Anda di halaman 1dari 6

2.2.

Tanggungjawab Auditor dan Manajemen


TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN
Tanggung

jawab

untuk

menerapkan

kebijakan

akuntansi

yang

memadai,

menyelenggarakan pengendalian internal yang memadai, dan menyajikan laporan keuangan


yang wajar terletak pada manajemen, bukan auditor. Karena mengoperasikan perusahaan
sehari-hari, manajemen perusahaan lebih mengetahui transaksi-transaksi dan asset yang
terjadi di perusahaan, liabilitas dan ekuitas yang terkait, dibandingkan dengan auditor.
Sebaiknya, pengetahuan auditor mengenai hal tersebut serta pengendalian internal hanya
terbatas pada apa yang mereka dapatkan selama menjalankan pengauditan.
Tanggung jawab manajemen atas kewajaran dalam represntasi (asersi) pada laporan
keuangan memberikan kebebasan bagi manajemen untuk menentukan penyajian dan
pengungkapan apa saja yang dianggap penting. Jika manajemen bersikeras dengan
pengungkapan laporan keuangan yang menurut auditor tidak dapat diterima, maka auditor
dapat

memilih

untuk

menerbitkan opini tidak wajar

(adverse) atau opini

wajar dengan pengecualian (qualified) atau mengundurkan diri dari penugasan tersebut.
Peraturan Bapepam-Lk meninggkatkan tanggung jawab manajemen terhadap laporan
keuangan dengan mengharuskan presiden direktur atau chief executive officer (CEO) dan
manajer keuangan (chief financial officer-CFO) perusahaan public untuk mengesahkan
laporan keuangan yang dilaporkan kepada Bapepam-LK. Dalam menandatangani peryataan
tersebut, manajemen mengessahkan bahwa laporan keuangan sepenuhnya telah sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, bahwa semua informasi yang
diungkapkan dalam laporan keuangan adalah lengkap dan benar, dan bahwa manajemen
spenuhnya bertanggung jawab atas pengendalian internal.
TANGGUNG JAWAB AUDITOR
Berdasarkan PSA 1 (SA 110) Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan
dan menjalankan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai mengenai apakah
laporan keuangan talah bebas dari salah saji yang material, yang disebabkan oleh kesalahan
atau pun kecurangan. Karena sifat dari bahan bukti audit dan karakteristik kecurangan,
auditor harus mampu mendapatkan keyakinan yang memadai, namun bukan absolut, bahwa
salah saji materal telah dideteksi. Auditor tidak memiliki tanggung jawab untuk
merencanakan dan menjalankan audit untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa
kesalahan penyajian yang disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan, yang tidak
signifikan terhadap laporan keuangan telah terdeteksi

Paragraf SA 110 ini membahas tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kesalah
penyajian

yang

sifatnya

material

dalam

laporan

keuangan,

melaporkan

tentang

keefektivitas pengendalian internal dan mengidentifikasi kelemahan yang material dalam pen
gendalian internal atas laporan keuangan. Dibawah ini adalah pembahasan yang terkait
dengan standar-standar tentang tanggung jawab auditor untuk mendeteksi salah saji yang
material mencakup beberapa istilah dan frasa penting.
Salah Saji yang Material versus Tidak Material
Kesalahan saji biasanya dianggap material jika dari kesalahan-kesalahan yang belum
dikoreksi dan kecurangan dalam laporan keuangan akan mengubah atau mempengaruhi
keputusan orang-orang yang menggunakan laporan keuangan tersebut. Meskipun sulit untuk
mengukur materialitas secara kuantitatif, namun auditor tetap bertanggung jawab untuk
mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa batas materialitas telah terpenuhi. Akan
menjadi sangat mahal (dan bahkan tidak mungkin) jika auditor juga harus bertanggung jawab
dalam menemukan semua kesalahan maupun kecurangan yang sifatnya tidak material.
Keyakinan Memadai
Keyakinan merupakan suatu ukuran atas tingkat kepastian yang telah didapatkan oleh auditor
saat pengauditan telah diselesaikan. Standar audit mengindikasikan keyakinan yang memadai
sebagai tingkat yang tinggi, namun tidak absolut, bahwa laporan keuangan telah bebas dari
salah saji material. Konsep memadai, namun bukan absolut menandakan bahwa auditor
bukanlah penjamin kebenaran atas laporan keuangan. Sehingga, pengauditan yang dijalankan
sesuai dengan standar audit, kecil kemungkinannya untuk tidak mampu mendeteksi kesalahan
saji yang material.
Auditor bertanggung jawab untuk mendapatkan tingkat keyakinan yang memadai,
namun bukan abasolut, untuk beberapa alasan berikut:
1. Sebagian besar bahan bukti audit berasal dari pengujian sampel populasi, misalnya
untuk akun piutang dagang atau persedian. Pengguna metode sampel pasti memiliki
beberapa risiko yang tidak dapat dihindari untuk tidak menemukan suatu salah saji
material. Selain itu wilayah yang diuji; jenis, keluasan dan waktu pengujian; dan
evaluasi atas hasil pengujian membutuhkan penilaian auditor yang pentng. Bahkan
dengan iktikad baik dan integritas tinggi, auditor dapat membuat kesalahan dalam
melakukan penilaiannya,

2. Penyajian akuntansi berisi estimasi yang kompleks, dimana melibatkan ketidakpastian


dan dapat dipengaruhi oleh kejadian dimasa mendatang. Akibatnya, auditor harus
mengandalkan bahan bukti yang meyakinkan, namun tidak menjamin.
3. Sering kali sangat sulit, atau bahkan tidak mungkin, bagi auditor untuk mendeteksi
kesalahan saji dalam laporan keuangan, khususnya ketika terjadi kolusi diantara
manajemen.
Jika seandainya auditor bertanggung jawab untuk mendapatkan kepastian bahwa
asersi dalam laporan keuangan adalah benar adanya, maka bahan bukti yang diperlukan dan
biaya audit yang diperlukan akan meningkat secara signifikan, sehingga mengakibatkan
pengauditan tidak lagi ekonomis untuk dilakukan. Bahkan auditor tidak dapat menemukan
seluruh salah saji material dalam setiap pengauditannya. Argument terbaik bagi auditor ketika
kesalahan penyajian yang material tidak dapat ditemukan adalah dengan telah menjalankan
audit sesuai dengan standar audit.
Kesalahan versus Kecurangan
PSA 70 (SA 316) membedakan dua jenis salah saji. Yaitu, kesalahan (errors) dan kecurangan
(Fraund). Kedua jenis salah saji tersebut dapat bersifat material atau pun tidak material.
Suatu kesalah merupakan salah saji dalam pelaporan keuangan yang tidak disengaja,
sedangkan kecurangan merupaka salah saji yang disengaja. Dua contoh kesalah, ada
kesalahan dalam mengalikan harga dengan kuantitas dalam faktur penjualan dan lupa
mempehitungkan harga bahan baku lama dalam menetukan biaya persediaan dengan metode
lebih rendah antara biaya atau harga pasar. Contoh kecurangan yaitu dalam pelaporan
keuangan adalah kelebihan saji yang disengaja dalam penjualan mendekati tanggal neraca
untuk meningkatkan laba yang dilaporkan.
Skeptisme Profesional
PSA

04

(SA

230)

adalah

sikap

yang

penuh

dengan

keingin

tahuan

serta penilaian kritis atas bukti audit. Auditor tidak boleh mengasumsikan bahwa manajemen
bersikap tidak jujur tapi juga tidak boleh mengasumsikan bahwa menajemen tidak diragukan
lagi kejujurannya. Auditor bertanggung jawab untuk mendeteksi kekeliruan dan kecurangan
yang material.

Tanggung Jawab Auditor dalam Mendeteksi Kesalahan Saji Material


Auditor menghabiskan porsi waktu terbesarnya untuk melakukan perencanaan dan
menjalankan audit untuk mendeteksi kesalahan yang tidak disengaja yang dilakukuan
oleh manajemen dan karyawan. Auditor menekan beragam kesalahan yang diakibatkan
oleh kesalahan-kesalahan dalam perhitungan, kealpaan , kesalahpahaman dan kesalahan
penerepan standar akuntansi, serta kesalahan dalam pengelompokan dan penjelasan.
Tanggung Jawab Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan Material
Standar audit tidak membedakan tanggung jawab manajemen untuk menemukan
kesalahan dan kecurangan. Pada kedua kasus ini, auditor harus mampu mendapatkan
keyakinan yang memadai mengenai apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji
material. Standar audit juga mengakui bahwa kecurangan lebih sulit untuk dideteksi
karena manajaemen atau karyawan terlibat dalam kecurangan tersebut berusaha untuk
menutup-nutupi kecurangan tersebut. Namun demikian, kesulitan dalam mendeteksi
tidak mengubah tanggung jawab auditor untuk merencanakan dan menjalankan audit
dengan tepat untuk mendeteksi salah saji material, baik yang disebabkan oleh kesalahan
maupun kecurangan.
Kecurangan yang Diakibatkan Kecurangan dalam Pelaporan Keuangan dan
Penyalahgunaan aset baik kecurangan dalam pelaporan keuangan maupun penyalah
gunaan aset berpotensi membahayakan para pengguna laporan keuangan, namun ada
perbedaan penting diantara kedua kecurangan tersebut. Biasanya, namun tidak selalu,
penggelapan aset dilakukan oleh karyawan dan bukan manajemen, dan jumlah yang
dicuri sering kali tidak signifikan. Terdapat perbedaan penting antara penggelapan aset
dan salah saji yang muncul dari penggelapan aset tersebut. Pertimbangkan situasi
berikut.
1. Aset diambil dan penggelapan ini ditutupi dengan cara menyalahsajikan aset.
Misalnya, kas yang ditagih dari konsumen telah dicuri sebelum dicatat sebagai
penerimaan kas, dan akun piutang untuk konsumen tersebut tidak dikreditkan.
Sehingga salah saji ini tidak dapat dideteksi.
2. Aset diambil dan penggelapan ini ditutupi dengan mengurangsajikan pendapatan atau
melebihsajikan beban. Misalnya, kas yang diterima dari penjualan tunai telah dicuri
dan transaksi tidak dicatat.

3. Aset diambil, namun penyalahgunaan dapat dideteksi. Laporan laba rugi dan catatan
kaki yang terkait dengan jelas menggambakan adanya penyalahgunaan tersebut.

Tanggung Jawab Auditor untuk Membongkar Tindakan Ilegal


Tindakan ilegal didefinisikan dalam PSA 31 (SA 317) sebagai pelanggaran terhadap
hukum atau peraturan pemerintah selain kecurangan. Dua contoh tindakan ilegal adalah
pelanggaran terhadap peraturan perpajakan yang ditetapkan pemerintah dan
pelanggaran hukum perlindungan lingkungan.
Tindakan Ilegal Berdampak Langsung. Tanggung jawab auditor yaitu setiap
melakukan audit, auditor biasanya akan mengevaluasi apakah terdapat bahan bukti yang
tersedia yang mengindikasikan adanya pelanggaran yang signifikan terhadap peraturan
perpajakan pemerintah. Untuk melakukan evaluasi ini, auditor dapat melakukan diskusi
dengan personel klien dan memeriksa laporan yang diterbitkan oleh kantor pajak setelah
selesai memeriksa pajak penghasilan klien.
Tindakan Ilegal Berdampak Tidak Langsung. Denda potensial yang besarnya
signifikan dan sanksi yang diberikan berdampak tidak langsung terhadap laporan
keuangan dengan menciptakan kebutuhan untuk mengungkapkan liabilitas kontinjensi
sejumlah denda yang mungkin harus dibayarkan. Contoh tindakan ilegal ini diantaranya
pelanggaran peraturan insider trading, hukum hak sipil, dan peraturan keselamatan
karyawan. Standar audit menyatakan bahwa auditor tidak memberikan keyakinan
bahwa tindakan-tindakan ilegal berdampak tidak langsung dapat dideteksi
Akumulasi Bukti Ketika Tidak Ada Alasan untuk Meyakini Adanya Tindakan
ilegal Berdampak Tidak Langsung. Auditor juga harus menanyakan pada manajemen
mengenai kebijakan yang mereka terapkan untuk mencegah tindakan ilegal dan apakah
manajemen mengetahui adanya hukum dan peraturan yang mungkin telah dilanggar
perusahaan. Selain itu auditor tidak diharuskan untuk mencari tindakan ilegal
berdampak tidak langsung kecuali ada alasan yang memadai untuk meyakini bahwa
telah terjadi tindakan pelanggaran hukum,

Akumulasi Bukti Ketika Ada Alasan Untuk Meyakini Adanya Tindakan Ilegal
Berdampak Langsung atau Tidak Langsung yang Mungkin Timbul. Ketika auditor
yakin bahwa suatu tindakan ilegal telah terjadi, beberapa tindakan diperlukan untuk
menentukan apakah tindakan ilegal yang dicurigai tersebut memang benar-benar terjadi.
Tindakan-tindakan

itu

sebagai

berikut

1. Auditor pertama kali harus menanyakan pada manajemen yang tingkatnya lebih
tinggi dari pihak yang dicurigai terlibat dalam tindakan ilegal yang potensial.
2. Auditor harus berkonsultasi dengan penasehat hukum klien atau ahli lainnya
memiliki pengetahuan mengenai potensial tindakan ilegal.
3. Auditor harus mempertimbangkan untuk menambah akumulasi bahan bukti audit
untuk menentukan apakah benar-benar terjadi tindakan ilegal.
Tindakan Ketika Auditor Mengetahui Adanya Tindakan Ilegal. Tindakan pertama
yang dilakukan ketika tindakan ilegal teridentifikasi adalah mempertimbangkan
dampaknya terhadap laporan keuangan, termasuk kecukupan pengungkapannya.
Dampak dari tindakan ilegal ini mungkin sangat kompleks dan sulit untuk diselesaikan.
Auditor juga harus mempertimbangkan dampak dari tindakan ilegal tersebut terhadap
hubungan KAP dengan manajemen.
Auditor juga harus mengkomunikasikan dengan komite audit atau otoritas lainnya
yang setara untuk meyakinkan bahwa mereka mengetahui adanya tindakan ilegal
tersebut. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Jika dilakukan
secara lisan, sifat komunikasi dan diskusi yang dilakukan harus didokumentasikan
dalam arsip pengauditan. Jika klien menolak untuk menerima laporan audit yang
dimodifikasi, atau tidak melakukan tindakan yang segera untuk menangani tindakan
tersebut, maka dirasa penting bagi auditor untuk menarik diri dari kontrak kerja
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai