Anda di halaman 1dari 4

No Absen

: 03

Nama

: Fahriz Arista P

NPM

: 0112U087

Kelas

:C

Kelompok

:2

Tanda Tangan :

Tujuan Pelaksanaan Audit Atas Laporan Keuangan

Tujuan dari audit biasa atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah
untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil operasi, serta arus kas sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
Langkah-langkah untuk mengembangkan tujuan audit :
1. Memahami tujuan dan tanggung jawab audit
2. Membagi laporan keuangan menjadi berbagai siklus
3. Mengetahui asersi manajemen tentang laporan keuangan
4. Mengetahui tujuan audit umum untuk kelas transaksi, akun, dan
pengungkapan
5. Mengetahui tujuan audit khusus untuk kelas transaksi, akun, dan
pengungkapan

Tanggung Jawab Manajemen

Tanggung jawab untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang baik,


menyelenggarakan pengendalian internal yang memadai, dan menyajikan
laporan keuangan yang wajar berada di pundak manajemen, bukan pundak
auditor. Karena menjalankan bisnis sehari-hari, manajemen perusahaan
mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam tentang transaksi perusahaan
serta aktiva, kewajiban, dan kuitas terkait ketimbang auditor. Sebaliknya,
pengetahuan auditor akan masalah ini serta pengendalian inertnal hanya terbatas
pada pengetahuan yang diperolehnya selama audit.

TANGGUNG JAWAB AUDITOR


Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna
memperoleh kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan telah bebas
dari salah saji yang material, apakah itu disebabkan oleh kekeliruan ataupun
kecurangan. Auditor tidak bertanggung jawab untuk mendeteksi salah saji yang
tidak material.
1. Salah Saji yang Material vs Tidak Material
Tingkat materialitas diukur dari kemungkinan salah saji atas laporan keuangan
untuk mempengaruhi atau bahkan mengubah keputusan pengguna laporan
keuangan. Auditor bertanggung jawab untuk memperoleh kepastian yang layak
bahwa ambang batas materialitas telah dipenuhi. Sedangkan untuk menemukan
semua salah saji yang tidak material memerlukan biaya yang sangat besar, tidak
sejalan dengan prinsip cost-benefit.
2. Kepastian yang Layak
Kepastian yang layak adalah tingkat kepastian yang tinggi, tetapi tidak absolut,
bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Konsep ini
menunjukkan bahwa auditor bukanlah penjamin atau pemberi garansi atas
kebenaran laporan keuangan. Jadi kemungkinan salah saji yang material tidak
ditemukan dapat terjadi.
Alasan auditor bertanggung jawab atas kepastian yang layak:
o Bukti audit diperoleh dengan cara sampling
o Auditor mengandalkan bukti audit yang persuasif, tetapi tidak meyakinkan.
Hal ini disebabkan karena penyajian akuntansi mengandung estimasi yang
kompleks, yang melibatkan sejumlah ketidakpastian serta dapat dipengaruhi

oleh peristiwa-peristiwa di masa depan.


o Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan seringkali tidak
mungkin untuk dideteksi oleh auditor.
Pembelaan auditor jika salah saji yang material tidak terungkap adalah
melaksanakan audit sesuai dengan standar auditing.
3. Kekeliruan (Error) vs Kecurangan (Fraud)
Kekeliruan adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja,
sementara kecurangan adalah salah saji yang disengaja. Keduanya dapat bersifat
material maupun tidak material.
Kecurangan dapat dibedakan menjadi misaprosiasi aktiva
(penyalahgunaan/kecurangan karyawan) dan pelaporan keuangan yang curang
(kecurangan manajemen).
4. Skeptisme Profesional
Agar auditing dapat memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi
kekeliruan ataupun kecurangan, maka auditing harus direncanakan dan
dilaksanakan dengan sikap skeptisme profesional, yaitu sikap yang penuh
dengan keingintahuan serta penilaian kritis atas bukti audit.
5. Kecurangan yang Berasal dari Pelaporan Keuangan yang Curang vs
Misaprosiasi Aktiva
Pelaporan keuangan yang curang akan merugikan pemakai karena menyediakan
informasi laporan keuangan yang tidak benar untuk membuat keputusan
sedangkan misaprosiasi aktiva akan mengakibatkan pemegang saham, kreditor,
serta pihak lainnya mengalami kerugian karena aktiva tersebut tidak lagi
menjadi milik pemiliknya yang sah.
TINDAKAN ILEGAL
Tindakan Ilegal didefinisikan sebagai tindakan yang melanggar hukum atau
peraturan pemerintah selain Kecurangan.
1. Tindakan ilegal yang berdampak langsung
Pelanggaran atas UU dan peraturan tertentu memiliki dampak keuangan yang
langsung terhadap saldo akun tertentu dalam laporan keuangan. Tanggung
jawab auditor atas tindakan ini sama dengan tanggung jawab auditor atas
kekeliruan dan kecurangan.
2. Tindakan ilegal yang berdampak tidak langsung
Sebagian besar tindakan ilegal hanya mempengaruhi laporan keuangan secara
tidak langsung. Standar auditing menyatakan bahwa auditor tidak memberikan

kepastian bahwa tindakan ilegal yang berdampak tidak langsung akan


terdeteksi.
Auditor mempunyai 3 tingkat tanggung jawab untuk menemukan dan
melaporkan tindakan ilegal:
1. Pengumpulan bukti, jika tidak ada alasan untuk percaya bahwa ada tindakan
ilegal yang berdampak tidak langsung
2. Pengumpulan bukti dan tindakan lainnya apabila ada alasan untuk
mempercayai bahwa tindakan ilegal yang berdampak langsung atau tidak
langsung telah terjadi. Tindakan yang perlu dilakukan adalah:
Meminta keterangan kepada manajemen yang berada satu tingkat di atasnya
Berkonsultasi dengan penasihat hukum klien dan spesialis lainnya
Mempertimbangkan pengumpulan bukti audit tambahan
3. Tindakan apabila auditor mengetahui suatu tindakan ilegal:
Mempertimbangkan pengaruhnya pada laporan keuangan termasuk kecukupan
pengungkapan
Mempertimbangkan pengaruhnya terhadap hubungan kantor akuntan publik
dengan manajemen.
Berkomunikasi dengan komite audit atau pihak lainnya yang memiliki
wewenang yang sama.

Anda mungkin juga menyukai