Anda di halaman 1dari 10

Pendidikan Brevet A-B AKUNTANSI

A.

Investasi Surat Berharga


a. Kepemilikan kurang dari 20% - Investor mempunyai hak pasif (COMWIL).
b. Kepemilikan antara 20% dan 50% - Investor mempunyai pengaruh yang
signifikan (Equity Methode).
c. Kepemilikan diatas 50% - Investor mempunyai hak mengendalikan.
1. Perolehan
Pembelian, dicatat pada biaya atau harga peolehannya.

a.
b.

Pertukaran dengan imbalan non cash, (mis : property) dicatat


pada nilai wajar imbalan yang diberikan atau nilai wajar aktiva yang
surat berharga yang diterima mana yang leih dapat ditentukan.
Pembelian Lump Sum,

c.

Jika tersedia nilai wajar dari setiap surat berharga, maka biaya lump
sum dapat dibagi berdasarkan nilai wajar relative.
Jika hanya tersedia nilai wajar untuk salah satu jenis surat berharga,
maka nilai wajar tersebut dibebankan ke surat berharga tersebut,
sedangkan kelebihannya dibebankan ke surat berharga lainnya.
2. Penilaian COMWIL vs Equity Methode
Metode COMWIL

Metode Equity

Pada Tanggal 2 Jan 02 Maxi Company membeli 48.000 saham (20% saham Mini Co) dgn harga $10 / saham
Marketable securities
Cash

480.000
480.000

Investmen in Mini Co Stock


Kas

480.000
480.000

Tahun 2002, Mini Co melaporkan laba bersih sebesar $200.000.


Tidak ada jurnal

Investmen in Mini Co Stock


40.000
Share of Income-Mini Co.
20% x $200.000

40.000

Pada tanggal 31 Des 02, Saham Mini Co mempunyai nilai wajar $8 / saham atau $384.000.
Recognized Decline in value of MS
96.000
Allowance for Decline in value MS

Tidak ada jurnal


96.000

Pada tanggal 28 Januari 03, Mini Co membagikan dividen $100.000. Maxi Co menerima $20.000.
Cash

20.000
Dividen Income

Cash
20.000

20.000
Investmen in Mini Co Stock

20.000

Share of Loss-Mini Co
10.000
Investmen in Mini Co Stock

10.000

Tahun 2003, Mini Co melaporkan kerugian sebesar $50.000.


Tidak ada jurnal

Tax Training House IKPI - Jakarta

Pendidikan Brevet A-B AKUNTANSI

B.

Aktiva Tetap
1. Perlakuan Akuntansi Pertukaran Aktiva Tetap
-

Pertukaran aktiva tidak sejenis : (earning process culminated)


1 Aktiva yang diterima dicatat sebesar nilai pasar wajar aktiva yang
diserahkan, atau nilai pasar wajar aktiva yang diterima (jika lebih
dapat ditentukan) dan laba (rugi) diakui pada saat transaksi.
2 Jika nilai pasar wajar aktiva yang diserahkan maupun yang diterima
tidak dapat ditentukan, maka dicatat sebesar nilai buku aktiva yang
diserahkan dan laba (rugi) tidak diakui.

Pertukaran aktiva sejenis : (earning process not culminated)


1 Jika nilai pasar wajar aktiva yang diserahkan lebih kecil dari nilai
bukunya (terdapat indikasi kerugian), maka aktiva yang
diterima dicatat sebesar nilai pasar wajar aktiva yang diserahkan
dan kerugian diakui pada saat transaksi.
2
Jika tidak memenuhi ketentuan tersebut diatas
(terdapat indikasi keuntungan) maka :
Jika tidak melibatkan cash, maka aktiva yang diterima dicatat
sebesar nilai buku aktiva yang diserahkan dan tidak ada
pengakuan keuntungan.
Jika melibatkan cash yang dibayarkan, maka aktiva yang
diterima dicatat sebesar nilai buku aktiva yang diserahkan
ditambah cash yang dibayarkan dan tidak ada pengakuan
keuntungan.
Jika melibatkan cash yang diterima (berarti ada sejumlah
aktiva yang dijual), maka aktiva yang diterima dicatat sebesar
nilai buku aktiva yang diserahkan dikurangi porsi aktiva yang dijual
dan keuntungan diakui sebesar porsi cash yang diterima, sbb
G
A

= MC {(MC / (MC + FAR)) x BV}


= BV {(MC / (MC + FAR)) x BV}

G
A
MC
FAR
BV

=
=
=
=
=

Keuntungan yang diakui


Nilai yang dicatat untuk aktiva yang diterima
Cash yang diterima
Nilai pasar wajar aktiva yang diterima
Nilai buku aktiva yang diserahkan

2. Perlakuan Pajak pertukaran aktiva non moneter :


Perlakuan pajak pertukaran harta diatur dalam pasal 10 ayat 2 UU PPh
yang menyebutkan bahwa nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal
tukar menukar harta adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau
diterima berdasarkan harga pasar.
3. Pengeluaran setelah perolehan

Tax Training House IKPI - Jakarta

Pendidikan Brevet A-B AKUNTANSI

a.

Penambahan aktiva baru terhadap aktiva yang ada


(additions)
- Jika aktiva baru memiliki manfaat ekonomis yang tidak dapat
dipisahkan dari aktiva yg telah ada, maka aktiva baru dikapitalisasi
menambah nilai perolehan aktiva lama.
- Jika aktiva baru memiliki manfaat ekonomis yang dapat dipisahkan
dari aktiva yg telah ada, maka aktiva baru dikapitalisasi sebagai
aktiva sendiri.

b.

Pengembangan
Repalcement)

&

Penggantian

(Improvements

&

- Jika tidak menambah masa manfaat maka langsung dibebankan


sebagai biaya pada saat terjadinya.
- Jika menambah masa manfaat, maka pengeluaran tersebut harus
dikapitalisasikan, dengan alternative metode sbb :
Metode Substitusi, Nilai perolehan & akumulasi penyusutan
aktiva lama dikeluarkan dari niai perolehan akumulasi penyusutan
aktiva tersebut. Selanjutnya nilai perolehan aktiva baru
ditambahkan ke dalam nilai perolehan yang aktiva yang ada.
Kapitalisasi Langsung, Nilai perolehan untuk aktiva yang
dikembangkan atau digantikan langsung ditambahkan ke dalam
nilai perolehan aktiva tetap yang ada.
Pengurangan terhadap akumulasi penyusutan yang ada.
c.

Perbaikan & Perawatan (Repairs & Maintenance)


Umumnya langsung dibebankan sebagai biaya.

C. Bunga Pinjaman
1. Bunga Pinjaman Dan Penghasilan Bunga Deposito
Dapat terjadi bahwa dana yang ditempatkan dalam bentuk deposito
berjangka atau tabungan lainnya langsung atau tidak langsung berasal dari
pinjaman atau dana yang berasal dari pihak ketiga yang dibebani biaya
bunga. Apabila hal tersebut terjadi Wajib Pajak dapat memperkecil
Penghasilan Kena Pajak secara tidak wajar, karena bunga yang terutang
atau dibayar atas pinjaman tersebut dikurangkan sebagai biaya, sedangkan
bunga yang diterima atau diperoleh yang berasal dari penempatan dana
dalam bentuk deposito berjangka atau tabungan lainnya tidak ditambahkan
dalam penghitungan Penghasilan Kena Pajak karena telah dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final sebesar 20%.
Sehubungan dengan hal tersebut SE 46/PJ.4/1995 mengatur sbb :
a.

Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya dengan atau


lebih kecil dari jumlah rata-rata dana yang ditempatkan sebagai deposito
Tax Training House IKPI - Jakarta

Pendidikan Brevet A-B AKUNTANSI

berjangka atau tabungan lainnya, maka bunga yang dibayar atau terutang
atas pinjaman tersebut seluruhnya tidak dapat dibebankan sebagai biaya.
b.
Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar dari jumlah ratarata dana yang ditempatkan dalam bentuk deposito atau tabungan
lainnya, maka bunga atas pinjaman yang boleh dibebankan sebagai biaya
adalah bunga yang dibayar atau terutang atas rata-rata pinjaman yang
melebihi jumlah rata-rata dana yang ditempatkan sebagai deposito
berjangka atau tabungan lainnya.
Menyimpang dari ketentuan tersebut, bunga yang dibayarkan atau terutang
atas pinjaman Wajib Pajak dari pihak ketiga dapat dibebankan sebagai biaya,
dalam hal :
a. dana pinjaman tersebut disimpan/ditempatkan dalam bentuk rekening
giro yang atas jasanya dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final,
b. adanya keharusan bagi Wajib Pajak untuk menempatkan dana dalam
jumlah tertentu pada suatu bank dalam bentuk deposito berdasarkan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sepanjang jumlah deposito
dan tabungan tersebut semata-mata untuk memenuhi keharusan
tersebut: misalnya cadangan biaya reklamasi yang harus ditempatkan
dalam bentuk deposito atau tabungan di Bank Pemerintah,
c. dapat dibuktikan bahwa penempatan deposito atau tabungan tersebut
dananya berasal dari tambahan modal dan sisa laba setelah kena pajak.

2. Hutang Kepada Pemegang Saham


Seringkali Perusahaan yang mengalami kesulitan dana mendapatkan
pinjaman dari pemegang sahamnya. Pinjaman semacam ini biasanya tidak
dibebani unsure bunga.
Pasal 18 UU PPh mengatur transaksi yang dipengaruhi hubungan istimewa
semacam ini, yaitu Direktorat Jenderal pajak berwenang menentukan
kembali besarnya penghasilan dan biaya atas transaksi yang dipengaruhi
hubungan istimewa sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha.
Dengan demikian tidak adanya pembebanan biaya bunga atas hutang kepada
pemegang saham tersebut jelas tidak wajar, karena jika perusahaan
meminjam dana ke pihak lain, ke Bank misalnya, tentu akan dibebani bunga.
Jika dilakukan pemeriksaan pajak, Pemeriksa dapat melakukan koreksi baik
di pihak pemegang saham, di koreksi penghasilan bunganya, maupun di pihak
peminjam, di koreksi biaya bunganya.
Namun diatur kemudian dalam S 165/PJ.312/1992, pinjaman tanpa bunga
kepada pemegang saham dianggap wajar jika memenuhi syarat kumulatif sbb
:
a.

Pinjaman tersebut berasal dana milik pemegang saham pemberi pinjaman


itu sendiri dan bukan berasal dari pihak lain.
b. Modal yang seharusnya disetor oleh pemegang saham pemberi pinjaman
kepada perusahaan penerima pinjaman telah disetor seluruhnya.
c. Pemegang saham pemberi pinjaman tidak dalam keadaan merugi.
d. Perusahaan penerima pinjaman sedang mengalami kesulitan keuangan
untuk kelangsungan usahanya.

Tax Training House IKPI - Jakarta

Pendidikan Brevet A-B AKUNTANSI

3. Biaya Bunga Selama Masa Konstruksi


SE 22/PJ.42/1999 mengatur perlakuakn PPh atas biaya bunga selama masa
konstruksi sbb :
a.

Dalam hal suatu pinjaman dipergunakan untuk membiayai


pembangunan pabrik atau bangunan lainnya yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun, biaya bunga yang timbul selama masa
konstruksi harus dikapitalisir ke dalam harga perolehan pabrik/bangunan
lainnya tersebut, yang pembebanannya melalui biaya penyusutan.
b.
Dalam hal suatu pinjaman dipergunakan untuk membiayai
pembelian tanah, biaya bunganya harus dikapitalisir ke dalam harga
perolehan tanah, namun tidak dapat dibebankan sebagai biaya
penyusutan.
c.
Apabila
suatu
pinjaman
dipergunakan
untuk
membiayai
pembangunan pabrik dan pembelian tanah serta aktiva lainnya yang tidak
dapat dipisah-pisahkan perhitungan kapitalisasinya ke dalam masingmasing aktiva tersebut dapat dilakukan secara prorata.
d.
Atas biaya overhead (seperti biaya gaji/tunjangan, biaya perjalanan
dan biaya lain-lain) yang berkaitan dengan pembangunan pabrik atau
bangunan lainnya yang timbul selama masa konstruksi harus dikapitalisir
ke dalam harga perolehan pabrik/bangunan lainnya tersebut yang
pembebanannya melalui biaya penyusutan. Perhitungan kapitalisasi
secara prorata juga berlaku dalam hal biaya overhead berkaitan dengan
pembangunan/pengadaan berbagai aktiva yang tidak dapat dipisahpisahkan.
D.

Pengakuan Penghasilan Jasa Konstruksi


Berdasarkan ketentuan umum sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat (1)
UU PPh, penghitungan Penghasilan Kena Pajak suatu tahun pajak bagi Wajib
Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap dilakukan sesuai dengan prinsip
persandingan biaya dengan penghasilan (matching cost against revenue).
Namun bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang
berusaha di bidang jasa konstruksi yang mengerjakan proyek-proyek
konstruksi berjangka waktu lebih dari satu tahun, penghitungan Penghasilan
Kena Pajak dapat menggunakan metode lain yang lazim dalam praktek
akuntansi, seperti metode persentase penyelesaian (percentage of
completion method). Dengan metode ini, pengakuan penghasilan tahunan
didasarkan atas penghitungan secara proporsional sesuai dengan tahap
penyelesaian pekerjaan. PP 138 tahun 2000.
Dalam penerapan metode tersebut, biaya-biaya yang dapat diperhitungkan
adalah biaya-biaya yang langsung dan semata-mata berhubungan dengan
pelaksanaan proyek tersebut, yaitu : biaya pemakaian material, upah buruh
langsung, serta biaya-biaya lainnya dengan karakteristik yang sama.
Contoh :
Suatu proyek konstruksi yang bernilai Rp 1.000.000.000,00 dengan jangka
waktu pelaksanaan pekerjaan tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 (lima
tahun). Keterangan biaya yang terjadi pada tiap-tiap tahun adalah sebagai
berikut :

Tax Training House IKPI - Jakarta

Pendidikan Brevet A-B AKUNTANSI

20
01

20
02

20
03

20
04

20
05

Rp
150.000.000,0
0
Rp
Perkiraan sisa biaya penyelesaian
700.000.000,0
proyek
0
Rp
Akumulasi biaya sampai dengan akhir
400.000.000,0
tahun buku
0
Rp
Perkiraan sisa biaya penyelesaian
450.000.000,0
proyek.
0
Rp
Akumulasi biaya sampai dengan akhir
600.000.000,0
tahun buku
0
Rp
Perkiraan sisa biaya penyelesaian
250.000.000,0
proyek
0
Rp
Akumulasi biaya sampai dengan akhir
750.000.000,0
tahun buku
0
Rp
Perkiraan sisa biaya penyelesaian
100.000.000,0
proyek
0
Rp
Total biaya proyek
875.000.000,0
0
(total perkiraan semula Rp 850.000.000,00).
Akumulasi biaya sampai dengan akhir
tahun buku

Laba bruto usaha setiap tahun dihitung sebagai berikut :


Tahun 2001
Rp
1.000.000.000,0
0

Harga kontrak
Akumulasi biaya s.d. akhir
tahun 2001
Perkiraan sisa biaya
penyelesaian proyek

Rp
150.000.000,0
0
Rp
700.000.000,0
0

Rp
850.000.000,00
Rp
150.000.000,00

Perkiraan laba bruto usaha proyek


Laba bruto usaha tahun 2001 :
Rp
150.000.000,0
0
Rp
850.000.000,0
0

x Rp 150.000.000,00 =

Rp
26.470.588,2
3

Tax Training House IKPI - Jakarta

Pendidikan Brevet A-B AKUNTANSI

Tahun 2002
Rp
1.000.000.000,0
0

Harga kontrak
Akumulasi biaya s.d. akhir
tahun 2002
Perkiraan sisa biaya
penyelesaian proyek

Rp
400.000.000,0
0
Rp
450.000.000,0
0

Rp
850.000.000,00
Rp
150.000.000,00

Perkiraan laba bruto usaha proyek


Laba bruto usaha sampai dengan tahun 2002 :
Rp
400.000.000,0
0
Rp
850.000.000,0
0

x Rp 150.000.000,00 =

Rp
70.588.235,2
9

Rp
26.470.588,2
3
Rp
44.117.647,0
6

Laba bruto usaha tahun 2001


Laba bruto usaha tahun 2002
Tahun 2003

Rp
1.000.000.000,0
0

Harga kontrak
Akumulasi biaya s.d. akhir
tahun 2003
Perkiraan sisa biaya
penyelesaian proyek

Rp
600.000.000,0
0
Rp
250.000.000,0
0

Rp
850.000.000,00
Rp
150.000.000,00

Perkiraan laba bruto usaha proyek


Laba bruto usaha sampai dengan tahun 2003 :
Rp
600.000.000,0
0
Rp
850.000.000,0
0

x Rp 150.000.000,00 =

Rp
105.882.352,9
4

Tax Training House IKPI - Jakarta

Pendidikan Brevet A-B AKUNTANSI

Laba bruto usaha sampai dengan tahun 2002


Laba bruto usaha tahun 2003

Rp
70.588.235,2
9
Rp
35.294.117,6
5

Tahun 2004
Rp
1.000.000.000,0
0

Harga kontrak
Akumulasi biaya s.d. akhir
tahun 2004
Perkiraan sisa biaya
penyelesaian proyek

Rp
750.000.000,0
0
Rp
100.000.000,0
0

Rp
850.000.000,00
Rp
150.000.000,00

Perkiraan laba bruto usaha proyek


Laba bruto usaha sampai dengan tahun 2004 :
Rp
750.000.000,0
0
Rp
850.000.000,0
0

x Rp 150.000.000,00 =

Laba bruto usaha sampai dengan tahun 2003


Laba bruto usaha tahun 2004

Rp
132.352.941,1
7

Rp
105.882.352,9
4
Rp
26.470.588,23

Tahun 2005
Harga kontrak
Total biaya proyek
Laba bruto usaha proyek
Laba bruto usaha sampai dengan tahun 2004
Laba (rugi) usaha tahun 2005

Rp
1.000.000.000,
00
Rp
875.000.000,0
0
Rp
125.000.000,0
0
Rp
132.352.941,1
7
(Rp
7.352.941,17)

Tax Training House IKPI - Jakarta

Pendidikan Brevet A-B AKUNTANSI

E.

Leasing
KMK 1169/KMK.01/1991
1. Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi
Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha dengan
hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut :
a. jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha
pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat
menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor;
b. masa sewa-guna-usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun
untuk barang modal Golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal
Golongan II dan III, dan 7 (tujuh) tahun untuk Golongan bangunan;
c. perjanjian sewa-guna-usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi
lessee.
Perlakuan Perpajakan Bagi Lessor
a. penghasilan lessor yang dikenakan Pajak Penghasilan adalah sebagian
dari pembayaran sewa guna usaha dengan hak opsi yang berupa
imbalan jasa sewa guna usaha;
b. lessor tidak boleh menyusutkan atas barang modal yang disewa-gunausahakan dengan hak opsi;
c. dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa yang
ditentukan dalam Keputusan ini, Direktur Jenderal Pajak melakukan
koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor;
d. lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang raguragu yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, setinggitingginya sejumlah 2,5% (dua setengah persen) dari rata-rata saldo
awal dan saldo akhir piutang sewa-guna-usaha dengan hak opsi.
e. kerugian yang diderita karena piutang sewa-guna-usaha yang nyatanyata tidak dapat ditagih lagi dibebankan pada cadangan penghapusan
piutang ragu-ragu yang telah dibentuk pada awal tahun pajak yang
bersangkutan;
f. dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu tersebut tidak
atau tidak sepenuhnya dibebani untuk menutup kerugian dimaksud
maka sisanya dihitung sebagai penghasilan, sedangkan apabila
cadangan tersebut tidak mencukupi maka kekurangannya dapat
dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan dari penghasilan bruto.
g. Atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa-guna-usaha dengan hak opsi dari lessor kepada lessee,
dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan

Perlakuan Perpajakan Bagi Lessee


a. selama masa sewa-guna-usaha, lessee tidak boleh melakukan
penyusutan atas barang modal yang disewa-guna-usaha, sampai saat
lessee menggunakan hak opsi untuk membeli;
b. setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal
tersebut, lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya
adalah nilai sisa (residual value) barang modal yang bersangkutan;
c. pembayaran sewa-guna-usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee
kecuali pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat
Tax Training House IKPI - Jakarta

Pendidikan Brevet A-B AKUNTANSI

dikurangkan dari penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi sewaguna-usaha tersebut memenuhi ketentuan dalam Pasal 3 Keputusan ini;
d. dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa yang
ditentukan dalam Keputusan ini, Direktur Jenderal Pajak melakukan
koreksi atas pembebanan biaya sewa-guna-usaha.
e. Lessee tidak memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran
sewa-guna-usaha yang dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian
sewa-guna-usaha dengan hak Opsi.

2. Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi


Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha tanpa
hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut :
a. jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha
pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang
disewa-guna-usahakan ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh
lessor;
b. perjanjian sewa-guna-usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi
bagi lessee.

Perlakuan Perpajakan bagi Lessor


a. seluruh pembayaran sewa-guna-usaha tanpa hak opsi yang diterima
atau diperoleh lessor merupakan obyek Pajak Penghasilan.
b. lessor membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang
disewa-guna-usahakan tanpa hak opsi, sesuai dengan ketentuan Pasal
11 Undang-undang Pajak Penghasilan 1984 beserta peraturan
pelaksanaannya.
c. Atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa-guna-usaha tanpa hak opsi
dari lessor kepada lessee, terhutang Pajak Pertambahan Nilai

Perlakuan Perpajakan bagi Lessee


a. pembayaran sewa-guna-usaha tanpa hak opsi yang dibayar atau
terutang oleh lessee adalah biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto.
b. lessee wajib memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran
sewa-guna-usaha tanpa hak opsi yang dibayarkan atau terutang kepada
lessor.

10

Tax Training House IKPI - Jakarta

Anda mungkin juga menyukai