Anda di halaman 1dari 11

TANGGUNG JAWAB AUDITOR

TERHADAP KECURANGAN
Posted on March 2, 2015 by fakhrianshori

1 Vote
Seorang auditor dalam menjalankan tugasnya tentu akan menghadapi
berbagai macam permasalahan. Terkadang masalah tersebut dapat
mengerucut pada istilah yang disebut kecurangan. Tugas utama auditor
adalah memeriksa laporan keuangan klien dan memastikan tingkat
kewajarannya. Lalu bagaimana jika laporan keuangan tersebut ada indikasi
terjadinya kecurangan? bagaimana reaksi dan tindakan yang diambil oleh
auditor? dimana tanggungjawab auditor ketika laporan tersebut sudah
dipublish ke publik? tentu hal ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih
oleh auditor karena berpotensi menimbulkan konsekuensi hukum.
Pertama kita perlu mengetahui apa tanggung jawab perusahaan?
Dalam SA 240 paragaraf 4, tanggung jawab utama untuk pencegahan dan
pendeteksian kecurangan berada pada dua pihak yaitu yang bertanggung
jawab atas tata kelola dan manajemen. Merupakan hal penting bahwa
manajemen, dengan pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola, menekankan pencegahan kecurangan, yang dapat mengurangi
peluang terjadinya kecuangan dan pencegahan (fraud deterrence), yang
dapat membujuk individu-individu agar tidak melakukan kecurangan karena
memungkinkan akan terdeteksi dan terkena hukuman.
Lalu,
apa
tanggung
jawab
auditor?
Auditor yang melaksanakan audit berdasarkan SA bertanggung jawab untuk
memperoleh keyakinan memadai apakah laporan keuangan secara
keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, yang disebabkan oleh
kecurangan atau kesalahan. Karena keterbatasan bawaan suatu audit, maka
selalu ada risiko yang tidak terhindarkan bahwa beberapa kesalahan

penyajian material dalam laporan keuangan mungkin tidak akan terdeteksi,


walaupun audit telah direncanakan dan dilaksanakan dengan baik
berdasarkan SA. Dalam memperoleh keyakinan yang memadai, auditor
bertanggung jawab untuk menjaga skeptisisme profesional selama audit,
mempertimbangkan potensi terjadinya pengabaian pengendalian oleh
manajemen, dan menyadari adanya fakta bahwa prosedur audit yang efektif
untuk mendeteksi kesalahan mungkin tidak akan efektif dalam mendeteksi
kecurangan
Mengapa
hal
tersebut
tidak
dapat
terdeteksi
oleh
auditor?
Hal ini disebabkan kecurangan mungkin melibatkan skema yang canggih dan
terorganisasi secara cermat yang dirancang untuk menutupinya, seperti
pemalsuan, secara sengaja gagal mencatat transaksi, atau penyajian keliru
yang disengaja kepada auditor. Usaha-usaha penyembunyian tersebut
mungkin akan lebih sulit untuk dideteksi jika disertai dengan kolusi. Kolusi
dapat menyebabkan auditor percaya bahwa bukti audit meyakinkan,
walaupun pada kenyataannya bukti tersebut palsu.
Selanjutnya,
apa
yang
harus
dilakukan
oleh
auditor?
meminta keterangan dari manajemen atau audit internal pengetahuan
tentang kecurangan yg aktual, diduga, dicurigai berdapak pada entitas.
memperoleh pemahaman tentang bagaimana pihak yang bertanggung
jawab terhadap tata kelola melakukan pengawasan terhadap proses yang
diterapkan oleh manajemen dalam mengidentifikasi dan merespons risiko
kecurangan dalam entitas dan pengendalian internal yg telah ditetapkan
oleh manajemen untuk mengurangi risiko tersebut.
mengevaluasi apakah hubungan tidak biasa atau tidak terduga yang telah
diidentifikasi ketika melaksanakan prosedur analitis, termasuk yang terkait
dengan akun pendapatan, dapat mengindikasikan adanya risiko kesalahan
penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan.
mengevaluasi apakah informasi yang diperoleh dari prosedur penilaian risiko
lain dari aktivitas terkait yang telah dilaksanakan mengindikasikan bahwa
terdapat satu atau lebih faktor risiko kecurangan.
Bagaimana proses audit jika ternyata benar ada kecurangan?
Jika auditor mengidentifikasi adanya kesalahan penyajian baik material atau
tidak, dan auditor memiliki alasan untuk mempercayai bahwa itu mungkin
merupakan atau akibat dari kecurangan dan bahwa manajemen terlibat
didalamnya, maka auditor harus mengevaluasi ulang penilaian risiko

kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan dan


dampaknya terhadap sifat, saat, dan luas prosedur audit untuk merespons
risiko yang telah ditentukan. Auditor juga harus mempertimbangkan apakah
keadaan atau kondisi mengindikasikan adanya kemungkinan kolusi yang
melibatkan
karyawan,
manajemen,
atau
pihak
ketiga
ketika
mempertimbangkan kembali keandalan bukti audit
Jika auditor mengonfirmasikan bahwa, atau tidak dapat menyimpulkan
tentang apakah, laporan keuangan kesalahan penyajian secara material
yang diakibatkan oleh kecurangan, maka auditor harus mengevaluasi
dampaknya terhadap audit.
Kemana
auditor
harus
melapor
jika
ada
kecurangan?
Auditor dapat mengkomunikasikan hasil temuan tersebut kepada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola jika ada indikasi manajemen yang
melakukan kecurangan. Selain itu, auditor juga dapat mengkomunikasikan
hasil temuannya kepada badan pengatur dan penegak hukum. Meskipun
tugas profesional auditor untuk menjaga kerahasiaan informasi klien
mungkin menghalangi pelaporan tersebut, tanggung jawab hukum auditor
dapat mengabaikan tugas menjaga kerahasiaan tersebut dalam beberapa
kondisi seperti peraturan perundang-undangan (termasuk keputusan
pengadilan).
Auditor
tidak
dapat
melanjutkan
perikatan?
Jika sebagai akibat kesalahan penyajian yang disebabkan oleh kecurangan
atau dugaan kecurangan, auditor menghadapi keadaan luar biasa yang
menyebabkan kemampuan auditor untuk melanjutkan pelaksanaan audit
dipertanyakan,
maka
auditor
harus;
menentukan tanggung jawab profesional dan hukum yang dapat berlaku
dalam kondisi tersebut, termasuk apakah ada ketentuan bagi auditor untuk
melaporkan individu atau kelompok individu yang membuat perjanjian audit
atau dalam beberapa kasus, kepada pengatur.
mempertimbangkan apakah sudah tepat untuk menarik diri dari perikatan,
jika penarikan diri dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Jika auditor menarik diri dari perikatan, auditor harus membahas
dengan tingkat manajemen yg tepat dan pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola tentang penerikan diri auditor dari perikatan dan alasannya
dan menentukan apakah ada ketentuan profesional atau hukum untuk
melapor kepada individu atau kelompok individu yang membuat perjanjian

audit atau, dalam beberapa kasus, kepada badan pengatur tentang


penarikan diri auditor dari perikatan dan alasannya
Selain itu auditor harus memperoleh representasi tertulis dari manajemen
dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, yang
mengungkapkan tentang:
tanggung jawab mereka dlm merancang, implementasi, memelihara
internal control
pengetahuan tentang penilaian manajemen atas risiko kesalahan akibat
kecurangan
pengetahuan tentang kecurangan yg melibatkan manajemen dan karyawan
pengetahuan adanya dugaan kecurangan yg berdampak kepada laporan
keuangan entitas, yang dikomunikasikan oleh karyawan, mantan karyawan,
analis, badan pengatur dan lainnya.
Kesimpulannya, auditor bertanggung jawab kepada kecurangan hanya
sebatas sepengetahuannya dalam proses audit, karena dalam audit laporan
keuangan tidak terdapat kewajiban untuk menelusuri kecurangan tersebut
hanya sebatas menilai dan melaporkan saja, karena untuk menelusuri
kecurangan dibutuhkan teknik dan jasa audit lain yang disebut audit
investigatif.

TANGGUNG JAWAB DAN TUJUAN AUDIT


SERTA BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA
A. Tanggung Jawab dan Tujuan Audit
TUJUAN PELAKSANAAN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN
Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan, hasil operasi, serta arus kas sesuai dengan prinsippinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
Langkah-langkah untuk mengembangkan tujuan audit:
1. Memahami tujuan dan tanggung jawab audit
2. Membagi laporan keuangan menjadi berbagai siklus
3. Mengetahui asersi manajemen tentang laporan keuangan

4. Mengetahui tujuan audit umum untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan
5. Mengetahui tujuan audit khusus untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan
TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN
Tanggung jawab untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang baik, menyelenggarakan
pengendalian internal yang memadai, dan menyajikan laporan keuangan yang wajar berada di
pundak manajemen, bukan di pundak auditor.
Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan keuangan berkaitan
dengan privilege untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa yang dianggap perlu. Jika
manajemen bersikeras dengan pengungkapan laporan keuangan yang menurut auditor tidak dapat
diterima, auditor dapat memilih untuk menerbitkan pendapat tidak wajar atau wajar dengan
pengecualian atau mengundurkan diri dari penugasan tersebut.
Sarbanes-Okley Act mengharuskan CEO dan CFO untuk menyatakan bahwa laporan keuangan
telah sesuai dengan persyaratan Security Exchange Act tahun 1934 dan informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material serta
menandatangani laporan keuangan.
TANGGUNG JAWAB AUDITOR
Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh
kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material,
apakah itu disebabkan oleh kekeliruan ataupun kecurangan. Auditor tidak bertanggung jawab untuk
mendeteksi salah saji yang tidak material.
1. Salah Saji yang Material vs Tidak Material
Tingkat materialitas diukur dari kemungkinan salah saji atas laporan keuangan untuk mempengaruhi
atau bahkan mengubah keputusan pengguna laporan keuangan. Auditor bertanggung jawab untuk
memperoleh kepastian yang layak bahwa ambang batas materialitas telah dipenuhi. Sedangkan
untuk menemukan semua salah saji yang tidak material memerlukan biaya yang sangat besar, tidak
sejalan dengan prinsip cost-benefit.
2. Kepastian yang Layak
Kepastian yang layak adalah tingkat kepastian yang tinggi, tetapi tidak absolut, bahwa laporan
keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Konsep ini menunjukkan bahwa auditor
bukanlah penjamin atau pemberi garansi atas kebenaran laporan keuangan. Jadi kemungkinan
salah saji yang material tidak ditemukan dapat terjadi.
Alasan auditor bertanggung jawab atas kepastian yang layak:
o Bukti audit diperoleh dengan cara sampling
o Auditor mengandalkan bukti audit yang persuasif, tetapi tidak meyakinkan. Hal ini disebabkan
karena penyajian akuntansi mengandung estimasi yang kompleks, yang melibatkan sejumlah
ketidakpastian serta dapat dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa di masa depan.

o Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan seringkali tidak mungkin untuk
dideteksi oleh auditor.
Pembelaan auditor jika salah saji yang material tidak terungkap adalah melaksanakan audit sesuai
dengan standar auditing.
3. Kekeliruan (Error) vs Kecurangan (Fraud)
Kekeliruan adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja, sementara kecurangan
adalah salah saji yang disengaja. Keduanya dapat bersifat material maupun tidak material.
Kecurangan dapat dibedakan menjadi misaprosiasi aktiva (penyalahgunaan/kecurangan karyawan)
dan pelaporan keuangan yang curang (kecurangan manajemen).
4. Skeptisme Profesional
Agar auditing dapat memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi kekeliruan ataupun
kecurangan, maka auditing harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap skeptisme
profesional, yaitu sikap yang penuh dengan keingintahuan serta penilaian kritis atas bukti audit.
5. Kecurangan yang Berasal dari Pelaporan Keuangan yang Curang vs Misaprosiasi Aktiva
Pelaporan keuangan yang curang akan merugikan pemakai karena menyediakan informasi laporan
keuangan yang tidak benar untuk membuat keputusan sedangkan misaprosiasi aktiva akan
mengakibatkan pemegang saham, kreditor, serta pihak lainnya mengalami kerugian karena aktiva
tersebut tidak lagi menjadi milik pemiliknya yang sah.
TINDAKAN ILEGAL
Tindakan Ilegal didefinisikan sebagai tindakan yang melanggar hukum atau peraturan pemerintah
selain Kecurangan.
1. Tindakan ilegal yang berdampak langsung
Pelanggaran atas UU dan peraturan tertentu memiliki dampak keuangan yang langsung terhadap
saldo akun tertentu dalam laporan keuangan. Tanggung jawab auditor atas tindakan ini sama
dengan tanggung jawab auditor atas kekeliruan dan kecurangan.
2. Tindakan ilegal yang berdampak tidak langsung
Sebagian besar tindakan ilegal hanya mempengaruhi laporan keuangan secara tidak langsung.
Standar auditing menyatakan bahwa auditor tidak memberikan kepastian bahwa tindakan ilegal yang
berdampak tidak langsung akan terdeteksi.
Auditor mempunyai 3 tingkat tanggung jawab untuk menemukan dan melaporkan tindakan ilegal:
1. Pengumpulan bukti, jika tidak ada alasan untuk percaya bahwa ada tindakan ilegal yang
berdampak tidak langsung
2. Pengumpulan bukti dan tindakan lainnya apabila ada alasan untuk mempercayai bahwa tindakan
ilegal yang berdampak langsung atau tidak langsung telah terjadi. Tindakan yang perlu dilakukan
adalah:
Meminta keterangan kepada manajemen yang berada satu tingkat di atasnya

Berkonsultasi dengan penasihat hukum klien dan spesialis lainnya


Mempertimbangkan pengumpulan bukti audit tambahan
3. Tindakan apabila auditor mengetahui suatu tindakan ilegal:
Mempertimbangkan pengaruhnya pada laporan keuangan termasuk kecukupan pengungkapan
Mempertimbangkan pengaruhnya terhadap hubungan kantor akuntan publik dengan manajemen.
Berkomunikasi dengan komite audit atau pihak lainnya yang memiliki wewenang yang sama.

Peran Internal Auditor Terhadap Terjadinya Fraud Pada Korporasi


Peran Internal Auditor Terhadap Terjadinya Fraud Pada Korporasi
Oleh: Nurharyanto
Pendahuluan
Tidak ada organisasi yang terbebas dari fraud, karena pada akhirnya pemasalahan harus
kembali berkutat ke masalah manusia. The man behind the gun. Apapun aturan dan prosedur
diciptakan, sangat dipengaruhi oleh manusia yang memegang kuasa untuk menjalankannya,
karena tidak semua orang jujur dan berintegritas tinggi. Fraud yang terjadi dilingkungan
korporasi dipengaruhi 3 unsur faktor pendorong fraud yaitu: motivasi, kesempatan dan
rasionalisasi atau pembenaran. Dari ketiga unsur tersebut yang dapat dikendalikan oleh
perusahaan hanya satu faktor saja, yaitu faktor kesempatan.
Dalam kurun waktu 50 tahun terakhir peran internal auditor telah mengalami kemajuan yang
cukup signifikan, dan akan terus berkembang untuk mengakomodasi perubahan lingkungan
bisnis secara berkesinambungan, dan semakin kompleks. Internal auditor saat ini menjalankan
penugasan audit pada semua tingkatan atas perintah dewan direksi maupun komite audit.
Lembaga internal audit saat ini juga telah dijadikan tempat magang (merupakan wadah
pelatihan) jabatan manajerial bagi mereka yang akan menduduki posisi manajemen kunci,
termasuk untuk menjadi anggota komite audit; namun demikian tanggungjawab utama internal
auditor adalah membantu manajemen pada semua tingkatan untuk memenuhi tanggungjawab
mereka atas;
1) Menilai efisiensi dan efektivitas dan ke-ekonomisan kinerja manajemen
2) Memberikan saran yang konstruktif untuk meningkatkan kinerja
3) Memonitor kualitas, intergritas dan keandalan proses pelaporan transaksi keuangan.
Bab ini akan membahas mengenai peran internal auditor dalam corporate governance, proses
pelaporan transaksi keuangan, struktur pengendalian intern, pencegahan, pendeteksian dan
perbaikan atas terjadinya kecurangan (fraud) di lingkungan organisasi/ perusahaan.
Internal Auditor dan Corporate Governance
Tanggungjawab internal auditor dalam pencegahan, pendeteksian dan menginvestigasi
perbuatan fraud masih menjadi perdebatan yang berkepanjangan dalam profesi audit,
khususnya pada lembaga audit internal. Namun demikian tidak bisa dibantah bahwa internal
auditor memegang peranan penting dalam mendukung penerapan good corporate governance.

Keterlibatan internal auditor dengan aktivitas operasional sehari-hari termasuk keterlibatan


dalam proses pelaporan transaksi keuangan dan struktur pengendalian intern memberi
kesempatan internal auditor untuk melakukan penilaian secara berkala dan menyeluruh atas
aspek-aspek kegiatan/operasional perusahaan yang memiliki risiko tinggi. Efektivitas peran
internal auditor dalam mencegah dan mendeteksi fraud sangat tergantung pada besar kecilnya
status kewenangan yang dimiliki dan mekanisme pelaporan hasil investigasi fraud yang dapat
dijalankannya, karena belum semua jajaran direksi mau memberikan kewenangan penuh dalam
proses pencegahan, pendeteksian dan investigasi fraud pada internal auditor.
Standar Profesi Audit Internal (1210.2) menyatakan bahwa internal audit harus memiliki
pengetahuan yang memadai untuk dapat mengenali, meneliti, dan menguji adanya indikasi
kecurangan.
Sejalan dengan itu penyataan standar internal audit (SIAS) No.3, internal audit diwajibkan untuk
mewaspadai kemungkinan terjadinya ketidakwajaran penyajian, kesalahan, penyimpangan,
kecurangan, inefficiency, konflik kepentingan dan ketidak efektifan pada suatu aktivitas
perusahaan, pada saat pelaksanaan audit. Internal auditor juga diminta untuk
menginformasikan kepada pejabat yang berwenang dalam hal diduga telah terjadi
penyimpangan, dan menindaklanjutinya untuk meyakinkan bahwa tindakan yang tepat telah
dilakukan untuk memperbaiki masalah yang ada.
Peran Internal Auditor Dalam Pencegahan dan Pendeteksian Fraud
W. Steve Albrecht dalam bukunya Fraud Examination (2003); menjelaskan bahwa terdapat 4
pilar utama dalam memerangi fraud yaitu:
1. Pencegahan fraud (fraud prevention)
2. Pendeteksian dini fraud (early fraud detection)
3. Investigasi fraud (fraud investigation)
4. Penegakan hukum atau penjatuhan sanksi (follow-up legal action)
Berdasarkan 4 pilar utama dalam rangka memerangi fraud tersebut, peran penting dari internal
auditor dalam ikut membantu memerangi perbuatan fraud khususnya mencakup :
Preventing Fraud (mencegah fraud)
Detecting Fraud (mendeteksi fraud)
Investigating Fraud (melakukan investigasi fraud)
Secara garis besar pencegahan dan pendeteksian serta investigasi merupakan tanggung jawab
manajemen, akan tetapi internal auditor diharapkan dapat melakukan tiga hal tersebut di atas
sebagai bagian dari pelaksanaan tugas manajemen. Dalam perkembangannya penugasan
dalam memerangi fraud saat ini telah mengarah pada profesi tersendiri, seperti Certified Fraud
Examiners (CFE) ataupun akuntan forensik.
Dalam menjalankan tugas auditnya, internal auditor harus waspada terhadap setiap hal yang
menunjukkan adanya kemungkinan adanya peluang atau kemungkinan terjadinya fraud. Dalam
kenyataannya, kewaspadaan dan sifat skeptis yang pada tempatnya, mungkin merupakan dua
ketrampilan yang penting bagi internal auditor. Penyelidikan yang kritis terhadap kemungkinan
fraud, harus diikuti oleh penilaian terhadap pengendalian yang ada, praktik pengendalian dan
seluruh lingkup pengendaliannya yang potensial. Untuk menyelidiki fraud yang terjadi dalam
suatu perusahaan/organisasi, dibutuhkan kombinasi keahlian seorang auditor terlatih dan
penyelidik kriminal.

Internal auditor harus bertindak secara pro-aktif dalam mencegah dan mendeteksi terjadinya
fraud, khususnya keterlibatan secara aktif dalam struktur pengendalian intern perusahaan dan
status organisasi. Berbeda dengan eksternal auditor, efektivitas internal auditor dalam
mencegah dan mendeteksi fraud seringkali terkendala oleh waktu dan besarnya biaya untuk
menilai/menguji prosedur, kebijakan manajemen dan pengujian atas pengendalian. Internal
auditor berada dalam posisi yang penting untuk memonitor secara terus menerus struktur
pengendalian intern perusahaan melalui identifikasi dan investigasi tanda-tanda (red flags)
fraud yang mengindikasikan terjadinya suatu fraud. Internal auditor berada pada posisi yang
tepat untuk memahami seluruh aspek tentang struktur organisasi, tempat pelatihan yang tepat,
pemahaman mereka terhadap sumberdaya manusia yang ada, sangat memahami kebijakan
dan prosedur operasi, dan memahami kondisi bisnis dan lingkungan pengendalian intern yang
memungkinkan untuk mengidentifikasi dan menilai tanda-tanda (symptom ataupun red flag)
kemungkinan terjadinya fraud.
Peranan internal auditor dalam mencegah dan mendeteksi fraud diatur secara jelas dalam
kewenangan pelaporan dan standar profesi. Komisi Treadway merekomendasikan bahwa
internal auditor harus berperan aktif dalam mencegah dan mendeteksi fraud. Demikian pula
dalam Pernyataan Standar Internal Audit mensyaratkan bahwa internal auditor harus berperan
aktif dalam mencegah dan mendeteksi fraud dengan mengidentifikasi tanda-tanda
kemungkinan terjadinya fraud, menginvestigasi gejala fraud dan melaporkan temuannya
kepada komite audit atau kepada tingkat manajemen yang tepat.
Fraud biasanya tidak hanya dilakukan oleh karyawan pada tingkat bawah, tetapi juga dapat
dilakukan oleh jajaran direksi (top manajemen) baik secara individual maupun bersama-sama
(manajemen fraud) yang dalam cakupan penugasan audit mungkin diluar jangkauan
kewenangan internal auditor. Pada dasarnya dalam menjalankan tugas audit regular, internal
auditor perlu mewaspadai terjadinya fraud yang dapat mempengaruhi, kualitas, integritas dan
keandalan pelaporan transaksi keuangan perusahaan. Dalam hal ini, internal auditor harus
menginvestigasi secara menyeluruh kemungkinan terjadinya fraud dan mengkomunikasikan
kepada komite audit terhadap adanya indikasi terjadinya fraud. Sehingga, hubungan kerjasama
yang erat antara komite audit dengan fungsi audit internal, khususnya melalui pertemuanpertemuan antara ketua komite audit dengan kepala SPI, akan dapat meningkatkan kualitas
hasil kerja internal auditor dan mengurangi kemungkinan terjadinya fraud.
Hubungan kerjasama antara internal auditor dengan eksternal auditor dapat membawa
keterlibatan internal auditor dalam proses penilaian terhadap (kemungkinan) terjadinya fraud
pada area peran internal auditor yang sangat terbatas. misalnya pada level terjadinya fraud
yang melibatkan manajemen lini menengah dan atas (middle/top management). Sehingga
secara tidak langsung internal auditor akan lebih mampu berperan dalam memantau
kemungkinan terjadinya fraud pada level pembuat kebijakan. Situasi demikian ini akan
memberikan peluang bagi internal auditor untuk berperan aktif dalam pengujian integritas,
kualitas dan keandalan proses pembuatan hingga impelmentasi kebijakan yang dilakukan oleh
top manajemen. Bahkan dalam laporannya pada tahun 1999, COSO mendorong agar internal
auditor mampu dan dapat berperan secara aktif dalam menilai kualitas, keandalan dan
integritas manajemen puncak dalam pembuatan dan implementasi kebijakan agar terbebas dari
unsur perbuatan fraud.

Tanggungjawab Internal Auditor Dalam Pencegahan Fraud.


Pernyataan standar internal auditing (SIAS) No.3 juga menguraikan mengenai tanggungjawab
internal auditor untuk pencegahan fraud adalah; memeriksa dan menilai kecukupan dan
efektivitas sistem pengendalian intern, berkaitan dengana pengungkapan risiko potensial pada
berbagai bentuk kegiatan/operasi organisasi Menurut SIAS No.3 internal auditor harus
mengidentifikasi indikator-indikator fraud, dan jika diperlukan, ditingkatkan dengan pelaksanaan
investigasi untuk membuktikan apakah fraud benar-benar terjadi.
SIAS No.3 memberikan pedoman berkaitan dengan tanggungjawab internal auditor untuk
pencegahan, pendeteksian, investigasi dan pelaporan fraud. Jadi, standar ini secara jelas
mengemukakan bahwa pencegahan fraud adalah tanggungjawab manajemen. Meskipun
demikian internal auditor harus menilai kewajaran dan efektivitas tindakan yang dilakukan oleh
manajemen terhadap kemungkinan penyimpangan atas kewajiban tersebut. Berkaitan dengan
pendeteksian fraud, SIAS No.3 masih belum tegas mengenai tanggungjawab internal auditor.
Sementara dipihak lain, adanya penegasan bahwa internal auditor harus memiliki pengetahuan
yang memadai tentang fraud untuk dapat mengidentifikasi gejala fraud dan menetapkan
prosedur audit untuk menemukan terjadinya fraud. Hal demikian seolah-olah mengindikasikan
bahwa;
Internal auditor tidak diharapkan memiliki pengetahuan yang setara dengan mereka yang
memiliki tanggungjawab utama mendeteksi dan menginvestigasi fraud.
Prosedur audit rutin yang diterapkan oleh internal auditor tidak dirancang untuk
mengungkapkan terjadinya fraud.
SIAS No.3 merekomendasikan agar investigasi fraud dilaksanakan oleh suatu tim yang terdiri
dari internal auditor, bagian hukum, investigator, petugas security dan ahli-ahli lainnya baik dari
dalam maupun dari luar organisasi. Tanggungjawab internal auditor berkaitan dengan
investigasi fraud adalah:
Menetapkan apakah pengendalian yang ada telah cukup memadai dan efektif untuk
mengungkap terjadinya fraud
Merancang suatu prosedur audit untuk mengungkap dan mencegah terulangnya kembali
terjadinya fraud atau penyimpangan.
Mendapatkan pengetahuan yang cukup untuk menginvestigasi fraud yang sering terjadi.
SIAS No.3 menjelaskan tanggungjawab internal auditor dalam mendeteksi fraud mencakup;
Pertama, internal auditor harus memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang memadai atas
fraud agar dapat mengidentifikasi kondisi yang menunjukkan tanda-tanda fraud yang mungkin
akan terjadi. Kedua, internal auditor harus mempelajari dan menilai struktur perusahaan untuk
mengidentifikasi timbulnya kesempatan, seperti kurangnya perhatian dan efektivitas terhadap
sistem pengendalian intern yang ada.
Kemampuan Internal Auditor dalam Mendeteksi Fraud
Untuk mempercepat tujuan-tujuannya, seorang internal auditor dalam kaitannya dengan
pendeteksian fraud yang efektif, harus mampu melakukan antara lain hal-hal berikut :
Mengkaji sistem pengendalian intern untuk menilai kekuatan dan kelemahannya.
Mengidentifikasi potensi fraud berdasarkan kelemahan yang ada pada sistem pengendalian
intern.
Mengidentifikasi hal-hal yang menimbulkan tanda tanya dan transaksi- transaksi diluar

kewajaran (non prosedural).


Membedakan faktor kelemahan dan kelalaian manusia dari kesalahan yang bersifat fraud.
Berhati-hati terhadap prosedur, praktik dan kebijakan manajemen.
Dapat menetapkan besarnya kerugian dan membuat laporan atas kerugian karena fraud, untuk
tujuan penuntutan pengadilan (litigasi), penyelesaian secara perdata, dan penjatuhan sanksi
internal (skorsing,hingga pemutusan hubungan kerja).
Mampu melakukan penelusuran dan mengurai arus dokumen yang mendukung transaksi fraud.
Mencari dokumen pendukung untuk transaksi yang dipertanyakan (dispute).
Mereviu dokumen yang sifatnya aneh/mencurigakan.
Menguji jalannya implementasi motivasi dan etika organisasi di bidang pencegahan dan
pendeteksian fraud.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keahlian seorang internal auditor dalam
pengungkapan terjadinya fraud, harus memiliki kemampuan mirip dengan yang dimiliki seorang
penyidik kriminal dan keberadaan keduanya adalah untuk mencari kebenaran melalui
pengungkapan bukti pendukung perbuatan fraud-nya. Dalam pengungkapan fraud seorang
internal auditor harus mempunyai rasa ingin tahu dan suka akan tantangan pada hal-hal yang
muncul secara tidak lazim. Dengan kata lain ingin tahu pada hal-hal yang bertentangan dengan
logika atau apa yang diharapkan secara wajar.
Di bawah ini akan diuraikan lebih lanjut tentang dua peran inetrnal auditor dalam preventing dan
detecting, sedangkan peran ketiga yaitu investigating berkaitan dengan peran akuntan forensik
diuraikan dalam pembahasan tersendiri.
Terjadinya tindakan fraud tidak lepas dari berbagai faktor baik intern maupun ekstern.
Disamping itu dalam upaya menemukan dan mengungkap penyimpanan yang mengarah pada
terjadinya perbuatan fraud, internal auditor tidak harus mencari penyelesaian yang kompleks.
Pengungkapan fraud dapat dimulai dengan mengidentifikasi dan mencari jawaban/penyelesaian
yang paling sederhana.
Beberapa teknik pencegahan fraud dapat diuraikan sebagai berikut:
Kebijakan
Kebijakan suatu unit organisasi harus memuat a high ethical tone dan harus dapat menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif untuk menghadapi tindakan-tindakan fraud dan kejahatan
ekonomi lainnya. Dalam upaya pencegahan fraud, seluruh jajaran manajemen dan karyawan
harus mempunyai komitmen yang sama terhadap pencegahan fraud dan penyimpangan
(irregularities). Dengan demikian, kebijaksanaan yang ada akan dilaksanakan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai