Anda di halaman 1dari 20

TANGGUNG JAWAB DAN TUJUAN AUDIT

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Audit 1

Program Studi Akuntansi Strata 1

Oleh:

Rifa Fauziah 161210059

Brillea Ramadhani S 161210052

Chintya Arphita 161210061

Dewi Sri Rizki 161210146

Nadira 161210231

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KESATUAN
BOGOR
2019
TANGGUNG JAWAB DAN TUJUAN AUDIT

TUJUAN PELAKSANAAN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat tentang
kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil operasi, serta
arus kas sesuai dengan prinsip-pinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).

Langkah-langkah untuk mengembangkan tujuan audit:

1. Memahami tujuan dan tanggung jawab audit


2. Membagi laporan keuangan menjadi berbagai siklus
3. Mengetahui asersi manajemen tentang laporan keuangan
4. Mengetahui tujuan audit umum untuk kelas transaksi, akun, dan
pengungkapan
5. Mengetahui tujuan audit khusus untuk kelas transaksi, akun, dan
pengungkapan

TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN

Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan keuangan


berkaitan dengan privilege untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa
yang dianggap perlu. Jika manajemen bersikeras dengan pengungkapan laporan
keuangan yang menurut auditor tidak dapat diterima, auditor dapat memilih untuk
menerbitkan pendapat tidak wajar atau wajar dengan pengecualian atau
mengundurkan diri dari penugasan tersebut.

TANGGUNG JAWAB AUDITOR

Standar auditing AICPA menyatakan:

1. memperoleh keyakinan yang layak bahwa laporan keuangan secara


keseluruhan telah bebas dari salah saji yang material, baik karena
kecurangan atau kesalahan, sehingga memungkinkan auditor untuk
menyatakan pendapat tentang apakah laporan keuangan itu disajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
kerja pelaporan keuangan yang berlaku; dan
2. melaporkan tentang laporan keuangan, dan berkomunikasi seperti yang
disyaratkan oleh standar auditing, sesuai dengan temuan auditor.

tanggung jawab auditor untuk mendeteksi salah saji yang material pada laporan
keuangan. Bila auditor juga melaporkan tentang keefektifan pengendalian internal
atas pelaporan keuangan.

Salah Saji yang Material versus Tidak Material Salah saji umumnya dianggap
material jika gabungan dari kekeliruan dan kecurangan yang belum dikoreksi
dalam laporan keuangan kemungkinan akan mengubah atau mempengaruhi
keputusan orang yang menggunakan laporan keuangan tersebut. Walaupun sulit
mengukur materialitas, auditor bertanggung jawab untuk memperoleh kepastian
yang layak bahwa ambang batas materialitas ini telah dipenuhi. Namun diperlukan
biaya yang sangat besar (dan mungkin mustahil) bagi auditor untuk memikul
tanggung jawab enemukan semua kekeliruan dan kecurangan yang tidak material.

Kepastian yang Layak Kepastian atau assurance merupakan ukuran tingkat


kepastian yang diperoleh auditor pada saat menyelesaikan audit. Standar auditing
(SAS 104) menyatakan bahwa kepastian yang layak adalah tingkat kepastian yang
tinggi, tetapi tidak absolut, bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji
yang material. Konsep kepastian yang layak, bukan yang absolut, mengindikasikan
bahwa auditor bukanlah pemberi garansi atau penjamin atas kebenaran laporan
keuangan. ]adi, audit yang dilaksanakan sesuai dengan standar auditing dapat
saja gagal mendeteksi salah saji yang material.

Auditor bertanggung jawab atas kepastian yang layak, tetapi tidak absolut, karena
beberapa alasan:

1. Sebagian besar bukti audit diperoleh dari pengujian sampel populasi seperti
piutang usaha atau persediaan. Namun penggunaan sampling juga
mengandung sejumlah risiko tidak terungkapnya salah saji yang material.

2. Penyajian akuntansi mengandung estimasi yang kompleks, yang


melibatkan sejumlah ketidakpastian serta dapat dipengaruhi oleh peristiwa-
peristiwa di masa depan. Akibatnya, auditor harus mengandalkan pada
bukti audit yang persuasif, tetapi tidak meyakinkan.
3. Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan sering kali
sangat sulit, bahkan tidak mungkin, untuk dideteksi oleh auditor, terutama
bila ada kolusi di kalangan manajemen perusahaan.

Kekeliruan versus Kecurangan SAS 99 (AU 316) membedakan antara dua jenis
salah saji: kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud). Kedua jenis salah saji ini
dapat material maupun tidak material. Kekeliruan (error) adalah salah saji dalam
laporan keuangan yang tidak disengaja, sementara kecurangan (fraud) adalah
salah saji yang disengaja. Untuk kecurangan, dapat dibedakan antara
misapropriasi aset ( misappropriation of assets), yang sering kali disebut sebagai
penyalahgunaan atau kecurangan karyawan, serta pelaporan keuangan yang
curang (fraudulentfnancial reporting)”; yang sering kali disebut sebagai
kecurangan manajemen.

Skeptisisme Profesional Standar auditing mensyaratkan bahwa audit dirancang


Sedemikian rupa agar dapat memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi
baik kekeliruan maupun kecurangan yang material dalam laporan keuangan. Untuk
mencapainya, audit harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap
skeptisisme Pfafesional atas semua aspek penugasan.

Aspek-aspek Skeptisisme Profesional terdiri dari dua komponen utama:


questioning mind dan penilaian kritis terhadap bukti audit. Questioning mindset
berarti auditor menangani audit dengan pandangan mental “percaya tapi
verifikasi”.Skeptisisme profesional juga melibatkan penilaian kritis tentang bukti
yang mencakup pengajuan pertanyaan yang menyelidik dan perhatian pada
inkonsistensi.

Unsur-unsur Skeptisisme Profesional. Dalam lingkungan audit, terkadang auditor


meyakinkan dirinya bahwa mereka hanya akan menerima klien yang dapat
dipercaya dan yang memiliki integritas tinggi. Dengan demikian, sering kali sulit
bagi auditor untuk mengetahui kemungkinan bahwa kliennya kurang memiliki
kompetensi atau mungkin mencoba menipunya selama proses audit berlangsung.

Riset akademis terkini tentang topik skeptisisme profesional menunjukkan enam


karakteristik skeptisisme:
1. Questioning mindset - disposisi untuk menyelidiki sejumlah hal yang dirasa
meragukan

2. Penundaan keputusan (suspension of judgment) - penundaan keputusan


sampai bukti yang tepat diperoleh

3. Pencarian pengetahuan - keinginan untuk menyelidiki lebih lanjut demi


mempertegas

4. Pemahaman interpersonal - pengakuan bahwa motivasi dan persepsi orang


dapat membuatnya memberikan informasi yang bias atau menyesatkan

5. Otonomi – pengarahan - mandiri (self-direction), independensi moral, dan


keyakinan mutuskan untuk diri sendiri, ketimbang menerima klaim pihak
lain

6. Self-esteem - rasa percaya diri untuk melawan persuasi dan untuk


menantang asumsi atau kesimpulan

Tanggung Jawab Auditor untuk Mendeteksi Kekeliruan yang Material

Para auditor menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merencanakan dan


melaksanakan audit guna mendeteksi kesalahan yang dilakukan secara tidak
sengaja oleh manajemen maupun para karyawan. Auditor menemukan berbagai
kesalahan atau kekeliruan yang berasal dari hal-hal seperti kesalahan kalkulasi,
penghilangan, kesalahpahaman dan misaplikasi standar akuntansi, serta
pengikhtisaran dan deskripsi yang tidak benar.

Tanggung Jawab Auditor untuk Mendeteksi Kecurangan yang Material

Auditor harus memperoleh kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan
telah bebas dari salah saji yang material. Standar itu juga mengakui bahwa
kecurangan sering kali lebih sulit dideteksi karena manajemen atau karyawan yang
melakukan kecurangan akan berusaha menyembunyikan kecurangan itu. Namun,
kesulitan mendeteksi kecurangan ini tidak mengubah tanggung jawab auditor
untuk merencanakan dan melaksanakan audit secara layak guna mendeteksi salah
saji yang material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau pun kecurangan.

Kecurangan yang Berasal dari Pelaporan Keuangan yang Curang versus


Misapropriasi Aset. Berpotensi merugikan para pemakai laporan keuangan,
tetapi ada perbedaan penting di antara keduanya. Pelaporan keuangan yang
curang akan merugikan Para pemakai karena menyediakan informasi laporan
keuangan yang tidak benar untuk membuat keputusan. pelaporan keuangan yang
curang dilakukan oleh pihak manajemen, yang terkadang tanpa sepengetahuan
para karyawan. Manajemen adalah pihak yang dapat membuat keputusan
akuntansi dan pelaporan tanpa melibatkan para karyawan.

Ada perbedaan penting antara pencurian aset dan salah saji yang diakibatkan oleh
pencurian aset ini. Perhatikan ketiga situasi berikut:

1. Aset dicuri dan pencurian itu di tutupi dengan menyajikan secara salah aset
tersebut.

2. Aset dicuri dan pencurian tersebut ditutupi dengan menyajikan pendapatan


terlalu rendah atau melebih sajikan beban.

3. Aset dicuri, tetapi misapropriasi tersebut berhasil diungkapkan.

Tanggung Jawab Auditor untuk Mempertimbangkan UU dan Reguasi

auditor mempertimbangkan kerangka kerja hukum dan peraturan yang berlaku


terkait dengan klien. Kemampuan auditor untuk mendeteksi salah saji yang
material akibat kegagalan mematuhi UU dan regulasi dipengaruhi oleh faktor-
faktor berikut:

1. Banyak UU dan regulasi yang terutama terkait dengan aspek operasi bisnis
dan biasanya tidak mempengaruhi laporan keuangan serta tidak terdeteksi
oleh sistem informasi klien berkaitan dengan pelaporan keuangan.

2. Ketidakpatuhan (noncompliance) mungkin melibatkan tindakan


menyembunyikan

3. Apakah suatu tindakan merupakan ketidakpatuhan akan ditentukan oleh


hokum

kesulitan yang dihadapi auditor adalah menentukan bagaimana UU dan regulasi


itu mempengaruhi jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. ]ika
dampak dari ketidakpatuhan itu tidak lagi mempengaruhi laporan keuangan,
semakin kecil kemungkinan auditor untuk menyadari atau mengetahui
ketidakpatuhan ketika mengaudit laporan keuangan. Tanggung jawab auditor
mengenai ketidakpatuhan terhadap UU dan regulasi (yang sering disebut sebagai
tindakan ilegal-illegal act)

UU dan Regulasi memiliki Pengaruh Langsung terhadap Laporan


Keuangan Provisi dari UU dan regulasi tertentu, seperti UU dan regulasi pajak
serta pensiun, umumnya diakui memiliki pengaruh langsung terhadap jumlah dan
pengungkapan dalam laporan keuangan.

UU dan Regulasi yang Tidak Memiliki Pengaruh Langsung terhadap


Laporan Keuangan Provisi dari banyak UU dan regulasi tidak mungkin memiliki
pengaruh langsung terhadap laporan keuangan. Namun, ketaatan terhadap UU
dan regulasi tersebut sangatlah mendasar bagi operasi bisnis serta diperlukan
untuk menghindari pinalti yang material.

Prosedur Audit Ketika Ketidakpatuhan Teridentifikasi atau Diduga Jika


auditor menemukan informasi mengenai kasus ketidakpatuhan atau dugaan
ketidakpatuhan atas UU dan regulasi, auditor harus memahami sifat dan situasi
dari tindakan itu. Harus diperoleh informasi tambahan untuk mengevaluasi
pengaruh potensialnya terhadap laporan keuangan. Auditor harus membahas
masalah ini dengan pihak manajemen yang tingkatnya berada di atas pihak yang
diduga terlibat dengan ketidakpatuhan dan, bila perlu, pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola.

Pelaporan Ketidakpatuhan yang Teridentifikasi atau Diduga, auditor harus


berkomunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas masalah tata kelola
yang melibatkan ketidakpatuhan terhadap UU dan regulasi yang kini menjadi fokus
auditor selama audit. Jika masalah yang terlibat diyakini bersiat disengaja dan
material, hal itu harus dikomunikasikan kepada pihak yang bertanggungjawab atas
tata keloa. Auditor juga harus mengidentifikasi apakah ada tanggung jawab untuk
melaporkan ketidakpatuhan yang diidentifikasi atau diduga itu kepada pihak di luar
entitas.

SIKLUS LAPORAN KEUANGAN

Audit dilaksanakan dengan membagi laporan keuangan menjadi segmen-segmen


atau komponen yang lebih kecil. Sebagian besar auditor memperlakukan aktiva
tetap dan wesel bayar sebagai segmen Yang berbeda. Setiap segmen diaudit
secara terpisah tetapi bukan atas dasar yang benar-benar independen. Sebagai
contoh, audit atas aktiva tetap dapat mengungkapkan adanya wesel bayar yang
belum tercatat. Setelah audit atas setiap segmen ini selesai, termasuk
keterkaitannya dengan segmen lain, hasilnya Ialu digabungkan. Kemudian
kesimpulan tentang laporan keuangan tersebut secara keseluruhan dapat
diperoleh.

Pendekatan Siklus untuk Mensegmentasi Audit

Cara yang umum untuk membagi audit adalah dengan tetap mempertahankan
hubungan yang erat antara jenis transaksi dan saldo akun dalam segmen yang
sama. Carat ini disebut sebagai pendekatan siklus (cycle approach). Contoh:
penjualan, retur penjualan, penerimaan kas dan penyisihan piutan tak tertagih.
Karena itu, semua pos tersebut merupakan bagian dari siklus penjualan dan
penagihan.

Siklus yang Digunakan pada Hillsburg Hardware Co.

1. Siklus penjualan dan penaglhan merupakan fokus utama pada sebagian


besar audit

2. Siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali berkaitan erat dengan


Siklus akuisisi dan pembayaran. Transaksi pada siklus ini mencakup
pembelian persediaan, perlngkapan, dn barang serta jasa yang
berkaitan dengan operasi. Dan berkaitan dengan pembiayaan bisnis
seperti saham atau surat utang, pembayran dividen dan pelunasan
utang

3. Siklus persediaan dan pergudangan berkaitan erat dengan semua siklus


lainnya khususnya bagi sebuah perusahaan manufaktur. Biaya
persediaan mencakup bahan baku (siklus akuisisi dan pembayaran),
tenaga kerja langsung (siklus penggajian dan personalia) dan overhead
manufaktur (siklus akuisisi dan pembayaran serta penggajian dan
personalia).

Hubungan antara Berbagai Siklus


Hubungan antara lima siklus tersebut dan kas umun Perhatikan bahwa siklus-siklus
itu tidak memiliki titik awal atau titik akhir kecuali pada diposisi awal dan akhir
nerusahaan. Sebuah perusahaan dimulai dengan memperoleh modal, yang
umumnya berbentuk kas. Dalam perusahaan manufaktu kas digunakan untuk
membeli bahan baku, aktiva tetap , dan barang serta jasa yang berkaitan guna
membuat persediaan (siklus akuisisi dan pembayaran). Dengan alasan yang sama,
kas juga digunakan untuk memperoleh tenaga kerja (siklus penggajian dan
personalia). Akuisisi dan pembayaran serta pembayaran upah dan personalia
memiliki sifat yang sama, tetapi fungsi-fungsinya cukup berbeda untuk melakukan
pemisahan atas dua siklus itu.

MENETAPKAN TUJUAN AUDIT

Para auditor melaksanakan audit atas laporan keuangan dengan menggunakan


pendekatan siklus, yaitu melakukan pengujian audit atas transaksi-transaksi yang
menghasilkan saldo akhir dan juga melaksanakan pengujian audit atas saldo akun
serta pengungkapan yang terkait. Secara umum, auditor telah menemukan bahwa
cara yang palimg efisien dan efektif untuk melakukan audit adalah dengan
memperoleh beberapa kombinasi kepastian bagi setiap kelas transaksi dan saldo
akhir pada akun yang terkait.

Untuk setiap kelas transaksi, beberapa tujuan audit yang harus dipenuhi sebelum
auditor dapat menyimpulkan bahwa transaksi-transaksi tersebut telah dicatat
dengan tepat. Tujuan ini disebut sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi (transaction-related audit objectives). Beberapa tujuan audit harus
dipenuhi untuk setiap saldo yang disebut sebagai tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo (balance-related audit objectives). Kategori ketiga tujuan audit
berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan informasi dalam laporan
keuangan, yang disebut tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan
pengungkapan (presentation and disclosure related audit objectives).

ASERSI MANAJEMEN

Arsersi manajemen (management assertions) adalah representasi pernyataan


yang tersirat atai diekspresikan oleh manajemen tentang kelas transaksi dan akun
serta pengungkapan yang terkait dalam laporan keuangan. Asersi manajemen
berkaitan langsung dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
(GAAP/PSAK), karena asersi ini merupakan bagian dari kriteria yang digunakan
manajemen untuk mencatat dan mengungkapkan informasi akuntansi dalam
laporan keuangan.

Asersi Manajemen untuk Setiap Kategori Asersi

1. Asersi Tentang Kelas Transaksi dan Peristiwa


1) Keterjadian

Asersi keterjadian bersangkutan dengan apakah transaksi yang


tercatat benar-benar terjadi selama periode.

2) Kelengkapan

Asersi kelengkapan untuk menyatakan apakah semua transaksi


yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan sudah dimasukkan
seluruhnya.

3) Keakuratan

Asersi keakuratan menyatakan apakah transaksi telah dicatat


dengan jumlah yang benar.

4) Klasifikasi

Asersi klasifikasi menyatakan apakah transaksi telah dicatat pada


akun yang tepat.

5) Cutoff

Asersi cutoff menyatakan apakah transaksi telah dicatat pada


periode akuntansi yang benar.

2. Asersi Tentang Saldo Akun


1) Eksistensi

Asersi eksistensi bersangkutan dengan apakah aktiva, kewajiban,


dan kepentingan ekuitas yang dicantumkan dalam neraca benar-
benar ada pada tanggal neraca.

2) Kelengkapan
Asersi kelengkapan ini menyatakan apakah semua akun yang harus
disajikan ke dalam Iaporan keuangan pada kenyataannya sudah
dicantumkan.

3) Penilaian atau Alokasi

Asersi ini berkaitan dengan apakah akun aset, kewajiban, dan


kepentingan ekuitas telah dimasukkan dalam laporan keuangan
pada jumlah yang tepat, termasuk setiap penyesuaian penilaian
untuk mencerminkan jumlah aset pada nilai realisasi bersih.

4) Hak dan Kewajiban

Asersi ini membahas tentang apakah aset merupakan hak entitas


dan apakah kewajiban merupakan kewajiban entitas pada tanggal
tertentu.

3. Asersi Tentang Penyajian dan Pengungkapan


1) Keterjadian serta Hak dan Kewajiban

Asersi ini menyatakan apakah peristiwa-penstiwa yang diungkapkan


telah terjadi dan merupakan hak serta kewajiban entitas.

2) Kelengkapan

Asersi ini bersangkutan dengan apakah semua pengungkapan yang


diperlukan telah dicantumkan dalam laporan keuangan.

3) Keakuratan dan Penilaian

Asersi keakuratan dan penilaian serta alokasi ini bersangkutan


dengan apakah informasi keuangan diungkapkan secara wajar dan
pada jumlah yang tegat.

4) Klasifikasi dan Dapat Dipahami

Asersi ini berkaitan dengan apakah jumlah-jumlah telah


diklasifikasikan secara tepat dalam laporan keuangan dan catatan
kaki, serta apakah uraian saldo dan pengungkapan yang bertalian
dapat dipahami.
Asersi yang relevan menyangkut tentang apakah akun tersebut disajikan secara
wajar dan digunakan untuk menilai risiko salah saji yang material serta merancang
dan melaksanakan prosedur audit. Sebgai contoh, peniaian mungkin merupakan
asersi yang relevan untuk piutang usaha, tetapi tidak relevan untuk kas. Setelah
asersi yang relevan diidentifikaSi, kernudian auditor dapat mengembangkan
tujuan audit untuk setiap kategori asersi, tujuan audit yang dilakukan auditor akan
mengikuti dan berhubungan erat dengan asersi manajemen. Ini tidak
mengherankan karena tanggungjawab utama auditor adalah menentukan apakah
asersi manajemen tentang laporan keuangan dibenarkan.

TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN TRANSAKSI

Merupakan transaksi yang mengikuti dan berhubungan erat dengan asersi


manajemen tentang kelas transaksi. Ada perbedaan antara tujuan audit khusus
yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap kelas transaksi. Tujuan audit khusus
yang berkaitan dengan transaksi khusus, seperti transaksi penjualan.

Keterjadian – transaksi yang dicatat, memang ada pencatatan transaksi


penjualan ke dalam jurnal penjualan padahal transaksi itu tidak terjadi merupakan
pelanggaran atas tujuan keterjadian.

Kelengkapan – transaksi yang terjadi dicatat, tujuan ini bersangkutan dengan


apakah semua transaksi yang harus dimasukkan dalam jurnal benar-benar telah
dicatatkan. Kelalaian untuk memasukan transaksi penjualan ke dalam jurnal
penjualan dan buku besar ketika transaksi penjualan ke dalam jurnal penjualan
dan buku besar ketika transaksi penjualan itu terjadi melanggar tujuan
kelengkapan.

Keakuratan – transaksi yang dicatat dinyatakan pada jumlah yang benar


tujuan ini membahas keakuratan informasi tentang transaksi akuntansi dan
merupakan salah satu bagian dari asersi keakuratan untuk kelas transaksi. Untuk
transaksi penjualan, tujuan ini dilanggar jika jumlah barang yang dikirimkan
ternyata berbeda dengan jumlah yang tercantum dalam faktur penagihan, harga
jual yang salah digunakan dalam faktur penagihan, terjadi kesalahan penjumlahan
atau perkalian dalam faktur penagihan, atau jumlah yang salah dimasukkan dalam
jurnal penjualan.
Posting dan pengikhtisaran – transaksi yang dicatat dimasukkan ke dalam
file induk dan diikhtisarkan dengan benar tujuan ini berkaitan dengan
keakuratan transfer informasi dari transaksi yang dicatat dalam jurnal ke buku
besar pembantu dan ke buku besar.

Tabel 6-3 Hillsburg Hardware Co.: Asersi Manajemen dan Tujuan Audit
yang Berkaitan dengan transaksi yang diterapkan pada transaksi
penjualan.

Asersi manajemen Tujuan audit umum yang Tujuan audit khusus


tentang kelas transaksi berkaitan dengan yang berkaitan dengan
dan peristiwa transaksi transaksi

Keterjadian Keterjadian Penjualan yang dicatat


adalah untuk pengiriman
yang dilakukan kepada
pelanggan nonfiktif.

Kelengkapan Kelengkapan Transaksi penjualan yang


ada sudah dicatat.

Keakuratan Keakuratan Penjualan yang dicatat


adalah untuk jumlah
barang yang dikirimkan
dan sudah ditagih dan
dicatat dengan benar.

Transaksi penjualan telah


dimasukkan secara layak
Posting dan dalam file induk dan
pengikhtisaran diikhtisarkan dengan
benar.

Klasifikasi Klasifikasi Transaksi penjualan telah


diklasifikasikan dengan
benar.
Cutoft Penetapan waktu Transaksi penjualan telah
dicatat pada tanggal
yang benar.

Untuk kelas transaksi. Sebagai contoh, jika transaksi penjualan dicatat dalam
catatan pelanggan yang salah atau jumlah yang salah dicatat dalam file induk,
jumlah semua transaksi penjualan yang diposting dari jurnal penjualan ke buku
besar tidak akurat, maka tujuan ini telah dilanggar.

Klasiifikasi – transaksi yang dicatat dalam jurnal klien telah


diklasifikasikan secara tepat, tujuan ini menyatakan apakah transaksi telah
dimasukkan dalam akun yang tepat, dan merupakan padanan auditor atas aserso
klasifikasi manajemen untuk kelas transaksi.

Penetapan waktu – transaksi dicatat pada tanggal yang benar, Tujuan ini
merupakan padanan auditor atas asersi cutoff manajemen.

Tabel 6-3 mengilustrasikan hubungan antara asersi manajemen, tujuan audit


umum yang berkaitan dengan transaksi, dan tujuan audit khusus yang berkaitan
dengan transaksi sebagaimana diterapkan untuk penjualan Hillsburg Hardware Co.

TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN SALDO

Tujuan ini mengikuti aserasi manajemen dan memberikan kerangka kerja guna
membantu auditor mengumoulkan bukti yang tepat mencukupi berkaitan dengan
saldo akun.

Ada 2 perbedaan antara tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan tujuan audit
yang berkaitan dengan transaksi.

1. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo diterapkan pada saldo akun
seperti piutang usaha, persediaan , bukan kelas transaksi seperti transaksi
penjualan dan pembelian persediaan.

2. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo hampir selalu diterapkan pada
saldo akhir dalam akun-akun neraca, seperti piutang usaha, persediaan,
dan wesel bayar.
Eksistensi – jumlah yang tercantum memang ada, tujuan ini bersangkutan
dengan apakah jumlah yang tercatat dalam laporan keuangan memang harus
dicantumkan.

Kelengkapan – jumlah yang ada telah dicantumkan, tujuan ini bersangkutan


dengn apakah semua jumlah yang harus tercatat pada suatu akun benar-benar
telah dicatat. Tujuan ini adalah padanan auditor terhadap asersi manajemen
tentang kelengkapan untuk saldo akun.

Keakuratan – jumlah yang tercantum telah dinyatakan dengan benar,


tujuan kekuratan mengacu pada jumlah yang tercantum secara aritmetika sudah
benar.

Klasifikasi – jumlah yang tercantum dalam daftar klien telah di


klasifikasikan dengan tepat, klasifikasi melibatkan penentuan apakah pos-pos
yang ada dalam daftar klien telah dicantumkan dalam akun-akun buku besar yang
tepat.

Cutoff – transaksi yang mendekati tanggal neraca telah dicatat pada


periode yang tepat, tujuan auditor adalah menentukkan apakah transaksi-
transaksi telah dicatat dalam saldo akun pada periode yang tepat.

Hubungan yang rinci – rincian saldo akun sesuai engan jumlah pada file
induk yang berkaitan, sesuai dengan total salso akun, dan sesuai dengan total
buku besar, tujuan hubungan yang rinci ini memastikan rincian dalam daftar telah
disiapkan secara akurat, ditambahkan dengan benar, dan sesuai dengan buku
besar.

Nilai yang dapat direalisasi – aset yang telah dicantumkan dalam jumlah
yang diestimasi akan direalisasi, tujuan ini terkait dengan apakah saldo akun
telah dikurangi untuk memperhitungkan penurunan biaya historis ke nilai realisasi
bersih.

Hak dan kewajiban, tujuan ini adalah auditor terhadap asersi manajemen
tentang hak dan kewajiban untuk saldo akun.

Tabel 6-4 Hillsburg Hardware Co,: Asersi manajemne dan tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo yang diterapkan pada persediaan.
Asersi manajemen Tujuan audit umum Tujuan audit khusus
tentang saldo akun yang berkaitan yang berkaitan
dengan saldo dengan saldo yang
diterapkan pada
persediaan

Eksitensi Eksitensi Semua persediaan yang


ada telah dihitung dan
dicatat dalam ikhtisar
persediaan.

Kelengkapan Kelengkapan Semua persediaan yang


ada telah dihitung dan
dicatat dalam ikhtisa
persediaan

Penilaian dan alokasi Keakuratan Kuantitas persediaan


pada catatan perpetual
klien sesuai dengan
item-item yang ada di
tangan.
Item-item persediaan
Klasifikasi diklasifikasikan secara
tepat sebagai bahan
baku, barang dalam
proses dan barang jadi.
Cutoff pembelian pada
Cutoff akhir tahun sudah tepat.
Total item-item
Hubungan yang rinci / persediaan sesuai
detail tie-in dengan buku besar.
Persediaan telah
Nilai yang dapat dikurangi apabila nilai
direalisasikan realisasi bersih menurun.
Hak dan kewajiban Hak dan kewajiban Perusahaan mempunyai
hak atas semua item
persediaan yang
tercantum, persediaan
tidak dijaminkan sebagai
agunan.

Tabel 6-4 mengilustrasikan hubungan antara asersi manajemen, tujuan audit


umum yang berkaitan dengan saldo , dan tujuan audit khusus yang berkaitan
dengan saldo yang diterapkan pada persediaan.

TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN PENYAJIAN DAN


PENGUNGKAPAN

Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan biasanya identic
dengan asersi manajemen untuk penyajian dan pengungkapan yang telah dibahas
sebelumnya. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo juga berlaku untuk tujuan
audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan.

BAGAIMANA TUJUAN AUDIT DIPENUHI

Auditor harus memperoleh bukti audit yang mencukupi guna mendukung semua
asersi manajemen dalam laporan keuangan. Hal ini dilakukan dengan
mengumpulkan bukti utnuk mendukung beberapa kombinasi yang tepat dari
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan tujuan audit yang berkaitan
dnegan saldo. Auditor seringkali mempertimbangkan tujuan audit yang berkaitan
dengan penyajian dan pengungkapan ketika menetapkan tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo.

Auditor harus memnutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus
dikumpulkan untuk memenuhi tujuan tersebut pada setiap unit. Untuk melakukan
hal ini, auditor mengikuti proses audit, yaitu metodologi yang telah didefinisikan
dengan baik untuk menata audit guna memastikan bahwa bukti yang diperoleh
sudah mencukupi serta tepat, dan bahwa semua tujuan audit yang disyaratkan
sudah ditetapkan dan dipenuhi.

Proses audit mempunyai empat fase khusus seperti yang ditunjukan pada tabel.
Fase I Merencanakan dan merancang pendekatan
audit berdasarkan prosedur penilaian resiko

Fase II Melaksanakan pengujian pengendalian dan


pengujian substansif atas transaksi

Fase III Melaksanakan prosedur analitis dan


pengujian rincian saldo

Fase IV Menyelesaikan audit dan menerbitkan


laporan audit

Ada dua pertimbangan utama yang mempengaruhi pendekatan yang akan


digunakan auditor:

1. Bukti audit yang mencukupi dan tepat harus dikumpulkan agar dapat
memenuhi tanggung jawab professional auditor.

2. Biaya pengumpulan bukti audit ini harus ditekan serendah mungkin.

Pertimbangan pertama memang sangat penting, tetapi minimisasi biaya juga


diperlukan bila kantor akuntan publik ingin tetap kompetitif dan menguntungkan.
Para auditor akan terus menambahkan bukti, tanpa memperhatikan efisiensinya,
hingga mereka cukup yakin bahwa tidak ada salah saji yang material.

Perhatian atas pengumpulan bukti audit yang cukup dan tepat serta pengendalian
biaya audit membutuhkan perencanaan penugasan. Auditor melaksanakan
prosedur ini untuk menilai risiko bahwa salah saji yang material mungkin telah ada
dalam laporan keuangan. Prosedur penilaian risiko tersebut merupakan komponen
yang penting bagi perencanaan dan perancangan pendekatan audit, yang dapat
dipecah menjadi beberapa bagian.
Memperoleh Pemahaman tentang Entitas dan Lingkungannya agar dapat
menilai dengan layak risiko salah saji dalam laporan keuangan dan
menginterpretasikan infromasi yang diperoleh selama audit, auditor harus
mempunyai pemahaman yang menyeluruh atas bisnis klien dan lingkungan yang
terkait, meliputi pengetahuan tentang strategi dan proses.

Memahami Pengendalian Internal dan Menilai Risiko Pengendalian Risiko


salah saji dalam laporan keuangan akan berkurang bila koien memiliki
pengendalian yang efektif atas pengoperasian komputer dan pemrosesan
transaksi. Menilai risiko pengendalian adalah proses dimana auditor
mengidentifikasi pengendalian internal dan mengevaluasi keefektifannya.

Menilai Risiko Salah Saji yang Material Auditor menggunakan pemahamannya


atas industri klien dan strategi bisnisnya, serta keefektifan pengendalian
internalnya, utnuk menilai risiko salah saji dalam laporan keuangan. Penilaian ini
kemudian akan mempengaruhi rencana dan sifat audit, penetapan waktu, dan
rentang prosedur audit.

Sebelum dapat memutuskan utnuk mengurangi penilaiannya atas risiko


pengendalian yang direncanakan apabila pengendalian internal dianggap efektif,
pertama auditor harus menguji keefektifan pengendalian tersebut. Prosedur untuk
jenis pengujian ini umumnya disebut sebagai pengujian pengendalian (tests of
controls).

Auditor juga mengevaluasi oencatatan transaksi oleh klien dengan memverifikasi


jumlah moneter transaksi itu. Proses ini disebut sebagai pengujian substantive
atas transaksi (substantive tests of transactions).

Ada dua kategori umum prosedur pada fase III ini. Prosedur analitis (analytical
procedures) menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah
saldo akun atau data lainnya telah masuk akal.

Pengujian atas rincian saldo (tests of details of balances) merupakan prosedur


spesifik yang ditunjukan untuk meguji salah saji moneter pada saldo-saldo dalam
laporan keuangan.

Setelah menyelesaikan semua prosedur bagi setiap tujuan audit dan bagi setiap
akun laporan keuangan serta pengungkapan yang terkait, auditor harus
menggabungkan informasi yang diperoleh guna mencapai kesimpulan menyeluruh
tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar.

IKHTISAR

Bab ini membahas tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan dan
pengendalian internal serta tanggung jawab auditor untuk mengaudit laporan
keuangan dan keefektifan pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Bab ini
juga membahas asersi manajemen dan tujuan yang berkaitan dari audit
bersangkutan, serta cara auditor memilah audit untuk menghasilkan suatu tujuan
audit khusus. Kemudian auditor mengumpulkan bukti untuk memperoleh
kepastian bahwa setiap tujuan audit telah terpenuhi. Ilustrasi tentang pemenuhan
tujuan keakuratan untuk transaksi penjualan dan piutang usaha menunjukan
bahwa auditor dapat memperoleh kepastian tersebut melalui pengumpulan bukti
audit dengan menggunakan pengujian pengendalian, pengujian substansif atas
transaksi, prosedur analitis, dan pengujian atas rincian saldo. Dalam beberapa
audit, terdapat lebih banyak penekanan pada pengujian tertentu, contohnya
prosedur analitis dan pengujian atas pengendalian, sementara pada audit lainnya,
penekanan ditunjukan pada pengujian substansif atas transaksi dan pengujian atas
rincian saldo.

Anda mungkin juga menyukai