Anda di halaman 1dari 9

TANGGUNGJAWABAN DAN TUJUAN-TUJUAN AUDIT

Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan
pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Satu-satunya alasan mengapa auditor
mengumpulkan berbagai bukti audit adalah untuk memungkinkan mereka mencapai kesimpulan
tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material serta
untuk menerbitkan laporan audit yang tepat.

Jika berdasarkan bukti-bukti audit yang cukup memadai, seorang auditor menyimpulkan bahwa
laporan keuangan tidak mungkin akan menyesatkan pengguna laporan, maka auditor akan
memberikan pendapat audit atas kewajaran penyajian laporan serta akan mengkaitkan namanya
dengan laporan keuangan tersebut. Jika fakta-fakta yang terjadi setelah penerbitan pendapat mereka
menunjukkan bahwa laporan keuangan tersebut ternyata pada kenyataannya tidak disajikan secara
wajar, maka auditor sangat perlu menunjukkan kepada sidang pengadilan atau lembaga-lembaga
pengawas bahwa ia telah melaksanakan auditnya dengan cara yang benar serta menarik berbagai
kesimpulan yang beralasan. Walaupun bukan seorang pemberi garansi atau penjamin atas kewajaran
penyajian laporan keuangan, auditor memiliki tanggung jawab untuk memberikan suatu peringatan
kepada para pengguna tentang apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan secara tepat atau
tidak. Jika auditor meyakini bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar atau tidak mampu
memperoleh suatu kesimpulan karena tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup atau karena
berbagai kondisi yang tidak terpenuhi, maka auditor memiliki tanggung hawab untuk memberikan
peringatan kepada para pengguna laporan keuangan melalui laporan auditnya.

Tanggung Jawab Manajemen

Tanggung jawab manajemen adalah mengadopsi kebijakan akuntansi yang baik, menyelenggarakan
pengendalian internal, dan menyajikan laporan keuangan yang wajar.

Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan keuangan berkaitan dengan
privilege untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa yang dianggap perlu. Jika manajemen
bersikeras dengan pengungkapan laporan keuangan yang menurut auditor tidak dapat diterima,
auditor dapat memilih untuk menerbitkan pendapat tidak wajar atau wajar dengan pengecualian atau
mengundurkan diri dari penugasan tersebut.

Tanggung Jawab Auditor

Auditor memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh
keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan itu telah terbebas dari kesalahan
penyajian yang material, baik disebabkan oleh kekeliruan maupun oleh kecurangan.

a. Salah saji yang material versus tidak material


salah saji umumnya dianggap material jika gabungan dari kekeliruan dan kecurangan yang
belum dikoreksi dalam laporan keuangan kemungkinan akan mengubah atau mempengaruhi
keputusan pengguna laporan keuangan tersebut.

b. Kapastian yang layak


Kepastian atau assurance merupakan ukuran tingkat kepastian yang diperoleh auditor pada
saat menyelesaikan audit. Standar auditing menyatakan bahwa kepastian yang layak adalah
tingkat kepastian yang tinggi, tetapi tidak absolut, bahwa laporan keuangan telah bebas dari
salah saji yang material. Konsep ini mengindikasikan bahwa auditor bukanlah pemberi garansi
atau penjamin atas kebenaran laporan keuangan.
Auditor bertanggung jawab atas kepastian yang layak tetapi tidak absolut, karena :
 Sebagian besar bukti audit diperoleh dari pengujian sampel atas populasi seperti
piutang dagang atau persediaan. Proses sampling ini tidak dapat mengelak dari resiko
atas tidak terungkapnya kesalahan penyajian yang material. Bidang yang di uji, jenis,
luas dan waktu pengujian, serta evaluasi hasil pengujian juga membutuhkan
pertimbangan auditor yang penting. Itikat baik dan integritas auditor dapat membuat
kesalahan dan kekeliruan dalam memberikan pertimbangan.
 Penyajian akuntansi mengandung estimasi yang kompleks, yang dapat melibatkan
sejumlah ketidakpastian serta dapat mempengaruhi peristiwa-peristiwa dimasa
depan. Oleh karena itu, auditor harus mengandalkan bukti audit yang persuasif, tapi
tidak meyakinkan.
 Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan seringkali sangat sulit
untuk dideteksi seorang auditor, khususnya saat terdapat suatu kolusi dalam
manajemen perusahaan

Jika auditor bertanggungjawab dalam meyakinkan bahwa seluruh asersi dalam laporan audit
keuangan tersebut benar adanya, maka berbagai persyaratan bukti-bukti audit serta biaya
yang diakibatkan dari dilaksanakannya fungsi audit ini dapat meningkat hingga suatu batas
tertentu yang bagi seorang auditor pun, secara ekonomis tidaklah praktis. Bahkan setelah itu,
para auditor pun tidak dapat mengungkapkan semua kesalahan penyajian material dalam
setiap audit yang dilakukannya. Pembelaan terbaik yang dapat diberikan seorang auditor
ketika terdapat suatu kesalahan penyajian amterial yang tidak terungkapkan dalam suatu
proses audit adalah bahwa audit tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan standar
profesional akuntan publik.

c. Kekeliruan versus Kecurangan


Suatu kekeliruan (error) adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja,
kecurangan (fraud) adalah salah saji yang disengaja. Kekeliruan dapat dicontohkan seperti
kesalahan perhitungan harga kali kuantitas pada faktur penjualan serta telah salah melihat
bahan baku yang terlalu lama dalam menentukan niali terendah anatara harga perolehan
untuk menilai persediaan. Sedangkan kecurangan dapat dibedakan menjadi penggelapan
aktiva atau kecurangan karyawan, serta kecurangan pelaporan keuangan atau kecurangan
manajemen. Contoh dari penggelapan aktiva adalah pengambilan uang kas oleh seorang
pramuniaga pada saat terjadi transaksi penjualan dan tidak memasukkannya ke dalam kas
register. Contoh dari kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah dengan sengaja
mencatatkan nilai penjualan yang lebih tinggi daripada seharusnya pada periode yang
mendekati tanggal neraca untuk meningkatkan nilai pendapatan yang dilaporkan.

d. Skeptisme Profesional
audit dirancang sedemikian rupa agar dapat memberikan kepastian yang layak untuk
mendeteksi kekeliruan maupun kecurangan yang material, audit harus direncanakan dan
dilaksanakan dengan sikap skeptisme profesional yang merupakan sikap yang penuh dengan
keingintahuan serta penilaian kritis atas bukti audit. Auditor tidak boleh mengasumsikan
bahwa manajemen bersikap tidak jujur, tetapi kemungkinan bahwa mereka telah bersikap
tidak jujur harus tetap dipertimbangkan. Auditor pun tidak boleh mangasumsikan bahwa
manajemen merupakan pihak yang tidak diragukan lagi kejujurannya.
e. Kecurangan yang Berasal dari Pelaporan Keuangan yang Curang versus Penggelapan Aktiva
Pelaporan keuangan yang curang akan merugikan para pemakai karena menyediakan
informasi yang tidak benar untuk membuat keputusan. Apabila aktiva disalah gunakan atau
dimisapropriasi, para pemegang saham, kreditor, serta pihak lainnya akan dirugikan karena
aktiva tersebut tidak lagi menjadi milik pemiliknya yang sah.
Secara umum, kecurangan pelaporan keuangan dilakukan oleh pihak manajemen, kadangkala
tanpa sepengetahuan para karyawan. Manajemen berada pada posisi yang dapat membuat
keputusan akuntansi dan pelaporan tanpa sepengetahuan para karyawan. Misalkan
keputusan untuk menghapuskan catatan atas laporan keuangan yang penting tentang kasus
litigasi yang tertunda.
Biasanya, penggelapan aktiva dilakukan oleh para karyawan dan bukan oleh manajemen,
serta nilai yang dicuri seringkali tidak material. Perbedaan penting antara pencurian aktiva
dan salah saji yang diakibatkan oleh pencurian aktiva :
 Aktiva dicuri dan pencurian tersebut ditutupi dengan menyajikan secara salah aktiva
tersebut. Salah saji tersebut tidak terungkapan.
 Aktiva dicuri dan pencurian tersebut ditutupi dengan menyajikan pendapatan terlalu
rendah atau melebiihsajikan beban. Salah saji tersebut tidak terungkapan.
 Aktiva dicuri, tetapi misapropriasi tersebut berhasil diungkapkan. Laporan laba rugi
dan catatan kaki yang terkait mengungkapkan dengan jelas misapropriasi ini.

f. Tindakan Ilegal
Didefinisikan sebagai pelanggaran hukum atau peraturan pemerintah selain kecurangan.
Misalnya pelanggaran terhadap undang-undang perpajakan atau undang-undang negara.
 Tindakan Ilegal yang Berdampak Langsung
Pelanggaran atas UU dan peraturan tertentu memiliki dampak keuangan yang
langsung terhadap saldo akun tertentu dalam laporan keuangan. Tanggung jawab
auditor atas tindakan ilegal yang berdampak langsung ini sama dengan tanggung
jawab auditor atas kecurangan dan kekeliruan. Tanggung jawab auditor yaitu setiap
melakukan audit, auditor biasanya akan mengevaluasi apakah terdapat bahan bukti
yang tersedia yang mengindikasikan adanya pelanggaran yang signifikan terhadap
peraturan perpajakan pemerintah. Untuk melakukan evaluasi ini, auditor dapat
melakukan diskusi dengan personel klien dan memeriksa laporan yang diterbitkan
oleh kantor pajak setelah selesai memeriksa pajak penghasilan klien
 Tindakan Ilegal yang Berdampak Tidak Langsung
Sebagian besar tindakan ilegal hanya mempengaruhi laporan keuangan secara tidak
langsung, contoh, jika perusahaan melanggar undang-undang perlindungan
lingkungan, denda atau sanksi material yang potensial secara tidak langsung akan
mempengaruhi laporan keuangan karena menimbulkan kebutuhan untuk
mengungkapkan kewajiban yang akhirnya harus dibayar. Tindakan ilegal berdampak
tidak langsung itu juga diartikan sebagai adanya denda potensial yang besarnya
signifikan dan sanksi yang diberikan berdampakjk tidak langsung terhadap laporan
keuangan dengan menciptakan kebutuhan untuk mengungkapkan liabilitas
kontinjensi sejumlah denda yang mungkin harus dibayarkan. Contohnya pelanggaran
hukum hak sipil dan peraturan keselamatan karyawan. Standar audit menyatakan
bahwa auditor tidak memberikan keyakinan bahwa tindakan-tindakan ilegal
berdampak tidak langsung dapat dideteksi.
Standar auditing menyatakan bahwa auditor tidak memberikan kepastian bahwa
tindakan ilegal yang berdampak tidak langsung akan terdeteksi.

Auditor mempunyai tiga tingkatan tanggung jawab untuk menentukan dan


melaporkan tindakan ilegal :

1. Pengumpulan bukti jika tidak ada alasan untuk percaya bahwa ada tindakan ilegal
yang berdampak tidak langsung.
2. Pengumpulan bukti dan tindakan lainnya apabila ada alasan untuk mempercayai
bahwa tindakan ilegal yang berdampak langsung atau tidak langsung telah terjadi.

Apabila auditor yakin bahwa suatu tindakan ilegal mungkin telah terjadi, beberapa
tindakan akan diperlukan untuk menentukan apakah tindakan ilegal yang dicurigai
benar-benar terjadi :

1. Auditor, pertama harus meminta keterangan kepada manajemen yang berada


satu tingkat di atasnya yang mungkin terlibat dalam tindakan ilegal yang
potensial.
2. Auditor harus berkonsultasi dengan penasihat hukum klien atau spesialis lainnya.
3. Auditor harus mempertimbangkan pengumpulan bukti audit tambahan.
 Tindakan apabila auditor mengetahui suatu tindakan ilegal
Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah mempertimbangkan pengaruhnya
terhadap laporan keuangan, termasuk kecukupan pengungkapan informasi. berbagai
pengaruh yang ditimbulkan ini dapat sangat kompleks serta sulit untuk diselesaikan.
Sebagai contoh, suatu pelanggaran terhadap undang-undang hak-hak sipil dapat
melibatkan sejumlah denda yang sangat besar, tetapi hal itupun dapat
mengakibatkan hilangnya sejumlah pelanggan dan karyawan kunci, yang nanti dapat
memberikan pengaruh yang material terhadap pendaptan yang akan diperoleh dan
biaya yang akan dikeluarkan di masa yang mendatang. Jika auditor menyimpulkan
bahwa pengungkapan informasi yang ada tentang tindakan ilegal secara relatif
tidaklah memadai, maka berdsarkan hal itu auditor harus melakukan sejumlah
modifikasi dalam laporan auditnya.
Auditor juga harus mempertimbangkan pengaruh tindakan ilegal terhadap hubungan
KAP dengan manajemen. Jika manajemen mengetahui tentang tindakan ilegal
tersebut dan tidak menginformasikannya kepada auditor, maka perlu dipertanyakan
tentang kebenaran dari berbagai pernyataan manajemen terhadap sejumlah
permasalahan lainnya.
Auditor harus berkomunikasi dengan komite audit atau pihak lainnya yang memiliki
wewenang yang sama untuk memastikan apakah mereka mengetahui juga
keberadaan dari tindakan ilegal ini komunikasi ini bisa dilakukan secara lisan atau
tertulis. Jika dilakukan secara lisan, sifat komunikasi serta diskusi tersebut harus
didokumentasikan dalam kertas kerja. Jika klien menolak untuk menerima laporan
auditor yang telah dimodifikasi atau gagal melakukan sejumlah tindakan perbaikan
yang tepat berkenaan dengan tindakan ilegal tersebut, maka auditor dapat
memutuskan bahwa penting baginya untuk mengundurkan diri dari penugasan audit
tersebut. jika klien audit merupakan sebuah perusahaan publik, amak auditor pun
harus melaporkan peristiwa ini secara langsung kepada Securities and exchange
commission (SEC) atau komisi sekuritas dan bursa.. berbagai keputusan tersebut
sangat kompleks dan umumnya membuat auditor perlu melakukan sejumlah
konsultasi dengan penasihat hukum auditor.

Siklus Laporan Keuangan

Berbagai audit dilakukan dengan memilah-milah laporan keuangan ke dalam berbagai segmen atau
komponen yang lebih kecil. Pemilahan ini membuat proses audit lebih mudah dikendalikan serta
banyak membantu membagikan berbagai penugasan kepada setiap anggota tim audit yang berbeda.
Sebagai contoh, mayoritas auditor memperlakukan aktiva tetap serta surat utang sebagai segmen-
segmen yang berbeda. Setiap segmen diaudit secara terpisah sebegai contoh audit atas aktiva tetap
dapat mengungkapkan adanya surat utang yang belum tercatat. Setelah pelaksanaan audit pada tiap
segmen ini selesai dilakukan, termasuk atas berbagai hubungannya dengan sejumlah segmen lain.
Kemudian kesimpulan tentang keseluruhan laporan keuangan tersebut dapat dicapai.

Cara umum untuk mensegmentasi audit adalah dengan tetap mempertahankan hubungan yang erat
antara jenis (atau kelas) transaksi dan saldo akun dalam segmen yang sama, cara ini disebut
pendakatan siklus (cycle approach).

Logika dari penggunaan pendekatan siklus adalah bahwa hal itu berkaitan dengan cara transkasi
dicatat dalam jurnal dan diikhtisarkan dalam buku besar serta laporan keuangan.

Arus Transaksi dari Journal ke Laporan Keuangan

Transaksi Journal Buku besar, Neraca saldo, dan

Penjualan Jurnal penjualan Laporan keuangan

Penerimaan kas Jurnal penerimaan Buku besar dan


kas buku pembantu

Akuisisi barang Jurnal akuisisi


dan jasa Neraca saldo,
buku besar
Alokasi dan Jurnal umum
penyesuaian

Laporan keuangan
Pengeluaran kas Jurnal
pengeluaran kas

Jasa dan Jurnal penggajian


pembayaran gaji

 Siklus penjualan dan penagihan


 Siklus akuisisi dan pembayaran
 Siklus penggajian dan personalia
 Siklus persediaan dan pergudangan
 Siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali
Semua jurnal dan akun buku besar, minimal satu kali akan tercantum pada gambar diatas. Bagi setiap
perusahaan, jumlah serta judul jurnal dan akun buku besar dapat berbeda-beda, tetapi seluruh akun
akan digunakan

Beberapa jurnal dan akun buku besar terkandung pada lebih dari satu siklus. Ketika hal itu terjadi, hal
tersebut berarti bahwa jurnal ini digunakan untuk mencatat berbagai transaksi yang berasal lebih dari
satu siklus serta mengindikasikan adanya suatu keterkaitan antara siklus-siklus tersebut. akun buku
besar paling penting yang terkandung di dalam serta mempengaruhi beberapa siklus adalah kas
umum. Kas umum menghubungkan sebagian besar siklus.

Siklus akuisisi modal dan pembayarannya kembali sangat erat kaitannya dengan siklus akuisisi dan
pembayaran. Akuisisi barang dan jasa mencakup pembelian persediaan, bahan pembantu, dan
berbagai jasa umum untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan bisnis utama. Berbagai transaksi dalam
siklus akuisisi modal dan pembayarannya kembali berkaitan dengan upaya pembiayaan bisnis, seperti
penerbitan saham atau surat utang, pembayaran deviden, serta pembayaran kembali utang. Tiga
jurnal yang sama digunakan untuk mencatat berbagai transaksi dalam kedua siklus itu, serta semua
transaksi dalam kedua siklus itu serupa.

Siklus persediaan dan pergudangan terkait erat dengan semua siklus lainnya, khususnya pada sebuah
perusahaan manufaktur. Biaya persediaan mencakup bahan baku (siklus akuisisi dan pembayaran),
tenaga kerja (siklus pembayaran upah dan personalia, dan biaya overhead pabrik ( siklus akuisisi dan
pembayaran serta pembayaran upah dan personalia). Penjualan barang jadi melibatkan siklus
penjualan dan penagihan. Karena persediaan ini bersifat material bagi mayoritas perusahaan
manufaktur maka merupakan hal yang biasa untuk meminjam sejumlah uang dengan
mempergunakan persediaannya sebagai jaminannya. Dalam kasus tersebut, siklus akuisisi modal dan
pembayarannya kembali pun berkaitan dengan siklus persediaan dan pergudangan.

Hubungan siklus akuntansi mengilustrasikan hubungan antara lima siklus diatas dan kas umum.

Kas umum

Siklus akuisisi modal dan


pembayaran kembali
Siklus penjualan Siklus akuisisi dan Siklus penggajian
dan penagihan pembayaran dan personalia

Siklus persediaan
dan pergudangan

Siklus transaksi merupakan cara yang penting untuk menata audit. Pada umumnya para auditor
memperlakukan setiap siklus tersebut secara terpisah selama proses audit. Meskipun auditor harus
mempertimbangkan keterkaitan diantara siklus-siklus itu, auditor tetap independen sampai batas
praktis.
Menetapkan Tujuan Audit
Tujuan audit ialah menguraikan mengapa auditor memperoleh kombinasi kepastian dengan
mengaudit kelas transaksi serta saldo terakhir akun, mencakuup juga penyajian dan pengungkapan.
Secara umum cara yang paling efesien dan efektif untuk melakukan audit adalah dengan memperoleh
beberapa kombinasi kepastian bagi setiap kelas transaksi dan saldo akhir pada akun yang terkait.
Untuk setiap kelas transaksi beberapa tujuan audit harus dipenuhi sebelum auditor dapat
menyimpulkan bahwa transaksi-transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat, tujuan ini disebut
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit objectives), beberapa audit
harus dipenuhi untuk setiap saldo akun, disebut tujuan audit yang berkaitan dengan saldo (balance-
related audit objectives). Katagori ketiga tujuan audit berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan
informasi dalam laporan keuangan, disebut sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan
pengungkapan (presentation and disclosure related audit objectives).
1. Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Transaksi
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi mengikuti dan berhungan dengan asersi
manajemen, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi ini dimaksud untuk memberikan
kerangka kerja guna membantu auditor mengumpulkan bukti audit dan memutuskan bukti
audit.
Ada perbedaan antara tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi dan tujuan audit
khusus yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap kelas transaksi, tujuan audit umum
adalah:
a. Keterjadian-transaksi yang dicatat memang ada, tujuan ini berkenaan dengan
apakah transaksi yang dicatat memang benar terjadi. Pencantuman transaksi
penjualan tertentu ke dalam buku jurnal penjualan jika sebenarnya tidak terjadi
transaksi penjualan merupakan pelanggaran terhadap tujuan keberadaan
b. Kelengkapan- transaksi yang terjadi telah dicatat, tujuan ini apakah semua transaksi
yang harus dimasukkan dalam jurnal benar telah dicatat. Kegagalan dalam mencatat
transaksi penjualan ke dalam buku jurnal penjualan dan buku besar jika transaksi
penjualan itu telah terjadi akan merupakan pelanggaran terhadap tujuan
kelengkapan
c. Keakuratan-transaksi yang dicatat dinyatakan pada jumlah yang benar, tujuan ini
menginformasikan tentang transaksi akuntansi dan merupakan salah satu bagian
asersi keakuratan untuk kelas transaksi. Sebagai coontoh dalam transaksi penjualan,
dimungkinkan terjadi pelanggaran terhadap tujuan akurasi jika jumlah barang yang
dikirimkan ternyata berbeda dengan jumlah barang yang tercantum dalam kuitansi
penagihan, pencantuman harga jual yang keliru dalam kuitansi penagihan,
pencantuman, terjadi kesalahan penjumlahan atau perkalian dalam kuitansi
penagihan, atau jumlah yang keliru telah dicantumkan dalam buku jurnal penjualan.
d. Posting dan pengikhtisaran- transaksi yang dicatat dimasukkan kedalam file induk
dan diikhtisarkan dengan benar, tujuan ini berkaitan dengan keakuratan transfer
informasi dari transaksi yang dicatat dalam jurnal ke buku besar pembantu dan ke
buku besar. Sebagai contoh, jika sebuah transaksi penjualan dicatatkan kedalam
kartu pelanggan yang salah atau dicatatkan dalam nilai yang tidak benar pada master
file, maka hal tersebut akan merupakan suatu pelanggaran dari tujuan ini.
e. Klasifikasi- transaksi harus yang dicatat dalam jurnal klien telah diklasifikasikan
secara tepat, tujuan ini menyatakan bahwa transaksi telah dimasukkan kedalam
akun yang tepat dan merupakan padanan auditor atas asersi klasifikasi manajemen
untuk kelas transaksi. Sebagai contoh, kesalahan dalam mencantumkan penjualan
tunai ke penjualan kredit, mencatat penjualan atas aktiva tetap untuk operasional
perusahaan sebagai pendapatan.
f. Penetapan waktu- transaksi dicatat pada tanggal yang benar, tujuan penetapan
waktu transaksi merupakan padanan auditor atas asersi cutoff manajemen.
2. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
Tujuan menghubungkan delapan tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo terhadap
asersi manajemen atas saldo akun.
a. Eksistensi- jumlah yang tercantum memang ada. Sebagai contoh, pencantuman
piutang dagang seorang pelanggan dalam akun piutang dagang pada neraca
percobaan saat sebenarnya tidak terdapat satu pun piutang atas nama pelanggan
tersebut akan melanggar tujuan ini.
b. Kelengkapan- jumlah yang ada telah dicantumkan. Hal ini terkait dengan apakah
semua nilai yang seharusnya tercatat pada suatu akun telah benar-benar
dicantumkan dalam akun tersebut.
c. Keakuratan- jumlah yang tercantum telah dinyatakan dengan benar. Contohnya suatu
item persediaan dalam suatu daftar persediaan klien dapat saja salah karena jumlah
unit persediaan fisik telah salah hitung.
d. Klasifikasi- jumlah yang tercantum dalam daftar klien telah diklasifikasikan dengan
tepat. Sebagai contoh, dalam daftar piutang dagang, piutang-piutang tersebut harus
dipisahkan antara piutang jangka pendek dengan piutang jangka panjang, serta nilai
piutang yang terkait dengan pihak afiliasi, para pejabat, dan direksi harus
diklasifikasikan secara terpisah dari nilai piutang para pelanggan lainnya.
e. Cutt off- transaksi yang mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode yang
tepat. Untuk menentukan apakah berbagai transaksi yang terjadi telah dicatat pada
periode waktu yang tepat.
f. Hubungan yang rinci (detail tie-in)- rincian saldo akun sesuai dengan jumlah pada file
induk yang berkaitan, sesuai dengan total saldo akun, dan sesuai dengan total buku
besar. Tujuan dari detail tie-in ini adalah berhubungan dengan pengujian bahwa
berbagai perincian dalam daftar-daftar tersebut telah disiapkan secara akurat,
ditambahkan dengan benar, dan sesuai dengan buku besar. Sebagai contoh, masing-
masing piutang dagang yang tertera dalam daftar piutang dagang harus sesuai dengan
master file piutang dagang serta nilai totalnya harus sama dengan nilai yang tertera
dalam buku besar.
g. Nilai yang dapat direalisasi- aktiva yang telah dicantumkan dalam jumlah yang
diestimasi akan direalisasi. Sebagai contoh pertimbangan atas kecukupan nilai
cadangan atas piutang tak tertagih dan penghapusan nilai persediaan yang usang.
h. Hak dan kewajiban selain eksistensi- dsebagai tambahan terhadap keberadaan,
sebagian besar aktiva harus dimiliki dahulu sebelum aktiva tersebut dapat
dicantumkan dalam laporan keuangan. Serupa dengan hal tersebut, utang pun harus
merupakan kewajiban yang ditanggung oleh entitas. Hak selalu berkaitan dengan
aktiva dan kewajiban dengan utang
i. Penyajian dan pengungkapan- saldo-saldo akun dan berbagai ketentuan
pengungkapan yang terkait dengan saldo akun tersebut telah disajikan dengan tepat
dalam laporan keuangan. auditor melakukan pengujian untuk memastikan bahwa
semua akun yang terdapat pada neraca dan laporan laba rugi serta informasi lain yang
terkait telah disajikan secara benar dalam laporan keuangan dan dengan tepat telah
diuraikan baik dalam laporan keuangan itu sendiri maupun dalam catatan atas
laporan keuangan

Anda mungkin juga menyukai