Anda di halaman 1dari 27

SEMINAR AUDIT

AUDIT OF HIGH RISK ACCOUNT

KELOMPOK 4

Vindila Wandari (C1C016047)


Rinaldi (C1C016061)
Supriati (C1C016097)

Konsentrasi Auditing
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Jambi
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karuniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Audit of High Risk Account”. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Seminar
Audit Yaitu Ibu Dr. Enggar Diah Puspa Arum, SE.Ak. M.Si
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk menyempurnakan makalah.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
dan penulis. Terima kasih.

Jambi, 15 April 2019

(Kelompok 4)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................3
2.1 Pengertian Risiko...............................................................................................3
2.2 Komponen dari formula risiko audit................................................................4
1) Risiko Audit.....................................................................................................4
2) Risiko Inheren.................................................................................................5
3) Risiko Pengendalian.......................................................................................5
4) Risiko Deteksi..................................................................................................6
2.3 Penilaian Risiko..................................................................................................6
2.3.1 Menilai Risiko Yang Dapat Diterima ( Acceptable Audit Risk )...............6
2.3.2 Menilai Risiko Inheren (Inherent Risk)......................................................7
2.3.3 Menilai Risiko Deteksi Yang Direncanakan (Planned Detection Risk). . .8
2.3.4 Menilai Risiko Pengendalian (Control Risk)..............................................9
2.4 Situasi Audit Yang Mengandung Risiko Besar..............................................11
2.5 Situasi audit.......................................................................................................13
2.6 Akun Yang Memiliki Risiko Tinggi................................................................13
2.6.1 Pendapatan..................................................................................................13
2.6.2 Kas dan Setara Kas.....................................................................................13
2.6.3 Piutang dan Utang......................................................................................14
2.6.4 Persediaan....................................................................................................14
2.6.5 Aset Tetap....................................................................................................14

BAB III PENUTUP.....................................................................................................24


3.1 Kesimpulan.......................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap perusahaan dalam aktivitas bisnis tidak akan lepas dari risiko yang
dihadapi. Perusahaan selalu dihadapkan dengan kenyataan jika ingin memperoleh
hasil yang lebih besar, maka perusahaan akan dihadapkan pada risiko yang lebih
besar pula . Lingkungan bisnis yang semakin ketat berkompetitif akan mendorong
perusahaan dalam mengambil resiko yang lebih banyak dari waktu ke waktu.
Berkembangnya kompleksitas aktivitas dunia usaha juga memicu terjadinya
berbagai risiko bisnis yang akan dihadapi perusahaan, bahkan perubahan
teknologi, globalisasi, dan perkembangan transaksi bisnis seperti hegding dan
derivative menyebabkan makin tingginya tantangan yang dihadapi perusahaan
dalam mengelola risiko yang harus dihadapinya (Beasley, et al., 2007). Persaingan
dunia bisnis yang semakin ketat memicu kebutuhan akan pengelolaan perusahaan
yang baik dikarenakan risiko yang muncul dalam setiap kegiatan, mendorong
perusahaan untuk mengelola risiko secara efektif untuk mengurangi kerugian yang
terjadi pada perusahaan dan investor.
Risiko merupakan suatu kondisi yang muncul akibat ketidakpastian. Apabila
risiko yang muncul ini tidak dikelola dengan baik maka akan menyebabkan
kerugian bagi perusahaan maupun bagi pemangku kepentingan di perusahaan
tersebut. Maka risiko yang akan muncul ini perlu dikelola dengan baik oleh
manajemen risiko guna menghindari kerugiaan bagi perusahaan. Pengelolaan
risiko dilakukan oleh manajemen risiko atau risk management.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dari risiko?
2. Apa saja Komponen dari formula risiko audit?
3. Bagaimana cara Penilaian Risiko?
4. Apa saja situasi audit yang mengandung risiko besar?
5. Apa yang dimaksud dengan Situasi audit?
6. Apa saja akun yang memiliki risiko tinggi?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian dari risiko.
2. Untuk mengetahui komponen dari formula risiko audit.
3. Untuk mengetahui penilaian risiko.
4. Untuk mengetahui audit yang mengandung risiko besar.
5. Untuk mengetahui situasi audit.
6. Untuk mengetahui akun yang memiliki risiko tinggi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Risiko


Risiko adalah segala hambatan yang mungkin terjadi dalam pencapaian
suatu tujuan. Penentuan resiko (risk assessment) merupakan hal penting bagi
manajemen dan auditor. Bagi manajemen penentuan resiko merupakan
tanggungjawab yang tidak terpisahkan dan dilakukan secara terus menerus.

2
Karena manajemen tidak dapat menetapkan tujuan dan dengan mudah
mengasumsikan bahwa tujuan tersebut telah tercapai.
Sedangkan bagi auditor, dalam kegiatan audit harus memasukan hasil
penentuan resiko ke dalam program audit untuk memastikan bahwa kontrol-
kontrol yang dibutuhkan memang diterapkan untuk mengurangi risiko. Resiko
dalam audit atau resiko audit memperlihatkan resiko yang dihadapi auditor yang
menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut telah benar sehingga dan pendapat
auditor telah diterbitkan, tetapi pada kenyataannya laporan tersebut ternyata tidak
benar dan materialitasnya tinggi. Hal tersebut menyebabkan pendapat auditor
tersebut menjadi tidak bermutu bagi para penggunanya. Hal ini bisa terjadi karena
auditor hanya mampu mengumpulkan bukti berdasarkan tes transaksi dan
kesalahan yang telah diatur sedemikian rupa menyebabkan menjadi sangat sulit
dideteksi meskipun auditor telah bekerja sesuai dengan standar audit yang
berlaku.
Tujuan utama dari audit tersebut adalah untuk memberikan suatu tindakan
untuk berpendapat, apakah atau tidak laporan keuangan yang diaudit menyajikan
secara wajar keuntungan keuangan, laba/rugi dan arus kas entitas. Risiko Audit
adalah risiko auditor memberikan pendapat yang tidak pantas atas laporan
keuangan, terutama ketika laporan keuangan tersebut mengandung salah saji
material.

2.2 Komponen dari formula risiko audit


Pada proses perencanaan audit, salah satu proses yang harus dilakukan oleh
seorang auditor adalah melakukan penilaian resiko bisnis klien. Auditor
mempergunakan pengetahuan yang didapatkan dari pemahaman sistem strategi
bisnis dan industri klien untuk melakukan penilaian resiko tersebut. Resiko bisnis
klien adalah resiko dimana klien gagal dalam mencapai tujuannnya. Perhatian
utama seorang auditor adalah resiko dari salah saji material dalam laporan
keuangan yang disebabkan oleh resiko bisnis klien. Dalam menilai resiko bisnis

3
klien juga harus mempertimbangkan kontrol manajemen yang bisa mengurangi
resiko bisnis.
1) Risiko Audit
Risiko audit diartikan sebagai tingkat ketidakpastian tertentu yang dapat
diterima auditor dalam pelaksanaan auditnya, seperti ketidakpastian validitas dan
reliabilitas bukti audit dan ketidakpastian mengenai efektivitas pengendalian
internal. Dalam konteks ini, risiko audit (juga disebut risiko residual) mengacu
pada risiko audit dapat diterima, yakni menunjukkan kesediaan auditor untuk
menerima bahwa laporan keuangan mungkin salah saji secara material setelah
audit selesai dan pendapat (bersih) wajar tanpa pengecualian diterbitkan. Jika
auditor memutuskan untuk risiko audit yang lebih rendah, itu berarti bahwa ia
ingin lebih yakin bahwa laporan keuangan tidak salah saji material.

AR = CR*IR*DR AR = CR * IR * DR

Keterangan:
IR (inherent risk) (Risiko yang melekat)
CR (control risk) (Risiko pengendalian)
DR (detection risk), (Risiko deteksi).
Pada umumnya resiko audit sulit diukur, sehingga perlu ketelitian dan
kehati-hatian. Resiko audit terdiri atas resiko inheren/ bawaan, resiko
pengendalian, dan pendeteksian.

2) Risiko Inheren
Risiko inheren adalah faktor kerentanan laporan keuangan terhadap
kekeliruan yang material dengan asumsi tidak adanya pengendalian internal. Oleh
karena itu bila risiko inheren tinggi, maka auditor harus mengumpulkan bukti
audit yang lebih banyak.Faktor-faktor yang perlu ditelaah auditor dalam
menetapkan risiko inheren adalah sifat bidang usaha organisasi, integritas
manajemen, motivasi manajemen, hasil audit sebelumnya, hubungan istimewa,
transaksi non rutin, dan kerentanan terhadap fraud.

4
Risiko inheren juga dapat dianggap sebagai risiko yang signifikan. Risiko
inheren merupakan penilaian auditor yang mungkin ada salah saji material yang
berkaitan dengan suatu pernyataan dalam laporan keuangan yang diaudit, tanpa
mengambil efektivitas pengendalian internal terkait ke rekening. Jika auditor
menyimpulkan bahwa ada kemungkinan salah saji yang tinggi seperti
mengabaikan kontrol internal, auditor menilai risiko yang melekat sebagai risiko
yang tinggi. Salah satu contoh risiko yang melekat: penilaian persediaan secara
inheren lebih berisiko ketika jenis persediaan sulit untuk nilai karena sifatnya,
sehingga penilaian berlian secara inheren jauh lebih berisiko daripada batu akik.
3) Risiko Pengendalian
Risiko Pengendalian adalah risiko bahwa kebijakan pengendalian internal
klien dan prosedur gagal untuk mendeteksi atau mencegah salah saji material dari
terjadi. Risiko Pengendalian berkenaan dengan kemungkinan adanya kekeliruan
dalam segmen audit yang melampaui batas toleransi yang tidak terdeteksi atau
tidak dapat dicegah oleh pengendalian internal. Resiko pengendalian dipengaruhi
oleh faktor efektivitas pengendalian internal, dan keandalan penetapan risiko yang
direncanakan. Oleh karena itu bila resiko pengendalian ditetapkan tinggi, maka
auditor harus mengumpulkan bukti audit yang lebih banyak.
Seperti risiko bawaan, risiko pengendalian adalah risiko yang keluar dari
tangan auditor, namun ukurannya bisa dinilai. Sebagai contoh, risiko pengendalian
yang berhubungan dengan review manual log komputer bisa tinggi karena
kegiatan memerlukan penyelidikan yang mudah terlewatkan, karena volume
informasi login. Pengendalian risiko yang berkaitan dengan prosedur validasi data
komputerisasi ini biasanya rendah bila proses ini diterapkan secara tidak
konsisten.
4) Risiko Deteksi
Resiko deteksi didefinisikan sebagai kemungkinan bahwa salah saji
material berkaitan dengan pernyataan yang tidak terdeteksi oleh substantif
pengujian auditor. Risiko deteksi juga diartikan sebagai risiko bahwa auditor tidak
dapat mendeteksi salah saji material yang ada dalam suatu asersi. Dalam tahap-

5
tahap audit atas laporan keuangan, penentuan risiko deteksi terletak pada tahap
auditor mendesain pengujian substantif.
Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima akhir (setelah direvisi)
ditetapkan untuk setiap asersi dengan cara yang sama seperti rencana risiko
deteksi, kecuali bahwa penetapannya didasarkan pada risiko pengendalian
sesungguhnya atau akhir bukan pada rencana tingkat risiko pengendalian untuk
asersi yang bersangkutan

2.3 Penilaian Risiko


2.3.1 Menilai Risiko Yang Dapat Diterima ( Acceptable Audit Risk )
Auditor harus memutuskan risiko audit yang dapat diterima yang tepat bagi
suatu audit selama perencanaan audit. Pertama, auditor memutuskan risiko risiko
penugasan.
Risiko penugasan (engagement risk) adalah risiko bahwa auditor atau
organisasi yang membawahi auditor menderita kerugian setelah selesainya audit,
walaupun laporan audit sudah benar.
Untuk menilai risiko audit yang dapat diterima, auditor harus menilai setiap
factor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima. Faktor faktor utama
yang mempengaruhi resiko penugasan dan mempengaruhi resiko yang audit yang
dapat diterima antara lain:
a Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan
b Kemungkinan klien mengalami kesulitan keuangan
c Integritas manajemen
2
3 Metode yang digunakan menilai risiko audit yang dapat diterima
a Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan
 Menelaah laporan keuangan
 Membaca notulen rapat dewan direksi unruk menentukan rencana
masa depan
 Membahas rencana pembiayaan dengan manajemen.
b Kemungkinan klien mengalami kesulitan
 Menganalisis keuangan laporan keuangan dan menggunakan prosedur
analitis lainnya

6
 Menelaah laporan arus kas historis dan proyeksi, untuk mempelajari
arus kas masuk dan keluar
c Integritas manajemen
 Menganalisa prosedur penerimaan klien dan kelanjutan klien.
2.3.2 Menilai Risiko Inheren (Inherent Risk)
Auditor melakukan penilaian risiko inheren selama tahap perencanaan dan
memperbaharui penilaian tersebut selama audit berlangsung. Auditor harus
mengevaluasi informasi yang mempengaruhi risiko inheren serta memutuskan
faktor risiko inheren yang tepat bagi setiap tujuan audit.
Faktor faktor yang mempengaruhi risiko inheren:
a. Sifat bisnis klien
Risiko inheren untuk akun tertentu dipengaruhi oleh sifat bisnis klien.
Pemahaman auditor atas bisnis klien membantu menilai risiko inheren ini.
b. Hasil audit sebelumnya
Salah saji yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya dapat ditemukan
lagi dalam audit tahun berjalan. Oleh karena itu auditor tidak boleh
mengabaikan hasil audit tahun sebelumnya selama mengembangkan
proses audit di tahun berjalan.
c. Penugasan awal vs penugasan berulang
Auditor memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang kemungkinan
salah saji setelah mengaudit klien selama beberapa tahun. Auditor
menetapkan risiko inheren yang tinggi pada tahun pertama audit dan
mengurangi tinggkat risikonya pada tahun berikutnya karena telah
semakin memahami klien.
d. Pihak pihak yang terkait
Pihak yang terkait yaitu perusahaan induk dengan perusahaan anak, serta
manajemen dan entitas perusahaan. Risiko inheren atas transaksi pihak
yang terkait ini sangat tinggi karena kemungkinan salah saji yang lebih
besar.
e. Transaksi non rutin
Transaksi yang tidak biasa bagi klien lebih besar resikonya dibandingkan
transaksi rutin karena pengalaman untuk transaksi non rutin masih sedikit.
f. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi
dengan tepat

7
Auditor harus memperbesar risiko inheren karena banyak akun
memerlukan estimasi dan banyak pertimbangan manajemen.
g. Unsur unsur populasi
Seluruh item yang membentuk populasi mempengaruhi ekspektasi auditor
mengenai salah saji yang material
h. Faktor faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang dan
misapropriasi aktiva
Menurut konsep maupun praktik sangat sulit memisahkan faktor faktor
risiko kecurangan ke dalam risiko yang dapat diterima ataupun risiko
inheren.
2.3.3 Menilai Risiko Deteksi Yang Direncanakan (Planned Detection Risk)
Para auditor menetapkan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima (risiko
deteksi yang direncanakan) yang mempengaruhi tes-tes substantif yang mereka
lakukan.
a. Jika tingkat risiko deteksi yang direncanakan rendah, maka auditor
mengumpulkan bukti sebanyak mungkin untuk menurunkan risiko
kesalahan penyajian.
b. Tingkat risiko deteksi yang direncanakan tinggi maka auditor mengurangi
pengumpulan bukti.
2.3.4 Menilai Risiko Pengendalian (Control Risk)
Auditor harus memahami perancangan dan pengimplementasian
pengendalian internal untuk melakukan penilaian pendahuluan atas risiko
pengendalian. Setelah memahami pengendalian internal, auditor dapat membuat
penilaian pendahuluan atas risiko pengendalian sebagai bagian dari penilaian
risiko secara keseluruhan. Penilaian ini merupakan ukuran ekspektasi auditor
bahwa pengendalian internal mencegah salah saji material atau mendeteksi dan
mengoreksinya jika terjadi.
Banyak auditor menggunakan matriks risiko pengendalian (control risk
matrix) untuk membantu proses penilaian risiko pengendalian. Tujuannya adalah
menyediakan cara yang mudah untuk mengatur penilaian risiko pengendalian bagi
setiap tujuan audit.
Langkah langkah dalam penilaian risiko pengendalian:
 Mengidentifikasi tujuan audit

8
 Mengidentifikasi pengendalian yang ada
 Menghubungkan pengendalian dengan tujuan audit
 Mengidentifikasi dan mengevaluasi defisiensi pengendalian, defisiensi
yang signifikan dan kelemahan yang material
 Menghubungkan defisiensi yang signifikan dan kelemahan yang
material dengan tujuan audit terkait.
 Menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit.
2.3.5 Menilai Risiko Kecurangan
Dalam menilai risiko kecurangan, SAS 99 memberikan pedoman bagi
auditor. Auditor harus mempertahankan sikap skeptisisme profesional ketika
memepertimbangkan serangkaian informasi termasuk faktor faktor risiko
kecurangan, untuk dapat mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan
a. Skeptisisme professional
Selama penugasan, bahwa tim auditor harus mempertahankan sikap dan
pikiran yang selalu mempertanyakan.

b. Evaluasi kritis atas bukti


Auditor harus menyelidiki secara mendalam permasalahan dan
kemungkinan kesalahan salah saji yang material karena kecurangan.
c. Komunikasi di antara tim audit
Diantara auditor dapat saling bertukar pendapat terutama dengan yang
telah berpengalaman mengenai penilaian risiko kecurangan, dan
bagaimana kecurangan kecurangan itu biasanya terjadi dalam organisasi
atau entitas yang diaudit.
d. Mengajukan pertanyaan kepada manajemen
Untuk menilai risiko kecurangan, auditor dapat menanyakan beberapa
pertanyaan secara langsung kepada manajemen ataupun pihak lain dalam
organisasi, sehingga terbuka kesempatan datangnya informasi yang dalam
kondisi lain tidak diungkapkan oleh manajemen ataupun pihak lain dalam
organisasi.
e. Prosedur analitis
Auditor harus melakukan prosedur analitis selama tahapan perencanaan
audit dan penyelesaian audit untuk membantu mengidentifikasi
kecurangan kecurangan.
f. Faktor faktor risiko

9
Untuk menilai resiko kecurangan, kondisi yang harus diperhatikan adalah
adanya faktor faktor risiko kecurangan (segitiga kecurangan/ fraud
triangle)
 Insentif/tekanan
Manajemen atau pegawai merasakan insentif atau tekanan untuk
melakukan kecurangan. Insentif yang umum bagi entitas untuk
memanipulasi laporan keuangan adalah menurunnya prospek
keuangan entitas.
 Kesempatan
Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai
lain untuk melakukan kecurangan. Risiko kecurangan yang lebih
besar akan dihadapi oleh entitas yang menggunakan banyak
pertimbangan dan estimasi dalam operasinya.
 Perilaku/rasionalisasi
Karakter, sikap dan nilai nilai etis yang membolehkan manajemen
dan pegawai lain bersikap curang atau lingkungan yang menekan
dan membuat adanya rasionalisasi tindakan curang.

2.4 Situasi Audit Yang Mengandung Risiko Besar


Dalam situasi tertentu risiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang salah
dalam akun dan didalam dilaporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan
dengan situasi yang biasa. Auditor, harus waspada jika menghadapi siatuasi audit
yang mengandung risiko besar seperti contoh berikut ini:
 Pengendalian Intern yang lemah
Pengendalian intern menentukan jumlah dan kualitas bukti, yang harus
dikumpulkan oleh auditor. Dalam situasi yang pengendalian intern dalam
suatu bidang lemah, auditor harus waspada dan mengumpulkan bentuk
bukti audit yang rinci yang lain yang dapat mengganti bukti-bukti yang
dihasilkan oleh pengendalian intern yang lemah tersebut.
 Kondisi keuangan yang tidak sehat
Suatu perusahaan yang mengalami kerugian atau dalam posisi yang sulit
untuk melunasi hutangnya mempunyai kecenderungan untuk menunda

10
penghapusan piutangnya yang sudah sulit untuk ditagih atau sediaan
barang dagangan yang sudah tidak laku dijual atau lupa mencatat
utangnya. Hal ini tidak mungkin terjadi dalam perusahaan yang keadaan
keuangannya baik.
 Manajemen yang tidak dapat dipercaya
Sebelum menerima suatu perusahaan sebagai klien, auditor publik harus
memperoleh informasi mengenai latar belakang atau riwayat para direktur
dan para manajernya. Auditor harus waspada terhadap manajer yang
pernyataan-pernyataan lisannya ternyata sebagian atau seluruhnya tidak
benar.

 Penggantian auditor
Klien yang mengganti auditornya tanpa alasan yang jelas, mungkin
disebabkan oleh ketidakpuasan klien terhadap jasa yang diberikan oleh
auditor yang lama. Tetapi, sering kali terjadinya penggantian auditor
tersebut disebabkan adanya perselisihan antara klien dengan auditor
publiknya mengenai penyajian laporan keuangan dan pengungkapannya.
Klien baru yang pernah mengganti auditornya merupakan klien yang
berisiko besar bagi auditor penggantinya.
 Perubahan tarif atau peraturan pajak atas laba
Jika tarif pajak penghasilan tiba-tiba dicatat sangat besar, maka reaksi
wajar perusahaan yang terkena adalah mencari cara meminimumkan
penghasilan atas laba kena pajak. Seringkali beban pajak ini menyebabkan
pergantian prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam perusahaan dan
penafsiran transaksi perusahaan yang tidak konsisten dengan yang telah
diikuti tahun-tahun sebelumnya. Perubahan tarif pajak yang drastic
mendorong perusahaan untuk menggeser pengakuan pendapatan dalam
periode yang pajaknya masih relatif rendah.
 Usaha yang bersifat spekulatif
Auditor yang melaksanakan audit terhadap laporan keuangan yang
kegiatannya dalam usaha yang sifatnya spekulatif, akan menghadapi risiko
yang lebih besar jika dibandingkan dengan auditor yang melakukan audit

11
terhadap perusahaan yang kegiatan usahanya relatif stabil dalam jangka
panjang.
 Transaksi perusahaan yang kompleks
Klien yang kegiatannya menghasilkan transaksi yang sangat rumit
merupakan klien yang mengandung risiko besar bagi auditor bila
dibandingkan dengan klien yang kegiatannya bersifat konvensional.

2.5 Situasi audit


Dalam melakukan audit, auditor biasanya dihadapkan pada situasi audit
yang secara umum dibagi atas dua macam. Yaitu situasi audit yang memiliki
resiko rendah (situasi regularities) dan situasi audit yang memiliki resiko tinggi
(situasi irregularities). Irregularities sering diartikan sebagai suatu situasi dimana
terdapat ketidakberesan atau kecurangan yang dilakukan dengan sengaja. Dalam
situasi audit yang beresiko rendah (regularities) auditor tidak begitu mengalami
kesulitan tapi dalam situasi yang memiliki resiko yang tinggi (irregularities),
auditor harus memiliki kewaspadaan yang tinggi terhadap kecurangan yang
mungkin terjadi agar audit yang dilakukannya efektif.

2.6 Akun Yang Memiliki Risiko Tinggi


2.6.1 Pendapatan
Karena pendapatan merupakan akun yang memiliki risiko yang signifikan,
auditor harus memahami perusahaan bisnis dan proses, mendapatkan bukti audit
yang sesuai, tes kontrol atas pendapatan, dan menilai potensi salah saji. Auditor
harus memahami sumber pendapatan perusahaan dan jenis kontrak dan
mengevaluasi apakah pemilihan dan penerapan prinsip akuntansi untuk
pengakuan pendapatan adalah tepat. Perkiraan akuntansi yang signifikan sering
terlibat. Penghasilan audit termasuk pengujian apakah pendapatan itu diakui pada
periode yang benar, melakukan prosedur untuk mengatasi risiko penipuan, dan
mengevaluasi keuangan terkait pengungkapan pernyataan.

12
2.6.2 Kas dan Setara Kas
Kas merupakan aset lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah
untuk diselewengkan. Selain itu, banyak transaksi perusahaan yang menyangkut
penerimaan dan pengeluaran kas. Oleh karena itu, untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya kecurangan atau penyelewengan yang menyangkut uang
kas perusahaan diperlukan pengendalian intern yang baik atas kas dan setara kas
dengan mendapatkan bukti audit yang sesuai, pemeriksaan fisik kas, memeriksa
apakah ada pembatasan dalam penggunaan kas, memeriksa dokumen yang terkait
penerimaan dan pengeluaran kas, memeriksa apakah kas tersebut sudah disajikan
dalam laporan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku, serta memahami
metode yang digunakan dalam pencatatan kas kecil baik sistem tetap maupun
tidak tetap.

2.6.3 Piutang dan Utang


Kedua akun ini sangat penting dan berisiko karena berhubungan dengan
pelanggan maupun kreditor. Apabila auditor salah dalam menentukan risiko pada
kedua akun ini, maka dampak yang akan terjadi adalah kecurangan dalam
pencatatan yang dilakukan karyawan tidak terdeteksi sehingga menimbulkan
piutang maupun utang fiktif yang merugikan perusahaan. Untuk itu, auditor harus
melakukan pemeriksaan terkait piutang dan utang mulai dari memeriksa
pengendalian intern atas kedua akun tersebut, melakukan konfirmasi baik ke
kreditor maupun pelanggan atas utang dan piutang tersebut, memeriksa keabsahan
dan keontetikan piutang dan utang, memeriksa tertagihnya piutang dan
pembayaran utang, memeriksa dokumen yang terkait dengan pitang dan utang,
dan memeriksa kedua akun tersebut apakah sesuai dengan standar yang berlaku.

2.6.4 Persediaan
Persediaan merupakan akun yang memiliki risiko tinggi bagi perusahaan
dagang maupun manufaktur karena persediaan ini menyangkut kegiatan operasi
perusahaan untuk mendapatkan laba. Untuk itu, auditor harus melakukan
pemeriksaan internal kontrol yang terdapat dalam pengelolaan persediaan,

13
melakukan perhitungan fisik untuk menguji apakan persediaan yang tercantum di
dalam dokumen sesuai dengan yang ada di gudang, memeriksa metode penilaian
persediaan yang digunakan perusahaan, memeriksa dokumen dan catatan yang
terkait dengan penerimaan maupun penjualan persediaan, serta memeriksa apakah
akun persediaan telah sesuai dengan standar yang berlaku.
2.6.5 Aset Tetap
Aset tetap merupakan aset berwujud maupun tidak berwujud yang diperoleh
dalam bentuk siap pakai atau dibuat dahulu, yang digunakan dalam kegiatan
operasi perusahaan. Jika auditor lengah dalam menganalisis risiko yang ada pada
akun aset tetap, maka dampak yang terjadi adalah aset tetap tersebut bisa
disembunyikan atau sengaja dijual oleh pihak lain sehingga perusahaan merugi
dan aset tetap ini sebagai penunjang kegiatan operasi perusahaan khususnya
perusahaan manufaktur akan terhenti operasinya bila aset tetap diselewengkan.
Untuk itu, auditor harus memeriksa pengendalian internal terhadap aset tetap,
memeriksa apakan aset tetap yang ada di dalam laporan posisi keuangan benar-
benar ada, memeriksa apakah pembebanan penyusutan tahun berjalan sesuai
dengan standar, memeriksa apakah ada aset tetap yang digunakan sebagai
jaminan, dan memeriksa apakah penyajian aset tetap dalam laporan keuangan
sesuai dengan standar yang berlaku.

Review Jurnal :
No.1
Nama Jurnal JURNAL ILMIAH PROGRESIF AKUNTANSI DAN
KEUANGAN (JIPAK), Volume 12, Nomor 2.
Judul Jurnal ANALISIS PENERAPAN PROSEDUR AUDIT TERHADAP
SALDO PIUTANG USAHA DALAM RANGKA MEYAKINI
KEWAJARAN PENYAJIANNYA (Studi Kasus Pada UD. Mega
Warna Pangkalpinang)
Nama Penulis FREDERIKUS SEBASTIAN REJEKI, FERY PANJAITAN,
MARHENI
Tahun Jurnal 2017
Latar Belakang Bermacam-macam akun pada laporan keuangan neraca dan laba-
rugi yang dipengaruhi oleh transaksi-transaksi dalam siklus
pendapatan. Transaksi-transaksi dalam siklus pendapatan dicatat

14
di dalam Jurnal Penjualan, Jurnal Penerimaan Kas, dan Jurnal
Umum. Akun-akun yang terlibat dalam Siklus Pendapatan adalah
akun Penjualan, akun Piutang Usaha, akun Cadangan Kerugian
Piutang Ragu-Ragu, akun Beban Piutang Ragu-Ragu, akun Kas,
akun Potongan Tunai, serta akun Retur dan Keringanan
Penjualan. Piutang usaha lazimnya merupakan aset lancar suatu
perusahaan. Piutang usaha mencakup pula klaim yang terjadi dari
transaksi yang tidak secara langsung berhubungan dengan
konsumen dalam hal ini semua kegiatan perusahaan hanya
berhubungan transaksi bisnis normal. Sebelum membuktikan
apakah saldo piutang usaha yang dicantumkan oleh klien di dalam
neracanya sesuai dengan saldo piutang usaha yang benar-benar
ada pada tanggal neraca, auditor dapat menempuh langkah
dengan prosedur audit awal dengan cara melakukan rekonsiliasi
antara informasi piutang usaha yang dicantumkan di neraca
dengan catatan akuntansi yang mendukung. Rekonsiliasi ini
penting untuk dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan
bahwa informasi piutang usaha yang dicantumkan di neraca
didukung oleh catatan akuntansi yang andal. UD. Mega Warna
akan melakukan penagihan piutang ke masing-masing pelanggan
pada saat jatuh tempo berakhir dan biasanya diberikan waktu
selama satu bulan penuh, akan tetapi kadang-kadang pelanggan
tidak mampu membayar lunas semua piutang, maka dengan ini
perusahan akan menarik kembali barang-barang yang tersisa agar
dapat menutupi tagiahan piutang tersebut, sehingga terjadi retur
penjualan barang, supaya dapat menghindari resiko kesalahan
dalam penulisan data dan banyak piutang yang tidak tertagih
karena keterlambatan informasi yang didapatkan oleh bagian
penjualan. Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis
adalah untuk mengetahui bahwa pengendalian internal sangat
berpengaruh terhadap penyajian pelaporan saldo piutang usaha
UD Mega Warna Pangkalpinang.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah untuk
Penelitian mencegah atau mendeteksi salah saji piutang yang langsung
dipengaruhi untuk neraca.
Metode 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu penelitian yang
Penelitian dilakukan dengan mendatangi secara langsung perusahaan
yang menjadi objek penelitian dalam rangka memperoleh data
yang diperlukan, dalam hal ini perusahaan yang menjadi
objek penelitian adalah UD. Mega Warna di Pangkalpinang.

15
2. Tinjauan Pustaka (Library Research) Yaitu suatu teknik
pengumpulan data dan bahanbahan dengan cara
mengumpulkan, membaca dan mempelajari buku-buku,
referensi, literatur yang berhubungan dengan permasalahan
yang penulis teliti guna mendapatkan kajian teoritis yang
dapat dipergunakan sebagai bahan penerapan prosedur audit
yang berlaku umum.
Hasil Hasil Penelitian yang dilakukan pada UD. Mega Warna berbentuk
Penelitian analisa pengendalian internal atas saldo piutang usaha dan
transaksi terkait, analisa perkiraan piutang tak tertagih, Analisa
Kewajaran Penyajian Saldo Piutang Usaha. Dalam Neraca
(Standar Akuntansi Keuangan), dan Analisa Prosedur Operasi
Baku Akuntansi Piutang Usaha UD Mega Warna
Kesimpulan 1) Internal Control Questionnaires (ICQ) memiliki peran yang
Penelitian signifikan dalam mengendalikan saldo piutang usaha dan
transaki-transaksi yang terkait (penjualan, piutang, dan
penerimaan kas) agar pemeriksaan substantif berjalan efektif.
2) Perusahaan menggunakan allowance method (metode
penyisihan) dalam mencatat piutang usaha yang jumlahnya tidak
didasarkan pada persentase tertentu, tetapi berdasarkan yang
diperkirakan tidak bisa ditagih dari saldo piutang per tanggal
neraca.
3) UD Mega Warna Pangkalpinang mempunyai saldo piutang
usaha dan penyisihan piutang ragu-ragu yang disajikan dalam
neraca yang diperkirakan tidak bisa ditagih
4) UD Mega Warna Pangkalpinang sudah melaksanakan
prosedur dan persyaratan sesuai dengan yang ditetapkan dalam
standard operating procedure (SOP) khususnya dalam pencatatan
transaksi akun piutang usaha.

No. 2
Judul Peran Audit Operasional Atas Persediaan Barang Dagang (Studi
Kasus PT. Kurnia Tirta Sembada Cab. Kota Bogor)
Jurnal Ilmiah akuntansi dan keuangan
Volume dan Hal. 37-52
halaman
Tahun 2014
Penulis Yudiana
Sri Rahayu

16
Latar belakang
Audit operasional merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
menguji dan menilai kekayaan maka, kebutuhan akan adanya
suatu audit operasional dalam penyelenggaraan kegiatan PT.
Kurnia Tirta Sembada Cab. Kota Bogor sangat penting sekali.
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan mengenai
sifat persediaan barang dagang yang penting dan rawan bagi
perusahaan maka perlu diadakannya audit operasional terhadap
persediaan brang dagang yang dapat membantu dalam
melakukan analisis, penilaian, dan megajukan saran-saran
terhadap sistem, prosedur, kebijakan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini diberi
judul “Peran Audit Operasional Atas Persediaan Barang Dagang
( Studi Kasus PT. Kurnia Tirta Sembada Kota Bogor)”.
Tujuan  Untuk Melihat pelaksanaan audit operasional atas
penelitian persediaan barang dagang di PT. Kurnia Tirta Sembada
Cab. Bogor
 Untuk melihat temuan dan rekomendasi yang diperoleh
dari audit operasional terhadap persediaan barang
dagang di PT. Kurnia Tirta Sembada Cab. Bogor
Kegunaan dan  Hasil penelitian ini akan dijadikan dasar rujukan
manfaat referensi dalam membangun pemikiran dan gagasan
penelitian baru yang dapat berguna bagi kemajuan perusahaan,
baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang
dalam menghadapi kompetisi yang semakin komplek
 Penulisan ini diharapkan bisa memberikan sumbangan
baru buat kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya yang
berkaitan dengan audit operasional.
Teori  Audit operasional merupakan aktivitas yang dilakukan
untuk menguji dan menilai kekayaan.
 Para pemimpin atau manajemen perusahaan dituntut
agar dapat mengelola kegiatan perusahaannya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Metodologi  Objek penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah
persediaan barang dagang.
 Metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian
deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif.
 Adapun teknik pengumpulan data yang akan diteliti
terdiri dari berbagai sumber yaitu dilakukan dengan cara
studi Kepustakaan, studi lapangan dan dokumentasi

17
Hasil  Pelaksanaan audit operasional atas persediaan barang
penelitian dagang di PT. Kurnia Tirta Sembada merupakan suatu
prosedur yang dilakukan oleh auditor untuk
pemeriksaan persediaan barang dagang.
 Pelaksanaan audit operasional atas persediaan barang
dagang di PT. Kurnia Tirta Sembada menggunakan
tahap-tahap audit operasinal.
Kesimpulan Audit operasional atas persediaan barang dagang yang
dilakukan pada PT. Kurnia Tirta Sembada Cab. Kota Bogor
sebagai berikut :1. Pelaksanaan audit atas persediaan barang,
secara umum sudah dilaksanakan audit operasional atas
persediaan barang dagang terhadap pemasukan dan pengeluaran
barang, tetapi masih ada kendala kekurangan persediaan barang
dagang digudang2. Temuan auditor- Untuk persediaan barang
2Tang 1500 belum efektif dan efisien karenapersediaan akhir
dibulan juli jumlahnya sangat sedikit bahkan pada tanggal 10-
11 Juli 2104 tidak ada stock barang sehingga permintaan
pelanggan tidak dapat dipenuhi.- Untuk persediaan 2Tang 500
ml terjadi perputaran barang yang sangat lambat karena
permintaan pelanggan yang kurang menyebabkan persediaan
barang menumpuk di gudang.

No. 3
Judul Analisis Kualitatif Penerapan Audit
berbasis Resiko dalam Pembuatan
Perencanaan Audit pada Perwakilan
BPKP Provinsi Lampung
Jurnal -
Volume -
Tahun 2017
Penulis Irfan Febriandi
Reviewer Kelompok 4
Tanggal Jumat, 12 April 2019

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini


Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimanakah pendekatan
audit berbasis risiko yang diterapkan oleh Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), dalam hal ini
Perwakilan BPKP Provinsi Lampung, dalam membuat
penerapan perencanaan auditnya selama tahun 2016.
Dari hasil wawancara terhadap narasumber yang

18
Subjek penelitian terlibat langsung dan studi kepustakaan tentang
penerapan audit berbasis risko, Perwakilan BPKP
Provinsi Lampung sudah menerapkan pendekatan
berbasis risiko dalam pembuatan perencanaan auditnya
sesuai dengan teori pendekatan audit berbasis risiko.
Perwakilan BPKP Provinsi Lampung selalu melakukan
identifikasi risiko sebelum membuat perencanaan
auditnya.
Perwakilan BPKP Provinsi Lampung sudah
Isu yang di teliti menerapkan pendekatan berbasis risiko dalam
pembuatan perencanaan auditnya sesuai dengan teori
pendekatan audit berbasis risiko. Perwakilan BPKP
Provinsi Lampung selalu melakukan identifikasi risiko
sebelum membuat perencanaan auditnya. Hal ini sudah
menjadi praktik yang berlaku umum dan baku di dalam
organisasi Perwakilan BPKP Provinsi Lampung.
Risiko-risiko tersebut didokumentasikan dengan baik
oleh Perwakilan BPKP Provinsi Lampung untuk
kemudian dijadikan dasar pertimbangan dalam
mengalokasikan sumber daya dalam melaksanakan
audit.
Seluruh entitas publik di Indonesia yang menggunakan
Hal yang dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
melatarbelakangi (APBN) untuk kegiatan operasionalnya, berdasarkan
dilakukannya penelitian Undang Undang nomor 17 tahun 2013 tentang
ini Keuangan Negara, diwajibkan membuat laporan
keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN. Laporan Keuangan tersebut
nantinya akan diaudit oleh auditor pemerintah sebagai
pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat
(publik). Dalam pelaksanaannya, terdapat 2 (dua)
pihak yang melakukan audit terhadap laporan
keuangan pemerintah tersebut, yaitu Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) sebagai auditor eksternal dan Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai auditor
internal.
Penerapan pendekatan audit berbasis risiko tentunya
dapat membantu BPKP dalam melakukan penyesuaian
perencanaan program pengawasan tahunannya. Hal
Alasan mengapa topik inilah yang kemudian menjadi alasan bagi penulis
ini penting untuk untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis
diteliti Kualitatif Penerapan Audit Berbasis Risiko Dalam
Pembuatan Perencanaan Audit Pada Perwakilan

19
BPKP Provinsi Lampung”. Dengan melakukan
penelitian ini, penulis berharap dapat memperoleh
gambaran mengenai penerapan audit berbasis risiko
dalam audit sektor publik yang dilakukan oleh APIP.
Hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini
adalah: (1). Apakah Perwakilan BPKP Provinsi
Masalah yang ingin Lampung sudah menerapkan pendekatan audit
diteliti berbasis risiko dalam pembuatan perencanaan
auditnya? (2). Bagaimanakah penerapan pendekatan
audit berbasis risiko dalam pembuatan perencanaan
audit yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi
Lampung?
Pada dasarnya penelitian dengan pendekatan kualitatif
sama halnya dengan pendekatan kuantitatif dimana
Model penelitian penelitian tersebut mengubah data empiris menjadi
suatu kesimpulan. Validitas dalam penelitian kualitatif
akan meningkat seiring dengan jalannya penelitian.
Menurut Neuman (2016) Reliabilitas dan validitas
dalam penelitian kualitatif dapat dicapai melalui klaim
kebenaran yang masuk akal dan dimengerti oleh
banyak orang.
Pendekatan penelitian ini dilakukan dengan
Jenis penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif Pendekatan
penelitian ini dianggap relevan untuk dipakai karena
dapat menggambarkan keadaan obyek penelitian
secara kualitatif berdasarkan data yang diperoleh dari
penelitian.
Metode uji yang Data dapat dilihat dari nilai ratarata (mean), standar
digunakan deviasi, maksimum dan minimum. Uji hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan alat analisis structural
equation modeling dengan program WarpPLS 4.0..
Alat analisis ini dipilih karena ada beberapa kelebihan
yaitu didesain untuk dapat menyelesaikan persoalan
seperti jumlah sampel yang kecil, data tidak
terdistribusi normal secara multivariat, adanya missing
value dan adanya problem multikolonearitas antar
variabel eksogen

20
Implikasi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
bagaimanakah pendekatan audit berbasis risiko yang
diterapkan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP), dalam hal ini Perwakilan BPKP Provinsi
Lampung, dalam membuat perencanaan auditnya. Dari
hasil wawancara terhadap narasumber yang terlibat
langsung dan studi kepustakaan tentang penerapan
audit berbasis risko, Perwakilan BPKP Provinsi
Lampung sudah menerapkan pendekatan berbasis
risiko dalam pembuatan perencanaan auditnya sesuai
dengan teori pendekatan audit berbasis risiko.
Perwakilan BPKP Provinsi Lampung selalu
melakukan identifikasi risiko sebelum membuat
perencanaan auditnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara
kualitatif penerapan audit berbasis risiko dalam
pembuatan perencanaan audit di Perwakilan BPKP
Provinsi Lampung. Berdasarkan hasil penelitian dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
(1). Dari semua jenis audit yang dilakukan, Perwakilan
BPKP sudah menerapkan pendekatan berbasis risiko
Kesimpulan penelitian dalam pembuatan perencanaan auditnya.
(2). Dalam pembuatan perencanaan strategis,
Perwakilan BPKP Provinsi Lampung sudah
menerapkan pendekatan audit berbasis risiko dengan
memperhitungkan risiko-risiko rencana pembangunan
dan kebijakan pengawasan nasional dan regional
dalam menetapkan Rencana Strategisnya
(3). Dalam pembuatan perencanaan taktis, Perwakilan
BPKP Provinsi Lampung sudah menerapkan
pendekatan audit berbasis risiko, terlihat dari proses
pembuatan dokumen PKPT dimana Perwakilan BPKP
Provinsi Lampung sudah melakukan identifikasi risiko
untuk setiap jenis kegiatannya (termasuk audit) dan
risiko-risiko yang telah diidentifikasi tersebut sudah
terdokumentasi dengan baik.
(4). Perencanaan operasional Perwakilan BPKP
Provinsi Lampung sudah dibuat dengan menggunakan
pendekatan audit berbasis risiko. Terdapat beberapa
faktor risiko yang menjadi pertimbangan dalam
membuat perencanaan operasional diantaranya adalah
penetapan waktu, lokasi auditan, ketersediaan auditor
(sumber daya manusia), kesibukan auditan, pola kerja,

21
serta informasi lain yang diterima dari pihak-pihak
tertentu. Perwakilan BPKP Provinsi Lampung juga
mempunyai mekanisme kendali mutu serta reviu
berjenjang untuk memastikan program kerja audit
berbasi risiko tersebut berjalan dengan baik audit
berjalan dengan lebih efektif dan efisien serta
menghasilkan laporan yang berkualitas.
(5). Penerapan pendekatan audit berbasis risiko dalam
pembuatan perencanaan audit di Perwakilan BPKP
Provinsi Lampung sudah berjalan dengan baik dan
sesuai dengan teori pendekatan audit berbasis risiko

22
BAB III
PENUTUP
2
3.1 Kesimpulan
Risiko adalah segala hambatan yang mungkin terjadi dalam pencapaian
suatu tujuan. Risiko Audit adalah risiko auditor memberikan pendapat yang tidak
pantas atas laporan keuangan, terutama ketika laporan keuangan tersebut
mengandung salah saji material. Resiko audit terdiri atas resiko inheren/ bawaan,
resiko pengendalian, dan pendeteksian.
Dalam situasi tertentu risiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang salah
dalam akun dan didalam dilaporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan
dengan situasi yang biasa.
Dalam melakukan audit, auditor biasanya dihadapkan pada situasi audit yang
secara umum dibagi atas dua macam. Yaitu situasi audit yang memiliki resiko
rendah (situasi regularities) dan situasi audit yang memiliki resiko tinggi (situasi
irregularities). Irregularities sering diartikan sebagai suatu situasi dimana terdapat
ketidakberesan atau kecurangan yang dilakukan dengan sengaja.
Dalam praktik, seorang auditor tidak hanya harus mempertimbangkan risiko
audit untuk setiap saldo akun dan golongan transaksi saja, tetapi juga setiap asersi
yang relevan dengan saldoakun dan golongan transaksi yang material.
Akun-akun yang biasanya memiliki risiko tinggi yaitu pendapatan, kas dan
setara kas, piutang dan utang, persediaan serta aset tetap karena akun ini sangat
berhubungan erat dengan kegiatan operasi perusahaan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh


Akuntan Publik. Jakarta. Salemba Empat.

Aritof, Giovanny Vermicom. et al. 2014. Pengaruh Situasi Audit, Etika,


Pengalaman Dan Keahlian Terhadap Skeptisisme Pofesional Auditor. JOM
FEKON : Vol 1 No. 2.

Jusup, Al Haryono. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Yogyakarta :


Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YPKN.

Mulyadi. 2002. Auditing Buku 1, Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat.

Murphy, Maria L. 2015. How to audit high-risk areas. Journal of Accountancy.

24

Anda mungkin juga menyukai