Anda di halaman 1dari 11

Makalah Kelompok 6

Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah

Auditing

Disusun oleh :

1. Ainur Mutasyah (200302019)


2. Fardilla Helena V. (200302038)
3. Ferlika Putri Susanto (200302040)

Dosen pembimbing :

Greska Redielao Ramadan, S.E., M.Ak., Ak., CAP

Semester 4 / Kelas Akuntansi A / Sore

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami, kelompok enam dapat menyelesaikan makalah ini.
Dengan kesempatan ini, kami tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada :

1. Greska Redielano Ramadan, S.E., M.Ak., Ak., CAP selaku dosen mata
kuliah Auditing.
2. Teman-teman kelompok 6 yang telah bekerja sama untuk
menyelesaikan makalah ini.
3. Kedua orang tua kami yang selalu memberikan semangat kepada kami.
4. Semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan-bantuan.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun sehingga pembuatan makalah yang akan datang dapat
lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi para
pembaca umumnya.

Gresik, 24 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar.........................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................
2.1 mengapa perencanaan audit yang memadai penting untuk dilakukan...........
2.2 menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal..............................
2.3 memahami bisnis dan industri klien............................................................
2.4 menilai resiko bisnis klien...........................................................................
2.5 prosedur analitis Pendahuluan....................................................................
BAB III STUDI KASUS...............................................................................
3.1 Studi Kasus...............................................................................................
3.2 Analisis Kasus............................................................................................
BAB IV PENUTUP.......................................................................................
4.1 Kesimpulan................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Auditing bagi perusahaan merupakan hal yang cukup penting karena


memberikan pengaruh besar dalam kegiatan perusahaan yag bersangkutan.
Pada awal perkembangnya auditing hanya dimaksudkan untuk mencari dan
menemukan kecurangan serta kesalahan, kemudian berkembang mejadi
pemeriksaan laporan keuangan untuk memberikan pendapat atas kebenaran
penyajian laporan keuangan perusahaan dan juga menjadi salah satu faktor
dalam pengambilan keputusan.
Seiring berkembangnya perusahaan, fungsi audit semakin penting dan
timbul kebutuhan dari pemerintah, pemegang saham, analis keuangan,
bakir, investor, dan masyarakat untuk menilai kualitas manajemen dari hasil
operasi dan prestasi para manajer. Untuk mengatasi kebutuhan tersebut,
timbul audit manajemen sebagai saraa yang terpecaya dalam membantu
pelaksanaan tanggung jawab mereka dengan memberikan aalisis, penilaian,
rekomendasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu perencaaan?
2. Bagaimana menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal ?
3. Bagaimana memahami bisnis dan industri klien ?
4. Bagaimana menilai resiko bisnis klien ?
5. Apa prosedur analitis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa itu perencaaan?
2. Untuk mengetahui menerima klien dan melakukan perencanaan audit
awal ?
3. Untuk mengetahui bisnis dan industri klien ?
4. Untuk mengetahui menilai resiko bisnis klien ?
5. Untuk mengetahui prosedur analitis?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Mengapa perencanaan audit yang memadai penting untuk


dilakukan
Terdapat tiga alasan utama Mengapa auditor harus melakukan perencanaan
penugasan dengan tepat. Ketika alasan itu adalah

1. agar auditor mampu mendapatkan cukup bukti yang memadai sesuai


dengan kondisinya, Mendapatkan cukup bahan bukti yang memadai
penting jika KAP ingin meminimalkan kewajiban hukum dan menjaga
reputasi dalam komunikasi bisnisnya.
2. untuk menjaga supaya biaya tetap terjangkau, Menjaga supaya biaya
Audit tetap terjangkau membantu KAP agar tetap kompetitif.
3. Dan mencegah kesalahpahaman dengan klien. Mencegah munculnya
kesalahpahaman dengan klien adalah penting untuk menjaga hubungan
yang baik dengan klien dan untuk memberikan pekerjaan yang
berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau.

Adapu dua istilah risiko, yaitu risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit
risk) dan risiko bawaan (inherent risk). Kedua jenis risiko tersebut secara
signifikan berpengaruh pada pelaksanaan dan biaya audit. Sebagian besar dari
tahap awal perencanaan audit berkaitan dengan perolehan informasi untuk
membantu auditor dalam menilai risiko risiko tersebut.

1. Risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) merupakan


sebuah ukuran seberapa besar auditor menerima kemungkinan adanya
salah saji dalam laporan keuangan dapat setelah pengauditan selesai
dilaksanakan dan opini wajar tanpa pengecualian (unqualified) telah
diterbitkan. Ketika auditor memutuskan untuk menurunkan risiko audit
yang dapat diterima, ini berarti bahwa auditor ingin lebih yakin bahwa
tidak ada salah saji material dalam laporan keuangan. Risiko nol adalah
kepastian absolut, sedangkan risiko 100 persen adalah ketidakpastian
absolut.
2. Risiko bawaan (inherent risk) merupakan sebuah ukuran penilaian auditor
atas kemungkinan adanya salah sali material dalam saldo akun sebelum
mempertimbangkan efektivitas pengendalian internal. Jika, sebagai
contoh, auditor menyimpulkan bahwa terdapat kemungkinan salah saji
yang tinggi dalam suatu akun seperti akun piutang dagang, auditor
menyimpulkan bahwa risiko bawaan untuk piutang dagang adalah tinggi.

2.2 MEMBUAT KEPUTUSAN PENERIMAAN KLIEN DAN MELAKUKAN


PERENCANAAN AWAL PENGAUDITAN

Perencanaan awal audit melibatkan empat hal, yang seluruhnya harus dilakukan
segera dalam pengauditan. Keempat hal tersebut adalah:
1. Auditor menentukan apakah akan menerima klien baru atau melanjutkan
memberikan jasa pada klien lama. Penentuan ini biasanya dilakukan oleh
auditor yang berpengalaman yang berada dalam posisi untuk mengambil
keputusan. Auditor diharapkan membuat keputusan ini segera, sebelum
terjadi biaya-biaya yang signifikan yang tidak dapat kembali lagi.
2. Auditor mengidentifikasikan mengapa klien memerlukan atau
menginginkan pengauditan. Informasi ini akan memengaruhi keseluruhan
bagian dari proses perencanaan.
3. Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman, auditor harus
mendapatkan kesepemahaman dengan klien mengenai kondisi kontrak
kerja.
4. Auditor mengembangkan keseluruhan strategi pengauditan, termasuk
penugasan audit dan spesialis-spesialis audit yang diperlukan.

2.3 MEMAHAMI BISNIS DAN INDUSTRI KLIEN


Pemahaman yang menyeluruh atas bisnis dan industri klien dan
pengetahuan atas operasional perusahaan merupakan hal yang penting untuk
melakukan audit dengan memadai. Standar kedua pekerjaan lapangan
menyatakan sebagai berikut.

Auditor harus mendapatkan pemahaman yang memadai atas entitas


dan lingkungannya termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai
risiko salah saji material dalam laporan keuangan, baik disebabkan
karena kesalahan atau kecurangan, dan untuk merancang sifat waktu
dan keluasan prosedur audit yang lebih lanjut.

Sifat bisnis dan industri klien memengaruhi risiko bisnis klien dan risiko salah saji
material dalam laporan keuangan. (Risiko bisnis klien adalah risiko di mana klien
gagal memenuhi tujuannya. Hal ini akan dibahas lebih lanjut pada bab ini).
Beberapa tahun terakhir, beberapa faktor berikut telah meningkatkan pentingnya
pemahaman atas bisnis dan industri klien.

A. Teknologi informasi menghubungkan klien perusahaan dengan pelanggan


dan pemasok utamanya. Akibatnya, auditor harus memiliki pengetahuan
yang lebih luas mengenai pelanggan dan pemasok utama dan risiko-risiko
yang terkait .
B. Klien yang telah memperluas usahanya secara global, sering kali melalui
modaL ventura dan aliansi strategis.
C. Teknologi informasi memengaruhi proses pengendalian internal
meningkatkan kualitas dan ketepatan waktu informasi keuangan.
D. Makin pentingnya sumber daya manusia dan aset tak berwujud lainnya
telah meningkatkan kompleksitas akuntansi dan pentingnya penilaian dan
estimasi manajemen.
E. Auditor perlu memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap bisnis dan
industri klien untuk memberikan jasa yang memiliki nilai-tambah pada
kliennya Sebagai contoh. KAP sering kali memberikan jasa audit dan jasa
konsultasi terkait untuk jasa teknologi informasi dan manajemen risiko
bagi klien yang merupakan perusahaan nonpublik, yang membutuhkan
pengetahuan yang luas atas industri klien.
2.4 MENILAI RISIKO BISNIS KLIEN
Auditor menggunakan pengetahuan yang didapatnya dari pemahaman
strategis atas bisnis dan industri klien untuk menilai risiko bisnis klien, yaitu risiko
bahwa klien akan gagal mencapai tujuannya. Risiko bisnis klien dapat muncul
dari setiap faktor yang memengaruhi klien dan lingkungannya, seperti kemajuan
teknologi baru merusak keunggulan kompetitif klien, atau klien gagal dalam
menerapkan strateginya demikian juga para kompetitornya.

Perhatian utama auditor adalah risiko salah saji material dalam laporan
keuangan yang disebabkan oleh risiko bisnis klien. Sebagai contoh, perusahaan
sering kali melakukan pembelian-pembelian strategis ataupun penggabungan
usaha yang bergantung pada kesuksesan dalam menggabungkan dua atau lebih
perusahaan. Jika sinergi perencanaan tidak tercapai, aset tetap dan goodwill
yang dicatat dalam pembelian dapat menurun, yang akhirnya memengaruhi
penyajian wajar dalam laporan keuangan.

2.5 PROSEDUR ANALITIS PENDAHULUAN

Auditor melakukan prosedur analitis awal agar dapat memahami dengan


lebih baik bisnis klien dan untuk menilai risiko bisnis klien. Salah satu prosedur
yang digunakan adalah membandingkan rasio-rasio klien dengan industri atau
kompetitor yang dijadikan acuan untuk memberikan indikasi kinerja perusahaan.
Pengujian awal tersebut dapat mengungkapkan perubahan-perubahan yang tidak
biasa dalam rasio-rasio dibandingkan dengan tahun sebelumnya, atau dengan
rata-rata industri, dan membantu auditor dalam mengidentifikasi bagian-bagian
yang mengalami peningkatan risiko salah saji yang membutuhkan perhatian lebih
lanjut.
Prosedur analitis merupakan satu dari delapan jenis bahan bukti audit.
Karena meningkatnya penekanan pada prosedur analitis dalam praktik
profesional, bagian ini mendalami lebih jauh prosedur analitis awal yang baru
saja dibahas pada bab ini untuk membahas penggunaan prosedur analitis di
sepanjang pengauditan.

Prosedur analitis didefinisikan dalam PSA 22 (SA 329) sebagai evaluasi


atas laporan keuangan yang disusun dengan mempelajari kemungkinan
hubungan-hubungan antara data keuangan dan non keuangan.yang melibatkan
perbandingan antara jumlah yang tercatat dengan ekspektasi yang
dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitis menggunakan perbandingan-
perbandingan dan hubungan-hubungan untuk menentukan apakah saldo akun-
akun atau data lainnya disajikan secara wajar relatif terhadap ekspekstasi
auditor.

Penekanan pada prosedur analitis dalam definisi PSA 32 adalah atas


ekspektasi yang disusun oleh auditor. Sebagai contoh, auditor dapat
membandingkan beban komisi tahun berjalan yang tercatat dengan total
penjualan yang tercatat dikalikan yang dicatat. Agar prosedur analitis ini menjadi
relevan dan andal, auditor dapat menyimpulkan bahwa penjualan yang tercatat
telah disajikan dengan benar, semua penjualan mendapatkan komisi dan bahwa
rata-rata tarif komisi aktual dapat dengan segera ditentukan.

Prosedur analitis berikut dapat dilakukan pada setiap fase selama sebu
penugasan kerja berlangsung:

1. Prosedur analitis diperlukan dalam fase perencanaan untuk membantu


menentukan sifat, keluasan dan waktu dalam prosedur pengauditan. Hal
membantu auditor dalam mengidentifikasi hal-hal penting yang
membutuhka pertimbangan khusus lebih lanjut dalam penugasan kerja.
Sebagai contoh, penghitungan perputaran persediaan sebelum pengujian
atas harga persediaan dilakukan dapat mengidentifikasikan perlunya
kehati-hatian sepanjang melaksanakan pengujian tersebut. Prosedur
analitis yang dilakukan di tahap perencanaan biasanya menggunakan
data agregat dengan tingkat tinggi, dan kecanggihan, keluasan, dan
waktu dari prosedur tersebut berbeda antara klien yang satu dengan
yang lain. Untuk beberapa klien, perbandingan saldo tabus sebelumnya
dengan tahun berjalan menggunakan neraca saldo yang belum diaudit
dapat dianggap memadai. Sedangkan untuk beberapa klien yang lainnya
prosedur tersebut dapat melibatkan analisis yang meluas atas laporan
keuangan kuartalan berdasarkan penilaian auditor.

2. Prosedur analitis sering kali dikerjakan selama fase pengujian audit


sebaga pengujian substantif untuk mendukung saldo-saldo akun.
Pengujian-pengujian ini sering kali dikerjakan dalam kaitannya dengan
prosedur audit lainnya. Sebaga contoh, bagian dibayar dimuka dari setiap
polis asuransi dapat dibandingkan dengan polis yang sama di tahun
sebelumnya, sebagai bagian dari pengujian atas asuransi dibayar dimuka.
Keyakinan yang diberikan oleh prosedur analitis bergantung pada
kemampuan prediksi dari hubungan-hubungan tersebut, jugs ketepatan
ekspektasi dan keandalan data yang digunakan untuk menyusun
ekspektasi tersebut.

3. Prosedur analitis juga diperlukan selama fase penyelesaian audit.


Pengujian semacam ini merupakan penelaahan akhir atas salah saji
material atau masalah keuangan dan membantu auditor dalam
mengambil "pandangan objektif akhir atas laporan keuangan yang telah
diaudit. Biasanya, partner senior dengan pengetahuan yang luas atas
bisnis klien melakukan prosedur analitis selama penelaahan akhir atas
arsip-arsip audit dan laporan keuangan untuk mengidentfikasikan
kemungkinan kesalahan dalam suatu pengauditan.
BAB III

STUDI KASUS
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Terdapat tiga alasan utama Mengapa auditor harus melakukan perencanaan
penugasan dengan tepat. Ketika alasan itu adalah

1. agar auditor mampu mendapatkan cukup bukti yang memadai sesuai


dengan kondisinya, Mendapatkan cukup bahan bukti yang memadai
penting jika KAP ingin meminimalkan kewajiban hukum dan menjaga
reputasi dalam komunikasi bisnisnya.
2. untuk menjaga supaya biaya tetap terjangkau, Menjaga supaya biaya
Audit tetap terjangkau membantu KAP agar tetap kompetitif.
3. Dan mencegah kesalahpahaman dengan klien. Mencegah munculnya
kesalahpahaman dengan klien adalah penting untuk menjaga hubungan
yang baik dengan klien dan untuk memberikan pekerjaan yang
berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau.

Adapun beberapa faktor berikut telah meningkatkan pentingnya pemahaman


atas bisnis dan industri klien:

A. Teknologi informasi menghubungkan klien perusahaan dengan pelanggan


dan pemasok utamanya. Akibatnya, auditor harus memiliki pengetahuan
yang lebih luas mengenai pelanggan dan pemasok utama dan risiko-risiko
yang terkait .
B. Klien yang telah memperluas usahanya secara global, sering kali melalui
modaL ventura dan aliansi strategis.
C. Teknologi informasi memengaruhi proses pengendalian internal
meningkatkan kualitas dan ketepatan waktu informasi keuangan.

Prosedur analitis didefinisikan dalam PSA 22 (SA 329) sebagai evaluasi atas
laporan keuangan yang disusun dengan mempelajari kemungkinan hubungan-
hubungan antara data keuangan dan non keuangan.yang melibatkan
perbandingan antara jumlah yang tercatat dengan ekspektasi yang
dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitis menggunakan perbandingan-
perbandingan dan hubungan-hubungan untuk menentukan apakah saldo akun-
akun atau data lainnya disajikan secara wajar relatif terhadap ekspekstasi
auditor.
DAFTAR PUSTAKA

Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens, Amir Abadi Jusuf. 2011. Jasa
Audit dan Assurance. buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai