Anda di halaman 1dari 13

6.

1 TUJUAN PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN

Tujuan pengauditan umum atas laporan keuangan oleh auditor independen merupakan
pemberian opini atas kewajaran di mana laporan tersebut telah disajikan secara wajar, dalam
segala hal yang material , posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas, sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Jika auditor yakin bahwa laporan tidak disajikan secara wajar atau tidak mampu menarik
kesimpulan dikarenakan bahan bukti yang tidak memadai, maka auditor bertanggung jawab
untuk menginformasikan kepada para pengguna laporan keuangan melaui laporan auditnya.
Langkah-langkah untuk mengembangkan tujuan audit
1. Memahami tujuan dan tanggung jawab audit
2. Membagi laporan keuangan menjadi berbagai siklus
3. Mengetahui asersi manajemen tentang laporan keuangan
4. Mengetahui tujuan audit umum untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan
5. Mengetahui tujuan audit khusus untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan

6-2. Tanggung Jawab Manajemen dalam Penyajian Laporan Keuangan.

 Tanggung jawab untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang baik,


menyelenggarakan pengendalian internal yang memadai, dan menyajikan laporan
keuangan yang wajar berada di pundak manajemen. Karena manajemen perusahaan
mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam tentang transaksi perusahaan secara
aktiva, kewajiban, dan ekuitas terkait.
 Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan keuangan
berkaitan dengan privilege untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa yang
dianggap perlu.Jika manajemen bersikeras dengan pengungkapan laporan keuangan
yang menurut auditor tidak dapat diterima, auditor dapat memilih untuk menerbitkan
pendapat tidak wajar atau wajar dengan pengecualian atau mengundurkan diri dari
penugasan tersebut.
 Sarbanes-Oxley Act memperberat tanggung jawab manajemen terhadap laporan
keuangan dengan mengharuskan CEO dan CFO perusahaan publik untuk meyakinkan
laporan keuangan kuartalan dan tahunan yang akan diserahkan kepada SEC. Dalam
menandatangani laporan-laporan tersebut, manajemen menyatakan bahwa laporan
keuangan tersebut telah sepenuhnya sesuai dengan persyaratan Securities Exchange
Act tahun 1934 dan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan itu
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, kondisi keuangan dan hasil
operasinya. Sarbanes-Oxley Act menetapkan sanksi atas tindakan kriminal
.
6-3. TANGGUNG JAWAB AUDITOR

Standar auditing AICPA dinyatakan :


Tujuan keseluruhan auditor, dalam melakukan audit terhadap laporan keuangan adalah untuk:
 memperoleh kepastian bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah
saji material, baik karena kecurangan atau kesalahan, sehingga memungkinkan
auditor untuk mengungkapkan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disajikan secara wajar, dalam hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku dan
 laporan atas laporan keuangan, dan berkomunikasi sesuai standar auditing, sesuai
dengan temuan auditor.

Salah saji yang material versus tidak material

Salah saji dianggap material bila kekeliruan dan kecurangan yang belum dikoreksi dalam
laporan keuangan kemungkinan akan mengubah/mempengaruhi keputusan orang yang
menggunakan laporan keuangan tersebut. Diperlukan biaya yang sangat besar (dan mungkin
mustahil) bagi auditor untuk bertanggung jawab menemukan semua kekeliruan dan
kecurangan yang tidak material .

Kepastian yang Layak

Kepastian yang layak adalah tingkat kepastian yang tinggi, tetapi tidak absolut, bahwa
laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Konsep ini menunjukkan bahwa
auditor bukanlah penjamin atau pemberi garansi atas kebenaran laporan keuangan. Jadi
kemungkinan salah saji yang material tidak ditemukan dapat terjadi.
Alasan auditor bertanggung jawab atas kepastian yang layak:
1. Bukti audit diperoleh dengan cara sampling. Sebagian besar bukti audit dari pengujian
sampel populasi seperti piutang atau persediaan. Sampling mau tidak mau mencakup
beberapa risiko untuk tidak mengungkap salah saji material. Juga, ada area yang akan
diuji: jenis, luas, dan timming dari tes tersebut: dan evaluasi hasil uji memerlukan
penilaian auditor yang signifikan. Bahkan dengan itikad baik dan integritas, auditor
bisa membuat kesalahan dan kesalahan dalam penilaian
2. Auditor mengandalkan bukti audit yang persuasif, tetapi tidak meyakinkan. Hal ini
disebabkan karena penyajian akuntansi mengandung estimasi yang kompleks, yang
melibatkan sejumlah ketidakpastian serta dapat dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa
di masa depan.
3. Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan seringkali tidak mungkin
untuk dideteksi oleh auditor.
Pembelaan auditor jika salah saji yang material tidak terungkap adalah melaksanakan audit
sesuai dengan standar auditing.

1. Kekeliruan versus kecurangan


Membedakan dua jenis salah saji yaitu, kesalahan (errors) dan kecurangan (fraud).
Suatu kesalahan merupakan salah saji dalam pelaporan keuangan yang tidak disengaja,
sedangkan kecurangan merupakan salah saji dalam saji yang disengaja.contoh kesalahan
diantaranya lupa memperhitungkan harga bahan baku lama dalam menentukan biaya
persediaan dengan metode lebih rendah antara biaya dan harga pasar.Untuk kecurangan,
terdapat perbedaan antara penyalahgunaan aset, yang sering disebut juga sebagai kecurangan
karyawan, dan kecurangan dalam pelaporan keuangan, yang sering disebut juga dengan
kecurangan manajemen.

2. Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kekeliruan yang material


Para auditor merencanakan dan melaksanakan audit guna mendeteksi kesalahan yang
dilakukan secara tidak sengaja oleh manajemen maupun para karyawan. Auditor menemukan
berbagai kesalahan atau kekeliruan yang berasal dari hal-hal seperti kesalahan kalkulasi,
penghilangan, kesalahpahaman dan misaplikasi standar akuntansi, serta pengikhtisaran dan
deskripsi yang tidak benar.

3. Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan yang material


Auditor harus memperoleh kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan telah
bebas dari salah saji yang material. Standar auditing mengakui bahwa kecurangan lebih sulit
dideteksi karena manajemen atau karyawan yang melakukan kecurangan akan berusaha
menyembunyikan kecurangan itu.
 Kecurangan Akibat Pelaporan Keuangan yang Tidak Benar versus
Penyalahgunaan Aktiva.
Pelaporan keuangan yang curang akan merugikan para pemakai karena menyediakan
informasi laporan keuangan yang tidak benar untuk membuat keputusan. Apabila aktiva
disalahgunakan atau dimisapropriasi, para pemegang saham, kreditor, serta pihak lainnya
akan dirugikan karena aktiva tersebut tidak lagi menjadi milik pemiliknya yang sah.

4. Tanggung jawab auditor untuk menemukan tindakan ilegal

Tindakan Ilegal didefinisikan sebagai tindakan yang melanggar hukum atau peraturan
pemerintah selain Kecurangan.

1. Tindakan ilegal yang berdampak langsung


Pelanggaran atas UU dan peraturan tertentu memiliki dampak keuangan yang
langsung terhadap saldo akun tertentu dalam laporan keuangan. Tanggung jawab
auditor atas tindakan ini sama dengan tanggung jawab auditor atas kekeliruan dan
kecurangan.
2. Tindakan ilegal yang berdampak tidak langsung
Sebagian besar tindakan ilegal hanya mempengaruhi laporan keuangan secara tidak
langsung. Standar auditing menyatakan bahwa auditor tidak memberikan kepastian
bahwa tindakan ilegal yang berdampak tidak langsung akan terdeteksi.

Auditor mempunyai 3 tingkat tanggung jawab untuk menemukan dan melaporkan


tindakan ilegal:

1. Pengumpulan bukti, jika tidak ada alasan untuk percaya bahwa ada tindakan ilegal
yang berdampak tidak langsung
2. Pengumpulan bukti dan tindakan lainnya apabila ada alasan untuk mempercayai
bahwa tindakan ilegal yang berdampak langsung atau tidak langsung telah terjadi.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah:
• Meminta keterangan kepada manajemen yang berada satu tingkat di atasnya
• Berkonsultasi dengan penasihat hukum klien dan spesialis lainnya
• Mempertimbangkan pengumpulan bukti audit tambahan
3. Tindakan apabila auditor mengetahui suatu tindakan ilegal:
• Mempertimbangkan pengaruhnya pada laporan keuangan termasuk kecukupan
pengungkapan
• Mempertimbangkan pengaruhnya terhadap hubungan kantor akuntan publik
dengan manajemen.
• Berkomunikasi dengan komite audit atau pihak lainnya yang memiliki wewenang
yang sama.

6.4 SKEPTISISME PROFESIONAL

Adalah sikap yang penuh dengan keingintahuan serta penilaian kritis atas bukti audit.
Auditor tidak boleh mengasumsikan bahwa manajemen bersikap tidak jujur, tetapi
kemungkinan mereka bersikap tidak jujur harus tetap dipertimbangkan. Agar auditing dapat
memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi kekeliruan ataupun kecurangan, maka
auditing harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap skeptisme profesional, yaitu
sikap yang penuh dengan keingintahuan serta penilaian kritis atas bukti audit.

6-5. DESCRIBE THE KEY ELEMENTS OF AN EFFECTIVE PROFESSIONAL


JUDGMENT PROCESS

Professional judgment (Penilaian profesional)

Elemen Proses Penilaian Profesional:

1. Identifikasi dan tentukan masalahnya.

2. Kumpulkan fakta dan informasi dan identifikasikan literatur yang relevan.

3. Lakukan analisis dan identifikasi alternatif potensial.


4. Buatlah keputusan.

5. Tinjau dan selesaikan dokumentasi dan dasar pemikiran untuk kesimpulan.

6-6. FINANCIAL STATEMENT CYCLES

Audit dilakukan dengan membagi laporan keuangan menjadi segmen/ komponen


yang lebih kecil. Divisi ini membuat audit lebih mudah dikelola dan membantu dalam
penetapan tugas kepada anggota tim audit yang berbeda. Misalnya, kebanyakan auditor
memperlakukan aset tetap dan wesel bayar sebagai segmen yang berbeda. Setiap segmen
diaudit secara terpisah tapi tidak secara benar-benar independen. (Misalnya, audit aset tetap
mungkin mengungkapkan catatan yang tidak tercatat yang harus dibayar.) Setelah audit setiap
segmen selesai, termasuk keterkaitan dengan segmen lain, hasilnya digabungkan. Konklusi
kemudian dapat dicapai mengenai laporan keuangan yang diambil secara keseluruhan.

Ada berbagai cara untuk melakukan segmentasi audit. Salah satu pendekatannya
adalah memperlakukan setiap saldo akun pada laporan sebagai segmen terpisah. Segmenting
seperti itu biasanya tidak efisien Ini akan menghasilkan audit independen dari akun terkait
erat seperti persediaan dan harga pokok penjualan.

 Siklus yang digunakan

• Sales and collection cycle

• Acquisition and payment cycle

• Payroll and personnel cycle


• Inventory and warehousing cycle

Capital acquisition and repayment cycle

 Cycle Approach to Segmenting an Audit

Cara umum untuk membagi audit adalah dengan menjaga jenis dan tindakan saldo
yang terkait erat di segmen yang sama. Ini disebut pendekatan siklus. Misalnya, penjualan.
Hasil penjualan, penerimaan kas, dan piutang yang tidak dapat tertagih adalah empat kelas
transaksi yang menyebabkan piutang meningkat dan menurun. Oleh karena itu, semuanya
adalah bagian dari siklus penjualan dan pengumpulan.

Demikian pula, transaksi penggajian dan penggajian yang masih harus dibayar adalah
bagian dari siklus gaji dan personalia. Logika menggunakan pendekatan siklus adalah
hubungan dengan cara transaksi dilakukan dicatat dalam jurnal dan dirangkum dalam buku
besar dan laporan keuangan.

Meskipun jurnal yang sama digunakan untuk transaksi dalam akuisisi dan
pembayaran gaji dan akuisisi modal dan pelunasan, berguna untuk memisahkan modal
transaksi akuisisi dan pembayaran kembali siklus transaksi terpisah.

Pertama, akuisisi dan pembayaran modal berhubungan dengan pembiayaan bisnis


daripada operasi. Kedua, sebagian besar akun akuisisi modal dan siklus pembayaran kembali
melibatkan sedikit transaksi, namun masing-masing seringkali sangat material dan karenanya
harus dilakukan diaudit secara ekstensif. Mengingat kedua alasan tersebut, lebih mudah untuk
berpisah dua siklus

Siklus persediaan dan pergudangan terkait erat dengan semua siklus lainnya, terutama
untuk perusahaan manufaktur. Biaya persediaan termasuk bahan mentah (akuisisi dan siklus
pembayaran), tenaga kerja langsung (gaji dan personil), dan overhead produksi (akuisisi dan
pembayaran dan penggajian. Penjualan barang jadi meliputi penjualan dan koleksi siklus.
Karena persediaan bahan untuk kebanyakan perusahaan manufaktur, memang biasa
meminjam uang menggunakan inventaris sebagai jaminan.

 Relationships Among Cycles

Catatan bahwa siklus tidak memiliki awal atau akhir kecuali pada asal dan disposisi akhir
dari perusahaan. Sebuah perusahaan diawali dengan mendapatkan modal, biasanya dalam
bentuk uang tunai. Di sebuah Perusahaan manufaktur, kas digunakan untuk membeli bahan
baku, aktiva tetap, dan lainnya. barang dan jasa untuk menghasilkan persediaan (acquisition
and payment cycle).

Siklus transaksi adalah cara penting untuk mengatur audit. Sebagian besar, Auditor
memperlakukan setiap siklus secara terpisah selama audit berlangsung. Meskipun auditor
perlu pertimbangkan hubungan timbal balik antar siklus, mereka biasanya memperlakukan
siklus secara mandiri sejauh praktis untuk mengelola audit yang kompleks secara efektif.
6.7 TUJUAN AUDIT ATAS TRANSAKSI

Tujuan audit atas transaksi mengikuti dan terkait dengan asersi manajemen tentang
transaksi. Hal ini dikarenakan bahwa tanggung jawab utama auditor adalah menentukan
apakah asersi manajemen tentang laporan keuangan dapat dibenarkan. Tujuan audit berguna
sebagai kerangka kerja yang akan membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti audit
yang cukup kompeten dan tepat sesuai dengan jenis transaksi yang diaudit.

Ada perbedaan antara tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi dan tujuan
audit khusus yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap jenis transaksi. Keenam tujuan audit
umum yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap jenis transaksi. Keenam tujuan audit
umum yang berkaitan dengan transaksi, yang akan dibahas berikut ini, dapat diterapkan pada
setiap jenis transaksi. Tujuan audit khusus yang diterapkan pada setiap jenis transaksi juga
diterapkan pada setiap jenis transaksi, tetapi dinyatakan dalam istilah yang disesuaikan
(berbeda) untuk masing – masing jenis transaksi. Setelah auditor menetapkan tujuan umum
yang berkaitan dengan transaksi, tujuan audit khusus lalu dapat dikembangkan.

Berikut adalah keenam tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi:

1. Keterjadian
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi yang telah dicatat memang
benar – benar terjadi. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang
keterjadian transaksi.

2. Kelengkapan
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi yang harus dimasukkan dalam
jurnal benar – benar telah dicatat. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi
manajemen tentang kelengkapan transaksi.

3. Keakuratan
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi telah dicatat pada jumlah yang
benar. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang keakuratan
transaksi.

4. Pemindah – bukuan dan pengikhtisaran


Tujuan ini berkaitan dengan keakuratan pemindahan informasi dari jurnal ke buku
besar dan neraca saldo, serta keakuratan pengikhtisaran transaksi dalam laporan
keuangan. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang keakuratan
transaksi.

5. Klasifikasi
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi telah dicatat pada akun yang
tepat. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang klasifikasi
transaksi.

6. Penetapan waktu
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi telah dicatat dalam periode
akuntansi yang tepat. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang
pisah batas transaksi.

Sesudah tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi ditentukan, tujuan audit
khusus yang berkaitan dengan transaksi untuk setiap jenis transaksi dapat dikembangkan.
Setidaknya satu tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi harus disertakan pada
setiap tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi.
6.8 TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN SALDO

Ada dua perbedaan antara tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dengan tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi. Pertama, seperti yang tersirat dalam istilahnya, tujuan
audit yang berkaitan dengan saldo diterapkan pada saldo akun seperti piutang usaha dan
persediaan, bukan kelas transaksi seperti transaksi penjualan dan pembelian persediaan.
Kedua, ada delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dibandingkan dengan enam
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.

Tujuan Audit Umum yang Berkaitan dengan Saldo


1. Eksistensi - Jumlah yang tercantum memang ada
2. Kelengkapan - Jumlah yang ada telah dicantumkan
3. Keakuratan - Jumlah yang tercantum telah dinyatakan dengan benar
4. Klasifikasi - Jumlah yang tercantum dalam daftar klien telah diklasifikasikan dengan tepat
5. Cutoff - Transaksi yang mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode yang tepat
6. Hubungan yang rinci (Detail Tie-In) - Rincian saldo akun sesuai dengan jumlah pada file
induk yang berkaitan, sesuai dengan total saldo akun dan sesuai dengan total buku besar
7. Nilai yang dapat direalisasi - Aktiva yang telah dicantumkan dalam jumlah yang diestimasi
akun direalisasi
8. Hak dan kewajiban

Tujuan Audit Khusus yang Berkaitan dengan Saldo


Satu tujuan audit spesifik yang berkaitan dengan saldo harus disertakan untuk masing-masing
tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo, kecuali auditor yakin bahwa tujuan audit
umum yang berkaitan dengan saldo tidak relevan atau tidak penting bagi saldo akun yang
sedang dipertimbangkan.

6.9 Transaction – Related Audit Objectives

Tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi

 Keterjadian (Occurrence)_Transaksi yang dicatat memang ada. Tujuan ini berkenaan


dengan apakah transaksi yang tercatat memang benar-benar terjadi.
 Kelengkapan(Completeness)_Transaksi yang terjadi telah dicatat. Tujuan ini
bersangkutan dengan apakah semua transaksi yang harus dimasukkan dalam jurnal
benar-benar telah dicatatkan.

 Keakuratan(Accuracy)_Transaksi yang dicatat dinyatakan pada jumlah yang benar.


Tujuan ini membahas keakuran informasi tentang transaksi akuntansi dan merupakan
salah satu bagian dari asersi keakuratan untuk kelas transaksi.

 Posting dan pengikhtisaran(Posting and summarization)_Transaksi yang dicatat


dimasukkan ke dalam file induk dan diikhtisarkan dengan benar. Tujuan ini berkaitan
dengan keakuratan transfer informasi dari transaksi yang dicatat dalam jurnal ke buku
besar pembantu & buku besar.

 Klasifikasi (Classification)_Transaksi yang dicatat dalam jurnal klien telah


diklasifikasikan secara tepat. Tujuan ini menyatakan apakah transaksi telah
dimasukkan dalam akun yang tepat, dan merupakan padanan auditor atas asersi
klasifikasi manajemen untuk kelas transaksi.

 Penetapan waktu (Timing)_Transaksi dicatat pada tanggal yang benar. Tujuan


penetapan waktu transaksi merupakan padanan auditor atas asersi cutoff manajemen.

Tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi

Sesudah tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi ditentukan, tujuan audit
khusus yang berkaitan dengan transaksi untuk setiap kelas transaksi yang material dapat
dikembangkan. Setidaknya satu tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi harus
disertakan pada setiap tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi, kecuali auditor
yakin bahwa tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi tidak relevan atau tidak
penting dalam situasi tersebut.

6.10 TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN SALDO

Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo (balance-related audit objectives), untuk
memastikan saldo suatu akun.

 Tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo


1. Eksistensi – Jumlah yang tercantum memang ada.
2. Kelengkapan – Jumlah yang ada telah dicantumkan.
3. Keakuratan – Jumlah yang tercantum telah dinyatakan dengan benar.
4. Klasifikasi – Jumlah yang tercantum dalam daftar klien telah diklasifikasikan
dengan tepat.
5. Cutoff – Transaksi yang mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode
yang tepat.
6. Hubungan yang rinci (detail tie-in) – Rincian saldo akun sesuai dengan jumlah
pada file induk yang berkaitan, sesuai dengan total saldo akun, dan sesuai
dengan total buku besar.
7. Nilai yang dapat direalisasi – Aktiva yang telah dicantumkan dalam jumlah
yang diestimasi akan direalisasi.
8. Hak dan kewajiban.
 Tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo
Sedikitnya satu tujuan audit spesifik yang berkaitan dengan saldo harus
disertakan untuk masing-masing tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo,
kecuali auditor yakin bahwa tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo tidak
relevan atau tidak penting bagi saldo akun yang sedang dipertimbangkan. Mungkin
terdapat lebih dari satu tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo untuk suatu
tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo.
 Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan
Biasanya identik dengan asersi manajemen untuk penyajian dan
pengungkapan yang telah dibahas sebelumnya. Konsep yang sama, yang diterapkan
pada tujuan audit yang berkaitan dengan saldo, juga berlaku untuk tujuan audit yang
berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan.

6-11. Explain the relationship between audit objectives and the accumulation of audit
evidence.

How audit objectives are met (Bagaimana tujuan audit terpenuhi)

Phase I: Plan and Design an Audit Approach.

Tujuan utama audit adalah mengakumulasi cukup bukti untuk memberikan pendapat atas
laporan keuangan.

Dua pertimbangan utama mempengaruhi pendekatan audit:

1. Bukti yang memadai harus dikumpulkan untuk memenuhi tanggung jawab profesional
auditor.

2. Biaya mengumpulkan bukti harus diminimalkan.

Rencana audit harus menghasilkan audit yang efektif dengan biaya yang wajar.

Prosedur penilaian risiko meliputi:

• mendapatkan pemahaman tentang entitas dan lingkungannya.

• Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian.

• Menilai risiko salah saji material.

Phase II: Perform Tests of Controls and Substantive Tests of Transactions.


• Pengujian kontrol memungkinkan auditor untuk mengevaluasi efektivitas
pengendalian internal dan menentukan apakah kontrol dapat diandalkan untuk
mengurangi risiko pengendalian yang terencana.

• Uji transaksi substantif memungkinkan auditor mengevaluasi rekaman transaksi dari


klien

Perform Analytical Procedures and Tests of Details of Balances (Phase III)

Ada dua kategori umum prosedur fase III. Prosedur analitis digunakan perbandingan dan
hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data lainnya muncul masuk akal. Misalnya,
untuk memberikan beberapa kepastian untuk tujuan akurasi untuk keduanya transaksi
penjualan (tujuan audit terkait transaksi) dan piutang usaha (tujuan audit terkait
keseimbangan), auditor mungkin memeriksa transaksi penjualan di jurnal penjualan untuk
jumlah yang sangat besar dan juga membandingkan jumlah penjualan bulanan dengan tahun
sebelumnya. Jika perusahaan konsisten menggunakan harga jual yang salah atau tidak benar

Mencatat penjualan, perbedaan yang signifikan mungkin terjadi Pengujian rincian saldo
adalah prosedur khusus yang dimaksudkan untuk menguji moneter salah saji dalam neraca
didalam laporan keuangan. Contoh yang terkait dengan Keakuratan tujuan piutang dagang
(balance-related audit objective) bersifat langsung komunikasi tertulis dengan pelanggan
klien untuk mengidentifikasi jumlah yang salah. Pengujian rincian saldo akhir penting untuk
pelaksanaan audit karena sebagian besar Bukti diperoleh dari sumber yang independen dari
klien dan oleh karena itu dianggap berkualitas tinggi.

Complete the Audit and Issue an Audit Report (Phase IV)

Setelah auditor menyelesaikan semua prosedur untuk setiap tujuan audit dan untuk masing-
masing rekening laporan keuangan dan pengungkapan terkait, perlu untuk menggabungkan
informasi yang diperoleh untuk mencapai kesimpulan keseluruhan mengenai apakah laporan
keuangan cukup disajikan. Proses subjektif ini sangat bergantung pada auditor penilaian
professional. Saat audit selesai, BPA harus mengeluarkan laporan audit untuk menemani
laporan keuangan yang diterbitkan klien.
RESUME CHAPTER 6
MATA KULIAH PENGAUDITAN 1
AUDIT RESPONSIBILITIES
AND OBJECTIVE

DISUSUN OLEH:

ENITA AUDINA IRMALIA 041511333062


DEVINA RACHMAWATI 041511333065
RHETA SEPTIAN 041511333066
NABILAH NAFISAH 041511333073
REFANI RAKA DINA 041511333084
NANING OKTAVIANI 041411333129

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017

Anda mungkin juga menyukai