Anda di halaman 1dari 31

AKUNTANSI FORENSIK DAN

DASAR-DASAR AUDIT
KECURANGAN
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Audit Forensik

Dosen Pengampu:

ROSLIANA, M.Si

Disusun Oleh :

FEBRY KURNIA

NIM.102181010010

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI
TEMBILAHAN
T.A 2020/2021
AKUNTANSI FORENSIK DAN DASAR-DASAR AKUNTANSI 2021
KECURANGAN

KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Akuntansi
Forensik Dan Dasar-Dasar Audit Kecurangan”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas dalam pemenuhan standar pembelajaran Audit Forensik sebagai
Mata Kuliah Konsentrasi.

Penulisan makalah ini dapat terwujud berkat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penyusun menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setulus-
tulusnya kepada Ibu Rosliana, M.Si selaku dosen pengampu Mata Kuliah Audit
Forensik.

Penyusun telah berusaha sesuai dengan kemampuan untuk menyelesaikan


makalah ini. Namun demikian, Penyusun sangat menghargai masukan yang positif
dari pembaca guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Tembilahan,Maret 2021

Penyusun

AUDIT FORENSIK ii
AKUNTANSI FORENSIK DAN DASAR-DASAR AKUNTANSI 2021
KECURANGAN

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

I.1 Latar Belakang..........................................................................................1

I.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

I.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................4

II.1 Siapa yang Memerlukan Audit Kecurangan?..........................................5

II.2 Apa yang Harus Diketahui dan Dilakukan oleh Auditor Kecurangan?...7

II.3 Tiga Belas Prinsip Audit Kecurangan.....................................................9

II.4 Audit Keuangan dan Audit Kecurangan.................................................11

II.5 Berfikir sebagai Seorang Auditor Kecurangan.......................................14

II.6 Apa yang dimaksud dengan Akuntansi Forensik dan Investigasi? .......18

II.7 Siapa yang Memerlukan Akuntansi Forensik?.......................................20

II.8 Apa yang Harus Diketahui dan Dilakukan oleh Akuntan Forensik?......21

II.9 Beberapa Refleksi tentang Akuntansi Forensik......................................23

BAB III PENUTUP..............................................................................................27

III.1 Kesimpulan............................................................................................27

III.2 Saran......................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

AUDIT FORENSIK iii


BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Pasca krisis moneter 1997 yang meluluhlantakkan perekonomian dan


menghancurkan rezim orde baru yang berimbas ke berbagai aspek dari ekonomi,
politik, hukum dan tata negara. Sistem perekonomian yang dibangun orde baru
dengan kekuasaan sekelompok elit politik dan didukung militer telah menampakkan
kebobrokannya, dimana faktor Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN) menjadi sebab
utama mengapa negara ini tidak mampu bertahan dari krisis bahkan dampaknya masih
terasa hingga sekarang.

Pemberantasan korupsi telah banyak dilakukan, tetapi harapan untuk


menimbulkan efek jera dengan terpenjaranya pelaku koruptor ternyata tidak terjadi.
Hal ini disebabkan karena penegakkan hukum diIndonesia tidak bebas dari permainan
uang dan pengaruh kekuasaan. Strategi-strategi yang telah dirumuskan oleh berbagai
lembaga pemerintah seperti BPK, BPKP, Inspektorat, KPK maupun oleh kalangan
LSM seperti MTI dan ICW masih belum mampu menuntaskan permasalahan korupsi
yang sudah menjamur (Astuti,2018).

Skandal-skandal keuangan seperti yang terjadi pada Enron, World Com,


Xerox, Adelphia Communication, dan jatuhnya Arthur Andersen sebagai The Big
Five Accounting Firm pada awal tahun 2000 telah menurunkan kepercayaan
akuntansi, sehingga terjadi peningkatan teknik forensik. Objek dari akuntansi forensik
disektor swasta maupun sektor publik adalah skandal keuangan yang menyangkut
fraud “penghilangan” aset, seperti pencurian, penyalahgunaan, dan lain-lain. Oleh
karena itu, diperlukan akuntan forensik yang mempunyai keahlian dalam
menginvestigasi indikasi adanya korupsi atau fraud pada perusahaan atau instansi
negara.

The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengklasifikasikan


kecurangan (fraud) dalam bentuk fraud tree yaitu sistem klasifikasi mengenai hal-hal
yang ditimbulkan oleh kecurangan, yang terbagi dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi
berdasarkan perbuatan yaitu penyimpangan atas asset (asset misappropriation),
pernyataan palsu atau salah pernyataan (fraudulent statement) dan korupsi

AUDIT FORENSIK 1
(corruption). Fraud adalah sebuah masalah yang semakin berkembang dewasa ini.
Pelaku-pelaku yang melakukan fraud pun saat ini tidak hanya terbatas pada golongan
atas, namun sudah banyak yang menyentuh lapisan bawah. Hal ini tentu menjadi salah
satu yang perlu kita waspadai dan peduli terhadap sekeliling tempat kita bekerja.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, makalah yang berjudul akuntansi


forensik dan dasar-dasar audit kecurangan ini diharapkan mampu menjelaskan lebih
rinci mengenai lingkup akuntansi forensik dan audit kecurangan.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan


masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan akuntansi forensik?

1.2.2 Apakah yang dimaksud dengan audit kecurangan?

1.2.3 Siapa sajakah pihak yang memerlukan audit kecurangan?

1.2.4 Apa sajakah yang harus diketahui dan mampu dilakukan oleh auditor

kecurangan?

1.2.5 Bagaimanakah prinsip-prinsip yang ada di dalam audit kecurangan?

1.2.6 Apakah yang dimaksud dengan audit keuangan dan audit kecurangan?

1.2.7 Bagaimanakah cara berpikir seorang auditor kecurangan?

1.2.8 Apakah yang dimaksud dengan akuntansi forensik dan investigasi?

1.2.9 Siapa sajakah pihak yang memerlukan akuntansi forensik?

1.2.10 Apa sajakah yang harus diketahui dan mampu dilakukan oleh akuntan

forensik?

1.2.11 Bagaimanakah refleksi tentang akuntansi forensik?

I.3 Tujuan Penulisan

AUDIT FORENSIK 2
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka makalah ini bertujuan untuk:

1.3.1 Mengetahui dan memahami pengertian akuntansi forensik.

1.3.2 Mengetahui dan memahami pengertian audit kecurangan.

1.3.3 Mengetahui pihak-pihak yang memerlukan audit kecurangan.

1.3.4 Mengetahui dan memahami apa saja yang harus diketahui dan mampu dilakukan

oleh auditor kecurangan.

1.3 5 Memahami prinsip-prinsip yang ada di dalam audit kecurangan.

1.3.6 Mengetahui dan memahami pengertian audit keuangan dan audit kecurangan.

1.3.7 Memahami cara berpikir seorang auditor kecurangan.

1.3.8 Mengetahui dan memahami pengertian akuntansi forensik dan investigasi.

1.3.9 Mengetahui pihak-pihak yang memerlukan akuntansi forensik.

1.3.10 Mengetahui dan memahami apa sajakah yang harus diketahui dan mampu

dilakukan oleh akuntan forensik.

1.3.11 Memahami refleksi tentang akuntansi forensik.

BAB II

AUDIT FORENSIK 3
PEMBAHASAN

Fraud (kecurangan) merupakan kecurangan yang sengaja dilakukan dan dapat


menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan
memberikan keuntungan bagi pelaku fraud. Dalam istilah sehari-hari fraud diberi nama
yang berlainan, seperti pencurian, penyerobotan, pemerasan, penggelapan, pemalsuan,
dan lain- lain. Fraud umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan
penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya
pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut. Salah saji terdiri dari
dua macam yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud). Fraud diterjemahkan
dengan kecurangan sesuai Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 70, demikian pula
error dan irregularities masing-masing diterjemahkan sebagai kekeliruan dan
ketidakberesan sesuai PSA sebelumnya yaitu PSA No.32.

Audit kecurangan merupakan pengolahan lingkungan yang mendorong deteksi


dan pencegahan kecurangan dalam transaksi komersial. Investigasi kecurangan dalam
bukti transaksi rekening dan komersial memerlukan keterampilan gabungan dari auditor
terlatih dan penyidik kriminal. Namun, penemuan keterampilan gabungan tersebut
dalam diri seseorang sangat jarang terjadi. Beberapa fungsi dari seorang auditor
kecurangan adalah sebagai berikut:

a. Auditor kecurangan harus menetapkan standar. Ini berarti bahwa auditor


kecurangan dalam perusahaan harus menempatkan diri, dan dikomunikasikan
kepada seluruh karyawan. Kode etik perusahaan yang efektif juga harus mencakup
pedoman kebijakan konflik ketertarikan yang ditandatangani oleh karyawan untuk
memberikan pemahaman yang jelas tentang maksud dari manajemen, terutama
dengan vendor, sebuah klausa yang memungkinkan perusahaan untuk memeriksa
catatan vendor dalam kegiatan usahanya.
b. Auditor harus mengetahui kemungkinan kecurangan. Auditor kecurangan harus
mengetahui jenis perilaku kecurangan yang dialami di masa lalu dan mampu
menghubungkan pengetahuan ini pada berbagai segmen dari setiap sistem akuntansi
dan/atau operasi bisnis.
c. Auditor kecurangan harus tahu rute yang paling berhubungan langsung untuk setiap
pemeriksaan yang harus diikuti untuk menentukan apakah substansi hadir untuk
mendukung perhatian, rumor, atau dugaan.

AUDIT FORENSIK 4
d. Auditor kecurangan harus melihat motif dan mempertimbangkan lingkungan di
mana karyawan beroperasi untuk menentukan apakah ada kemungkinan justifikasi.
e. Auditor kecurangan menaruh banyak perhatian pada investigasi, salah satu
perhatian dasarnya adalah kesempatan. Apakah bisa menunjukkan bahwa orang
yang ditanya adalah satu-satunya yang punya kesempatan untuk mencuri? Mungkin
ada masalah dalam pengumpulan penerimaan sebelum orang tersebut menerima
uang.
f. Perhatian lain dari auditor kecurangan adalah untuk membangun keuntungan dan
mengidentifikasi aset untuk pemulihan yang dimungkinkan. Apakah ada bukti yang
jelas bahwa karyawan diduga menerima keuntungan? Apakah ada pola bukti yang
secara konsisten menunjuk ke satu arah?
g. Auditor kecurangan menilai temuan investigasi. Pada berbagai tahap penyelidikan,
mereka harus memeriksa kembali dan menilai temuan yang diukur dengan standar
pembuktian, untuk menentukan apakah ada dugaan kesalahan dan kelalaian dalam
sistem akuntansi. Sebelum melakukan itu, auditor perlu memeriksa beberapa
transaksi dalam beberapa jangka waktu untuk menentukan apakah pola perilaku ada
dan jika ada pelaporan yang tidak benar kepada manajemen.

II.1 Siapa yang Memerlukan Audit Kecurangan?

Audit kecurangan telah ada selama abad ke-20, terutama dengan munculnya
federal, penjahat, peraturan dan ketetapan yang melibatkan bisnis. Undang-undang
federal terbaru yang telah memberi kontribusi pada pertumbuhan audit kecurangan
termasuk Pelaporan Manajemen Buruh dan Undang-Undang Keterbukaan, UU Dana
Kesejahteraan Pensiun, UU Keamanan Pendapatan Karyawan yang Pensiun (Erisa), dan
UU Tindak Korupsi Asing. Hukum-hukum ini, bersamaan dengan meningkatnya
kecurangan di perusahaan publik, pembuangan dan penyalahgunaan dalam kontrak
pemerintah, dan perhatian publik yang saat ini lebih dari kejahatan kerah putih,
membuat kebutuhan yang lebih besar untuk pengembangan lebih lanjut dari disiplin
ilmu baru.

Kebutuhan untuk bakat audit kecurangan tidak berhubungan semata-mata untuk


memenuhi peraturan pemerintah baru. Keterampilan audit kecurangan di sektor swasta
juga berguna dalam banyak kasus kejahatan keuangan seperti penggelapan atau
pencurian, kekeliruan fakta keuangan, pembakaran untuk keuntungan, kecurangan

AUDIT FORENSIK 5
kepailitan, kecurangan investasi dari segala macam deskripsi, kecurangan bank, suap
dan penyuapan komersial, kecurangan komputer, kecurangan sistem transfer dana
elektronik (TDE), kecurangan kartu kredit, serta kecurangan dan kepura-puraan oleh
vendor, pemasok, kontraktor, dan pelanggan.

Akuntan publik dan auditor internal relatif sedikit dilatih secara khusus dan
berpengalaman dalam disiplin ini. Di Amerika Serikat tubuh terbesar auditor
kecurangan terlatih dan berpengalaman berasal dari audit pemerintah dan badan-badan
investigasi seperti IRS, FBI, GAO, dan SEC. Polisi yang berwenang di tingkat negara
bagian dan lokal memiliki beberapa sumber daya audit yang mereka atur; sebagai
akibatnya, kemampuan mereka untuk menyelidiki kejahatan kerah putih tertentu pun
terbatas. Ada kebutuhan untuk audit kecurangan baik dalam sektor publik dan sektor
ekonomi swasta.

Meskipun kecurangan atau fraud merupakan konsep hukum yang luas,


kepentingan auditor (independen) berkaitan secara khusus terhadap tindakan fraud yang
berakibat terhadap salah saji material di dalam laporan keuangan. Berdasarkan sifatnya,
fraud dapat dikategorikan menjadi:

1. Pelaporaan keuangan yang mengandung kecurangan (fundamental financial


reporting), yang timbul dari pengakuan pendapatan yang tidak tepat, lebih saji
(overstatement) aktiva, atau kurang saji (understatement) kewajiban.
2. Penyelewengan aktiva (misappropriation of assets), termasuk penggelapan, fraud
dalam penggajian, pencurian pihak eksternal.
3. Penyimpangan keuangan oleh manajemen.
4. Kecurangan melalui penghindaran beban, misal fraud dalam pajak, mengatur
pendapatan untuk menghindari pajak.
5. Pengeluaran atau timbulnya kewajiban yang tidak pada tempatnya misalnya
penyuapan.

Ada beberapa faktor utama yang merupakan penyebab timbulnya fraud yaitu
antara lain (1) adanya kerja sama dengan pihak ketiga, (2) adanya kerja sama antara
karyawan perusahaan, (3) adanya internal control yang kurang memadai, (4) kurangnya
kesadaran terhadap perbuatan yang salah dan (5) adanya perbedaan dalam etika bisnis.

AUDIT FORENSIK 6
Selain itu, pada umumnya juga fraud terjadi karena tiga hal yang mendasarinya terjadi
secara bersamaan, yaitu:

1. Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud.


2. Peluang untuk melakukan fraud.
3. Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud

II.2 Apa yang Harus Diketahui dan Dilakukan oleh Auditor Kecurangan?

Seorang auditor kecurangan yang efektif harus tahu dengan beberapa tingkat
pemahaman dari perspektif berikut:

a. Manusia dan individu


b. Organisasi, budaya, dan motivasi
c. Ekonomi / persaingan
d. Sosial
e. Peraturan, hukum, dan bukti (cara melihat, mendeteksi, dan mendokumentasikan
kecurangan tersebut)
f. Akuntansi, audit, dan pengendalian internal (kapan, dimana, dan bagaimana
kecurangan yang paling mungkin terjadi dalam pembukuan dan laporan keuangan)

Seorang auditor kecurangan yang efektif harus dapat melakukan hal


berikut secara kompeten:

1. Melakukan review terhadap pengendalian internal.


2. Menilai kekuatan dan kelemahan dari apa yang mereka kontrol.
3. Mendesain skenario kerugian kecurangan potensial berdasarkan kelemahan yang
diidentifikasi dalam pengendalian internal.
4. Mengidentifikasi transaksi yang dipertanyakan dan keadaan luar biasa (terlalu
tinggi, terlalu rendah, terlalu sering, terlalu jarang, banyak, terlalu sedikit,
kejanggalan waktu, tempat dan orang).
5. Bedakan antara kesalahan sederhana manusia dan kelalaian dalam entri dan entri
kecurangan (kesalahan yang disengaja, seperti kesalahan kecil berulang vs
kesalahan acak yang tidak disengaja)
6. Ikuti aliran dokumen yang mendukung transaksi.
7. Ikuti aliran dana masuk dan keluar dari akun organisasi.

AUDIT FORENSIK 7
8. Mencari dokumen dukungan yang mendasari transaksi yang dipertanyakan.
9. Meninjau dokumen tersebut untuk kejanggalan seperti jumlah peningkatan;
pemalsuan; penggelapan; tagihan palsu; faktur klaim; kerusakan data; klasifikasi
akun yang tidak tepat; penyimpangan dalam urutan serial, jumlah, harga, ekstensi,
dan pondasi, dan substitusi salinan dokumen asli .
10. Mengumpulkan dan menyimpan bukti untuk menguatkan kerugian aset, transaksi
palsu, dan laporan keuangan.
11. Mendokumentasikan dan melaporkan kerugian kecurangan untuk pidana, perdata,
atau klaim asuransi.
12. Sadar akan manajemen, administrasi, dan kebijakan organisasi, kebijakan
prosedural, dan prakteknya.
13. Uji motivasi organisasi dan iklim etika.

Keterampilan seorang penyelidik pidana sama halnya dengan auditor. Auditor


dan detektif kedua-duanya mencari kebenaran: auditor sehubungan dengan akuntansi
yang tepat dalam transaksi bisnis, sedang detektif/pemeriksa terhadap perilaku yang
tepat (hukum) warga negara. Keduanya harus memiliki rasa ingin tahu dan tantangan
yang muncul diluar dugaan dan akibat, seperti waktu yang aneh, tempat-tempat aneh,
dan orang-dalam yang aneh dengan kata lain, hal-hal yang merupakan kebalikan dari
apa yang secara logis diharapkan.

Orang awam menyebutnya intuisi investigasi. Penyidik menyebutnya


penghakiman profesional yang berasal dari pengetahuan, pendidikan, pelatihan,
keterampilan, dan pengalaman yang diperoleh. Tidak seorang pun dilahirkan dengan
keahlian tersebut. Ini bukan rumus, dan sesungguhnya tidak dapat dipikirkan. Tapi itu
bisa dipelajari.

Para firasat dari seorang penyelidik yang terlatih bernilai lebih, karena
didasarkan pada pengalaman, pengetahuan dan pelatihan. Ketika auditor mengatakan
mereka telah menemukan kecurangan dalam catatan akuntansi secara tidak sengaja,
mungkin kebetulan, mata dan telinga yang terlatih dapat membedakan kebenaran.

Meskipun motif kejahatan bukanlah elemen penting dari bukti dalam


mempertahankan keyakinan (sedangkan maksud kriminal adalah demikian), motivasi
adalah penting kepada penyidik dan auditor karena cenderung untuk mengidentifikasi

AUDIT FORENSIK 8
para tersangka lebih mungkin ketika penyebab sebenarnya tidak diketahui. Motif juga
membantu untuk membangun sebuah teori kasus, yaitu, siapa, apa, kapan, dimana,
bagaimana, dan mengapa untuk pelakunya dan bantuan secara substansial dalam
merekonstruksi kejahatan.

Sebagai aturan umum, motif dapat dipisahkan menjadi empat kategori utama:

( 1) Psikotik, (2) ekonomi, (3) egosentris, dan (4) ideologi.

Motivasi psikotik dapat mengganggu keberhasilan penuntutan pidana ketika


sebuah pembelaan dibuat. Dari tiga motivasi lainnya, motivasi ekonomi adalah yang
paling umum. Individu ingin atau perlu uang atau kekayaan. Motivasi egosentris berarti
individu ingin prestise, pengakuan lebih. Sosial yang lebih tinggi atau politik status,
atau bahkan promosi jabatan. Motivasi ideologis berarti bahwa individu merasa bahwa
perjuangan mereka atau nilai-nilai secara moral unggul daripada korban, atau mereka
merasa dieksploitasi, dilecehkan, atau didiskriminasi oleh korban.

II.3 Tiga Belas Prinsip Audit Kecurangan

Motif juga harus dilihat dari berbagai perspektif; serangkaian emosi juga dapat
berfungsi sebagai motif-motif seperti iri hati, dengki, dendam, kemarahan, keserakahan,
kefanatikan, kebencian, kesombongan, ketamakan, kerakusan, dan kemalasan, atau
ketakutan dari ejekan, penolakan, kemiskinan, sakit, kegagalan, kerugian, dan bahkan
ketidak yakinan.

Jelas bahwa seorang penyelidik yang kompeten harus tahu orang-orang dan
motivasi kebutuhan mereka, keinginan, permintaan, dan keinginan; nilai-nilai,
keyakinan dan sikap, dan kekhususan-kekhususan individual.

Auditor, jika mereka berharap untuk menjadi auditor kecurangan, harus juga
cenderung ke arah studi individu. Mereka juga harus tahu cara untuk mengidentifikasi
dan menemukan pelaku dan saksi dan bagaimana untuk mewawancarai mereka, serta
bagaimana mengumpulkan, mengklasifikasikan, dan melestarikan informasi, bukti dan
untuk menilai mereka, keberatan, serta signifikansinya.

Tiga belas Prinsip Pemeriksaan Kecurangan:

AUDIT FORENSIK 9
1. Audit kecurangan tidak seperti audit keuangan. Hal ini lebih kepada pola pikir
daripada metodologi.
2. Auditor Kecurangan tidak seperti auditor keuangan. Auditor Kecurangan
fokus pada pengecualian, kejanggalan, penyimpangan akuntansi, dan pola perilaku,
bukan pada kesalahan dan kelalaian.
3. Audit Kecurangan dipelajari terutama dari pengalaman, bukan dari buku-buku
teks audit atau kertas kerja tahun lalu. Belajar untuk menjadi auditor kecurangan
berarti belajar untuk berpikir seperti pencuri-“dimana link terlemah dalam rantai
kontrol internal?"
4. Dari perspektif audit, kecurangan secara sadar keliru akan fakta keuangan
yang bersifat material. Dari perspektif kecurangan-audit, kecurangan adalah
kekeliruan fakta keuangan yang disengaja.
5. Kecurangan berkomitmen untuk alasan ekonomi, egosentris, ideologis, dan
psikotik. Dari keempat hal tersebut, motif ekonomi adalah yang paling umum.
6. Kecurangan cenderung mencakup teori yang disusun disekitar motif,
kesempatan dan manfaat.
7. Kecurangan dalam lingkungan komputerisasi akuntansi dapat dilakukan pada
setiap pernyataan pengolahan input, throughput, atau output. Masukan kecurangan
(memasukkan data palsu dan kecurangan) adalah yang paling umum.
8. Skema kecurangan yang paling umum oleh karyawan tingkat bawah
melibatkan pengeluaran (hutang, penggajian, dan klaim beban).
9. Skema kecurangan yang paling umum oleh manajer tingkat yang lebih tinggi
melibatkan perataan laba.
10. Kecurangan disebabkan lebih sering dengan tidak adanya kontrol/kontrol
longgar.
11. Insiden kecurangan tidak tumbuh secara eksponensial, melainkan kerugian
kecurangan.
12. Kecurangan akuntansi ditemukan lebih sering secara kebetulan daripada
tujuan atau desain audit keuangan. Lebih dari 90 persen dari kecurangan keuangan
yang ditemukan secara tidak sengaja.
13. Pencegahan kecurangan adalah masalah pengendalian yang memadai dan
lingkungan kerja yang menempatkan nilai tinggi pada kejujuran dan keadilan
pribadi.

AUDIT FORENSIK 10
II.4 Audit Keuangan dan Audit Kecurangan

Audit keuangan dimaksudkan untuk mengungkap penyimpangan material dan


varians dari standar akuntansi yang dapat diterima dari praktik audit. Tapi ketika
berpura-pura digunakan untuk menyamarkan transaksi atau untuk menutupinya, auditor
keuangan tidak mungkin menjadi curiga. Selanjutnya, asumsi integritas manajemen
dapat menciptakan rasa aman palsu di auditor keuangan tentang legitimasi transaksi
keuangan. Melihat ke belakang dan di luar transaksi memaksa auditor kecurangan
mengabaikan asumsi untuk fokus pada substansi sebagai gantinya. Pertanyaan auditor
kecurangan paling penting dipikirkan bukanlah tentang bagaimana sistem akuntansi dan
pengendalian internal menumpuk terhadap AICPA dan CICA standar tetapi:

1. Dimana link terlemah dalam kontrol rantai sistem itu?


2. Penyimpangan apa dari praktik konvensional akuntansi yang mungkin dalam sistem
ini?
3. Bagaimana off-line transaksi ditangani, dan yang dapat mengotorisasi transaksi
tersebut?
4. Apa yang akan menjadi cara paling sederhana untuk kompromi sistem ini?
5. Apa fitur kontrol dalam sistem ini dapat dilewati oleh otoritas yang lebih tinggi?
6. Apa kondisi lingkungan kerja?

Audit untuk kecurangan karena itu lebih dari sebuah proses intuitif dari suatu
metodologi, formal analitik,. Hal ini lebih dari sebuah seni daripada ilmu. Keterampilan
tergantung pada hak-pola pikir (berpikir seperti pencuri, mencari-cari kelemahan) dan
praktek. Tapi ini bukan teknik yang harus dikuasai, itu adalah disposisi mental:
ketabahan dan ketekunan. Mencari informasi yang relevan, mengaturnya dalam
beberapa cara yang berarti, dan kemudian melihat pola yang tercipta.

Pola yang harus dicari adalah pengecualian dan kejanggalan, hal-hal yang tidak
sesuai skema terorganisir karena mereka tampaknya terlalu besar, terlalu kecil, terlalu
sering, terlalu jarang, terlalu tinggi, terlalu rendah, terlalu biasa, terlalu luar biasa,
terlalu banyak, atau terlalu sedikit, atau fitur waktu yang aneh, tempat-tempat aneh, jam
aneh, orang aneh, dan kombinasi aneh. Singkatnya, satu mencari yang tidak biasa
daripada biasanya.

AUDIT FORENSIK 11
Dari sudut pandang akuntansi dan audit, kecurangan adalah kekeliruan fakta
material yang disengaja dalam pembukuan dan laporan keuangan. Keliru dapat
ditujukan terhadap orang luar organisasi seperti pemegang saham atau kreditur, atau
terhadap organisasi itu sendiri dengan menutupi atau menyamarkan penggelapan,
ketidakmampuan, kesalahan penggunaan dana, dan pencurian, atau penyalahgunaan
aset organisasi dengan pegawai kantor, karyawan, dan agen.

Kecurangan, pencurian, penggelapan, dan penyuapan komersial adalah


perhatian penting auditor kecurangan. Audit kecurangan adalah disiplin yang digunakan
untuk mencegah, membedakan, dan mendokumentasikan insiden tersebut. Insiden-
insiden ini dapat terjadi selama bertahun-tahun sebelum mereka ditemukan. Audit untuk
kecurangan berarti mengidentifikasi penyimpangan yang disengaja dalam praktek
akuntansi, prosedur, dan kontrol.

Audit keuangan, yang dibedakan dari audit kecurangan, berkonsentrasi pada


masa sekarang-pada kecukupan pengendalian internal, pada keandalan, validitas, dan
akurasi matematis entri hari ini. Tapi seperti fokus sempit tidak memberikan perspektif
sejarah. Tes kewajaran, ketika tidak berhubungan dengan hubungan masa lalu dan tren,
tidak memberikan wawasan yang cukup. Untuk itu, kita mengatakan audit kecurangan
terlihat di luar, di belakang, dan sebelum transaksi saat ini. Ini menempatkannya dengan
kebanyakan masa lalu sebagai masa kini.

Kecurangan semacam ini terjadi paling sering ketika kondisinya adalah seperti berikut:

1. Pengendalian internal tidak ada, lemah, atau longgar ditegakkan.


2. Karyawan dipekerjakan tanpa ada pertimbangan untuk kejujuran dan integritas.
3. Karyawan tidak dikelola, dimanfaatkan, disalahgunakan, atau ditempatkan di
bawah tekanan besar untuk mencapai tujuan keuangan.
4. Model manajemen sendiri adalah korup, tidak efisien, atau tidak kompeten.
5. Seorang pegawai dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat
diselesaikan, biasanya yang bersifat keuangan, yang dibawa oleh kebutuhan
kesehatan keluarga, atau alkoholisme, drugabuse atau perjudian yang berlebihan,
6. Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya memiliki sejarah atau tradisi
korupsi.
7. Perusahaan ini telah jatuh pada produk atau jasanya.

AUDIT FORENSIK 12
Orang yang memiliki akses terhadap aset perusahaan dan pengetahuan tentang
pengendalian internal dan akuntansi, atau yang memegang peran manajemen di mana
mereka dapat mengganti kontrol seperti itu, berada dalam posisi terbaik untuk
melakukan kecurangan keuangan terhadap perusahaan mereka. Ancaman kecurangan di
tingkat manajemen senior karena akses ke aset dan kewenangan untuk melewati kontrol
yang terbesar di tingkat itu. Tapi kecurangan keuangan ini juga mungkin di antara
personel dengan akuntansi, keuangan, pengolahan data, dan properti penanganan
tanggung jawab. Mereka juga mungkin memiliki akses ke catatan akuntansi dan dapat
menggunakan pengetahuan dan otoritas untuk berkompromi, kontrol dan untuk
mengakses aset perusahaan.

Kebanyakan kecurangan, penggelapan, dan pencurian aset perusahaan tidak


ditemukan dalam audit keuangan rutin. Keberadaan mereka biasanya datang melalui (1)
tuduhan, keluhan, atau rumor kecurangan yang dibawa oleh pihak ketiga (pemasok
yang tidak puas atau sesama karyawan), (2) intuisi penyidik atau umum kecurigaan
bahwa ada sesuatu yang salah, ( 3) pengecualian dari harapan orang senior untuk
tersangka (kondisi tidak dapat diterima, laba, penjualan, biaya, aset, kewajiban atau
terlalu rendah atau terlalu tinggi), atau (4) penemuan mendadak bahwa ada sesuatu yang
hilang-tunai , properti, laporan, file, dokumen, atau data. Fakta-fakta langsung untuk
menentukan adalah apakah ada (1) sebuah hukum pidana, (2) sebuah pelanggaran nyata
dari hukum, (3) pelaku, dan (4) korban. Ini adalah beberapa langkah dalam mengambil
kecurangan ini:

1. Memperoleh semua dokumen perusahaan yang tersedia berkaitan dengan


tuduhan
2. Bertemu dengan individu, membuat tuduhan untuk menentukan apakah
tuduhan itu masuk akal, dan menilai tingkat emosi diekspresikan
3. Menilai tuduhan terhadap dokumentasi yang tersedia untuk menentukan
langkah tepat berikutnya
4. Tentukan, jika perlu, apakah dokumentasi lebih lanjut tersedia dari
perusahaan. Jika demikian, mana? Haruskah orang lain dalam perusahaan
diwawancarai?
5. Menilai lingkungan perusahaan relatif terhadap orang tersebut

AUDIT FORENSIK 13
6. Tanyakan apakah teori kecurangan dapat dikembangkan pada tahap ini.
Apakah ada motif dan kesempatan yang mungkin bisa bermanfaat bagi orang
tersebut?
7. Auditor kecurangan menanyakan dirinya sendiri apakah bukti yang ada masuk
akal. Apakah memenuhi tes realitas bisnis?
8. Haruskah pihak ketiga di luar perusahaan diwawancarai? Apakah auditor
memiliki hak untuk bertemu dengan orang-orang ini dan memeriksa dokumen
mereka?
9. Apakah masalah yang hadir pada posisi orang tersebut sebelumnya?
10. Dokumen publik apa yang tersedia?

Kecurangan biasanya disertai dengan modifikasi, perubahan, kehancuran, atau


pemalsuan informasi akuntansi. Tapi informasi akuntansi dapat berupa sengaja
dimodifikasi, diubah, dan dihancurkan, sebagai human error atau kelalaian. Tujuan
pertama untuk auditor kecurangan, maka adalah untuk menentukan apakah perbedaan
dalam catatan akuntansi disebabkan kesalahan manusia. Jika demikian, mungkin tidak
ada kecurangan yang sebenarnya. Jika selisih (catatan hilang, catatan hancur, catatan
diubah, catatan palsu, errors, kelalaian) tidak dapat dikaitkan dengan kesalahan
disengaja atau manusia, sebuah skala penuh kecurangan audit/ investigasi harus
mengikuti.

Bukti yang dikumpulkan dapat terdiri dari kesaksian, pengakuan dari pelaku,
dokumen, barang (sarana dan instrumen, atau buah dari kejahatan), dan mungkin
kesaksian ahli.

II.5 Berfikir sebagai Seorang Auditor Kecurangan

Auditor kecurangan dan detektif cenderung bertipe "pemikir". Mereka adalah


pemikir dalam arti bahwa mereka menghadapi situasi yang membutuhkan objektivitas.
mereka. Perasaan dan prasangka pribadi tidak sesuai untuk membuat keputusan yang
baik dan menarik kesimpulan logis.

Dalam keadaan dimana bukti sangat jarang atau hancur, dan kadang-kadang
tidak ada, auditor kecurangan dapat berteori tentang fakta dan bermain pada firasat.
Mereka peka terhadap isyarat nonverbal, spontan dalam memecahkan masalah, dan

AUDIT FORENSIK 14
dapat memperbaiki serta mengolah masalah dengan berbagai pendekatan sampai
terpecahkan. Mereka lebih mengandalkan kecerdikan dalam pekerjaan mereka..

Ada lagi perbedaan antara audit keuangan dan audit kecurangan. Audit
keuangan melihat peristiwa, transaksi, dan lingkungan ditinjau dari aspek terbuka
mereka, sedangkan auditor kecurangan cenderung melihat peristiwa, transaksi, dan
lingkungan dalam hal aspek rahasia mereka (lihat Exhibit 2.2)

Bukti 2,1 Belahan Otak Kiri dan belahan Otak Kanan

Kiri belahan ............................................................... belahan kanan

Sensasi / Intuisi / Berpikir Sensasi / Merasa Intuisi / Merasa


Berpikir
Kecurangan Guru Artis
Auditor Auditor
Keuangan
Bukti 2.2 Teori Gunung Es dari Kecurangan

Terbuka Aspek struktural


Hirarki pertimbangan
Sumber Daya Keuangan
Tujuan Organisasi Struktural
Keterampilan dan Kemampuan Pertimbangan Personil
Teknologi negara
Kinerja Standars
Efisiensi Pengukuran Waterline Garis air

Mengkonversi Aspek
Sikap
Perasaan (Fear, Anger, dll) perilaku
Perilaku Nilai pertimbangan
Norma Pertimbangan
Interaksi
Supportiviness
Kepuasan

Segala sesuatu yang kita lihat di atas permukaan adalah penting, tetapi ada
banyak di bawah permukaan yang juga membutuhkan perhatian dekat. Intuisi, yang
kami definisikan sebagai penilaian profesional, adalah kualitas dan disposisi dari
pikiran. Muncul terutama dari pengalaman pribadi. Pendidikan dan pelatihan
memainkan beberapa bagian dalam perkembangannya, tetapi pendidikan dan pelatihan
tidak dapat melakukan semuanya. Sehingga lebih sulit untuk melatih auditor
kecurangan dengan cara metodis.

AUDIT FORENSIK 15
Secara ringkas, metode ilmiah yang paling diterima untuk menurunkan
kebenaran melibatkan menggunakan penalaran deduktif dan induktif. Dalam penalaran
deduktif satu hasil dari yang umum ke yang khusus, sedangkan pada penalaran induktif
satu hasil dari spesifik ke yang umum. Penalaran induktif melibatkan pendekatan
empiris untuk kebenaran, yaitu, seseorang mengambil sampel yang representatif dari
keseluruhan dan memprediksi hasil kemungkinan berdasarkan sampel tersebut. Dalam
penalaran deduktif satu membuat pengamatan klinis, melakukan pemeriksaan fisik dan
introgasi dan menarik kesimpulan. Auditor keuangan cenderung menggunakan
pendekatan induktif, sedangkan peneliti cenderung menggunakan pendekatan deduktif.
Auditor kecurangan mungkin harus menggunakan kedua pendekatan dalam
mengembangkan mentalitas investigasi mereka.

Pola Pikir Umum Auditor Kecurangan

Teori tahapan tindakan menjelaskan tentang pola pikir deliberatif dan pola pikir
implemental. Teori mindset of action phase menegaskan bahwa perbedaan pola pikir
deliberatif dan pola pikir implemental akan menghasilkan tahapan pengambilan
keputusan yang berbeda dalam menyelesaikan tugas. Pengambilan keputusan dengan
mengadopsi pola pikir deliberatif memutuskan tentang tindakan apa yang harus diambil
dan apakah suatu tindakan perlu diambil. Pola pikir deliberatif memerlukan
pertimbangan luas tentang pro dan kontra dari berbagai aspek sebelum mengambil
keputusan. Setelah keputusan telah diambil, pembuat keputusan kemudian mengadopsi
pola pikir implemental sebagai proses yang efisien dari tugas tanpa membuat
pertimbangan yang banyak. Pola pikir impelemental berpikir tentang bagaimana
keputusan yang diambil dapat dilaksanakan dengan efisien untuk mencapai hasil yang
lebih baik

Auditor bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan audit untuk


memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Pernyataan ini
diungkapkan dalam SA Seksi 110 – Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen.
Tanggung jawab auditor eksternal dalam mendeteksi fraud tersebut dijabarkan lebih
lanjut dalam SA Seksi 316 – Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan
Keuangan. Suatu kecurangan dapat berakibat pada salah saji (misstatement) yang
bentuknya, antara lain:
AUDIT FORENSIK 16
1. Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan.
2. Salah saji yang timbul dari perlakukan tidak semestinya terhadap aktiva

Berdasarkan SA Seksi 316 tersebut, auditor eksternal harus secara khusus


menaksir risiko salah saji material dalam laporan keuangan sebagai akibat dari
kecurangan dan harus memperhatikan taksiran risiko ini dan mendesain prosedur audit
yang akan dilaksanakan. Prosedur audit mungkin akan berubah, bila ada risiko fraud.
Misalnya, bukti audit yang dikumpulkan mungkin lebih banyak dan bukti audit tersebut
ditekankan pada bukti yang diperoleh dari sumber independen di luar perusahaan.
Selain itu, pengujian mungkin lebih difokuskan pada pengujian yang dilaksanakan
mendekati tanggal neraca. Semua hal tersebut dilakukan untuk menentukan dampak
potensial fraud terhadap kewajaran laporan keuangan.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan auditor dalam mendeteksi fraud adalah


sebagai berikut:

1. Bagaimana auditor dapat berkomunikasi dengan efektif sehingga pihak klien lebih
termotivasi untuk menyumbangkan informasi tentang fraud. Dengan perkataan
lain, diskusi ini merupakan langkah awal bagaimana auditor mendapatkan
informasi mengenai fraud.
2. Auditor menerapkan unsur unpredictability (tidak dapat ditebak) dalam prosedur
auditnya, misalnya mengacak sifat, jadwal dan sampel pengujiannya.
3. Auditor perlu mengasah sensivitasnya akan hal-hal yang sifatnya tidak lazim yang
boleh jadi merupakan indikasi akan terjadinya fraud. Misalnya memeriksa manual
journal entry, auditor melihat adanya angka yang secara ganjil jumlahnya bulat;
sewaktu dicek lebih lanjut ternyata benar bahwa angka tersebut merupakan angka
yang dimarkup dengan cara dibulatkan ke atas.
4. Dalam menjalankan jasa profesionalnya, auditor perlu menerapkan praktik-praktik
manajemen risiko secara lebih baik. Sebagai contoh, auditor akan melakukan
penilaian, berdasarkan kriteria tertentu, atas hal-hal sebagai berikut: (1) apakah
auditor dapat menerima suatu entitas sebagai kliennya, (2) apakah auditor dapat
melanjutkan hubungan professional dengan kliennya dari satu periode ke periode
berikutnya, (3) apakah auditor dapat menerima suatu penugasan tertentu dari
kliennya. Dengan perkataan lain, bila auditor meragukan integritas dari manajemen
suatu entitas, atau berdasarkan pengalaman entitas tersebut rentan terhadap fraud,
AUDIT FORENSIK 17
maka auditor dapat memutuskan untuk secara professional tidak menerima entitas
tersebut sebagai kliennya.

II.6 Apa yang dimaksud dengan Akuntansi Forensik dan Investigasi?

.........................................................Menurut Tuanakotta (2010:4) akuntansi forensik ialah “pene


akuntansi dalam arti luas, termasuk auditing, pada masalah hukum untuk penyelesaian
hukum di dalam atau di luar pengadilan“. Sejalan dengan perkembangan yang pesat
dengan dunia teknologi dan telekomunikasi dan teknologi komputer menghasilkan
internet yang multiguna. Perkembangan ini membawa kita ke revolusi dalam sejarah
pemikiran manusia bila di tinjau dari konstruksi pengetahuan manusia dengan cara
berpikir yang tanpa batas dengan percepatan teknologi yang semakin lama semakin
canggih, menjadi sebab perubahan yang terus menerus dalam semua interaksi dan
aktivitas masyarakat informasi.

Akuntansi forensik dan audit investigatif merupakan istilah yang mungkin


terdengar asing, namun tidak aneh atau familiar menurut dunia akuntansi. Pengertian
akuntansi forensik sendiri memiliki cakupan yang sangat luas. Secara umum akuntansi
forensik menggambarkan tentang berbagai macam pekerjaan pemeriksaan dan
investigasi yang dilakukan oleh seorang akuntan.

Kegiatan akuntansi forensik dan audit investigatif biasanya berhubungan dengan


pekerjaan yang menyelidiki tentang hal-hal yang memiliki kaitan dengan laporan
keuangan sebuah perusahaan. Biasanya akuntansi jenis ini dibutuhkan bila disinyalir
terjadi suatu fraud atau tindakan kecurangan pada sebuah perusahaan. Akuntansi
forensik dan audit investigatif merupakan kegiatan akuntansi yang menuntut kejelian
tingkat tinggi.

Secara umum akuntan forensik berbeda dengan akuntan konvensional. Dalam


akuntan forensik, skill yang dipakai untuk memeriksa laporan keuangan perusahaan
sangat beragam. Skill tersebut meliputi keterampilan akuntansi, investigasi dan audit.
Bukan hanya angka yang dihitung tetapi juga analisa akuntansi yang berbasis keadilan.

Dalam akuntansi forensik dan audit investigatif seorang akuntan harus mampu
melakukan analisa, menafsirkan untuk selanjutnya menafsirkan masalah yang
kompleks. Seorang akuntan forensik biasanya dipekerjakan oleh perusahaan akuntan,
pemerintah, kepolisian, bank, perusahaan asuransi dan lain sebagainya.

AUDIT FORENSIK 18
Kegiatan akuntansi forensik dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan
laporan investigatif terhadap laporan keuangan perusahaan. Hasil laporan investigasi
tersebut biasanya digunakan oleh pihak yang berwenang seperti polisi dan pengadilan.
Seringkali seorang akuntan forensik hadir dalam sebuah sidang di pengadilan untuk
memberikan kesaksian dan pendapatnya.

Seorang akuntan forensik bukan saja bertugas untuk menyelidiki terjadinya


kecurangan tetapi juga harus melakukan kegiatan akuntansi yang bisa mendukung
proses hukum. Ada banyak kasus yang melibatkan akuntansi forensik misalnya kasus
pemilik perusahaan yang cerai, klaim bangkrut perusahaan untuk menghindari
pesangon karyawan dan lain sebagainya.

Seorang akuntan forensik yang profesional bukan saja harus handal dalam
melaksanakan tugas-tugas akuntansi forensik konvensional tetapi juga memiliki
kemampuan investigatif. Tugas seorang akuntan forensik sangat berat karena yang
bersangkutan harus bisa membongkar kecurangan laporan keuangan sebuah
perusahaan.

Perlu diketahui bahwa audit investigatif masuk dalam bidang manajemen


kontrol dan berada dalam ruang lingkup internal audit. Jika dilihat dari cara
mengerjakannya dan cara pemeriksaanya, audit ini masuk dalam kategori pemeriksaan
kecurangan atau fraud audit. Yang dimaksud dengan fraud audit adalah gabungan
antara audit forensik dengan teknik internal audit untuk mendapatkan hasil investigasi
yang menyeluruh.

Pada dasarnya sebuah audit dilakukan untuk mencari terjadinya kesalahan pada
sebuah laporan keuangan. Sedangkan akuntansi forensik adalah kegiatan akuntansi
dengan maksud untuk mencari terjadinya sebuah kecurangan pada sebuah laporan
keuangan. Akuntansi forensik dan audit investigatif bermaksud sama yaitu mencari
kebenaran atas sebuah laporan keuangan

II.7 Siapa yang Memerlukan Akuntansi Forensik?

Di tingkat kompleksitas bisnis dalam lingkungan yang sadar hukum telah


meningkatkan kebutuhan untuk disiplin ini. Hal ini dimungkinkan untuk merangkum
berbagai aplikasi ke dalam wilayah umum berikut:

AUDIT FORENSIK 19
1. Investigasi Perusahaan. Perusahaan bereaksi terhadap masalah yang timbul melalui
berbagai sumber yang mungkin menunjukkan kesalahan di dalam maupun di luar
lingkungan perusahaan. Lebih spesifik lagi, akuntansi forensik membantu dalam
menangani tuduhan mulai dari suap dan pemecatan yang tidak adil dengan situasi
internal yang melibatkan tuduhan manajemen atau kesalahan karyawan.
2. Dukungan Litigasi. Dukungan litigasi termasuk membantu nasihat dalam
menyelidiki dan menilai integritas dan jumlah yang terkait dengan kegiatan seperti
kehilangan keuntungan, klaim konstruksi, kewajiban produk, perselisihan pemegang
saham, dan pelanggaran kontrak.
3. Masalah Pidana. Kejahatan kerah putih telah digunakan secara konsisten oleh
akuntan dan auditor dalam upaya untuk memilah, menilai, dan melaporkan transaksi
keuangan yang berkaitan dengan tuduhan terhadap individu dan perusahaan di
berbagai situasi, seperti pembakaran palsu, kecurangan, pembayaran kembali, dan
manipulasi pasar saham. Dalam kasus pidana, akuntan dan auditor sebagai saksi ahli
semakin penting dalam kasus-kasus di pengadilan.
4. Klaim Asuransi. Persiapan dan penilaian klaim asuransi atas nama tertanggung dan
perusahaan asuransi mungkin memerlukan bantuan seorang akuntan forensik untuk
menilai integritas dari klaim.
5. Pemerintah. Akuntan forensik dapat membantu pemerintah dalam mencapai
kepatuhan terhadap peraturan dengan memastikan bahwa perusahaan mengikuti
peraturan yang sesuai. Hibah dan penyelidikan subsidi dan pertanyaan publik
merupakan bagian dari layanan ini kepada pemerintah.

Dalam generalisasi jenis situasi yang membutuhkan akuntan forensik, mungkin


akan menyarankan bahwa akuntan forensik diperlukan bila ada potensi kerugian yang
dirasakan atau kehilangan keuangan nyata atau risiko kerugian. Tanggung jawab
akuntan forensik adalah pada dasarnya menjadi pemecah masalah.

II.8 Apa yang Harus Diketahui dan Dilakukan oleh Akuntan Forensik?

1. Identifikasi Masalah Keuangan. Ketika akuntan forensik disajikan dengan situasi


yang dihasilkan oleh suatu keluhan, tuduhan, rumor/gosip, penyelidikan, atau
pernyataan klaim, penting bahwa mereka dengan jelas mengidentifikasi masalah
keuangan yang signifikan untuk masalah tersebut dengan cepat. Mereka
mendasarkan keputusan ini pada pengalaman dan pengetahuan, dan setiap

AUDIT FORENSIK 20
rekomendasi yang dihasilkan harus mencerminkan akal sehat dan realitas bisnis.
Sebagai contoh, jika dokumen yang diperlukan dari yurisdiksi asing, meskipun
rekomendasi yang paling jelas adalah untuk mendapatkan catatan-catatan, biasanya
tidak praktis untuk melakukannya. Alternatif lain harus dipertimbangkan.
2. Pengetahuan tentang Teknik Investigasi. Ketika masalah telah diidentifikasi, sangat
penting bahwa informasi dan mendapatkan bukti lebih lanjut untuk membantu
maupun mendukung atau membuktikan tuduhan atau klaim. Tidak hanya itu, tetapi
juga mengetahui seluk-beluk prinsip akuntansi yang berlaku umum, pengungkapan
laporan keuangan, sistem pengendalian internal, dan kesadaran dari unsur manusia
yang terlibat dalam operasi perusahaan.
3. Pengetahuan tentang Bukti. Akuntan forensik harus memahami apa yang
merupakan bukti, arti dari "terbaik" dan "primer" bukti, dan bentuk berbagai
ringkasan akuntansi yang dapat diambil untuk mengkonsolidasikan bukti keuangan
dengan cara yang dapat diterima oleh pengadilan.
4. Interpretasi Informasi Keuangan. Hal ini biasa untuk transaksi atau serangkaian
kegiatan yang hanya memiliki satu interpretasi. Akuntan forensik harus sangat sadar
akan suatu penyimpangan alami yang dapat ada dalam proses interpretasi. Adalah
penting bahwa transaksi dilihat dari semua aspek untuk memastikan bahwa
interpretasi akhir dari informasi yang tersedia sesuai dengan akal sehat dan realitas
bisnis. Sebuah interpretasi informasi yang tepat hanya dapat diyakinkan ketika
seseorang telah melihat ke belakang dan di luar transaksi yang bersangkutan tanpa
ada pembatasan ruang lingkup.
5. Penyajian Temuan. Akuntan forensik harus memiliki kemampuan untuk secara jelas
mengkomunikasikan temuan yang dihasilkan dari penyelidikan yang dapat
dimengerti untuk orang awam. Presentasi dapat lisan atau tertulis dan dapat
termasuk alat bantu demonstratif yang sesuai. Peran akuntan forensik di kotak saksi
adalah ujian akhir dari temuan mereka dalam sebuah forum publik.

Investigasi Kepedulian

Perhatian Investigasi harus diatasi oleh akuntan forensik pada waktu yang tepat
selama penyelidikan mereka. Misalnya, dalam menangani kasus pidana, menjadi
perhatian utama adalah untuk mengembangkan bukti sekitar motif, kesempatan, dan
manfaat..

AUDIT FORENSIK 21
Demikian pula, kekhawatiran muncul dalam investigasi dukungan litigasi.
Akuntan harus memastikan bahwa dasar yang tepat ada untuk perhitungan dari
kehilangan keuntungan masa depan; bahwa semua asumsi dimasukkan ke dalam
produk kerja diakui dan diidentifikasi; bahwa dia memahami dimana keahlian dari
akuntan forensik berakhir dan keahlian lain dimulai, dan bahwa isu mitigasi dari
pengurangan beban dari rusak dipertimbangkan.

Investigasi Mentalitas

Seiring dengan pengetahuan akuntansi mereka, akuntan forensik


mengembangkan suatu mentalitas investigasi yang memungkinkan mereka untuk
melampaui batas-batas yang ditetapkan baik dalam akuntansi yang berlaku umum atau
standar auditing. Sebagai contoh:

a. Ruang lingkup tidak terbatas sebagai hasil dari materialitas. Cukup sering, terutama
pada tahap awal dari satu manajemen / kecurangan karyawan, transaksi kecil dan
sesuai lebih mudah disampaikan ke pengadilan untuk menunjukkan pola perilaku
yang curang. Sebagai nilai dolar dari transaksi dan meningkatkan kompleksitas
mereka, kemampuan untuk menyampaikan esensi/hakekat transaksi tersebut
terhambat, dan tugas akuntan forensik ini lebih dipersulit.
b. Penggunaan sampling adalah untuk sebagian besar tidak dapat diterima dalam
membangun bukti.
c. Perbedaan penting yang mempengaruhi cakupan adalah prinsip sritical dari asumsi
integritas manajemen dan dokumentasi, khususnya dalam penyelidikan perusahaan
dan masalah-masalah kejahatan kerah putih.

Sepanjang mencari bukti dan informasi, akuntan forensik menjadi terlibat dalam
proses wawancara. Proses ini adalah seni lain untuk menguasai. Akuntan forensik
dipersiapkan dengan baik menangani satu pengakuan sedemikian rupa bahwa bukti
adalah yang dapat diterima.

II.9 Beberapa Refleksi tentang Akuntansi Forensik

Ketika penulis mengedarkan kuesioner antara anggota staf gambut Marwick


Lindquist Holmes, sebuah perusahaan berbasis di Toronto akuntan sewaan bertanggung

AUDIT FORENSIK 22
jawab atas praktik akuntansi forensik dan investigasi, tanggapan yang mendalam dan
harus menarik bagi pembaca.

Q.1. Bagaimana anda membedakan akuntansi forensik, audit kecurangan, dan audit
investigasi dari audit keuangan?

A. Perbedaan ini terkait dengan suatu tujuan. Audit keuangan mencoba untuk
memungkinkan auditor untuk memberikan pendapat mengenai apakah satu set
transaksi yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
Forensik akuntansi, audit kecurangan, dan transaksi ukuran audit investigasi
keuangan dalam kaitannya dengan berbagai otoritas lainnya, seperti hukum pidana,
kontrak asuransi, kebijakan kelembagaan, atau pedoman lain untuk melakukan atau
melaporkan. Laporan tersebut disusun oleh akuntan/auditor bukan oleh klien atau
subjek, dan tidak selalu termasuk pendapat atas temuan. Dalam penelitian ini,
seseorang tidak menolak bukti sebagai tidak material; memang, item terkecil dapat
menjadi petunjuk terbesar dengan kebenaran. Akhirnya, di mana nilai-nilai
kualitatif jelas suatu masalah, bahkan lebih penting adalah penentuan konteks-
pikiran dan niat dari kriminal, integritas dari asuransi "kecelakaan," atau alasan
untuk kejadian tertentu.
Namun, dalam satu hal penting, praktek-praktek yang berbeda harus identik.
Artinya, auditor/akuntan harus terampil, berpengalaman, dan harus
mempertahankan kemerdekaannya dan objektivitas.
B. Forensik akuntansi adalah istilah umum untuk menggambarkan penyelidikan
keuangan yang dapat mengakibatkan konsekuensi hukum.
Audit kecurangan adalah disiplin khusus dalam akuntansi forensik, yang
menyelidiki tindakan kriminal tertentu, yaitu kecurangan.
Audit investigasi melibatkan penelaahan dokumentasi keuangan untuk tujuan
tertentu, yang bisa berhubungan dengan dukungan litigasi dan klaim asuransi serta
hal-hal kriminal.
Tujuan dari audit keuangan adalah untuk menyediakan ahli pemeriksa keuangan
dengan tingkat jaminan dalam memberikan pendapat terhadap laporan keuangan
perusahaan. Tingkat materialitas keterlibatan audit investigasi jauh lebih rendah
dan lebih fokus dibandingkan dengan keterlibatan audit keuangan biasa.

AUDIT FORENSIK 23
Q.2. Bagaimana Anda mendefinisikan apa yang Anda lakukan sebagai akuntan
forensik?

A. Saya menganggap diri saya sebagai orang yang mencari kebenaran.


B. Saya akan mendefinisikan tanggung jawab forensik akuntansi sebagai berikut:
Investigasi dan analisis dokumentasi keuangan.
Komunikasi temuan dari penyelidikan saya dalam bentuk laporan, jadwal
akuntansi, dan ringkasan dokumen.
Koordinasi dan bantuan dalam penyelidikan lebih lanjut, termasuk kemungkinan
muncul di pengadilan sebagai saksi ahli.
C. Peran saya adalah dari seorang pengamat objektif atau ahli. Laporan akhir yang
dikeluarkan sebagai hasil dari pekerjaan saya akan digunakan untuk bernegosiasi
beberapa jenis perhitungan, baik itu keuangan atau hukuman penjara. Peran saya
sebagai akuntan forensik melampaui keadaan keuangan tertentu dan sepertinya
menjadi salah satu tujuan dari seorang individu yang menyediakan penyangga di
antara, dalam kasus perdata, klien dan nasihat, dan dalam kasus pidana, penyidik
dan jaksa penuntut. Oleh karena itu, saya dianggap sebagai anggota integral dari
tim profesional yang ditugaskan untuk setiap kasus yang diberikan.
Terkait dengan pekerjaan spesifik yang saya lakukan, telah dijelaskan kepada saya,
dan saya setuju, bahwa susunan akuntan forensik yang tertentu adalah sepertiga
bisnis-man, sepertiga penyidik, dan sepertiga akuntan .

Q.3. Apa kualitas pikiran dan / atau badan harus dikuasai seorang akuntan forensik?

A. Kreativitas
Keingintahuan.
Ketekunan.
Akal sehat.
Kepercayaan.
B. Seperti halnya pengejar lain, pikiran yang sehat dalam tubuh yang sehat adalah
fondasi yang solid. Di luar itu, seseorang harus memiliki proporsi dari akal sehat,

AUDIT FORENSIK 24
rasa ingin tahu, keragu-raguan, dan kemampuan untuk menghindari kecenderungan
alami sehingga prasangka - yaitu, untuk menjadi adil dan independen.
C. Kualitas terpenting yang diperlukan seorang akuntan forensik adalah independensi,
karena seorang akuntan forensik sering dipaksa untuk menyeimbangkan pendapat
yang saling bertentangan tentang bagian yang sama dari dokumentasi.
D. Akal sehat / jalanan kecerdasan
Sensitivitas / pemahaman tentang perilaku manusia
Analitis / logis / jelas
Kemampuan untuk menyederhanakan kompleksitas
Kemampuan untuk mengidentifikasi dan menilai penjelasan alternatif dan
interpretasi
Kemampuan untuk cepat menilai biaya-manfaat dari mengejar jalan alternatif
penyelidikan dan pelaporan kontens / format.
E. Akuntan forensik harus tenang, dingin; memiliki pertimbangan bisnis yang baik;
dan memiliki pikiran yang dapat menangani secara logis dengan masalah rahasia
dan hal-hal yang tepat. Akuntan forensik harus memiliki penampilan yang
menyenangkan dan sikap sehingga mereka tidak akan diserang ketika di bersaksi.

Q.4. Keterampilan apa yang paling penting untuk praktek sukses dengan akuntansi
forensik?
A. Teknis akuntansi yang kuat dan keterampilan keuangan.
Kemampuan untuk segera memprioritaskan masalah dan merencanakan sebuah
"permainan berencana" - pertimbangan baik.
Kemampuan berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan dan tulisan - perlu
untuk mendapatkan informasi, mengarahkan staf Anda, menyajikan temuan Anda,
dan mencapai hasil yang Anda inginkan.
B. Akuntan forensik harus tepat, memperhatikan detail, dan menjadi pemikir yang
luas.
C. Ketika melihat keterlibatan forensik akuntansi tertentu, ada dua bidang utama yang
muncul dalam pikiran dalam penyelesaian dari kasus tertentu. Pertama, adalah
aspek investigasi, dan kedua, aspek komunikasi. Keterampilan investigasi akan
mencakup bidang-bidang seperti kemampuan untuk mengasimilasi volume besar
informasi, organisasi umum dan keterampilan administrasi, menggunakan
komputer mikro atau memahami kemampuan dari komputer mikro, dan
AUDIT FORENSIK 25
keterampilan interpersonal. Kemampuan komunikasi akan mencakup kemampuan
untuk menulis laporan yang komprehensif dimengerti.
D. Komunikasi keterampilan; lisan / tertulis
Kemampuan interpersonal
Keterampilan mendengarkan
Kemampuan untuk mensintesis / mengintegrasikan
Kemampuan untuk mengidentifikasi / memprioritaskan objektif / masalah

BAB III

PENUTUP
III.1 Kesimpulan

Fraud (kecurangan) merupakan tindakan yang sengaja dilakukan dan dapat


menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan
memberikan keuntungan bagi pelaku fraud. Dalam istilah sehari-hari fraud diberi nama
yang berlainan, seperti pencurian, penyerobotan, pemerasan, penggelapan, pemalsuan,
dan lain- lain. Fraud umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan
penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya
pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut. Salah saji terdiri dari
dua macam yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud).

AUDIT FORENSIK 26
Kebanyakan kecurangan, penggelapan, dan pencurian aset perusahaan tidak
ditemukan dalam audit keuangan rutin. Kegiatan akuntansi forensik dan audit
investigatif biasanya berhubungan dengan pekerjaan yang menyelidiki tentang hal-hal
yang memiliki kaitan dengan laporan keuangan sebuah perusahaan. Biasanya akuntansi
jenis ini dibutuhkan bila disinyalir terjadi suatu fraud atau tindakan kecurangan pada
sebuah perusahaan. Akuntansi forensik dan audit investigatif merupakan kegiatan
akuntansi yang menuntut kejelian tingkat tinggi.

III.2 Saran

Supaya lebih efektif dalam menangani kasus kecurangan, penggelapan, dan


pencurian aset, para Akuntan Publik perlu untuk memiliki pengetahuan yang cukup
tentang bagaimana mereka dapat bertanggung jawab terhadap klien mereka dan
terhadap pihak ketiga yang menggunakan jasa mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar. M, Nahruddien. 2019. Implementasi Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi
Dalam Mendeteksi Fraud di Lingkungan Digital. Universitas Singaperbangsa:
Karawang. Co-Management Vol. I, No. 2. (Diakses: Kamis, 01 April 2021
Jam 22.45 WIB)
Bologna Jack, dan Robert. 1995. Fraud Auditing and Forensic Accounting. John
Wiley & Sons, Inc.
Darwis, Herman., dkk. 2018. Pengaruh Pola Pikir Auditor dan Kondisi Risiko Fraud
Terhadap Penilaian Risiko Fraud. Jurnal Ilmiah Akuntansi Peradaban. Vol. IV
No. 1. ((Diakses: Kamis, 01 April 2021 Jam 23.05 WIB)

AUDIT FORENSIK 27

Anda mungkin juga menyukai