Januari 2011 Tindak Lanjut
Penanganan terhadap BPR Syariah dalam Status Pengawasan
Khusus;
4. DSAK IAI PSAK Umum (Revisi 2013) dan SAK ETAP (2009)
5. DSAS IAI PSAK Syariah (2013

PPL - IAPI 3
AKUNTANSI DAN PELAPORAN
KEUANGAN BPR
(Isi diambil dari materi PPL IAPI 2015- Pemateri Ibu Dwi Martani)

4
Isi Pedoman Akuntansi BPR
• Bab I Pendahuluan
• Bab II Tata Cara Penyesuaian atas Pos-Pos
Laporan Keuangan
• Bab III Laporan Keuangan
• Bab IV Akuntansi Aset
• Bab V Akuntansi Kewajiban
• BaB VI Akuntansi Ekuitas
• BaB VII Laporan Laba Rugi
• Bab VIII Laporan Arus Kas
• Bab IX Laporan Perubahan Ekuitas
• Bab X Catatan atas Laporan Keuangan
• Contoh Kasus

5
Acuan Penyusunan BAB I

• Ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.


• Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP).
• Standar Akuntansi Keuangan (SAK non - ETAP).
• Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan BPR.
• Praktik-praktik akuntansi yang berlaku umum.

Dalam hal standar akuntansi keuangan memberikan pilihan atas


perlakuan akuntansi, maka BPR wajib mengikuti pilihan sesuai
ketentuan Bank Indonesia.

PPL - IAPI 6
Ketentuan Lain

• Jurnal, akun dan contoh yang digunakan dalam hanya


merupakan ilustrasi dan tidak bersifat mengikat.
• BPR dapat mengembangkan metode sesuai sistem masing-
masing sepanjang memberikan hasil akhir yang tidak berbeda.
• Transaksi BPR yang dicantumkan diprioritaskan pada transaksi
yang umum terjadi pada BPR.
• Pedoman ini secara periodik akan dievaluasi dan disesuaikan
dengan perkembangan bisnis dan produk BPR, ketentuan
standar akuntansi keuangan, ketentuan Bank Indonesia, dan
ketentuan lain yang terkait dengan BPR.

PPL - IAPI 7
Penyesuaian Pos Laporan Keuangan
BAB II

• Ketentuan Umum
– mengakui semua aset dan kewajiban
dipersyaratkan Pedoman
– tidak mengakui pos-pos apabila Pedoman
tidak mengijinkan
– mereklasifikasikan pos-pos;
– menerapkan Pedoman ini dalam pengukuran;
– dampak penyesuaian diakui pada saldo laba
awal 2010.

PPL - IAPI 8
Penyesuaian 1
N0 Penyesuaian Jurnal
A Aktiva dalam Valas  penyesuaian Db. Kas dalam valuta asing
klasifikasi menjadi kas Kr. Aktiva dalam valuta asing
B Kredit yang Diberikan sebelum 1 Januari Db. Kredit yang diberikan – Pokok
2010. Saldo pokok kredit yang masih ada Kr. Kredit yang diberikan
direklasifikasi  pemisahan pokok kredit
C Provisi yang diterima untuk kredit sebelum 1 Db. Rupa-rupa pasiva – Provisi
Januari 2010. Saldo provisi yang belum Kr. Kredit yang diberikan – Provisi
diamortisasi direklasifikasi  kredit (-)
D Provisi yang diterima untuk kredit sebelum 1 Db. Pendapatan operasional – Provisi
Januari 2010. Reklasifikasi pendaptan dan komisi
operasional menjadi pend bung Kr. Pendapatan bunga – Provisi
E Penyesuaian amortisasi provisi per 1 Juli Db. Pendapatan operasional – Provisi
2010. Apabila provisi langsung diakui dan komisi
sebagai Pendapatan Operasional – Provisi Kr. Kredit yang diberikan – Provisi
untuk transaksi kredit sejak 1 Januari s.d. 30 Kr. Pendapatan bunga –Provisi(sebesar
Juni 2010 maka dilakukan penyesuaian. jumlah proporsional sesuai jangka waktu
kredit)
PPL - IAPI 9
Penyesuaian 2
N0 Penyesuaian Jurnal
F Biaya transaksi untuk kredit sebelum 1Januari 2010 Db. Kredit yang diberikan – Biaya transaksi
Saldo biaya transaksi yang ditanggung oleh BPR yang Kr. Pos yang terkait
belum diamortisasi disesuaikan:
G Penyesuaian amortisasi biaya transaksi per 1 Juli 2010 Db. Pendapatan bunga – Biaya transaksi
Amortisasi yang telah dilakukan sejak 1 Januari s.d. 30 Kr. Beban operasional yang terkait
Juni 2010 dan diakui sebagai Beban Operasional
direklasifikasi menjadi pengurang Pendapatan Bunga.
H Penyesuaian amortisasi biaya transaksi per 1 Juli 2010. Db. Kredit yang diberikan – Biaya transaksi
Apabila seluruh biaya transaksi telah langsung diakui (yang belum diamortisasi)
sebagai Beban Operasional untuk transaksi pemberian Db. Pendapatan bunga – Biaya transaksi
kredit sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 maka dilakukan (proporsional sesuai jangka waktu)
Penyesuaian Kr. Beban operasional yang terkait
I Apabila AYDA tidak memenuhi definisi AYDA Db. Kredit yang diberikan
berdasarkan PA-BPR pada 1 Januari 2010, Kr. Rupa-rupa aktiva – Agunan yang
direklasifikasi. Agunan tersebut dicatat dalam rekening diambil alih
administratif. Pembentukan penyisihan kerugian kredit Db. Saldo laba
yang diberikan sebagai hasil reklasifikasi agunan Kr. Penyisihan kerugian kredit

PPL - IAPI 10
Penyesuaian 3
N0 Penyesuaian Jurnal
J Penyesuaian penyisihan kerugian kredit per 1 Juli 2010 Db. Kredit yang diberikan
Apabila terdapat pengambilalihan agunan yang terjadi sejak Kr. Rupa-rupa aktiva – Agunan yang diambil alih
1 Januari s.d. 30 Juni 2010 yang tidak memenuhi definisi Db. Beban operasional – Penyisihan kerugian kredit
AYDA berdasarkan PA-BPR, maka pembentukan penyisihan Kr. Penyisihan kerugian kredit
kerugian kredit yang diberikan
dimunculkan kembali
K AYDA yang memenuhi definisi AYDA berdasarkan PABPR ini Db. Saldo laba
pada 1 Januari 2010 . Kr. Akumulasi rugi penurunan nilai
Apabila jumlah rugi penurunan nilai yang baru diketahui
setelah 1 Januari 2010 dibebankan sebagai rugi penurunan
nilai pada periode tahun 2010
L Aset tetap yang direvaluasi Saldo Surplus Revaluasi Aset Db. Surplus revaluasi aset tetap
Tetap di ekuitas pada 1 Januari 2010 direklasifikasi ke Saldo Kr. Saldo laba
Laba. Apabila terjadi revaluasi aset tetap sejak 1 Januari
2010 maka surplus revaluasi yang ada di ekuitas tidak boleh
direklasifikasi ke Saldo Laba hingga terjadi pelepasan aset
tetap.

PPL - IAPI 11
Penyesuaian 4
N0 Penyesuaian Jurnal
M Saldo utang bunga yang sebelumnya disajikan dalam Db. Kewajiban segera/Rupa-rupa pasiva
Rupa-rupa Pasiva dan Kewajiban Segera Kr. Utang bunga
direklasifikasi ke Utang Bunga
K AYDA yang memenuhi definisi AYDA berdasarkan Db. Saldo laba
PABPR ini pada 1 Januari 2010 . Kr. Akumulasi rugi penurunan nilai
Apabila jumlah rugi penurunan nilai yang baru
diketahui setelah 1 Januari 2010
dibebankan sebagai rugi penurunan nilai pada
periode tahun 2010
L Penyesuaian penyisihan kerugian kredit per 1 Juli Db. Kredit yang diberikan
2010 Kr. Rupa-rupa aktiva – Agunan yang diambil
Apabila terdapat pengambilalihan agunan yang alih
terjadi sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 yang tidak Db. Beban operasional – Penyisihan kerugian
memenuhi definisi AYDA berdasarkan PA-BPR, maka kredit
pembentukan penyisihan kerugian kredit yang Kr. Penyisihan kerugian kredit
diberikan, dimunculkan kembali

PPL - IAPI 12
Penyesuaian 5
N0 Penyesuaian Jurnal
N Simpanan dalam bentuk deposito dengan jangka waktu Db. Beban operasional – Bunga (sebesar jumlah
1 (satu) tahun. proporsional sesuai jangka waktu deposito)
Penyesuaian biaya transaksi yang dikeluarkan dan Db. Deposito – Biaya transaksi
dapat dikaitkan secara langsung pada 1 (satu) rekening Kr. Beban operasional yang terkait
deposito per 1 Juli 2010.
Biaya transaksi yang telah diakui sebagai Beban
Operasional sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010
disesuaikan sebagai Beban Bunga dan atau sebagai
pengurang deposito:
O Simpanan yang sudah jatuh tempo (tabungan atau deposito) Db. Tabungan/Deposito/Antar bank pasiva –
dan belum diambil pemilik. Tabungan/Deposito
Saldo simpanan yang sudah jatuh tempo (tabungan atau Kr. Kewajiban segera – Simpanan jatuh tempo
deposito) direklasifikasi ke Kewajiban Segera:
P Pinjaman yang diterima. Db. Pinjaman yang diterima – Biaya transaksi
Saldo biaya transaksi dan provisi yang belum diamortisasi Db. Pinjaman yang diterima – Provisi
direklasifikasi Kr. Pos yang terkait (Rupa-rupa aktiva)
(Penyesuaian terkait dengan pengakuan biaya/ pendapatan
sebagai bagian dari biaya perolehan – historical cost)

PPL - IAPI 13
Penyesuaian 6
N0 Penyesuaian Jurnal
Q Penyesuaian amortisasi biaya transaksi dan provisi per 1 Juli Db. Beban bunga – Biaya transaksi dan provisi
2010. Kr. Beban operasional yang terkait
Amortisasi biaya transaksi dan provisi yang telah dilakukan
sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 dan diakui sebagai Biaya
Operasional direklasifikasi

Apabila seluruh biaya transaksi dan provisi telah langsung Db. Pinjaman diterima – Biaya transaksi
diakui sebagai Beban Operasional untuk transaksi pinjaman Db. Pinjaman diterima – Provisi
yang diterima sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 (Koreksi porsi Db. Beban operasional-Bunga – Biaya transaksi dan
biaya bunga yang seharusnya belum dapat diakui) provisi (sebesar jumlah proporsional sesuai
jangka waktu pinjaman diterima)
Kr. Beban operasional yang terkait
R Kewajiban imbalan kerja Db. Rupa-rupa pasiva – Imbalan kerja/pos yang
Saldo Kewajiban Imbalan Kerja (pascakerja) direklasifikasi. terkait
Kr. Kewajiban imbalan kerja
S Pendapatan bunga yang akan diterima Db. Pendapatan bunga yang akan diterima
Saldo Pendapatan Bunga yang akan Diterima direklasifikasi Kr. Rupa-rupa aktiva – Pendapatan bunga yang
masih akan diterima
T Dana setoran modal Db. Dana setoran modal (ekuitas)
Dana Setoran Modal yang tidak memenuhi definisi ekuitas Kr. Dana setoran modal (kewajiban)
direklasifikasi ke kewajiban:
PPL - IAPI 14
Penyesuaian 7

N0 Penyesuaian Jurnal
U Modal pinjaman Db. Modal pinjaman (ekuitas)
Modal Pinjaman di ekuitas direklasifikasi ke Kr. Modal pinjaman (kewajiban)
kewajiban:)

V Penyesuaian pengakuan bunga kredit non- Db. Pendapatan bunga


performing Kr. Kredit yang diberikan – Pokok
Penerimaan setoran dari debitur dengan kualitas
kurang lancar sejak 1 Januari s.d 30 Juni 2010 dan
diakui terlebih dahulu sebagai pendapatan bunga
maka harus direklasifikasi sebagai pelunasan
tunggakan pokok kredit (jika ada) terlebih dahulu
dan kemudian sisanya diakui sebagai pendapatan
bunga.

15
Laporan Keuangan
BAB III

• Tujuan laporan keuangan  memberikan informasi tentang posisi keuangan,


kinerja, perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lainnya yang bermanfaat
bagi pengguna dalam membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya.
• Komponen laporan keuangan  Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan
catatan atas laporan keuangan.
• Bahasa laporan keuangan  bahasa Indonesia.
• Tanggung jawab  Direksi BPR
• Mata uang pelaporan  mata uang rupiah.
• Transaksi menggunakan mata uang selain dari rupiah  dijabarkan dalam
mata uang rupiah dengan kurs laporan yang ditetapkan BI

16
Kebijakan Akuntansi
BAB III

• Kebijakan tersebut harus mencerminkan prinsip kehati–hatian


dan mencakup semua hal yang material sesuai SAK ETAP
• Dalam hal SAK ETAP belum mengatur maka manajemen harus
menetapkan kebijakan yang:
– relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan dalam pengambilan
keputusan;
– dapat diandalkan, dengan pengertian:
• mencerminkan kejujuran penyajian kinerja dan posisi keuangan BPR;
• menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi
dan tidak semata-mata bentuk hukumnya;
• netral, yaitu bebas dari keberpihakan;
• mencerminkan kehati-hatian; dan
• mencakup semua hal yang material.

17
Kebijakan Akuntansi

• Dalam menetapkan kebijakan akuntansi tersebut, maka harus


mempertimbangkan:
– Persyaratan dan panduan dalam SAK ETAP yang berhubungan dengan
hal yang serupa dan terkait.
– Definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran aset, kewajiban,
pendapatan, dan beban dalam prinsip pervasif (yang mempunyai
dampak manfaat luas bagi pihak-pihak yang berkepentingan) dari SAK
ETAP.
– Persyaratan dan panduan dalam SAK non-ETAP yang berhubungan
dengan hal yang serupa dan terkait.

18
Penyajian Laporan Keuangan

• Harus menyajikan secara wajar sesuai ketentuan yang berlaku


• Aset disajikan berdasarkan likuiditas, kewajiban urutan jatuh tempo
• Saldo transaksi hubungan istimewa diungkapkan terpisah
• Laporan laba rugi dengan multiple step mulai dari kegiatan utama
• Catatan laporan keuangan disajikan secara sistematis dengan urutan
sesuai dengan penyajian LK
• Tidak dipergunakan menggunakan kata “sebagian besar” harus dengan
nominal atau prosentase

19
Perubahan Kebijakan Akuntansi

• Perubahan estimasi
– Jika terdapat perubahan dengan estimasi yang digunakan
– Diterapkan secara prospektif
• Perubahan kebijakan akuntansi
– Dilakukan jika dopersyaratkan oleh SAK ETAP
– Dampak retrospektif dengan menyajikan ulang laporan
keuangan.
– Jika retrospektif tidak praktis diteapkan pada tanggal kebijakan
tersebut dimungkinkan dapat diberlakukan.
• Kesalahan periode lalu
– Diterapkan secara retrospektif sejak kesalahan terjadi

20
Kebijakan Akuntansi

• Konsistensi penyajian
• Materialitas dan agregasi
– Laporan keuangan didasarkan pada konsep materialitas
– Disajikan tersendiri jika material
– Material  jika kelalaian menyampaian dapat mempengaruhi keputusan
• Saling hapus  tidak boleh kecuali secara hukum dibenarkan
• Periode pelaporan wajib disajikan secara tahunan berdasarkan
tahun takwin.
• Informasi komparatif
– Disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya.
– Informasi komparatif naratif dan deskriptif wajib diungkapkan kembali
apabila relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

21
Keterbatasan Laporan Keuangan

a. Bersifat historis, menunjukan transaksi dan peristiwa telah lampau.


b. Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun manfaat bagi pihak
pengguna. Biasanya informasi khusus tidak dapat secara langsung
dipenuhi semata-mata dari laporan keuangan.
c. Penggunaan berbagai pertimbangan dan taksiran.
d. Menggunakan pertimbangan materialitas.
e. Lebih menekankan pada penyajian transaksi dan peristiwa sesuai
dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk
hukumnya (formalitas).
f. Berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan sehingga
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber daya ekonomi dan
tingkat kinerja antar BPR.

22
Akuntansi Aset BAB
IV
• Pos-pos aset umum BPR :
a. Kas
b. Kas dalam valuta asing;
c. Sertifikat Bank Indonesia;
d. Pendapatan bunga yang akan diterima;
e. Penempatan pada bank lain
f. Penyisihan kerugian
g. Kredit yang diberikan
h. Penyisihan kerugian.
i. Agunan yang diambil alih
j. Aset tetap dan inventaris
k. Akumulasi penyusutan;
l. Aset tidak berwujud;
m. Aset lain-lain.
23
Kas dan Setara Kas

1. Kas – uang tunai


2. Giro dan tabungan pada bank lain
3. Penempatan pada bank lain
4. SBI yang jatuh tempo tidak lebih dari 3 (tiga) bulan, sejak tanggal
perolehan, dan tidak jadi jaminan

• Kas  uang kertas dan logam rupiah yang ada pada: kas besar, kas kecil,
ATM, dan kas dalam perjalanan.
• Tidak termasuk kas: emas batangan dan commemorative coins (uang
logam untuk memperingati peristiwa nasional), mata uang rupiah yang
telah dicabut dan ditarik dari peredaran dan tidak berlaku sebagai alat
pembayaran yang sah (aset lain-lain)
• Kas diakui sebesar nilai nominalnya, disajikan dalam pos tersendiri.
• Diungkapkan: Jumlah rincian kas; dan kas yang ada di ATM.

24
Kas dalam Valuta Asing
• Kas Valas  uang kertas dan uang logam asing, termasuk travellers
cheque.
• BPR dapat memiliki kas valas hanya untuk  perdagangan valas, (izin BI)
• Uang valas yang tidak berlaku namun masih bisa ditukarkan ke bank
sentral terkait, disajikan sebagai aset lain-lain, sebesar nilai nominalnya
dikurangi dengan biaya reptriasinya.
• Kas Valas disajikan dalam pos tersendiri sebesar nilai kurs pada saat
perolehannya
• Untuk laporan, kas valas disajikan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia
(RpT). Selisih nilai tercatatnya disajikan sebagai keuntungan atau kerugian
Non Operasional.
• Pengungkapan : rincian mata uang asing; jumlah nominal masing-masing
mata uang asing; jumlah selisih valas yang diakui dalam laporan laba rugi

25
Kas dalam Valuta Asing
Ilustrasi Jurnal
Pada saat perolehan (10.000 USD saat kurs Rp 12.000)
Db. Kas dalam valuta asing 120.000.000
Kr. Kas (rupiah) 120.000.000
Jika valas tersebut dijual 10.000 USD saat kurs Rp 12.200.
Db. Kas (rupiah) 122.000.000
Kr. Kas dalam valuta asing 120.000.000
Db/Kr. Pendapatan/beban operasional –
Keuntungan/kerugian transaksi valuta asing 2.000.000
Jika pada akhir periode pelaporan 31 Desember masih dipegang dan kurs yang sebesar Rp
12.300)
Db. Kas dalam valuta asing 3.000.000
Kr. Pendapatan non-operasional –Keuntungan selisih kurs Valas 3.000.000
Jika pada 31 Desember masih dipegang dan kurs sebesar Rp 11.80)
Db. Beban non-operasional – Kerugian selisih kurs valuta asing 2.000.000
Kr. Kas dalam valuta asing 2.000.000
Jika terdapat Kas dalam valuta asing yang dicabut dan ditarik dari peredaran:
Db. Aset lain-lain xxx
Kr. Kas dalam valuta asing xxx
26
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
• SBI dapat diklasifikasikan menjadi:
– Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (HTM), jika dimaksud memiliki hingga jatuh tempo.
– Tersedia Untuk Dijual (AFS), kelayakan klasifikasi ditelaah ulang pada awal periode.
• Pengakuan dan Pengukuran
– HTM
• Biaya perolehan = harga beli (termasuk diskonto) + biaya-biaya yang terjadi.
• Diskonto dan biaya transaksi diamortisasi s/d jatuh tempo menggunakan metode garis
lurus sebagai pendapatan bunga.
– AFS
• Biaya perolehan = harga beli, biaya diakui sebagai beban saat terjadinya.
• Marked to market, selisih nilai wajar dengan nilai tercatat diakui sebagai Laba/Rugi yang
belum direalisasi (ekuitas) dan diakui sebagai keuntungan/kerugian dalam L/R pada saat
direalisasi.
• Reklasifikasi
• Direklasifikasi dari AFS ke HTM ,  laba/Rugi yang belum direalisasi dalam ekuitas diamortisasi
sampai dengan jatuh tempo dengan metode garis lurus.
• Direklasifikasi dari HTM ke AFS, maka laba/rugi yang belum direalisasi pada tanggal reklasifikasi
diakui dalam ekuitas. Biaya transaksi yang belum diamortisasi diakui dalam laporan laba rugi..

27
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
• Penyajian
– Disajikan berdasarkan tingkat likuiditasnya.
– HTM = nilai nominal - diskonto + biaya transaksi yang belum diamortisasi.
– AFS = nilai wajarnya. Laba atau rugi yang belum direalisasi dijadikan
sebagai komponen yang tersendiri dalam ekuitas.
– Arus kas SBI = arus kas aktivitas investasi.

Rumus menentukan nilai tunai SBI


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑁𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙𝑥360
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑢𝑛𝑎𝑖 =
360 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐷𝑖𝑠𝑘𝑜𝑛𝑡𝑜 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑗𝑎𝑡𝑢ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑜
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑢𝑛𝑎𝑖 = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑠𝑘𝑜𝑛𝑡𝑜 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑗𝑎𝑡𝑢ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑜)
1+
360

28
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

• Pengungkapan
– Uraian SBI Tersedia Untuk Dijual dan Dimiliki Hingga Jatuh Tempo berdasarkan:
nilai wajar agregat, laba atau rugi yang belum direalisasi dari pemilikan SBI,
biaya perolehan, termasuk jumlah diskonto dan biaya transaksi yang belum
diamortisasi.
– Nilai wajar dan nilai tercatat SBI yang Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
– Uraian mengenai:
• penerimaan dari penjualan SBI dalam kategori Tersedia Untuk Dijual, laba
dan rugi yang direalisasi dari penjualan tersebut.
• dasar penentuan biaya perolehan dalam menghitung laba atau rugi yang
direalisasi dengan menggunakan metode identifikasi khusus.
• perubahan laba atau rugi yang belum direalisasi
– Setiap penjualan atau reklasifikasi
– SBI yang dijadikan jaminan

29
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
HTM AFS
Pada saat membeli: Pada saat membeli:
Db. SBI – Nominal Db. SBI
Db. SBI – Biaya transaksi (jika ada) Db. Beban investasi – Biaya transaksi
Kr. SBI – Diskonto Kr. Kas/Rekening
Kr. Kas/Rekening
Pada saat amortisasi diskonto dan Pada saat penilaian kembali:
biaya transaksi: Db/Kr. SBI
Db. SBI – Diskonto Db/Kr. Laba/Rugi yang belum
Kr. SBI – Biaya transaksi (jika ada) direalisasi (ekuitas)
Kr. Pendapatan bunga
Pada saat jatuh tempo: Pada saat dijual:
Db. Kas/Rekening Db. Kas/Rekening
Kr. SBI – Nominal Db/Kr. Laba/Rugi yang belum
direalisasi (ekuitas)
Db/Kr Keuntungan/kerugian
Kr. SBI

30
Ilustrasi - HTM
Jurnal
• Pada tanggal 3 Desember 2010, BPR
ABC membeli SBI jangka waktu 3 bulan Pembelian
di pasar sekunder. Nilai nominal SBI Rp SBI - Nominal 500.000.000
500.000.000. Tingkat diskonto 7% SBI – Biaya Transaksi 2.000.000
Jangka waktu 3 bulan SBI – Diskonto 8.599.509
• Nilai tunai = (500.000.000 x 360)/(360 + Kas/ Rekening 493.400.491
(tingkat diskonto x jangka waktu)) =
491,400,491 Amortisasi diskonto dan biaya transaksi Desember
• Nilai diskonto = Nilai nominal – Nilai SBI - Diskonto 2.675.403
tunai = 8,599,509 SBI – Biaya Transaksi 622.222
• Biaya Transaksi = 2,000,000 Pendapatan bunga 2.053.181
• Amortisasi Desember (28/90) Amortisasi diskonto dan biaya transaksi Januari
– diskonto s.d. 31/12/10 = 2,675,403
SBI - Diskonto 2.962.053
Unamortized 5,924,106
SBI – Biaya Transaksi 688.889
– biaya transaksi s.d. 31/12/10
= 622,222 Unamortized Pendapatan bunga 2.273.164
• Amortisasi dilakukan tiap bulan, maka Februari
amortisasi pada Maret 3 hari. Desember
28 hari, Januari 31 dan Februari 28 Pelunasan & amortisasi (3hari) Maret
• Asumsikan SBI diklasifikasikan sebagai SBI - Diskonto 286.650
HTM SBI – Biaya Transaksi 66.667
Pendapatan bunga 219.983
Kas/Rekening 500.000.000
SBI - Nominal 500.000.000
31
Ilustrasi - AFS
• Pada tanggal 3 Desember 2010, BPR Jurnal
ABC membeli SBI jangka waktu 3 Pembelian
bulan di pasar sekunder. Nilai nominal SBI 491.400.491
SBI Rp 500.000.000. Tingkat diskonto Beban Investasi – Biaya Transaksi 2.000.000
7% Jangka waktu 3 bulan Kas/ Rekening 493.400.491
• Nilai tunai = (500.000.000 x 360)/(360
+ (tingkat diskonto x jangka waktu)) = Tanggal 31 Desember penyesuaian nilai
491,400,491 wajar
• Biaya Transaksi = 2,000,000 SBI 2.675.403
• Harga tanggal 31 Desember Laba yang belum direalisasi -ekuitas 2.675.403
494.075.894 Pada 15 Januari dijual dengan harga
• Asumsikan SBI diklasifikasikan sebagai 495.000.000
AFS Kas / rekening 495.000.000
Rugi yang belum direalisasi - ekuitas 2.675.403
SBI 494.075.894
Keuntungan penjualan SBI 3.599.509

32
Ilustrasi Reklasifikasi
• Pada tanggal 31 Desember AFS diklasifikasikan menjadi HTM

Pada 31 Desember reklasifikasi AFS menjadi HTM


SBI – HTM – Nominal 500.000.000
SBI – HTM - Diskonto 5.924.116
SBI – AFS 494.075.894
Tanggal 31 Januari, amortisasi L/R yang belum direalisasi 31/62
Laba yang belum direalisasi - ekuitas 2.675.403
Pendapatan bunga 2.675.403

• Pada tanggal 31 Desember HTM diklasifikasikan menjadi AFS dengan asumsi nilai wajar 495.000.000

Pada 31 Desember reklasifikasi AFS menjadi HTM


SBI – AFS 495.000.000
SBI - Diskonto 5.924.106
SBI – HTM 500.000.000
Laba yang belum direalisasi - ekuitas 924.106
Beban investasi – biaya transaksi 1.377.778
SBI – Biaya transaki 1.377.778

33
Pendapatan Bunga yang akan Diterima

• Pendapatan bunga dari kredit performing (L) yang telah diakui


sebagai pendapatan tetapi belum diterima pembayarannya.
• Termasuk dalam pengertian ini adalah pengakuan pendapatan
bunga dari penempatan pada bank lain.
• Pendapatan bungan yang akan diterima akan dkoreksi jika
kredit berubah dari performing menjadi non performing.
• Kredit sebesar 100juta disalurkan tanggal 15 September 2014, bunga dibayarkan tiap bulan
sebesar 2% flat, kredit berjangka waktu 12 bulan. Bunga selalu dibayarkan tepat waktu.
• Akan dibuat jurnal penyesuaian pada 31 Nopember 2014 untuk bunga setengah bulan.
Pendapatan bunga yang akan diterima 1.000.000
Pendapatan bunga 1.000.000
• Jika pada 25 Desember 2015 kedit tersebut menjadi NPL, karena bunga belum dibayar maka
dibuat jurnal penyesuaian atas pengakuan bunga yang telah dilakukan.
Pendapatan bunga 1.000.000
Pendapatan bunga yang akan diterima 1.000.000

34
Penempatan Pada Bank Lain

• Penempatan pada bank lain merupakan simpanan BPR pada bank


lain, yaitu berupa: Giro, Tabungan, Deposito, dan sertifikat deposito.
• Pengakuan dan Pengukuran
– Giro, tabungan, dan deposito diakui sebesar nilai nominal.
– Pendapatan bunga diakui secara akrual sebesar jumlah yang menjadi hak BPR.
– Sertifikat deposito diakui sebesar nilai nominal dikurangi nilai diskonto, amortisasi
diskonto dilakukan secara garis lurus.
– Peempatan bank syariah: wadiah/murabahah sebesar nominal pendapatan diakui
sebesa kas diterima atau mudharabah sebesar nilai nominal, pendapatan sebesar
bagi hasil secara akrual
• Penyajian:
– Selain Giro pada bank umum, disajikan sebesar nominal dengan penyisihan
kerugian sebagai pengurang (offsetting account).
• Pengungkapan : rincian per jenis simpanan pada bank lain; hubungan
istimewa; jumlah simpanan yang diblokir; rincian penempatan dan
pendapatan penempatan pada bank syariah.

35
Penempatan pada Bank Lain

• Jumlah penyisihan kerugian, ditetapkan berdasarkan


penelaahan terhadap kolektibilitas masing-masing saldo
penempatan.
• Kriteria dari kolektibilitas Penempatan pada Bank Lain:
– Lancar, Tidak terdapat tunggakan pokok dan atau bunga  PPAP 0,5%
– Kurang Lancar, Terdapat tunggakan pokok dan atau bunga, paling lama 5
(lima) hari Kerja  PPAP 10%
– Macet: PPAP 100% dari saldo penempatan
• Terdapat tunggakan pokok dan atau bunga, lebih dari 5 hari Kerja.
• Bank yang menerima penempatan dana antar bank tersebut
ditetapkan Dalam Perhatian Khusus (DPO)
• Bank yang menerima penempatan dana tersebut telah dilikuidasi

36
Penempatan pada Bank Lain

Pada 1 Juni menyetorkan giro ke bank BNI sebesar 300juta


Giro / Tabungan pada bank lain 300.000.000
Kas/Rekening 300.000.000
Pada 20 Juni menarik uang sebesar 50 juta
Kas/Rekening 50.000.000
Giro / Tabungan pada bank lain 50.000.000

Pada 30 Juni menerima bunga sebesar 2juta


Giro / Tabungan pada bank lain 2.000.000
Pendapatan 2.000.000

Pada 30 Juni dibentuk penyisihan piutang sebesar 1,25juta


Beban penyisihan – penempatan pada Bank lan 1.250.000
Penyisihan – penempatan pada Bank lan 1.250.000

37
Kredit yang Diberikan
• Definisi : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara BPR dan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam (debitur) untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.
• Pengakuan dan pengukuran
– Nilai buku awal kredit = pokok kredit – provisi + biaya transaksi
– Provisi & biaya transaksi diamortisasi selama jangka waktu kredit secara garis lurus,
diakui sebagai bagian dari pendapatan bunga
– Nilai buku kredit selanjutnya = sisa pokok kredit – unamortised provisi + unamortised
biaya transaksi
– Biaya transaksi adalah semua biaya tambahan yang terkait secara langsung dengan
pemberian kredit yang ditanggung oleh BPR, misalnya marketing fee. Biaya tambahan:
tidak akan dikeluarkan apabila tidak terdapat penyaluran kredit.
– Provisi kredit  Biaya yang harus dibayar debitur pada saat kredit disetujui dan
biasanya dinyatakan dalam persentase.
– Amortisasi provisi dan biaya transaksi dilakukan tanpa melihat kualitas kredit

38
Kredit yang Diberikan

PA BPR PAPI 2001


Kredit yang diberikan = Pokok kredit – Kredit yang diberikan = Pokok kredit
Provisi + Biaya transaksi
Provisi diamortisasi selama masa kredit Provisi sbg “Pendapatan provisi kredit yg
secara garis lurus sbg pendapatan bunga diterima di muka”, diamortisasi selama
(penambah pendapatan bunga). masa kredit.

Berdasarkan azas materialitas dan azas Berdasarkan azas materialitas dan azas
manfaat, provisi dapat diakui sekaligus manfaat, provisi dapat diakui sekaligus
sebagai pendapatan u/ kredit s/d 1 bulan sebagai pendapatan non-bunga.
kecuali melewati tanggal neraca.

Amortisasi biaya transaksi diakui sebagai Biaya transaksi diakui sekaligus sebagai
bagian dari pendapatan bunga (pengurang beban periode berjalan
pendapatan bunga).

39
Jurnal Kredit yang Diberikan

Keterangan Jurnal
Persetujuan kredit (off Db. Rek lawan – Fas. Kredit yg belum digunakan
B/S) Kr. Kwjbn komitmen – Fas. Kredit yg blm digunakan
Biaya transaksi Db. Kredit yg diberikan – biaya transaksi
Kr. Kas/Rekening
Provisi Db. Kas/Rekening
Kr. Kredit yg diberikan – Provisi

Penarikan kredit Reversal Off B/S:


Db. Kwjbn komitmen – Fas Kredit yg blm digunakan
Kr. Rek lawan – Fas Kredit yg blm digunakan
Pencairan dana:
Db. Kredit yg diberikan – Baki debet
Kr. Kas/Rekening

40
Jurnal Kredit yang Diberikan

Keterangan Jurnal
Kredit Performing (L) Pengakuan bunga (akrual):
Db. Pendapatan bunga yg akan diterima (pos tersendiri)
Kr. Pendapatan bunga
Amortisasi biaya transaksi & provisi terus dilakukan
tanpa melihat kualitas kredit:
Db. Kredit yg diberikan – Provisi
Kr. Kredit yg diberikan – Biaya transaksi
Db/Kr.Pendapatan bunga
Penerimaan bunga & Db. Kas/Rekening
pokok Kr. Pendapatan bunga yang akan diterima
Kr. Kredit yg diberikan – Baki debet

41
Jurnal Kredit yang Diberikan
Non Performing

Keterangan Jurnal
Koreksi pengakuan bunga Db. Pendapatan bunga (Current Year)
Db. Pendapatan bunga (Previous Years)
Kr. Pendapatan bunga yg akan diterima
Pencatatan kewajiban Db. Tagihan kontinjensi – pendapatan bunga kredit dlm
debitur di Off B/S penyelesaian
Kr. Rek lawan – Tagihan kontinjensi (pdptn bunga kredit dlm
penyelesaian)
Penerimaan pelunasan Pelunasan tunggakan pokok didahulukan (jika ada):
tunggakan: Db. Kas/Rekening
Kr. Kredit yang diberikan – Baki debet
Pelunasan tunggakan Db. Kas/Rekening
bunga Kr. Pendapatan bunga

Reversal kewajiban Kr. Rek lawan – Tghn kontinjensi (pdptn bunga kredit dalam
debitur di Off B/S penyelesaian)
Db. Tghn kontinjensi – pend bunga kredit dlm Penyelesaian

42
Ilustrasi Kredit yang diberikan
• Pada 1 Januari diberikan kredit modal kerja kepada Debitur dengan maksium kredit 15.000.000. jangka
waktu 12 bulan, bunga 15% per tahun atau 1,25 perbulan, provisi 1%. Biaya transaksi yang dapat
diatribusikan secara langsung 100.000. Total dana yang dikeluarkan bank sebesar :
Kredit yang diberikan – pokok 15.000.000
Kredit yang diberikan – provisi (150.000)
Jurnal Kredit yang diberikan – b. transaksi 100.000
Biaya transaksi timbul Total kredit 14.950.000
Kredit yang diberikan biaya transaksi 100.000
Kas/ Rekening 100.000

Pada saat persetujuan kredit


Rekening lawan – fasilitas kredit yang belum digunakan 15.000.000
Kewajiban komitment – fasilitas kredit yang belum 15.000.000
digunakan
Pada saat penarikan kredit
Kewajiban komitment – fasilitas kredit yang belum digunakan 15.000.000
Rekening lawan – fasilitas kredit yang belum digunakan 15.000.000
Kredit yang diberikan – baki debit 15.000.000
Kas / Rekening 14.850.000
Kredit yang diberikan - provisi 150.000

43
Ilustrasi Kredit yang diberikan

Biaya Pendapatan bunga


Periode Provisi Am. B
No PKK Predit transaksi Saldo kredit Pokok
Bunga Am Provisi Transaksi Total
1 01/01/2010 15.000.000 150.000 100.000 14.950.000
2 31/01/2010 15.000.000 137.500 91.667 14.954.167 187.500 12.500 8.333 191.667
3 28/02/2010 15.000.000 125.000 83.333 14.958.333 187.500 12.500 8.333 191.667
4 31/03/2010 15.000.000 112.500 75.000 14.962.500 187.500 12.500 8.333 191.667
5 30/04/2010 15.000.000 100.000 66.667 14.966.667 187.500 12.500 8.333 191.667
6 31/05/2010 15.000.000 87.500 58.333 14.970.833 187.500 12.500 8.333 191.667
7 30/06/2010 15.000.000 75.000 50.000 14.975.000 187.500 12.500 8.333 191.667
8 31/07/2010 15.000.000 62.500 41.667 14.979.167 187.500 12.500 8.333 191.667
9 31/08/2010 15.000.000 50.000 33.333 14.983.333 187.500 12.500 8.333 191.667
10 30/09/2010 15.000.000 37.500 25.000 14.987.500 187.500 12.500 8.333 191.667
11 31/10/2010 15.000.000 25.000 16.667 14.991.667 187.500 12.500 8.333 191.667
12 30/11/2010 15.000.000 12.500 8.333 14.995.833 187.500 12.500 8.333 191.667
13 31/12/2010 15.000.000 187.500 12.500 8.333 191.667
15.000.000 2.250.000 150.000 100.000 2.300.000

44
Ilustrasi Kredit yang diberikan
• Transaksi 31 Januari 2010, dilakukan hal yang Kredit yang diberikan – pokok 15.000.000
• Sama setiap bulan Kredit yang diberikan – provisi (137.500)
Kredit yang diberikan – b. transaksi 91.667
Jurnal Total kredit 14.954.167
Pengakuan bunga 31 Januari
Pendapatan bunga yang akan diterima 187.500
Pendapatan bunga 187.500

Penerimaan Setoran bunga


Kas/Rekening 187.500
Pendaptan bunga yang akan diterima 187.500
Amortisasi biaya transaksi
Pendapatan bunga 8.333
Kredit yang diberikan – biaya transaksi 8.333
Amortisasi provisi
Kredit yang diberikan -- provisi 12.500
Pendapatan bunga 12.500

45
Ilustrasi Kredit yang diberikan
• Transaksi 31 Desember 2010 - pelunasan

Jurnal
Pengakuan bunga 31 Januari
Pendapatan bunga yang akan diterima 187.500
Pendapatan bunga 187.500

Penerimaan Setoran bunga dan pokok kredit


Kas/Rekening 15.187.500
Pendapatan bunga yang akan diterima 187.500
Kredit yang diberikan – baki debet 15.000.000
Amortisasi biaya transaksi
Pendapatan bunga 8.333
Kredit yann diberikan – biaya transaksi 8.333
Amortisasi provisi
Kredit yang diberikan -- provisi 12.500
Pendapatan bunga 12.500

46
Ilustrasi Kredit yang diberikan – bunga mengambang
• Pada 1 Januari diberikan kredit modal kerja kepada Debitur dengan maksium kredit 15.000.000. jangka
waktu 12 bulan, bunga 15% per tahun atau 1,25 perbulan, provisi 1%. Biaya transaksi yang dapat
diatribusikan secara langsung 100.000. Total dana yang dikeluarkan bank sebesar :
• Suku bunga berubah menjadi 18% atau 1,5% per bulan pada 1 Juli

Jurnal
Transaksi 2, 31 Januari
Pendapatan bunga yang akan diterima 187.500
Kredit yang diberikan – provisi 12.500
Pendapatan bunga 191.667
Kredit yang diberikan biaya transaksi 8.333
Transaksi 8, 31 Juli – perubahan bunga
Pendapatan bunga yang akan diterima 225.000
Kredit yang diberikan – provisi 12.500
Pendapatan bunga 229,167
Kredit yang diberikan biaya transaksi 8.333

47
Ilustrasi Kredit yang diberikan

Biaya Pendapatan bunga


Periode Provisi Am. B
No PKK Predit transaksi Saldo kredit Pokok
Bunga Am Provisi Transaksi Total
1 01/01/2010 15.000.000 150.000 100.000 14.950.000
2 31/01/2010 15.000.000 137.500 91.667 14.954.167 187.500 12.500 8.333 191.667
3 28/02/2010 15.000.000 125.000 83.333 14.958.333 187.500 12.500 8.333 191.667
4 31/03/2010 15.000.000 112.500 75.000 14.962.500 187.500 12.500 8.333 191.667
5 30/04/2010 15.000.000 100.000 66.667 14.966.667 187.500 12.500 8.333 191.667
6 31/05/2010 15.000.000 87.500 58.333 14.970.833 187.500 12.500 8.333 191.667
7 30/06/2010 15.000.000 75.000 50.000 14.975.000 187.500 12.500 8.333 191.667
8 31/07/2010 15.000.000 62.500 41.667 14.979.167 225.000 12.500 8.333 229.167
9 31/08/2010 15.000.000 50.000 33.333 14.983.333 225.000 12.500 8.333 229.167
10 30/09/2010 15.000.000 37.500 25.000 14.987.500 225.000 12.500 8.333 229.167
11 31/10/2010 15.000.000 25.000 16.667 14.991.667 225.000 12.500 8.333 229.167
12 30/11/2010 15.000.000 12.500 8.333 14.995.833 225.000 12.500 8.333 229.167
13 31/12/2010 15.000.000 225.000 12.500 8.333 229.167
15.000.000 2.475.000 150.000 100.000 2.525.000

48
Pengungkapan Kredit yang Diberikan

• Jenis & jumlah kredit berdasarkan sektor ekonomi.


• Jumlah kredit pada pihak terkait
• Kedudukan BPR dalam pembiayaan bersama dan porsi yang dibiayai BPR.
• Jumlah kredit yang dijamin dan besar resikonya
• Jumlah kredit channeling dan kredit exekuting
• Jumlah kredit yang direstrukturisasi
• Klasifikasi kredit menurut jangka waktu, kualitas dan tingkat suku bunga
rata-rata
• Ikhtisar perubahan PPAP
• Kebijakan penghapusan dan penanganan kredit bermasalah
• Kebijakan pengendalian resiko kredit oleh manajemen
• Besarnya NPL dan PPAP per sektor ekonomi
• Saldo kredit yang sudah dihentikan pembebanan bunganya
• Anggunan Yang Diambil Alih (AYDA)
• Ikhtisar kredit yang dihapusbukukan

49
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

1. Aktiva Produktif adalah penyediaan dana BPR dalam bentuk rupiah untuk
memperoleh penghasilan dari Penempatan Dana Antar Bank dan Kredit
Yang Diberikan
2. PPAP merupakan dana yang dibentuk/dicadangkan sebagai
perhitungan/kompensasi atas kemungkinan kerugian dari pengelolaan
aktiva produktif, sehingga diperoleh nilai wajar dari aktiva produktif
terkait dan perolehan laba pada periode terkait
3. Pembentukan PPAP dihitung berdasarkan persentase tetap dari saldo
aktiva produktif setelah dikurangi dengan agunan yang dikuasai, kecuali:
• Aktiva Produktif lancar
• Aktiva Produktif Macet lebih dari 2 (dua) tahun

50
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

4. Besarnya persentase PPAP, sesuai PBI No.8/19/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006


dan PBI No.13/26/PBI/2011 tanggal 28 Desember 2011, adalah sbb.:
• Lancar 0,5%
• Kurang Lancar 10%
• Diragukan 50%
• Macet 100%
5. PPAP dibagi 2 (dua) kategori, yaitu: Penyisihan Kerugian Umum adalah
aktiva produktif dengan kolektibilitas lancar; dan Penyisihan Kerugian
Khusus adalah aktiva produktif yang tergolong kurang lancar, diragukan
dan macet

6. Penyajian PPAP dalam laporan keuangan (neraca), adalah sebagai faktor


pengurang dari aktiva produktif terkait

51
Penyisihan Kredit yang Diberikan

• Jumlah penyisihan kerugian, ditetapkan berdasarkan


penelaahan terhadap kolektibilitas masing-masing saldo
penempatan. (PBI No.8/19/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006
dan PBI No.13/26/PBI/2011 tanggal 28 Desember 2011).

• Kredit diklasifikasikan sebagai berikut:


• Kredit dengan angsuran diluar KPR
• Kredit tanpa angsuran
• Kredit dengan angsuran untuk KPR

52
Kredit yang Diberikan non KPR

• Tingkat kolektibilitas (kualitas aktiva produktif) Penempatan Pada Bank


Lain, ditetapkan menjadi 4 (empat) golongan: Lancar; Kurang Lancar;
Diragukan dan Macet.

• Kualitas Kredit dengan masa angsuran kurang dari 1 (satu) bulan:


Lancar
• Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga
• Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga tidak lebih dari 1 (satu) bulan
dan kredit belum jatuh tempo
Kurang Lancar
• Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 1 (satu) bulan,
tetapi tidak lebih dari 3 (tiga) bulan
• Kredit telah jatuh tempo, tapi tidak lebih dari 1 (satu) bulan

53
Kredit yang Diberikan Non KPR

Diragukan
– Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 3 (tiga)
bulan, tetapi tidak lebih dari 6 (enam) bulan
– Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan, tapi tidak lebih dari
2 (dua) bulan
Macet:
– Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 6
(enam) bulan
– Kredit telah jatuh tempo lebih dari 2 (dua) bulan
– Kredit telah diserahkan ke Badan Urusan Piutang Negara (BUPN)
– Kredit telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan
asuransi

54
Kredit yang Diberikan non KPR angsuran >= 1bulan

7. Kualitas Kredit dengan masa angsuran 1 (satu) bulan atau lebih:

Lancar
Kurang Lancar Diragukan
• Tidak terdapat tunggakan
• Terdapat tunggakan angsuran • Terdapat tunggakan angsuran
angsuran pokok dan atau
pokok dan atau bunga, lebih pokok dan atau bunga, lebih
bunga
dari 3 (tiga) kali angsuran, dari 6 (enam) kali angsuran,
• Terdapat tunggakan
tetapi tidak lebih dari 6 tetapi tidak lebih dari 12 (dua
angsuran pokok dan atau
(enam) kali angsuran belas) kali angsuran
bunga tidak lebih dari 3
• Kredit telah jatuh tempo, tapi • Kredit telah jatuh tempo
(tiga) kali angsuran dan
tidak lebih dari 1 (satu) bulan lebih dari 1 (satu) bulan, tapi
kredit belum jatuh tempo
tidak lebih dari 2 (dua) bulan

Macet:
• Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 12 kali angsuran
• Kredit telah jatuh tempo lebih dari 2 (dua) bulan
• Kredit telah diserahkan ke Badan Urusan Piutang Negara (BUPN)
• Kredit telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi

55
Kredit yang Diberikan - KPR

8. Kualitas Kredit dengan angsuran untuk KPR


Lancar
 Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga
 Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga tidak lebih dari 6
(enam) kali angsuran dan kredit belum jatuh tempo
Kurang Lancar
 Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 6 (enam)
kali angsuran, tetapi tidak lebih dari 9 (sembilan) kali angsuran
 Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan

56
Kredit Yang Diberikan - KPR

Diragukan
– Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 9
(sembilan) kali angsuran, tetapi tidak lebih dari 30 (tiga puluh) kali
angsuran
– Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan, tapi tidak lebih dari
2 (dua) bulan
Macet:
– Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 30
(tiga puluh) kali angsuran
– Kredit telah jatuh tempo lebih dari 2 (dua) bulan
– Kredit telah diserahkan ke Badan Urusan Piutang Negara (BUPN)
– Kredit telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan
asuransi

57
Kredit yang Diberikan Tanpa Angsuran

9. Kualitas Kredit tanpa angsuran


Lancar
• Tidak terdapat tunggakan angsuran bunga
• Terdapat tunggakan angsuran bunga tidak lebih dari 3 (tiga) kali
angsuran dan kredit belum jatuh tempo

Kurang Lancar
• Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 3
(tiga) kali angsuran, tetapi tidak lebih dari 6 (enam) kali angsuran
• Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan

58
Kredit yang Diberikan Tanpa Angsuran

Diragukan
– Terdapat tunggakan angsuran bunga, lebih dari 6 (enam) kali angsuran,
tetapi tidak lebih dari 12 (dua belas) kali angsuran
– Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan, tapi tidak lebih dari
2 (dua) bulan
Macet:
– Terdapat tunggakan angsuran bunga, lebih dari 12 (dua belas) kali
angsuran
– Kredit telah jatuh tempo lebih dari 2 (dua) bulan
– Kredit telah diserahkan ke Badan Urusan Piutang Negara (BUPN)
– Kredit telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan
asuransi

59
60

Penyisihan Kerugian dan Penghentian Pengakuan

• Penyisihan Kerugian Kredit dibentuk untuk menutup


kemungkinan kerugian yang timbul sehubungan dengan
penanaman dana ke dalam kredit.
• Penghapusbukuan Kredit (Hapus Buku) adalah tindakan
administratif BPR untuk menghapus buku kredit macet dari
neraca sebesar kewajiban debitur tanpa menghapus hak
tagih BPR kepada debitur.
• Penghapusan Hak Tagih Kredit (Hapus Tagih) adalah
tindakan BPR menghapus kewajiban debitur yang tidak
dapat diselesaikan.
61

Penyisihan Kerugian dan Penghentian Pengakuan

• Besar penyisihan kerugian kredit berdasarkan:


– Kualitas kredit;
– Agunan, jenis pengikatan agunan, harga pasar dan penilaian penilai
independen.
– Minimal penyisihan yang wajib dibentuk sesuai ketentuan yang
berlaku.
– Penghentian pengakuan kredit:
• Dilunasi, atau
• Diselesaikan dengan pengambilalihan agunan
– Hapus buku dan hapus tagih dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku.
62

Penyisihan Kerugian dan Penghentian Pengakuan


• Pengakuan dan Pengukuran
– BPR wajib membentuk penyisihan kerugian kredit minimal sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
– Pembentukan penyisihan dapat dilakukan setiap saat atau pada tanggal laporan.
– Ganti rugi dari perusahaan asuransi diakui pada saat:
• diperoleh kepastian atas ganti rugi tersebut, apabila terdapat syarat tertentu untuk
memperoleh ganti rugi.
• penyisihan kredit yang dijamin, apabila BPR memiliki hak atas ganti rugi tanpa syarat tertentu.
– Kredit serta tagihan lainnya yang dihapus buku dan bukan dalam rangka hapus tagih
tetap dicatat secara extra comptable (off balance sheet).
– Hapus buku dalam rangka hapus tagih, BPR tidak lagi mencatat kredit/tagihan lain
secara extra comptable.
– Pencatatan kredit dan tagihan lain yang telah dihapus buku dalam extra comptable
dapat dihentikan apabila dalam jangka waktu tertentu tidak diperoleh pembayaran
setelah dilakukan usaha penagihan dan mendapat keputusan manajemen atau dilakukan
hapus tagih.
– Setoran yang diterima dari debitur atas kredit yang telah dihapus buku/hapus tagih
diakui sebagai Pendapatan Operasional Lainnya.
63

Penyisihan Kerugian dan Penghentian Pengakuan

• Penyajian
1. Beban pembentukan penyisihan kerugian kredit disajikan setelah Beban
Bunga pada pos Beban Penyisihan Kerugian Kredit.
2. Saldo Penyisihan Kerugian Kredit disajikan sebagai pos pengurang dari kredit.
3. Piutang dari ganti rugi asuransi dan akumulasi kerugian penurunan nilai tidak
dapat disajikan secara neto (saling hapus) dalam neraca.
4. Pendapatan ganti rugi dan beban penghapusan kredit dapat disajikan secara
neto (saling hapus) dalam laporan laba rugi.
5. Penerimaan setoran kredit yang dihapus buku/hapus tagih disajikan secara
terpisah dalam Pendapatan Operasional Lainnya.
64

Penyisihan Kerugian dan Penghentian Pengakuan

• Pengungkapan
1. Ikhtisar perubahan penyisihan kerugian dan penghapusbukuan kredit
dalam tahun bersangkutan:
a) saldo awal tahun (a)
b) pembentukan/pembalikan penyisihan selama tahun berjalan (b)
c) penghapusbukuan kredit tahun bersangkutan (c)
d) saldo akhir tahun (a) + (b) - (c)
2. Kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan dan
pengelolaan kredit bermasalah.
3. Besaran dan tarif dari masing-masing jenis penyisihan.
Jurnal Penyisihan

Keterangan Jurnal

Pembentukan penyisihan Db. Beban penyisihan kerugian kredit


kerugian Kr. Penyisihan kerugian kredit

Penghapusbukuan kredit Db. Penyisihan kerugian kredit


dilakukan setelah Kr. Kredit yg diberikan – baki debet
memperhitungkan hasil Off B/S kewajiban debitur
penjualan agunan (jika ada) Db. Memorial kredit yg dihapus buku
Penghapusbukuan tagihan Kr. Rek lawan – Memorial kredit yg dihapus buku
bunga dilakukan pada saat
kredit menjadi non-performing

65
Jurnal Penyisihan

Keterangan Jurnal

Penerimaan setoran atas kredit Db. Kas/rekening


yang telah dihapusbuku Kr. Pendapatan operasional lainnya

Reversal Off B/S kewajiban Db. Rek lawan – Memorial kredit yg dihapus buku
debitur Kr. Memorial kredit yg dihapus buku

Hapus tagih atas kredit Db. Rek lawan – Memorial kredit yg dihapus buku
Reversal Off B/S kewajiban Kr. Memorial kredit yg dihapus buku Bunga:
debitur Pokok : Kr. Rek lawan – Tghn kontinjensi (pdptn bng kredit DP)
Db. Tagihan kontinjensi – pdptn bunga kredit DP

66
Ilustrasi Kredit yang diberikan – penyisihan lancar
• Pada 1 Januari diberikan kredit modal kerja kepada Debitur dengan maksium kredit
15.000.000. jangka waktu 12 bulan, bunga 15% per tahun atau 1,25 perbulan, provisi 1%.
Biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung 100.000. Total dana yang
dikeluarkan bank sebesar 14.950.000

Jurnal
31 Januari 2010, pembentukan penyisihan kerugian umum
0.5% dari kredit kategori lancar 75.000
Beban penyisihan kerugian kredit 75.000
Penyisihan kreugian kredit
Amoritisasi atas biaya transaksi dan provisi
Kredit yang diberikan – provisi 12.500
Kredit yang diberikan – biaya transaksi 8.333
Pendapatan bunga 4.167

Kredit yang diberikan – pokok 15.000.000


Kredit yang diberikan – provisi (137.500)
Kredit yang diberikan – b. transaksi 91.667
Total kredit 14.954.167
Penyisihan kerugian kredit 75.000
Kredit netto 14.879.167

67
Ilustrasi Kredit yang diberikan – penyisihan kurang lancar
• Pada 31 Maret kredit dinyatakan kurang lancar, nilai agunan 20.000.000 dengan coverage 80%
• Amortisasi biaya transaksi dan provisi terus dilakukan tidak tergantung kolektibiltas
• Diasumsikan, penyisihan kerugian untuk kredit kurang lancar adalah 10% dari kredit setelah
dikurangi agunan. Mengingat agunan (Rp20.000.000 x 80% = Rp16.000.000) masih memenuhi
jumlah kredit, tidak ada pengakuan penyisihan kerugian yang perlu dibentuk.
• Pendapatan bunga yang akan diterima dikoreksi dan dikategorikan sebagai tagihan kontijensi.

Jurnal
31 Maret 2010, koreksi pengakuan bunga akrual (bunga 3 bulan
187.500 x 3 = 562.500)
Pendapatan bunga 562.500
Pendapatan bunga yang akan diterima 562.500
Pengakuan sebagai tagihan kontijen
Tagihan kontijensi 562.500
Rekenng lawan – tagihan kontijensi 562.500
Amoritisasi atas biaya transaksi dan provisi
Kredit yang diberikan – provisi 12.500
Kredit yang diberikan – biaya transaksi 8.333
Pendapatan bunga 4.167

68
Ilustrasi Kredit yang diberikan – penyisihan macet
• Sampai 30 Nopember Debitur tidak memenuhi kewajibannya dan dinyatakan macet
• Agunan diserahkan dengan nilai awal Rp 20.000.000 dan coverage 80%. Namun pada 30 November
2010, nilai pasar agunan menurun menjadi Rp 15.000.000.
• Penyisihan kerugian atas kredit non-performing dibentuk penuh setelah memperhitungkan agunan.
Jurnal Nilai agunan menjadi 80% x 15.000.000 =
12.000.000 akibat penurunan nilai.
Amoritisasi atas biaya transaksi dan provisi Penurunan nilai 15.000.000 – 12.000.000
Kredit yang diberikan – provisi 12.500 = 3.000.000, penyisihan sebelumnya
75.000 sehingga perlu tambahan
Kredit yang diberikan – biaya transaksi 8.333 2.925.000
Pendapatan bunga 4.167 Kredit yang diberikan 15.000.000
Provisi 12.500
Pengakuan sebagai tagihan kontijen Biaya transaksi 8.333
Tagihan kontijensi 187.500 Total kredit 14.995.000
Rekening lawan – tagihan kontijensi 187.500 Penyisihan kerugian 3.000.000
Kredit netto 11.995.883
31 Januari 2010, pembentukan penyisihan
kerugian umum
Beban penyisihan kerugian kredit 2.925.000
Penyisihan kreugian kredit 2.925.000

69
Ilustrasi Kredit– Penghapusan
• 31 Desember 2010, Mengingat terdapat permasalahan agunan dan tidak/belum dapat diambilalih,
namun BPR memutuskan untuk memperbaiki portofolio kredit, diasumsikan untuk
menghapusbukukan kredit tanpa penyelesaian melalui pengambilalihan maupun penjualan agunan:
Jurnal
Amortisasi provisi dan biaya transaksi
Kredit yang diberikan – provisi 12.500
Kredit yang diberikan biaya transaksi 8.333
Rekening lawan – tagihan kontijensi 4.167
Pengakuan sebagai tagihan kontijen
Tagihan kontijensi 187.500
Rekenng lawan – tagihan kontijensi 187.500
Pembentukan kekurangan penyisihan kerugian untuk pencadangan
100% (tanpa memperhitungkan agunan)
Beban penyisihan kerugian kredit 12.000.000
Penyisihan kerugian kredit 12.000.000
Penghapusan kredit
Penyisihan kerugian kredit 15.000.000
Kredit yang diberikan – pokok kredit 15.000.000
Memo kredit dihapuskan 15.000.000
Rekening lawan – memorial kredit dihapuskan 15.000.000
70
Ilustrasi Kredit– Penerimaan setelah penghapusan
• Pada 30 Juni 2011 Debitur menyelesaikan kreditnya dengan membayar sejumlah Rp18.000.000, dan
ditetapkan bahwa kredit telah diselesaikan. Pada Rekening memorial terdapat Memorial kredit yang
dihapusbuku sebesar Rp15.000.000 dan Tagihan kontinjensi atas bunga Rp 375.000. (asumsi: bunga
kontinjensi tetap dihitung s.d. 30 Juni 2010)
Jurnal
Penerimaan setoran Debitur
Kas/Rekening 18.000.000
Pendapatan operasional lain 18.000.000
Penghapusan catatan extracomptable
Rekening lawan – memorial kredit dihapus bukukan 15.000.000
Memorial kredit yang dihapusbuku 15.000.000
Rekening lawan – tagihan kontijensi 3.000.000
Tagihan kontijensi 3.000.000
Menghapuskan sisa tagihan kontijensi 375.000
Rekening lawan – tagihan kontijensi 375.000
Tagihan kontijensi 375.000

71
Ilustrasi Kredit– dihapustagihkan
• Dari contoh sebelumnya misalnya kredit tidak dilunasi setelah dilakukan upaya penagihan dan
upaya penyelesaian namun tidak mendapatkan hasil, dan pada 31 Desember 2011 kredit
diputuskan untuk dihapustagih

Jurnal
Penghapusan kredit
Rekening lawan – memorial kredit dihapuskan 15.000.000
Memo kredit dihapuskan 15.000.000

Penghapusan tagihan kontiijensi


Rekening lawan – tagihan kontijensi 4.500.000
Tagihan kontijensi 4.500.000

72
73

Restrukturisasi Kredit

• Restrukturisasi Kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan BPR dalam


kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk
memenuhi kewajibannya.
• Berdasarkan pertimbangan ekonomi atau hukum, BPR memberikan
konsesi khusus kepada debitur, yaitu konsesi yang tidak akan diberikan
apabila tidak terdapat kesulitan keuangan di pihak debitur.
• Restrukturisasi kredit dilakukan apabila BPR mempunyai keyakinan bahwa
debitur masih memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi
kewajibannya setelah kreditnya direstrukturisasi.
74

Restrukturisasi Kredit

• Pengakuan dan pengukuran


Nilai Tunai Penerimaan Kas Masa Depan adalah nilai tunai perkiraan arus
kas masa depan dari total kewajiban debitur sesuai dengan perjanjian
restrukturisasi kredit berdasarkan tingkat diskonto tertentu (suku bunga
kontraktual awal).
• Cara Restrukturisasi
– Modifikasi persyaratan kredit: penurunan suku bunga, perpanjangan,
pengurangan tunggakan
– Penambahan fasilitas kredit: fresh money atau konversi tunggakan bunga
75

Restrukturisasi Kredit

1. Modifkasi persyaratan
– Pembayaran yang akan diterima di masa depan berdasarkan persyaratan yang
baru diukur sebesar nilai tunai.
– Arus kas masa depan diukur sebesar nilai tunai menggunakan suku bunga
kontraktual awal kredit.
– Jika nilai tunai lebih rendah selisihnya diakui sebagai kerugian restrukturisasi
2. Penambahan fasilitas - konversi tunggakan bunga
– Penambahan nilai tercatat diakui sebagai pendapatan bunga yg ditangguhkan.
– Pendapatan bunga yg ditangguhkan diamortisasi dan diakui sebagai
• pendapatan bunga sepanjang kredit termasuk kategori performing,
• tidak diamortisasi dan tidak diakui jika termasuk non performing.
76

Restrukturisasi Kredit

• Penyajian
1. Kerugian restrukturisasi kredit disajikan sebelum beban
operasional pada pos Beban Kerugian Restrukturisasi Kredit.
2. Penyisihan restrukturisasi kredit, yang merupakan selisih antara
nilai tercatat kredit dengan nilai tunai penerimaan kas masa
depan, disajikan sebagai pos pengurang dari kredit yang
direstrukturisasi.
3. Pendapatan bunga yang ditangguhkan, yang merupakan hasil
konversi tunggakan bunga, disajikan sebagai pos pengurang dari
kredit yang direstrukturisasi.
77

Restrukturisasi Kredit

• Pengungkapan
1. Jumlah kredit yang direstrukturisasi, jenis restrukturisasi
yang dilakukan, dan alasan restrukturisasi.
2. Data komparatif mengenai:
a) jumlah kredit bermasalah;
b) jumlah pendapatan yang diakui dengan basis kas selama periode
timbulnya kredit bermasalah;
c) jumlah fasilitas kredit tambahan yang diberikan kepada debitur
yang direstrukturisasi;
d) d) kerugian restrukturisasi kredit; dan informasi lain atas kredit
yang direstrukturisasi.
Jurnal Restrukturisasi

Keterangan Jurnal
Modifikasi persyaratan kredit Db. Kredit yang diberikan (baru)
Apabila nilai tunai lebih rendah Kr. Kredit yang diberikan (lama)
dibandingkan nilai tercatat Db. Beban kerugian restrukturisasi kredit
Kr. Penyisihan kerugian kredit
Konversi tunggakan tagihan bunga
a) Pada saat restrukturisasi Db. Kredit yang diberikan
Kr. Pendapatan bunga yang ditangguhkan

Amortisasi pendapatan bunga yang Db. Pendapatan bunga yang ditangguhkan


ditangguhkan pada saat Kr. Pendapatan bunga
kredit yang direstrukturisasi termasuk
kategori performing
Pada saat kredit yang direstrukturisasi Tidak ada amortisasi pendapatan bunga yang
termasuk kategori nonperforming ditangguhkan

78
Ilustrasi Kredit - Restrukturisasi
• Pada tanggal 1 Januari 2010, kredit yang diberikan BPR XYZ kepada Debitur A perjanjian kredit modal kerja: :
• Maksimum kredit Rp. 240.000.000, Jangka waktu 2 tahun, Jenis kredit Modal Kerja, Bunga 16%/tahun atau
1,33%/bulan, Provisi 1 % atau Rp. 2.400.000, Tidak ada biaya transaksi BPR yang dapat diatribusikan secara
langsung. Cicilan bunga kredit dilakukan setiap bulan, pembayaran pokok dilakukan pada akhir masa kredit
(bullet-payment). Berdasarkan data di atas, total dana yang dikeluarkan bank sebesar Rp237.600.000 = (Rp
240.000.000 – Rp2.400.000).
• Asumsi: Agunan diserahkan dengan nilai awal Rp 300.000.000 dan coverage 60%., Penyisihan kerugian atas kredit
non-lancar dibentuk penuh setelah memperhitungkan agunan.

Jurnal
Penarikan kredit
Kredit yang diberikan – baki debet 240.000.000
Kredit yang diberikan – provisi 2.400.000
Kas/Rekening 237.600.000
Pembentukan penyisihan kerugian kredit, 0.5% dari kredit kategori lancar
Beban penyisihan kerugian kredit 1.200.000
Penyisihan kerugian kredit 1.200.000

Amortisasi atas provisi


Kredit yang diberikan – Provisi 100.000
Pendapatan bunga 100.000

79
Proyeksi Debitur Kredit

Pendapatan bunga
No Periode PKK Predit Provisi Saldo kredit Pokok Bunga Am Provisi Total
1 01/01/2010 240.000.000 2.400.000 237.600.000

2 31/01/2010 240.000.000 2.300.000 237.700.000 3.200.000 100.000 3.300.000

3 28/02/2010 240.000.000 2.200.000 237.800.000 3.200.000 100.000 3.300.000

4 Ilustrasi
31/03/2010 240.000.000 2.100.000 Kredit - Penarikan
237.900.000 3.200.000 100.000 3.300.000
. . . . . . . . .
. . . . . . . . .
. . . . . . . . .

22 30/09/2010 240.000.000 300.000 239.700.000 3.200.000 100.000 3.300.000

23 31/10/2010 240.000.000 200.000 239.800.000 3.200.000 100.000 3.300.000

24 30/11/2010 240.000.000 100.000 239.900.000 3.200.000 100.000 3.300.000


25 31/12/2010 240.000.000 76.800.000 2.400.000 79.200.000

80
Ilustrasi Kredit yang diberikan – penyisihan kurang lancar
• Pada 31 Maret kredit dinyatakan kurang lancar
• Amortisasi biaya transaksi dan provisi terus dilakukan tidak tergantung kolektibiltas
• Diasumsikan, penyisihan kerugian untuk kredit kurang lancar adalah 10% dari kredit setelah dikurangi
agunan. Mengingat agunan hanya memenuhi sebagian kredit yaitu Rp180.000.000 (Rp300.000.000 x
60%) sehingga dengan saldo penyisihan kerugian sebesar Rp1.200.000, kekurangan pembentukan
penyisihan kerugian sebesar Rp4.800.000 (R60.000.000x10% - Rp1.200.000)
Jurnal
31 Maret 2010, koreksi pengakuan bunga akrual
Terakumulasi Jan-Mar 240jtx16%x3/12=9.600.000
Pendapatan bunga 9.600.000
Pendapatan bunga yang akan diterima 9.600.000
Pengakuan sebagai tagihan kontijensi
Tagihan kontijensi 9.600.000
Rekenng lawan – tagihan kontijensi 9.600.000
Amoritisasi atas biaya transaksi dan provisi
Kredit yang diberikan – provisi 100.000
Pendapatan bunga 100.000
Pembentukan penyisihan kerugian umum kredit kurang lancar
Beban penyisihan kerugian kredit 4.800.000
Penyisihan kerugian kredit 4.800.000

81
Restrukturisasi
• Restrukturisasi dengan perpanjangan jangka waktu dan perubahan suku bunga
• Pada tanggal 30 April 2010, debitur mengalami penurunan omset penjualan dan mengajukan
restrukturisasi, dengan kondisi sebagai berikut:
– Memperpanjang jangka waktu kredit menjadi 3 tahun terhitung sejak tanggal 30 April 2010.
– Penurunan suku bunga menjadi 14%. Tagihan bunga s.d. 30 April 2010 sebesar Rp12.800.000 dilunasi.
– Tidak ada penambahan agunan
– Proyeksi rekening debitur dengan arus kas baru sebagai berikut: Proyeksi restrukturisasi kredit dengan
modifikasi persyaratan, perpanjangan jangka waktu dan penurunan suku bunga
• Bunga Januari s.d. April 2010 terakumulasi sebesar Rp240.000.000 x 16% x 4/12 bulan =
Rp12.800.000
• Perhitungan nilai tunai dari arus kas masa depan jadwal hasil restrukturisasi dengan tingkat diskonto
tingkat bunga kontraktual awal (sebelum restrukturisasi). Proyeksi arus kas hasil restrukturisasi, nilai
tunai dari arus kas pokok dan bunga hasil restrukturisasi adalah sebesar Rp228.622.476.
• Kerugian restrukturisasi timbul jika nilai tunai lebih rendah dibanding nilai tercatat kredit pada saat
restrukturisasi. Dengan nilai tunai Rp228.622.476 lebih rendah dibanding dengan okok kredit
Rp240.000.000, terdapat kerugian restrukturisasi kredit:
– Pokok kredit Rp 240.000.000
– Nilai tunai arus kas (dikonto @16%) Rp 228.622.476*
– Total Kerugian restrukturisasi kredit Rp 11.377.524
• PV 240.000.000 dg bunga 16%, 3 tahun = 148.979.805
• PV Annuitas pembayaran bunga 14% 2.800.000 bunga 16%/12 selama 36 bulan = 79.712.812

82
Proyeksi restrukturisasi
Pendapatan bunga
No Periode PKK Predit Kerugian Saldo kredit Pokok Bunga Am Provisi Total

1 30/04/2010 240.000.000 2.400.000 237.600.000

2 31/05/2010 240.000.000 2.151.700 237.848.300 2.800.000 3.048.300 248.300 2.800.000

3 30/06/2010 240.000.000 1.900.090 238.099.910 2.800.000 3.051.610 251.610 2.800.000


. . . . . . . . .
. . . . . . . . .
. . . . . . . . .

22 30/09/2010 240.000.000 300.000 239.700.000 2.800.000 3.184.417 384.417 2.800.000

23 31/10/2010 240.000.000 (89.543) 240.089.543 2.800.000 3.189.543 389.543 2.800.000

24 30/11/2010 240.000.000 (484.280) 240.484.280 2.800.000 3.194.737 394.737 242.800.000

25 31/12/2010 240.000.000 100.000.000 112.177.524 11.377.524 340.800.000

Pokok Bunga Total


Pokok Kredit 240.000.000
Nilai tunai 16% 148.979.805 79.712.812 228.622.476
Kerugian restrukturisasi 11.377.524

83
Restrukturisasi

Jurnal
Penerimaan kas atas pelunasan tunggakan bunga dan denda:
Kas 12.800.000
Pendapatan bunga operasional lain – tunggakan 12.800.000
Pengurangan rekening memorial tunggakan bunga krn dilunasi
Rekening lawan – tagihan kontijensi 12.800.000
Tagihan kontijensi 12.800.000
Pencatatan hasil restrukturisasi dan pembebanan kerugian
restrukturisasi kredit:
Kredit yang diberikan – Baki debet (baru) 240.000.000
Kredit yang diberikan – Baki debet (baru) 240.000.000
Beban kerugian restrukturisasi kredit 11.377.524
Penyisihan kerugian restrukturisasi 11.377.524
Amortisasi atas biaya transaksi dan provisi
Kredit yang diberikan – provisi 2.100.000
Pendapatan bunga 2.100.000

84
Ilustrasi Kredit yang diberikan – penyisihan macet
• Kredit hasil restrukturisasi setelah kerugian restrukturisasi tercatat sebesar
Rp228.622.476.
• Dengan asumsi kolektibilitas tidak berubah (Kurang Lancar), maka BPR perlu membentuk
penyisihan kerugian kredit sebesar Rp4.862.248 (Rp228.622.476 – Rp180.000.000 x
10%), saldo penyisihan kerugian kredit tercatat sebesar Rp6.000.000 maka terdapat
kelebihan penyisihan kerugian kredit sebesar Rp1.137.752.
• Diasumsikan kelebihan ini dapat diakui langsung pada saat restrukturisasi:

Jurnal
Penyisihan kerugian kredit 1.137.752
Pendapatan operasi lainnya 1.137.752

• Kerugian restrukturisasi kredit disajikan sebagai pos pengurang dari kredit yang
direstrukturisasi. Pada tanggal 30 April 2010 kredit disajikan sbb:
– Kredit yg diberikan – Baki debet Rp 240.000.000
– Penyisihan kerugian restrukturisasi -/- Rp 11.377.524
– Kredit yang diberikan Rp 228.622.476
– Penyisihan kerugian kredit -/- Rp 4.862.248
– Kredit yang diberikan neto Rp 223.760.228

85
Ilustrasi Kredit yang diberikan – penyisihan macet
• Pada 31 Mei 2010, selain pelunasan bunga juga dilakukan amortisasi kerugian
restrukturisasi (dari kenaikan nilai tercatat).

Jurnal
Kas 2.800.000
Penyisihan kerugian kredit 316.042
Pendapatan bunga 3.116.042

• Dengan kenaikan nilai tercatat kredit sebesar Rp316.042, penyisihan kerugian restrukturisasi
menjadi Rp11.061.482. Dengan demikian kredit tercatat menjadi Rp228.938.518.
• Diasumsikan kualitas kredit tetap (Kurang Lancar) maka BPR perlu membentuk penyisihan kerugian
kredit sebesar (Rp228.938.518 – Rp180.000.000) x 10% = 4.893.852. Dengan saldo penyisihan
kerugian kredit sebesar Rp4.862.248 maka BPR perlu membentuk kekurangan penyisihan kerugian
kredit sebesar Rp 31.604.

Jurnal Pada tanggal 31 Mei 2010 kredit disajikan sbb:


• Kredit yg diberikan – Baki debet Rp 240.000.000
Beban penyisihan kerugian kredit 31.604 • Penyisihan kerugian restrukturisasi -/- Rp 11.061.482
Penyisihan kerugian kredit 31.604 • Kredit yang diberikan Rp 228.938.518
• Penyisihan kerugian kredit -/- Rp 4.893.518
• Kredit yang diberikan neto Rp 224.044.667

86
Restrukturisasi – penerimaan pembayaran
• Pada 30 April 2013, nasabah melunasi pinjamannya dengan membayar pokok dan
bunga:

Jurnal
Kas 242.800.000
Penyisihan kerugian kredit 316.042
Kredit yang diberikan – baki debit 248.000.000
Pendapatan bunga 3.116.042
• Penghapusan penyisihan kerugian kredit yang dibentuk: Diasumsikan debitur membayar semua
kewajibannya sehingga kualitas kredit membaik menjadi Lancar. Dengan asumsi kualitas kredit
Lancar maka saldo penyisihan kerugian kredit yang telah dibentuk s.d. 31 Maret 2013 adalah
sebesar Rp 1.198.026 (Rp239.605.263 x 0,5%):kerugian kredit sebesar Rp4.862.248 maka BPR perlu
membentuk kekurangan penyisihan kerugian kredit sebesar Rp24.830.

Jurnal
Penyisihan kerugian kredit 1.198.026
Pendapatan operasional lainnya 1.198.026

87
Agunan yang Diambil Alih (AYDA)

• AYDA adalah aset yang diperoleh BPR, baik melalui pelelangan


maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara
sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk
menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal debitur
tidak memenuhi kewajibannya kepada BPR.
• Biaya untuk menjual adalah biaya yang dapat diatribusikan
kepada pelepasan aset.

88
Agunan yang Diambil Alih (AYDA)

1. AYDA adalah aset yang diperoleh BPR, baik melalui pelelangan maupun di
luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik
agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik
agunan dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada BPR.
2. AYDA yang dapat dicatat pada neraca, hanya aset tetap dan atau
bergerak yang berasal dari penyelesaian kredit yang diberikan

3. Urutan pos penyajian AYDA dalam neraca adalah pada urutan pos setelah
nilai bersih Kredit Yang Diberikan, dan sebelum Aset Tetap – Inventaris
3. Penyajian AYDA pada saat pengakuan awal adalah sebesar nilai pasar
wajarnya setelah dikurangi dengan biaya-biaya untuk menjualnya
kembali, dan maksimal sebesar baki debet (outstanding) kredit yang
diberikan

4. Bank tidak boleh mengakui laba pada saat pengambilalihan aset

89
Agunan yang Diambil Alih (AYDA)

5. Penyajian AYDA setelah pengakuan awal, disajikan berdasarkan nilai


terendah antara nilai tercatat dengan nilai pasar wajarnya setelah
diperhitungkan biaya untuk menjualnya
6. Selisih lebih antara nilai tercatat dengan nilai pasar wajar AYDA setelah
dikurangi biaya untuk menjualnya, diakui sebagai kerugian atas Beban
Penurunan Nilai AYDA dalam Laporan Rugi-Laba
7. Agunan yang diambil alih tidak disusutkan
8. Beban-beban perolehan AYDA dan pemeliharaannya dibebankan pada
saat terjadinya transaksi
9. Selisih antara nilai tercatat dengan hasil penjualan AYDA diakui sebagai
Laba atau Rugi Penjulan AYDA dalam pos Pendapatan atau Beban Non
Operasional

90
Ilustrasi - hapus Buku & AYDA

• Pada tanggal 1 Januari 2010, kredit yang diberikan BPR ABC kepada Debitur X dengan data sesuai
perjanjian kredit modal kerja sebagai berikut:
• Maksimum kredit Rp. 15.000.000. Jangka waktu 1 tahun, Bunga 15%/tahun atau 1,25%/bulan,
Provisi 1 % atau Rp. 150.000, Biaya transaksi BPR yang dapat diatribusikan secara langsung
Rp.100.000.
• Pelunasan kredit dilakukan di akhir periode kredit. Berdasarkan data di atas, total dana yang
dikeluarka sebesar Rp. 14.950.000 = (Rp. 15.000.000 - Rp.150.000 + Rp.100.000).n bank
• Asumsi:
– Sampai dengan 31 Desember 2010, debitur tidak memenuhi seluruh kewajibannya dan
dinyatakan memiliki kolektibilitas Macet.
– Agunan diserahkan dengan nilai awal Rp 20.000.000 dan coverage 50%. Penyisihan kerugian
pada kolektibilitas macet harus dibentuk sebesar Rp5.0000.000, namun pada 31 Desember
2010, nilai pasar agunan menurun menjadi Rp 10.500.000 dan biaya penjualan sebesar Rp
500.000.
– Penyisihan kerugian dibentuk penuh setelah memperhitungkan agunan.

91
Ilustrasi 1a - hapus Buku & AYDA
• Pada tanggal 31 Maret 2010 diasumsikan kredit dinyatakan kurang lancar
• Koreksi pengakuan bunga (akrual): Akumulasi pendapatan bunga yang telah diakui sebagai
pendapatan s.d. Maret 2010 sebesar Rp562.500.
• Pembentukan penyisihan kerugian, asumsi 0.5% dari kredit lancar dan 10% dari porsi kredit kurang
lancar yang tidak tercover nilai agunan: Nilai kredit sebesar Rp15.000.000, nilai agunan
Rp10.000.000 (50% dari Rp20.000.000) sehingga nilai kredit yang tidak tercover jaminan adalah
Rp5.000.000. Penyisihan = 10% x 5.000.000 = 500.000/
• Penyisihan kerugian kredit yang telah dibentuk Rp75.000, sehingga kekurangan pembentukan
penyisihan kerugian kredit sebesar Rp425.000. (500.000-75.000)

Jurnal
31 Maret 2010, koreksi Akumulasi pendapatan bunga yang telah diakui
sebagai pendapatan s.d. Maret 2010 sebesar Rp562.500
Pendapatan bunga 562.500
Pendapatan bunga yang akan diterima 562.500
Pengakuan sebagai tagihan kontijensi
Tagihan kontijensi 562.500
Rekenng lawan – tagihan kontijensi 562.500
Pembentukan penyisihan kerugian umum kredit kurang lancar
Beban penyisihan kerugian kredit 425.000
Penyisihan kerugian kredit 425.000

92
Ilustrasi 1b - hapus Buku & AYDA
• Tanggal 31 Desember 2010, diasumsikan diputuskan sebagai kategori kredit macet dan
akan diselesaikan dengan penjualan agunan.
• Tidak ada penjurnalan khusus, agunan yang akan digunakan sebagai proses penyelesaian
kredit dicatat pada rekening administratif.
• Diasumsikan penyisihan kerugian kredit untuk kolektibilitas Diragukan telah dibentuk
sebesar Rp2.500.000 (50% x Rp5.000.000), sehingga kekurangan pembentukan penyisihan
kerugian kredit untuk kolektibilitas macet adalah sebesar Rp2.500.000.

Jurnal
Pencatatan agunan yang akan digunakan
Agunan untuk penyelesaian kredit 10.500.000
Memorial : Agunan untuk penyelesaian kredit 10.500.000
Pembentukan penyisihan kerugian umum kredit
Beban penyisihan kerugian kredit 2.500.000
Penyisihan kerugian kredit 2.500.000

93
Ilustrasi 1c - hapus Buku & AYDA
• Tanggal 31 Januari 2011 diasumsikan bersama dengan Debitur agunan dijual untuk menyelesaian
kreditnya: Hasil penjualan agunan Rp 10.500.000 Biaya penjualan agunan Rp 500.000, Penerimaan
kas dari debitur atas kekurangan pelunasan kewajiban Rp 7.000.000
• Pada saat penjualan agunan: Hasil penjualan agunan diterima secara tunai. Biaya penjualan
dibayarkan tunai sebesar Rp500.000, diperhitungkan langsung dengan harga jual sehingga diperoleh
hasil penjualan bersih sebesar Rp10.000.000.

• Penyisihan kerugian yang telah Jurnal


dibentuk adalah Rp5.000.000 Kas/Rekening 10.000.000
(100% dari nilai kredit yang Penyisihan kerugian kredit 5.000.000
tidak tercover agunan), hasil Kredit yang diberikan – baki debit 15.000.000
penjualan lebih kecil dari nilai Pembentukan saldo memorial kredit yang dihapusbuku
kewajiban debitur. Memorial kredit yang dihapusbuku 5.000.000
• Sisa tagihan kontinjensi pada Rekening lawan: memorial kredit yang dihapusbuku 5.000.000
31 Januari 2011 sebesar Debitur membayar sisa kewajibannya.
Rp250.000 (Rp2.250.000 – Kas/Rekening 7.000.000
Rp2.000.000) Pendapatan operasional lain 7.000.000
Pengurangan rekening memorial kontinjensi dan agunan
Rekening lawan – Tagihan kontinjensi 2.000.000
Memorial: Agunan untuk penyelesaian kredit 10.500.000
Tagihan kontijensi 2.000.000
Agunan untuk penyelesaian kredit 10.500.000
94
Ilustrasi 1d - hapus Buku & AYDA
• Dari kasus 1.b, diasumsikan pada 31 Desember 2010 diputuskan sebagai kategori kredit macet dan
akan diselesaikan dengan pengambilalihan agunan yang diambil alih.
• Pada 31 Januari 2011 diasumsikan pelaksanaan pengambilalihan agunan sebagai penyelesaian kredit.
• Pada saat pengambilalihan agunan: Agunan Yang Diambil Alih dinilai dengan nilai wajar atau nilai jual
bersih yaitu Rp10.000.000, sama dengan nilai tercatat kredit sebesar Rp10.000.000 (Penyisihan
kerugian yang telah dibentuk Rp5.000.000 sebagaimana perhitungan di kasus 1 b.).

Jurnal
Pencatatan agunan yang akan digunakan
Agunan untuk penyelesaian kredit 10.000.000
Penyisihan kerugian kredit 5.000.000
Kredit yagn diberkan – baki debit 15.000.000
Memorial : Agunan untuk penyelesaian kredit
Penghapusan kontijensi
Rekening lawan – tagihan kontijensi 2.250.000
Tagihan kontijensi 2.250.000
Penjualan agunan
Kas/Rekening 10.000.000
Agunan yang diambil alih 10.000.000

95
Aset Tetap dan Inventaris
1. Aset tetap disajikan/dinyatakan sebesar harga perolehan dikurangi dengan
akumulasi penyusutan
2. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line
method), berdasarkan masa mafaat ekonomis aset tetap tersebut
3. Pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan rutin Aset Tetap dan
Inventaris dibebankan sebagai beban operasi pada laporan rugi-laba pada
saat terjadinya
4. Pengeluaran yang memperpanjang umur ekonomis Aset Tetap dan Inventaris
ditambahkan pada jumlah tercatat asset yang bersangkutan (dikapitalisasi)
5. Apabila Aset Tetap dan Inventaris tidak digunakan lagi dan atau dijual, nilai
tercatat serta akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari neraca sebagai
asset tetap
6. Keuntungan dan kerugian yang terjadi akibat dikeluarkannya asset tetap dan
iventaris dari pencatatan, diakui sebagai laba atau rugi pada tahun buku
terkait

96
Aset Tidak Berwujud

• Aset Tidak Berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi


dan tidak mempunyai wujud fisik.
• Dapat diperoleh secara eksternal melalui atau dihasilkan secara internal
• Aset Tidak Berwujud hanya dapat diakui apabila berasal dari eksternal.
• Umur manfaat berdasarkan hak kontraktual hukum atau 10 tahun jika
tidak dapat diestimasi,
• Nilai residu 0 kecuali ada komitmen pihak ketiga untuk membeli
• Indikasi penurunan nilai.
• Biaya pendirian tidak memenuhi definisi aset tidak berwujud  beban

97
Aset Lain - Lain

1. Aset dinyatakan sebesar nilai buku aset lain-lain terkait


2. Yang tergolong kepada aset lain-lain di BPR adalah seluruh aset yang
tidak bisa di kelompokan kepada komponen di atas (komponen: kas dan
setara kas, penempatan pada bank lain, kredit diberikan, aset tetap serta
good will), yaitu berupa, antara lain:
– Uang muka pajak badan
– Perlengkapan kantor
– Pajak dibayar dimuka
– Biaya dibayar dimuka – premi penjaminan simpanan, Persediaan alat tulis,
Piutang intern operasi, Sewa dibayar dimuka , Asuransi dibayar dimuka.,
panjar-panjar , Asuransi karyawan
– Biaya tangguhan: Software system BPR
– Piutang dari perusahaan asuransi
– Mata uang kertas dan logam yan ditarik dari peredaran
– dsb

98
Kewajiban Segera BAB V

1. Kewajiban Segera dinyatakan sebesar nilai bukunya.


2. Kewajiban Segera adalah kewajiban yang telah jatuh tempo dan atau
yang segera dapat ditagih oleh pemiliknya dan harus segera dibayar.
3. Kewajiban Segera adalah segala kewajiban yang harus segera dibayarkan,
selambatnya dalam kurun 1 (satu) bulan ke depan harus diselesaikan
4. Penyajian : disajikan jumlah yang harus diselesaikan
5. Pengungkapan : rincian
6. Yang tergolong kepada Kewajiban Segera di BPR berupa:
• Titipan pajak - Titipan DPLK
• Titipan Jamsostek - Titipan Askes
• Titipan Dana pihak ketiga - Titipan Realisasi kredit
• dsb

99
Utang Bunga

1. Utang Bunga diakui sebesar jumlah bunga kontraktual, baik untuk akrual
bunga maupun yang telah jatuh tempo.
2. Utang Bunga merupakan pos yang dimaksudkan untuk menampung
kewajiban BPR yang timbul dari pengakuan biaya bunga dari aktivitas yang
terkait dengan fungsi BPR.
3. Kewajiban bunga adalah kewajiban bunga yang telah jatuh tempo dan atau
yang segera dapat ditagih oleh pemiliknya dan harus segera dibayar.
4. Utang Bunga disajikan sebesar jumlah yang harus diselesaikan.
5. Pengungkapan : rincian akrual bunga dan bunga jatuh tempo, utang pihak
pada pihak yang memiliki hubungan istimewa
6. Komponen Hutang Bunga di BPR pada umumnya berupa:
– Kewajiban bunga yang telah menjadi beban BPR tetapi belum dibayar (akrual
bunga).
– Bunga deposito yang sudah jatuh tempo namun belum diambil oleh nasabah.
– Bunga dari transaksi lainnya yang sudah jatuh tempo namun belum diambil.

100
Utang Pajak

1. Utang Pajak adalah kewajiban pajak penghasilan badan yang


terutang atas penghasilan BPR.
2. Utang pajak merupakan selisih kurang atas kewajiban pajak
penghasilan BPR setelah memperhitungkan angsuran pajak atau
pajak dibayar dimuka.
3. Utang Pajak diakui sebesar jumlah yang harus disetorkan ke Kas
Negara.
4. Penyajian Utang Pajak disajikan sebesar jumlah yang harus
diselesaikan.
5. Pengungkapan :
– Kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasi ke periode berikutnya.
– Rincian komponen utama beban pajak penghasilan.
6. Hutang pajak ini umumnya berupa
• Hutang pajak PPh Badan
• Hutang pajak PPh simpanan

101
Simpanan

• Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat (di luar bank
umum atau BPR lain) kepada BPR berdasarkan perjanjian penyimpanan dana.
• Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan
jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
• Dalam kegiatan pengumpulan dana masyarakat, BPR menjual produk simpanannya kepada
nasabah berupa tabungan dan deposito atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.
• Simpanan BPR hanya dalam mata uang rupiah, berupa: Tabungan dan
Deposito.
• Simpanan dinyatakan sebesar nilai kewajiban bank kepada nasabah
• Bentuk simpanan : tabungan, deposito atau bentuk lain yang dipersamakan
dengan itu.
• Beban bunga simpanan meliputi bunga kontraktual atas simpanan dan biaya
transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung kepada simpanan tersebut.
back yang dapat diatribusikan secara langsung serta premi penjaminan
simpanan. Hadiah dan cash back umumnya hanya dapat diatribusikan untuk
simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu.

102
Tabungan

• Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada BPR yang penarikannya


hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi
tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu.
• Perlakuan akuntansi
– Transaksi tabungan diakui sebesar nominal penyetoran atau penarikan yang
dilakukan oleh penabung.
– Setoran tabungan diakui pada saat uang diterima.
– Bunga yang diberikan atas tabungan diakui sebagai penambah nominal tabungan.
– Dalam hal terdapat amortisasi biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara
langsung kepada tabungan maka diakui sebagai beban bunga.
• Penyajian : Saldo tabungan disajikan sebesar jumlah kewajiban BPR
kepada pemilik tabungan.
• Pengungkapan deposito dan tabungan : jumlah dan jenis; komposisi
menurut jangka waktu; jumlah yang diblokir untuk tujuan tertentu dan
tabungan pihak yang memiliki hubungan istimewa, pemberian fasilitas
istimewa kepada nasabah, jumlah simpanan yang suku bunganya melebihi
tingkat suku bunga penjaminan

103
Deposito

• Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada BPR yang penarikannya


hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara
penyimpan dengan BPR yang bersangkutan.
• Deposito yang dimaksud adalah deposito yang berjangka waktu.
• Deposito disajikan sebesar jumlah nominal atau sebesar kewajiban BPR
yang diperjanjikan.
• Kewajiban bunga deposito yang belum jatuh tempo disajikan dalam pos
Utang Bunga.
• Perlakuan akuntansi
– Transaksi deposito diakui sebesar nilai nominal yang tercantum dalam bilyet
deposito.
– Setoran deposito diakui pada saat uang diterima.
– Bunga yang ditambahkan pada nominal deposito diakui sebagai penambah
deposito.
– Amortisasi biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung kepada
deposito diakui sebagai Beban Bunga.

104
Simpanan Dari Bank Lain

• Simpanan dari Bank Lain adalah kewajiban BPR kepada bank


lain, dalam bentuk tabungan dan deposito.
• Simpanan dari bank lain berupa tabungan dan deposito.
• Simpanan dari bank lain tidak termasuk pinjaman dari bank
lain yang akan dicatat pada pos Pinjaman Diterima.
• Simpanan Dari Bank Lain dinyatakan sebesar nilai kewajiban
bank kepada kepada bank lain
• Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran
sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan
dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan
jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.

105
Penyajian dan Pengungkapan Simpanan

Penyajian
• Tabungan
– Saldo tabungan disajikan sebesar jumlah kewajiban BPR kepada pemilik tabungan.
• Deposito
– Deposito disajikan sebesar jumlah nominal atau sebesar kewajiban BPR yang
diperjanjikan.
– Kewajiban bunga deposito yang belum jatuh tempo disajikan dalam pos Utang
Bunga.
Pengungkapan
• Jumlah dan jenis simpanan, termasuk dari pihak yang mempunyai hubungan
istimewa.
• Komposisi jumlah deposito menurut jangka waktu.
• Jumlah tabungan dan deposito yang diblokir untuk tujuan tertentu.
• Pemberian fasilitas istimewa kepada nasabah.
• Jumlah simpanan yang suku bunganya melebihi tingkat suku bunga
penjaminan yang ditetapkan oleh lembaga yang menjamin simpanan

106
Pinjaman Diterima

1. Pinjaman Diterima merupakan dana yang diterima dari lembaga


keuangan maupun non lembaga keuangan, dengan kewajiban membayar
kembali, sesuai persyaratan perjanjian pinjaman.
2. Pinjaman diterima di BPR hanya dalam mata uang rupiah, yang biasanya
bersumber dari:
• Bank Umum
• Bank Indonesia
• Bank BPR
• PNM
• Lembaga keuangan lain
• Non Lembaga keuangan dan pribadi
3. Pinjaman Diterima dinyatakan sebesar nilai kewajiban bank kepada
kepada pihak ketiga sesuai perjanjian Pinjaman

107
Pinjaman Diterima

1. Pengakuan dan Pengukuran


– Pinjaman diterima diakui sebesar nilai pokok pinjaman ditambah biaya transaksi yang
dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan pinjaman dikurangi diskonto.
– Biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung kepada perolehan pinjaman
dan diskonto diamortisasi secara garis lurus dan diakui sebagai Beban Bunga.
– Bunga akrual atas pinjaman diterima diakui sebagai Utang Bunga.
2. Penyajian
– Pinjaman Diterima disajikan sebesar saldo pinjaman yang belum dilunasi pada tanggal
laporan serta biaya transaksi dan diskonto yang belum diamortisasi.
– Bunga yang masih harus dibayar disajikan dalam pos Utang Bunga.
– Fasilitas pinjaman yang belum ditarik oleh BPR disajikan sebagai tagihan komitmen pada
pos fasilitas pinjaman diterima yang belum ditarik.
3. Pengungkapan
– Rincian pinjaman diterima : jenis, perikatan, jaminan, hubungan istimewa
– Pinjaman dari pemerintah/Bank Indonesia atau pihak lain sebagai bantuan kepada BPR
termasuk pinjaman dalam rangka bantuan likuiditas.

108
Dana Setoran Modal - Kewajiban
• Dana Setoran Modal – Kewajiban (DSM – Kewajiban) adalah dana yang
telah disetor secara riil ke rekening BPR di bank umum dan diblokir untuk
tujuan penambahan modal dan belum dinyatakan telah memenuhi
ketentuan permodalan yang berlaku atau telah dinyatakan tidak
memenuhi ketentuan permodalan yang berlaku.
• Dana setoran modal yang dinyatakan tidak memenuhi ketentuan
permodalan yang berlaku merupakan kewajiban BPR kepada penyetor.
• Dana setoran modal yang telah dinyatakan memenuhi ketentuan
permodalan yang berlaku merupakan bagian ekuitas BPR
• Penyajian:
– Dana setoran modal yang diterima diakui sebagai DSM –Kewajiban.
– DSM – Kewajiban yang dinyatakan telah memenuhi ketentuan permodalan yang berlaku
diakui sebagai DSM – Ekuitas.
• DSM – Kewajiban disajikan dalam pos tersendiri sebesar jumlah yang
harus diselesaikan.
• Pengungkapan : rincian, proses yang telah dilakukan
109
Kewajiban Imbalan Kerja
• Imbalan Kerja adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan BPR atas jasa yang
diberikan oleh pekerja.
• Kewajiban Imbalan Kerja adalah kewajiban yang timbul dari imbalan kerja.
• Kewajiban imbalan kerja terdiri dari:
– a) Kewajiban imbalan kerja jangka pendek.
– b) Kewajiban imbalan pascakerja.
– c) Kewajiban imbalan kerja jangka panjang lainnya.
– d) Kewajiban pesangon pemutusan kerja.
• Kewajiban imbalan pascakerja adalah kewajiban imbalan kerja (selain pesangon
pemutusan kerja) yang terutang setelah pekerja menyelesaikan masa kerjanya.
• Dalam hal iuran pasti, kewajiban BPR sebatas jumlah yang disepakati sebagai iuran,
risiko aktuarial ditanggung pekerja
• Dalam program manfaat pasti: Kewajiban BPR adalah menyediakan imbalan yang
dijanjikan kepada pekerja maupun mantan pekerja; dan risiko aktuarial dan risiko
investasi menjadi tanggungan BPR.

110
Kewajiban Imbalan Kerja
• Pengakuan dan Pengukuran
– Kewajiban imbalan kerja diakui pada saat pegawai telah memberikan jasanya
kepada BPR dalam suatu periode tertentu.
– Kewajiban imbalan kerja berkurang pada saat dibayarkan.
– Kewajiban imbalan kerja jangka pendek diakui sebesar jumlah tidak didiskonto
(undiscounted amount).
– Kewajiban imbalan kerja jangka panjang diakui sebesar jumlah telah diskonto
(discounted amount).
• Penyajian
– Kewajiban imbalan kerja jangka pendek disajikan dalam pos Kewajiban Segera
sebesar jumlah yang terutang dan tidak didiskontokan.
– Kewajiban imbalan kerja jangka panjang disajikan dalam pos tersendiri sebesar
jumlah yang didiskontokan.

111
Kewajiban Imbalan Kerja
• Imbalan pascakerja
– Imbalan janga panjang: sifat, jumlah dan status pendanaan
– Imbalan pesangon: sifat, kebijakan akuntansi, jumlah dan status pendanaan
– Imbalan pascakerja iuran pasti
• Jumlah yang diakui sebagai beban pada periode berjalan.
– Imbalan pascakerja manfaat pasti
• Penjelasan umum jenis program, termasuk kebijakan pendanaan.
• Kebijakan akuntansi BPR untuk mengakui keuntungan dan kerugian aktuarial
• Penjelasan naratif jika BPR menggunakan penyederhanaan dalam mengukur
kewajiban imbalan pasti.
• Tanggal penilaian aktuarial.
• Rekonsiliasi saldo awal dan saldo akhir kewajiban imbalan pasti yang menunjukkan
keuntungan atau kerugian aktuarial.
• Rekonsiliasi saldo awal dan saldo akhir aset program. Total biaya yang terkait
dengan program imbalan pasti.
• Pengembalian aktual aset program.
• Asumsi aktuarial utama.

112
Pinjaman Subordinasi
• Pinjaman Subordinasi adalah pinjaman yang memenuhi syaratsyarat:
– Ada perjanjian tertulis antara BPR dan pemberi pinjaman;
– Ada persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia;
– Tidak dijamin oleh BPR yang bersangkutan dan telah disetor penuh;
– Minimum berjangka waktu 5 (lima) tahun; Pelunasan sebelum jatuh
tempo harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia dan dengan
pelunasan tersebut permodalan BPR tetap sehat; dan
– jika terjadi likuidasi, maka hak tagihnya berlaku paling akhir dari segala
pinjaman yang ada. Persyaratan tersebut dapat berubah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
• Pinjaman subordinasi setelah jatuh tempo termasuk dalam pos Kewajiban
Segera kecuali terdapat ketentuan lain yang mengatur.

113
Pinjaman Subordinasi
• Pengakuan dan Pengukuran
– Pinjaman subordinasi diakui sebesar nilai pokok pinjaman ditambah biaya
transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan pinjaman.
– Biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung kepada perolehan
pinjaman diamortisasi secara garis lurus dan diakui sebagai beban bunga.
– Bunga akrual atas pinjaman subordinasi diakui sebagai utang bunga.
• Penyajian
– Pinjaman subordinasi disajikan di neraca sebesar saldo pinjaman yang belum
dilunasi pada tanggal laporan dikurangi dengan biaya transaksi yang belum
diamortisasi.
– Bunga yang telah jatuh tempo namun belum dibayar atas pinjaman
subordinasi disajikan dalam pos Utang Bunga.

114
Pinjaman Subordinasi
• Pengakuan dan Pengukuran
– Pinjaman subordinasi diakui sebesar nilai pokok pinjaman ditambah biaya
transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan pinjaman.
– Biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung kepada perolehan
pinjaman diamortisasi secara garis lurus dan diakui sebagai beban bunga.
– Bunga akrual atas pinjaman subordinasi diakui sebagai utang bunga.
• Penyajian
– Pinjaman subordinasi disajikan di neraca sebesar saldo pinjaman yang belum
dilunasi pada tanggal laporan dikurangi dengan biaya transaksi yang belum
diamortisasi.
– Bunga yang telah jatuh tempo namun belum dibayar atas pinjaman
subordinasi disajikan dalam pos Utang Bunga.
• Pengungkapan
– Rincian pinjaman, sumber dana, nilai pokok, biaya transaksi yang belum
diamortisasi, jangka waktu
– Hubungan istimewa
115
Modal Pinjaman

• Modal Pinjaman adalah pinjaman yang didukung oleh instrumen atau


warkat yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
– Tidak dijamin oleh BPR yang bersangkutan dan telah dibayar penuh;
– Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa
persetujuan Bank Indonesia;
– Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah
kerugian BPR melebihi laba yang ditahan dan cadangan cadangan yang
termasuk modal inti, meskipun BPR belum dilikuidasi; dan
– Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila BPR dalam keadaan
rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.
• Modal pinjaman menimbulkan kewajiban kontraktual bagi BPR untuk
menyelesaikannya dalam bentuk penyerahan kas dan setara kas.
• Keterbatasan kemampuan BPR untuk memenuhi kewajiban kontraktualnya
atas modal pinjaman dengan adanya ketentuan untuk memperoleh
persetujuan dari Bank Indonesia,

116
Modal Pinjaman

• Pengakuan dan Pengukuran


– Modal pinjaman diakui sebesar nilai pokok pinjaman.
– Bunga akrual atas modal pinjaman diakui sebagai Utang Bunga.
• Penyajian
– Modal pinjaman disajikan di neraca sebesar saldo pinjaman yang belum
dilunasi pada tanggal laporan.
• Pengungkapan
– Penjelasan mengenai isi perjanjian modal pinjaman, termasuk pihak pemberi
dana, sumber dana, nilai pokok, tingkat bunga;
– Hubungan istimewa.

117
Kewajiban Lain-Lain

1. Kewajiban Lain-lain merupakan pos yang dimaksudkan untuk menampung


kewajiban BPR yang tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu pos kewajiban
yang ada dan tidak cukup material untuk disajikan dalam pos tersendiri.
2. Kewajiban Lain-Lain di BPR biasanya terdiri dari:
• Rekening Antara Modal Disetor
• Penampungan dana resiko kasir
• Penampungan dana THR
• Penampungan dana Kesehatan
• Penampungan dana Jasa Produksi
• Penampungan dana Promosi
• Penampungan dana Kesejahteraan
• dsb
3. Pengakuan sebesar jumlah yang harus diselesaikan
4. Penyajian secara gabungan kecuali nilainya material wajib disajikan tersendiri
5. Pengungkaan : rincian kewajiban lain-lain

118
Ekuitas BAB
VI

1. Secara umum definisi ekuitas BPR adalah merupakan sumber


dana intern BPR yang tidak dibebani bunga.
2. Ekuitas adalah hak residual atas aset BPR setelah dikurangi
semua kewajiban.
3. Komponen Ekuitas di BPR terdiri dari:
• Modal
• Dana Setoran Modal - ekuitas
• Laba/Rugi yang belum direalisasi
• Surplus revaluasi aset tetap
• Saldo Laba

119
Ekuitas
3. Komponen Modal BPR terdiri dari:
– Modal Dasar
Merupakan seluruh nilai nominal saham sesuai anggaran dasar
– Modal disetor
Merupakan modal yang efektif telah diterima BPR. Pada koperasi ini
biasanya dalam bentuk: simpanan pokok; simpanan wajib; dan modal
penyertaan
– Tambahan Modal Disetor (Agio Saham)
Selisih lebih setoran modal yang diterima BPR sebagai harga saham yang
melebihi nilai nominalnya
– Modal Sumbangan
Berupa sumbangan dari pemilik, berbentuk aset atau dana lainnya,
termasuk pengembalian saham pemilik

120
Ekuitas

4. Komponen Dana Setoran Modal – Ekuitas (DSM-Ekuitas).


Merupakan dana yang sudah disetor riil investor ke rekening BPR
di bank umum dan diblokir utk tujuan penambahan setoran modal
dan telah memenuhi ketentuan permodalan, namun belum
didukung kelengkapan persyaraatan, seperti RUPS dan
pengesahan akta anggaran dasar.
5. Komponen Laba/Rugi Yang Belum Direalisasi selisih nilai wajar
surat berharga (SBI) AFS pada tanggal neraca dengan nilai tercatat.
6. Komponen Surplus Revaluasi Aset Tetap  selisih antara nilai aset
tetap tercatat dengan hasil revaluasinya.
7. Komponen Saldo Laba  Saldo Laba ditahan; Cadangan Tujuan;
Cadangan Umum; Cadangan yang belum ditentukan tujuannya.

121
Ilustrasi Neraca

122
Ilustrasi Neraca

123
Ilustrasi Neraca

124
LAPORAN LABA RUGI BPR BAB
VII

1. Laporan Laba Rugi adalah laporan yang menunjukan


semua penghasilan dan beban BPR dalam suatu
periode.
2. Pos-Pos Laporan Lab Rugi BPR adalah:
• Pendapatan Operasional
• Beban Operasional
• Pendapatan Non Operasional
• Beban Non Operasional
• Beban Pajak Penghasilan

125
LAPORAN LABA RUGI BPR

3. Pendapatan Operasional adalah semua pendapatan


yang berasal dari kegiatan utama BPR, terdiri dari:
• Pendapatan Bunga, meliputi pendapatan bunga dan
provisi atas: pemberian kredit; penempatan pada bank
lain; dan sertifikat Bank Indonesia.

• Pendapatan Operasional Lainnya, meliputi pendapatan:


payment point, jasa pengiriman uang, adm tabungan,
penalty pencairan deposito, keuntungan penjualan
valas dan SBI, penerimaan PH, pemulihan PPAP.

126
Laporan Laba Rugi BPR

4. Beban Operasional adalah semua beban yang berasal dari


kegiatan utama BPR, terdiri dari: yang meliputi beban bunga
dan beban atas penghimpunan dana lainnya; beban PPAP;
beban pemasaran; beban R&D; beban adm dan umum.

5. Pendapatan Non Operasional merupakan semua pendapatan


yang bukan merupakan kegiatan utama BPR, seperti: selisih
SKVA; keuntungan penjualan aset tetap; penjualan AYDA.
6. Beban Non Operasional merupakan semua beban yang bukan
merupakan kegiatan utama BPR, seperti: selisih SKVA;
kehilangan ataupun kerugian penjualan aset tetap.

127
Pendapatan Bunga

1. Sumber pendapatan bunga BPR antara


lain dari:
• Kredit yang diberikan
• Penempatan pada bank lain
• Sertifikat Bank Indonesia

2. Pendapatan Bunga, meliputi:


• Pendapatan bunga kontraktual
• Amotisasi provisi kredit
• Diskonto
• Biaya Transaksi (yang terkait langsung)
• Amortisasi pendapatan bunga tangguhan

128
Pendapatan Bunga

3. Pengakuan dan Pengukuran:


– Pendapatan bunga diakui secara accrual, kecuali kredit non performing.
– Jika kolektibilitas kredit berubah menjadi kurang lancar (non performing),
maka pendapatan bunga yang sudah di- accrued, harus dibatalkan dan
dijadikan sebagai tagihan kontigensi (pendapatan bunga kredit dalam
penyelesaian).
– Penerimaan setoran dari debitur kredit performing digunakan terlebih
dahulu untuk melunasi tagihan bunga. Tapi jika non performing, maka
digunakan melunasi tunggakan pokok, sisanya untuk pelunasan bunga
tunggakan bunga.
– Pendapatan provisi dan Biaya Transaksi kredit diamortisir secara garis lurus
selama masa kredit, meskipun kredit berubah menjadi non performing.
– Amortisasi pendapatan bunga tangguhan dilakukan saat kredit masuk
kategori non performing.

129
Pendapatan Bunga

4. Penyajian atau format rincian pendapatan bunga dalam laporan


keuangan BPR sbb:
Pendapatan Bunga:
Pendapatan bunga kontraktual xxxx
Pendapatan provisi xxxx
Biaya transaksi (xxxx)
Total xxxx

5. Pengungkapan:
• Kebijakan akuntansi yang digunakan.
• Rincian pendapatan: bunga performing; bunga non performing;
pendapatan lainnya.
• Rincian pendapatan bunga yang berasal dari penjualan AYDA.
• Pendapatan operasional hasil kerjasama dengan pihak lain.

130
Pendapatan Operasional Lainnya

1. Pendapatan operasional lainnya adalah berbagai


pendapatan yang timbul dari dari aktivitas yang
mendukung kegiatan operasional BPR
2. Pendapatan Operasional Lainnya meliputi:
• Payment point.
• Jasa pengiriman uang.
• Adm tabungan.
• Penalty pencairan deposito.
• Keuntungan penjualan valas dan SBI.
• Penerimaan kredit yang dihapusbukukan
• Pemulihan PPAP
• Dsb.

131
Pendapatan Operasional Lainnya

4. Pengakuan pendapatan operasional lainnya adalah pada saat memenuhi


persyaratan, dengan jumlah sebesar yang menjadi hak BPR.
5. Penyajian pendapatan operasional lainnya, disajikan secara terpisah dari
pendapatan bunga, yaitu dalam satu pos tersendiri dalam laporan laba rugi.
6. Pengungkapan
– Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk mengakui pendapatan operasional
lainnya.
– Pendapatan operasional lainnya dari hasil kerjasama dengan pihak lain.
– Rrincian sesuai jenisnya, pada umumnya sbb.:
• Denda Tunggakan pokok/bunga pinjaman
• Pendapatan Payment point.
• Pendapatan Jasa pengiriman uang.
• Penggantian ongkos Administrasi
• Pendapatan Penalty pencairan deposito.
• Keuntungan penjualan valas dan SBI.
• Penerimaan kredit yang dihapusbukukan

132
Beban Bunga

1. Sumber Beban bunga BPR antara lain dari:


• Simpanan masyarakat (tabungan dan deposito);
• Simpanan dari bank lain (umumnya deposito);
• Pinjaman Diterima (dari bank dan non bank).
2. Rincian Beban Bunga, meliputi:
• Beban bunga tabungan
• Beban bunga deposito
• Beban bunga simpanan dari bank lain
• Beban bunga pinjaman diterima.
3. Pengakuan dan Pengukuran: Beban bunga diakui secara accrual, sesuai
jumlah yang sudah menjadi kewajiban BPR.

133
Beban Bunga
4. Penyajian Beban Bunga dalam format Laporan Laba Rugi BPR, adalah secara
total, dengan terminologi “Beban Bunga”.
5. Pengungkapan:
• Kebijakan akuntansi yang digunakan
• Rincian Beban Bunga harus dirinci berdasarkan unsurnya: bunga
kontraktual; amortisasi provisi; adm dan biaya transaksi (termasuk
premi penjaminan).
• Rincian Beban Bunga:
- Beban bunga tabungan xxxx
- Beban bunga deposito xxxx
- Beban bunga dari bank lain xxxx
- Beban bunga pinjaman diterima (xxxx)
Total xxxx
• Hubungan istimewa dengan penyimpan dan kreditur.
• Perlakuan bunga dengan pihak hubungan istimewa
134
Beban Operasional
Diluar Beban Bunga

1. Rincian pos beban operasional (diluar beban bunga) dalam Laporan Laba
Rugi BPR adalah:
• Beban penyisihan penghapusan/penyusutan
• Beban pemasaran
• Beban penelitian dan pengembangan
• Beban adminitrasi dan umum
• Beban operasional lainnya.
2. Pengakuan dan pengukuran
• Premi dibayar dimuka diakui sebesar amortisasi dari beban
tersebut
• Beban adm dan umum diakui seluruhnya pada periode terjadinya
• Beban adm dan umum yang mempunyai masa mafaat lebih dari
satu periode pelaporan, diakui sebesar amortisasi periode terkait.

135
Beban Operasional
Diluar Beban Bunga

3. Penyajian
• Beban operasional disajikan pada pos terpisah (tersendiri)
dalam laporan laba rugi BPR, sesuai rincian pos masing-
masing (No.1)
• Penyajian biaya adm dan umum dirinci dalam pos tersendiri.

4. Hal yang perlu diungkapkan


• Jumlah beban adm dan umum yang terkait dengan
manajemen kunci
• Rincian beban umum dan administrasi

136
Pendapatan Non Operasional

1. Pendapatan Non Operasional merupakan semua pendapatan yang


bukan merupakan kegiatan utama BPR, seperti:
• selisih SKVA;
• keuntungan penjualan aset tetap;
• penjualan AYDA.
2. Pengakuan dan pengukuran
• Pendapatan non operasional diakui sebesar jumlah yang menjadi
hak BPR
3. Penyajian
• Pendapatan non operasional disajikan sebagi pos terpisah dalam
laporan laba rugi BPR
4. Pengungkapan
• BPR harus mengungkapkan rincian pendapatan non operasional.

137
Beban Non Operasional

1. Beban Non Operasional merupakan semua beban yang bukan


merupakan kegiatan utama BPR, seperti:
• Selisih SKVA;
• Dijual/hilangnya aset tetap;
• Denda atau sanksi karena suatu pelanggaran.
2. Pengakuan dan pengukuran
• Beban non operasional diakui pada saat terjadinya sebesar jumlah
yang harus diselesaikan
3. Penyajian
• Beban non operasional disajikan sebagi pos terpisah dalam
laporan laba rugi BPR
4. Pengungkapan
• BPR harus mengungkapkan rincian beban non operasional.

138
Ilustrasi
Laporan Laba
Rugi

139
Beban Pajak Penghasilan

1. Beban PPh adalah jumlah beban pajak kini yang diperhitungkan dalam
perhitungan laba atau rugi pada suatu periode
• Beban pajak kini adalah jumlah pajak PPh terhutang atas
penghasilan kena pajak pada suatu periode.
• Beban pajak kini dihitung berdasarkan laba fiscal.
2. Pengakuan dan pengukuran
• Beban PPh diakui pada saat terjadinya sebesar jumlah yang harus
diselesaikan
3. Penyajian
• Beban PPh disajikan sebagi pos terpisah dalam laporan laba rugi
BPR
4. Pengungkapan
• Rincian pajak periode berjalan
• Proses restitusi pajak (jika ada).

140
BAB
Laporan Arus Kas VIII

a. Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan penerimaan dan


pengeluaran kas BPR selama periode tertentu yang dikelompokkan dalam aktivitas
operasi, investasi dan pendanaan.
b. Aktivitas operasi (operating) adalah aktivitas penghasil utama pendapatan BPR
(principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan
aktivitas investasi dan pendanaan.
c. Aktivitas investasi (investing) adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang
serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas.
d. Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan
dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman BPR.
e. Kas adalah saldo kas dan rekening giro di Bank Umum.
f. Setara kas adalah penempatan dana dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan
dan sangat likuid yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek.

141
Laporan Arus Kas

142
Laporan Arus Kas

143
Laporan Perubahan Ekuitas BAB IX

• Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukan perubahan


ekuitas BPR yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aset neto
atau kekayaan BPR selama periode pelaporan.
• Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:
a) laba atau rugi untuk periode pelaporan;
b) pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
c) untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi
kesalahan yang diakui sesuai Bab 9: Kebijakan Akuntansi, Estimasi, dan Kesalahan;
d) untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat awal dan akhir
periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang berasal dari:
a) laba atau rugi;
b) pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
c) jumlah investasi, dividen dan distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, yang
menunjukkan secara terpisah modal saham, dan dividen serta distribusi lainnya ke
pemilik ekuitas.

144
Laporan Perubahan Ekuitas BAB IX

Penjelasan
• Perubahan ekuitas BPR menggambarkan peningkatan atau penurunan aset neto atau
kekayaan BPR selama periode pelaporan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang
dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
• Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan
pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah
keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan BPR selama periode pelaporan.
• Laporan perubahan ekuitas BPR antara lain meliputi:
– Modal saham, misalnya penambahan modal saham;
– Laba/rugi yang belum direalisasi dalam Sertifikat Bank Indonesia:
– Surplus revaluasi aset tetap;
– Dana setoran modal - ekuitas;
– Saldo laba (laba ditahan).

145
Ilustrasi Laporan Perubahan Ekuitas

146
Catatan atas Laporan Keuangan
BAB X

• Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan
keuangan BPR.
• Catatan atas laporan keuangan memuat:
– penjelasan mengenai gambaran umum BPR
– ikhtisar kebijakan akuntansi
– penjelasan pos-pos laporan keuangan
– informasi penting lainnya.
• Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis dengan
urutan:
– dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan.
– Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan

– Pengungkapan lain termasuk kontinjensi, komitmen dan pengungkapan lain

147
Isi Catatan Atas Laporan Keuangan

• Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang
dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting;
• Informasi yang diwajibkan dalam SAK ETAP tetapi tidak disajikan dalam neraca, laporan
laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, misalnya subklasifikasi pos-
pos tertentu;
• Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus
kas, dan laporan perubahan ekuitas tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara
wajar;
• Untuk pos-pos yang nilainya material, harus dirinci dan dijelaskan dalam catatan atas
laporan keuangan. Sedangkan untuk pos-pos yang bersifat khusus harus dirinci dan
dijelaskan pada catatan atas laporan keuangan tanpa mempertimbangkan
materialitasnya;
• Untuk pos yang merupakan hasil penggabungan beberapa pos sejenis dirinci dan
dijelaskan sifat dari unsur utamanya dalam catatan atas laporan keuangan.

148
Unsur Catatan Atas Laporan Keuangan
• Gambaran Umum BPR: Pendirian, riwayat ringkas, tanggal pendirian,
bidang usaha, tempat kedudukan, tanggal mulai beroperasi, kepemilikan,
direksi, komisaris dan jml karyawan.
• Ikhtisar kebijakan akuntansi:
– Pernyataan BPR menggunakan SAK ETAP
– Dasar pengukuran dan penyusunan laporan keuangan
– Kebijakan akuntansi: konsep dasar, kredit, penyisihan kerugian,
investasi di SBI, agunan, kas, aset tetap, pengkuan pendapatan&beban,
pajak penghasilan dan imbalan kerja.
• Penjelasan atas pos-pos laporan keuangan: transaksi hubungan istimewa,
perubahan akuntansi & koreksi kesalahan, kesalahan.
• Komitmen dan kontijensi
• Informasi penting lainnya
• Peristiwa setelah tanggal neraca
• Perkembangan terakhir SAK ETAP dan peraturan lain
• Reklasifikasi.

149
Hal Lain yang Perlu Diungkapkan

1. Kewajiban komitmen dan Kontijensi, antara lain nilai-nilai sbb:


• Komitmen
– Fasilitas pinjaman diterima yang belum ditarik
– Fasilitas kredit yang diberikan yang belum ditarik nasabah
– Pinjaman channeling
• Kontinjen
– Pendapatan bunga dalam penyelesaian dari kredit yang diberikan.
– Pendapatan bunga dalam penyelesaian dari produk lain.
– Aktiva produktif yang dihapusbukukan

150
Hal Lain yang Perlu Diungkapkan

2. Penerapan imbalan pasca kerja, antara lain perlu dijelaskan


sbb.:
• Jumlah iuran jamsostek yang telah dibayarkan
• Jumlah iuran dana pension yang telah dibayarkan
3. Transaksi dengan pihak terkait, perlu dijelaskan:
• Bentuk transaksi yang terjadi, apakah pada pos simpanan dan atau
pinjaman
• Dijelaskan jumlahnya
• Dijelaskan suku bunganya
• Dijelaskan apakah ada perlakuan khususnya.
4. Peristiwa setelah tanggal neraca, sekiranya ada dijelaskan.

151
Hal Lain yang Perlu Diungkapkan

5. Informasi penting lainnya, antara lain berupa:


– Rasio kecukupan modal (CAR)
– Rasio kredit yang dberikan terhadap dana pihak ketiga (LDR)
– Rasio kredit non performing (NPL)
– Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional
– Rasio aktiva produktif bermasalah terhadap aktiva produktif.
– Rasio laba sebelum pajak terhadap aset rata-rata (ROA)
– Rasio laba setelah pajak terhadap rata-rata ekuitas (ROE)

152
PELATIHAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN (PPL)

ASPEK AKUNTANSI KEUANGAN


DAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN
BPR SYARIAH

IAPI - Jakarta
2 Februari 2017
REGULASI TERKAIT
LAPORAN KEUANGAN BPR SYARIAH

Departemen Perbankan Syariah


154
OUTLINE

Ketentuan – Ketentuan Terkait Laporan Keuangan BPRS

Kerangka Pengaturan Pencatatan Transaksi Perbankan Syariah

SE OJK PAPSI BPRS

Materi Pengaturan PAPSI BPRS

155
Ketentuan – Ketentuan Terkait Laporan Keuangan BPRS

JENIS KETENTUAN
Laporan Publikasi BPRS
PBI No : 7/47/PBI/2005
SE Ekstern No : 7/52/DPbS Tahun 2005
Laporan Bulanan BPRS
PBI No : 7/9/PBI/2005
SE Ekstern No : 13/15/DPbS Tahun 2011
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) – BPRS
SE OJK : SEOJK No 9/SEOJK.03/2015

156
Laporan Publikasi BPRS

Jenis Laporan Keuangan Publikasi TW. I TW. II TW.III TW. IV


Neraca    
Laporan Laba Rugi    
Komitmen dan Kontinjensi    
Kualitas Aktiva Produktif dan info lain    
Tabel Distribusi Bagi Hasil    
Laporan sumber & penggunaan dana ZIS  
Laporan sumber & penggunaan dana Qardh  
Laporan perubahan investasi terikat  

157
Laporan Bulanan BPRS

Tujuan Penyusunan
Penyusunan dan penyampaian Laporan Bulanan BPRS
dimaksudkan untuk:
1. Penyusunan Statistik Perbankan;
2. Pengaturan dan Pengawasan BPRS; dan
3. Informasi untuk kepentingan manajemen masing-masing
BPRS

158
KERANGKA PENGATURAN
PENCATATAN TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH

PSAK KONVENSIONAL PSAK SYARIAH

KDPPLK
No.1 -

No.100 - 199
KDPPLK Syariah
100

PSAK – PSAK Konvensional


PSAK – PSAK
SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik Syariah

Dalam hal transaksi tidak diatur


dalam PSAK Syariah & tidak
bertentangan dengan prinsip
Syariah

PEDOMAN AKUNTANSI
PERBANKAN SYARIAH INDONESIA

INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH

159
Penyempurnaan PAPSI
PAPSI merupakan pedoman yang sangat penting bagi perbankan syariah untuk
menjadi acuan dalam pencatatan transaksi dan penyajian laporan keuangan sehingga
laporan keuangan yang disampaikan dapat diperbandingkan dengan bank syariah
lainnya.

Existing Revisi
PAPSI 2003 PAPSI 2015

Perkembangan cepat dari perbankan syariah baik dari aset maupun dari
produk yang ditawarkan

Perubahan PSAK Syariah (PSAK 101 – 110)

Kovergensi dengan ketentuan IFRS dan ketentuan prudential yang


dikeluarkan oleh BI

Tim Perumus terdiri dari perwakilan Bank Indonesia, IAI dan Industri
Perbankan Syariah

160
SE OJK PAPSI BPRS

• SE OJK Nomor 9/SEOJK.03/2015 tanggal 26 Maret 2015 tentang


Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia Bagi Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah

• SEOJK ini mencabut SEBI No.5/26/BPS tanggal 27 Oktober 2003


perihal Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

161
SE OJK PAPSI BPRS - Umum

 Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan dari BPRS dan penyusunan laporan
keuangan yang relevan, komprehensif, andal dan dapat diperbandingkan, BPRS wajib menyusun dan
menyajikan laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi keuangan yang relevan bagi BPRS.
 SAK yang berlaku bagi BPRS selama ini adalah PSAK No.31 tentang Akuntansi Perbankan dan PSAK
Syariah.
 Dengan diberlakukannya PSAK No.50 (Revisi 2010) tentang Instrumen Keuangan: Penyajian, PSAK
No.55 (Revisi 2011) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, dan PSAK No.60
tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan yang menggantikan PSAK No.31, maka PSAK No.31
menjadi tidak berlaku.
 Penerapan PSAK No.50 (Revisi 2010), PSAK No.55 (Revisi 2011), dan PSAK No.60 bagi BPRS selain
tidak sesuai dengan karakteristik operasional BPRS juga memerlukan biaya yang besar dibandingkan
dengan manfaat yang akan diperoleh, sehingga diperlukan standar akuntansi keuangan yang sesuai
bagi BPRS.
 DSAK-IAI selain mengeluarkan PSAK No.50 (Revisi 2010), PSAK No.55 (Revisi 2011), dan PSAK
No.60, juga menerbitkan SAK ETAP.

162
SE OJK PAPSI - Umum

 DSAK-IAI dalam SAK ETAP menyatakan bahwa SAK ETAP dapat diberlakukan bagi entitas yang
memiliki akuntabilitas publik signifikan termasuk BPRS, sepanjang otoritas berwenang mengatur
penggunaan SAK ETAP dimaksud. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka SAK bagi BPRS
menggunakan SAK ETAP, PSAK Syariah, dan ketentuan lain yang ditetapkan oleh OJK.
 PAPSI BPRS merupakan petunjuk pelaksanaan yang berisi penjabaran lebih lanjut dari SAK ETAP,
PSAK Syariah, dan ketentuan lain yang ditetapkan oleh OJK dan menjadi pedoman dalam penyusunan
dan penyajian laporan keuangan BPRS.
 Dalam hal terdapat ketentuan yang belum diatur dalam PAPSI BPRS untuk menyusun dan menyajikan
laporan keuangan, maka BPRS tetap berpedoman kepada SAK ETAP beserta pedoman
pelaksanaannya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

163
SE OJK PAPSI BPRS
PENGAKUAN PENDAPATAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI

 Fatwa DSN No.84/DSN-MUI/XII/2012 tanggal 21 Desember 2012 tentang Metode


Pengakuan Pendapatan Murabahah di Lembaga Keuangan Syariah, pengakuan
pendapatan murabahah untuk Bank Syariah dapat dilakukan dengan menggunakan
metode anuitas atau metode proporsional.
 Pengakuan pendapatan dengan menggunakan metode anuitas atau metode
proporsional hanya dapat digunakan untuk pengakuan pendapatan pembiayaan atas
dasar jual beli.
 Dalam hal BPRS menggunakan metode anuitas maka pencatatan transaksi
murabahah wajib menggunakan SAK ETAP. Dalam hal BPRS menggunakan metode
proporsional maka pencatatan transaksi murabahah wajib menggunakan PSAK
No.102 (Revisi 2013) tentang Akuntansi Murabahah.

164
Metode Pengakuan Pendapatan Transaksi Murabahah

Proporsional - Flat Proporsional - Anuitas

Porsi Saldo Porsi Saldo


Periode Angsuran Periode Angsuran
Pokok Margin Pokok Margin Pokok Margin Pokok Margin
Awal 1000 200 Awal 1000 200
1 100 83 17 917 183 1 100 71 29 929 171
2 100 83 17 833 167 2 100 73 27 856 144
3 100 83 17 750 150 3 100 75 25 781 119
4 100 83 17 667 133 4 100 77 23 704 96
5 100 83 17 583 117 5 100 79 21 625 75
6 100 83 17 500 100 6 100 82 18 543 57
7 100 83 17 417 83 7 100 84 16 459 41
8 100 83 17 333 67 8 100 87 13 372 28
9 100 83 17 250 50 9 100 89 11 283 17
10 100 83 17 167 33 10 100 92 8 191 9
11 100 83 17 83 17 11 100 94 6 97 3
12 100 83 17 0 0 12 100 97 3 0 0

100% 100%
90% 90%
80% 80%
70% 70%

60% 60%
Series2 Series2
50% 50%
Series1 Series1
40% 40%
30% 30%
20% 20%

10% 10%
0% 0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

165
165
PSAK 102 Revisi 2013
Acuan Alternatif (Para 41A)
• Penjual yang tidak memiliki risiko yang signifikan terkait
dengan kepemilikan persediaan untuk transaksi
murabahah merupakan penjual yang melaksanakan
transaksi pembiayaan murabahah. Perlakuan atas
transaksi tersebut mengacu pada PSAK 55: Instrumen
Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, PSAK 50:
Instrumen Keuangan: Penyajian, dan PSAK 60: Instrumen
Keuangan: Pengungkapan yang terkait aset keuangan
dalam kategori pinjaman yang diberikan dan piutang,
disesuaikan dengan karakteristik transaksi syariah.

166
SE OJK PAPSI BPRS
PENDAPATAN DAN BEBAN TERKAIT DENGAN TRANSAKSI MURABAHAH

 Dalam praktik penyaluran pembiayaan murabahah, BPRS dapat:


 menerima pendapatan di luar marjin keuntungan seperti pendapatan
administrasi; dan/atau
 mengeluarkan biaya yang terkait langsung dengan transaksi murabahah
seperti biaya komisi, biaya survei, dan biaya lain.
 Pengakuan pendapatan dan biaya baik yang menggunakan metode anuitas
maupun proporsional diakui secara proporsional selama masa akad.
 Pendapatan dan biaya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pendapatan
murabahah sehingga wajib dibagihasilkan kepada pemilik dana (shahibul
maal).

167
Surat BI No.15/2247/DPbS tgl 27 Des 2013

168
Materi Pengaturan PAPSI BPRS

I. Pendahuluan – Asumsi Dasar


Asumsi Dasar Pengakuan

• Laporan keuangan disusun menggunakan dasar akrual


• Penghitungan pendapatan untuk tujuan bagi hasil
menggunakan dasar kas

169
Materi Pengaturan PAPSI BPRS
I. Pendahuluan – Asumsi Dasar
Fatwa No: 14
Sistem Distribusi Hasil Usaha

• Pada prinsipnya, LKS boleh menggunakan sistem accrual


basis maupun cash basis dalam administrasi keuangan.
• Dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah), dalam
pencatatan sebaiknya digunakan sistem accrual basis;
akan tetapi, dalam distribusi hasil usaha hendaknya
ditentukan atas dasar penerimaan yang benar-benar terjadi
(cash basis)

170
Materi Pengaturan PAPSI BPRS
I. Pendahuluan – Asumsi Dasar
Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan
dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan
bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan
dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode
bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan
informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan
penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas dimasa
depan serta sumber daya yang merepsesentasikan kas yang akan diterima di
masa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan menyediakan jenis informasi
transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yan paling berguna bagi pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
(KDPPLKS Paragraf 41)

Penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan


dasar kas. Dalam hal prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil,
pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto (gross profit).
(KDPPLKS Paragraf 42)

171
Definisi

Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua
(pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara
mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh
pemilik dana.

Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan
kerugian berdasakan porsi kontribusi dana berupa kas maupun asset nonkas
yang diperkenankan oleh Syariah.

172
Skema Mudharabah
(Bank sebagai Shahibul Maal)

Perjanjian Bagi Hasil


Nasabah Bank
(Mudharib) Keahlian Modal (Shahibul Maal)
100%

Proyek/Usaha
Nisbah Nisbah
X% Y%
Pembagian Keuntungan

Modal Pengembalian
Modal Pokok

173
Skema Musyarakah

Perjanjian Bagi Hasil


Nasabah Bank
(Mitra) Modal Modal (Mitra)

Proyek/Usaha
•Nisbah X%, or •Nisbah Y%, or
•Porsi modal Nasabah •Porsi modal bank

Pembagian Keuntungan
Pembagian Kerugian
•Porsi modal •Porsi modal
Nasabah bank
Modal
Pengembalian
Modal Pokok

174
Penjelasan

Pengakuan penghasilan usaha Mudharabah/ Musyarakah dalam


praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas
penghasilan usaha dari pengelola dana atau Mitra Akad. Tidak
diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.

175
176

ASPEK AUDIT LAPORAN KEUANGAN


BPR BERBASIS ISA
(AUDIT BPR/S BERBASIS ISA)
Beberapa Standar Audit LK yang terkait dengan Audit LK
BPR/BPRS, antara lain :
Beberapa ketentuan dalam Standar Audit (SA) yang cukup penting dan wajib dterapkan untuk Jenis
Pekerjaan Audit atas LK BPR/BPRS, antara lain :
a) SA 220 mengenai Pengendalian Mutu Audit atas Laporan Keuangan;
b) SA 230 mengenai Dokumentasi Audit;
c) SA 240 mengenai Tanggung Jawab Auditor atas Kecurangan;
d) SA 250 mengenai Pertimbangan Peraturan per UU an dalam Audit LK;
e) SA 300 mengenai Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan;
f) SA 315 mengenai Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material melalui
Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya;
g) SA 320 mengenai Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit;
h) SA 330 mengenai Respon atas Risiko;
i) SA 500 mengenai Bukti Audit;
j) SA 505 mengenai Konfirmasi Eksternal;
k) SA 520 mengenai Prosedur Analitis;
l) SA 530 mengenai Sampling Audit;
m) SA 540 mengenai Audit atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan
Pengungkapan yang bersangkutan;
n) SA 550 mengenai Pihak Berelasi;
o) SA 560 mengenai Peristiwa Kemudian;
p) SA 570 mengenai Kelangsungan Usaha;
q) SA 580 mengenai Representasi Tertulis;

Standar-StandarAudit tersebut diatas harus diadopsi oleh KAP untuk dituangkan dalam Standar
Pengendalian Mutu (SPM) dengan dibuatkan petunjuk teknis/praktis pelaksanaan yang relevan
untuk menjaga kualitas jasa yang diberikan dan dapat menjamin keberlangsungan kegiatan KAP.

177
TAHAPAN AUDIT
(diambil dari materi PPL IAPI 2015)

Risk Assessment Risk Response Reporting

178
RISIKO AUDIT
(diambil dari materi PPL IAPI 2015)

• Risiko audit: risiko bahwa auditor menyatakan suatu opini yang tidak tepat
ketika laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material.
• Tujuan auditor: mengurangi risiko audit pada suatu tingkat rendah yang
dapat diterima (acceptably low level).
Risk of Material Mistatement (RMM)

Audit Risk Inherent Risk Control Risk Detection Risk


(AR) (IR) (CR) (DR)

Terletak pada Entitas` Pada Auditor

179
SA 220- mengenai Pengendalian Mutu Audit atas Laporan Keuangan

Elemen-elemen Pengendalian Mutu Audit :


(a) Tanggung jawab kepemimpinan atas Mutu Audit
Rekan Perikatan bertanggung jawab atas keseluruhan mutu setiap perikatan audit yang ditugaskan kepada rekan
yang bersangkutan
(b) Ketentuan Etika Profesi yang Berlaku
Setiap KAP harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa KAP dan perseonelnya mematuhi ketentuan independensi.
(c) Penerimaan dan Keberlanjutan Hubungan dengan klien dan Perikatan Audit
Rekan perikatan harus dapat diyakinkan bahwa prosedur yang tepat atas penerimaan dan keberlanjutan hubungan
dengan klien dan perikatan audit telah diikuti, dan harus menentukan bahwa kesimpulan yang ditarik dalam hal ini
sudah tepat.
(d) Penugasan Tim Perikatan
Rekan perikatan harus dapat diyakinkan bahwa tim perikatan dan setiap pakar auditor diluar tim perikatan memiliki
kompetensi dan kemampuan yang sesuai untuk :
- Melaksanakan perikatan audit sesuai standar profesi serta ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku;
- Memungkinkan diterbitkannya laporan auditor yang sesuai dengan kondisinya.
(e) Pelaksanaan Perikatan
- Rekan perikatan bertanggung jawab atas arah, supervisi, dan pelaksanaan perikatan audit yang sesuai dengan
standar profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
- Pada tanggal sebelum tanggal laporan auditor, rekan perikatan harus dapat diyakinkan, melalui suatu
penelaahan atas dokumentasi audit dan diskus dengan tim perikatan bahwa bukti audit yang cukup dan tepat
telah diperoleh untuk mendukung kesimpulan;
- Bertanggung jawab atas dilakukannya konsultasi yang tepat oleh tim perikatan atas hal yang sulit atau
kontroversial;

PPL - IAPI 180


SA 220- mengenai Pengendalian Mutu Audit atas Laporan Keuangan

Elemen-elemen Pengendalian Mutu Audit-lanjutan :


(e) Pelaksanaan Perikatan-lanjutan
- Untuk audit atas LK Emiten, rekan perikatan tidak memberi tanggal laporan auditor hingga penelaahan
pengendalian mutu perikatan telah selesai dilakukan;
(f) Pemantauan
Suatu proses pemantauan yang dirancang efektif untuk memberikan keyakinan memadai bagi KAP bahwa
kebijakan dan prosedur yang berhubungan dengan sistem pengendalian mutu relevan, memadai, dan beroperasi
secara efektif.
(g) Dokumentasi
Auditor harus memasukkan hal-hal berikut dalam dokumentasi audit :
1) Isu yang terkait dengan kepatuhan terhadap etika yang relevan;
2) Kesimpulan tentang kepatuhan;
3) Kesimpulan yang ditarik tentang penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien dan perikatan audit;
4) Sifat dan ruang lingkup, serta kesimpulan yang ditarik dari konsultasi yang dilakukan selama pelaksanaan
perikatan audit;
5) Penelaahan pengendalian mutu oleh penelaah.

PPL - IAPI 181


SA 230- mengenai Dokumentasi Audit

Dokumentasi audit adalah dokumentasi atas :


a) Prosedur audit yang telah dilakukan;
b) Bukti audit yang relevan yang diperoleh;
c) Kesimpulan yang ditarik auditor (kertas kerja).

Folder audit : satu atau lebih folder atau media penyimpanan lain, dalam bentuk fisikal atau elektronis, yang berisikan
dokumentasi audit untuk suatu perikatan tertentu.

Tujuan adanya Dokumentasi Audit adalah memberikan :


(a) Bukti dasar bagi auditor untuk menarik suatu kesimpulan tentang pencapaian tujuan keseluruhan auditor;
(b) Bukti bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan Standar Audit dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
(c) Membantu tim perikatan untuk merencanakan dan melaksanakan audit;
(d) Membantu supervisi proses audit;
(e) Sebagai pertanggungjawaban tim perikatan;
(f) Catatan atas hal-hal yang signifikan yang berkelanjutan untuk audit dimasa akan datang;
(g) Kemungkinan dilaksanakannya penelaahan dan inspeksi atas pengendalian mutu sesuai SPM;
(h) Memungkinkan dilaksanakannya inspeksi eksternal sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PPL - IAPI 182


SA 230- mengenai Dokumentasi Audit

Dokumentasi audit dapat dilakukan pada kertas atau media elektronis atau media lain, contoh dokumentasi audit
mencakup :
• Keberadaan surat perikatan yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak;
• Keberadaan dokumen perencanaan audit yang memadai;
• Program audit
• Analisis
• Memorandum isu
• Ikhtisar hal-hal signifikan
• Surat konfirmasi dan surat representasi
• Daftar uji
• Korespondensi (termasuk email) tentang hal-hal signifikan;
Perlu diingat, dokumentasi audit bukan merupakan pengganti catatan akuntansi entitas.
Pengumpulan folder audit final
Batas waktu yang tepat untuk menyelesaikan proses pengumpulan dokumentasi audit final adalah tidak lebih dari 60
hari setelah tanggal laporan auditor.
Batas wakyu penyimpanan pada umumnya tidak boleh kurang dari 5 tahun sejak tanggal yang lebih akhir dari
Laporan Auditor atas laporan keuangan entitas.

PPL - IAPI 183


SA 240- Tanggung Jawab Auditor terkait dengan Kecurangan dalam Audit atas
Laporan Keuangan

• Kecurangan: suatu tindakan yang disengaja oleh suatu individu atau lebih dalam manajemen, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, karyawan, atau pihak ketiga, yang melibatkan penggunaan tipu muslihat
untuk memperoleh keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum (SA 240.11) (SPAP lama: tidak
eksplisit).

• Tanggungjawab utama pencegahan dan pendeteksian kecurangan berada pada pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola entitas dan manajemen;

• Tanggungjawab auditor adalah memperoleh keyakinan memadai apakah laporan keuangan secara keseluruhan
bebas dari salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan.

PPL - IAPI 184


SA 240- Tanggung Jawab Auditor terkait dengan Kecurangan dalam Audit atas
Laporan Keuangan

Fraudulent in Financial Reporting Misappropriation of Assets


SA: Kecurangan Pelaporan Keuangan SA: Penyalahgunaan Aset
Dikenal juga dengan istilah “cooking the book”. Biasanya Dilakukan terhadap entitas
dilakukan oleh entitas.
Contoh: pengelolaan laba. Contoh: pencurian aset.

Cara melakukan kecurangan pelaporan keuangan: Cara melakukan penyalahgunaan aset:


• Manipulasi, pemalsuan (termasuk peniruan), atau • Penggelapan penerimaan
pengubahan catatan akuntansi atau dokumentasi • Pencurian aset fisik atau kekayaan intelektual
pendukung. • Pembayaran untuk barang dan jasa yang tidak pernah
• Pernyataan salah, atau penghilangan secara sengaja diterima
atas peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan • Penggunaan aset entitas untuk kepentingan pribadi
lainnya.
• Penerapan salah yang disengaja atas prinsip
akuntansi.

PPL - IAPI 185


SA 300- mengenai Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Personel KAP yang terlibat dalam Perencanaan Audit :


1. Rekan Perikatan; dan
2. Anggota Tim Perikatan

Aktivitas awal Perikatan Audit, termasuk :


- Kesepahaman dengan klien mengenai ketentuan perikatan;
- Tidak terdapat isu yang berkaitan dengan integritas manajemen;
- Penjagaan independensi dan kemampuan untuk melakukan perikatan;

Data dan Informasi yang diperlukan untuk melakukan Perencanaan Audit, antara lain :
• Pemahaman atas kerangka pelaporan keuangan yang menjadi dasar penyusunan informasi keuangan;
• Ketentuan pelaporan industri tertentu, seperti yang diharuskan oleh badan pengatur;
• Cakupan audit yang diharapkan, termasuk jumlah dan lokasi komponen yang dicakup;
• Sifat hubungan pengendalian antara entitas induk dan komponennya;
• Luas komponen yang diaudit oleh auditor lain;
• Sifat segmen bisnis yang diaudit, termasuk kebutuhan khusus;
• Mata uang pelaporan, termasuk kebutuhan penjabaran mata uang untuk informasi keuangan yang diaudit;
• Ketersediaan hasil kerja auditor internal dan keandalannya;
• Penggunaan organisasi jasa oleh entitas dan bagaimana auditor dapat memperoleh bukti tentang rancangan atau operasi
pengendalian;
• Penggunaan yang diharapkan dari bukti audit yang diperoleh dari audit sebelumnya;
• Dampak teknologi informasi terhadap terhadap prosedur audit, termasuk ketersediaan data dan penggunaan teknik audit
berbantuan komputer yang diharapkan;

PPL - IAPI 186


SA 300- mengenai Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Informasi yang diperlukan untuk melakukan Perencanaan Audit, antara lain-lanjutan :


• Koordinasi atas cakupan dan saat pekerjaan audit yang diharapkan dengan penelaahan atas informasi keuangan interim;
• Ketersediaan personel dan data klien;
• Jadwal pelaporan entitas, seperti pelaporan interim dan final;
• Pengorganisasi rapat dengan manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk mendiskusikan sifat, saat, dan luas
pekerjaan audit;
• Pembahasan dengan manajemen tentang komunikasi yang diharapkan atas status pekerjaan audit selama perikatan berlangsung;
• Komunikasi dengan auditor komponen tentang tipe dan saat penerbitan laporan dan lainnya;
• Sifat dan waktu komunikasi yang diharapkan diantara anggota tim perikatan;
• Komunikasi dengan pihak ketiga yang diharapkan;

Aktivitas Perencanaan Audit, antara lain :


• Sumber daya yang dialokasikan untuk area audit tertentu (yang berpengalaman untuk area audit beresiko tinggi atau keterlibatan pakar yang
kompeten);
• Jumlah sumber daya yang dialokasikan untuk area audit tertentu, seperti jumlah anggota tim untuk mengamati perhitungan persediaan fisik;
• Kapan sumber daya tersebut dialokasikan;
• Bagaimana sumber daya dikelola, diarahkan dan disupervisi;
• Melakukan prosedur analitis pada tahap awal untuk menilai resiko;
• Pemahaman umum tentang peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kepatuhan entitas;
• Penentuan materialitas;
• Penilaian resiko lainnya—lihat slide berikutnya.

Dokumentasi Audit
Auditor harus memasukkan semua yang terkait dengan aktivitas tersebut diatas dalam dokumentasi audit.

Pertimbangan Perikatan Audit Tahun Pertama


(a) Melaksanakan prosedur yang disyaratkan tentang penerimaan hubungan dengan klien dan perikatan audit;
(b) Melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu.

PPL - IAPI 187


SA 315- mengenai Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material melalui
Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya

Data dan Informasi yang diperlukan untuk melakukan identifikasi dan penilaian resiko kesalahan penyajian, antara lain :
• Faktor-faktor industri, peraturan, dan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku;
• Siklus operasi, struktur kepemilikan dan tata kelolanya, jenis investasi yang dilakukan;
• Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi
• Tujuan dan strategi entitas dan resiko bisnis yang terkait yang menimbulkan resiko kesalahan penyajian material;
• Pengukuran dan penelaahan kinerja keuangan entitas;
• Pengendalian internal entitas yang relevan dengan pelaporan keuangan;
• Sistem informasi akuntansi yang relevan dengan pelaporan keuangan.

Aktivitas Pengidentifikasian dan Penilaian Resiko , antara lain :


• Permintaan keterangan dari manajemen dan personel lain dalam entitas yang kemungkinan memiliki informasi yang mungkin membantu
dalam mengidentifikasi resiko kesalahan;
• Melakukan prosedur analitis;
• Observasi dan inspeksi;
• Mengidentifikasi risiko bisnis yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan;
• Mengestimasikan signifikansi risiko;
• Menentukan kemungkinan terjadinya risiko tersebut;
• Memutuskan tentang tindakan untuk menangani risiko tersebut.

Dokumentasi Audit
Auditor harus memasukkan semua yang terkait dengan aktivitas tersebut diatas dalam dokumentasi audit, antara lain :
(a) Diskusi diantara tim perikatan dan keputusan signifikan;
(b) Unsur kunci atas pemahaman yang diperoleh tentang setiap aspek entitas dan lingkungannya dan setiap komponen pengendalian internal;
(c) Risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi dan dinilai pada tingkat asersi laporan keuangan dan golongan transaksi, dan saldo
akun;
(d) Risiko teridentifikasi.

PPL - IAPI 188


SA 320- Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit

Dalam melakukan audit atas LK, tujuan auditor adalah untuk mendapatkan reasonable assurance bahwa laporan keuangan secara keseluruhan
bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan kecurangan atau kesalahan.
Materialitas dalam tahap perencanaan merupakan materialitas awal yang digunakan oleh auditor untuk mendeteksi penyajian laporan keuangan
secara keseluruhan, namun dalam pelaksanaan audit, suatu kesalahan yang tidak material namun karena digabungkan dengan akun atau
golongan yang relevan maka menjadi material atau dikenal dengan istilah material pelaksanaan.
Data dan Informasi yang diperlukan untuk menentukan materialitas, antara lain :
• Unsur-unsur laporan keuangan, seperti aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, beban;
• Unsur-unsur yang menjadi perhatian khusus para pengguna laporan keuangan suatu entitas, seperti untuk tujuan evaluasi kinerja keuangan
yang akan lebih fokus pada laba, pendapatan dan aset bersih;
• Sifat entitas;
• Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas;
• Fluktuasi relatif tolok ukur.

Aktivitas Penentuan Materialitas, antara lain :


• Memilih tolok ukur penentuan materialitas seperti laba sebelum pajak, jumlah pendapatan, laba bruto, jumlah beban, jumlah ekuitas atau nilai
aset bersih;
• Lebih mengutamakan saldo-saldo yang stabil fluktuasinya dibandingkan tahun sebelumnya;
• Menggunakan prosentase sebagai tolok ukur penentuan materialitas, contoh 5% dari laba sebelum pajak untuk entitas manufaktur, atau 1 %
dari pendapatan atau beban untuk entitas nirlaba;

Dokumentasi Audit
Auditor harus memasukkan semua yang terkait dengan aktivitas tersebut diatas dalam dokumentasi audit, antara lain :
(a) Materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan;
(b) Tingkat materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu;
(c) Materialitas pelaksanaan;
(d) Revisi materialitas jika ada.

PPL - IAPI 189


SA 500- Bukti Audit

Kecukupan dan ketepatan bukti saling berkaitan satu dengan lainnya, kecukupan adalah ukuran kuantitas bukti audit, dimana kuantitas
bukti audit dipengaruhi oleh penilaian auditor atas resiko kesalahan material (makin tinggi resiko makin banyak bukti audit yang
diperlukan), dab kualitas bukti audit (makin baik kualitas bukti audit, makin sedikit bukti yang dibutuhkan).

Ketepatan merupakan ukuran kualitas bukti audit, yang mencakup relevansi dan keandalan bukti audit.

Data dan sumber bukti audit, antara lain :


• Sumber yang relevan, contoh suatu prosedur audit untuk menguji kurang saji (understatement) keberadaan atau penilaian utang
usaha maka pengujian informasi seperti pembayaran setelah tanggal laporan posisi keuangan, faktur yang belum dibayar,
pernyataan dari pemasok, dan laporan penerimaan barang yang belum cocokkan dengan order pembelian.
• Sumber yang andal, contoh : bukti audit diperoleh dari sumber independen dari luar entitas, bukti yang diperoleh dari suatu aktivitas
pengendalian yang efektif, bukti yang diperoleh dari observasi auditor, bukti audit dalam bentuk dokumen, kertas, data elektronik,
atau media lainnya, bukti audit yang diperoleh dari dokumen asli lebih dapat diandalkan daripada fotokopi atau faksimili, bukti audit
yang diperoleh dari pakar manajemen.

Aktivitas Perolehan Bukti Audit, antara lain :


• Inspeksi (pemeriksaan fisik);
• Observasi (melihat secara langsung);
• Konfirmasi eksternal;
• Penghitungan ulang;
• Pelaksanaan kembali;
• Prosedur analitis;dan
• Permintaan keterangan.

Dokumentasi Audit
Auditor harus memasukkan semua yang terkait dengan aktivitas tersebut diatas dalam dokumentasi audit.

PPL - IAPI 190


SA 520- Prosedur Analitis

Data dan informasi untuk melakukan prosedur analitis, antara lain :


• Informasi keuangan periode sebelumnya;
• Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP);
• Data dan informasi entitas yang sejenis;
• Hasil penghitungan rasio-rasio keuangan.

Aktivitas Prosedur Analitis, membandingkan informasi keuangan periode audit dengan :


• Informasi komparatif periode lalu;
• Anggaran keuangan (RKAP) yang disusun oleh entitas atau prakiraan;
• Informasi industri sejenis seperti perbandingan rasio penjualan entitas terhadap piutang usaha dengan rata-rata rasio industri atau
dengan entitas lain yang memiliki ukuran sebanding dalam industri yang sama;
• Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan yang akan diharapkan sesuai dengan suatu pola yang dapat diprediksi
berdasarkan pengalaman entitas, seperti presentase laba bruto;
• Relevansi informasi keuangan dan non keuangan, seperti hubungan antara beban gaji dengan jumlah karyawan.

Dokumentasi Audit
Auditor harus memasukkan semua yang terkait dengan aktivitas tersebut diatas dalam dokumentasi audit.

PPL - IAPI 191


HUBUNGAN ANTARA STANDAR PENGENDALIAN MUTU KAP TERKAIT DENGAN AUDIT
BPR/BPRS

Seluruh ketentuan dalam Standar Auditing harus diadopsi dalam SPM masing-masing KAP sebagai
suatu standar pekerjaan dan pelayanan jasa kepada klien.

Berikut ini contoh (hanya contoh) beberapa Bab dan Lampirannya yang diadopsi dari SPM 1 dan
merujuk pada Standar Audit :

(a) SPM mengenai Penerimaan dan Keberlanjutan Hubungan dengan klien dan perikatan tertentu;
(b) SPM Mengenai Pelaksanaan Perikatan.

PPL - IAPI 192


193

PENYUSUNAN FOLDER AUDIT


(KERTAS KERJA AUDIT)
UNTUK AUDITOR BPR
ISI FOLDER AUDIT-Suatu Contoh
(Ref. SA 230 dan SPM mengenai Dokumentasi)

Dokumentasi audit dapat dilakukan pada kertas atau media elektronis atau media lain, contoh
dokumentasi audit mencakup :
• Keberadaan surat perikatan yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak;
• Keberadaan dokumen perencanaan audit yang memadai;
• Program audit
• Analisis
• Memorandum isu
• Ikhtisar hal-hal signifikan
• Surat konfirmasi dan surat representasi
• Daftar uji
• Korespondensi (termasuk email) tentang hal-hal signifikan;
Perlu diingat, dokumentasi audit bukan merupakan pengganti catatan akuntansi entitas.
Pengumpulan folder audit final
Batas waktu yang tepat untuk menyelesaikan proses pengumpulan dokumentasi audit final adalah
tidak lebih dari 60 hari setelah tanggal laporan auditor.
Batas wakyu penyimpanan pada umumnya tidak boleh kurang dari 5 tahun sejak tanggal yang lebih
akhir dari Laporan Auditor atas laporan keuangan entitas.

194
ISI FOLDER AUDIT-Suatu Contoh
(Ref. SA 230 dan SPM mengenai Dokumentasi)

195
ISI FOLDER AUDIT-Suatu Contoh
(Ref. SA 230 dan SPM mengenai Dokumentasi)

196
ISI FOLDER AUDIT-Suatu Contoh
(Ref. SA 230 dan SPM mengenai Dokumentasi)

197
ISI FOLDER AUDIT-Suatu Contoh
(Ref. SA 230 dan SPM mengenai Dokumentasi)

Aktivitas Perencanaan meliputi :


a. Penetapan tim perikatan dan penyusunan surat tugas
b. Perolehan pernyataan dari TIM mengenai independensi, kerahasiaan, dan integritas
c. Penyusunan Anggaran Biaya perikatan
d. Diskusi Memahami bisnis dan aktivitas klien
e. Diskusi Penilaian risiko dan pengendalian
f. Penilaian risiko kesalahan dan kecurangan/fraud
g. Reviu analitis
h. Evaluasi fungsi pengendalian internal

198
ISI FOLDER AUDIT-Suatu Contoh
(Ref. SA 230 dan SPM mengenai Dokumentasi)
Aktivitas Pelaksanaan meliputi :
Respon terhadap risiko
Pelaksanaan
Pengujian
a. Pendekatan dan risiko sampling
b. Pemilihan dan pengujian sample
Program Audit
a. Neraca - Aset
b. Neraca - Kewajiban
c. Laba - Rugi
d. Lainnya
Inkuiri dan Konfirmasi
a. Bank
b. Debitur / Kreditur
c. Sewa / Lease
d. Legal
e. Pinjaman
f. Pajak
g. Perhitungan fisik persediaan
h. Penilaian kelangsungan usaha
i. Ceklis transaksi pihak yang berelasi
j. Ceklis kepatuhan terhadap perundang - undangan
k. Ceklis kepatuhan perpajakan
l. Daftar koreksi terhadap salah saji

199
ISI FOLDER AUDIT-Suatu Contoh
(Ref. SA 230 dan SPM mengenai Dokumentasi)
Aktivitas Pelaksanaan meliputi :
Pelaporan
a. Riviu laporan keuangan
b. Laporan arus kas
c. Kesimpulan atas prosedur analitis
d. Rangkuman hasil riviu untuk partner
e. Dokumentasi temuan signifikan
f. Catatan untuk tahun depan
g. Ceklis peristiwa setelah tanggal neraca
h. Ceklis penyelesaian audit
i. Rangkuman salah saji yang tidak di koreksi
j. Surat kepada manajemen / direksi
k. Laporan audit

200

Anda mungkin juga menyukai