Anda di halaman 1dari 5

TUJUAN PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN

Tujuan pengauditan umum atas laporan keuangan oleh auditor independen merupakan pemberian
opini atas kewajaran di mana laporan tersebut telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang
material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlak umum di Indonesia. Berikut Langkah-langkah Mengembangkan Tujuan Audit :
Jika auditor yakin bahwa laporan tidak disajikan secara wajar atau tidak mampu menarik
kesimpulan dikarenakan bahan bukti yang tidak memadai, maka auditor bertanggung jawab
untuk menginformasikan kepada para pengguna laporan keuangan melaui laporan auditnya.
TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN
Tanggung jawab manajemen atas kewajaran dalam representasi (asersi) pada laporan keuangan
memberikan kebebasan bagi manajemen untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa
saja yang dianggap penting. Jika manajemen berkeras terhadap pengungkapan laporan keuangan
yang dianggap oleh auditor tidak dapat diterima, maka auditor dapat menerbitkan opini tidak
wajar (adverse) atau opini wajar dengan pengecualian (qualified) atau menarik diri dengan
kontak kerja.
Peraturan Bapepam-LK meningkatkan tanggung jawab manajemen terhadap laporan keuangan
dengan mengharuskan presiden direktur atau chief executive officer (CEO) dan manajer
keuangan ( chief financial officer CFO) perusahaan publik untuk mengesahkan laporan
keuangan yang dilaporkan kepada Bapepam LK. Dalam menandatangani pernyataan tersebut,
manajemen mengesahkan bahwa laporan keuangan sepenuhnya telah sesuai dengan prinsipprinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, bahwa semua informasi yang diungkapkan
dalam laporan keuangan adalah lengkap dan benar, dan bahwa manajemen sepenuhnya
bertanggung jawab atas pengendalian internal.
TANGGUNG JAWAB AUDITOR
Menurut
PSA
1
(SA
110)
revisi,
menyatakan
bahwa
:
Auditor memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan menjalankan audit untuk
memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji
material, yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan. Karna sifat dari bahan bukti
audit dan karakteristik kecurangan, auditor harus mampu mendapatkan keyakinan yang
memadai, namun bukan absolute, bahwa salah saji material telah dideteksi. Auditor tidak
memiliki tanggung jawab untukmerencanakan dan menjalankan audit untuk mendapatakan
keyakinan yang memadai bahwa kesalahan penyajian yang disebabkan oleh kesalahan maupun
kecurangan, yang tidak signifikan terhadap laporan keuangan telah terdeteksi

Paragraf ini membahas mengenai tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kesalahan penyajian
yang sifatnya material dalam laporan keuangan serta diskusi terkait dalam standar mengenai
tanggung jawab auditor untuk mendeteksi salah saji yang material memasukkan beberapa istilah
dan kalimat penting.
Salah Saji Material versus Tidak Material. Kesalahan saji biasanya dianggap material jika
gabungan dari kesalahan-kesalahan yang belum dikoreksi dan kecurangan dalam laporan
keuangan akan mengubah atau memengaruhi keputusan orang-orang yang menggunakan
laporan keuangan tersebut. Akan menjadi sangat mahal (tidak mungkin) jika auditor harus
bertanggung jawab dalam menemukan semua kesalahan maupun kecurangan yang sifatnya
tidak material.
Keyakinan Memadai. Standar audit mengindikasikan keyakinan yang memadai sebagai
tingkat yang tinggi, namun tidak absolut, bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji
material. Konsep memadai namun bukan absolut menandakan bahwa auditor bukanlah
penjamin kebenaran atas laporan keuangan.
Auditor bertanggung jawab untuk mendapatkan tingkat keyakinan yang memadai, namun
bukan absolut, untuk beberapa alasan berikut :
1. Sebagian besar bahan bukti audit berasal dari pengujian sample populasi, misalnya untuk
akun piutang dagang atau persediaan.
2. Penyajian akuntansi berisi estimasi yang kompleks, di mana melibatkan ketidakpastian dan
dapat dipengaruhi oleh kejadian di masa mendatang. Akibatnya, auditor harus
mengandalkan bukti yang meyakinkan, namun tidak menjamin.
3. Sering kali sangat sulit , atau bahkan tidak mungkin bagi auditor untuk mendeeksi
kesalahan saji dalam laporan keuangan, khususnya ketika terjadi kolusi di antara
manajemen
Argumen terbaik bagi auditor ketika kesalahan penyajian yang material tidak dapat
ditemukan adalah dengan telah menjalankan audit sesuai dengan standar audit.
Kesalahan versus Kecurangan. PSA 70 (SA 316) membedakan dua jenis salah saji yaitu,
kesalahan (errors) dan kecurangan (fraud). Suatu kesalahan merupakan salah saji dalam
pelaporan keuangan yang tidak disengaja, sedangkan kecurangan merupakan salah saji
dalam saji yang disengaja.contoh kesalahan diantaranya lupa memperhitungkan harga
bahan baku lama dalam menentukan biaya persediaan dengan metode lebih rendah antara
biaya dan harga pasar.

Untuk kecurangan, terdapat perbedaan antara penyalahgunaan aset, yang sering disebut
juga sebagai kecurangan karyawan, dan kecurangan dalam pelaporan keuangan, yang
sering disebut juga dengan kecurangan manajemen.
Skeptisme profesional. PSA 04 (SA 230) mengharuskan pengauditan di desain untuk
menghasilkan keyakinan yang memadai untuk mendeteksi baik kesalahan-kesalahan yang
material maupun kecurangan dalam laporan keuangan.skeptisme profesional merupakan suatu
perilaku pemikiran yang secara kritis dan penilaian kritis atas bahan bukti audit.
Tanggung
Jawab
Auditor
dalam
Mendeteksi
Kesalahan
Saji
Material
Auditor menekan beragam kesalahan yang diakibatkan oleh kesalahan-kesalahan dalam
perhitungan, kealpaan, kesalahpahaman dan kesalahan penerapan standar akuntansi, serta
kesalahan dalam pengelompokan dan penjelasan.
Tanggung
Jawab
Auditor
dalam
Mendeteksi
Kecurangan
Material
Standar audit juga mengakui bahwa kecurangan lebih sulit untuk dideteksi karena manajemen
atau karyawan yang terlibat dalam kecurangan tersebut berusaha untuk menutup-nutupi
kecurangan tersebut. Namun demikian, kesulitan dalam mendeteksi tidak mengubah tanggung
jawab auditor untuk merencanakan dan menjalankan audit dengan tepat untuk mendeteksi salah
saji material, baik yang disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan.
Kecurangan yang Diakibatkan Kecurangan dalam Pelaporan Keuangan dan Penyalahgunaan
aset baik kecurangan dalam pelaporan keuangan maupun penyalahgunaan aset berpotensi
membahayakan para pengguna laporan keuangan, namun ada perbedaan penting
diantara kedua kecurangan tersebut. Biasanya, namun tidak selalu, penggelapan aset
dilakukan oleh karyawan dan bukan manajemen, dan jumlah yang dicuri sering kali tidak
signifikan.
Terdapat perbedaan penting antara penggelapan aset dan salah saji yang muncul dari
penggelapan aset tersebut. Pertimbangkan situasi berikut.
1. Aset diambil dan penggelapan ini ditutupi dengan cara menyalahsajikan aset. Misalnya,
kas yang ditagih dari konsumen telah dicuri sebelum dicatat sebagai penerimaan kas, dan
akun piutang untuk konsumen tersebut tidak dikreditkan. Sehingga salah saji ini tidak
dapat dideteksi.
2. Aset diambil dan penggelapan ini ditutupi dengan mengurangsajikan pendapatan atau
melebihsajikan beban. Misalnya, kas yang diterima dari penjualan tunai telah dicuri dan
transaksi tidak dicatat.

3. Aset diambil, namun penyalahgunaan dapat dideteksi. Laporan laba rugi dan catatan
kaki yang terkait dengan jelas menggambakan adanya penyalahgunaan tersebut.

Tanggung Jawab Auditor untuk Membongkar Tindakan Ilegal


Tindakan ilegal didefinisikan dalam PSA 31 (SA 317) sebagai pelanggaran terhadap
hukum atau peraturan pemerintah selain kecurangan. Dua contoh tindakan ilegal adalah
pelanggaran terhadap peraturan perpajakan yang ditetapkan pemerintah dan
pelanggaran hukum perlindungan lingkungan.
Tindakan Ilegal Berdampak Langsung. Tanggung jawab auditor yaitu setiap melakukan audit,
auditor biasanya akan mengevaluasi apakah terdapat bahan bukti yang tersedia yang
mengindikasikan adanya pelanggaran yang signifikan terhadap peraturan perpajakan pemerintah.
Untuk melakukan evaluasi ini, audtor dapat melakukan diskusi dengan personel klien dan
memeriksa laporan yang diterbitkan oleh kantor pajak setelah selesai memeriksa pajak
penghasilan klien.
Tindakan Ilegal Berdampak Tidak Langsung. Denda potensial yang besarnya signifikan dan
sanksi yang diberikan berdampak tidak langsung terhadap laporan keuangan dengan
menciptakan kebutuhan untuk mengungkapkan liabilitas kontinjensi sejumlah denda yang
mungkin harus dibayarkan. Contoh tindakan ilegal ini diantaranya pelanggaran
peraturan insider trading, hukum hak sipil, dan peraturan keselamatan karyawan.
Standar audit menyatakan bahwa auditor tidak memberikan keyakinan bahwa tindakantindakan ilegal berdampak tidak langsung dapat dideteksi.
Akumulasi Bukti Ketika Tidak Ada Alasan untuk Meyakini Adanya Tindakan ilegal
Berdampak Tidak Langsung. Auditor juga harus menanyakan pada manajemen mengenai
kebijakan yang mereka terapkan untuk mencegah tindakan ilegal dan apakah manajemen
mengetahui adanya hukum dan peraturan yang mungkin telah dilanggar perusahaan. Selain itu
auditor tidak diharuskan untuk mencari tindakan ilegal berdampak tidak langsung kecuali ada
alasan yang memadai untuk meyakini bahwa telah terjadi tindakan pelanggaran hukum.
Akumulasi Bukti Ketika Ada Alasan Untuk Meyakini Adanya Tindakan Ilegal Berdampak
Langsung atau Tidak Langsung yang Mungkin Timbul. Ketika auditor yakin bahwa suatu
tindakan ilegal telah terjadi, beberapa tindakan diperlukan untuk menentukan apakah
tindakan ilegal yang dicurigai tersebut memang benar-benar terjadi. Tindakan-tindakan
itu sebagai berikut :

1. Auditor pertama kali harus menanyakan pada manajemen yang tingkatnya lebih tinggi
dari pihak yang dicurigai terlibat dalam tindakan ilegal yang potensial.
2. Auditor harus berkonsultasi dengan penasehat hukum klien atau ahli lainnya memiliki
pengetahuan mengenai potensial tindakan ilegal.
3. Auditor harus mempertimbangkan untuk menambah akumulasi bahan bukti audit
untuk
menentukan
apakah
benar-benar
terjadi
tindakan
ilegal.
Tindakan Ketika Auditor Mengetahui Adanya Tindakan Ilegal. Tindakan pertama yang
dilakukan ketika tindakan ilegal teridentifikasi adalah mempertimbangkan dampaknya terhadap
laporan keuangan, termasuk kecukupan pengungkapannya. Dampak dari tindakan ilegal ini
mungkin sangat kompleks dan sulit untuk diselesaikan. Auditor juga harus mempertimbangkan
dampak dari tindakan ilegal tersebut terhadap hubungan KAP dengan manajemen. Auditor juga
harus mengkomunikasikan dengan komite audit atau otoritas lainnya yang setara untuk
meyakinkan bahwa mereka mengetahui adanya tindakan ilegal tersebut. Komunikasi dapat
dilakukan secara lisan maupun tertulis. Jika dilakukan secara lisan, sifat komunikasi dan diskusi
yang dilakukan harus didokumentasikan dalam arsip pengauditan. Jika klien menolak untuk
menerima laporan audit yang dimodifikasi, atau tidak melakukan tindakan yang segera untuk
menangani tindakan tersebut, maka dirasa penting bagi auditor untuk menarik diri dari kontrak
kerja tersebut.

Anda mungkin juga menyukai