Anda di halaman 1dari 13

II.

DASAR TEORI DAN PENYELESAIAN MASALAH

TUJUAN PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN

Tujuan pengauditan umum atas laporan keuangan oleh auditor independen


merupakan pemberian opini atas kewajaran di mana laporan tersebut telah
disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material , posisi keuangan, hasil
usaha dan arus kas, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlak umum di
Indonesia.

TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN

Peraturan Bapepam-LK meningkatkan tanggung jawab manajemen terhadap


laporan keuangan dengan mengharuskan presiden direktur atau chief executive
officer (CEO) dan manajer keuangan ( chief financial officer – CFO) perusahaan
publik untuk mengesahkan laporan keuangan yang dilaporkan kepada Bapepam
LK. Dalam menandatangani pernyataan tersebut, manajemen mengesahkan bahwa
laporan keuangan sepenuhnya telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, bahwa semua informasi yang diungkapkan dalam
laporan keuangan adalah lengkap dan benar, dan bahwa manajemen sepenuhnya
bertanggung jawab atas pengendalian internal.

TANGGUNG JAWAB AUDITOR

Menurut PSA 1 (SA 110) revisi, menyatakan bahwa :


“Auditor memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan menjalankan audit
untuk memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan telah bebas
dari salah saji material, yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan.
Karna sifat dari bahan bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor harus
mampu mendapatkan keyakinan yang memadai, namun bukan absolute, bahwa
salah saji material telah dideteksi. Auditor tidak memiliki tanggung jawab
untukmerencanakan dan menjalankan audit untuk mendapatakan keyakinan yang
memadai bahwa kesalahan penyajian yang disebabkan oleh kesalahan maupun
kecurangan, yang tidak signifikan terhadap laporan keuangan telah terdeteksi”

Paragraf ini membahas mengenai tanggung jawab auditor untuk mendeteksi


kesalahan penyajian yang sifatnya material dalam laporan keuangan serta diskusi
terkait dalam standar mengenai tanggung jawab auditor untuk mendeteksi salah
saji yang material memasukkan beberapa istilah dan kalimat penting.

Salah Saji Material versus Tidak Material.Kesalahan saji biasanya dianggap


material jika gabungan dari kesalahan-kesalahan yang belum dikoreksi dan
kecurangan dalam laporan keuangan akan mengubah atau memengaruhi
keputusan orang-orang yang menggunakan laporan keuangan tersebut. Akan
menjadi sangat mahal (tidak mungkin) jika auditor harus bertanggung jawab
dalam menemukan semua kesalahan maupun kecurangan yang sifatnya tidak
material.

Keyakinan Memadai. Standar audit mengindikasikan keyakinan yang


memadai sebagai tingkat yang tinggi, namun tidak absolut, bahwa laporan
keuangan telah bebas dari salah saji material. Konsep “memadai namun
bukan absolut” menandakan bahwa auditor bukanlah penjamin kebenaran
atas laporan keuangan.
Auditor bertanggung jawab untuk mendapatkan tingkat keyakinan yang
memadai, namun bukan absolut, untuk beberapa alasan berikut :
1. Sebagian besar bahan bukti audit berasal dari pengujian sample populasi,
misalnya untuk akun piutang dagang atau persediaan.
2. Penyajian akuntansi berisi estimasi yang kompleks, di mana melibatkan
ketidakpastian dan dapat dipengaruhi oleh kejadian di masa mendatang.
Akibatnya, auditor harus mengandalkan bukti yang meyakinkan, namun
tidak menjamin.
3. Sering kali sangat sulit , atau bahkan tidak mungkin bagi auditor untuk
mendeeksi kesalahan saji dalam laporan keuangan, khususnya ketika terjadi
kolusi di antara manajemen
Argumen terbaik bagi auditor ketika kesalahan penyajian yang material
tidak dapat ditemukan adalah dengan telah menjalankan audit sesuai dengan
standar audit.

Kesalahan versus Kecurangan. PSA 70 (SA 316) membedakan dua jenis salah
saji yaitu, kesalahan (errors) dan kecurangan (fraud). Suatu kesalahan merupakan
salah saji dalam pelaporan keuangan yang tidak disengaja, sedangkan kecurangan
merupakan salah saji dalam saji yang disengaja.contoh kesalahan diantaranya lupa
memperhitungkan harga bahan baku lama dalam menentukan biaya persediaan
dengan metode lebih rendah antara biaya dan harga pasar.
Untuk kecurangan, terdapat perbedaan antara penyalahgunaan aset, yang sering
disebut juga sebagai kecurangan karyawan, dan kecurangan dalam pelaporan
keuangan, yang sering disebut juga dengan kecurangan manajemen.

Skeptisme profesional. PSA 04 (SA 230) mengharuskan pengauditan di desain


untuk menghasilkan keyakinan yang memadai untuk mendeteksi baik kesalahan-
kesalahan yang material maupun kecurangan dalam laporan keuangan.skeptisme
profesional merupakan suatu perilaku pemikiran yang secara kritis dan penilaian
kritis atas bahan bukti audit.

Tanggung Jawab Auditor dalam Mendeteksi Kesalahan Saji Material


Auditor menekan beragam kesalahan yang diakibatkan oleh kesalahan-kesalahan
dalam perhitungan, kealpaan, kesalahpahaman dan kesalahan penerapan standar
akuntansi, serta kesalahan dalam pengelompokan dan penjelasan.

Tanggung Jawab Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan Material


Standar audit juga mengakui bahwa kecurangan lebih sulit untuk dideteksi karena
manajemen atau karyawan yang terlibat dalam kecurangan tersebut berusaha untuk
menutup-nutupi kecurangan tersebut. Namun demikian, kesulitan dalam
mendeteksi tidak mengubah tanggung jawab auditor untuk merencanakan dan
menjalankan audit dengan tepat untuk mendeteksi salah saji material, baik yang
disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan.

Kecurangan yang Diakibatkan Kecurangan dalam Pelaporan Keuangan dan


Penyalahgunaan aset baik kecurangan dalam pelaporan keuangan maupun
penyalahgunaan aset berpotensi membahayakan para pengguna laporan
keuangan, namun ada perbedaan penting diantara kedua kecurangan
tersebut. Biasanya, namun tidak selalu, penggelapan aset dilakukan oleh
karyawan dan bukan manajemen, dan jumlah yang dicuri sering kali tidak
signifikan.
Terdapat perbedaan penting antara penggelapan aset dan salah saji yang
muncul dari penggelapan aset tersebut. Pertimbangkan situasi berikut.
1. Aset diambil dan penggelapan ini ditutupi dengan cara menyalahsajikan
aset. Misalnya, kas yang ditagih dari konsumen telah dicuri sebelum dicatat
sebagai penerimaan kas, dan akun piutang untuk konsumen tersebut tidak
dikreditkan. Sehingga salah saji ini tidak dapat dideteksi.
2. Aset diambil dan penggelapan ini ditutupi dengan mengurangsajikan
pendapatan atau melebihsajikan beban. Misalnya, kas yang diterima dari
penjualan tunai telah dicuri dan transaksi tidak dicatat.
3. Aset diambil, namun penyalahgunaan dapat dideteksi. Laporan laba rugi
dan catatan kaki yang terkait dengan jelas menggambakan adanya
penyalahgunaan tersebut.

Tanggung Jawab Auditor untuk Membongkar Tindakan Ilegal

Tindakan ilegal didefinisikan dalam PSA 31 (SA 317) sebagai pelanggaran


terhadap hukum atau peraturan pemerintah selain kecurangan. Dua contoh
tindakan ilegal adalah pelanggaran terhadap peraturan perpajakan yang ditetapkan
pemerintah dan pelanggaran hukum perlindungan lingkungan.

Tindakan Ilegal Berdampak Langsung.Tanggung jawab auditor yaitu setiap


melakukan audit, auditor biasanya akan mengevaluasi apakah terdapat bahan bukti
yang tersedia yang mengindikasikan adanya pelanggaran yang signifikan terhadap
peraturan perpajakan pemerintah. Untuk melakukan evaluasi ini, audtor dapat
melakukan diskusi dengan personel klien dan memeriksa laporan yang diterbitkan
oleh kantor pajak setelah selesai memeriksa pajak penghasilan klien.

Tindakan Ilegal Berdampak Tidak Langsung.Denda potensial yang besarnya


signifikan dan sanksi yang diberikan berdampak tidak langsung terhadap
laporan keuangan dengan menciptakan kebutuhan untuk mengungkapkan
liabilitas kontinjensi sejumlah denda yang mungkin harus dibayarkan.
Contoh tindakan ilegal ini diantaranya pelanggaran peraturan insider
trading, hukum hak sipil, dan peraturan keselamatan karyawan. Standar
audit menyatakan bahwa auditor tidak memberikan keyakinan bahwa
tindakan-tindakan ilegal berdampak tidak langsung dapat dideteksi.

Akumulasi Bukti Ketika Tidak Ada Alasan untuk Meyakini Adanya Tindakan ilegal
Berdampak Tidak Langsung. Auditor juga harus menanyakan pada manajemen
mengenai kebijakan yang mereka terapkan untuk mencegah tindakan ilegal dan
apakah manajemen mengetahui adanya hukum dan peraturan yang mungkin telah
dilanggar perusahaan. Selain itu auditor tidak diharuskan untuk mencari tindakan
ilegal berdampak tidak langsung kecuali ada alasan yang memadai untuk meyakini
bahwa telah terjadi tindakan pelanggaran hukum.

Akumulasi Bukti Ketika Ada Alasan Untuk Meyakini Adanya Tindakan Ilegal
Berdampak Langsung atau Tidak Langsung yang Mungkin Timbul. Ketika
auditor yakin bahwa suatu tindakan ilegal telah terjadi, beberapa tindakan
diperlukan untuk menentukan apakah tindakan ilegal yang dicurigai tersebut
memang benar-benar terjadi. Tindakan-tindakan itu sebagai berikut :
1. Auditor pertama kali harus menanyakan pada manajemen yang tingkatnya
lebih tinggi dari pihak yang dicurigai terlibat dalam tindakan ilegal yang
potensial.
2. Auditor harus berkonsultasi dengan penasehat hukum klien atau ahli
lainnya memiliki pengetahuan mengenai potensial tindakan ilegal.
3. Auditor harus mempertimbangkan untuk menambah akumulasi bahan
bukti audit untuk menentukan apakah benar-benar terjadi tindakan ilegal.
Tindakan Ketika Auditor Mengetahui Adanya Tindakan Ilegal. Tindakan
pertama yang dilakukan ketika tindakan ilegal teridentifikasi adalah
mempertimbangkan dampaknya terhadap laporan keuangan, termasuk kecukupan
pengungkapannya. Dampak dari tindakan ilegal ini mungkin sangat kompleks dan
sulit untuk diselesaikan. Auditor juga harus mempertimbangkan dampak dari
tindakan ilegal tersebut terhadap hubungan KAP dengan manajemen. Auditor juga
harus mengkomunikasikan dengan komite audit atau otoritas lainnya yang setara
untuk meyakinkan bahwa mereka mengetahui adanya tindakan ilegal tersebut.
Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Jika dilakukan secara
lisan, sifat komunikasi dan diskusi yang dilakukan harus didokumentasikan dalam
arsip pengauditan. Jika klien menolak untuk menerima laporan audit yang
dimodifikasi, atau tidak melakukan tindakan yang segera untuk menangani
tindakan tersebut, maka dirasa penting bagi auditor untuk menarik diri dari kontrak
kerja tersebut.

SIKLUS LAPORAN KEUANGAN

Terdapat beberapa cara dalam mengelompokkana audit. Salah satu pendekatan


yang digunakan adalah dengan memperlakukan setiap saldo akun dalam laporan
keuangan sebagai kelompok yang terpisah. Pengelompokkan dengan menggunakan
cara tersebut biasanya tidak efisien. Pengelompokkan semacam itu akan
mengakibatkan audit yang terpisah atas akun-akun yang hubungannya sangat
dekat, misalnya seperti persediaan dan beban pokok penjualan.

Pendekatan Siklus Pengelompokkan Audit


Sebua cara yang umum untuk mengelompokkan audit adalah dengan tetap menjaga
jenis atau kelompok transaksi dan saldo akun yang terkait era ke dalam suatu
kelompok yang sama. Pendekatan ini disebut dengan pendekatan siklus. Misalnya,
penjualan, retur penjualan, penerimaan kas dan biaya piutang tak tertagih adalah
keempat jenis transaksi yang menyebabkan saldo piutang dagang akan naik atau
turun.
Logika penggunaan pendekatan siklus ini adalah bahwa pendekatan ini
menghubungkan bagaimana transaksi-transaksi dicatat dalam jurnal dan
diikhtisarkan dalam buku besar dan laporan keuangan.
Pengauditan dilakukan dengan membagi laporan keuangan ke dalam kelompok
yang lebih kecil. Memperlakukan setiap saldo akun dalam laporan keuangan
sebagai kelompok yang terpisah tidak efisien dan berakibat audit yang terpisah atas
akun-akun yang berhubungan sangat dekat.

Hubungan antara Siklus

METETAPKAN TUJUAN PENGAUDITAN

Auditor menjalankan pengauditan atas laporan keuangan dengan menggunakan


pendekatan siklus dalam melakukan pengujian audit atas transaksi-transaksi yang
memengaruhi saldo akhir suatu akun serta melakukan pengujian audit atas saldo
akun dan pengungkapan terkait. Cara yang paling efektif dan efisien untuk
melakukan pengauditan adalah dengan mendapatkan beberapa kombinasi
keyakinan untuk setiap kelompok transaksi dan untuk saldo akhir akun-akun
terkait.
Tujuan audit terkait saldo artinya beberapa tujuan audit harus terpenuhi oleh
masing-masing saldo akun. Tujuan audit terkait transaksi artinya beberapa tujuan
audit harus terpenuhi sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa transaksi
tersebut telah dicatat dengan tepat. Tujuan audit terkait penyajian artinya terdapat
tujuan audit spesifik terkait penyajian dan pengungkapan akun piutang dagang dan
wesel bayar.

ASERSI MANAJEMEN
Asersi manajemen adalah pernyatan yang tersirat atau tertulis oleh manajemen
mengenai kelompok-kelompok transaksi dan akun-akun terkait serta
pengungkapan dalam laporan keuangan. Asersi manajemen secara langsung terkait
dengan standar akuntansi (PABU), karena asersi ini merupakan bagian dari kriteria
bahwa manajemen telah mencatat dan mengungkapkan informasi akuntansi dalam
laporan keuangan.
PSA 07 (SA 326) mengelompokkan asersi ke dalam tiga kategori, sebagai berikut :
1. Asersi mengenai kelompok-kelompok transaksi dan kejadian-kejadian selama
periode yang diaudit
2. Asersi mengenai saldo akun di akhir periode pembukuan
3. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan.

Asersi Mengenai Kelompok-Kelompok Transaksi dan Kejadian-Kejadian


Manajemen membuat beberapa asersi mengenai transaksi, yaitu :

Keterjadian (occurence). Asersi atas keterjadian menekankan apakah


transaksi yang telah tercatat dan telah dilaporkan dalam laporan keuangan
benar-benar telah terjadi selama periode pembukuan.

Kelengkapan (completeness). Asersi ini menekankan apakah semua transaksi yang


seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan sudah dicatat dengan lengkap.
Asersi kelengkapan menekankan pada kemungkinan hilangnya transaksi-transaksi
yang seharusnya dicatat dalam laporan keuangan. Pelanggaran terhadap asersi
kelengkapan terkait dengan kurang saji akun.

Akurasi (accuracy). Asersi akurasi membahas apakah transaksi telah dicatat


dengan jumlah yang benar. Menggunakan harga yang salah untuk mencatat
transaksi pembelian dan kesalahan dalam perhitungan harga dikalikan
dengan kuantitas merupakan contoh pelanggara akurasi.

Klasifikasi (classification) asersi klasifikasi menekankan apakah transaksi telah


dicatat dengan nama akun yang tepat.

Pisah Batas (cut off). Asersi pisah batas membahas apakah transaksi telah
dicatat pada periode pembukuan yang tepat.

Asersi Mengenai Saldo Akun

Keberadaan (existence). Aseri keberadaan terkait dengan apakah aset,liabilitas dan


ekuitas yang dimasukkan dalam neraca memang benar-benar ada di tanggal neraca
tersebut.

Kelengkapan (completeness). Asersi kelengkapan terkait dengan apakah semua


akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan benar-benar telah
dimasukkan dalam laporan keuangan. Tidak mencatat piutang dari
pelanggan merupakan pelanggaran asersi kelengkapan.

Penilaian dan Alokasi ( valuation and allocation). Asersi penilaian dan alokasi
terkait dengan apakah aset, liabilita, dan ekuitas telah dimasukkan dalam laporan
keuangan dengan jumlah yang tepat, termasuk setiap penyesuaian yang
menggambarkan nilai aset pada nilai realisasi bersihnya.

Hak dan Kewajiban (Rights and obligations).Asersi ini menekankan pada


apakah aset merupakan hak entitas tersebut dan apakah liabilitas merupakan
kewajiban dari entitas tersebut pada suatu tanggal tertentu.
Aset Mengenai Penyajian dan Pengungkapan
Asersi ini, meliputi :

Keterjadian dan Hak dan Kewajiban (occurence and Rights and


obligation). Asersi ini membahas apakah kejadian-kejadian yang diungkapkan
telah benar-benar terjadi dan merupakan hak dan kewajiban dari entitas tersebut.

Kelengkapan (completeness). Asersi ini terkait dengan apakah semua


pengungkapan yang diharuskan telah dimasukkan dalam laporan keuangan.

Akurasi dan Penilaian (Accuracy and Valuation). Asersi akurasi dan penilaian
dan alokasi terkait dengan apakah informasi keuangan telah diungkapkan dengan
wajar dan dengan jumlah yang tepat.

Klasifikasi dan Pemahaman (Classification and Understandability). Asersi ini


terkait dengan apakah jumlah-jumlah telah diklasifikasikan dengan tepat dalam
laporan keuangan dan catatan-catatan kaki, dan apakah penjelasan saldo dan
pengungkapan terkait dapat dipahami.Setiap kelompok transaksi, saldo akun, dan
penyajian dan pengungkapan yang penting. Asersi yang relevan memiliki
pengaruh yang berarti terhadap apakah akun-akun telah disajikan secara wajar
dan digunakan untuk menilai resiko salah saji material serta didesain dan kinerja
prosedur audit.

TUJUAN AUDIT TERKAIT TRANSAKSI


Tujuan audit terkait transaksi dimaksudkan untuk memberikan kerangka untuk
membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti audit yang memadai yang
diharuskan oleh standar ketiga pekerjaan lapangan dan untuk memutuskan bukti
yang tepat untuk dikumpulkan bagi setiap kelompok transaksi, sesuai dengan
kontrak kerja tersebut. Tujuan tersebut tetap sama dari setiap audit ke audit yang
lain, namun bahan buktinya dapat bervariasi, tergantung dari kondisi yang ada.

Tujuan Umum Audit Terkait Transaksi


Keterjadian- Transaksi yang Dicatat Benar-benar Ada. Tujuan ini terkait
dengan apakah transaksi yang dicatat telah benar-benar terjadi.
Memasukkan penjualan dalam jurnal penjualan ketika tidak ada transaksi
yang terjadi merupakan pelanggaran terhadap tujuan keberadaan.

Kelengkapan-Transaksi yang Ada Telah Dicatat.Tujuan ini terkait dengan semua


transaksi yang harus dimasukkan dalam jurnal telah benar-benar dimasukkan.
Tujuan ini merupakan penyeimbang dari asersi manajemen mengenai kelengkapan
untuk kelompok-kelompok transaksi.

Akurasi-Transaksi yang Dicatat Disajikan dalam Jumlah yang Benar. Tujuan


terkait dengan akurasi informasi atas transaksi-transaksi dan merupakan salah satu
bagian dari asersi manajemen untuk kelompok-kelompok transaksi. Untuk
transaksi penjualan, tujuan ini akan dilanggar jika kuantitas dari barang yang
dikirimkan ternyata berbeda dengan kuantitas barang yang ditagih dalam faktur
penjualan.

Pemindahbukuan dan Pengikhtisaran- Transaksi yang Dicatat Telah Dimasukkan


dalam Arsip Utama dengan Tepat dan Telah Diikhtisarkan dengan Benar. Tujuan
ini terkait dengan akurasi pemindahan informasi dari transaksi yang dicatat
di jurnal ke buku besar utama dan buku pembantu. Karena
pemindahbukuan transaksi dari jurnal ke buku pembantu, buku bear, dan
arsip utama lainnya biasanya dilakukan secara otomatis oleh sistem
akuntansi terkomputerisasi, risiko acak atas kesalahan manusia dalam
pemindahbukuan menjadi sangat minimal.

Klasifikasi-Transaksi yang Dimasukkan dalam Jurnal Klien Telah Diklasifikasikan


dengan Tepat. Tujuan ini terkait dengan apakah transaksi-transaksi telah
dimasukkan ke dalam akun yang tepat, dan merupakan penyeimbang dari asersi
manajemen terhadap klasifikasi untuk kelompok-kelompok transaksi.

Penetapan Waktu-Transaksi Dicatat pada Tanggal yang Benar. Tujuan


penetapan waktu transaksi merupakan penyeimbang asersi pisah batas
manajemen.

Tujuan Khusus Audit Terkait Transaksi


Setelah tujuan audit terkait transaksi ditentukan, tujuan khusus audit terkait
transaksi untuk setiap kelompok transaksi yang penting dapat dikembangkan.

Hubungan di Antara Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terkait


Transaksi.
Asersi Manajemen Tentang Kelompok-Kelompok Transaksi dan Kejadian-
Kejadian
Tujuan Audit Umum Terkait Transaksi
Tujuan Audit Khusus Terkait Transaksi Penjualan
Keterjadian Keterjadian Penjualan yang dicatat adalah untuk pengiriman kepada
konsumen yang bukan fiktif
Kelengkapan Kelengkapan Transaksi penjualan yang ada telah dicatat
Akurasi Akurasi Penjualan yang dicatat adalah untuk sejumlah barang yang
dikirim dan telah dicatat dan ditagih dengan benar.
Pemindahbukuan dan Pengikhtisaran Transaksi penjualan telah dimasukkan ke
dalam arsip utama dengan benar dan telah di ikhtisarkan dengan benar.
Klasifikasi Klasifikasi Transaksi penjualan telah diklasifikasikan dengan benar.
Pisah Batas Penetapan Waktu Transaksi penjualan dicatat pada tanggal yang benar.

TUJUAN TERKAIT SALDO

Tujuan audit ini juga mengikuti dari asersi manajemen dan memberikan kerangka
kerja untuk membantu auditor untuk mengumpulkan bahan bukti yang memadai
terkait saldo akun. Tujuan audit terkait saldo ada yang bersifat umum dan ada juga
yang bersifat khusus.
Ada dua perbedaan antara tujuan audit terkait saldo dan terkait transaksi, yaitu :
1. Dilihat dari istilahnya, tujuan terkait saldo diterapkan untuk saldo akun seperti
piutang dagang atau persediaan dan bukan pada kelas-kelas transaksi seperti
transaksi penjualan dan pembelian persediaan.
2. Ada delapan tujuan audit terkait saldo, dibandingkan dengan enam tujuan audit
terkait transaksi.

Ketika menggunakan tujuan audit terkait saldo terhadap audit saldo akun, auditor
mengumpulkan bahan bukti untuk menguji rincian yang mendukung saldo akun,
daripada menguji saldo akun itu sendiri.

Tujuan Umum Audit Terkait Saldo

Delapan tujuan umum audit terkait saldo mengacu pada daftar yang disediakan
klien atau data elektronik. Berikut merupakan tujuan umum audit terkait saldo .

Keberadaan-Jumlah yang Dicatat Memang Benar-Benar Ada. Tujuan ini terkait


dengan apakah jumlah yang dimasukkan dalam laporan keuangan memang
semestinya dimasukkan ke dalam laporan keuangan tersebut. Tujuan ini
merupakan pelengkap dari asersi manajemen terhadap keberadaan untuk saldo
akun.

Kelengkapan-Jumlah yang Ada Telah Dicatat.Tujuan ini terkait dengan apakah


semua jumlah yang semestinya dimasukkan, sudah benar-benar dimasukkan.
Tujuan ini merupakan pelengkap dari asersi manajemen terhadap
kelengkapan untuk saldo akun.

Akurasi-Jumlah yang Dimasukkan Dinyatakan dalam Jumlah yang


Benar.Tujuan akurasi mengacu pada jumlah yang dimasukkan pada perhitungan
matematis yang benar. Akurasi adalah salah satu bagian dari asersi penilaian dan
alokasi untuk saldo akun.

Klasifikasi-Jumlah yang Dimasukkan pada Daftar Milik Klien Telah


Diklasifikasikan dengan Benar. Klasifikasi melibatkan penentuan apakah yang
dimasukkan pada daftar milik klien dimasukkan dengan benar ke dalam akun buku
besar. Klasifikasi juga bagian dari asersi penilaian dan alokasi klasifikasi tujuan
audit terkait saldo terkait era dengan tujuan audit terkait penyajian dan
pengungkapan, tapi berhubungan dengan bagaimana saldo-saldo diklasifikasikan
di dalam buku besar sehingga mereka bisa disajikan dan diungkapkan dengan
benar dalam laporan keuangan.

Pisah Batas-Transaksi Mendekati Tanggal Neraca Dicatat dalam Periode


yang Benar.Untuk menguji pisah batas saldo akun, tujuan auditor adalah
menentukan apakah transaksi dicatat dan dimasukkan ke dalam saldo akun pada
periode yang benar. Uji pisah batas dapat dianggap sebagai bagian dari pengujian
akun-akun neraca atau transaksi terkait lainnya, namun untuk tujuan kemudahan,
auditor biasanya melakukan hal itu sebagai bagian dari pengauditan atas akun-akun
neraca. Tujuan penetapan waktu untuk transaksi terkait dengan waktu yang tepat
dalam pencatatan transaksi di sepanjang tahun, sedangkan tujuan pisah batas untuk
tujuan audit terkait saldo hanya berhubungan dengan transaksi-transaksi yang
mendekati akhir tahun.

Keterikatan Perincian Saldo Akun Sesuai dengan Jumlah di Arsip Utama


yang Tekait, Sesuai dengan Jumlah Total Saldo Akun dan Sesuai dengan
Jumlah Total di Buku Besar.Tujuan keterikatan rincian menekankan bahwa
rincian dalam daftar telah disusun secara akurat, dijumlahkan dengan benar, dan
sama dengan buku besar. Keterikatan rincian adalah juga bagian dari asersi
penilaian dan alokasi untuk saldo akun.

Nilai Terealisasi-Aset Dicatat pada Estimasi Jumlah yang Dapat


Terealisasi. Tujuan ini menekankan apakah saldo akun sudah dikurangi
dengan penurunan biaya historis ke nilai terealisasi bersih. Tujuan ini hanya
diterapkan pada akun-akun aset dan juga menjadi bagian dari asersi
penilaian dan alokasi untuk saldo akun.

Hak dan Kewajiban. Selain eksistensi, kebanyakan aset harus dimiliki sebelum
dapat diterima untuk dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Demikian pula,
liabilitas harus merupakan kewajiban entitas. Hak selalu dihubungkan dengan aset
dan kewajiban dengan liabilitas. Tujuan ini adalah pelengkap asersi manajemen
tentang hak dan kewajiban untuk saldo akun.

Tujuan Khusus Audit Terkait Saldo


Sekurangnya satu tujuan khusus audit terkait saldo dimasukkan ke dalam setiap
tujuan umum audit terkait saldo, kecuali jika auditor yakin bahwa tujuan umum
audit terkait saldo tidak relevan atau tidak penting untuk saldo akun yang sedang
dinilai. Ada lebih dari satu tujuan khusus terkait saldo untuk sebuah tujuan umum
audit terkait saldo.

Hubungan Antara Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terkait Saldo.

Penilaian dan asersi lokal memiliki tujuan ganda karena masalah kompleksitas dari
penilaian dan kebutuhan untuk menyediakan paduan tambahan untuk menguji
penilaian bagi auditor.

TUJUAN AUDIT TERKAIT PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


Berikut merupakan tabel Asersi Manajemen dan Tujuan Audit yang Terkait yang
Diterapkan untuk Persediaan

Asersi Manajemen Saldo-Saldo Akun


Tujuan Umum Audit Terkait Saldo Tujuan Khusus Audit Terkait Saldo yang
Diterapkan untuk Persediaan
Keberadaan Keberadaan Semua persediaan yang dicatat ada pada tanggal neraca
Kelengkapan Kelengkapan Semua persediaan yang ada sudah dihitung dan
dimasukkan dalam ringkasan persediaan.
Penilaian dan Alokasi Akurasi Jumlah persediaan pada catatan perpetual milik
klien sama dengan persediaan yang ada di gudang. Harga yang dipakai untuk
menilai persediaan adalah benar.
Klasifikasi Persediaan telah diklasifikasikan dengan benar sebagai bahan baku,
barang dalam proses dan barang jadi.
Hak dan Kewajiban Pisah Batas

Keterikatan Rincian

Nilai Terealisasikan

Hak dan Kewajiban Pisah batas pembelian di akhir tahun sudah benar.
Pisah batas penjualan pisah batas di akhir tahun sudah benar.

Total persediaan sama dengan jumlah total persediaan di buku besar.


Nilai persediaan sudah diturunkan ketika terjadi penurunan atas nilai realisasi
bersih.
Perusahaan memiliki hak atas seluruh persediaan yang ada dalam daftar.
Persediaan tidak dijadikan sebagai jaminan.

BAGAIMANA MEMENUHI TUJUAN-TUJUAN AUDIT


Hak dan kewajiban adalah sat-satunya asersi terkait saldo tanpa kesamaan dengan
asersi terkait transaksi. Penyajian dan tujuan audit terkait pengungkapan terkait era
dengan tujuan audit terkait saldo. Auditor harus menentukan tujuan-tujuan audit
yang tepat dan bahan bukti yang dikumpulkan untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut setiap kali melakukan pengauditan. Untuk melakukan ini, auditor
menjalankan sebuah proses audit, yang mana merupakan sebuah metodologi yang
sangat jelas untuk pengorganisasian sebuah audit untuk meyakinkan bahwa`bukti
yang dikumpulkan memadai dan tepat serta semua tujuan audit yang diperlukan
telah dinyatakan dengan jelas dan terpenuhi. Dalam US PCAOB Auditing Standard
2 menyatakan agar pengauditan atas efektivitas pengendalian internal
diintegrasikan dengan audit atas laporan keuangan.

Merencanakan dan Merancang Sebuah Pendekatan Audit (Fase I)

Untuk setiap pengauditan, terdapat banyak cara yang dapat dilakukan auditor untuk
mengumpulkan bahan bukti untuk mencapai tujuan audit keseluruhan dalam
rangka pemberian opini atas laporan keuangan.
Asersi Manajemen dan Tujuan Audit Penyajian dan Pengungkapan Diterapkan
untuk Wesel Bayar
Asersi Manajemen Tentang Penyajian dan Pengungkapan Tujuan Umum Audit
Terkait Penyajian dan Pengungkapan Tujuan Khusus Audit Terkait Penyajian dan
Pengungkapan yang Diterapkan pada Wesel Bayar.
Keterjadian dan Hak dan Kewajiban Keterjadian dan Hak dan Kewajiban Wesel
bayar sebagaimana dijelaskan dalam catatan kaki benar-benar ada dan merupakan
kewajiban perusahaan.
Kelengkapan Kelengkapan Semua pengungkapan yang diharuskan terkait dengan
wesel bayar telah dimasukkan dalam catatan kaki laporan keuangan.
Penilaian dan Alokasi Penilaian dan Alokasi Catatan kaki pengungkapan terkait
wesel bayar adalah akurat.
Klasifikasi dan Pemahaman Klasifikasi dan Pemahaman Wesel bayar
diklasifikasikan dengan benar ke dalam kewajiban jangka pendek dan panjang dan
pengungkapan laporan keuangan terkait dengan wesel bayar tersebut dapat
dipahami.

Ada dua pertimbangan penting yang memengaruhi pendekatan yang dipilih


auditor, yaitu :
1. Bukti memadai dalam jumlah yang cukup harus dikumpulkan untuk memenuhi
tanggung jawab profesional dari auditor.
2. Biaya pengumpulan bahan bukti sebaiknya dapat diminimalisasi.
Perhatian terhadap bahan bukti yang tepat dan memadai serta pengendalian biaya
membutuhkan adanya rencana kontrak kerja. Rencana itu haruslah menghasilkan
sebuah pendekatan audit yang efektif dan biaya yang masuk akal.
Mendapatkan Pemahaman atas Entitas Klien dan Lingkungannya. Untuk menilai
resiko salah saji dalam laporan keuangan secara memadai dan untuk
menginterpretasikan informasi yang didapat selama melaksanakan audit,auditor
harus memiliki pemahaman menyeluruh atas bisnis klien dan lingkungan terkait,
termasuk pengetahuan terhadap strategi dan proses.
Empat Fase Pengauditan Laporan Keuangan

Memahami Pengendalian Internal dan Menilai Risiko Pengendalian. Risiko salah


saji dalam laporan keuangan dapat dikurangi jika klien memiliki pengendalian
internal yang efektif terhadap operasi komputer dan proses transaksi. Ketika
auditor mengidentifikasi pengendalian internal dan mengevaluasi efektivitasnya,
proses ini dinamakan penilaian resiko pengendalian. Jika pengendalian internal
dinilai efektif, penilaian resiko pengendalian yang direncanakan dapat dikurangi
dan jumlah bukti audit yang akan dikumpulkan dapat berkurang signifikan
dibandingkan ketika pengendalian internal tidak memadai.
Menilai Resiko Salah Saji Material. Auditor menggunakan pemahaman atas
industri dan strategi bisnis klien serta efektivitas atas pengendalian internal, untuk
menguji resiko salah saji dalam laporan keuangan. Pengujian ini akan berdampak
pada rencana audit serta jenis, waktu, dan keluasan prosedur audit.

Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi (


Fase II )
Pengendalian ini terkait langsung dengan tujuan audit akurasi terkait transaksi
penjualan. Auditor sebaiknya menguji efektivitas pengendalian ini dengan menguji
sampel dari salinan faktur penjualan untuk dari petugas yang pertama untuk
menandai bahwa harga penjualan per unit itu sudah diverifikasi.
Auditor juga harus mengevaluasi catatan-catatan transaksi klien dengan melakukan
verifikasi jumlah nominal transaksi, proses ini disebut tes subtantif terhadap
transaksi. Contohnya, auditor dapat membandingkan harga per unit yang ada pada
salinan faktur penjualan dengan daftar harga resmi sebagai bentuj pengujian
terhadap tujuan akurasi untuk transaksi penjualan. Demi mencapai efisiensi,
auditor sering kali melakukan pengujian atas pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi pada waktu yang sama.

Melakukan Prosedur Analitis dan Pengujian atas Rincian Saldo (Fase III)
Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan keterkaitan untuk menilai
apakah saldo akun atau data lain disajikan secara wajar. Menguji rincian saldo
merupakan prosedur khusus yang dimaksudkan untuk menguji salah saji nilai
nominal saldo akun di laporan keuangan.
Pengujian terinci atas saldo akhir merupakan hal-hal yang penting dilakukan dalam
pengauditan karena hampir semua bahan bukti didapatkan dari narasumber klien
yang independen sehingga bahan bukti ini dianggap memiliki kualitas yang tinggi.

Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Laporan Audit (Fase IV)


Setelah auditor menyelesaikan seluruh prosedur untuk masing-masing tujuan audit
dan laporan keuangan serta pengungkapan yang terkait, sangat penting untuk
menggabungkan informasi yang didapatkan untuk mencapai kesimpulan
menyeluruh mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
Proses penarikan kesimpulan ini merupakan hal yang sangat subjektif karena
sangat bergantung pada penilaian profesional auditor.

Anda mungkin juga menyukai