IAS2
INVENTORIS
Disusun Oleh:
Nama : Adji Rizki Nashantyawarman
NIM : 2111070360
Program Studi : S-1 Akuntansi
Dosen : Dr. Reschiwati SE.AK.MM.
ii
I. PENDAHULUAN
Persediaan merupakan salah satu aset yang paling aktif dalam operasi kegiatan
perusahaan dagang. Sebagian besar sumber daya perusahaan diinvestasikan dalam bentuk
barang-barang yang dibeli atau diproduksi. Biaya barang – barang ini harus dicatat,
dikelompokan, dan diikhtisarkan selama periode akuntansi. Pada akhir periode, biaya
dialokasikan diantara aktivitas periode berjalan dan aktivitas periode mendatang yaitu
diantara barang – barang yang berada dalam persediaan untuk dijual periode mendatang.
3
(diterbitkan Mei 2011), IFRS 9 Instrumen Keuangan (Hedge Accounting dan amandemen
IFRS 9, IFRS 7 dan IAS 39) (diterbitkan November 2013), IFRS 15 Pendapatan dari
Kontrak dengan Pelanggan (diterbitkan Mei 2014), IFRS 9 Instrumen Keuangan
(diterbitkan Juli 2014) dan Sewa IFRS 16 (diterbitkan Januari 2016). IAS 2 berlaku untuk
periode tahunan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2005.
4
kontrak berjangka atau jaminan pemerintah, atau ketika terdapat pasar yang aktif dan
terdapat risiko kegagalan penjualan yang dapat diabaikan. Persediaan ini dikecualikan
hanya dari persyaratan pengukuran Standar ini.
4. Pialang-pedagang adalah pedagang yang membeli atau menjual komoditas untuk
orang lain atau atas nama mereka sendiri. Persediaan sebagaimana dimaksud dalam
paragraf 2 b) terutama diperoleh dengan tujuan untuk dijual kembali dalam waktu
dekat dan menghasilkan laba dari fluktuasi harga atau margin pedagang perantara.
Ketika persediaan ini diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual,
persediaan tersebut dikecualikan hanya dari persyaratan pengukuran Pernyataan ini.
IAS 2 menyatakan bahwa estimasi net realizable value harus diterapkan untuk
setiap jenis persediaan atau item demi item, kecuali terdapat sekelompok persediaan
yang sejenis dan dapat dinilai secara tepat per kelompok jenis persediaan. Sebagai
pedoman umum, penilaian harus dilakukan untuk setiap jenis persediaan untuk
mencegah kemungkinan terjadinya kompensasi unrealized gain dengan unrealized loss
kelompok persediaan lain, sehingga menurunkan jumlah rugi yang harus diakui, hal ini
penting untuk diperhatikan mengingat IFRS melarang pengakuan unrealized gain pada
laporan rugi-laba. Dikatakan bahwa evaluasi penurunan nilai persediaan yang
dilakukan atas sekelompok persediaan, tidak atas item per item persediaan, adalah
merupakan mekanisme tidak langsung atau backdoor mechanism untuk mengakui
unrealized gain yang seharusnya tidak diakui, sehingga perlu ditegaskan bahwa
5
tuntutan dasar evaluasi penurunan nilai persediaan adalah diterapkan atas item demi
item persediaan. Dua paragraf di atas menegaskan bahwa IAS 2 sangat mengatur
penerapan net realizable value, yaitu harus diterapkan item demi item demi untuk
mencegah potensi pengakuan unrealized gain secara tidak langsung, di sisi lain US
GAAP tidak mengatur hingga sedetail ini, sehingga dapat disimpulkan bahwa IFRS
ternyata justru lebih condong ke rules-based dan bukannya berbasis pada konsep
principles-based.
2. Nilai Wajar
Nilai wajar adalah jumlah di mana suatu set dipertukarkan, atau kewajiban
diselesaikan, antara pihak yang berpengetahuan dan berkeinginan dalam suatu transaksi
yang wajar.
3. Komoditi
Komoditi adalah barang dagangan yang menjadi subjek kontrak berjangka yang
diperdagangkan di bursa berjangka.
6
IV. SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN
Sistem pencatatan persediaan dapat digolongkan ke dalam dua cara, yaitu:
Saat pembelian:
Dr. Purchase Rp xxx
Jika barang yang telah dibeli dikembalikan karena rusak atau penyebab lainnya:
Dr. Cash/Account Payable Rp xxx
Saat penjualan:
Dr. Cash/Account Receivable Rp xxx
2. Sistem Perpetual
7
Dalam sistem persediaan perpetual, rincian catatan mengenai setiap pembelian
dan penjualan persediaan disimpan. Sistem ini secara terus menerus menunjukkan
persediaan yang harus dimiliki untuk setiap jenis barang. Berdasarkan sistem
persediaan perpetual, harga pokok penjualan ditentukan setiap kali terjadi penjualan.
Menurut sistem ini, setiap saat harus dilakukan pencatatan atas penambahan
ataupun pengurangan persediaan akibat adanya pembelian, pemakaian bahan baku dan
penjualan sehingga jumlah maupun nilai persediaan dapat diketahui sewaktu-waktu
tanpa melakukan perhitungan fisik. Untuk perusahaan dagang, pencatatan yang
dilakukan menurut metode ini adalah sebagai berikut:
Saat pembelian:
Dr. Merchandise Inventory Rp xxx
Jika barang yang telah dibeli dikembalikan karena rusak atau penyebab lainnya:
Dr. Account Payable Rp xxx
Saat penjualan:
Dr. Account Receivable/Cash Rp xxx
8
V. PENGUKURAN BIAYA PEROLEHAN
Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih
rendah, Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya
lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
a) Biaya Pembelian
Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (kecuali
yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya
pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat
diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa. Diskon dagang, rabat dan hal
lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.
b) Biaya Konversi
Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan
unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi
sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan
menjadi barang jadi. Overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang
relatif konstan, tanpa memperhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti
penyusutan dan pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan
administrasi pabrik. Overhead produksi variabel adalah biaya produksi tidak langsung
yang berubah secara langsung, atau hampir secara langsung, mengikuti perubahan
volume produksi, seperti bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.
c) Biaya-biaya lain
● Limbah abnormal
● Biaya penyimpanan
● Biaya administrasi yang tidak terkait dengan produksi
● Biaya penjualan
9
● Selisih kurs yang timbul secara langsung pada akuisisi baru-baru ini dari persediaan
yang ditagih dalam mata uang asing
● Biaya bunga saat persediaan dibeli dengan jangka waktu penyelesaian yang
ditangguhkan.
IAS 23 - Biaya Pinjaman mengidentifikasi beberapa keadaan terbatas di mana biaya
pinjaman (bunga) dapat dimasukkan dalam biaya perolehan persediaan yang memenuhi
definisi aset yang memenuhi syarat. [IAS 2.17 dan IAS 23.4]
Biaya standar dan metode eceran dapat digunakan untuk pengukuran biaya, asalkan
hasilnya mendekati biaya sebenarnya. [IAS 2.21-22]
Untuk item persediaan yang tidak dapat dipertukarkan, biaya spesifik dikaitkan dengan
item persediaan individu tertentu. [IAS 2.23]
Rumus biaya yang sama harus digunakan untuk semua persediaan dengan karakteristik
yang mirip dengan sifat dan kegunaannya kepada entitas. Untuk kelompok persediaan
yang memiliki karakteristik berbeda, formula biaya yang berbeda dapat dibenarkan.
[IAS 2.25]
10
Contoh soal perhitungan biaya perolehan (perusahaan dagang):
Perusahaan membeli persediaan sejumlah 1.000 dengan harga satuan $10. Terdapat
ketentuan diskon sebesar 2% apabila dilunasi dalam periode 30 hari. Maka perhitungan
dan jurnal adalah sebagai berikut:
Misal selama bulan desember dibeli bahan baku secara kredit sebesar Rp 5.000.000.
Atas transaksi ini maka jurnal yang akan di buat adalah sebagai berikut:
11
Bahan Baku Rp 3.500.000
Selama bulan desember total gaji yang dibayar sebesar Rp 6.000.000 yang terdiri dari
Tenaga kerja langsung 65%, Tenaga kerja tidak langsung 15%, bagian pemasaran 13%
dan bagian administrasi 7%. Jurnal yang dibuat untuk transaksi di atas adalah sebagai
berikut:
Kas Rp 6.000.0000
4. Pencatatan Overhead Pabrik Selain Bahan Tidak Langsung Dan Tenaga Kerja Tidak
Langsung
Misalkan selama bulan desember overhead pabrik yang dibayar per kas Rp 1.450.000,
yang masih berupa utang usaha Rp 500.000; penyusutan mesin dan peralatan pabrik Rp
750.000; asuransi pabrik Rp 200.000. Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi
tersebut adalah:
Kas Rp 1.450.000
12
Seluruh overhead pabrik yang sudah dicatat sebagai pengendali overhead pabrik
kemudian dikumpulkan ke barang dalam proses, dari transaksi-transaksi sebelumnya,
maka jurnal yang dibuat untuk mencatat pembebanan overhead pabrik adalah:
1. Metode Identifikasi khusus, digunakan untuk mengidentifikasi setiap item yang terjual
dan setiap item dalam persediaan. Perusahaan memasukkan dalam harga pokok
penjualan biaya barang tertentu yang dijual. Ini termasuk dalam inventaris biaya
barang-barang tertentu yang ada. Metode ini hanya dapat digunakan dalam kasus di
mana praktis untuk memisahkan secara fisik berbagai pembelian yang dilakukan.
Akibatnya, sebagian besar perusahaan hanya menggunakan metode ini saat menangani
sejumlah kecil item yang mahal dan mudah dibedakan.
2. Metode masuk pertama, keluar pertama (First In First Out/FIFO), mengasumsikan
bahwa persediaan yang dibeli atau diproduksi pertama, dijual pertama. Dengan
demikian barang yang tersisa pada akhir periode adalah persediaan barang yang paling
baru dibeli atau diproduksi. Metode FIFO dianggap berdampak pada nilai aktiva yang
dibeli perusahaan dan cenderung menghasilkan persediaan yang nilainya tinggi.
3. Metode biaya rata-rata tertimbang, merupakan biaya perolehan setiap barang
ditentukan dengan rata-rata tertimbang dari biaya perolehan dari barang yang sejenis
13
pada awal suatu periode dan biaya perolehan barang tersebut dibeli atau diproduksi
selama periode yang bersangkutan. Pada sistem periodik, metode rata-rata disebut
metode rata-rata tertimbang (weighted average method) dan pada sistem perpetual
disebut dengan metode rata-rata bergerak (moving average method).
Contoh Soal:
1. Identifikasi khusus
Call-Mart Inc. memiliki transaksi berikut pada bulan pertama operasinya.
Dari informasi ini, Call-Mart menghitung persediaan akhir 6.000 unit dan harga
pokok barang tersedia untuk dijual (persediaan awal + pembelian) sebesar €43.900
[(2.000 @ €4,00) + (6.000 @ €4,40) + (2.000 @ € 4.75)].
Asumsikan bahwa 6.000 unit persediaan Call-Mart Inc. terdiri dari 1.000 unit dari
pembelian tanggal 2 Maret, 3.000 dari pembelian tanggal 15 Maret, dan 2.000 dari
pembelian tanggal 30 Maret. Ilustrasi di bawah menunjukkan bagaimana Call-Mart
menghitung persediaan akhir dan harga pokok penjualan.
2. FIFO
Berikut adalah catatan persediaan PT ABC.
14
02-Jan Persediaan Awal 200 unit 9.000
15
HPP = 1.800.000 + 8.600.000 – 3.400.000 = 7.000.000
Periodik
Persediaan yang tersedia untuk dijual = persediaan awal + pembelian = 200 + 300
+ 400 + 100 = 1.000 unit
3. Rata-rata
Berikut adalah catatan persediaan PT ABC.
16
02-Jan Persediaan Awal 200 unit 9.000
Perpetual
17
Periodik
Persediaan yang tersedia untuk dijual = persediaan awal + pembelian = 200 + 300
+ 400 + 100 = 1.000 unit
18
VII. METODE PENILAIAN PERSEDIAAN LAINNYA
Metode penaksiran dapat digunakan untuk menilai persediaan dalam kondisi tertentu.
Hal ini memungkinkan dikarenakan adanya faktor tertentu seperti:
Jumlah fisik persediaan tidak mungkin ditemukan karena gudang persediaan
terbakar/musnah karena bencana.
Penentuan jumlah fisik persediaan yang ada di gudang akan memakan waktu
lama/berbiaya sangat besar.
Kebutuhan laporan keuangan interim dalam waktu cepat.
Terdapat 2 jenis metode penaksiran yakni:
b. Gross Profit Method
Metode laba kotor adalah metode yang digunakan untuk mengestimasi persediaan
karena kadang-kadang perhitungan fisik tidak praktis dilakukan. Metode ini didasari
atas histori hubungan antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan, di mana
persentasenya tidak terlalu fluktuatif antar periode. Metode Laba Kotor didasarkan
pada tiga asumsi:
- Persediaan Awal + Pembelian = Total barang yang diperhitungkan
- Barang yang belum terjual harus berada di tangan
- Jika penjualan – biaya – jumlah persediaan awal + pembelian = persediaan akhir
Langkah-langkah dalam penggunaan metode ini:
1. Mengestimasi nilai penjualan tahun berjalan
2. Menghitung nilai harga pokok penjualan berdasarkan pada persentase laba kotor
yang telah diketahui
3. Menghitung estimasi nilai persediaan akhir dengan mengurangkan harga pokok
penjualan terhadap barang tersedia untuk dijual
Contoh:
Diketahui:
- Penjualan = Rp 20.000.000
- Pembelian = Rp 12.000.000
19
Diminta: berapa Nilai Persediaan akhirnya?
Jawab:
- Pembelian = Rp 12.000.000
= (Rp 14.000.000)
20
- Persediaan Awal = Rp 14.000.000
- Harga Eceran = Rp 21.500.000
- HP. Pembelian = Rp 61.000.000
- Harga ecerannya = Rp 78.500.000
- Harga Eceran Penjualan Bersih = Rp 70.000.000
Diminta: Berapa taksiran persediaan akhirnya?
Jawab:
21
persediaan. Sedangkan bagi penjual barang dalam perjalanan tersebut tidak
dimasukkan sebagai bagian dari persediaan mereka.
b. FOB destination
Dalam perjanjian ini hak kepemilikan barang berpindah dari penjual ke
pembeli pada saat barang sampai di gudang pembeli.
Jadi barang dalam perjalanan merupakan milik penjual, sehingga penjual harus
memasukkan barang tersebut dalam penghitungan fisik persediaan. Sebaliknya
bagi pembeli barang dalam perjalanan tersebut tidak boleh diakui sebagai
persediaan mereka.
2. Barang Konsinyasi
Konsinyasi (consignment) adalah pemindahan/penitipan barang dari pemilik
kepada pihak lain untuk dijualkan dengan harga dan syarat yang telah diatur di dalam
perjanjian. Pemilik barang atau pihak yang menitipkan barang dinamakan
konsinyor/consignor. Pihak yang dititipi barang dinamakan consignee.
Bagi consignor, barang yang dititipkan kepada pihak lain untuk dijualkan dengan
harga dan persyaratan tertentu dinamakan barang konsinyasi (consignment out).
Barang konsinyasi tidak berada di perusahaan akan tetapi masih tetap milik
perusahaan. Oleh karena itu barang konsinyasi harus tetap dimasukan sebagai
elemen persediaan. Bagi consignee barang dari pihak lain dinamakan barang komisi
atau barang titipan (consignment in). Walaupun ada di perusahaan tapi barang komisi
bukan milik perusahaan. Oleh karena itu barang titipan tidak boleh dimasukan
sebagai elemen persediaan bagi consignee.
Kegiatan konsinyasi didahului dengan dibuatnya perjanjian konsinyasi.
Perjanjian ini dibuat dengan tujuan untuk menjamin dan melindungi kepentingan
kedua belah pihak. Perjanjian ini berisi hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh
masing-masing pihak. Alasan masing-masing pihak mengadakan perjanjian
konsinyasi adalah:
Bagi Consignor:
a. Barang akan lebih cepat dikenal oleh konsumen.
b. Daerah pemasaran akan semakin luas.
c. Harga jual dan syarat penjualan dapat dikendalikan.
d. Jaminan akan kembalinya barang tetap terjamin. Jika barang konsinyasi tidak
terjual, maka barang konsinyasi dapat diterima kembali oleh consignor.
Bagi Consignee:
22
a. Terhindar dari kerugian barang tidak laku, barang rusak, atau fluktuasi
harga.
b. Menghemat kebutuhan modal kerja.
c. Menghemat biaya, karena sebagian ditanggung consignor.
23
berhubungan dengan kegiatan konsinyasi dicampur dengan pendapatan dan
biaya yang reguler. Pencatatan yang dilakukan oleh pengamanat mencakup 3
transaksi:
1) Pembayaran biaya angkut.
2) Menerima laporan pertanggungjawaban dari consignee.
3) Menerima pembayaran dari consignee.
24
Barang Komisi xxxx
Utang – Consignor xxxx
Mengirim pembayaran kepada consignor
Utang – Consignor xxxx
Kas xxxx
- rusak,
- seluruhnya atau sebagian telah usang,
- jika harga jualnya menurun,
- estimasi biaya penyelesaian atau estimasi biaya yang dikeluarkan untuk membuat
penjualan meningkat.
25
Penurunan nilai persediaan di bawah harga perolehan menjadi nilai realisasi
bersih konsisten dengan pandangan bahwa aset tidak boleh dicatat melebihi jumlah
yang diharapkan dapat direalisasikan dari penjualan atau penggunaannya.
Net Realisable Value atau NRV adalah taksiran harga jual dalam kegiatan usaha
biasa, dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan perkiraan biaya yang diperlukan untuk
melakukan penjualan. Setiap write-down ke NRV harus diakui sebagai beban pada
periode ketika pencatatan terjadi. Setiap pembalikan harus diakui dalam laporan laba
rugi pada periode di mana pembalikan terjadi. Nilai persediaan biasanya diturunkan ke
nilai realisasi neto terpisah untuk setiap unit dalam persediaan. Namun demikian dalam
beberapa kondisi penurunan nilai persediaan mungkin lebih sesuai jika dihitung
terhadap kelompok unit yang serupa atau berkaitan.
Estimasi nilai realisasi bersih didasarkan pada bukti paling andal yang tersedia
pada saat estimasi dibuat, dari jumlah persediaan yang diharapkan dapat direalisasi.
Estimasi ini mempertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang secara langsung
berkaitan dengan peristiwa yang terjadi setelah akhir periode sejauh peristiwa tersebut
menegaskan kondisi yang ada pada akhir periode. Estimasi nilai realisasi bersih juga
mempertimbangkan tujuan diadakannya persediaan. Sebagai contoh, nilai bersih yang
dapat direalisasikan dari jumlah persediaan yang dimiliki untuk memenuhi penjualan
perusahaan atau kontrak jasa didasarkan pada harga kontrak. Jika kontrak penjualan
kurang dari jumlah persediaan yang dimiliki, nilai bersih yang dapat direalisasikan dari
kelebihan tersebut didasarkan pada harga jual umum. Provisi mungkin timbul dari
kontrak penjualan perusahaan yang melebihi jumlah persediaan yang dimiliki atau dari
kontrak pembelian perusahaan. Ketentuan tersebut diatur berdasarkan IAS 37
Ketentuan, Kewajiban Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi.
Bahan dan perlengkapan lain yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi
persediaan tidak ditulis di bawah biaya jika produk jadi yang akan digabungkan
diharapkan dijual pada atau di atas biayanya. Namun, ketika penurunan harga bahan
menunjukkan bahwa biaya produk jadi melebihi nilai realisasi bersih, bahan tersebut
diturunkan menjadi nilai realisasi bersih. Dalam keadaan seperti itu, biaya penggantian
bahan mungkin merupakan ukuran terbaik yang tersedia dari nilai realisasi bersihnya.
Penilaian baru dilakukan atas nilai realisasi bersih pada setiap periode
berikutnya. Ketika keadaan yang sebelumnya menyebabkan persediaan diturunkan di
26
bawah harga perolehan sudah tidak ada lagi atau ketika terdapat bukti yang jelas
mengenai peningkatan nilai realisasi bersih karena perubahan keadaan ekonomi, jumlah
penurunan nilai tersebut dibalik (yaitu pembalikan terbatas). Dengan jumlah penurunan
nilai awal sehingga jumlah tercatat yang baru adalah yang lebih rendah antara biaya
perolehan dan nilai realisasi bersih yang direvisi. Hal ini terjadi, misalnya, ketika item
persediaan yang dicatat pada nilai realisasi bersih, karena harga jualnya turun, masih
ada di periode berikutnya dan harga jualnya naik.
Contoh:
PT Raya memiliki persediaan barang belum jadi dengan nilai biaya sebesar
Rp19.000.000 dan harga jual sebesar Rp20.000.000 untuk menyelesaikan barang
tersebut dibutuhkan biaya sebesar Rp1.000.000 dan biaya penjualan sebesar
Rp4.000.000. Maka perhitungan NRV adalah sebagai berikut:
NRV Rp15.000.000
Biaya Rp19.000.000
Penurunan nilai menjadi nilai realisasi neto ini mungkin saja terjadi apabila
barang persediaan mengalami kerusakan, seluruh atau sebagian persediaan telah usang,
atau harga jualnya telah turun. Selain itu, biaya persediaan juga tidak akan diperoleh
kembali (persediaan akan mengalami penurunan nilai) ketika estimasi biaya
penyelesaian atau biaya estimasi untuk membuat penjualan telah meningkat. Praktik
penurunan nilai persediaan yang relevan dengan nilai ekonomis yang sesungguhnya
27
dimana asset seharusnya tidak dinyatakan melebihi perkiraan jumlah yang dapat
direalisasi dari penjualan atau penggunaannya.
X. PENGAKUAN BEBAN
IAS 18 - Pendapatan membahas pengakuan pendapatan untuk penjualan barang.
Ketika persediaan dijual dan pendapatan diakui, jumlah tercatat persediaan diakui
sebagai beban (sering disebut harga pokok penjualan). Setiap write-down ke NRV dan
setiap kehilangan persediaan juga diakui sebagai beban ketika terjadi. [IAS 2.34]
Beban penurunan manfaat ekonomi selama periode akuntansi pada fokus arus keluar
atau depletions incurrences aset atau kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas, selain yang berkaitan dengan distribusi kepada peserta ekuitas.
Beban mencakup kerugian serta biaya yang timbul dalam rangka kegiatan
normal entitas. Namun, kerangka menyatakan bahwa kerugian mewakili penurunan
manfaat ekonomi dan karena itu tidak berbeda di alam dari biaya lainnya. Oleh karena
itu, beban tidak dianggap sebagai elemen terpisah. Perusahaan telah berusaha untuk
membedakan antara biaya dan kerugian yang terjadi dalam dan di luar aktivitas normal
dengan mengelompokkan item sebagai normal atau luar biasa dalam laporan laba rugi.
Nilai tercatat persediaan harus diakui sebagai beban (expense) didalam suatu periode
dimana persediaan dijual dan pendapatan yang terkait diakui.
28
suatu pengurangan di dalam jumlah persediaan yang dianggap beban di dalam periode
dimana pemulihan tersebut terjadi.
1. Jumlah setiap penurunan nilai persediaan menjadi nilai realisasi bersih dan semua
kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan
atau kerugian tersebut.
2. Setiap penurunan nilai persediaan dibawah biaya perolehan menjadi nilai realisasi
neto atau suatu kerugian persediaan terjadi, seluruh kerugian persediaan diakui
sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut.
Contoh:
PT Sejahtera membeli 1.000 unit persediaan seharga $100.000 dan biaya pengangkutan
sebesar $10.000. Selama tahun yang bersangkutan, perusahaan menjual 750 unit
dengan harga $150 per unit. Pada akhir tahun, PT Sejahtera mempunyai 250 unit
persediaan dimana 50 unit ternyata rusak. Diestimasi bahwa unit barang yang rusak
dapat dijual dengan harga $25 per unit dan sisanya 200 unit dengan harga $150 per unit.
Nilai persediaan pada akhir tahun dan dampak penjualan barang yang rusak pada
laporan laba-rugi untuk periode pelaporan keuangan berjalan adalah sebagai berikut:
29
Barang rusak : 50 x $25 = $1.250
Barang yang tidak rusak : 200 x $110 = $22.000
Total nilai persediaan : $23.250
● Dampak penjualan
XI. PENGUNGKAPAN
Laporan keuangan perlu mengungkapkan:
30
berdasarkan sifat biaya (bahan baku dan bahan habis pakai, biaya tenaga kerja, biaya
operasi lainnya) dan jumlah biaya bersih perubahan persediaan untuk periode tersebut).
[IAS 2.39] Hal ini konsisten dengan IAS 1 Penyajian Laporan Keuangan, yang
memungkinkan penyajian biaya berdasarkan fungsi atau sifatnya.
31
DAFTAR ISI
Amin, C. (2016). Studi Perbandingan Antara PSAK No. 1 (2009) dengan IAS No. 1 tentang Penyajian
Laporan Keuangan dan PSAK No. 3 (2010) dengan IAS No. 34 tentang Laporan Keuangan
Interim. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Aziz, M., Syafitri, E., Abdul K, M., Panji G, F., & Putra, M. (2022). Analisis Perbedaan PSAK 1 Revisi
2013 dengan IAS 1 Tentang Penyajian Laporan Keuangan dan PSAK 3 Revisi 2016 dengan
IAS 34 Tentang Laporan Keuangan Interim. EKOMA : Jurnal Ekonomi, Manajemen,
Akuntansi.
https://www.icab.org.bd/icabadmin/uploads/ckeditor/9495IAS%2002.pdf
https://www.pkf.com/media/8d891e8144729e5/ias-2-inventories.pdf https://ukirama.com/blogs/cara-
dan-contoh-perhitungan-metode-fifo-lifo-dan-average
32