Anda di halaman 1dari 11

BAB 6

TANGGUNG JAWAB DAN TUJUAN AUDIT

Ditujukan untuk:

Memenuhi Tugas Mata Kuliah Audit 1

Oleh:

Andrew julian (141210027)

Felicya Anna Pratama (141210040)

Yunizar Triadi Putra (141210078)

6 Akuntansi B-S1/Karyawan

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KESATUAN


STIEK

Jl. Raggagading No. 1 Bogor – 16123, Telp. (0251) 8337733 – 8358787


Fax. (0251) 8319925 http://www.stiekesatuan.ac.id
e-mail : info@stiekesatuan.ac.id
2017
TUJUAN PELAKSANAAN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN
Tujuan audit menurut AICPA adalah untuk menyediakan pemakai laporan keuangan suatu
pendapat yang diberikan oleh auditor tentang apakah laporan keuangan disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka kerja akuntansi yang berlaku. Pendapat
auditor ini menambah tingkat keyakinan peengguna yang bersangkutan terhadap laporan
keuangan.
Auditor mengumpulkan bukti untuk membuat kesimpulan tentang apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar dan untuk menentukan keefektifan pengendalian internal lalubaru
menerbitkan laporan audit yang tepat.
Jika auditor yakin bahwaa laporan-laporan itu tidak disajikan secara wajar atau tidak dapat
mencapai kesimpulan karena bukti yang tidak mencukupi, auditor mempunyai tanggung jawab
untuk memberi tahu pemakai melalui laporan auditor. Setelah penerbitan laporan, jika fakta-fakta
yang ada menunjukkan bahwa laporan tersebut tidak disajikan secara wajar, auditor mungkin
harus memberi tahu ke pengadilan atau lembaga pengatur bahwa ia telah melaksanakan audit
dengan cara yang tepat dan menarik kesimpulan yang layak.

TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN


Taggung jawab manajemen adalah untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang baik,
menyelenggarakan pengendalian internal yang memadai dan menyajikan laporan keuangan yang
wajar. Karena dalam menjalankan bisnis sehari-hari manajemen perusahaan mempunyai
pengetahuan yang lebih dalam tentang transaksi perusahaan serta aktiva, kewajiban, ekuitas
terkait dibandingkan auditor.
Jika amanajemen bersikeras dengan pengungkapan laporan keuangan yang menurut auditor
tidak dapat diterima, auditor dapat meilih untuk menerbitkan pendapat tidak wajar atau pendapat
wajar dengan pengecualian atau mengundurkan diri dari pengurusan tugas tersebut.

TANGGUNG JAWAB AUDITOR


Standar auditing AICPA menyatakan
Tujuan auditor dalam melakukan audit atas laporan keuangan adalah untuk:
a. Memperoleh keyakinan yang layak bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah bebas
dari salah saji yang material, baik karena kecurangan atau kesalahan, sehingga
memungkinkan auditor untuk menyatakan pendapat tentang apakah laporan keuangan
memungkinkan auditor untuk menyatakn pendapat tentang apakah laporan keuangan itu
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka kerja
pelaporankeuangan yang berlaku; dan
b. Melaporkan tentang laporan keuangan, dan berkomunikasi seperti yang disyaratkan oleh
standar auditing, sesuai dengan temuan auditor.

Paragraf ini membahas tanggung jawab auditor untuk mendeteksi salah saji material dalam
laporan keuangan. Bila auditor juga melaporkan tentang keefektifan pengendalian internal atas
pelaporan keuangan, auditor juga bertanggungjawab untuk mengindentifikasi kelemahan material
dalam pengendalian internal atas pelaporran keuangan. Paragraf ini membahas beberapa istilah
penting:

Salah saji yang material versus salah saji yang material


Salah saji dianggap material jika gabungan dari kekeliruan dan kecurangan yang belum
dikoreksi dalam laporan keuangan kemungkinan akan mengubah atau mempengaruhi keputusan
dari orang yang menggunakan laporan keuangan tersebut. Auditor bertanggungjawab untuk
memperoleh kepastian yang layak bahwa batas material telah terpenuhi.

Kepastian yang Layak


Kepastian atau assurance merupakan ukuran tingkat kepastian yang diperoleh auditor pada
saat menyelesaikan audit. Standar auditing (SAS 104) menyatakan bahwa kepastian yang layak
adalah tingkat kepastian yang tidak tinggi, tetapi tidak absolut, bahwa laporan keuangan telah
bebas dari salah saji yang material. Konsep kepastian yang layak, bukan yang absolut,
mengindikasikan bahwa auditor bukanlah pemberi garansi atau penjamin atas kebenaran laporan
keuangan.
Auditor bertanggungjawab atas kepastian yang layak, tetapi tidak absolut, karena beberapa alasan:
1. Sebagian besar bukti audit diperoleh dari pengujian sampel populasi seperti piutang usaha dan
persediaan. Namun penggunaan sampling juga mengandung risiko tidak terungkapnya salah
saji yang material. Selain itu, bidang yang diuji: jenis, luas, dan waktu pengujiannya; serta
evaluasi atas hasil pengujian juga membutuhkan pertimbangan auditor yang penting.
2. Penyajian akuntansi mengandung estimasi yang kompleks yang melibatkan sejumlah
ketidakpastian serta dapat dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa di masa depan.
3. Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan seringkali sangat sulit, bahkan
tidak mungkin untuk dideteksi oleh auditor terutama bila ada kolusi di kalangan maanjemen
perusahaan.

Kekeliruan versus Kecurangan


Kekeliruan (error) adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja, sedangkan
kecurangan (fraud) adalah salah saji yang disengaja. Contoh kekeliruan adalah kesalahan
perhitungan harga dikalikan dengan kuantitas pada faktur penjualan.
Kecurangan dibedakan menjadi dua yanitu misapropiasi aset yang sering disebut kecurangan
karyawan dan pelpotrran keuangan yang curang yang sering kali disebut kecurangan manajemen.
Contoh misapropiasi aset adalah pengambilan kas oleh klerk pada saat penjualan yang curang dan
tidak memasukannya ke dalam register kas. Contoh pelaporan keuangan yang curang adalah
dnegan sengaja men]lebihsajikan penjualan menjelang tanggal neraca untuk meningkatkan laba
yang dilaporkan.

Skeptisisme Profesional
Standar auditing mensyaratkan bahwa audit dirancang sedemikian rupa agar dapat
memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi kekeliruan maupun kecurangan yang
material dalam laporan keuangan.

Aspek – Aspek Skpetisme Profesional


Skeptisme profesional terdiri dari dua komponen utama: questioning mind dan penilaian kritis
terhadap bukti audit. Questioning Mindset berarti auditor menangani audit dengan pandangan
mental “percaya tapi verifikasi”. Ketika mereka mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang
mendukung jumlah serta pengungkapan laporan keuangan, skeptisme profesional juga melibatkan
penilaian kritis tentang bukti yang mencakup pengajuan pertanyaan yang menyelidik dan
perhatian terhadap inkonsistensi.

Unsur-Unsur Skeptisme Profesional


Riset akademis terkini mengenai topik skeptisme profesional menunjukkan enam karakteristik
skpetisme :
1. Questioning Mindset – disposisi untuk menyelidiki sejulah hal yang dirasa meragukan
2. Penundaan keputusan – penundaan keputusan sampai bukti yang tepat diperoleh
3. Pencarian pengetahuan – keinginan untuk menyelidiki lebih lanjut demi mempertegas
4. Pemahaman Interpersonal – pengakuan bahwa motivasi dan perseppsi orang dapat
membuatnya memberikan informasi yang bias atau menyesatkan.
5. Otonomi – pengarahan mandiri (self direction), independensi moral dan keyakinan
memutuskan untuk diri sendiri dibandingkan menerima klaim dari pihak lain.
6. Self Esteem – rasa percaya diri untuk melawan persuasi dan untuk menantang asumsi atau
kesimpulan.

Para auditor mengahbiskan sebagian besar waktunya untuk merencanakan dan melaksanakan
audit guna mendeteksi kesalahan yang dilakukan secara tidak sengaja oleh manajemen maupun
karyawan. Auditor menemukan berbagai kesalahan atau kekelirun yang berasal dari hal –hal
seperti kalkulasi, penghilangan, kesalahpahaman, dan misaplikasi standar akuntansi, serta
pegikhitisaran dan deskripsi yang tidak benar.
Standar auditing tidak membedakan antara tanggung jawab auditor untuk mencari kekeliruan
dan kecurangan. Dalam kedua kasus tersebut, auditor harus memperoleh kepastian yang layak
tentang apajkah laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material.

Kecurangan yang berasal dari pelaporan keuangan yang curang versus misapropiasi aset
Pelaporan keuangan yang curang aakan merugikan para pemakai laporan keuangan karena
menyediakan informasi laporan keuangan yang tidak benar untuk membuat keputusan. Apabila
aset disalahgunakan atau dimisapropiasi, para pemegang saham, kreditor, serta pihak lainnya akan
dirugikan karena aset tersebut tidak lagi menjadi milik pemiliknya yang sah.
Secara umum pelaporan keuangan yang curang dilakukan oleh pihak manajemen, yang
terkadang tanpa sepengetahuan para karyawan. Pencurian aset biasanya dilakukan oleh karywan,
bukan oleh manajemen dan nilainya sering kali tidak material.
Kemampuan auditor untuk mendeteksi salah saji yang material akibat kegagalan mematuhi UU
dan regulasi dipengaruhi oleh faktor – faktor berikut:
 Banyak UU dan regulasi yang terutama terkait ddengan aspek operasi bisnis dan biasanya
tidak mempengaruhi laporan keuangan serta tidak terdeteksi oleh sistem informasi klien
berkaitan dengan laporan keuangan.
 Ketidakpatuhan mungkin melibatkan tindakan menyembunyikan, seperti kolusi,
pemalsuan, tidak mencatat transaksi secara sengaja, manajemen mengesampingkan
pengendalian, atau misrepresentasi yang disengaja kepada auditor.
 Apakah suatu tindakan merupakan ketidak patuhan akan ditentukan oleh hukum seperti
oleh pengadilan.

UU dan Regulasi yang memiliki pengaruh langsung terhadap laporan keuangan


Provisi dari banyak UU dan tertentu seperti UU dan regulasi pajak serta pensiun memiliki
pengaruh langsung terhadap jumlah dan pengungkapan laporan keuangan. Auditor harus
memperoleh bukti yang cukup dan tepat tentang jumlah yang material serta pengungkapan yang
secara langsung dipengaruhi UU dan regulasi tersebut.

UU dan Regulasi yang tidak memiliki pengaruh langsung terhadap laporan keuangan
Provisi dari banyak UU dan regulasi tidak mungkin memiliki pengaruh langsung terhadap
laporan keuangan. Namun ketaatan terhadap UU dan regulasi tersebut sangatlah mendasar bagi
operasi bisnis serta diperlukan untuk menghindari pinalti yang material.

Prosedur Audit ketikaketidakpatuhan teridentifikasi atau diduga


Jika auditor menemukan informasi mengenai kasus ketidakpatuhan atau dugaan
ketidakpatuhan, auditor harus memahami sifat dari situasi dari tindakan itu. Harus diperoleh
informasi tambahan untuk mengevaluasi pengaruh potensialnya terhadap laporan keuangan.
Auditor harus membahas maslaah ini dengan pihak manajemen yang tingkatnya berada di atas
pihak yang diduga terlibat dengan ketidakpatuhan dan bila perlu pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola.

Pelaporan ketidakpatuhan yang teridentifikasi atau diduga


Jika masalah yang terlibat diyakini bersifat sengaja dan material hal itu harus
dikomunikasikan kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola seperti dewan direksi
sesegera mungkin. Jika kepatuhan itu memiliki pengaruh yang material dan belum tercermin
secara memadai dalam laporan keuangan, auditor harus menyatakan pendapat wajar dengan
pengecualian atau tidak wajar terhadap laporan keuangan.

SIKLUS LAPORAN KEUANGAN


Cara yang umum untuk membagi audit adalah dengan tetap mempertahankan hubungan yang
erat antara jenis ( atau kelas ) transaksi dan saldo akun dalam segmen yang sama. Cara ini disebut
pendekatan siklus. Logika dari penggunanaan pendektan siklus ini adalah bahwa hal itu terakit
dengan cara transaksi dicatat dalam jurnal dan diikhtisarkan dalam buku besar serta laporan
keuangan. Jika dianggap praktis, pendekatan siklus menggabungkan transaksi yang dicatat dalam
jurnal yang berbeda dengan saldo pada buku besar yang dihasilkan dari transaksi-transaksi
tersebut. Siklus laporan keuangan adalah sebagai berikut :
 Siklus penjualan dan penagihan
Siklus pertama yang dicantumkan dan merupakan focus utama pada sebagian besar
audit.
 Siklus akuisi modal dan pembayaran
Transaksi dalam siklusi akuisisi modal dan pembayaran kembali berkaitan dengan
pembiayaan bisnis.
 Siklus penggajian dan personalia
Terkait dengan ketenaga kerja langsung dalam suatu perusahaan.
 Siklu persediaan dan pergudangan
Berkaitan erat dengan siklus lainnya, khususnya manufaktur. Biaya persediaan
mencakup bahan baku ( siklus akuisisi dan pembayaran ), tenaga kerja langsung ( siklus
penggajian dan personalia ), dan overhead manufaktur ( siklus akuisisi dan pembayaran serta
penggajian dan personalia ). Persediaan diposisikan sebagai siklus yang terpisah karena
berkaitan dengan siklus lainnya dank arena bagi sebagian besar perusahaan manufaktur serta
pergusahaan eceran, persediaan biasanya sangat material dan sering sekali rumit untuk di
audit.
 Siklus akuisi modal dan pembayaran kembali.
Meskipun jurnal yang sama digunakan untuk mencatat transaksi dalam siklus akuisisi
dan pembayaran serta akuisisi modal dan pembayaran kembali akan bermanfaat jika transaki
siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali dipisahkan ke dalam siklus transaksi terpisah.
pertama, siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali berkaitan dengan pembiayaan bisnis,
bukan operasi. Kedua, sebagian besar akun akuisisi modal dan pembayaran gkembali
melibatkan segelintir transaksi, tetapi masing-masing transaksi tersebut sangat material
karenanya, harus diaudit secara ekstensif. Dengan mempertimbangkan kedua alasan tersebut,
lebih nyaman jika kedua siklus terebut dipisahkan.

Siklus transaksi merupakan cara yang penting untuk menata audit. pada umumnya, para auditor
akan memperlakukan setiap siklus tersebut secara terpisah selama proses audit. meskipun auditor
harus mempertimbangkan keterkaitan di antara siklus-siklus itu, mereka biasanya memperlakukan
siklus iyu secara independen sampai ke batas praktis dalam rangka mengelola audit ya

MENETAPKAN TUJUAN AUDIT


Para auditor melaksanakan audit atas laporan keuangan dengan menggunakan pendekatan siklus,
yaitu melakukan pengujianaudit atas transaksi-transaksi yang menghasilka saldo akhir dan juga
melaksanakan audit atas saldo akun serta pengungkapan yang terkait. Secara umum, auditor telah
menemukan bahwa cara yang paling efektif dan efesien untuk melakukan audit adalah dengan
memperoleh berapa kombinasi kepastian bagi setiap kelas transaksi dan saldo akhir pada akun yang
terkait. Untuk setiap kelas transaksi, beberapa tujuan audit yang harus dipenuhi sebelum auditor dapat
menyimpulkan bahwa transaksi-transaksi tersebut telah dicatat dengan cepat. Tujuan ini disebut
sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Beberapa tujuan audit harus dipenuhi untuk
setiap saldo akun yang disebut sebagai tujuan audit yang berkaitan sdengan saldo. Kategori ketiga
tujuan audit berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan, yang
disebut tjuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan.

ASERSI MANAJEMEN
Asersi manajemen adalah representasi pernyataan yang tersira atau diekspresikan oleh manajemen
tentang kelas transaksi dan akun serta pengungkapan yg tkait dalam laporan keuangan. Asersi
manajemen berkaitan langsung dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum ( GAAP/PSAK),
karena asersi ini merupakan bagian dari kriteria yang digunakan manajemen untu mencatat dan
mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan. Standar auditing internasional dan
standar auditing AICPA mengklasifikasikan asersi ke dalam tiga kategori :
1. Asersi tentang kelas transaksi dan peristiwa slama periode yang diaudit
Yang termasuk asersi ini adalah :
a. Keterjadian = asersi keterjadian bersangkutan dengan apakah transaksi yang dicatat
dalam laporan keuangan benar – benar terjadi selama periode akuntansi ini.
b. Kelengkapan = asersi ini menyatakan apakah semua transaksi yang harus
dimasukkan dalam laporan keuangan sudah dimasukkan seluruhnya. Asersi
kelengkapan mengemukakakn hak-hal yang berlawanan dengan asersi keterjadian.
Asersi kelengkapan berkaitan dengan kemungkinan penghilangan transaksi yang
harus dicatat, sementara asersi keterjadian berkaitan dengan pencatatan transaksi
yang seharusya tidak boleh dicatat. Jadi pelanggaran aras asersi kelengkapan dengan
lebih saji akun, sedangkan pelanggaran atas asersi kerterjadian berkaitan dengan
kurang saji akun.
c. Keakuratan = asersi keakuratan menyatakan apakah transaksi telah dicatat pada
jumlah yang benar.
d. Klasifikasi asersi klasifikasi menyatakan apakahtrnasaksi telah dicatat pada akun
yang tepat.
e. Cutoff = asersi cutoff menyatakan apakah transaksi telah dicatat pada periode
akuntansi yang benar.
2. Asersi tentang saldo akun pada akhir periode
Yang termasuk asersi ini adalah :
a. Eksistensi = asersi ini bersangkutan dengan apakah aktiva, kewajiban dan
kepentingan ekuitas yang dicantumkan dalam neraca benar-benar ada pada tanggal
neraca.
b. Kelengkapan = asersi ini menyatakan apakah semua akun yang harus disajikan
dalam laporan keuangan pada kenyataan sudah dicantumkan.
c. Penilaian atau Alokasi = asersi penilaian dan alokasi berkaitan dengan apakah akun
asset, kewajiban dan kepentingan ekuitas telah dimasukkan dalam laporan keuangan
pad ajumlah yang tepat, termasuk setiap penyesuaian penilaian untuk mencerminkan
jumlah asset pada nilai realisasi bersih.
d. Hak dan Kewajiban = asersi ini membahas tentang apakah asset merupakan hak
entitas dan apakah kewajiban merupakan kewajiban entitas pada tanggal tertentu.
3. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan
a. Keterjadian serta Hak dan Kewajiban = asersi ini menyatakan apakah peristiwa-
peristiwa yang digunakan telah terjadi dan merupakan hak serta kewajiban entitas.
b. Kelengkapan = asersi ini bersangkutan dengan apakah semua pengungkapan yang
diperlukan telah dicntumkan dalam laporan keuagan.
c. Keakuratan dan Penilaian = asersi keakuratan dan penialaian serta alokasi
bersangkutan dengan apakan informasi keuangan yang diungkapkan secara wajar dan
pada jumla yang tepat.
d. Klasifikasi dan dapat dipahami = asersi ini berkaitan dengan apakah jumlah-
jumlah telah diklasifikasikan secara tepat dalam laporan keuangan dan catatan kaki,
serta apakah uraian saldo dan pengungkapan yang berkaitan dapat dipahami.
Auditor harus mempertimbangkan relevansi untuk setiap kelas transaksi. Asersi yang relevan
mempunyai arti menyangkut apakah akun tersebut disajikan secara wajar dan digunakan untuk
menilai risiko salah saji yang material serta merancang dalan melaksanakan prosedur audit.
setelah asersi yang relevan diidentifikasi, kemudian auditor dapat mengembangkan tujuan audit
untuk setiap kategori asersi. Tujuan audit yang dilakukan auditor akan mengikuti dan
berhubungan erat dengan asersi manajemen.
Alasan menggunakan tujuan audit dan bukan asersi adalah menyediakan kerangka kerja untuk
membantu auditor mengumpulkan bukti yang cukup dantepat serta memutuskan jumlah bukti
yang tepat berdasarkan situasi penugasan. Tujuannya tetap sama dari audit ke audit, tetapi jumlah
buktinya bervariasi tergantung pada keadaan.

TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN TRANSAKSI


Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi mengikuti dan berhubungan erat dengan asersi
manajemen tentang kelas transaksi. Ada perbedaan antara tujuan audit umum yang berkaitan
dengan transaksi dan tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap kelas
transaksi. Terdapat enam tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi dan dapat
diterapkan pada setiap kelas transaksi dalam istilah yang luas. Tujuan audit khusus yang
berkaitan dengan transaksi juga diterapkan pada setiap kelas transaksi, tetapi dinyatakan dalam
istilah yang disesuaikan untuk kelas transaksi khusus seperti transaksi penjualan.
Setelah auditor menetapkan tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi, hal itu dapat
digunakan untuk mengembangkan tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi bagi
setiap kelas transaksi yang akan diaudit.
Tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi, yaitu:
1. Keterjadian – Transaksi yang Dicatat Memang Ada
Tujuan ini berkenaan dengan apakah transaksi yang tercatat memang benar-benar terjadi.
2. Kelengkapan – Transaksi yang Terjadi Telah Dicatat
Tujuan ini bersangkutan dengan apakah semua transaksi yang harus dimasukkan dalam jurnal
benar-benar telah dicatatkan.
3. Keakuratan – Transaksi yang Dicatat Dinyatakan pada Jumlah yang Benar
Tujuan ini membahas keakuratan informasi tentang transaksi akuntansi dan merupakan salah
satu bagian dari asersi keakuratan untuk kelas transaksi.
4. Posting dan Pengikhtisaran – Transaksi yang Dicatat Dimasukkan ke dalam File Induk dan
Diikhtisarkan dengan Benar
Tujuan ini berkaitan dengan keakuratan transfer informasi dari transaksi yang dicatat dalam
jurnal ke buku besar pembantu dan ke buku besar.
5. Klasifikasi – Transaksi yang Dicatat dalam Jurnal Klien telah Diklasifikasikan secara Tepat
Tujuan ini menyatakan apakah transaksi telah dimasukkan dalam akun yang tepat, dan
merupakan padanan auditor atas asersi klasifikasi manajemen untuk kelas transasksi.
6. Penetapan Waktu – Transaksi Dicatat pada Tanggal yang Benar
Tujuan penetapan waktu transaksi merupakan padanan auditor atas asersi cutoff manajemen.
Tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi
Sesudah tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi ditentukan, tujuan audit khusus
yang berkaitan dengan transaksi untuk setiap kelas transaksi yang material dapat dikembangkan.
Kelas transaksi semacam itu umumnya mencakup penjualan, penerimaan kas, akuisisi barang dan
jasa, penggajian, dan sebagainya. Setidaknya satu tujuan audit khusus yang berkaitan dengan
transaksi harus disertakan pada setiap tujuan umum yang berkaitan dengan transaksi, kecuali
auditor yakin bahwa tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi tidak relevan atau tidak
penting dalam situasi tersebut.
Hubungan antara asersi manajemen dan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi:
TABEL 6-3 Hillsburg Hardware Co. : Asersi Manajemen dan Tujuan Audit yang
Berkaitan dengan Transaksi yang Diterapkan pada Transaksi Penjualan
Asersi Manajemen Tujuan Audit Tujuan Audit Khusus yang Berkaitan dengan
Tentang Kelas Umum yang Transaksi
Transaksi dan Berkaitan dengan
Peristiwa Transaksi
Keterjadian Keterjadiaan Penjualan yang dicatat adalah untuk pengiriman
yang dilakukan kepada pelanggan nonfiktif.
Kelengkapan Kelengkapan Transaksi penjualan yang ada sudah dicatat.
Keakuratan Keakuratan Penjualan yang dicatat adalah untuk jumlah barang
yang dikirimkan dan sudah ditagih dan dicatat
dengan benar.
Posting dan Transaksi penjulan telah dimasukkan secara layak
Pengikhtisaran dalam file induk dan diikhtisarkan dengan benar.
Klasifikasi Klasifikasi Transaksi penjualan telah diklasifikasikan dengan
benar.
Cutoff Penetapan Waktu Transaksi penjualan telah dicatat pada tanggal yang
benar.

TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN SALDO


Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo diterapkan pada saldo akun seperti piutang usaha
dan persediaan, bukan kelas transaksi seperti transaksi penjualan dan pembelian persediaan.
Menurut cara audit dilaksanakan, tujuan audit yang berkaitan dengan saldo hampir selalu
diterapkan pada saldo akhir dalam akun-akun neraca seperti piutang usaha, persediaan, dan wesel
bayar. Akan tetapi, beberapa tujuan audit yang berkaitan dengan saldo juga diterapkan pada akun-
akun laporan laba-rugi tertentu. Ini biasanya melibatkan transaksi nonrutin dan beban yang tidak
dapat diprediksikan, seperti beban hukum atau perbaikan dan pemeliharaan. Akun-akun laporan
laba-rugi lainnya berkaitan erat dengan akun-akun neraca dan diuji secara serentak, seperti beban
peyusutan dengan akumulasi penyusutan dan beban bunga dengan wesel bayar. Apabila
digunakan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo untuk mengaudit saldo akun, auditor akan
mengumpulkan bukti untuk memverifikasi rincian yang mendukung saldo akun, bukan
memverifikasi saldo akun itu sendiri.
Tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo, yaitu:
1. Eksistensi – Jumlah yang Tercantum Memang Ada
Tujuan ini bersangkutan dengan apakah jumlah yang tercatat dalam laporan keuangan
memang harus dicantumkan.
2. Kelengkapan – Jumlah yang Ada Telah Dicantumkan
Tujuan ini bersangkutan dengan apakah semua jumlah yang harus tercatat pada suatu akun
benar-benar telah dicatat.
3. Keakuratan – Jumlah yang Tercantum telah Dinyatakan dengan Benar
Tujuan keakuratan mengacu pada jumlah yang tercantum secara aritmetika sudah benar.
4. Klasifikasi – Jumlah yang Tercantum dalam Daftar Klien Telah Diklasifikasikan dengan Tepat
Klasifikasi melibatkan penentuan apakah pos-pos yang ada dalam daftar klien telah
dicantumkan dalam akun-akun buku besar yang tepat.
5. Cutoff – Transaksi yang Mendekati Tanggal Neraca telah Dicatat pada Periode yang Tepat
Dalam menguji cutoff atas saldo akun, tujuan auditor adalah menentukan apakah transaksi-
transaksi telah dicatat dalam saldo akun pada periode yang tepat.
6. Hubungan yang Rinci (Detail Tie – In) – Rincian Saldo Akun Sesuai dengan Jumlah pada File
Induk yang Berkaitan, Sesuai dengan Total Saldo Akun, dan Sesuai dengan Total Buku Besar
Saldo akun dalam laporan keuangan didukung oleh rincian pada file induk dan skedul yang
dibuat oleh klien. Tujuan hubungan yang rinci ini memastikan rincian dalam daftar telah
disiapkan secara akurat, ditambah dengan benar, dan sesuai dengan buku besar.
7. Nilai yang Dapat Direalisasi – Aset yang Telah Dicantumkan dalam Jumlah yang Diestimasi
Akan Direalisasi
Tujuan ini terkait dengan apakah saldo akun telah dikurangi untuk memperhitungkan
penurunan biaya historis ke nilai realisasi bersih.
8. Hak dan Kewajiban
Selain eksistesi, sebagian besar aset juga harus dimiliki sebelum dapat dicantumkan dalam
laporan keuangan. Demikian pula, utang harus merupakan kewajiban entitas. Hak selalu
berkaitan dengan aset dan kewajiban dengan utang. Tujuan ini adalah pdanan auditor terhadap
asersi manajemen tentang hak dan kewajiban untuk saldo akun.
Tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo
Sedikitnya satu tujuan audit spesifik yang berkaitan dengan saldo harus disertakan untuk
masing-masing tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo, kecuali auditor yakin bahwa
tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo tidak relevan atau tidak penting bagi saldo akun
yang sedang dipertimbangkan.
Hubungan antara asersi manajemen dan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
TABEL 6-4 Hillsburg Hardware Co. : Asersi Manajemen dan Tujuan Audit yang
Berkaitan dengan Saldo yang Diterapkan pada Persediaan
Asersi Manajemen Tujuan Audit Umum Tujuan Audit Khusus yang Berkaitan
Tentang Saldo Akun yang Berkaitan dengan Saldo yang Diterapkan pada
dengan Saldo Akun Persediaan
Eksistensi Eksistensi Semua persediaan yang dicatat ada pada
tanggal neraca.
Kelengkapan Kelengkapan Semua persediaan yang ada telah dihitung dan
dicatat dalam ijhtisar persediaan.
Penilaian dan alokasi Keakuratan Kuantitas persediaan pada catatan perpetual
klien sesuai dengan item-item yang ada di
tangan.
Harga yang digunakan untuk menilai
persediaan secara material benar.
Perkalian harga dengan kuantitas telah benar
dan rinciannya telah ditambahkan dengan
benar.
Klasifikasi Item-item persediaan diklasifikasikan secara
tepat sebagai bahan baku, barang dalam proses,
dan barang jadi.
Cutoff Cutoff pembelian pada akhir tahun sudah tepat.
Hubungan yang rinci/ Total item-item persediaan sesuai dengan buku
detail tie-in besar.
Nilai yang dapat Persediaan telah dikurangi apabila nilai realisasi
direalisasikan bersih menurun.
Hak dan kewajiban Hak dan kewajiban Perusahaan mempunyai hak atas semua item
persediaan yang tercantum.
Persediaan tidak dijaminkan sebagai agunan.

TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan biasanya identik dengan
asersi manajemen untuk penyajian dan pengungkapan. Konsep yang sama, yang diterapkan pada
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo, juga berlaku untuk tujuan audit yang berkaitan dengan
penyajian dan pengungkapan.
Hubungan antara asersi manajemen dan tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian
dan pengungkapan
TABEL 6-5 Hillsburg Hardware Co. : Asersi Manajemen dan Tujuan Audit yang
Berkaitan dengan Penyajian dan Pengungkapan yang Diterapkan pada Wesel
Bayar
Asersi Manajemen Tujuan Audit Umum Tujuan Audit Khusus yang Berkaitan
Tentang Penyajian yang Berkaitan dengan Penyajian dan Pengungkapan yang
dan Pengungkapan dengan Penyajian Diterapkan pada Wesel Bayar
dan Pengungkapan
Keterjadian Keterjadiaan serta hak Wesel bayar sebagaimana diuraikan dalam
dan kewajiaban catatan kaki ada dan merupakan kewajiban
perusahaan.
Kelengkapan Kelengkapan Semua pengungkapan yang diperlukan yang
terkait dengan wesel bayar telah dicatat dalam
catatan kaki laporan keuangan.
Keakuratan dan Keakuratan dan Pengungkapan catatan kaki yan berkaitan
penilaian penilaian dengan wesel bayar sudah akurat.
Klasifikasi dan dapat Klasifikasi dan dapat Wesel bayar secara tepat diklasifikasikan
dipahami dipahami sebagai kewajiban jangka pendek dan jangka
panjang dan pengungkapan laporan keuangan
yang berkaitan dapat dipahami.

BAGAIMANA TUJUAN AUDIT DIPENUHI


Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus dikumpulkan untuk
memenuhi tujuan tersebut pada setiap audit. Untuk mmelakukan hal ini, auditor mengikuti suatu
proses audit, yaitu metodologi yang telah didefinisikan dengan baik untuk menata audit guna
memastikan bahwa bukti yang diperoleh sudah mencukupi secra tepat, dan bahwa semua tujuan
audit yang disyaratkan sudah ditetapkan dan dipenuhi. Jika klien merupakan sebuah perusahaan
publik, auditor juga harus membuat rencana untuk memnuhi tujuan-tujuan yang berkaitan dengan
pelaporan tentang keefektifan pengendalian internal atas pelaporan keuangan. PCAOB Auditing
Standards 5 mengharuskan bahwa audit atas keefektifan pengendalian internal dipadukan dengan
audit atas laporan keuangan. Terdapat empat fase audit, yaitu:
Fase 1 Merencanakan dan Merancang Pendekatan Audit
Ada dua pertimbangan utama yang mempengaruhi pendekatan yang akan digunakan auditor,
yaitu:
1. Bukti audit yang mencukupi dan tepat harus dikumpulkan agar dapat memenuhi tanggung
jawab profesional auditor.
2. Biaya pengumpulan bukti audit ini harus ditekan serendah mungkin.
Terdapat tiga aspek kunci prosedur penilaian risiko yang dilakukan auditor dalam perencanaan
tugas untuk menilai salah saji yang material dan mungkin telah ada dalam laporan keuangan,
yaitu:
1. Memperoleh pemahaman tentang entitas dan lingkungannya.
2. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian.
3. Menilai risiko salah saji yang material.
Fase 2 Melakasanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi
Sebelum dapat memutuskan untuk mengurangi penilaiannya atas risiko pengendalian yang
direncanakan apabila pengendalian internal dianggap efektif, pertama auditor harus menguji
keefektifan pengendalian tersebut. Prosedur untuk jenis pengujian ini umumnya disebut sebagai
pengujian pengendalian (test of controls). Auditor juga mengevaluasi pencatatan transaksi oleh
klien dengan memverifikasi jumlah moneter transaksi itu. Proses ini disebut sebagai pengujian
substantif atas transaksi (subtantive tests of transactions).
Fase 3 Melaksanakan Prosedur Analitis dan Pengujian Rincian Saldo
Ada dua kategori umum pada prosedur fase 3 ini, yaitu:
1. Prosedur analitis (analytical procedures) menggunakan perbandingan dan hubungan untuk
menilai apakah saldo akun atau data lainnya telah masuk akal.
2. Pengujian atas rincian saldo (tests of details of balances) merupakan prosedur spesifik yang
ditujukan untuk menguji salah saji moneter pada saldo-saldo dalam laporan keuangan.
Fase 4 Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Laporan Audit
Setelah menyelesaikan semua prosedur bagi setiap tjuan audit dan bagi setiap akun laporan
keuangan serta pengungkapan yang terkait, auditor harus menggabungkan informasi yang
diperoleh guna mencapai kesimpulan menyeluruh tentang apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar. Proses yang subjektif ini sangat mengandalkan pada pertimbangan
profesional auditor. Apabila audit telah selesai dilakukan, akuntan publik harus menerbitkan
laporan audit untuk menerbitkan laporan audit untuk melengkapi laporan keuangan yang
dipublikasikan oleh klien.

Anda mungkin juga menyukai