Disusun Oleh:
Kelompok 2
Aset tidak lancar (long-term asset) atau disebut juga aset jangka panjang, adalah jenis aset yang
diharapkan dapat digunakan selama lebih dari satu tahun. Contohnya adalah gedung, alat
produksi, investasi jangka panjang, serta aset tidak berwujud. Aset berwujud yang tidak lancar
sering pula disebut sebagai aset tetap (fixed asset). Terdapat empat kriteria yang diklasifikasi
sebagai aset tidak lancar, yaitu properti investasi, aset tetap, aset takberwujud, aset biologis yang
bersifat jangka panjang. Properti investasi dalam PSAK 13 yaitu properti (tanah atau bangunan
atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessel
penyewa melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau
kedua-duanya. Aset tetap menurut PSAK 16 adalah aset berwujud yang dimiliki untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak
lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode. Aset takberwujud menurut PSAK 19 yaitu aset non-moneter yang dapat diidentifikasi
tanpa wujud fisik. Aset biologis dalam PSAK 69 didefinisikan sebagai hewan atau tanaman
hidup.
Kata kunci: aset tidak lancar, properti investasi, aset tetap, aset takberwujud, dan aset biologis.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Aset Tidak Lancar” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bpk. Bachtiar
Asikin, S.E., M.M., Ak., C.A. pada mata kuliah “Pelaporan Korporat”. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Bachtiar Asikin selaku dosen mata kuliah
pelaporan korporat yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK.......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.2.2. Pengakuan......................................................................................................................4
2.2.8. Transfer..........................................................................................................................7
2.2.9. Penyajian........................................................................................................................7
2.2.10. Pengungkapan..............................................................................................................8
iii
2.3.2. Biaya Selanjutnya.........................................................................................................13
2.4.1. Karakteristik.................................................................................................................15
2.4.7. Pengungkapan..............................................................................................................18
2.6.3. Penyajian..........................................................................................................................24
iv
2.8.3. Bagaimana Saldo Kredit Yang Dihasilkan Dari Transaksi Pengalihan Dicatat?.............29
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................46
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Terdapat beberapa sumber dari definisi aset, diantaranya adalah menurut FASB.
FASB mendefinisikan aset dalam kerangka konseptualnya (SFAC No. 6, prg. 25)
sebagai manfaat ekonomik masa mendatang yang cukup pasti yang diperoleh atau
dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Hampir sama dengan itu IASC juga mendefinisi aset sebagai suatu sumber daya yang
dikendalikan oleh perusahaan sebagai hasil kejadian masa lalu yang mana manfaat
ekonomis masa depan diharapkan didapatkan oleh perusahaan. Sumber lain, yaitu
AASB, mendefinisi aset sebagai potensial jasa atau manfaat ekonomis yang
dikendalikan oleh pelaporan entitas sebagai hasil transaksi masa lalu atau kejadian masa
lalu lainnya. APB No. 4 membedakan aset menjadi sumber ekonomik dan nonsumber
ekonomik.
Aset sendiri oleh IFRS didefinisikan sebagai suatu sumber yang dikendalikan oleh
entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu (misalnya pembelian atau penciptaan
sendiri) dan dari manfaat ekonomik masa depan (arus kas masuk atau aset lain-lain)
yang diharapkan. Maka dari itu untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus
memiliki manfaat ekonomik di masa datang yang cukup pasti. Manfaat ekonomik ini
ditunjukkan oleh potensi jasa atau utilitas yang melekat padanya sebagai suatu daya atau
kapasitas langka yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk
mendapatkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik.
1
Disamping manfaat ekonomik, suatu objek bisa dikatakan sebagai aset, objek tersebut
tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Artinya, untuk
memiliki aset harus terdapat proses yang disebut dengan transfer kepemilikan. Karena
banyaknya ketentuan mengenai aset, maka makalah ini disusun untuk mengetahui lebih
dalam mengenai aset terutama aset tidak lancar sesuai PSAK.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.
3
c. Properti yang digunakan sendiri, termasuk properti yang dikuasai untuk
digunakan di masa depan sebagai properti yang digunakan sendiri, properti
yang dimilik untuk pengembangan di masa depan dan penggunaan
selanjutnya sebagai properti yang digunakan sendiri, properti yang
digunakan oleh karyawan, dan properti yang digunakan sendiri yang
menunggu untuk dijual.
d. Properti yang disewakan kepada entitas lain dengan cara sewa pembiayaan
contohnya Gedung kantor yang dileasingkan.
2.2.2. Pengakuan
Biaya perolehan investasi harus diakui sebagai asat jika dan hanya jika:
a. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan
aset tersebut akan mengalir ke entitas; dan
b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
4
Jika aset yang diperoleh tersebut tidak dapat diukur dengan nilai wajar.
Maka biaya perolehan properti investasi diukur dengan jumlah tercatat dari
aset yang diserahkan.
5
kas diskontoan) tidak tersedia. Dalam kasus tersebut maka entitas menerapkan
madal biaya berdasarkan PSAK 16 untuk properti investasi tersebut. Nilai residu
dari properti investasi harus diasumsikan nol, dan untuk semua properti investasi
lainnya tetap diukur berdasarkan nilai wajar.
6
Sama seperti pelepasan aset tetap, jika pembayaran atas properti investasi
ditangguhkan maka imbalan yang diterima pada awalnya diakui sebesar setara
harga tunai dan selisih antara jumlah nominal dari imbalan dan nilai yang setara
dengan harga tunai diakui sebagai pendapatan bunga.
2.2.8. Transfer
Apabila tujuan dari penggunaan aset mengalami perubahan maka perlu dilakukan
transfer klasifikasi. Transfer ke atau dari properti investasi dilakukan jika, dan
hanya jika, terdapat perubahan penggunaan yang ditunjukan sebagai berikut:
a. Dimulainya penggunaan oleh pemilik. Maka perlu ditransferdari properti
investasi menjadi properti yang digunakan sendiri.
b. Dimulainya pengembangan untuk dijual. Dala hal ini terjadi perubahan dari
properti investasi menjadi persediaan.
c. Berakhirnya pemakaian oleh pemilik dan aset tersebut digunakan untuk tujuan
rental atau kenaikan nilai atau keduanya. Perubahan ini menyebabkan transfer
dari properti yang digunakan sendiri menjadi proprti investasi.
d. Dimulainya sewa operasi ke pihak lain dari sebelumnya digunakan untuk
dijual, maka ditransfer dari persediaan menjadi properti investasi.
e. Berakhirnya pembangunan atau pengembangan dan akan digunakan untuk
tujuan properti investasi. Untuk kasus ini ditransfer dari properti yang sedang
dibangun atau dikembangkan (dicakup di PSAK 16) menjadi properti
investasi.
2.2.9. Penyajian
Properti investasi disajikan bagian dari aset tidak lancar didalam laporan posisi
keuangan (neraca). Berikut adalah ilustrasi penyajian properti investasi di
laporkan posisi keuangan (neraca) PT Semen Gresik Tbk. Dan anak perusahaan
per31 Desember 2010 dan 2009.
7
2010 Catatan / 2009
Notes
Aset
Properti Invertasi 2.752.700 2g, 12 17.643.758 Investment
– Bersih Property - Net
2.2.10. Pengungkapan
Entitas mengungkapan antara lain sebagai berikut.
a. Apakah entitas tersebut menerapkan model nilai wajar atau model biaya.
b. Jika menerapakan model nilai wajar, apakah, dan dalam keadaan bagaimana,
hak atas properti yang dikuasai dengan cara sewa operasi diklasifikasikan dan
dicatat sebagai properti investasi.
c. Apabila pengklasifikasian ini sulit dilakukan, kriteria yang digunakan untuk
membedakan properti investasi dengan properti yang digunakan sendiri dan
dengan properti yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
d. Metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam menentukan nilai wajar
dari properti investasi, yang mencakup pernyataan apakah penentuan nilai
wajar tersebut didukung oleh bukti pasar atau lebih banyak berdasarkan faktor
lain (yang harus diungkapkan oleh entitas tersebut) karena sifat propert
tersebut dan keterbatasan data pasar yang dapat diperbandingkan.
e. Sejauh mana penentuan nilai wajar properti investasi (yang diukur atau
diungkapkan dalam laporan keuangan) didasarkan atas penilaian oleh penilai
independen yang diakui dan memiliki kualifikasi professional yang relevan
serta memiliki pengalaman mutakhir di lokasi dan kategori properti investasi
yang dinilai. Apabila tidak ada penilaian seperti itu, hal tersebut harus
diungkapkan.
f. Jumlah yang diakui dalam laporan laba rugi komperhensif untuk:
1. penghasilan rental dari property investasi.
2. beban operasi langsung (mencakup perbaikan dan pemeliharaan) yang
timbul dari properti investasi yang menghasilkan pendapatkan rental
selama periode tersebut;
8
3. beban operasi langsung (mencakup perbaikan dan pemeliharaan) yang
timbul dari properti investasi yang tidak menghasilkan pendapatkan
rental selama periode tersebut; dan
4. perubahan kumulatif dalam nilai wajar yang diakui dalam laporan laba
rugi komprehensif atas penjualan properti investasi dari sekelompok
aset yang mana model biaya digunakan ke kelompok yang
menggunakan model nilai wajar.
g. Eksistensi dan jumlah pembatasan atas realisai dari property investasi atau
pembayaran penghasilan dan hasil pelepasan.
h. Kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun atau mengembangkan
properti investasi atau untuk perbaikan, pemeliharaan atau peningkatan.
9
Ketika suatu penilaian terhadap property investasi disesuaikan secara
signifikan untuk tujuan pelaporan keuangan ,misalnya untuk menghindari
penghitungan ganda atau asset atau kewajiban yang diakui sebagai asset dan
kewajiban terpisah,maka entitas tersebut mengungkapkan rekonsiliasi anatara
penilaian tersebuat dan penilaian yang telah disesuaikan yang dilaporkan dalam
laporan keuangan,dengan menunjukkan cara terpisah jumlah agregat dari
pengakuan kewajiban sewa yang telah ditambahakan kembali,dan penyesuaian
signifikan lain.
Dalam kasus-kasus entitas tidak dapat menetukan nilai wajar secara andal, jika
suatu entitas mengukur property investasi dengan menggunakan model biaya
sesuai dengan PSAK 16, rekonsiliasi yang disyaratkan harus mengungkapkan
jumlah yang terkait dg property investasi tsb secara terpisah dari jumlah yang
terkait dg property investasi lainnya.
10
d. Rekonsiliasi jumlah tercatat properti investasi pada awal dan akhir periode,
yang menunjukkan:
1. Penambahan, pengungkapan terpisah untuk menambahkan yang
dihasilkan dari akuisisi dan penambahan pengeluaran setelah perolehan
yang diakui sebagai aset;
2. Penambahan yang dihasilkan dari akuisisi melalui penggabungan
usaha;
3. Aset yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau masuk
dalam kelompok yang akan dilepaskan yang diklasifikasi sebagai
dimiliki untuk dijual yang dinilai dengan jumlah tercatat atau nilai jual
dikurangi beban penjualan, mana yang lebih rendah dan pelepasan
lain;
4. Penyusutan;
5. Jumlah dan rugi penurunan nilai yang diakui, dan jumlah pemulihan
rugi penurunan nilai, selama satu periode sesuai PSAK 48 penurunan
Nilai Aset;
6. Perbedaan nilai tukar neto yang timbul pada penjabaran laporan
keuangan dari mata uang fungsional menjadi mata uang penyajian
yang berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri
menjadi mata uang penyajian dari entitas pelaporan;
7. Transfer ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan sendiri;
dan
8. Perubahan lain.
e. Nilai wajar properti investasi.
Jika entitas tidak dapat menentukan nilai wajar properti investasi secara andal,
entitas mengungkapkan:
1. Uraian properti investasi;
2. Penjelasan mengapa nilai wajar tidak dapat ditentukan secara andal;
dan
3. Apabila mengkin, kisaran estimasi di mana nilai wajar kemungkinan
besar berada.
11
2.3. Aset Tetap
Menurut PSAK 16, aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki dan digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain atau untuk
tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
2.3.1 Pengakuan Biaya Perolehan Awal Aset Tetap
Menurt PSAK 16. untuk dapat dikapitalisasi ke dalam aset tetap, biaya perolehan
awal aset tetap harus memenuhi dua kriteria kapitalisasi, yaitu kemungkinan besar
manfaat ekonomis aset akan mengalir ke perusahaan di masa mendatang dan biaya
perolehannya dapat diukur secara andal.
Yang termasuk dalam komponen biaya perolehan aset tetap meliputi harga
perolehan, biaya yang dapat diatribusikan langsung dan estimasi biaya
pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi (dismantling cost).
Yang dimaksud dengan biaya yang dapat diatribusikan langsung meliputi:
a. biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dalam pembangunan atau
akuisis aset tetap
b. biaya penyiapan lahan untuk pabrik
c. biaya penanganan dan penyerahan awal
d. biaya perakitan dan instalasi
e. biaya pengujian asset
f. komisi professional
12
g. biaya relokasi dan reorganisasi sebagian atau seluruh operasi entitas
13
2.3.4. Nilai Wajar
Nilai wajar menurut PSAK adalah nilai dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau
suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk
melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction). Nilai wajar bukanlah nilai
yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi yang dipaksakan,
lukuidasi yang dipaksanakan atau penjualan akibat kesulitan keuangan.
Sementara jika jumlah tercatat aset tetap menurun sebagai akibat revaluasi, maka:
14
2.3.6. Penghentian Pengakuan
Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan atau saat
tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diekspektasikan dari
penggunaan atau pelepasannya.
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap
ditentukan selisih antara jumlah hasil pelepasan neto jika ada dan jumlah tercatatnya.
2.4.1. Karakteristik
Ada tiga karakteristik mendasar untuk bisa menentukan apakah pengeluaran
sumber daya maupun penciptaan liabilitas yang dilakukan oleh entitas dalam
perolehan, pengembangan, pemeliharaan atau peningkatan sumber daya tak
berwujud dapat dikategorikan sebagai aset tak berwujud. Ketiga karakteristik
mendasar tersebut adalah:
a. Keteridentifikasian (identifiability)
Dalam definisi aset tidak berwujud terdapat kriteria bahwa keteridentifikasian aset
tidak berwujud harus dapat dibedakan secara jelas dengan goodwill. Goodwill
dalam sebuah kombinasi bisnis diakui sebagai aset yang menggambarkan manfaat
ekonomis di masa depan yang muncul dari aset lain yang diakuisisi dalam
kombinasi bisnis tersebut yang tidak didefinisikan secara individual dan diakui
secara terpisah.
Suatu aset dikatakan dapat diidentifikasi jika:
1. Dapat pisahkan, yaitu dapat dipisahkan atau dibedakan dari entitas dan dijual,
dipindahkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan, baik secara tersendiri
15
atau bersama-sama dengan kontrak terkait, aset atau liabilitas teridentifikasi,
terlepas dari apakah entitas bermaksud untuk melakukan hal tersebut; atau
2. Timbul dari kontrak atau hak legal lainnya, terlepas dari apakah hak tersebut
dapat dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak-hak dan
kewajibankewajiban lainnya.
b. Pengendalian (control)
Entitas mengendalikan aset jika entitas memiliki kemampuan untuk memperoleh
manfaat ekonomis masa depan yang timbul dari aset tersebut dan dapat
membatasi akses pihak lain dalam memperoleh manfaat ekonomis tersebut.
Manfaat ekonomis masa depan tersebut dapat mencakup pendapatan dari
penjualan barang atau jasa, penghematan biaya atau manfaat lain yang berasal
dari penggunaan asset tersebut. Kemampuan entitas untuk mengendalikan
manfaat ekonomis masa depan dari suatu asset tidak berwujud biasanya timbul
dari hak legal yang memiliki kekuatan dalam suatu pengadilan.
c. Manfaat ekonomis masa depan (future economic benefits)
Dalam beberapa kondisi aset tidak berwujud mempunyai elemen fisik sehingga
perlu pertimbangan untuk menentukan apakah suatu aset tersebut mempunyai
elemen fisik sehingga perlu pertimbangan untuk menentukan apakah suatu aset
tersebut merupakan aset berwujud atau tidak berwujud. Keuntungan ekonomis di
masa depan, mencakup:
1. Pendapatan dari penjualan barang atau jasa
2. Penghematan biaya, atau
3. Manfaat lain dari penggunaan asset tersebut
16
b. Estimasi terbaik manajemen. Pengeluaran yang tidak memenuhi kriteria
pengakuan diakui sebagai beban Aset tidak berwujud pada awalnya harus diakui
sebesar biaya perolehan.
17
Dalam Laporan Posisi Keuangan, asset tidak berwujud termasuk dalam asset tak
lancar. Dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif, penyajian beban amortisasi dan
kerugian dari penurunan nilai tersebut berhubungan dengan operasi tidak
berkelanjutan (discontinued operations).
2.4.7. Pengungkapan
Pengungkapan umum:
a. Aset yang dihasilkan internal dengan yang lainnya
b. Masa manfaat terbatas atau tak terbatas
c. Metode amortisasi
d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi dengan akumulasi penurunan
nilai pada awal dan akhir periode
e. Unsur – unsur dalam laporan pendapatan komprehensif
f. Penambahan, Penurunan, kerugian penurunan nilai, amortisasi yang diakui,
perubahan lainnya pada jumlah tercatat selama periode.
g. Untuk aset tak berwujud tak terbatas
a. Jumlah tercatat
b. Alasan yang mendukung masa manfaat tak terbatas
h. Untuk yang menggunakan model revaluasi
a. Tanggal efektif revaluasi
b. Jumlah tercatat yang direvaluasi
c. Jumlah tercatat yang diakui apabila diukur dengan metode biaya
d. Jumlah surplus revaluasi awal dan akhir periode
e. Metode dan asumsi dalam mengestimasi nilai wajar asset
i. Nilai keseluruhan biaya riset dan pengembangan yang diakui sebagai biaya
selama periode
18
PSAK 69, aset biologis didefinisikan sebagan hewan atau tanaman hidup. Namun tidak
semua aset biologis diatur di PSAK 69. Tanaman produktif, seperti tanaman kelapa sawit,
karet, tunduk terhadap peraturan dalam PSAK 16. Jadi dapat disimpulkan bahwa PSAK
69 mengatur ketentuan akuntansi untuk semua jenis tanaman hidup, kecuali tanaman
produktif.
Berikut contoh bukan tanaman produktif sehingga tunduk terhadap PSAK 69:
1. Tanaman yang ditanam untuk digunakan sebagai produk agrikultur, misalnya: pohon
yang ditanam untuk digunakan sebagai pemotong kayu.
2. Tanaman yang dibudidayakan untuk menghasilkan produk agrikultur, namun terdapat
keungkinan bahwa tanaman tersebut akan dipanen sebagai produk agrikultur,
misalnya: tanaman yang ditanam untuk buah dan potongan kayu.
3. Tanaman semusim (annual crops), misalnya: jagung dan gandum.
Aset biologis diukur pada pengakuan awal sebesar nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual. Disetiap akhir periode pelaporan, nilai aset biologis harus diukur kembali
pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual pada tanggal pelaporan. Keuntungan
atau kerugian yang timbul, baik pada saat pengukuran awal maupun pengukuran
selanjutnya, diakui dalam laba rugi pada periode selanjutnya.
Pengukuran aset biologis sangat erat kaitannya dengan nilai wajar. Pengukuran nilai
wajar dapat didukung dengan melakukan pengelompokkan aset biologis sesuai
dengan atribut yang signifikan, seperti berdasarkan usia atau kualitas dari aset
biologis. Perusahaan dapat memilih atribut yang sesuai dengan atribut yang
digunakan di pasar sebagai dasar penentuan harga.
19
Biaya perolehan terkadang mendekati nilai wajar aset biologis ketika salah satu
kondisi berikut terpenuhi:
1. Sedikit transformasi biologis yang telah terjadi sejak timbulnya biaya awal,
misalnya bibit yang baru ditanam mendekati akhir periode pelaporan atau ternah
yang bru mendekati akhir periode pelaporan, atau
2. Dampak transformasi biologis pada harga tidak diharapkan material, misal untuk
pertumbuhan awal dala suatu siklus 30 tahunan dari produksi perkebunan pinus.
Terkadang terdapat aset biologis yang secara fisik melekat pada tanah, misal
pepohonan dalam hutan. Seringkali tidak tersedia harga pasar terpisah untuk aset
biologis, tetapi terdapat harga pasar gabungan aset biologis dengan tanah yang
dilekati. Informasi tentang harga pasar gabungan dapat digunakan untuk menentukan
nilai wajar aset biologis dengan mengurangi nilai pasar gabungan dengan nilai wajar
tanah yang belum dikembangan dan pengembangan tanah.
Pengukuran aset biologis pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual sering
terkendala ketika perusahaan tidak mampu mengukur nilai wajar secara andal.
Ketidakmampuan perusahaan untuk mengukur nilai wajar secara andal harus
dibuktikan dengan tidak tersedianya harga kuotasi pasar dan alternative pengukuran
nilai wajar secara jelas tidak dapat diandalkan pada saat pengakuan awal. Ketika
kondisi ini terjadi, maka aset biologis diukur pada biaya perolehan dikurangi dengan
akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai.
Asumsi bahwa nilai wajar aset biologis tidak dapat diukur secara andal harus
dibuktikan pada pengakuan awal. Sebagai konsekuensinya, ketika suatu aset biologis
sebelumnya telah diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, maka
selanjutnya aset biologis tersebut harus tetap diukur pada nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual sampai pada saat pelepasan.
20
Hibah pemerintah terkait aset biologis dapat dikelompokkan menjadi dua perlakuan
akuntansinya:
1) Hibah pemerintah terkait dengan aset biologis yag diukur pada nilai wajar
dikurangi untuk menjual. Jika hibah yang diberikan tanpa syarat, maka hibah
pemerintah akan diakui dalam laba rugi jika hibah tersebut menjadi piutang. Pada
saat hibah pemerintah mensyaratkan perusahaan untuk tidak terlibat dalam
aktivitas agrikultur tertentu, maka hibah tersebut diakui laba rugi jika kondisi
yang melekat pada hibah tersebut telah terpenuhi. Namun ketika persyaratan
memperkenankan sebagian dari hibah untuk dipertahankan sesuai dengan waktu
yang telah berlalu, maka perusahaan mengakui bagian tersebut dalam laba rugi
seiring berjalannya waktu.
2) Hibah pemerintah terkait dengan aset biologis yang diukur pada biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai
Jika hibah pemerintah terkait dengan aset biologis yang diukur pada biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai, maka
perusahaan ketentuan pencatatan hibah pemerintah di PSAK 61: Akuntansi Hibah
Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah. Perusahaan mengakui hibah
pemerintah diakui dalam laba rugi dengan dasar yang sistematis selama periode
perusahaan mengakui beban atas biaya terkait yang dimaksudkan akan
dikompensasikan dengan hibah.
21
mineral, seperti yang terjad sebelum perusahaan pertambangan memerolah hak hukum
untuk mengeksploitasi tambang di suatu wilayah. PSAK 64 juga tidak mengatur tentang
pengeluaran yang terjadi setelah aktivtas eksploitasi dan evaluasi, yaitu pengeluaran
setela perolehan bukti kelayakan teknis dan komersial atas pengembangan sumber daya
mineral di suatu wilayah.
22
PSAK 57: Provisi, Liabilitas Kontijensi, dan Aset Kontijensi. Provisi ini sering juga
disebut dengan istilah Asset Retirement Obligation (ARO).
23
4) Keberadaan data yang cukup mengindikasikan bahwa, meskipun
pengembangan pada suatu wilayah tertentu sedang dalam proses pengerjaan,
jumlah tercatat aset eksplorasi dan evaluasi tidak dapat terpenuhi seluruhnya
dari keberhasilan pengembangan atau penjualan aset tersebut.
2.6.3. Penyajian
Perusahaan menyajikan aset eksplorasi dan evaluasi sesuai dengan klasifikasinya,
yaitu aset berwujud atau aset takberwujud. Klasifikasi ini mencerminkan sifat dari
aset yang diperoleh. Jika aset berwujud digunakan untuk menghasilkan aset
takberwujud, maka jumalah yang mencerminkan penggunaan aset berwujud tersebut
diakui sebagai bagian dari perolehan aset takberwujud. Namun, penggunaan aset
berwujud untuk menghasilkan aset takberwujud tidak mengubah klasifikasi aset
berwujud menjadi aset takberwujud.
Jika kegiatan eksplorasi dan evauasi sampai pada tahap perolehannya kelayakan
teknis dan komersial atas penambangan sumber daya mineral, maka aset eksplorasi
dan evaluasi harus direklasifikasi dan tidak lagi disajikan sebagai aset eksplorasi dan
evaluasi dlam Laporan Posisi Keuangan. Sesaat sebelum direklasifikasi, dilakukan
uji penurunan atau nilai aset eksplorasi dan evaluasi tersebut.
24
Kondisi dimana perusahaan telah menerima aset yang menjadi hibah pemerintah
bukan berarti bahwa perusahaan sudah dapat mengakui aset tersebut sebagai aset
perusahaan. Perusahaan harus memastikan bahwa terdapat bukti yang dipersyaratkan
atau melekat pada hibah pemerintah tersebut akan dapat dipenuhi oleh perusahaan.
Ketika kedua kriteria diatas telah terpenuhi, maka perusahaan akan mengakui aset
tidak lancar pada nilai wajar aset tersebut. Dalam PSAK 61 paragraf 23 disebutkan
terdapat alternatif pengukuran selain nilai wajar yaitu pada nilai nominal.
Penentuan periode dimana perusahaan mengakui beban atas biaya yang terkait
dengan hibah seringkali tidak mudah. Untuk aset tidak lancar yang disusutkan,
pendapatan ditangguhkan akan diamortisasikan selama periode penyusutan aset
tersebut. Untuk aset tidak lancar yang tidak disusutkan, seperti tanah, maka
amortisasi biaya untuk memenuhi kewajiban yang dipersyaratkan dalam hibah
tersebut. Sedangkan contoh, perusahaan menerima hibah pemerintah berupa tanah.
Perusahaan disyaratkan untuk membangun gedung di atas tanah tersebut. Maka
pendapatan ditangguhkan yang diakui atas hibah akan diakui dalam laba rugi selama
umur manfaat gedung tersebut.
Pengukuran selanjutnya aset tidak lancar yang diterima melalui hibah pemerintah
mengacu pada PSAK terkait. Misal, ketika perusahaan menerima hibah berupa tanah
atau bangunan yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan, maka
perusahaan dapat memilih untuk menerapkan model biaya atau model revaluasi
untuk pengukuran selanjutnya. Jika aset yang diterima perusahaan kemudian
25
disewakan kepada pihak ketiga melalui sewa operasi, maka pengukuran selanjutnya
mengacu ketentuan di PSAK 13: Properti Investasi.
Proses pembangunan gedung berlangsung selama 10 bulan dan gedung siap untuk
digunakan pada 31 Desember 2018. PT ENL memperkirakan umur manfaat atas
gedung tersebut adalah 20 tahun. PT ENL memiliki menerapkan model biaya untuk
pengukuran aset tetapnya.
Pertanyaan: Kapan PT ENL boleh mengakui hibah pemerintah tersebut sebagai aset
PT ENL? Dan bagaimana jurnal yang harus dibuat terkait dengan hibah pemerintah
tersebut?
Jawaban:
Pada 1 Januari 2018 perusahaan belum mengakui hibah yang diterima karena syarat
pertama pengakuan hibah belum terpenuhi, yaitu dengan adanya keyakinan yang
memadai terkait dengan pemenuhan kewajiban yang melekat pada hibah tersebut.
Bukti bahwa PT ENL akan memenuhi kewajiban yang dipersyaratkan diperoleh pada
1 Maret 2018, maka hibah baru diakui pada 1 Maret 2018 pada nilai wajarnya.
Berikut jurnal yang dibuat pada 1 Maret 2018 adalah sebagai berikut:
26
1 Maret 2018 – Perolehan Hibah Pemerintah
Jurnal amortisasi pendapatan ditangguhkan di atas dibuat setiap akhir tahun selama
umur manfaat gedung (20 tahun).
27
Dalam rangka memenuhi kebutuhan akses jaringan listrik, perusahaan real estate
disyaratkan untuk mengkonstruksi gardu listrik yang kemudian dialihkan ke perusahaan
listrik yang bertanggungjawab atas transmisi listrik. Perusahaan listrik kemudian
menggunakan gardu listrik tersebut untuk menghubungkan setiap rumah dalam
perumahan ke jaringan listrik. Berdasarkan regulasi, perusahaan listrik memiliki
kewajiban untuk menyediakan akses berkelanjutan ke jaringan untuk menyediakan akses
berkelanjtan ke jaringan untuk semua pengguna jaringan listrik pada harga yang sama,
terlepas apakah mereka mengalihkan aset.
Pengalihan aset tetap dari pelanggan diatur dalam ISAK 27: Pengalihan Aset dari
Pelanggan. Terdapat empat permasalahan terkait dengan aset dari pelanggan yang diatur
dalam ISAK 27, yaitu:
1) Apakah aset alihan memenuhi definisi aset?
2) Bagaimana aset alihan diukur pada saat pengakuan awal?
3) Bagaimana saldo kredit yang dihasilkan dari transaksi pengalihan dicatat?
4) Bagaimana perusahaan mencatat pengalihan kas dari pelanggannya?
28
2.8.2. Bagaimana Aset Alihan Diukur saat Pengakuan Awal?
Ketika perusahaan memiliki pengendalian atas aset alihan, maka perusahaan
mengakui aset alihan tersebut sebagai aset perusahaan. Aset tersebut akan diakui
sebagai aset tetap perusahaan sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 16: Aset Tetap
paragraph 07 dan mengukur biayanya pada saat pengakuan awal sebesar nilai wajar
sesuai dengan PSAK 16 paragraf 24.
29
melakukan pengalihan menerima akses berkelanjutan, barang atau jasa, atau
keduanya pada harga yang lebih rendah dari yang dikenakan apabila tanpa
pengalihan aset tetap.
Jika suatu jasa berkelanjutan diidentifikasi sebagai bagian dari perjanjian, periode
dimana pendapatan diakui atas jasa tersebut pada umumnya ditentukan berdasarkan
persyaratan dalam perjanjian dengan pelanggan. Namun ketika perjanjian tidak
menetapkan suatu periode tertentu, maka pendapatan diakui selama periode yang
tidak lebih dari umur manfaat ase alihan yang digunakan untuk menyediakan jasa
berkelanjutan.
30
2.9. Penurunan Nilai
Tidak jarang ditemukan kondisi dimana aset tidak lancar perusahaan mengalami
penurunan nilai. Sebagai contoh, ketika mesin yang digunakan untuk kegiatan produksi
perusahaan mengalami kerusakan berat kemudian pemakaian yang tidak sesuai dengan
prosedur pemakaian. Kondisi rumah berat tersebut dapat menjadi indikasi bahwa aset
mungkin mengalami penurunan nilai. Kondisi atau peristiwa bahwa nilai aset mengalam
penurunan harus tercermin dalam laporan keuangan. PSAK 48: Penurunan Nilai Aset
merupakan standar akuntansi yang mengatur mengenai prosedur penurunan nilai aset dan
perlakukan akuntansi atas peristiwa penurunan nilai aset tersebut.
31
d) Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitaliasasi pasarnya.
Ketika perusahaan menemukan adanya indikasi penurunan nilai aset, maka selanjtnya
perusahaan harus melakukan uji penurunan nilai. Namun, ketika tidak ditemukan
indikasi penurunan nilai aset, maka uji penurunan nilai tidak perlu dilakukan.
Untuk memperoleh kesimpulan ada tidaknya penurunan nilai aset, perusahaan harus
menghitung jumlah terpulihkan dari suatu aset. Jumlah terpulihkan merupakan
perkiraan manfaat yang diterima perusahaan dari suatu aset. Manfaat yang akan
diterima perusahaan dapat melalui dua cara, yaitu melalui penjualan atau pemakaian.
Oleh karena itu, jumlah terpulihkan dari suatu aset diperoleh dengan membandingkan
manfaat yang akan diterima perusahan dari penjualan aset, yang dengan menghitung
nilai wajar dikurangi biaya pelepasan, dan pemakaian aset, dengan menghitung nilai
32
pakai. Jumlah terpulihkan merupakan nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar
dikurangi biaya pelepasan dengan nilai pakainya,
Nilai wajar dikurangi biaya pelepasan adalah harga yang akan diterima untuk menjual
aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi
teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran dikurangi dengan biaya
incremental yang secara langsung dapat diatribusikan pada pelepasan aset, tidak
termasuk biaya pendanaan dan beban pajak penghasilan. Sedangkan nilai pakai
adalah nilai kini dari arus kas yang diharapkan akan diterima dari suatu aset. Jadi nilai
pakai mencerminkan nilai kini dari ekspektasi arus kas yang dihasilkan dari
penggunaan aset dan penjualan aset diakhir masa manfaat.
Penurunan nilai aset terjadi ketika jumlah terpulihkan dari suatu aset lebih rendah
dibandingkan jumlah tercatat aset tersebut. Penurunan nilai aset diakui sebagai rugi
penurunan nilai dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain. Namun
terdapat pengecualian untuk aset yang diukur dengan model revaluasi. Untuk aset
yang dukur dengan model revaluasi, kerugian penurunan nilai diakui di penghasilan
komprehensif lain sepanjang kerugian tersebut tidak melebihi surplus revaluasi yang
pernah diakui sebelumnya.
PT Mataram memiliki mesin yang diperoleh 1 Januari 2015 dengan nilai perolehan
sebesar Rp 800 juta. PT Mataram memperkirakan masa manfaat mesin tersebut
adalah 8 tahun, tanpa nilai sisa. Metode penyusutan yang digunakan dalam
menyusutkan mesin tersebut adalah garis lurus.
Selama beberapa tahun terkahir, teknilogi yang berkaitan dengan ,esin tersebut
memiliki teknologi yang berlebihan modern dengan harga yang tidak jauh berbeda
dengan mesin yang dimiliki PT Mataram. Selain itu, pada akhir 2018 diperoleh
informasi dari bagian operasi bahwa kinerja mesin tersebut kurang sesuai dengan
ekspektasi awal perusahaan. Harus sering dilakukan set-up ulang terhadap mesin
tersebut, sehingga menurunkan keefektifan berproduksi.
33
Diketahui nilai wajar mesin pada 31 Desember 2018 adalah Rp 300 juta dan
perkiraan biaya yang harus dikeluarkan mesin adalah Rp 10 juta. PT Mataram juga
menghitung nilai pakai dari mesin tersebut diperoleh nilai adalah RP 325 juta.
Pertanyaan: Apakah mesin tersebut mengalami penurunan nilai? Jika mengalami
penurunan nilai, berapa rugi penurunan nilai yang harus di akui PT Mataram pada 31
Desember 2018?
Prosedur penurunan nilai aset:
(1) Menilai indikasi apakah terdapat penurunan nilai aset
Terdapat dua informasi yang dapat digunakan PT Mataram sebagai indikator
adanya penurunan nilai mesin:
a) Perkembangan teknolgi terkait mesin tersebut pesat. Muncul mesin-mesin baru
yang lebih canggih dengan harga yang tidak jauh berbeda. Hal ini
mengindikasikan bahwa teknologi dari mesin yang dimiliki PT Mataram sudah
tertinggal, sehingga kemungkinan harga jual mesin tersebut dipasaran mengalami
penurunan.
b) Mesin membutuhkan aktivitas set-up yang sering sehingga mempengaruhi
keefektifan mesin dalam beroperasi. Hal ini mengindikasikan bahwa produktivitas
mesin tidak sesuai dengan perkiraan awal perusahaan, sehingga terdapat
kemungkinan bahwa nilai pakai dari mesin tersebut mengalami penurunan.
Dengan adanya indikasi bahwa mesin telah mengalami penurunan nilai, maka PT
Mataram harus melakukan uji penurunan nilai aset.
34
Nilai wajar 300 juta
Dikurangi: biaya pelepasan (10 juta)
Nilai wajar dikurangi biaya pelepasan 290 juta
Nilai pakai 325 juta
Jumlah terpulihkan aset menggunakan nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar
dikurangi biaya pelepasan dan nilai pakai. Oleh karena itu, jumlah terpulihkan
mesin 31 Desember 2018 adalah Rp 325 juta.
Jumlah tercatat mesin 400 juta
Jumlah terpulihkan mesin 325 juta
Penurunan nilai mesin 75 juta
35
Jika ditemukan ada indikasi penurunan nilai, maka perusahaan melakukan uji
penurunan nilai aset dengan menghitung jumlah terpulihkan aset. Jika tidak
terdapat indikasi penurunan nilai, maka perusahaan tidak berkewajiban
menghitung jumlah terpulihkan aset. Namun terdapat pengecualian terhadap
beberapa jenis aset, yaitu aset takberwujud dengan umur maanfaat tidak terbatas
(indefinite-life), aset takberwujud yang belum digunakan, dan goodwill. Untuk
ketiga jenis aset tersebut, perusahaan harus melakukan uji penurunan nilai.
Perusahaan melakukan uji penurunan nilai setiap tahun untuk memastikan jumlah
terpulihkan aset tersebut masih lebih tinggi atau sama dengan jumlah tercatatnya.
Ketika kondisi ini terjadi, maka jumlah terpulihkan diestimasi pada level Unit
Penghasil Kas (UPK). UPK merupakan kelompok terkecil dari aset teridentifikasi
yang menghasilkan arus kas masuk yang sebagaian independen dari arus kas
masuk dari aset atau kelompok aset lain.
36
karena nilai pakainya tidak dapat ditentukan dan kemudian berbeda dari nilai
sisanya. Oleh karena itu, perusahaan mengestimasi jumlah terpulihkan dari unit
penghasil kas dimana jalur kereta pribadi tersebut tercakup, yaitu pertambangan
itu secara keseluruhan.
Suatu perusahaan bus menyediakan kontrak kerja jasa pelayanan dengan suatu
kotamadya yang mensyaratkan pelayanan minimal untuk setiap lima rute
berbeda. Aset yang disediakan bagi setiap rute dan arus kas dari setiap rute dapat
diidentifikasi secara terpisah. Salah satu rute beroperasi dengan kerugian yang
signifikan. Karena entitas tidak memiliki pilihan untuk membatasi salah satu rute
bus, tingkat terendah dari arus kas masuk yang dapat diidentifikasi yang
independen dari arus kas masuk aset lain atau kelompok aset lain adalah arus kas
masuk yang dihasilkan kelima rute bus tersebut. Unit penghasilan kas untuk tiap
rute adalah perusahaan bus itu secara keseluruhan.
Perusahaan harus mengidentifikasi UPK secara konsisten dari periode ke periode
untuk aset atau jenis aset yang sama, kecuali perubahan dapat dijustifikasi.
Contoh – Identifikasi Unit Penghasilan Kas (diambil dari contoh ilustrasi PSAK
48: Penurunan Nilai Aset):
PT Sumbawa memproduksi suatu produk tunggal (Produk X) dan memiliki pabri A,
B, dan C. Tiap produk berlokasi dibenua yang berbeda. Pabrik A memperoduksi
suatu komponen yang dirakit pada Pabrik B atau Pabrik C. Kapasitas gabungan dari
Pabrik B dan Pabrik C tidak sepenuhnya dimanfaatkan. Produk X dijual ke seluruh
dunia dari pabrik B atau Pabrik C. sebagai contoh, produksi B dapat dijual di benua C
jika produknya terkirim lebih cepat dari lokasi Pabrik B daripada lokasi Pabrik C.
Tingkat pemanfaatan Pabrik B dan C. bergantung pada alokasi penjualan antara
kedua pabrik itu. Terdapa pasar aktif untuk komponen yang dihasilkan Pabrik A.
Pertanyaan: Apakah unit penghasil kas untuk A, B, dan C?
Karena produk yang dihasilkan Pabrik A memiliki pasar aktif, maka Pabrik A
merupakan satu unit penghasil kas tersendiri yang terpisah dari Pabrik B dan C.
Sedangkan untuk Pabrik B dan C, arus kas masuk untuk Pabrik B dan C bergantung
pada alokasi produksi kedua ppabrik. Tidak mungkin bahwa arus kas masuk di masa
depan untuk Pabrik B dan C dapat ditentutkan secara individual. Sehingga,
37
dimungkinkan bahwa Pabrik B dan C merupakan unit penghasil kas secara gabungan.
Jadi, dapat disimpulkan terdapan dua unit penghasil kas, yaitu UPK A dan UPK
gabungan B dan C.
Penurunan nilai pada level UPK dilakukan dengan cara yang sama dengan penurunan
nilai aset secara individual. Perusahaan harus menghitung jumlah terpulihkan aset
pada level UPK. Jumlah terpulihksn diperoleh dari nilai yang lebih tinggi antara nilai
wajar dikurangi biaya pelepasan dengan nilai pakai dari UPK tersebut. Aset dalam
UPK harus diturunkan nilainya jika jumlah terpulihkan lebih rendah dibandingkan
jumlah tercatat aset dalam UPK tersebut.
Rugi penurunan nilai UPK harus dialokasikan ke aset dalam UPK yang menjadi
subyek penurunan nilai sesuai dengan PSAK 49. Jika terdapat goodwill dalam UPK
tersebut, maka kerugian penurunan nilai dialokasikan terlebih dahulu ke goodwill.
Jika rugi penurunan nilai UPK melebihi jumlah tercatat goodwill, maka sisa rugi
penurunan nilai dialokasikan ke aset lain secara proporsional.
PT Bima melakukan pengujian penurunan nilai untuk UPK ABC per 31 Desember
2018. Berikut informasi mengenai jumlah tercatat aset-aset dalam UPK ABC pada 31
Desember 2018:
Aset Jumlah tercatat
Goodwill 50 juta
Gedung (model biaya) 400 juta
Tanah (model biaya) 500 juta
Aset takberwujud (model biaya) 100 juta
Properti investasi (model nilai wajar) 450 juta
Aset keuangan 90 juta
Persediaan 40 juta
Piutang usaha 70 juta
Total 1.700 juta
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh jumlah terpulihkan dari UPK ABC adalah
Rp 1.500 juta.nilai properti investasi sebesar Rp 400 juta, sedangkan nilai aset
38
keuangan, persediaan, dan piutang usaha tidak mengalami perubahan dari jumlah
tercatatnya.
Pertanyaan: berapakah rugi penurunan nilai UPK ABC? Dan bagaimana
pengalokasian rugi penurunan nilai aset tersebut ke masing-masing aset dalam UPK?
Aset UPK ABC yang termasuk dalam ruang lingkup penurunan nilai sesuai PSAK 48
adalah goodwill, tanah, gedung, dan aset tetap lain. Penurunan nilai untuk properti
investasi yang diukur dengan model nilia wajar, aset keuangan, persediaan, dan
piutang usaha tidak tunduk ke pengaturan PSAK 48, sehingga harus dihitung jumlah
terpulihkan UPK setelah mengeluarkan aset-aset yang di luar ruang lingkup PSAK
48.
Jumlah terpulihkan UPK ABC 1500 juta
Dikurangi:
Properti investasi (model nilai wajar) 400 juta
Aset keuangan 90 juta
Persediaan 40 juta
Piutang usaha 70 juta
Jumlah terpulihkan UPK ABC (neto) 900 juta
Jumlah terpulihkan UPK ABC kemudian dibandingkan dengan jumlah tercatat dari
aset yang berada dalam ruang lingkup PSAK 48, yaitu:
Goodwill 50 juta
Gedung (model biaya) 400 juta
Tanah (model biaya) 500 juta
Aset takberwujud (model biaya) 100 juta
Jumlah tercatat 1.050 juta
Karena jumlah terpulihkan lebih rendah dibandingkan jumlah tercatat UPK, maka
terjadi penurunan nilai aset, yaitu sebesar Rp 150 juta (selisih antara Rp 1.050juta dan
Rp 900 juta). Rugi penurunan nilai sebesar Rp 150 juta harus dialokasikan ke masing-
masing aset yang menjadi subyek penurunan nilai PSAK 48.
39
Berikut alokasi rugi penurunan nilai UPK ABC:
Jumlah Alokasi rugi Jumlah tercatat
Aset
tercatat penurunan nilai akhir
Goodwill 50 juta (50 juta) -
Gedung (model biaya) 400 juta (40 juta) 360 juta
Tanah (model biaya) 500 juta (50 juta) 450 juta
Aset takberwujud(model biaya) 100 juta (10 juta) 90 juta
Total 1.050 juta (150 juta) 900 juta
Langkah pertama adalah mengalokasikan kerugian penurunan nilai UPK sebesar Rp
50 juta ke goodwill. Langkah berikutnya mengalokasikan sisa rugi penurunan nilai
sebesar Rp 100 juta ke aset lain secara proporsional.
Jurnal yang harus dibukukan PT Bima atas penerimaan nilai UPK ABC adalah:
Dr. Rugi penurunan nilai 150.000.000
Cr. Goodwill 50.000.000
Cr. Akumulasi rugi penurunan nilai – gedung 40.000.000
Cr. Akumulasi rugi penurunan nilai – tanah 50.000.000
Cr. Akumulasi rugi penurunan nilai – aset takberwujud 10.000.000
40
Total 1.700 juta 1.500 juta
*penurunan nilai properti investasi yang diukur dengan model nilai wajar diatur
sesuai dengan ketentuan PSAK 13: Properti Investasi
41
2) Bukti tersedia dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja
ekonomi aset lebih baik atau akan lebih baik dari yang diharapkan.
Pemulihan rugi penurunan nilai juga dapat dilakukan pada level UPK. Jika jumlah
terpulihkan UPK mengalami peningkatan, maka rugi penurunan nilai yang diakui
sebelumnya dapat dipulihkan. Besarnya pemulihan rugi penurunan nilai tidak boleh
meyebabkan jumlah tercatat UPK melebihi jumlah tercatat seharusnya jika tidak
pernah terjadi penurunan nilai pada periode-periode sebelumnya. Pemulihan rugi
penurunan nilai kemudian dialokasikan ke aset-aset dalam UPK, selain goodwill.
Goodwill yang pernah diturunkan sebelumnya tidak dapat dipulihkan kembali.
PT Mataram memiliki mesin yang diperoleh 1 Januari 2015 dengan nilai perolehan
sebesar Rp 800 juta. PT Mataram memperkirakan masa manfaat mesin tersebut
adalah 8 tahun, tanpa nilai sisa. Metode penyusutan yang digunakan dalam
menyusutkan mesin tersebut adalah garis lurus. Pada 31 Desember 2018, mesin
perusahaan mengalami penurunan nilai. Nilai wajar mesin pada 31 Desember 2018
adalah Rp 300 juta dan perkiraan biaya yang harus dikeluarkan untuk menjual mesin
adalah Rp 10 juta. Sedangkan nilai pakai dari mesin tersebut adalah Rp 325 juta.
Pada 31 Desember 2020, terdapat indikasi pemulihan rugi penurunan nilai yang
pernah diakui sebelumnya. Nilai wajar pada 31 Desember 2020 adalah Rp 220 juta
dan estimasi biaya pelepasan adalah Rp 10 juta. Sedangkan nilai pakai mesin adalah
Rp 180 juta.
Pertanyaan: Apakah mesin tersebut mengalami pemulihan rugi penurunan nilai? Jika
ya, berapa rugi penurunan nilai yang harus diakui PT Mataram pada 31 Desember
2020?
42
Pada 31 Desember 2018, mesin mengalami penurunan nilai menjadi Rp 325 juta.
Jumlah tercatat mesin pada 31 Desember 2020 adalah sebagai berikut:
Jumlah terpulihkan aset menggunakan nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi
biaya pelepasan dan nilai pakai. Oleh karena itu, jumlah terpulihkan mesin pada 31
Desember 2020 adalah Rp 210 juta.
Jumlah terpulihkan mesin lebih tinggi dibandingkan jumlah tercatatnya, sehingga mesin
mengalami pemulihan rugi penurunan nilai yang pernah diakui sebelumnya.besarnya
pemulihan rugi penurunan nilai tidak boleh menyebabkan jumlah tercatat aset melebihi
jumlah tercatat seharusnya jika tidak pernah terjadi penurunan nilai sebelumnya. Oleh
karena itu PT Mataram harus menghitung jumlah tercatatnya mesin seharusnya di 31
Desember 2020, jika tidak pernah terjadi penurunan nilai:
43
(800 juta – 0)/8 tahun x 6 tahun
Jumlah tercatat mesin per 31 Desember 2020 200 juta
Pemulihan rugi penurnan nilai yang boleh diakui hanya sampai batas jumlah tercatat
mesin menjadi Rp 200 juta, sehingga rugi penurunan nilai yang dipulihkan sebesar Rp
37,5 juta, yaitu selisih antara jumlah tercatat mesin seharusnya jika tidak pernah
mengalami sebelum penrunan nilai (Rp 200 juta) dengan jumlah tercatat mesin sebelum
pemulihan rugi penurunan nilai (Rp162,5 juta). Jurnal pemulihan rugi penurunan nilai
yang harus dibukukan PT Mataram pada 31 Desember 2020 adalah:
Jumlah tercatat mesiin yang akan disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan PT Mataram
per 31 Desember 2020 adalah sebagai berikut:
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Untuk Aset Tidak Lancar adalah Aset yang tidak dapat langsung dicairkan menjadi Cash,
setidaknya membutuhkan waktu pengurangan masa manfaat lebih dari 1 tahun, dimana
aset tidak lancer tergolong menjadi beberapa jenis menurut PSAK, PSAK 13 tetang
Property Investasi, PSAK 16 Tetang Aset Tetap atau sering kita dengar PPE (Plant
44
Property and Equipment) Plant yang tidak termasuk dalam PSAK 69, PSAK 19 Aset Tak
Berwujud, PSAK 69 Aset Biologis, PSAK 64 Tentang Aset Tambang, PSAK 61 tentang
Hibah Dari Pemerintah, dan ISAK 27 Tentang Aset Dari Pelanggan, Semua Kategory
Atas Aset tidak lancer sudah Tertuang dalam PSAK dan ISAK, Mengenai
Pengkategorian, Pengakuan, Pengukuran, dan Pencatatan.
45
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 2019. Standar Akuntansi Keuangan. Penerbit Dewan Standar
Akuntansi Keuangan.
The Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1. 1978. Financial Accounting
Standards Board (FSAB).
46