Disusun oleh :
Puji dan Syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Audit
dan Asurans dengan judul makalah “Penerimaan dan Pengelolaan Perikatan Audit”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
siapapun yang membacanya.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3. Tujuan..............................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
2.1. Penerimaan Perikatan.......................................................................................................4
2.1.1. Pengertian.................................................................................................................4
2.1.2. Tahapan Dalam Penerimaan Audit...........................................................................4
2.2. Analisis Risiko.................................................................................................................7
2.3. Sumber Daya Manusia.....................................................................................................9
2.4. Penggunaan Spesialis Dalam Proses Audit.....................................................................10
2.4.1. Definisi...................................................................................................................10
2.4.2. Penentuan Kebutuhan Seorang Pakar Auditor........................................................11
2.5. Surat Perikatan Audit.....................................................................................................11
2.6. Pengelolaan Perikatan....................................................................................................12
2.6.1. Pengendalian Mutu.................................................................................................12
2.6.2. Perlunya Pengendalian Mutu..................................................................................14
2.6.3. Kepemimpinan.......................................................................................................15
2.7. Contoh Kasus.................................................................................................................16
BAB III..........................................................................................................................................18
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan penerimaan perikatan audit;
2. Menjelaskan prosedur dalam penerimaan suatu perikatan audit;
3. Menjelaskan mengenai analisis risiko pada proses penerimaan perikatan
audit;
4. Menjelaskan bagaimana pengelolaan sumber daya manusia dalam proses
audit;
5. Menjelaskan bagaimaan penggunaan spesialis dalam proses audit;
6. Menjelaskan mengenai surat perikatan audit;
7. Menjelaskan mengenai pengelolaan perikatan audit;
8. Menjelaskan seberapa besar diperlukannya suatu pengendalian mutu dalam
proses audit;
9. Menjelaskan bagaimana kepemimpinan dalam proses audit.
BAB II
3
PEMBAHASAN
4
b. Komunikasi dengan pemberi jasa akuntansi professional kepada klien, baik yang
sekarang maupun yang terdahulu.
c. Meminta keterangan dari personil KAP atau pihak ketiga lainnya.
d. Pencarian latar belakang melalui berbagai sumber.
2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko luar biasa
a. Menilai apakah terdapat kondisi yang memerlukan revisi terhadap ketentuan
perikatan audit dan apakah perlu untuk mengingatkan entitas yang bersangkutan
tentang ketentuan perikatan audit yang masih berlaku.
b. Mengidentifikasi apakah terdapat alasan yang memadai untuk melakukan
perubahan dalam ketentuan perikatan audit.
c. Mengidentifikasi apakah kerangka pelaporan keuangan yang akan diterapkan
dalam penyusunan laporan keuangan dapat diterima.
d. Memperoleh persetujuan dari manajemen bahwa manajemen mengakui dan
memahami tanggung jawabnya.
e. Mengidentifikasi apakah terdapat pembatasan ruang lingkup audit oleh
manajemen.
f. Menilai apakah terdapat pertimbangan lainnya dalam penerimaan perikatan audit.
3. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit
a. Pemahaman dan pengalaman praktik atas perikatan audit.
b. Pemahaman standar profesi serta ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.
c. Keahlian teknis (bidang teknologi dan informasi) dan keahlian tertentu (bidang
akuntansi atau audit).
d. Pengetahuan industri yang relevan dengan bidang usaha klien.
e. Kemampuan menggunakan pertimbangan profesional.
f. Pemahaman tentang kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP.
4. Menilai independensi.
a. Memperoleh informasi yang relevan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
hubungan yang menciptakan ancaman terhadap independensi.
5
b. Mengevaluasi informasi tentang pelanggaran yang teridentifikasi apakah
menciptakan pelanggaran terhadap independensi.
c. Melakukan Tindakan yang tepat untuk menghilangkan atau menguranginya ke
tingkat yang dapat diterima.
5. Keputusan untuk menerima atau menolak.
a. Perubahan atas ketentuan perikatan audit dapat diterima atau tidak terdapat
perubahan ketentuan perikatan audit.
b. Tidak terdapat pembatasan ruang lingkup audit.
c. Kerangka pelaporan keuangan klien yang diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan diterima.
d. Manajemen menyetujui tanggung jawabnya.
e. Pertimbangan lainnya dalam penerimaan perikatan telah disetujui bersama
manajemen atau tidak terdapat pertimbangan lainnya dalam penerimaan
perikatan.
6. Membuat surat perikatan.
Surat perikatan audit (audit engagementletter) adalah surat persetujuan antara auditor
dengan kliennya tentang syarat-syarat pekerjaan audit yang akan dilaksanakan oleh
auditor. Bentuk danisi surat perikatan audit dapat bervariasi di antara klien, namun
surat tersebut umumnya berisi:
a. Tujuan audit atas laporan keuangan.
b. Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan.
c. Lingkup audit, termasuk penyebutan undang-undang, peraturan, pernyataan dari
badan professional yang harus dianut oleh auditor.
d. Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor
untuk menyampaikan hasil perikatan.
e. Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan
kecurangan material tidak akan terdeteksi.
f. Pengaturan reproduksi laporan keuangan auditan.
g. Kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan
signifikan dalma pengendalian intern yang ditemukan oleh auditor dalam
auditnya.
6
h. Akses ke berbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan dalam
kaitannya dengan audit.
i. Dasar yang digunakan oleh auditor untuk menghitung fee audit dan pengaturan
penagihannya.
Auditor dapat pula memasukkan hal berikut ini dalam surat perikatan auditnya:
a. Pengaturan berkenaan dengan perencanaan auditnya.
b. Harapan untuk menerima penegasan tertulis dari manajemen tentang representasi
yang dibuat dalam hubungannya dengan audit.
c. Permintaan kepada klien untuk menegaskan bahwa syarat-syarat perikatan telah
sesuai dengan membuat tanda penerimaan surat perikatan audit.
d. Penjelasan setiap surat atau laporan yang diharapkan oleh auditor untuk
diterbitkan bagi kliennya.
7
Tujuan dari tahap penilaian risiko adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko,
dan kemudian menilai apakah risiko-risiko ini mungkin menjadi sebab salah saji yang
material dalam laporan keuangan.
Arens, Elder, Beasley, & Hogan (2017) menyebutkan ada 3 (tiga) macam risiko
yang secara signifikan mempengaruhi pelaksanaan dan biaya audit. Banyak perencanaan
awal dari kesepakatan audit dimulai dengan mengumpulkan informasi untuk membantu
auditor menilai risiko-risiko ini. Tiga macam risiko tersebut adalah diantaranya:
1. Risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk)
Risiko audit yang dapat diterima adalah ukuran seberapa besar kesalahan atau
salah saji laporan keuangan yang dapat diterima oleh auditor setelah audit selesai
dan opini dikeluarkan. Ketika auditor memutuskan risiko rendah untuk risiko audit
yang dapat diterima, artinya auditor ingin lebih yakin bahwa laporan keuangan
tidak mengandung salah saji material. Risiko nol berarti kepastian dan risiko 100
persen berarti ketidakpastian.
2. Risiko bisnis klien (clientbusinessrisk)
Risiko bisnis klien adalah risiko kegagalan entitas dalam mencapai tujuannya atau
melaksanakan strateginya. Risiko bisnis dapat timbul dari faktor-faktor seperti
perubahan yang signifikan dari kondisi industri seperti perubahan peraturan atau
dari kesalahan dalam penentuan strategi. Misalnya, auditor dapat mengidentifikasi
penurunan kondisi ekonomi yang berdampak buruk pada penjualan dan
kolektibilitas piutang.
3. Risiko salah saji material (theriskof material misstatement)
Risiko salah saji material adalah risiko yang terdapat dalam laporan keuangan
berupa salah saji material karena kecurangan atau kesalahan sebelum audit yang
akan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh auditor terutama terkait dengan
penentuan opini atas kewajaran pelaporan keuangan.
8
masalah penilaian, bukti tambahan akan diperlukan untuk penilaian persediaan dan staf
yang lebih berpengalaman akan ditugaskan untuk melakukan pengujian di area ini.
9
b. Memungkinkan KAP atau rekan perikatan untuk menerbitkan laporan yang
sesuai dengan kondisinya.
10
2.4.2. Penentuan Kebutuhan Seorang Pakar Auditor
Seorang pakar auditor mungkin diperlukan untuk membantu auditor dalam satu
atau lebih hal berikut:
Pemerolehan suatu pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internalnya.
Pengidentifikasian dan penilaian risiko-risiko kesalahan penyajian material.
Penentuan dan penerapan respons menyeluruh untuk menilai risiko di tingkat laporan
keuangan.
Desain dan pelaksanaan prosedur audit lanjutan untuk merespons risiko yang telah
dinilai pada tingkat asersi, yang terdiri dari pengujian pengendalian atau prosedur
substantif.
Pengevaluasian kecukupan dan ketepatan bukti audit yang diperoleh dalam
perumusan suatu opini atas laporan keuangan.
11
(e) Pengacuan pada bentuk dan isi laporan yang akan diterbitkan oleh auditor; dan
(f) Suatu pernyataan bahwa terdapat kondisi tertentu yang bentuk dan isi laporannya
mungkin berbeda dengan yang diharapkan.
12
b) Laporan yang diterbitkan KAP atau partnernya, sudah tepat sesuai dengan
situasi yang dihadapi.
Tujuan auditor adalah mengimplementasi prosedur pengendalian mutu pada
tingkat penugasan yang memberikan assurans yang layak bahwa:
a) Auditnya sudah mematuhi standar profesional serta kewajiban hukum /
ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan kewajiban yang ditetapkan
regulator.
b) Laporan auditor yang telah diterbitkan, sudah tepat dalam situasi yang
dihadapi.
Kebijakan dan prosedur pengendalian mutu ditetapkan oleh KAP tergantung dari
berbagai faktor seperti, ukuran, karakteristik operasi dan pertimbangan biaya-manfaat
(ISQC 1, par 4). Secara detail dalam SPM 1 (2013), menyebutkan bahwa sistem
pengendalian mutu terdiri dari 6 (enam) elemen yaitu:
(1) Tanggung jawab kepemimpinan KAP atas mutu: merumuskan prosedur dan
kebijakan yang dapat mengakui pentingnya mutu dengan mendukung budaya internal
saat melaksanakan suatu perikatan, dan dalam kebijakan tersebut pimpinan KAP
harus bertanggung jawab atas mutu KAP secara keseluruhan (SPM 1, 2013).
(2) Ketentuan etika profesi yang berlaku: Merumuskan prosedur dan kebijakan yang
dapat meyakinkan bahwa KAP dan personelnya telah mematuhi semua ketentuan
etika profesi yang berlaku (SPM 1, 2013).
(3) Penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien dan perikatan tertentu:
merumuskan prosedur dan kebijakan dalam penerimaan dan keberlanjutan hubungan
dengan klien dan perikatan tertentu, yang dapat memberikan keyakinan memadai
bahwa KAP hanya akan menerima atau melanjutkan hubungan dengan klien dan
perikatan, jika:
(a) KAP memiliki kompetensi, sumber daya, dan waktu untuk melaksanakan
perikatan;
(b) KAP dapat mematuhi ketentuan etika profesi; dan
13
(c) KAP telah mempertimbangkan integritas klien, dan tidak memiliki informasi
yang dapat mengarahkan KAP untuk menyimpulkan tidak memadainya integritas
klien tersebut (SPM 1, 2013).
(4) Sumber daya manusia: Merumuskan prosedur dan kebijakan yang dapat
memberikan keyakinan yang memadai bahwa KAP telah memiliki total personil yang
cukup atas kemampuan, kompetensi, dan komitmen terhadap prinsip etika profesi
untuk:
(a) Melaksanakan perikatan sesuai dengan standar profesi, serta ketentuan hukum
dan peraturan yang berlaku; dan
(b) Menerbitkan laporan yang tepat dengan kondisinya (SPM 1, 2013).
(5) Pelaksanaan perikatan: Merumuskan prosedur dan kebijakan yang dapat
memberikan keyakinan memadai bahwa perikatan dilaksanakan sesuai ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku, serta telah mengeluarkan laporan yang sesuai
dengan kondisinya. Prosedur dan kebijakan tersebut yaitu:
(a) Hal yang relevan untuk mendukung konsistensi atas kualitas pelaksanaan
perikatan;
(b) Tanggung jawab atas penyeliaan; dan
(c) Tanggung jawab atas penelaahan (SPM 1, 2013).
(6) Pemantauan: merumuskan suatu proses pemantauan yang didesain untuk
memberikan keyakinan bahwa prosedur yang berkaitan dengan sistem pengendalian
mutu sudah relevan dan memadai. Proses pemantauan tersebut harus:
(a) Mencakup evaluasi dan pertimbangan berkesinambungan atas sistem
pengendalian mutu KAP;
(b) Memberikan tanggung jawab terhadap proses pemantauan hanya kepada rekan
atau individu lain di dalam KAP atau di luar KAP yang memiliki wewenang dan
pengalaman yang cukup dan tepat; dan
(c) Mensyaratkan tidak boleh terlibatnya mereka yang melaksanakan perikatan atau
menelaah pengendalian mutu perikatan dalam inspeksi perikatan (SPM 1, 2013).
14
2.6.2. Perlunya Pengendalian Mutu
Untuk memberi keyakinan memadai (reasonable assurance) bahwa KAP dan
personelnya mematuhi standar profesi dan peraturan perundang-undangan, laporan yang
disampaikan oleh KAP atau rekan perikatan sesuai dengan keadaan (ISQC 1, par 11).
Ketentuan SPM dirancang supaya dapat mencapai tujuan di atas, dan KAP
mempertimbangkan perlu tidaknya tambahan ketentuan dalam mencapai tujuan tersebut
(ISQC 1, par 15). Keunggulan dari melakukan prosedur pengendalian mutu dalam
perusahaan termasuk:
a. Standar dari seluruh pekerjaan audit yang diselesaikan tinggi dan konsisten.
b. Auditor yang teregister dianggap sebagai profesional yang mengikuti standar.
c. Mutu dari pekerjaan yang diselesaikan dapat diukur dengan sebuah standar.
d. Individu di dalam perusahaan tahun kalai pekerjaan yang telah mereka selesaikan
dapat diterima.
2.6.3. Kepemimpinan
Dalam melaksanakan pengendalian mutu dimulai dari kepemimpinan yang
mempunyai komitmen kuat terhadap standar etika tertinggi (Tuannakota, 2012).
Tuannakota (2012) menjelaskan pemberian audit dan jasa terkait lain yang bermutu,
sangat penting, hal ini dikarenakan untuk memastikan kepatuhan terhadap standar profesi
dan mengembangkan dan mempertahankan reputasi profesional. Salah satu standar profesi
menyatakan bahwa Auditor wajib merencanakan dan melaksanakan audit dengan
skeptisisme profesional dengan menyadari bahwa mungkin ada situasi yang menyebabkan
laporan keuangan disalahsajikan secara material (ISA 200.15). Oleh karena itu KAP
memiliki peran dalam membantu auditor untuk menumbuhkan skeptisisme profesional
yang tepat (IAPI, 2014).
Gaya kepemimpinan KAP atau “Toneatthe top” memberikan pesan yang konsisten
tentang pentingnya kontrol kualitas mutu atas audit, dimana auditor dalam setiap perikatan
wajib bertanggung jawab atas mutu yang ditugaskan kepada rekan yang bersangkutan
dengan menyediakan dan memelihara pedoman pengendalian mutu KAP dan semua
piranti praktis lainnya yang diperlukan, serta pedoman yang diperlukan untuk mendukung
15
mutu perikatan. Komitmen rekan terhadap tujuan ini merupakan suatu keharusan jika
KAP ingin berhasil dalam mengembangkan dan memelihara pengendalian mutu, gaya
kepemimpinan yang buruk menimbulkan kesan tidak profesional, mendorong pemberian
layanan yang buruk, berpotensi tuntutan hukum, sanksi regulator, kehilangan reputasi, dan
tentunya akan berdampak pada kualitas hasil audit (Permana & Satyawan, 2018).
16
denda maksimal Rp500 juta. "Ernst Young (Indonesia) itu melakukan hal yang tidak patut
dan melanggar UU Akuntan Publik," ujar Anton. Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia
(BEI) membantah yang menyebutkan bahwa AISA telah salah menunjuk Kantor Akuntan
Publik untuk melakukan audit investigasi terhadap Laporan Keuangan AISA Tahun 2017.
Menurut Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, pada pekan lalu BEI sudah melakukan
dengar pendapat dengan AISA (manajemen baru), terkait dugaan terjadinya laporan
keuangan ganda yang dilakukan oleh manajemen lama AISA Lebih lanjut inarno
menegaskan, AISA tidak salah menunjuk KAP terkait pelaksanaan audit investigasi
terhadap dugaan laporan keuangan ganda. "Tidak salah tunjuk," kata Inarno di Gedung
BEI Jakarta, Selasa (2/4) ketika ditanya mengenai kemungkinan AISA telah salah
menunjuk auditor investigasi.Perlu diketahui, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
( RUPS -LB) AISA pada akhir 22 Oktober 2018 mengamanatkan agar manajemen AISA
melakukan audit investigasi dengan menunjuk KAP dan/atau Konsultan Hukum
Independen. Pada pelaksanaannya, AISA menunjuk Ernst Young Indonesia. Pada Selasa,
26 Maret 2019, AISA menyampaikan keterbukaan informasi melalui BEI mengenai
"Laporan atas Investigasi Berbasis Data" yang dilakukan Ernst Young. Investigasi tersebut
didasari dugaan adanya laporan keuangan ganda yang dilakukan oleh manajemen lama
AISA .
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
Adityasih, T. (2017, Januari 16). Sistem Pengendalian Mutu Dalam Kantor Jasa Akuntansi.
Diambil kembali dari Ikatan Akuntansi Indonesia:
http://www.iaiglobal.or.id/v03/files/file_publikasi/IAI-PengendalianMutu(Final).pdf
Arens, A. A., Elder, R. J., Beasley, M. S., & Hogan, C. E. (2017). Auditing and Assurance
Services An Integrated Approach Sixteenth Edition Global Edition. England: Pearson
Education.
I.A.I. (2019). Audit dan Assurans. Diambil kembali dari Ikatan Akuntansi Indonesia:
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/aa
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2013). Standar Pengendalian Mutu Nomor 1. Jakarta:
Institut Akuntan Publik Indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2021). Standar Profesional Akuntan Publik No. 200
(Revisi 2021). Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2021). Standar Profesional Akuntan Publik No. 210
(Revisi 2021). Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2021). Standar Profesional Akuntan Publik No. 220
(Revisi 2021). Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2021). Standar Profesional Akuntan Publik No. 620
(Revisi 2021). Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.
Permana, H. S., & Satyawan, D. M. (2018). Pengaruh Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Mutu
Kap Terhadap Kualitas Hasil Audit. Jurnal Akuntansi AKUNESA, 4 - 9.
Sari, R. P., Hastuti, S., & Ratnawati, D. (2020). Pemeriksaan Akuntansi Berbasis International
Standards On Auditing (ISA). Surabaya: Scopindo Media Pustaka.
Setiawan, I. O. (2015). Hukum Perikatan. Jakarta: Sinar Grafika.
Tuanakotta, T. M. (2012). Audit Berbasis ISA (International Standards on Auditing). Jakarta:
Salemba Empat.
19
20