Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Penerimaan dan Pengelolaan Perikatan Audit

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Audit dan Assurans


Dr. R. Wedi R. Kusumah, S.E., M.Si., Ak., CA.

Disusun oleh :

Ningsih NPM. 51621120040


Zakiah Annisha NPM. 51621120041
Wahyudi Jaya. K NPM. 51621120066

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Audit
dan Asurans dengan judul makalah “Penerimaan dan Pengelolaan Perikatan Audit”.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
siapapun yang membacanya.

Bandung, Maret 2022

Tim Penulis

DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3. Tujuan..............................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
2.1. Penerimaan Perikatan.......................................................................................................4
2.1.1. Pengertian.................................................................................................................4
2.1.2. Tahapan Dalam Penerimaan Audit...........................................................................4
2.2. Analisis Risiko.................................................................................................................7
2.3. Sumber Daya Manusia.....................................................................................................9
2.4. Penggunaan Spesialis Dalam Proses Audit.....................................................................10
2.4.1. Definisi...................................................................................................................10
2.4.2. Penentuan Kebutuhan Seorang Pakar Auditor........................................................11
2.5. Surat Perikatan Audit.....................................................................................................11
2.6. Pengelolaan Perikatan....................................................................................................12
2.6.1. Pengendalian Mutu.................................................................................................12
2.6.2. Perlunya Pengendalian Mutu..................................................................................14
2.6.3. Kepemimpinan.......................................................................................................15
2.7. Contoh Kasus.................................................................................................................16
BAB III..........................................................................................................................................18
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Audit laporan keuangan dilakukan untuk menilai dan menentukan apakah laporan
keuangan telah disajikan oleh manajemen perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum (terdiri dari laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan posisi
keuangan dan laproan arus kas), serta menentukan tingkat kesesuaian dengan
kriteria/ketentuan yang telah ditetapkan dan memastikan bahwa laporan keuangan tidak
mengandung salah saji material yang berpengaruh terhadap laporan keuangan secara
keseluruhan.
Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti-bukti yang harus
dikumpulkan untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk melakukan ini, auditor harus
mengikuti proses audit, yang merupakan metodologi untuk mengatur jalannya proses audit
dan memastikan bahwa bukti audit yang dikumpulkan cukup dan sesuai dengan tujuan
audit. Menurut Arens, Elder, Beasley, & Hogan (2017) proses audit terdiri dari 4 (empat)
tahapan utama, yaitu:
1. Tahap 1: Merencanakan dan merancang pendekatan audit berdasarkan prosedur
penilaian risiko.
2. Tahap 2: Lakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.
3. Tahap 3: Melakukan prosedur analitis substantif dan pengujian rincian saldo.
4. Tahap 4: Selesaikan audit dan keluarkan laporan audit.

Standar pekerjaan lapangan mengharuskan audit direncanakan dengan sebaik-


baiknya. Perencanaan audit sangat penting karena ini mengatur urutan setiap tahapan,
mulai dari perencanaan awal sampai pada pengembangan rencana dan pelaksanaan
program audit. Akan tetapi, sebelum melakukan tugas sebagai auditor yaitu memeriksa
laporan keuangan suatu perusahaan dan memberikan opininya, auditor perlu menjalankan
suatu prosedur penerimaan perikatan audit. Penerimaan perikatan audit adalah
penerimaan penugasan auditor (dalam jabatannya sebagai partner) untuk melakukan
pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan klien. Seorang partner membutuhkan
1
berbagai pertimbangan dalam menerima suatu perikatan audit karena terdapat banyak
risiko di dalam mengaudit dan mengeluarkan opini atas suatu laporan keuangan.
Penerimaan perikatan audit merupakan tahap paling awal dari audit laporan keuangan
sebelum masuk ke tahap perencanaan. Dalam tahap ini, auditor harus mengambil
keputusan untuk menerima (atau menolak) kesempatan untuk menjadi auditor dari klien
baru atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada.
Petunjuk penerimaan perikatan audit yang dimaksud dapat dilihat pada Standar
Pengendalian Mutu (SPM) Nomor 1 dan Standar Audit (SA) Nomor 210. Banyaknya
risiko yang akan dihadapi oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dari suatu perikatan audit
menyebabkan setiap KAP harus berhati-hati dalam memilih kliennya. Ketika KAP
menerima suatu perikatan audit, maka KAP tersebut harus mampu menanggung segala
risikonya. Oleh karena itu setiap KAP harus mematuhi dan menerapkan setiap Standar
Audit yang telah ditetapkan untuk meminimalkan risiko yang dapat terjadi ketika
mengaudit suatu perusahaan.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan penerimaan perikatan audit?
2. Bagaimana prosedur dalam penerimaan perikatan?
3. Apa yang dimaksud dengan analisis risiko dalam penerimaan perikatan
audit?
4. Bagaimana pengelolaan sumber daya manusia dalam proses perencanaan
audit?
5. Bagaimana penggunaan spesialis dalam proses audit?
6. Apa yang dimaksud dengan surat perikatan audit?
7. Bagaimana pengelolaan perikatan audit?
8. Bagaimana perlunya pengendalian mutu dalam proses audit?
9. Bagaimana kepemimpinan dalam proses audit?

2
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan penerimaan perikatan audit;
2. Menjelaskan prosedur dalam penerimaan suatu perikatan audit;
3. Menjelaskan mengenai analisis risiko pada proses penerimaan perikatan
audit;
4. Menjelaskan bagaimana pengelolaan sumber daya manusia dalam proses
audit;
5. Menjelaskan bagaimaan penggunaan spesialis dalam proses audit;
6. Menjelaskan mengenai surat perikatan audit;
7. Menjelaskan mengenai pengelolaan perikatan audit;
8. Menjelaskan seberapa besar diperlukannya suatu pengendalian mutu dalam
proses audit;
9. Menjelaskan bagaimana kepemimpinan dalam proses audit.

BAB II
3
PEMBAHASAN

2.1. Penerimaan Perikatan


2.1.1. Pengertian
Perikatan (verbintenis) adalah hubungan hukum antara dua pihak di dalam
lapangan harta kekayaan, di mana pihak yang satu (kreditur) berhak atas suatu prestasi,
dan pihak yang lain (debitur) berkewajiban memenuhi prestasi itu. Oleh karena itu, dalam
setiap perikatan terdapat “hak” di satu pihak dan “kewajiban” di pihak yang lain. (Riduan
Syahreni, 2009 dalam Setiawan, 2015).
Menurut Subekti (1979) dalam Setiawan (2015), perikatan dikatakan sebagai
hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu
berhak menuntut suatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lain berkewajiban untuk
memenuhi tuntutan itu.
Sementara ituSari, Hastuti, & Ratnawati (2020) menyebutkan bahwa perikatan
(engagement) adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian.
Perikatan merupakan suatu kesepakatan kedua belah pihak. Dalam hal audit maka kedua
belah pihak ini adalah pihak auditor dan perusahaan yang biasanya diwakili oleh
manajemen perusahaan.
Sebelum melaksanakan audit, maka harus ada sebuah kesepakatan yang harus
dibuat dan disetujui bersama. Manajemen atau klien menyerahkan laporan keuangan
kepada auditor dan auditor menyanggupi audit laporan keuangan sesuai dengan
kompetensinya. Penerimaan perikatan audit dinyatakan dalam surat perikatan audit.

2.1.2. Tahapan Dalam Penerimaan Audit


Dalam memutuskan apakah suatu perikatan audit dapat diterima atau tidak,
auditor menempuh suatu proses yang terdiri dari 6 (enam) tahap, yaitu antara lain:
1. Mengevaluasi integritas manajemen
a. Pertimbangan atas hal-hal signifikan yang mungkin timbul dan implikasinya
dalam melanjutkan hubungan perikatan.

4
b. Komunikasi dengan pemberi jasa akuntansi professional kepada klien, baik yang
sekarang maupun yang terdahulu.
c. Meminta keterangan dari personil KAP atau pihak ketiga lainnya.
d. Pencarian latar belakang melalui berbagai sumber.
2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko luar biasa
a. Menilai apakah terdapat kondisi yang memerlukan revisi terhadap ketentuan
perikatan audit dan apakah perlu untuk mengingatkan entitas yang bersangkutan
tentang ketentuan perikatan audit yang masih berlaku.
b. Mengidentifikasi apakah terdapat alasan yang memadai untuk melakukan
perubahan dalam ketentuan perikatan audit.
c. Mengidentifikasi apakah kerangka pelaporan keuangan yang akan diterapkan
dalam penyusunan laporan keuangan dapat diterima.
d. Memperoleh persetujuan dari manajemen bahwa manajemen mengakui dan
memahami tanggung jawabnya.
e. Mengidentifikasi apakah terdapat pembatasan ruang lingkup audit oleh
manajemen.
f. Menilai apakah terdapat pertimbangan lainnya dalam penerimaan perikatan audit.
3. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit
a. Pemahaman dan pengalaman praktik atas perikatan audit.
b. Pemahaman standar profesi serta ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.
c. Keahlian teknis (bidang teknologi dan informasi) dan keahlian tertentu (bidang
akuntansi atau audit).
d. Pengetahuan industri yang relevan dengan bidang usaha klien.
e. Kemampuan menggunakan pertimbangan profesional.
f. Pemahaman tentang kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP.
4. Menilai independensi.
a. Memperoleh informasi yang relevan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
hubungan yang menciptakan ancaman terhadap independensi.

5
b. Mengevaluasi informasi tentang pelanggaran yang teridentifikasi apakah
menciptakan pelanggaran terhadap independensi.
c. Melakukan Tindakan yang tepat untuk menghilangkan atau menguranginya ke
tingkat yang dapat diterima.
5. Keputusan untuk menerima atau menolak.
a. Perubahan atas ketentuan perikatan audit dapat diterima atau tidak terdapat
perubahan ketentuan perikatan audit.
b. Tidak terdapat pembatasan ruang lingkup audit.
c. Kerangka pelaporan keuangan klien yang diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan diterima.
d. Manajemen menyetujui tanggung jawabnya.
e. Pertimbangan lainnya dalam penerimaan perikatan telah disetujui bersama
manajemen atau tidak terdapat pertimbangan lainnya dalam penerimaan
perikatan.
6. Membuat surat perikatan.
Surat perikatan audit (audit engagementletter) adalah surat persetujuan antara auditor
dengan kliennya tentang syarat-syarat pekerjaan audit yang akan dilaksanakan oleh
auditor. Bentuk danisi surat perikatan audit dapat bervariasi di antara klien, namun
surat tersebut umumnya berisi:
a. Tujuan audit atas laporan keuangan.
b. Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan.
c. Lingkup audit, termasuk penyebutan undang-undang, peraturan, pernyataan dari
badan professional yang harus dianut oleh auditor.
d. Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor
untuk menyampaikan hasil perikatan.
e. Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan
kecurangan material tidak akan terdeteksi.
f. Pengaturan reproduksi laporan keuangan auditan.
g. Kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan
signifikan dalma pengendalian intern yang ditemukan oleh auditor dalam
auditnya.
6
h. Akses ke berbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan dalam
kaitannya dengan audit.
i. Dasar yang digunakan oleh auditor untuk menghitung fee audit dan pengaturan
penagihannya.

Auditor dapat pula memasukkan hal berikut ini dalam surat perikatan auditnya:
a. Pengaturan berkenaan dengan perencanaan auditnya.
b. Harapan untuk menerima penegasan tertulis dari manajemen tentang representasi
yang dibuat dalam hubungannya dengan audit.
c. Permintaan kepada klien untuk menegaskan bahwa syarat-syarat perikatan telah
sesuai dengan membuat tanda penerimaan surat perikatan audit.
d. Penjelasan setiap surat atau laporan yang diharapkan oleh auditor untuk
diterbitkan bagi kliennya.

2.2. Analisis Risiko


Salah satu tahap yang penting dalam proses penerimaan perikatan adalah analisis
risiko. Identifikasi risiko merupakan pondasi dari suatu audit. Identifikasi risiko
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari prosedur yang dilaksanakan auditor untuk
memahami entitas dan lingkungannya. Tanpa pemahaman mendalam tentang entitas,
auditor akan mengabaikan faktor risiko tertentu.
Perusahaan asurans atau KAP akan melakukan sebuah analisis risiko sebelum
menerima klien. Hal ini sebagian untuk menentukan berapa biaya jasa audit yang mereka
kira sesuai untuk perikatan tersebut (semakin tinggi risiko klien, semakin besar manfaat
yang diinginkan oleh perusahaan asurans dari melakukan perikatan) dan sebagian lagi juga
untuk meletakkan dasar bagi pemahaman risiko yang terkait dengan perikatan tersebut
apabila periaktan diambil dan jumlah pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengurangi
risiko asurans ke tingkatan yang dapat diterima untuk perikatan tersebut. Bisa jadi bahwa
sebuah perikatan terlalu berisiko bagi perusahaan untuk mengambil risikonya.(Ikatan
Akuntan Indonesia, 2020)

7
Tujuan dari tahap penilaian risiko adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko,
dan kemudian menilai apakah risiko-risiko ini mungkin menjadi sebab salah saji yang
material dalam laporan keuangan.
Arens, Elder, Beasley, & Hogan (2017) menyebutkan ada 3 (tiga) macam risiko
yang secara signifikan mempengaruhi pelaksanaan dan biaya audit. Banyak perencanaan
awal dari kesepakatan audit dimulai dengan mengumpulkan informasi untuk membantu
auditor menilai risiko-risiko ini. Tiga macam risiko tersebut adalah diantaranya:
1. Risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk)
Risiko audit yang dapat diterima adalah ukuran seberapa besar kesalahan atau
salah saji laporan keuangan yang dapat diterima oleh auditor setelah audit selesai
dan opini dikeluarkan. Ketika auditor memutuskan risiko rendah untuk risiko audit
yang dapat diterima, artinya auditor ingin lebih yakin bahwa laporan keuangan
tidak mengandung salah saji material. Risiko nol berarti kepastian dan risiko 100
persen berarti ketidakpastian.
2. Risiko bisnis klien (clientbusinessrisk)
Risiko bisnis klien adalah risiko kegagalan entitas dalam mencapai tujuannya atau
melaksanakan strateginya. Risiko bisnis dapat timbul dari faktor-faktor seperti
perubahan yang signifikan dari kondisi industri seperti perubahan peraturan atau
dari kesalahan dalam penentuan strategi. Misalnya, auditor dapat mengidentifikasi
penurunan kondisi ekonomi yang berdampak buruk pada penjualan dan
kolektibilitas piutang.
3. Risiko salah saji material (theriskof material misstatement)
Risiko salah saji material adalah risiko yang terdapat dalam laporan keuangan
berupa salah saji material karena kecurangan atau kesalahan sebelum audit yang
akan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh auditor terutama terkait dengan
penentuan opini atas kewajaran pelaporan keuangan.

Menilai risiko-risiko audit di atas merupakan bagian penting dari perencanaan


audit karena membantu menentukan prosedur audit dan jumlah bukti yang perlu
dikumpulkan, serta tingkat pengalaman staf yang dibutuhkan untuk penugasan. Misalnya,
jika auditor mengidentifikasi risiko salah saji material untuk nilai persediaan karena

8
masalah penilaian, bukti tambahan akan diperlukan untuk penilaian persediaan dan staf
yang lebih berpengalaman akan ditugaskan untuk melakukan pengujian di area ini.

2.3. Sumber Daya Manusia


Dalam Standar Pengendalian Mutu No. 1 (SPM 1) Paragraf 29 – 31 menyatakan
bahwa:
1. KAP harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai bahwa KAP memiliki jumlah personil yang cukup dengan
kompetensi, kemampuan, dan komitmen terhadap prinsip etika profesi yang
diperlukan untuk:
a. Melaksanakan perikatan sesuai dengan standar profesi, serta ketentuan hukum
dan peraturan yang berlaku;
b. Memungkinkan KAP atau rekan perikatan untuk menerbitkan laporan yang tepat
dengan kondisinya.
2. KAP harus melimpahkan tanggung jawab atas setiap perikatan kepada seorang rekan
perikatan dan harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang mengatur hal-hal
sebagai berikut:
a. Identitas dan peran dari rekan perikatan tersebut dikomunikasikan kepada
anggota manajemen kunci klien dan pihak klien yang bertanggung jawab atas tata
Kelola;
b. Rekan perikatan memiliki kompetensi, kemampuan, dan wewenang yang tepat
untuk melaksanakan fungsinya; dan
c. Tanggung jawab sebagai rekan perikatan ditetapkan secara jelas dan
dikomunikasikan kepada rekan perikatan tersebut.
3. Setiap KAP juga harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk menugaskan
personil yang tepat dengan kompetensi yang dibutuhkan, serta memiliki kemampuan
untuk:
a. Melaksanakan perikatan sesuai dengan standar profesi, serta ketentuan hukum
dan peraturan yang berlaku; dan

9
b. Memungkinkan KAP atau rekan perikatan untuk menerbitkan laporan yang
sesuai dengan kondisinya.

2.4. Penggunaan Spesialis Dalam Proses Audit


2.4.1. Definisi
Standar audit (SA) 620 Paragraf 6 menyatakan bahwa spesialis atau pakar auditor
adalah individuatau organisasi yang memiliki keahlian dalam suatu bidang selain
akuntansi dan audit, yang pekerjaannya dalam bidang tersebut digunakan oleh auditor
untuk membantu auditor tersebut dalam memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
Seorang pakar auditor dapat merupakan seorang pakar internalnya (seorang rekan atau
staf, termasuk staf temporer dari KAP atau jaringan KAP auditor tersebut) atau seorang
pakar ekternal.
Dalam paragraf yang sama bagian c juga disebutkan bahwa pakar manajemen
adalah individu atau organisasi yang memiliki keahlian dalam suatu bidang selain
akuntansi dan audit, yang pekerjaannya dalam bidang tersebut digunakan oleh entitas
untuk membantu entitas dalam penyusunan laporan keuangan.
Contoh pakar auditor diantaranya:
 Juru hitung persediaan dengan spesialisasi tertentu.
 Penilaian asset seperti tanah, bangunan, pabrik, pekerjaan seni, batu berharga,
persediaan, dan instrument keuangan yang rumit.
 Pengukuran kuantitas atau kondisi fisik suatu asset, seperti mineral yang disimpan
dalam tumpukan, mineral di bawah tanah dan cadangan minyak bumi serta sisa umum
pabrik.
 Pengukuran pekerjaan yang sudah selesai dan yang masih harus dikerjakan untuk
kontrak-kontrak dalam penyelesaian.
 Penentuan nilai dengan Teknik khusus seperti penilaian aktuari.
 Analisis atas masalah kepatuhan perpajakan yang rumit dan luar biasa.
 Pendapat hukum untuk menginterpretasikan perjanjian, statute dan peraturan.

10
2.4.2. Penentuan Kebutuhan Seorang Pakar Auditor
Seorang pakar auditor mungkin diperlukan untuk membantu auditor dalam satu
atau lebih hal berikut:
 Pemerolehan suatu pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internalnya.
 Pengidentifikasian dan penilaian risiko-risiko kesalahan penyajian material.
 Penentuan dan penerapan respons menyeluruh untuk menilai risiko di tingkat laporan
keuangan.
 Desain dan pelaksanaan prosedur audit lanjutan untuk merespons risiko yang telah
dinilai pada tingkat asersi, yang terdiri dari pengujian pengendalian atau prosedur
substantif.
 Pengevaluasian kecukupan dan ketepatan bukti audit yang diperoleh dalam
perumusan suatu opini atas laporan keuangan.

2.5. Surat Perikatan Audit


Surat perikatan audit (engagementletter) adalah surat persetujuan antara auditor
dengan kliennya tentang syarat-syarat pekerjaan audit yang akan dilaksanakan oleh
auditor. Surat perikatan audit sudah harus dibuat sebelum perencanaan pemeriksaan (audit
plan) disusun baik klien maupun auditor berkepentingan untuk mengirim surat perikatan,
lebih baik sebelum dimulainya perikatan, untuk menghindari salah paham berkenaan
dengan perikatan yang dibuat.
Dalam SA 210Paragraf 10 disebutkan bahwa ketentuan perikatan audit yang
disepakati harus dicatat dalam surat perikatan audit atau bentuk kesepakatan tertulis lain
yang sesuai dan harus mencakup:
(a) Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan;
(b) Tanggung jawab auditor;
(c) Tanggung jawab manajemen;
(d) Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dalam penyusunan laporan
keuangan;

11
(e) Pengacuan pada bentuk dan isi laporan yang akan diterbitkan oleh auditor; dan
(f) Suatu pernyataan bahwa terdapat kondisi tertentu yang bentuk dan isi laporannya
mungkin berbeda dengan yang diharapkan.

2.6. Pengelolaan Perikatan


2.6.1. Pengendalian Mutu

Dalam perikatan jasa profesional, KAP bertanggung jawab untuk mematuhi


SPAP. Dalam pemenuhan tanggung jawab tersebut, KAP wajib mempertimbangkan
integritas stafnya dalam menentukan hubungan profesionalnya; bahwa KAP dan para
stafnya akan independen terhadap kliennya sebagaimana diatur oleh Kode Etik Profesi
Akuntan Publik; dan bahwa staf KAP kompeten secara profesional, objektif, dan akan
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama
(dueprofessionalcare). Oleh karena itu, KAP harus memiliki sistem pengendalian mutu
untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan profesional dengan
SPAP.
Menurut Standar Professional Akuntan Publik (2011:16000.1), Kantor Akuntan
Publik wajib memiliki sistem pengendalian mutu dan menjelaskan unsur-unsur
pengendalian mutu dan hal terkait dengan implementasi secara efektif. KAP juga harus
memahami tentang kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP (SA 220 : A11).
Tuannakota (2012) menyebutkan tujuan KAP menetapkan dan memelihara
suatu sistem pengendalian mutu ialah untuk memberikan asurans kepada kliennya atas
kinerja auditor. Tujuan tersebut dibagi menjadi tujuan KAP dan tujuan auditor, yaitu:
 Tujuan KAP menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu adalah
untuk memberikan assurans yang layak bahwa :
a) KAP dan personalianya mematuhi standar profesional serta kewajiban hukum
/ ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan kewajiban yang ditetapkan
regulator.

12
b) Laporan yang diterbitkan KAP atau partnernya, sudah tepat sesuai dengan
situasi yang dihadapi.
 Tujuan auditor adalah mengimplementasi prosedur pengendalian mutu pada
tingkat penugasan yang memberikan assurans yang layak bahwa:
a) Auditnya sudah mematuhi standar profesional serta kewajiban hukum /
ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan kewajiban yang ditetapkan
regulator.
b) Laporan auditor yang telah diterbitkan, sudah tepat dalam situasi yang
dihadapi.

Kebijakan dan prosedur pengendalian mutu ditetapkan oleh KAP tergantung dari
berbagai faktor seperti, ukuran, karakteristik operasi dan pertimbangan biaya-manfaat
(ISQC 1, par 4). Secara detail dalam SPM 1 (2013), menyebutkan bahwa sistem
pengendalian mutu terdiri dari 6 (enam) elemen yaitu:
(1) Tanggung jawab kepemimpinan KAP atas mutu: merumuskan prosedur dan
kebijakan yang dapat mengakui pentingnya mutu dengan mendukung budaya internal
saat melaksanakan suatu perikatan, dan dalam kebijakan tersebut pimpinan KAP
harus bertanggung jawab atas mutu KAP secara keseluruhan (SPM 1, 2013).
(2) Ketentuan etika profesi yang berlaku: Merumuskan prosedur dan kebijakan yang
dapat meyakinkan bahwa KAP dan personelnya telah mematuhi semua ketentuan
etika profesi yang berlaku (SPM 1, 2013).
(3) Penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien dan perikatan tertentu:
merumuskan prosedur dan kebijakan dalam penerimaan dan keberlanjutan hubungan
dengan klien dan perikatan tertentu, yang dapat memberikan keyakinan memadai
bahwa KAP hanya akan menerima atau melanjutkan hubungan dengan klien dan
perikatan, jika:
(a) KAP memiliki kompetensi, sumber daya, dan waktu untuk melaksanakan
perikatan;
(b) KAP dapat mematuhi ketentuan etika profesi; dan

13
(c) KAP telah mempertimbangkan integritas klien, dan tidak memiliki informasi
yang dapat mengarahkan KAP untuk menyimpulkan tidak memadainya integritas
klien tersebut (SPM 1, 2013).
(4) Sumber daya manusia: Merumuskan prosedur dan kebijakan yang dapat
memberikan keyakinan yang memadai bahwa KAP telah memiliki total personil yang
cukup atas kemampuan, kompetensi, dan komitmen terhadap prinsip etika profesi
untuk:
(a) Melaksanakan perikatan sesuai dengan standar profesi, serta ketentuan hukum
dan peraturan yang berlaku; dan
(b) Menerbitkan laporan yang tepat dengan kondisinya (SPM 1, 2013).
(5) Pelaksanaan perikatan: Merumuskan prosedur dan kebijakan yang dapat
memberikan keyakinan memadai bahwa perikatan dilaksanakan sesuai ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku, serta telah mengeluarkan laporan yang sesuai
dengan kondisinya. Prosedur dan kebijakan tersebut yaitu:
(a) Hal yang relevan untuk mendukung konsistensi atas kualitas pelaksanaan
perikatan;
(b) Tanggung jawab atas penyeliaan; dan
(c) Tanggung jawab atas penelaahan (SPM 1, 2013).
(6) Pemantauan: merumuskan suatu proses pemantauan yang didesain untuk
memberikan keyakinan bahwa prosedur yang berkaitan dengan sistem pengendalian
mutu sudah relevan dan memadai. Proses pemantauan tersebut harus:
(a) Mencakup evaluasi dan pertimbangan berkesinambungan atas sistem
pengendalian mutu KAP;
(b) Memberikan tanggung jawab terhadap proses pemantauan hanya kepada rekan
atau individu lain di dalam KAP atau di luar KAP yang memiliki wewenang dan
pengalaman yang cukup dan tepat; dan
(c) Mensyaratkan tidak boleh terlibatnya mereka yang melaksanakan perikatan atau
menelaah pengendalian mutu perikatan dalam inspeksi perikatan (SPM 1, 2013).

14
2.6.2. Perlunya Pengendalian Mutu
Untuk memberi keyakinan memadai (reasonable assurance) bahwa KAP dan
personelnya mematuhi standar profesi dan peraturan perundang-undangan, laporan yang
disampaikan oleh KAP atau rekan perikatan sesuai dengan keadaan (ISQC 1, par 11).
Ketentuan SPM dirancang supaya dapat mencapai tujuan di atas, dan KAP
mempertimbangkan perlu tidaknya tambahan ketentuan dalam mencapai tujuan tersebut
(ISQC 1, par 15). Keunggulan dari melakukan prosedur pengendalian mutu dalam
perusahaan termasuk:
a. Standar dari seluruh pekerjaan audit yang diselesaikan tinggi dan konsisten.
b. Auditor yang teregister dianggap sebagai profesional yang mengikuti standar.
c. Mutu dari pekerjaan yang diselesaikan dapat diukur dengan sebuah standar.
d. Individu di dalam perusahaan tahun kalai pekerjaan yang telah mereka selesaikan
dapat diterima.

2.6.3. Kepemimpinan
Dalam melaksanakan pengendalian mutu dimulai dari kepemimpinan yang
mempunyai komitmen kuat terhadap standar etika tertinggi (Tuannakota, 2012).
Tuannakota (2012) menjelaskan pemberian audit dan jasa terkait lain yang bermutu,
sangat penting, hal ini dikarenakan untuk memastikan kepatuhan terhadap standar profesi
dan mengembangkan dan mempertahankan reputasi profesional. Salah satu standar profesi
menyatakan bahwa Auditor wajib merencanakan dan melaksanakan audit dengan
skeptisisme profesional dengan menyadari bahwa mungkin ada situasi yang menyebabkan
laporan keuangan disalahsajikan secara material (ISA 200.15). Oleh karena itu KAP
memiliki peran dalam membantu auditor untuk menumbuhkan skeptisisme profesional
yang tepat (IAPI, 2014).
Gaya kepemimpinan KAP atau “Toneatthe top” memberikan pesan yang konsisten
tentang pentingnya kontrol kualitas mutu atas audit, dimana auditor dalam setiap perikatan
wajib bertanggung jawab atas mutu yang ditugaskan kepada rekan yang bersangkutan
dengan menyediakan dan memelihara pedoman pengendalian mutu KAP dan semua
piranti praktis lainnya yang diperlukan, serta pedoman yang diperlukan untuk mendukung

15
mutu perikatan. Komitmen rekan terhadap tujuan ini merupakan suatu keharusan jika
KAP ingin berhasil dalam mengembangkan dan memelihara pengendalian mutu, gaya
kepemimpinan yang buruk menimbulkan kesan tidak profesional, mendorong pemberian
layanan yang buruk, berpotensi tuntutan hukum, sanksi regulator, kehilangan reputasi, dan
tentunya akan berdampak pada kualitas hasil audit (Permana & Satyawan, 2018).

2.7. Contoh Kasus

PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk - Ernst Young

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menilai, PT Ernst Young Indonesia (EY)


melanggar UU Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, karena perusahaan jasa
konsultasi keuangan ini telah melakukan audit investigasi terhadap Laporan Keuangan PT
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) Tahun Buku 2017.
Penilaian itu disampaikan Anggota Majelis Kehormatan IAI, Anton Silalahi di
Jakarta, Senin (8/4). "Audit investigasi itu termasuk jasa asurans. Dan, itu merupakan
tugas akuntan publik sebagaimana tercantum di UU Akuntan Publik," kata Anton.
Anton memandang, keputusan Erns Young yang melakukan audit investigasi terhadap
Laporan Keuangan AISA
Tahun Buku 2017 tersebut telah melanggar UU Akuntan Publik. "Itu hanya Delik
Biasa dan bukan Delik Aduan. Tetapi memang, sayangnya ada penyidik yang kurang
paham UU Akuntan Publik," imbuhnya.Lebih lanjut Anton menjelaskan, pada Pasal 3 UU
Akuntan Publik menyebutkan bahwa akuntan publik memberikan jasa asurans yang
meliputi jasa audit informasi keuangan historis, jasa review atas informsi keuangan
historis dan jasa asurans lainnya. Sehingga, ujar Anton, jasa asurans hanya dapat diberikan
oleh akuntan publik. "Audit investigasi itu juga jasa asurans. Sayangnya, EY itu bukan
akuntan publik," ujarnya. Sebagaimana diketahui, Ernst Young Indonesia berafiliasi
dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwantono, Sungkoro Surja. Sementara itu,
menurut Anton, pada Pasal 57 ayat (2) menyebutkan bahwa setiap orang yang bukan
akuntan publik, tetapi menjalankan profesi akuntan publik dan bertindak seolah-olah
sebagai akuntan publik, maka bisa dipidana penjara paling lama enam tahun dan pidana

16
denda maksimal Rp500 juta. "Ernst Young (Indonesia) itu melakukan hal yang tidak patut
dan melanggar UU Akuntan Publik," ujar Anton. Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia
(BEI) membantah yang menyebutkan bahwa AISA telah salah menunjuk Kantor Akuntan
Publik untuk melakukan audit investigasi terhadap Laporan Keuangan AISA Tahun 2017.
Menurut Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, pada pekan lalu BEI sudah melakukan
dengar pendapat dengan AISA (manajemen baru), terkait dugaan terjadinya laporan
keuangan ganda yang dilakukan oleh manajemen lama AISA Lebih lanjut inarno
menegaskan, AISA tidak salah menunjuk KAP terkait pelaksanaan audit investigasi
terhadap dugaan laporan keuangan ganda. "Tidak salah tunjuk," kata Inarno di Gedung
BEI Jakarta, Selasa (2/4) ketika ditanya mengenai kemungkinan AISA telah salah
menunjuk auditor investigasi.Perlu diketahui, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
( RUPS -LB) AISA pada akhir 22 Oktober 2018 mengamanatkan agar manajemen AISA
melakukan audit investigasi dengan menunjuk KAP dan/atau Konsultan Hukum
Independen. Pada pelaksanaannya, AISA menunjuk Ernst Young Indonesia. Pada Selasa,
26 Maret 2019, AISA menyampaikan keterbukaan informasi melalui BEI mengenai
"Laporan atas Investigasi Berbasis Data" yang dilakukan Ernst Young. Investigasi tersebut
didasari dugaan adanya laporan keuangan ganda yang dilakukan oleh manajemen lama
AISA .

17
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Standar pekerjaan lapangan mengharuskan audit direncanakan dengan sebaik-


baiknya. Perencanaan audit sangat penting karena ini mengatur urutan setiap tahapan,
mulai dari perencanaan awal sampai pada pengembangan rencana dan pelaksanaan
program audit. Akan tetapi, sebelum melakukan tugas sebagai auditor yaitu memeriksa
laporan keuangan suatu perusahaan dan memberikan opininya, auditor perlu menjalankan
suatu prosedur penerimaan perikatan audit.
Perikatan adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan
perjanjian. Dalam perikatan audit, klien memerlukan jasa auditing mengadakan suatu
ikatan perjanjian dengan auditor. Penerimaan perikatan audit adalah penerimaan
penugasan auditor (dalam jabatannya sebagai partner) untuk melakukan pemeriksaan atas
laporan keuangan perusahaan klien yang dinyatakan dalam surat perikatan audit.
Dalam perikatan jasa profesional, KAP bertanggung jawab untuk mematuhi
SPAP. Untuk memberi keyakinan memadai (reasonable assurance) bahwa KAP dan
personelnya mematuhi standar profesi dan peraturan perundang-undangan, laporan yang
disampaikan oleh KAP atau rekan perikatan sesuai dengan keadaan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adityasih, T. (2017, Januari 16). Sistem Pengendalian Mutu Dalam Kantor Jasa Akuntansi.
Diambil kembali dari Ikatan Akuntansi Indonesia:
http://www.iaiglobal.or.id/v03/files/file_publikasi/IAI-PengendalianMutu(Final).pdf
Arens, A. A., Elder, R. J., Beasley, M. S., & Hogan, C. E. (2017). Auditing and Assurance
Services An Integrated Approach Sixteenth Edition Global Edition. England: Pearson
Education.
I.A.I. (2019). Audit dan Assurans. Diambil kembali dari Ikatan Akuntansi Indonesia:
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/aa
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2013). Standar Pengendalian Mutu Nomor 1. Jakarta:
Institut Akuntan Publik Indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2021). Standar Profesional Akuntan Publik No. 200
(Revisi 2021). Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2021). Standar Profesional Akuntan Publik No. 210
(Revisi 2021). Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2021). Standar Profesional Akuntan Publik No. 220
(Revisi 2021). Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2021). Standar Profesional Akuntan Publik No. 620
(Revisi 2021). Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.
Permana, H. S., & Satyawan, D. M. (2018). Pengaruh Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Mutu
Kap Terhadap Kualitas Hasil Audit. Jurnal Akuntansi AKUNESA, 4 - 9.
Sari, R. P., Hastuti, S., & Ratnawati, D. (2020). Pemeriksaan Akuntansi Berbasis International
Standards On Auditing (ISA). Surabaya: Scopindo Media Pustaka.
Setiawan, I. O. (2015). Hukum Perikatan. Jakarta: Sinar Grafika.
Tuanakotta, T. M. (2012). Audit Berbasis ISA (International Standards on Auditing). Jakarta:
Salemba Empat.

19
20

Anda mungkin juga menyukai