Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 3

BAB 3
MENGETAHUI CARA BERBEDA SEBUAH ORGANISASI DALAM
MELAWAN FRAUD
Ada beberapa aktifitas yang harus dilakukan untuk mengurangi terjadinya
kecurangan (fraud) di dalam organisasi atau perusahaan. 1. Pencegahan
kecurangan. 2. Mendeteksi kecurangan lebih dini. 3. Investigasi kecurangan. 4.
Menggunakan aksi legal atau pemecahan masalah. Pada umumnya, seorang
konsultan fraud akan memberitahukan bahwa tidak ada namanya fraud kecil,
adanya adalah fraud besar yang belum diketahui. Dengan demikian, fraud harus
dapat dideteksi lebih awal atau melakukan pencegahan agar nantinya kerugian
yang diakibatkannya tidak semakin membesar. Hal tersebut dikarenakan
kebanyakan perusahaan lebih banyak menggunakan cara ketiga dan keempat yang
menghabiskan banyak biaya dan tidak terlalu efektif.
PENCEGAHAN FRAUD
Mencegah fraud pada umumnya merupakan cara efektif dengan biaya
rendah yang dapat mengurangi kerugian akibat fraud. Pencegahan fraud yang
efektif mencakup dua aktifitas dasar. 1. Mengambil langkah untuk menciptakan
dan memperbaiki budaya kejujuran dan beretika. 2. Menilai resiko dari fraud dan
mengembangkan respon khusus untuk mengurangi resiko dan mengeliminasi
kesempatan untuk melakukan fraud. Penjelasan tentang kedua aktifitas
fundamental tersebut akan dijelaskan di paragraph berikut.
Menciptakan budaya kejujuran dan beretika
Organisasi biasanya menggunakan beberapa pendekatan untuk menciptakan
budaya kejujuran dan beretika.Lima elemen kritis dan yang sering digunakan
adalah 1.Memastikan bahwa manajemen puncak merupakan contoh perilaku yang
baik. 2. Merekrut pegawai bersifat baik. 3. Mengkomunikasikan harapan-harapan
melalui organisasi dan mengevaluasi pecapaian harapan tersebut melalui catatan
periodic. 4. Menciptakan lingkungan kerja yang pisitif. 5. menciptakan dan
memperbaiki kebijakan untuk mengatasi fraud ketika telah terjadi.
1. Model karakter pemimpin
Pemimpin organisasi berperan sangat penting dalam memberikan
dan menciptakan budaya berkarakter dan jujur.Peran penting tersebut
dapat dilakukan dengan menjadikan diri mereka sendiri sebagai contoh
yang patut ditiru dan dijadikan panduan dasar dalam bersifat dan beretika.
Dengan demikian, seluruh bagian manajemen organisasi dapat dengan
mudah menemukan seorang model yang akan memperbaiki dan membawa
perusahaan lebih baik dalam segi budaya dan etika.
2. Merekrut Pegawai yang bersifat baik
Kunci kedua untuk meciptakan budaya jujur dan beretika di organisasi
adalah dengan merekrut pegawai yang tepat dan baik dalam segi etika,

Kelompok 3
latar belakang, dan sifat. Tidak semua pegawai memiliki kebiasaan jujur
maupun dapat mengembangkan sifat baik mereka karena beberapa
pegawai akan bersifat tidak baik tatkala mendapatkan tekanan atau berada
dalam kondisi tertentu.
Beberapa hasil penelitian menemukan sebuah model yang
menjelasakan mengapa seseorang berkelakuan tidak etis, Ethical Maturity
Model (EMM). Ada empat level di dalam model ini. 1. Pengertian Etika
pribadi.Elemen ini sangat mendasar dari kepribadian seseorang mengenai
pengetahuan tentang benar salah, keadilan, kepedulian, dan integritas. 2.
Mengaplikasikan etika di dalam situasi bisnis. Seseorang telah mengerti
bagaimana berbeuat baik dan menghindari kejelekan di dalam suatu bisnis.
3. Keteguhan beretika. Elemen ini merupakan kekuatan dan keyakinan
untuk bertindak secara benar di berbagai macam situasi. 4. Kepemimpinan
Etika. Elemen ini menyatakan bahwa seseorang dapat mendorong yang
lainnya untuk berbuat etis.
3. Mengkomunikasikan Harapan Kejujuran dan Integritas
Elemen ketiga untuk mencipatakan budaya jujur dan beretika adalah
mengkomunikasikan harapan kejujuran dan integritas.Hal ini mencakup
1.Mengidentifikasi nilai-nilai dan etika yang cocok. 2. Pelatihan kesadaran
tentang fraud membantu pegawai mengerti masalah potensi fraud dan
menghadapinya serta melaporakannya pada yang berwenang. 3.
Mengkomunikasikan harapan yang konsisten tentang hukuman dan
konsekuensi dari perilaku fraud.
4. Menciptakan Lingkungan Kerja Positif
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fraud lebih jarang terjadi tatkala
pegawai memiliki perasaan yang positif pada organisasi dan memiliki rasa
memiliki pada organisasi tersebut.Oleh sebab itu, lingkungan dan budaya
bekerja di suatu organisasi harus dibentuk sedemikia rupa sehingga
membuat pegawainya betah dan selalu bersifat positif pada organisasi.
MENILAI DAN MENGURANGI RESIKO FRAUD
Untuk dapat menciptakan budaya kejujuran yang lebih efektif, pencegahan
terjadinya fraud juga dapat dilakukan dengan mengeliminasi dan menghilangkan
kesempatan untuk melakukan fraud.Organisasi dapat secara efektif mengeliminasi
fraud dengan 1.Mengidentifikasi sumber dan ukuran resiko secara akurat. 2.
Mengimplementasikan langkah preventif yang cocok dan pengendalian detektif
untuk mengeliminasi resiko-resiko tersebut. 3. Menciptakan monitoring secara
meluas kepada pegawai. 4. Memanfaatkan jasa auditor internal atau eksternal
yang dapat mengecek kinerja organisasi secara independen.
MENDETEKSI FRAUD
Pendeteksian fraud mencakup langkah dan tindakan yang diambil untuk
menemukan fraud yang telah dan sedang terjadi. Deteksi tidak termasuk prosedur

Kelompok 3
investaigasi untuk mengetahui motif, niat, dorongan, atau motivasi pelaku
melakukan fraud.
Deteksi fraud biasanya dimulai dengan mengidentifikasi gejala, indikator atau
bendera merah yang biasanya berkaitan dengan terjadinya fraud.Secara umum,
ada beberapa langkah dasar untuk mendeteksi fraud. 1. Dengan kesempatan 2.
Menyediakan cara bagi orang-orang untuk melaporkan kecurigaan terhadap
terjadinya fraud 3. Menguji pencatatan transaksi dan dokumen untuk menentukan
keganjilan akan terjadinya fraud.
INVESTIGASI FRAUD
Beberapa pendekatan yang digunakan untuk mengidentifikasi fraud sangat
bervariasi, meski pada umumnya kebanyakan proses investigasi menggunakan
proses wawancara. Investigasi fraud sebenarnya dapat diklasifikasikan
berdasarkan tipe bukti yang ditemukan atau unsure fraud. Dengan menggunakan
pendekatan pertama dari Persegi Bukti yang menyatakan empat teknik dalam
proses investigsi fraud. Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Bukti testimony yang dikumpulkan dari individu-individu. Beberapa
metode yang digunakan adalah wawancara, interogasi, dan tes kejujuran
2. Bukti Dokumentasi yang dikumpulkan dari dokumen, kertas, computer,
dan bukti cetak atau tertulis. Beberapa metode yang digunakan untuk
mengumpulkan bukti ini adalah pengujian dokumen, pengumpulan data,
penemuan pencatatan public, audit, penemuan computer, penghitungan
bersih dan akurat, dan analisis laporan keuangan. Dan databes dan email
korporasi juga dapat digunakan.
3. Bukti fisik yang mencakup sidik jari, senjata, property yang dicuri,
identifikasi jumlah barang yang tercuri, dan semua bukti yang dapat dilihat
dan diinvetigasi secara langsung. Untuk mengumpulkan bukti fisik,
perusahaan biasanya menggunakan ahli analisis forensic.
4. Observasi personal mencakup bukti-bukti yang dirasakan, diraba, dilihat,
didengar oleh investigator. Metode yang digunakan dalam teknik ini
adalah pengawasan atau penjagaan, operasi tersembunyi, dan beberapa
lainnya.
Melaksanakan Investigasi Fraud
Investigasi harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena kebanyakan pelaku
fraud adalah orang berpengaruh dan memiliki reputasi atau jabatan yang tinggi di
perusahaan. Oleh sebab itu, berikut cakupan dari proses investigasi fraud.
1. Investigasi harus dilakukan dengan dasar untuk menemukan sebuah
kebenaran
2. Seseorang yang melakukan investigasi harus benar-benar berpengalaman
dan memiliki reputasi yang baik.

Kelompok 3
3. Hipotesis yang dimunculkan oleh investigator harus benar-benar objektif
dan hati-hati dengan didasarkan informasi dan perkembangan proses
investigasi yang didapat.
4. Invstigator harus benar-benar bisa meyakinkan kepada pihak manajemen
bahwa mereka setuju dengan proses investigasi.
5. Investigator yang baik harus meyakinkan bahwa seluruh informasi yang
yang terkumpul selama porses investigasi adalah benar dengan dasar
penentuan secara independen.
6. Pertanyaan atau wawancara yang diajukan harus benar-benar legal dan
adil.
7. Investigator harus melaporkan hasil investigasinya secara nyata dan adil.
MENINDAKLANJUTI TINDAKAN HUKUM
Setelah menemukan hasil dari proses investigasi, beberapa organisasi memilih
salah satu dari ketiga pilihan ini 1. Tidak menggunakan tindakan hukum
2.Menggunakan tindakan hukum perdata 3.Menggunakan tindakan criminal
melawan pelaku kejahatan.

Kelompok 3
STUDI KASUS
Assume that you are the fraud expert for a large fortune 500 company located in
Miami, Florida. In recent meeting with the executive committee, one of the
officers explain that the fraud prevention program, which teaches managers and
employees how to detect and report fraud, costs the company $150.000 a year.
The officers then explain that it is waste of time and money for the company to
educate employees and manager about fraud. it is not the responsibility of the
auditors to detect fraud? he questions. As the fraud expert of the company, the
presidents asks you to explain why managers and employees should be educated
in the detection of fraud.
1. What should you tell the committee about why it is important to train
managers and employees in fraud detection?
2. After explaining to the committee why it is important to train managers
and employees, the president asks you about effective ways to involve
managers and employees in the prevention and the detection of fraud:
what should you tell the president?
JAWABAN
1. Asusmsi pertama dari fraud adalah FRAUD IS COSTLY, fraud berbiaya
mahal. Hal tersebut dikarenakan fraud bisa dilakukan oleh siapapun,
kapanpun, dan di manapun selagi ada kesempatan dan niat jahat. Fraud
yang dilakukan sedikit demi sedikit akan mengakibatkan pengeluaran dan
kerugian yang besar. Oleh sebab itu, langkah preventif atau pencegahan
terhadap terjadinya fraud adalah sesuatu yang penting.
Dalam studi kasus ini, Fortune 500 Company menghabiskan $150.000 per
tahun untuk memberikan pendidikan berkaitan pendeteksian dan pelaporan
akan terjadinya fraud. Pertama, biaya tersebut bisa dibilang sangat cocok
dengan hasil yang akan didapatkan oleh seluruh pemangku perusahaan.
Hal tersebut demikian, seluruh manajer dan karyawan akan dapat
mengetahui suatu pengetahun berkaitan dengan metode mendeteksi
terjadinya fraud dan melaporkan kejadian tersebut. Dengan demikian,
seluruh manajer dan karyawan akan dapat dengan mudah bertindak ketika
mengetahui terjadinya fraud.
Kedua, pendidikan tentang fraud tersebut akan sangat bermanfaat dalam
jangka panjang perkembangan perusahaan. Dengan pendidikan tersebut,
perusahaan dapat membantu para karyawannya membentuk budaya
kejujuran dan beretika yang dikarenakan mereka telah mengerti tentang
bagaimana bahaya yang akan terjadi bila fraud tetap dibudayakan dan
tidak mendapatkan perhatian lebih.
Ketiga, perusahaan akan sangat mudah untuk menindaklanjuti tindak
criminal fraud dengan mengimplementasikan kebijakan dan peraturan
yang disesuaikan dengan budaya dan etika perusahaan. Hal tersebut

Kelompok 3
demikian, karyawan dapat dengan mudah melakukan pelaporan tatkala
terjadi fraud di lingkungan mereka.
Keempat, perusahaan dapat menghemat pengeluaran biaya dan kerugian
yang diakibatkan oleh terjadinya fraud yang telah menjadi budaya di
dalam suatu perusahaan. Perusahaan dapat memiminimalisir terjadinya
fraud kecil yang pada akhirnya juga akan mengakibatkna kerugian yang
besar pula. Selain itu, perusahaan juga diharuskan mengeluarkan biaya
yang lebih besar untuk melakukan investigasi mauapun tindak lanjut
secara perdata tatkala fraud telah membudidaya. Oleh sebab itu, biaya
sebesar $150.000 akan sangat impas dengan manfaat jangka panjang yang
akan diterima oleh perusahaan di kemudian hari.
2. Untuk melakukan pencegahan fraud secara efektif dengan menyertakan
para manajer dan karyawan, maka ada dua langkah umum yang dapat
dilakukan. 1. Mengambil langkah untuk menciptakan dan memperbaiki
budaya kejujuran dan beretika. 2. Menilai resiko dari fraud dan
mengembangkan respon khusus untuk mengurangi resiko dan
mengeliminasi kesempatan untuk melakukan fraud.
Cara yang pertama adalah mengambil langkah dan memperbaiki budaya
kejujuran dan beretika.Cara ini mencakup adalah 1.Memastikan bahwa
manajemen puncak merupakan contoh perilaku yang baik. 2. Merekrut
pegawai bersifat baik. 3. Mengkomunikasikan harapan-harapan melalui
organisasi dan mengevaluasi pecapaian harapan tersebut melalui catatan
periodic. 4. Menciptakan lingkungan kerja yang pisitif. 5. menciptakan
dan memperbaiki kebijakan untuk mengatasi fraud ketika telah terjadi.
Cara yang kedua adalah Menilai resiko dari fraud dan mengembangkan
respon khusus untuk mengurangi resiko dan mengeliminasi kesempatan
untuk melakukan fraud.Cara ini mencakup 1.Mengidentifikasi sumber dan
ukuran resiko secara akurat. 2. Mengimplementasikan langkah preventif
yang cocok dan pengendalian detektif untuk mengeliminasi resiko-resiko
tersebut. 3. Menciptakan monitoring secara meluas kepada pegawai. 4.
Memanfaatkan jasa auditor internal atau eksternal yang dapat mengecek
kinerja organisasi secara independen.
Di lain sisi, metode pendidikan dan pelatihan terkait pencegahan dan
pelaporan fraud merupakan langkah awal yang harus dipenuhi agar
nantinnya para manajer dan karyawan dapat dengan mudah mengurangi
fraud yang kemungkinan akan terjadi.

Kelompok 3
BAB 4
PENCEGAHAN DAN PENDETEKSIAN KECURANGAN
A. Semua Orang dapat Menjadi Tidak Jujur
Sebagian besar orang dapat melakukan kecurangan dan sebagian besar
orang laiinya mengadaptasinya dari lingkungan mereka. Maksudnya adalah
ketika ditempatkan pada lingkungan dengan integritas yang rendah,
pengendalian yang buruk, akuntanbilitas yang longgar, atau tekanan yang
tinggi, maka orang akan memiliki kecenderungan menjadi semakin tidak
jujur.
Berangkat dari dasar sinilah, maka dari itu setiap perusahaan perlu
memikirkan cara pencegahan kecurangan. Pada bab ini ada 2 cara dalam
upaya pencegahan kecurangan, yaitu :
1. Menciptakan budaya kejujuran, keterbukaan, dan memberi dukungan
2. Mengeliminasi kesempatan terjadinya kecurangan
Menciptakan Budaya Kejujuran, Keterbukaan, dan Memberi Dukungan
Terdapat tiga faktor utama dalam pencegahan kecurangan terkait dengan
menciptakan budaya kejujuran, keterbukaan, dan dukungan. Ketiga faktor
tersebut adalah (1) Mempekerjakan orang yang jujur dan menyediakan
pelatihan kesadaran akan adanya kecurangan. (2) Menciptakan lingkungan
kerja yang positif. (3) memberikan program dukungan pegawai.
1) Mempekerjakan orang yang jujur dan menyediakan pelatihan
kesadaran akan adanya kecurangan.
Perusahaan melakukan penyaringan terhadap pelamar kerja secara
efektif, sehingga hanya calon pegawai jujur yang akan dipekerjakan.
Dengan kehidupan yang semakin ketat seperti saat ini, menjadi penting
bagi perusahaan untuk memiliki kebijakan penyaringan tenaga kerja
yang baik. Bahkan, dalam lingkungan pengendalian yang sangat
ketat,pegawai yang jujur dengan tekanan berat seringkali dengan
mudah melakukan kecurangan.
Terlebih lagi keputusan perekrutan yang buruk tidak hanya dapat
membuat perusahaan mempekerjakan pegawai yang tidak jujur, namun
juga kelalaian dalam mempekerjakan dan/atau mengelola klaim
sumber daya tenaga kerja mereka, pemberi kerja mungkin dapat
diminta bertanggung jawab atas tindakan atau kelalaian pegawai, baik
di dalam maupun diluar ruang lingkup pekerjaan pegawai.
2) Menciptakan lingkungan kerja yang positif
Faktor yang kedua adalah Menciptakan lingkungan kerja yang positif.
Menciptakan lingkungan kerja yang positif tidak terjadi secara
otomatis, akan tetapi harus di pupuk atau dibangun. Dalam
menciptakan lingkungan kerja yang positif terdaat 3 elemen yang
berkontribusi dalam penciptaannya, antara lain :
a) Menciptakan ekspetasi terkait kejujuran melalui kode etik yang
cukup baik yang dimiliki organisasi dan kemudian menyampaikan
ekspetasi ini keseluruh bagian dari organisasi
b) Memiliki kebijkan yang sifatnya terbuka dan mudah diakses
c) Memiliki prosedur operasional dan personel yang positif.

Kelompok 3
3) Mengimplementasikan program dukungan untuk pegawai
Faktor ketiga dalam menciptakan budaya jujur, terbuka, dan memberi
dukungan adalah implementasi program dukungan pegawai. Salah satu
dati tiga elemen fraud adalah tekanan yang dirasakan. Sering kali,
tekanan yang memotivasi kecurangan adalah apa yang dianggap
pelaku sebagai suati keadilan atau apa yang diyakini tidak memiliki
solusi logis yang memungkinkan. Pada waktu inilah peran perusahaan
diperlukan dalam memberikan pelatihan mengenai cara yang efektif
untuk menangani tekanan pribadi kepada para pegawai, sehingga
dengan cara ini perusahaan dapat mampu untuk mengeliminasi banyak
potensi kecurangan.
B. Eliminasi Kesempatan Melakukan Fraud
Kesempatan untuk melakukan fraud terdiri atas tiga hal utama yang
dijelaskan dalam segi tiga fraud, yaitu kesempatan, tekanan dan rasionalisasi.
Presentase besar dari salah satu faktor saja sudah bisa memberikan kerugian yang
besar dalam sebuah perusahaan. Apalagi jika ketiganya memiliki presentasi yang
cukup, maka akan menjadi kombinasi mengerikan. Karena itu cara yang bisa
dilakukan oleh perusahaan adalah meminimalkan bahkan mengeliminasi
kesempatan. Mengeliminasi kesempatan sebagai salah satu faktor terjadinya fraud
adalah unsur kedua yang penting dalam rangka pencegahan fraud.
Dalam rangka mengeliminasi kesempatan ada lima metode yang dapat
dilakukan oleh perusahaan, yaitu memiliki pengendalian internal yang baik,
memberitahukan kebijakan perusahaan dalam melawan fraud, mengawasi
karyawan dan menyediakan sistem whistle-blowing, adanya pemberlakukan
sanksi, dan mengadakan audit berkala. Metode-metode ini akan membantu
perusahaan mengurangi kesempatan fraud yang telah terjadi dan/atau akan terjadi
di masa mendatang. Dengan menjalankan unsur pertama -faktor budaya- dan
unsur kedua ini, maka perusahaan memiliki program komprehensif pencegahan
fraud. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai metode-metode dalam
mengelimnasi kesempatan.
Memiliki Sistem Pengendalian Internal yang Baik
Menurut COSO, kerangka pengendalian internal terdiri atas lingkungan
pengendalian, sistem akuntansi, aktivitas pengendalian, pengawasan, dan
komunikasi dan informasi.
a) Pertama, lingkungan pengendalian berhubungan dengan pola organisasi
yang ditetapkan oleh manajemen yang kemudian diturunkan ke setiap
individu dalam organisasi tersebut. Lingkungan pengendalian merupakan
dasar bagaimana setiap individu melaksanakan tanggungjawabnya.
b) Kedua, sistem akuntansi yang baik akan menghasilkan informasi akuntansi
yang valid, lengkap dan tepat waktu untuk pengambilan keputusan
perusahaan. Sistem harus bisa menghasilkan informasi yang tepat untuk
dinilai, dikelompokkan, diotorisasi, dan diringkas.
c) Ketiga, aktivitas pengendalian yang baik merupakan kebijakan dan praktik
manajemen dalam mengendalikan aset, mengotorisasi, mengendalikan
tugas, memeriksa independensi, dan mendokumentasikan transaksi. Ketiga

Kelompok 3
aktivitas di atas merupakan program pencegahan. Dua aktivitas
selanjutnya, pengawasan dan komunikasi, merupakan program
pendeteksian fraud. Artinya, melalui aktivitas ini kita bisa mengetahui atau
menemukan hal-hal mencurigakan yang berhubungan dengan fraud.
Memperkecil Kesempatan Kolusi antara Karyawan dan Pihak Eksternal dan
Informasi Kebijakan ke Pihak Eksternal
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa 71% fraud dilakukan secara
individual dan sisanya 29% dilakukan secara berkelompok atau kolusi. Kolusi
membutuhkan waktu lama untuk terjadi karena tiap individu memerlukan waktu
untuk menemukan individu lain yang dapat dipercaya untuk bersama-sama
melakukan fraud. Namun, kenyataan dalam bisnis menunjukkan bahwa angka
kolusi semakin meningkat tiap tahunnya. Biasanya kolusi dilakukan dalam hal
pembelian dan penjualan, yang artinya kolusi terjadi antara karyawan dengan
pemasok atau pelanggan.
Mengawasi Karyawan dan Memiliki Sistem Whistle-Blowing
Beberapa karyawan yang melakukan fraud biasanya dipicu dengan
keinginan untuk memiliki gaya hidup mewah. Hal ini juga mudah diketahui oleh
perusahaan karena karyawan tiba-tiba memiliki barang-barang mewah atau
memiliki uang untuk kegiatan-kegiatan berbiaya besar dalam waktu singkat.
Biasanya manajemen atas mendapat informasi dari sesama karyawan yang
menyadari temannya tiba-tiba memiliki gaya hidup yang wah. Namun di
beberapa perusahaan, karyawan yang mengetahui kegiatan fraud temannya
cenderung takut karena bisa dicap berkhianat atau jahat. Karena itu perusahaan
perlu memiliki sistem whistle-blowing yang baik sehingga keaman dan
kerahasiaan pelapor dapat terjaga. Sistem whistle-blowing yang efektif tercermin
dari identitas pelapor yang dirahasiakan, independensi, mudah diakses, dan
adanya tindak lanjut atas setiap laporan yang masuk.
Pemberlakuan Sanksi
Untuk mengeliminasi kesempata, perusahaan bisa memunculkan persepsi
bahwa ketidakjujuran akan mendapat hukuman yang memalukan. Artinya disini
bahwa ketika melakukan fraud, karyawan tidak hanya terancam diberhentikan
tetapi juga mendapat malu yang akhirnya bisa menyakiti orang-orang yang
dicintainya. Jika perusahaan hanya memberhentikan karyawan, maka mereka bisa
saja berbohong pada keluarga bahwa mereka diberhentika karena ada PHK.
Padahal mereka diberhentikan karena melakukan fraud. Dengan sanksi yang
memalukan akan membuat karyawan tidak melakukan fraud karena tidak ingin
menyakiti orang-orang yang mereka kasihi.
Melakukan Audit atas Fraud yang Proaktif
Saat ini baru beberapa organisasi yang secara aktif melakukan audit atas
fraud. Audit secara berkala bisa mengurangi kesempatan fraud karena karyawan
berada dalam pengawasan dan pemikiran bahwa tindakannya terus diawasi dan
tidak ada celah untuk melakukan farud. Audit atas fraud yang baik terdiri atas

Kelompok 3
empat langkah, yaitu mengidentifikasi eksposur risiko fraud, mengidentifikasi
gejala tiap eksposur, membuat program audit untuk melihat gejala dan eksposur,
dan menyelidiki gejala fraud.
C. Organisasi dan Fraud - Model Saat Ini

Gambar di atas menunjukkan model yang sering digunakan perusahaan


dalam memerangi fraud. Model tersebut terdiri atas empat tahap, yaitu:
Tahap 1 : Kejadian Fraud
Tahap ini adalah ketika fraud terjadi dalam sebuah organisasi. Kejadian
ini tidak didahului dengan kesadaran terjadi fraud atau tindakan
pencegahan. Ketika fraud terjadi maka perusahaan langsung berpindah
ke mode krisis karena perusahaan harus segera mengetahui siapa yang
melakukan fraud, menghindari fraud tersebar luas ke publik,
mengusahakan ganti rugi atas fraud dan meminimalkan dampak fraud
atas perusahaan.
Tahap 2 : Penyelidikan
Dalam tahap ini dimana keamanan dan audit internal bekerja.
Penyelidikan berhubungan dengan uji dokumen dan wawancara ke
pihak-pihak yang terkait.
Tahap 3 : Aksi
Ketika sudah diselidiki, maka perusahaan menentukan tindakan
selanjutnya pada pelaku fraud. Ada tiga pilihan yang biasanya diambil
untuk menghukum pelaku, yaitu tidak mengambil tindakan,
diberhentikan atau ditransfer ke tempat lain, dan diberhentikan dan
dituntuk secara hukum.
Tahap 4 : Resolusi
Tahap ini adalah saat dimana perusahaan menutup kasus,
mengakhirinya, menggantikan posisi pelaku di perusahaan dengan
karyawan lain, dan membuat kebijakan pengendalian internal yang
lebih baik.

Kelompok 3
Selanjutnya, terdapat enam unsur penting yang ada dalam model
memerangi fraud. Kita bisa menemukan unsur-unsur ini dalam tahapan yang ada
di model. Keenam unsur tersebut dapat dilihat dalam figur di bawah ini.

1. Tone at the Top, artinya bahwa perusahaan harus bisa menciptakan


budaya organisasi yang positif dimana setiap individu memiliki
kepedulian atas pengedalian fraud dan sikap manajemen atas yang
dapat diteladani;
2. Education and Training, artinya memberikan pemahaman pada
karyawan bahwa tindakan fraud tidak baik dan melatih mereka untuk
memiliki kesadaran jika menemukan gejala terjadinya fraud;
3. Integrity Risk and Control, artinya perusahaan memiliki pengendalian
yang baik dimana bukan hanya melalui sistemnya tetapi juga setiap
individu perusahaan yang berintegritas untuk menjalankan sistem
pengendalian tersebut;
4. Reporting and Monitoring, artinya tindakan fraud sebaiknya tidak
ditutup-tutupi tetapi harus dipublikasikan. Publikasi dalam hal ini
bukan berarti memberitahukan ke publik secara langsung, tetapi
publikasi lebih kepada memberikan informasi kepada pihak-pihak
yang terkait dengan perusahaan. Perusahaan dapat memberitahukan
pada pihak keamanan, auditor, manajemen yang berkepentingan, dan
karyawan yang tepat sehingga bisa memberikan kewaspadaan dalam
perusahaan;
5. Proactive Fraud Detection, kita menyadari bahwa sebagus-bagusnya
pencegahan fraud, pasti ada celah yang bisa terjadi fraud. Karena itu
perusahaan harus memiliki sistem deteksi fraud agar bisa menemukan
pelaku yang menggunakan celah untuk melakukan fraud;
6. Investigation and Follow-Up, artinya perusahaan menyelidiki
kejadian fraud dan melakukan tindakan lanjut aktif untuk memberika
pelajaran terahdap pelaku fraud.

Kelompok 3
STUDI KASUS
Helen Weeks telah bekerja untuk Bonne Consulting Group (BCG) sebagai
sekretaris eksekutif dalam departemen administratif selama hampir 10 tahun. Dia
mempunyai integritas dan dedikasi terhadap pekerjaannya sehingga mendapatkan
reputasi sebagai pegawai dan mempunyai lebih banyak tanggung jawab.
Tanggung jawab sekarang meliputi mengatur studi kelayakan di luar, menjaga file
klien, bekerja dengan konsultan pemasaran luar, melakukan proses pembayaran,
dan menyampaikan kepada departemen akuntansi tentang seluruh pembukaan atau
penutupan akun vendor.
Selama lima tahun pertama ketenagakerjaan Helen, BCG melakukan
subkontrak seluruh studi pemasaran dan kelayakan kepada Jackson & Co.
Hubungan ini berhenti karena Jackson & Co merger dengan perusahaan lebih
besar, kelompok perusahaan konsultasi lebih mahal. Pada saat penghentian, Helen
dan supervisornya memilih perusahaan baru untuk melakukan penelitian pasar
BCG. Namun demikian, Helen tidak pernah menginformasikan kepada
departemen akuntansi bahwa Jackson & Co telah ditutup.
Supervisor membolehkah Helen menandatangani pembayaran voucher
untuk pelayanan yang disampaikan, dan Helen terus memproses Check yang
dibayar dengan menggunakan akun Jackson. Karena supervisor percaya penuh
padanya, dia juga dibolehkan menandatangani voucher pembayaran yang kurang
dari $10.000. Departemen akuntansi memproses pembayaran, dan Helen
mendistribusikan pembayaran. Dia membuka akun bank di kota dengan nama
Jackson & Co., di mana dia membuat deposito. Dia membayar seluruh biaya
pribadi dari akun ini.
Anda baru-baru ini diangkat oleh BCG untuk mendeteksi dan mencegah
penipuan.
1. Pengendalian internal apakah yang tidak ada di perusahaan BCG ?
2. Apa yang memberi Helen kesempatan untuk melakukan kecurangan?
3. Bagaimanakah kecurangan ini dapat dideteksi ?
INFORMASI YANG DIKETAHUI :
1. Terdapat beberapa tanggung jawab sekaligus yang diberikan kepada helen,
antara lain mengatur studi kelayakan di luar, menjaga file klien, bekerja
dengan konsultan pemasaran luar, melakukan proses pembayaran, dan
menyampaikan kepada departemen akuntansi tentang seluruh pembukaan
atau penutupan akun vendor.
2. Helen tidak pernah menginformasikan kepada departemen akuntansi
bahwa akun jackson & Co. telah ditutup.
3. Supervisor mengizinkan Helen untuk menandatangani voucher
pembayaran untuk layanan yang diberikan, sehingga helen dapat
melanjutkan proses cek yang dibuat untuk akun jackson.
4. Supervisor mengizinkan Helen untuk menandatangani semua pembayaran
voucher yang nilainya kurang dari $10.000
5. Helen membuka akun bank di kota terdekat dengan atas nama jackson &
Co. untuk memasukan setoran, dan ia menggunakan uang tersebut untuk
membayar kebutuhan sehari-hari

Kelompok 3
JAWABAN :
1. Pengendalian internal apakah yang tidak ada di perusahaan BCG ?
Jawaban
Jika melihat beberapa informasi yang terdapat di perusahaan maka ada
beberapa pengendalian internal yang tidak ada di perusahaan BCG antara
lain :
a) Pemisahan tugas
Pemisahan tugas merupakan prosedur pengendalian yang melakukan
pembebanan tanggung jawab kepada orang yang berbeda. Hal ini
ditujukan untuk mengurangi kesempatan bagi seseorang dalam posisi
baik untuk berbuat kecurangan dan sekaligus menyembunyikan
kekeliruan dan ketidakberesan dalam menjalankan tugasnya dalam
keadaan normal.
Sedangkan dalam kasus ini helen menangani beberapa tanggung jawab
sekaligus, menandakan bahwa pengendalian internal yang memisahkan
tugas tidak ada di perusahaan
b) Pengolahan Infomasi
Pengendalian ini bertujuan untuk menangani berbagai pengendalian
yang dilaksanakan untuk mengecek ketepatan, kelengkapan, dan
otorisasi transaksi.
Pengendalian ini membantu menetapkan bahwa transaksi yang
dilakukan adalah sah, diotorisasi dengan semestinya, dan diolah secara
lengkap dan akurat.
Sedangkan pada kasus ini supervisor mengizinkan untuk melakukan
otorisasi sendiri terhadap voucher pembayaran untuk pelayanan yang
diberikan, dan mengizinkan helen untuk menandatangani semua
voucher yang nilainya kurang dari $10.000, hal ini menandakan
bahwa tidak ada pengendalian pengolahan informasi di perusahaan
BCG.
c) Review Kinerja
Pengendalian ini mencangkup review atas kinerja sesungguhnya
dibanding dengan anggaran, prakiraan, atau kinerja periode
sebelumnya. Sedangkan disini Helen bisa tidak melaporkan bahwa
hubungan antara BCG dan jackson sudah berhenti dan tidak pernah
melaporkan bahwa akun jackson sudah ditutup. Hal ini menandakan
bahwa perusahaan tidak melakukan review kinerja kepada
helen,sehingga helen bisa menyembunyikan informasi tersebut.
2. Apa yang memberikan helen kesempatan untuk melakukan
kecurangan ?
Jawaban :
Pada dasarnya yang memberikan Helen kesempatan untuk melakukan
kecurangan adalah kurang atau bahkan tidak adanya pengendalian internal
pada perusahaan BCG. Sehingga Helen dapat melakukan kecurangan
dengan bebas dan aman. Apalagi ia adalah pegawai yang sangat dipercaya
oleh supervisornya dengan memberi beberapa tanggung jawab sekaligus
kepada Helen, sehingga semakin besar kesempatan Helen untuk bisa
berbuat curang.

Kelompok 3

3. Bagaimanakah kecurangan ini dapat dideteksi ?


Jawaban :
Menurut albrecht dalam bukunya fraud examination, terdapat 2
pendekatan dalam proses pendeteksian kecurangan, yaitu
a) Memasang saluran pengaduan untuk menerima laporan, baik dari
partner perusahaan, pegawai lain, atau konsumen. Jadi disini
perusahaan membuat saluran tersendiri untuk menerima pengaduan
dari pihak lain tentang informasi mengenai dugaan kecurangan.
Selain menunggu laporan jika terjadi kecurangan, kita juga bisa
melakukan wawancara terhadap beberapa pegawai di setiap
departemen guna memastikan bahwa bagian tersebut bebas dari
kecurangan.Misalnya kita bisa bertanya kepada pegawai yang jujur
atau lain sebagainya.
b) Menganalisis data untuk mencari trend, jumlah, dan siklus-siklus
lainnya yang mencurigakan. Dengan semakin majunya teknologi hal
ini menjadi mudah untuk dilakukan perusahaan.
Pada kasus diatas seharusnya kita perlu curiga ketika Helen membuka
akun bank baru dengan nama jackson. Kita seharusnya perlu bertanyatanya mengapa perusahaan memindahkan akun banknya, dan jika perlu
kita bisa melakukan konfrimasi kepada pihak jackson, menanyakan
apakah perusahaan tersebut memang baru membuka akun bank di kota
tersebut.

Kelompok 3

Bangkrutnya Sebuah Perusahaan


Beberapa faktor yang menyebabkan kebangkrutan dalam sebuah
periusahaan, antara lain: faktor eksternal dan internal. Kedua perusahaan tersebut
menagkibatkan adanya ketidakseimbangan neraca perusahaan. Kompinen internal
perusahan. Kedua faktor tersebut mengakibatkan terdiri dari sumber daya manusi,
manajemen, struktur organisasi dan alat-alat produksi. Komponen-komponen
tersebut mirip sebuah peralatan mekanik yang saling berhubugan satu sama lain.
Turunnya prestasi kerja dari salah satu komponen tersebutt mempengaruhi
komponen yang lain sehinga kinerja perusahaan jadi buruk.
Kinerja perusahaan yang buruk pada stadium akut mebuat status
perusahaan pada kategori pailit. Tentunya tak ada satupun perusahaan di dunia ini
yang mengharapkan berada di posisi jelak seperti ini. Karena, ini berarti kerugian
yang ditanggung oleh perusahaan akan semakin besar. Smeua aspek dari
perusahaan tersebut mendapatk prestasi kerja yang buruk. Butuh waktu yang
panjang untuk memperbaiki itu semua.
Perusahaan bangkrut yang disebabkan oleh faktor eksternal perusahaan
masih dapat ditanggulangi oleh perusahaan. Faktor eksternal perusahaan yang
tidak dapat diprediksi, misal bencana alam. Kerusakaan tersebut sudah dijamin
oleh Pmerintah atau lembaga keungan asuransi. Sektor produksi hanya berhenti
sementara sedangkan faktor keungan masih terjamin. Penurunan prestasi kerja
perusahaan hanya bersifat sementara.

10 Perusahaan Besar Di Amerika yang mengalami kebangkrutan


1. EF Hutton
Reputasi broker saham asal Amerika Serikat (AS) ini sudah terjun bebas
gara-gara skandal penipuannya yang dimulai sejak 1980. Saat itu,
perusahaan mulai menuliskan cek dengan jumlah orang jauh melebihi arus
kas, sebuah strategi penipuan yang dikenal dengan check kiting.
Hutton menggunakan cara ini untuk memutar uang US$ 250 juta bebas
bunga per hari. Hingga pada 1985 perusahaan mengaku bersalah karena
telah menipu 2.000 nasabahnya yang melakukan pengaduan.
Karena sudah mengaku salah, Hutton tidak ditutup dan tetap bisa
menjalankan bisnis seperti biasa. Bahkan, sama sekali tidak ada direksi
yang dihukuk saat itu.
2. ZZZZ Best Inc.
Barry Minkow, pemilik perusahaan pembersih karpet ZZZZ Best Inc.,
melakukan kampanye kepada beberapa investor yang intinya adalah,
ZZZZ akan menjadi General Motor-nya pembersih karpet.
Ia pun mulai berlaga seperti orang yang sedang membangun perusahaan
bernilai jutaan dolar, salah satunya dengan memalsukan ribuan dokumen
dan berkas penjualan. Pada akhirnya, perusahaan bisa menarik banyak

Kelompok 3

3.

4.

5.

6.

7.

investor sampai-sampai bisa mengumpulkan dana hingga US$ 50 juta (Rp


475 miliar).
Centennial Tech. Inc.
Perusahaan ini sempat jadi primdona di Wall Street pada 1996, sat
sahamnya melonjak 451% ke Rp US$ 55,5 per lembar, dan menjadi saham
berkinerja terbaik di Bursa New York pada tahun yang sama.
Pasalnya, perusahaan memalsukan angka penjualan memory card PC
terbaru mereka dengan omzet senilai US$ 40 juta hanya dalam jangka
waktu dua tahun. Setelah perusahaan terbukti berbohong, sebanyak 20.000
investor kehilangan dana investasinya hanya dalam waktu singkat.
Bre-X Minerals.
Perusahaan asal Kanada menggunakan salah satu wilayah di Indonesia
untuk penipuannya. Pada 1993, perusahaan kembali konsesi tambang di
Busang, Kalimantam, dan melaporkan cadangan emas lebih dari 200 juta
ounce.
Sahamnya langsung meroket, dari yang awalnya kurang dari US$ 1
menjadi ratusan dollar per lembar hanay dalam waktu singkat, membuat
banyak investornya jadi kaya raya dalam semalam.
Sayangnya, pesta ini harus berakhir pada 1997 setelah kandungan emas di
tambang tersebut terbukti dipalsukan. Bahkan, sebenarnya tambang
tersebut juga tidak punya cadangan sama sekali.
Banyak investor yang sempat kaya raya akhirnya jatuh miskin hanya
dalam sekejap.
Dua pihak yang kehilangan dana dalam jumlah besar adalah perusahaan
dana pensiun asal AS, yitu Quebec dan Ontarion.
Enron
Perusahaan energi yang bermarkas di Houston ini pernah menjadi
perusahaan dengan omzet terbesar ketujuh di AS> Berkat kepintarannya
dalam merekayasa akuntansi yang melibatkan laporan kinerja anak-anak
usahanya, perusahaan bisa menyembunyikan utang ratusan juta dolar.
Hebatnya anak-anak usahanya, perusahah bisa menyembunyikannya utang
tersebut ditulis ke dalam pos pendapatan dalam buku laporan kinerjanya.
Worldcom
Raksasa telekomunikasi ini berada dalam pengawasan ketat setelah sempat
ketahuan memakai dana operasionalnya untuk berinvestasi. Sebanyak US$
3,8 miliar dana yang seharusnya dipakai untuk menjalankan bisnis malah
diputar melalui investasi di tempat lain demi menggenjot omzet.
Ketika akhirnya ketahuan tidak menjalankan ketahuan tidak menjalankan
bisnis dengan baik, sebanyak 10.000 karyawan terpaksa dirumahkan,
danbanyak investor yang mengalami kerugian masif mellaui anjloknya
harga saham perusahaan dari US$ 60 menjadi kurang dari US$ menjadi
kurang dari US$ 0,2 per lembar.
Tyco International
Tyco pernah menjadi perusahaan yang sahamnya dianggap sebagai blue
chip paling aman dan menguntungkan. Apalagi, kala itu perusahaan masih
sehat dengan berbagai produknya, mulai dari komponen elektronik,
berbagai alat kesehatan dan keselamatan kerja.

Kelompok 3
Semua itu mulai berubah ketika CEO Dennis Kozlowwski mulai
mengeruk kekayaan perusahaan melalui pinjaman lunak dan kepemilikan
saham. Dengan bantuan CFO Mark Swatz dan CLO Mark Belnick,
Kozlowski mendapatkan pinjaman tanpa bunga senilai US$ 170 juta (1,6
triliun) tanpa persetujuan pemegang saham.
Kozlowski dan Belnick juga mengatur penjualan 7,5 juta lembar saham
Tyco saham yang dilaporkan nilainya mencapai US$ 450 juta (Rp 4,2
triliun), juga tanpa persetujuan pemegang saham. Setelah skandal ini
muncul ke permukaan, saham Tyco terjuan bebas lebih dari 80% hanya
dalam waktu satu bulan setengah.
8. Adelphia
Perusahaan kabel ini sempat menjadi perusahaan terbesar kelima di AS.
Perusahaan ini mulai jatuh ketika tiga pendirinya bersama dua eksekutif
lain terbukti melakukan beberapa konspirasi, kecurangan finansial dan
diberi hukuman oleh otoritas setempat.
Setelah dihukum membayar denda oleh SEC, perusahaan akhirnya
bangkrut dan membiarkan banyak investor gigit jari.
9. HealthSouth Corporation
HealthSouth pernah menjadi salah satu penyedia jasa kesehatan paling
besar di AS pada 1996 berkat pertumbuhannya yang pesat dan gencarnya
akuisisi sepanjang dekade 90-1n. Sayangnya, CEO sekaligus pendiri,
Richard masih belum puas dengan pertumbuhan ini. Ia memina para
karyawan senior beserta akuntannya untuk mengotak-atik omzet dan laba
suapaya lebih tingi di laporan keuangan.
Skandal ini berlangsunf sampai 2003, ketika SEC terbukti melakukan
penggelembungan omzet hingga sebanyak US$ 1,4 miliar (Rp 13,3
triliun). Sahamnya pun jatuh dari US$ 20 menjadi hanya US$ 0,45 per
lembar hanya dalam satu hari.
Daftar Perusahaan di Indonesia yang mengalami kebangkrutan
1. Bank Century
Kasus Bank Century
Kasus Bank Century mulai mencuat pada akhir tahun 2008, kasus
ini menjadi perbincangan hangat masyarakat dan penyidik.Kasus ini mulai
menjadi perbincangan publik setelah Bank Century mengalami kesulitan
likuidasi, kalah kliring, melakukan penipuan melalui manajemen bank,
hingga ditetapkan sebagai bank gagal.Kasus Bank Centurysemakin
mencuat ketika kabar bahwa adanya suntikan dana talangan atau bail
out dari negara yang mencapai triliunan rupiah. Hal ini tentunya membuat
rakyat geram dan meminta kasus ini diusut hingga tuntas karena telah
merugikan negara dengan jumlah yang fantastis yaitu 6,7 triliun
rupiah.Jatuhnya Bank Century dan dikategorikan sebagai bank gagal
dimulai akibat dari penyalahgunaan dana nasabah oleh pemilik Bank
Century berserta keluarganya.Bank Century pun melakukan masalah
internal dengan adanya penipuan oleh manajemen bank terhadap klien
mereka. Bank Century melakukan penyimpangan dana untuk peminjam
sebesar 2,8 milyar dolar Amerika dan melakukan penjualan produk-produk

Kelompok 3
investasi fiktif Antaboga Delta Securities Indonesia. Hal tersebut
menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi para nasabah dan para
nasabah pun tidak dapat mencairkan dananya.
Pada akhir tahun 2008, ditemukan berbagai surat berharga valuta
asing yang telah jatuh tempo dan gagal bayar yang angkanya mencapai 56
juta dolar Amerika. Selain itu, Bank Century mengalami kesulitan
likuidasi dan pada tanggal 13 November 2008 bank ini mengalami
kegagalan kriling akibat kegagalan menyediakan dana (prefund).Akhirnya,
tanggal 20 November, Bank Indonesia menetapkan Bank Century sebagai
bank gagal dan dapat memberikan dampak sistemik pada perbankan
Indonesia.Atas ususlan BI, maka dilakukan penyelamatan Bank Century
melalui pihak LPS (Lembaga Penjamin Simpanan).Kemudian KKSK
(Komite Kebijakan Sektor Keuangan) yang beranggotakan BI, Menteri
Keuangan, dan LPS melakukan rapat.Berdasarkan keputusan yang
ditetapkan KKSK dalam surat No.04.KKSK.03/2008, Bank Century resmi
diambil alih oleh LPS pada 21 November 2008. LPS kemudian
memutuskan memberikan talangan dana sebesar 2,78 triliun rupiah untuk
mendongkrak CAR agar mencapai angka 10 persen guna memenuhi
tingkat kesehatan sebuah bank.Dampak jatuhnya Bank Century ini
berujung pada pencekalan salah satu pemegang saham, Robert Tantular,
beserta tujuh orang pengurus lain Bank Century. Dua pemilik Bank
Century, yaitu Hesham Al-Warraq dan Rafat Ali Rizvi pun tiba-tiba
menghilang.
Talangan dana yang dikucurkan oleh LPS ke Bank Century tidak
lantas menyelesaikan kasus ini, tanggal 9 Desember 2008 Bank Century
mulai mendapatkan berbagai tuntutan dari ribuan investor Antaboga terkait
penggelapan dana investasi sebesar 1,38 triliun rupiah. Semua dana para
nasabah dan investor ini di indikasikan mengalir ke kantung Robert
Tantular selaku pemilik Bank Century. Pada tanggal 3 Februari 2009, LPS
kembali menyuntikan dana ke Bank Century sebesar 1,5 triliun rupiah
yang bertujuan untuk memulihkan kesehatan Bank Century. Talangan dana
yang terus menerus disuntikan ke Bank Century dinilai terlalu besar dan
menuai gugatan dari parlemen, terlebih lagi LPS kembali menyuntikan
dana sebesar 630 miliar rupiah pada tanggal 21 Juli 2009.Sejak saat itu
kasus Bank Century semakin mendapat sorotan tajam dari publik.Kasus
Bank Century juga begitu menyita perhatian terkait adanya dugaan korupsi
serta suap dalam usaha menyelamatkan Bank Century. Dugaan itu pun
akhirnya memunculkan beberapa nama yang disebut-sebut terlibat dan
turut menikmati dana suap Bank Century.
Beberapa kalangan menilai pemberian talangan dana pada Bank
Century merupakan keputusan yang salah dan terkesan di buat-buat.
Karena status Bank Century di perbankan Indonesia terbilang bank yang
sangat kecil dan tercatat hanya sekitar 65.000 nama pemilik rekening bank
ini. Selain itu, dana pihak ketiga di bank yang dimiliki oleh Robert
Tantular ini hanya 0,68% dari total dana di perbankan, aset bank century
hanya 0,42% dari total kredit perbankan, assetbank century hanya 0,72%
dari aset perbankan dan pangsa kreditnya hanya 0,42% daritotal kredit

Kelompok 3
perbankan. Bank-bank pada Novomber 2008 memiliki ratarata diatas
12%.Hanya ada tiga bank kecil yang memilik CAR di bawah 8% (batas
minimum untukbailout PBI no.10 / 26 / PBI / 2008 pada tanggal 30
oktober 2008). Hasil Audit Investigatif BPK yang diserahkan kepada DPR
RI tertanggal 20 November 2009 memaparkan 8 temuan penting yang
mengindikasikan terjadinya tindak pidana korupsi, pelanggaran aturan dan
penyalahgunaan wewenang, dan lain sebagainya. Indikasi korupsi terkait
dengan kasus ini terutama terlihat dari terjadinya pelanggaranaturan dan
penyalahgunaan wewenang.
2.

Bank Riau
Analisa kerugiannya, pertama muncul antara penerbitan obligasi dengan kredit yang

diberikan dengan asumsi sama dengan nilai obligasi sebesar Rp 500 miliar
untuk jangka waktu lima tahun, yakni petama membayarkan bunga
obligasi yang diterbitkan /cost of funt belum termasuk biaya dana giro/
tabungan deposito Rp 260 miliar. Kedua, pendataan dari hasil bunga kredit
yang merupakan usaha pokok bank yakni sebesar Rp 235 miliar, ketiga
kerugian riil atau nyata akibat lebih besar biaya bunga obligasi yang dijual
atau diterbitkan daripada hasil bunga kredit yang diberikan Rp 24,5
miliar.Bahkan, kerugian tersebut belum diperhitungkan akibat
meningkatnya kredit bermasalah atau kredit kolektibility 3,4 dan 5 yang
saat ini sudah mendekati Rp400 miliar lebih.Dan atau jauh lebih kecil lagi
jika dibandingkan cost of fund dari seluruh simpanan berupa giro atau
tabungan dan deposito sebagai dasar suku bunga kredit (SBDK) yang saat
ini tertera di counter Bank Riau Kepri berkisar 13,5 persen.Padahal Bank
Riau Kepri merupakan lembaga kepercayaan pemerintah daerah dan
masyarakat yang orientasinya adalah bisnis dan profit, bukan lembaga
sosial dan juga bukan lembaga politik. Suku bunga yang rendah, katanya,
membahayakan kecukupan penyediaan modal minimum dan menghambat
ekspansi kredit.

Kelompok 3

Daftar Pustaka

http://finance.detik.com/read/2012/05/11/143011/1915021/4/ini-12-perusahaan-asternama-yang-terancam-bangkrut
http://kumpulan-berita-unik.blogspot.com/2013/04/10-penipuan-investasi-paling-besardi.html
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=505&coid=2&caid=2&gid=3

Anda mungkin juga menyukai