PERENCANAAN AUDIT
Oleh :
Kelompok II
Selfiana (21120005)
i
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang teramat dalam dan tiada kata lain yang patut kami ucapkan
selain mengucap rasa syukur. Karena rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha
Esa,makalah yang berjudul “Perencanaan Audit”telah selesai disusun,semoga
makalah ini dapat memberikan sumbangsih keilmuan dan menambah wawasan
bagi siapa saja yang memiliki minat terhadap pembahasan tentang Perencanaan
Audit.
Akan tetapi kami mengakui bahwa tulisan ini terdapat beberapa kekurangan jauh
dari kata sempurna,sebagaimana pepatah menyebutkan “tiada gading yang retak
“dan sejatinya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Maka dari itu,kami
dengan senang hati secara terbuka untuk menerima berbagai kritik dan saran dari
para pembaca sekalian,hal tersebut tentu sangat diperlukan sebagai bagian dari
upaya kami untuk terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya di
masa yang akan datang.
Terakhir, kami mengucapkan terimah kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak
yang telah mendukung dan turut andil dalam seluruh rangkaian proses
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
dan dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan ilmu pengetahuan di
Indonesia.
ii
DAFTAR ISI
PERENCANAAN AUDIT..................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar belakang........................................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................................1
C. Tujuan penulisan....................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Perencanaan Audit..................................................................................................3
B. Menerima Klien Dan Melakukan Perencanaan Audit Awal.................................4
C. Memahami Bisnis Industri Klien............................................................................6
D. Menilai Risiko Bisnis Klien...................................................................................9
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Suatu tahap penting dari setiap perikatan audit adalah perencanaan. Perencanaan
menyajikan tujuan yang sama dalam audit seperti perencanaan pribadi untuk
kuliah atau dalam perencanaan bisnis untuk pengembangan produk baru seperti
computer personal.Dalam setiap hal,perencanaan menghasilkan peraturan atas
urutan dari bagian-bagian atau langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Dalam perencanaan audit,terdapat lima langkah penting dalam
merencanakan audit,yaitu memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industry
klien,melaksanakan prosedur analitis, membuat pertimbangan awal tentang
tingkat materialistis, mempertimbangkan risiko audit, mengembangkan strategi
audit awal untuk asersi signifikan, dan memperoleh pemahaman tentang
pengendalian intern.
Perencanaan audit mencakup pengembangan secara menyeluruh untuk
merenanakan penerapan audit, serta tahap ini sangat dipengaruhi oleh informasi
awal yang diperoleh pada saat pertimbangan penugasan audit. Ada 6 langkah yang
harus dilakukan dalam merencanakan audit , yaitu:penghimpunan pemahaman
bisnis klien dan industri klien, melaksanakan prosedur analitis, melaksanakan
penilaian awal terhadap materialistis, mengukur resiko audit, memajukan strategi
audit pendahuluan untuk asersi yang signifikan, mempersatukan pemahaman
struktur pengendalian Intern Klient.
B. Rumusan masalah
1
C. Tujuan penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perencanaan Audit
3
menyebabkan terjadinya perubahan prosedur audit yang telah direncanakan.
Auditor harus mempertimbangkan apakah suatu keahlian diperlukan,seperti dalam
mempertimbangkan dampak pengolahan computer terhadap auditnya, untuk
memahami pengendalian intern, kebijakan dan prosedur, atau untuk
merancangdan melaksanakan prosedur audit. Jika keahlian khusus diperlukan,
auditor harus mencari asisten atau tenaga ahli yang memiliki keahlian tersebut,
yang mungkin berasal dari dari staf kantor akuntannya atau ahli dari luar. Jika
penggunaan jasa tenaga ahli tersebut direncanakan, auditor harus memiliki
pengetahuan memadai yang bersangkutan dengan computer untuk
mengkomunikasikan tujuan pekerjaan ahli lain tersebut,untuk mengevaluasi hasil
prosedur audit yang diterapkan berkaitan dengan sifat dan lingkup prosedur audit
lain yang direncanakan
4
Tanggung jawab hukum dan profesional KAP adalah sedemikian rupa, sehingga
klien yang kurang memiliki integritas atau selalu memperdebatkan tentang
pelaksanaan audit dan fee yang tepat dapat menimbulkan lebih banyak masalah
ketimbang manfaat yang diterima.
2.Investigasi atas klien baru
Sebelum menerima klien baru, kebanyakan kantor akuntan publik akan
menyelidiki perusahaan tersebut untuk menentukan akseptabilitasnya, kantor itu
akan melakukannya dengan memeriksa,sejauh memungkinkan, prospektif klien
ini dalam komunitas bisnis, stabilitas keuangannya dan hubungannya dengan
kantor akuntan publik sebelumnya. Contoh:Banyak kantor akuntan publik sangat
berhati-hati dalam menerima klien baru dari bisnis yang baru terbentuk dan
berkembang cepat,banyak dari bisnisbisnis tersebut mengalami masalah keuangan
dan membuat kantor akuntan publik akan menghadapi kewajiban potensial yang
signifikan.
Beban untuk memulai komunikasi,ditanggung oleh auditor penerus,tetapi
auditor pendahulu diwajibkan untuk merespons permintaan akan informasi.Akan
tetapi,persyaratan kerahasiaan dalam kode perilaku profesional mewajibkan
bahwa auditor pendahulu harus memperoleh izin dari klien sebelum komunikasi
dapat dilaksanakan.Jika klien tidak tidak mengizinkan komunikasi atau auditor
pendahulu tidak akan memberikan respons yang kompetitif,auditor penerus dapat
mempertimbangkan secara serius keinginannya untuk menerima penugasan
prospektif,tanpa memperhitungkan investigasi lainnya.
3.Klien yang berlanjut.
Setiap tahun banyak kantor akuntan publik mengevaluasi klien-klien yang
ada saat ini guna menentukan apakah ada alasan untuk menghentikan
audit.Konflik yang terjadi sebelumnya menyangkut ruang lingkup audit yang
tepat,jenis pendapat yang akan diberikan,jumlah fee,atau hal-hal lain dapat
menyebabkan auditor menghentikan kerja samanya.
4.Memilih staf untuk melakukan penugasan
Auditor harus menempatkan staf yang tepat pada penugasan agar sesuai
dengan standar auditing dan untuk meningkatkan efesiensi audit. Karena itu,
setiap staf yang ditugaskan harus mengingat persyaratan tersebut disamping harus
5
mempunyai pengetahuan tentang industri klien.Dalam penugasan audit yang lebih
besar, mungkin diperlukan satu atau lebih partner dan staf yang memiliki berbagai
tingkat pengalaman. Para spesialis dalam bidang teknis seperti sampling statistic
dalam penilaian risiko computer juga dapat ditugaskan. Pada audit yang lebih
kecil mungkin hanya diperlukan satu atau dua anggota staf.
5. Mengevaluasi kebutuhan akan spesialis dari luar
Auditor harus memiliki pemahaman yang memadai atas bisnis klien untuk
mengetahui apakah spesialis memang diperlukan. Auditor perlu mengevaluasi
kualifikasi professional spesialis itu dan memahami tujuan serta ruang lingkup
pekerjaannya. Auditor juga harus mempertimbangkan hubungan spesialis tersebut
dengan klien, termasuk situasi yang mungkin mengganggu objektivitasnya.
Penggunaan spesialis tidak akan mempengaruhi tanggung jawab auditor untuk
melaksanakan audit dan laporan audit tidak boleh mengacu pada pekerjaan
spesialis, kecuali laporan spesialis mengakibatkan perlunya modifikasi atas
laporan audit.
Dalam tahun terakhir ini beberapa faktor telah meningkatkan arti penting dari
pemahaman atas bisnis industry klien yaitu sebagai berikut:
a) Penurunan yang signifikan pada kondisi ekonomi baru-baru ini diseluruh dunia
mungkin akan meningkatkan secara signifikan resiko bisnis klien. Auditor
harus memahami sifat bisnis klien untuk mengetahui dampak dari kemerosotan
ekonomi yang parah terhadap laporan keuangan klien dan kemampuan untuk
terus going concern
b) Teknologi informasi yang menghubungkan perusahaan klien dengan pelanggan
dan pemasok utama. Akibatnya, auditor memerlukan pengetahuan yang lebih
mendalam tentang pelanggan dan pemasok utama serta resiko yang berkaitan.
c) Klien telah memperluas operasinya secara global, yang sering kali melalui joint
venture atau aliansi strategi.
d) Teknologi informasi mempengaruhi proses iinternal klien, yang meningkatkan
mutu dan ketepatan waktu informasi akuntansi.
6
e) Semakin pentingnya modal manusia dan asset tidak berwujud lainnya telah
meningkatkan kerumitan akuntansi serta pentingnya penilaian dan estimasi
manajemen.
f) Banyak klien yang mungkin telah berinvestasi dalam instrument keuangan
yang konpleks, seperti obligasi utang yang dijadikan jaminan atau sekuritas
dengan jaminan hipotek, yang mungkin telah menurun nilainya, memerlukan
perlakuan akuntansi yang rumit, dan seringkali melibatkan pihak yang tidak
dikenal yang dapat menimbulkan resiko keuangan yang tidak diharapkan oleh
klien
Tiga alasan utrama untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang industri
klien dan lingkungan eksternal adalah:
1. Risiko yang berkaitan dengan industri tertentu dapat mempengaruhi penilaian
auditor atas resiko bisnis klien dan risiko audit yang dapat di terimah dan
bahkan dapat mempengaruhi auditor dalam menerimah penugasan pada
industri yang lebih berisiko, seperti industri simpan – pinjam dan asuransi
kesehatan.
2. Risiko inheren (risiko bawaan) tertentu sudah umum bagi semua klien dalam
industri tertentu. Familiaritas dengan risiko – risiko tersebut akan membantu
auditor dalam menilai relevansinya bagi klien bersangkutan. Contohnya,
meliputi kemungkinan keusangan persediaan dalam industri pakaian jadi,
risiko inheren atas penagihan piutang usaha dalam industri pinjaman
konsumen,serta cadangan untuk risiko inheren kerugian dalam industri asuransi
kecelakaan.
3. Banyak industri memiliki persyaratan akutansi yang unik yang harus dipahami
auditor untuk mengevaluasi apakah laporan telah sesuai dengan standar
akutansi. Sebagai contoh, jika auditor melakukan audit atas sebuah
pemerintahan kota, auditor harus memahami akutansi pemerintahan dan
persyaratan auditnya. Juga ada persyaratan akutansi yang unik bagi perusahaan
konstruksi, kereta api, organisasi nirlaba, lembaga keuangan dan banyak
organisasi lainnya.
7
Beberapa faktor yang harus dipahami dalam operasi dan proses bisnis yaitu:
Kunjungan ke pabrik dan kantor Sebuah kunjungan ke fasilitas yang dimiliki
klien sangat berguna dalam mendapatkan pemahaman yang lebih baik atas
operasi bisnis klien karena hal ini memberikan kesempatan untuk mengamati
kegiatan operasi secara langsung dan untuk menemui pagawai – pegawai
kunci.[4] Dengan melihat fasilitas fisik auditor dapat menilai keamanan fisik
terhadap aset – asset klien dan menginterpretasikan dan akutansi yang terkait
dengan asset seperti persediaan dan peralatan.
Mengidentifikasi pihak yang berkaitan Transaksi dengan pihak terkait sangat
penting bagi auditor karena prinsip – prinsip akutansi yang berlaku secara
umum mengharuskan transaksi itu diungkapkan dalam laporan keuangan jika
material. Pihak terkait didefinisikan dalam standar auditing sebagai perusahaan
afiliasi, pemilik utama perusahaan klien, atau pihak lainnya yang bersangkutan
dengan klien itu, dimana salah satu pihak dapat mempengaruhi manajemen
atau kebijakan operasi pihak lain itu. Sedangkan Transaksi dengan pihak
terkait adalah setiap transaksi antara klien dengan pihak terkait. Contoh yang
umum adalah transaksi penjualan atau pembelian antara perusahaan induk dan
perusahaan anak, pertukaran peralatan antara dua perusahaan yang dimiliki
oleh pihak yang sama dan pinjaman kepada pejabat perusahaan.
Kode etik Perusahaan sering mengkomunikasikan standar nilai danetika
perusahaan melalui pernyataan kebijakan serta kode prilaku. Sebagai respon
atas persyaratan dalam Sarbanes – oxley act, SEC mewajibkan setiap
perusahaan public mengungkapkan apakah telah menggunakan kode etik yang
berlaku bagi manajemen senior, termasuk CEO, CFO, dan pejabat akutansi
utama atau kontroler. Perusahaan yang belum menggunakan kode tersebut
harus mengungkapkan fakta ini dan menjelaskan mengapa belum
menerapkannya. SEC juga mewajibkan perusahaan untuk segera
mengungkapkan amademen atau perubahan dan pengecualian dari kode etik itu
bagi setiap pejabat perusahaan. Auditor harus mengetahui kode etik perusahaan
dan menelaah setiap perubahan serta pengecualian dari kode prilaku yang
berdampak terhadap sistem tata kelola dan integritas serta nilai etis terkait dari
manajemen senior.
8
Notulen rapat perusahaan Adalah catatan resmi tentang pertemuan dewan
direksi dan para pemegang saham. Notulen ini mencakup otoritasi dan ikhtisar
kunsi mengenai topic – topic penting yang di bahas pada pertemaun tersebut
dan keputusan yang diambil oleh para direktur serta pemegang saham.
Contohnya informasi lainnya yang relevan bagi audit mencakup pembahasan
tentang litigasi atau perkara hukum, penundaan penerbitan saham, atau
kemungkinan
9
memastikan bahwa informasi yang material tentang risiko bisnis telah
disampaikan kepada manajemen.Prosedur-prosedur ini mencakup tentang
informasi yang lebih luas ketimbang yang dicakupoleh penerbit pengendalian
intern atas pelaporan keuangan. Prosedur tersebut harus menangkap informasi
yang relevan untuk menilai kebutuhan akan pengembangan pengungkapan risiko
yang bersangkutan dengan bisnis perusahaan.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Diharapkan pada pambaca makalah ini agar dapat dengan mudah memahami
tentang Perencanaan Audit dan tahapan- tahapan apa saja yang harus dilalui dalam
melakukanperencanaan audit tersebut. Dan diharapkan juga kepada pembuat
makalah selanjutnya agar lebih mengembangkan pembahasan tentang pengauditan
yang telah kami buat.
11
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin. A., dkk. 2014. Auditing and assurance services: An Integrated
approach (15 th edition). (Jakarta : Erlangga) Rahayu Siti Kurnia. 2013. Auditing.
(Yogyakarta: Graha Ilmu) Arens. Alvin. A. and James. K. Loebbecke. 2000.
Auditing an Integrated Approach (8th edition). (Jakarta : Erlangga
12