TERHADAP KECURANGAN
Posted on March 2, 2015 by fakhrianshori
1 Vote
Seorang auditor dalam menjalankan tugasnya tentu akan menghadapi
berbagai macam permasalahan. Terkadang masalah tersebut dapat
mengerucut pada istilah yang disebut kecurangan. Tugas utama auditor
adalah memeriksa laporan keuangan klien dan memastikan tingkat
kewajarannya. Lalu bagaimana jika laporan keuangan tersebut ada indikasi
terjadinya kecurangan? bagaimana reaksi dan tindakan yang diambil oleh
auditor? dimana tanggungjawab auditor ketika laporan tersebut sudah
dipublish ke publik? tentu hal ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih
oleh auditor karena berpotensi menimbulkan konsekuensi hukum.
Pertama kita perlu mengetahui apa tanggung jawab perusahaan?
Dalam SA 240 paragaraf 4, tanggung jawab utama untuk pencegahan dan
pendeteksian kecurangan berada pada dua pihak yaitu yang bertanggung
jawab atas tata kelola dan manajemen. Merupakan hal penting bahwa
manajemen, dengan pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola, menekankan pencegahan kecurangan, yang dapat mengurangi
peluang terjadinya kecuangan dan pencegahan (fraud deterrence), yang
dapat membujuk individu-individu agar tidak melakukan kecurangan karena
memungkinkan akan terdeteksi dan terkena hukuman.
Lalu,
apa
tanggung
jawab
auditor?
Auditor yang melaksanakan audit berdasarkan SA bertanggung jawab untuk
memperoleh keyakinan memadai apakah laporan keuangan secara
keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, yang disebabkan oleh
kecurangan atau kesalahan. Karena keterbatasan bawaan suatu audit, maka
selalu ada risiko yang tidak terhindarkan bahwa beberapa kesalahan
4. Mengetahui tujuan audit umum untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan
5. Mengetahui tujuan audit khusus untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan
TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN
Tanggung jawab untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang baik, menyelenggarakan
pengendalian internal yang memadai, dan menyajikan laporan keuangan yang wajar berada di
pundak manajemen, bukan di pundak auditor.
Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan keuangan berkaitan
dengan privilege untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa yang dianggap perlu. Jika
manajemen bersikeras dengan pengungkapan laporan keuangan yang menurut auditor tidak dapat
diterima, auditor dapat memilih untuk menerbitkan pendapat tidak wajar atau wajar dengan
pengecualian atau mengundurkan diri dari penugasan tersebut.
Sarbanes-Okley Act mengharuskan CEO dan CFO untuk menyatakan bahwa laporan keuangan
telah sesuai dengan persyaratan Security Exchange Act tahun 1934 dan informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material serta
menandatangani laporan keuangan.
TANGGUNG JAWAB AUDITOR
Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh
kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material,
apakah itu disebabkan oleh kekeliruan ataupun kecurangan. Auditor tidak bertanggung jawab untuk
mendeteksi salah saji yang tidak material.
1. Salah Saji yang Material vs Tidak Material
Tingkat materialitas diukur dari kemungkinan salah saji atas laporan keuangan untuk mempengaruhi
atau bahkan mengubah keputusan pengguna laporan keuangan. Auditor bertanggung jawab untuk
memperoleh kepastian yang layak bahwa ambang batas materialitas telah dipenuhi. Sedangkan
untuk menemukan semua salah saji yang tidak material memerlukan biaya yang sangat besar, tidak
sejalan dengan prinsip cost-benefit.
2. Kepastian yang Layak
Kepastian yang layak adalah tingkat kepastian yang tinggi, tetapi tidak absolut, bahwa laporan
keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Konsep ini menunjukkan bahwa auditor
bukanlah penjamin atau pemberi garansi atas kebenaran laporan keuangan. Jadi kemungkinan
salah saji yang material tidak ditemukan dapat terjadi.
Alasan auditor bertanggung jawab atas kepastian yang layak:
o Bukti audit diperoleh dengan cara sampling
o Auditor mengandalkan bukti audit yang persuasif, tetapi tidak meyakinkan. Hal ini disebabkan
karena penyajian akuntansi mengandung estimasi yang kompleks, yang melibatkan sejumlah
ketidakpastian serta dapat dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa di masa depan.
o Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan seringkali tidak mungkin untuk
dideteksi oleh auditor.
Pembelaan auditor jika salah saji yang material tidak terungkap adalah melaksanakan audit sesuai
dengan standar auditing.
3. Kekeliruan (Error) vs Kecurangan (Fraud)
Kekeliruan adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja, sementara kecurangan
adalah salah saji yang disengaja. Keduanya dapat bersifat material maupun tidak material.
Kecurangan dapat dibedakan menjadi misaprosiasi aktiva (penyalahgunaan/kecurangan karyawan)
dan pelaporan keuangan yang curang (kecurangan manajemen).
4. Skeptisme Profesional
Agar auditing dapat memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi kekeliruan ataupun
kecurangan, maka auditing harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap skeptisme
profesional, yaitu sikap yang penuh dengan keingintahuan serta penilaian kritis atas bukti audit.
5. Kecurangan yang Berasal dari Pelaporan Keuangan yang Curang vs Misaprosiasi Aktiva
Pelaporan keuangan yang curang akan merugikan pemakai karena menyediakan informasi laporan
keuangan yang tidak benar untuk membuat keputusan sedangkan misaprosiasi aktiva akan
mengakibatkan pemegang saham, kreditor, serta pihak lainnya mengalami kerugian karena aktiva
tersebut tidak lagi menjadi milik pemiliknya yang sah.
TINDAKAN ILEGAL
Tindakan Ilegal didefinisikan sebagai tindakan yang melanggar hukum atau peraturan pemerintah
selain Kecurangan.
1. Tindakan ilegal yang berdampak langsung
Pelanggaran atas UU dan peraturan tertentu memiliki dampak keuangan yang langsung terhadap
saldo akun tertentu dalam laporan keuangan. Tanggung jawab auditor atas tindakan ini sama
dengan tanggung jawab auditor atas kekeliruan dan kecurangan.
2. Tindakan ilegal yang berdampak tidak langsung
Sebagian besar tindakan ilegal hanya mempengaruhi laporan keuangan secara tidak langsung.
Standar auditing menyatakan bahwa auditor tidak memberikan kepastian bahwa tindakan ilegal yang
berdampak tidak langsung akan terdeteksi.
Auditor mempunyai 3 tingkat tanggung jawab untuk menemukan dan melaporkan tindakan ilegal:
1. Pengumpulan bukti, jika tidak ada alasan untuk percaya bahwa ada tindakan ilegal yang
berdampak tidak langsung
2. Pengumpulan bukti dan tindakan lainnya apabila ada alasan untuk mempercayai bahwa tindakan
ilegal yang berdampak langsung atau tidak langsung telah terjadi. Tindakan yang perlu dilakukan
adalah:
Meminta keterangan kepada manajemen yang berada satu tingkat di atasnya
Internal auditor harus bertindak secara pro-aktif dalam mencegah dan mendeteksi terjadinya
fraud, khususnya keterlibatan secara aktif dalam struktur pengendalian intern perusahaan dan
status organisasi. Berbeda dengan eksternal auditor, efektivitas internal auditor dalam
mencegah dan mendeteksi fraud seringkali terkendala oleh waktu dan besarnya biaya untuk
menilai/menguji prosedur, kebijakan manajemen dan pengujian atas pengendalian. Internal
auditor berada dalam posisi yang penting untuk memonitor secara terus menerus struktur
pengendalian intern perusahaan melalui identifikasi dan investigasi tanda-tanda (red flags)
fraud yang mengindikasikan terjadinya suatu fraud. Internal auditor berada pada posisi yang
tepat untuk memahami seluruh aspek tentang struktur organisasi, tempat pelatihan yang tepat,
pemahaman mereka terhadap sumberdaya manusia yang ada, sangat memahami kebijakan
dan prosedur operasi, dan memahami kondisi bisnis dan lingkungan pengendalian intern yang
memungkinkan untuk mengidentifikasi dan menilai tanda-tanda (symptom ataupun red flag)
kemungkinan terjadinya fraud.
Peranan internal auditor dalam mencegah dan mendeteksi fraud diatur secara jelas dalam
kewenangan pelaporan dan standar profesi. Komisi Treadway merekomendasikan bahwa
internal auditor harus berperan aktif dalam mencegah dan mendeteksi fraud. Demikian pula
dalam Pernyataan Standar Internal Audit mensyaratkan bahwa internal auditor harus berperan
aktif dalam mencegah dan mendeteksi fraud dengan mengidentifikasi tanda-tanda
kemungkinan terjadinya fraud, menginvestigasi gejala fraud dan melaporkan temuannya
kepada komite audit atau kepada tingkat manajemen yang tepat.
Fraud biasanya tidak hanya dilakukan oleh karyawan pada tingkat bawah, tetapi juga dapat
dilakukan oleh jajaran direksi (top manajemen) baik secara individual maupun bersama-sama
(manajemen fraud) yang dalam cakupan penugasan audit mungkin diluar jangkauan
kewenangan internal auditor. Pada dasarnya dalam menjalankan tugas audit regular, internal
auditor perlu mewaspadai terjadinya fraud yang dapat mempengaruhi, kualitas, integritas dan
keandalan pelaporan transaksi keuangan perusahaan. Dalam hal ini, internal auditor harus
menginvestigasi secara menyeluruh kemungkinan terjadinya fraud dan mengkomunikasikan
kepada komite audit terhadap adanya indikasi terjadinya fraud. Sehingga, hubungan kerjasama
yang erat antara komite audit dengan fungsi audit internal, khususnya melalui pertemuanpertemuan antara ketua komite audit dengan kepala SPI, akan dapat meningkatkan kualitas
hasil kerja internal auditor dan mengurangi kemungkinan terjadinya fraud.
Hubungan kerjasama antara internal auditor dengan eksternal auditor dapat membawa
keterlibatan internal auditor dalam proses penilaian terhadap (kemungkinan) terjadinya fraud
pada area peran internal auditor yang sangat terbatas. misalnya pada level terjadinya fraud
yang melibatkan manajemen lini menengah dan atas (middle/top management). Sehingga
secara tidak langsung internal auditor akan lebih mampu berperan dalam memantau
kemungkinan terjadinya fraud pada level pembuat kebijakan. Situasi demikian ini akan
memberikan peluang bagi internal auditor untuk berperan aktif dalam pengujian integritas,
kualitas dan keandalan proses pembuatan hingga impelmentasi kebijakan yang dilakukan oleh
top manajemen. Bahkan dalam laporannya pada tahun 1999, COSO mendorong agar internal
auditor mampu dan dapat berperan secara aktif dalam menilai kualitas, keandalan dan
integritas manajemen puncak dalam pembuatan dan implementasi kebijakan agar terbebas dari
unsur perbuatan fraud.