Anda di halaman 1dari 6

Auditing dan Masalah Resiko

(Tugas RMK Auditing dan Atestasi)

Nama:
Akhmad Nurhadi Putranto
2014240916

Pendidikan Profesi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
2015

Auditing dan Masalah Resiko


(Resiko Operasional Dan Informasi Terhadap Kebutuhan Jasa Audit)
Auditor itu bernilai karena pengetahuan teknis mereka dan independensi dalam
memberikan keandalan, seperti juga kompetensi dan pengalaman mereka dalam membantu
perusahaan memperbaiki operasional.
Auditor

membuat dan membantu

mengimplementasikan rekomendasi yang

memperbaiki keuntungan dengan memperkuat pendapatan atau mengurangi biaya termasuk


pengurangan kesalahan dan penipuan, dan dengan memperbaiki kontrol operasional
Mengapa audit diperlukan?
-

Karena ada hal- hal yang menyebabkan risiko informasi( hubungan tdk dekat antara
pembuat dan pengguna informasi, sikap memihak dan motif lain yang
melatarbelakangi pemberian informasi, jumlah data yang besar, dan transaksi

pertukaran yang kompleks)


Untuk mengurangi risiko informasi tersebut( verifikasi informasi oleh pengguna,
risiko ditanggung bersama oleh pembuat dan pengguna, audit atas laporan keuangan)

Pelayanan Assurance
Pelayanan atau jasa profesional independen yang dapat meningkatkan kualitas
informasi bagi para pembuat keputusan.
-

Audit atas Laporan Keuangan Historis Jasa atestasi dimana auditor menerbitkan
laporan tertulis tentang opini apakah laporan keuangan telah disusun berdasarkan

PABU
Tinjauan atas Laporan Keuangan Historis Jasa tinjauan (review) laporan keuangan

dengan keandalan yang menengah dan bukti tidak terlalu banyak


Jasa Atestasi Lainnya asa bagi pengguna informasi keuangan perusahaan untuk
mencari keandalan laporan keuangan historis

Jasa Assurance Lainnya


Keandalannya adalah tentang dapat dipercayanya dan kesesuaian informasi tersebut, yang
mungkin telah atau belum diasersi oleh pihak lainnya:
-

Jasa Assurance pada Teknologi Informasi


Jasa WebTrust Akuntan Publik

Jasa menilai keterpercayaan sistem informasi (SysTrust)


Jasa Assurance pada Jenis Informasi lainnya
Jasa Non Assurance yang Disediakan oleh Akuntan Publik

Kebutuhan Ekonomis Akan Auditing


-

Penyebab Resiko Informasi Kecenderungan : Pembuat keputusan menerima informasi

yang tidak dapat dipercaya


Jauhnya sumber informasi
Bias dan motif penyedia informasi
Jumlah data yang sangat besar
Transaksi pertukaran yang kompleks
Pengurangan Resiko Informasi: Resiko informasi dihadapi dengan membiarkannya

tetap pada tingkat yang relatif tinggi


Pengguna informasi menguji informasi yang diperolehnya
Pengguna informasi berbagi resiko informasi dengan manajemen
Laporan keuangan yang diaudit telah tersedia

Definisi Auditing
Aturan-aturan akuntansi menjadi kriteria membandingkan kesesuaian informasi. Atau
Pengumpulan serta pengevaluasian bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan
tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dilaksanakan
oleh orang yang kompeten dan independen.
-

Informasi dan kriteria yang telah ditetapkan


Pengumpulan serta pengevaluasian bukti
Seseorang yang kompeten dan independen
Pelaporan
Tahap terakhir dari proses audit
Komunikasi atas temuan auditor kepada para pengguna informasi

Jenis Audit
1. Audit Operasional: Tinjauan atas bagian tertentu dari prosedur serta metode
operasional organisasi tertentu. Tujuan: Mengevaluasi efesiensi serta efektivitas
prosedur serta metode yang digunakan. Hasil akhir: rekomendasi
2. Audit Kepatuhan. Menentukan apakah klien (auditee) telah mengikuti prosedur, tata
cara, serta peraturan yang dibuat oleh otoritas yang lebih tinggi
3. Audit atas Laporan Keuangan: Untuk menentukan apakah seluruh laporan keuangan
(informasi yang diuji) telah sesuai dengan kriteria tertentu (PSAK)

Risiko operasional dulu dikelola secara informal, sebagai bagian dari pekerjaan seharihari seorang manajer, yang tak pernah memikirkan bahwa sebetulnya pekerjaannya
merupakan praktek dari manajemen risiko. Selain itu, pengelolaan risiko operasional
umumnya dilakukan oleh bidang audit dan kepatuhan. Namun seringkali risiko operasional
ini terlambat diidentifikasikan, karena audit menilai berdasarkan past performance.
Agar bisa mengelola risiko operasional, perusahaan memerlukan sebuah infrastruktur
Manajemen Risiko Operasional, yang terdiri dari:
1. Metodologi
Metodologi Manajemen Risiko Operasional: adalah cara atau pendekatan yang dilakukan
untuk melaksanakan tahapan manajemen risiko yang meliputi identifikasi, pengukuran,
pengendalian dan pemantauan risiko. Secara umum terdapat tiga perangkat manajemen risiko
operasional yang banyak dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan
dan memantau risiko operasional, yaitu : a) Risk Assessment. b)Risk Indicator. c)Data Base.
Ketiga

perangkat

ini

saling

melengkapi

berbagai

perspektif

manajemen

risiko:

seperti forward looking vs historical; quantitative vs qualitative.


Risk Assessment sebagai perangkat yang bertujuan untuk mendiagnosis masalah, bersifat
prediktif, dan kualitatif. (misalnya: dugaan adanya penyimpangan penilaian agunan). Risk
Indicator sebagai perangkat yang bertujuan untuk mengetahui, mengukur dan memonitor
perubahan faktor-faktor risiko, dapat bersifat prediktif hingga historis, dapat bersifat kualitatif
hingga kuantitatif (Indikator rasio market value agunan terhadap nilai kredit mengalami
penurunan). Data Base sebagai perangkat yang bertujuan untuk mengumpulkan dan mencatat
kejadian yang berpotensi menimbulkan kerugian, hampir menimbulkan kerugian atau telah
menimbulkan kerugian. Bersifat kuantitatif dan historis. (Terjadinya kredit yang tidak
terbayar dan nilai agunan tidak mencukupi untuk pelunasan)
Namun, agar dapat dioperasionalkan, perangkat manajemen risiko operasional tersebut
memerlukan perangkat pendukung berupa:
Penanggung Jawab Manajemen Risiko, adalah satu atau lebih orang, yang memiliki
tanggungjawab, dalam kapasitas dan jenjang yang berbeda untuk mengaplikasikan tiga
perangkat manajemen risiko operasional. Contoh: penemu, pencatat, pemvalidasi, pemutus,
pelapor, penanggungjawab tindak lanjut dll.

Media Manajemen Risiko adalah tata cara, waktu, tempat, agenda, lembaga, pelaporan, dan
rencana tindak lanjut atas pelaksanaan tiga perangkat tersebut
2. Sistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan salah satu infrastruktur penting dalam
implementasi manajemen risiko. Pengembangan SIM untuk memenuhi kebutuhan
manajemen risiko dilakukan melalui dua komponen, yaitu sistem dan informasi. Sistem
adalah suatu proses atau mekanisme perolehan, pengolahan, penyampaian informasi baik
dilakukan secara manual maupun dengan bantuan teknologi. Sedangkan informasi itu sendiri,
melingkupi jenis, isi, stuktur informasi, yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.
Cost-benefit

analysis

dalam

memilih

sistem

informasi

manajemen

harus

tetap

dipertimbangkan. Jangan sampai biaya yang dikeluarkan menjadi lebih mahal dari risiko
yang akan dimitigasi. Pemilihan SIM dapat dilakukan secara bertahap, karenaIT is easily
obsolete.
3. Limit
Limit diperlukan sebagai tindakan untuk mengendalikan risiko. Limit yang ditetapkan
didasarkan atas kompetensi, pengalaman, latar belakang pendidikan.Penetapan limit risiko
disesuaikan dengan kondisi sumber daya manusia dari perusahaan yang bersangkutan.
4. Sistem Pengawasan
Sistem pengawasan dapat berupa: i)Organisasi dan pengawasan komisaris dan direksi.
ii)Kebijakan dan prosedur untuk mengarahkan proses manajemen risiko. iii)Metodologi
manajemen risiko. iv)Sistem informasi manajemen risiko beserta perangkat pendukungnya.
v)Sistem pengendalian risiko dan penetapan limit.vi) Penguatan fungsi internal control.
vii)Pengembangan budaya manajemen risiko dan program komunikasi manajemen risiko.
Tuntutan stakeholders telah memaksa adanya kebutuhan untuk menerapkan manajemen risiko
operasional yang terbaik. Bila dilakukan dengan tepat, perusahaan akan menghemat modal.
Di satu sisi, kondisi ini membuat peran dan fungsi professional risk manager semakin
diperlukan, seperti: Chief Risk Officer, Risk Based Auditor, Risk Based Supervisor.
Risiko bersifat inheren, dan ada pada semua aktivitas. Risiko tidak bisa dihilangkan namun
risiko bisa dimitigasi. Berbisnis pada hakekatnya adalah mengambil risiko dan sekaligus

mendapatkan reward atas risiko yang kita ambil. Manajemen risiko bertujuan untuk
mengelola risiko-risiko dalam rangka mencapai tujuan perusahaan dan menjaga
kelangsungan usaha (protect capital and maximize risk-return trade-off)

Anda mungkin juga menyukai