Oleh :
UNIVERSITAS AIRLANGGA
PSDKU BANYUWANGI
2020
TANGGUNG JAWAB DAN TUJUAN AUDIT
Dalam standar audit AICPA yang terklarifikasi menunjukkan bahwa tujuan audit adalah
untuk memberikan opini auditor kepada pengguna laporan keuangan tentang apakah laporan
keuangan disajikan secara adil, dalam semua hal yang material. Opini auditor meningkatkan
tingkat keyakinan yang dapat diberikan pengguna dalam laporan keuangan.
Tanggung jawab manajemen atas integritas dan kewajaran representasi (asersi) dalam
laporan keuangan disertai dengan hak istimewa untuk menentukan penyajian dan pengungkapan
yang dianggap perlu. Jika manajemen bersikeras pada pengungkapan laporan keuangan yang
menurut auditor tidak dapat diterima, auditor dapat mengeluarkan opini yang merugikan atau
memenuhi syarat atau menarik diri dari perikatan.
The Sarbanes – Oxley Act mewajibkan chief executive officer (CEO) dan chief financial
officer (CFO) perusahaan publik untuk mengesahkan laporan keuangan triwulanan dan tahunan
yang dikirimkan ke SEC. Dalam menandatangani pernyataan tersebut, manajemen menyatakan
bahwa laporan keuangan telah sepenuhnya memenuhi persyaratan Securities Exchange Act tahun
1934 dan bahwa informasi yang terkandung dalam laporan keuangan menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, kondisi keuangan dan hasil operasi.
Tanggung Jawab Auditor (Auditor’s Responsibilities)
Salah Saji yang Material versus Tidak Material Salah saji dianggap material jika gabungan dari
kekeliruan dan kecurangan yang belum dikoreksi, auditor bertanggung jawab untuk memperoleh
kepastian yang layak bahwa ambang batas materialitas telah dipenuhi. Namun auditor bertanggung
jawab untuk memperoleh kepastian yang layak bahwa ambang batas materialitas telah dipenuhi.
Kepastian yang Layak SAS 104 menyatakan bahwa kepastian yang layak adalah tingkat
kepastian yang tinggi, tetapi tidak absolut, bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang
material. Hal ini mengindikasikan bahwa auditor bukanlah pemberi garansi atas kebenaran laporan
keuangan. Pembelaan terbaik yang dapat dilakukan auditor apabila salah saji yang material tidak
terungkap adalah melaksanakan audit sesuai dengan standar auditing.
Kekeliruan versus Kecurangan Kekeliruan (error) adalah salah saji yang tidak disengaja,
sementara kecurangan (fraud) adalah salah saji yang disengaja dan dibedakan lagi menjadi
misapropiasi aktiva (misappropriation of assets), yang sering disebut penyalahgunaan atau
kecurangan karyawan, serta pelaporan keuangan yang curang (fraudulent financial reporting)
yang disebut kecurangan manajemen.
Skeptisme Profesional adalah sikap yang penuh dengan keingintahuan serta penilaian kritis
atas bukti audit. Auditor tidak boleh mengasumsikan bahwa manajemen bersikap tidak jujur tapi
juga tidak boleh mengasumsikan bahwa menajemen tidak diragukan lagi kejujurannya. Auditor
bertanggung jawab untuk mendeteksi kekeliruan dan kecurangan yang material.
Kecurangan yang Berasal dari Pelaporan Keuangan versus Misapropriasi Aktiva Pelaporan
keuangan yang curang merugikan karena menyediakan informasi laporan keuangan yang tidak
benar untuk membuat keputusan, sedangkan misapropriasi aktiva merugikan pemagang saham,
kreditor, serta pihak lainnya karana aktiva tersebut tidak lagi menjadi milik pemilik yang sah.
Tindakan Ilegal (tindakan yang melawan hukum) Merupakan pelanggaran terhadap hukum
atau peraturan pemerintah selain kecurangan. Auditor bertanggung jawab untuk menemukan
tindakan ilegal. Tindakan illegal ini terbagi atas tindakan ilegal yang berdampak langsung dan
tindakan ilegal yang berdampak tidak langsung.
Auditor mempunyai tiga tingkat tanggung jawab untuk menemukan dan melaporkan tindakan
illegal :
1. Pengumpulan bukti jika tidak ada alasan untuk percaya bahwa ada tindakan ilegal yang
berdampak tidak langsung
2. Pengumpulan bukti dan tindakan lainnya apabila ada alasan untuk mempercayai bahwa
tindakan ilegal yang berdampak langsung atau tidak langsung telah terjadi
3. Tindakan apabila auditor mengetahui suatu tindakan ilegal
Standar auditing mensyaratkan bahwa audit dirancang sedemikian rupa agar dapat
memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi baik kekeliruan ataupun kecurangan yang
material dalam laporan keuangan. Untuk mencapainya, audit harus direncanakan dan dilaksanakan
dengan sikap skeptisisme pofesional atas semua aspek penugasan.
Aspek - Aspek Skeptisisme Profesional Skeptisisme profesional terdiri dari dua komponen
utama yaitu : questioning mind dan penilaian kritis terhadap bukti audit. Questioning mindset
berarti auditor menangani audit dengan pandangan mental “percaya tapi verifikasi”. Demikian
juga, ketika mereka mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang mendukung jumlah serta
pengungkapan laporan keuangan, skeptisisme profesional juga melibatkan penilaian kritis tentang
bukti yang mencakup pengajuan pertanyaan yang menyelidik dan perhatian pada inkonsistensi.
Unsur - Unsur Skeptisisme Profesional Meskipun konsep skeptisisme profesional telah memiliki
unsur mendasar dari standar auditing selama bertahun - tahun, namun masih sulit
mengimplementasikan di dalam praktik. Dalam lingkungan audit, terkadang auditor meyakinkan
dirinya bahwa mereka hanya akan menerima klien yang dapat dipercaya dan yang memiliki
integritas yang tinggi. Meskipun ada keterbatasan, auditor harus mengatasi bias pertimbangan
(judgment bias) tersebut dan harus terus diingatkan akan pentingnya menjaga skeptisisme
profesional yang sesuai, serta menyadari adanya risiko salah saji yang material dalam semua audit.
Riset akademis terkini tentang topik skeptisisme profesional menunjukkan 6 karakteristik
skeptisisme :
1. Questoning mindset - disposisi untuk menyelidiki sejumlah hal yang dirasa meragukan.
2. Penundaan keputusan (suspension of judgement) - penundaan keputusan sampai bukti yang
tepat diperoleh.
3. Pencarian pengetahuan - keinginan untuk menyelidiki lebih lanjut demi mempertegas.
4. Pemahaman interpersonal - pengakuan bahwa motivasi dan persepsi orang dapat
membuatnya memberikan informasi yang bias dan menyesatkan.
5. Otonomi - pengarahan mandiri (self direction), independensi moral, dan keyakinan
memutuskan untuk diri sendiri, ketimbang menerima klaim pihak lain.
6. Self esteem - rasa percaya diri untuk melawan persuasi dan untuk menantang asumsi atau
kesimpulan.
- Menanyakan pihak manajemen dan yang bertanggung jawab atas tata kelola tentang
apakah entitas tersebut telah mematuhi UU dan regulasi semacam itu.
- Memeriksa korespondensi jika ada dengan otoritas pemberi lisensi atau regulatori yang
relevan.
● Prosedur Audit Ketika Ketidakpatuhan Teridentifikasi atau Diduga
Jika auditor menemukan informasi mengenai kasus ketidakpatuhan atau dugaan
ketidakpatuhan atas UU dan regulasi, auditor harus memahami sifat dan situasi dari
tindakan itu. Harus diperoleh informasi tambahan untuk mengevaluasi pengaruh
potensialnya terhadap laporan keuangan.
● Pelaporan Ketidakpatuhan yang Teridentifikasi atau Diduga
Kecuali masalah yang terlibat tidak berkaitan, auditor harus berkomunikasi dengan pihak
yang bertanggung jawab atas masalah tata kelola yang melibatkan ketidakpatuhan terhadap
UU dan regulasi yang menjadi fokus auditor selama audit.
The Center for Audit Quality’s Professional Judgment Resource menyebutkan lima elemen
kunci dari proses penilaian profesional, sebagai berikut.
Audit dilakukan dengan cara membagi laporan keuangan menjadi segmen atau komponen
yang lebih kecil. Pembagian ini membuat audit lebih dapat dimanage dan membantu dalam
penugasan kepada anggota audit yang berbeda.
Ada perbedaan dalam membagi, satu dengan cara membagi untuk setiap akun, yang
biasanya tidak efisien, dan cara umum yaitu dengan menjaga jenis yang terkait (atau kelas) dari
transaksi dan saldo akun di segmen yang sama, biasanya disebut cycle approach, logika
penggunaannya yaitu bahwa itu terkait dengan bagaimana transaksi dicatat dalam jurnal dan
diringkas dalam ledger dan akhirnya dalam financial statement.
Cycle tidak berawal dan tidak berakhir kecuali pada pembentukan dan pembubaran perusahaan,
berawal dengan mencari modal (biasanya jadi cash) lalu akuisisi bahan dan membayar labor yang
selanjutnya menghasilkan inventory dan pada akhirnya dijual, menghasilkan kas yang digunakan
untuk membayar dividen dan interest ataupun mendanai ekspansi dan cycle berulang lagi dari
awal.
Setting Audit Objectives
Secara umum, cara paling efektif dan efisien untuk melakukan audit adalah mendapat
kombinasi antara assurance untuk setiap kelas transaksi dan untuk ending balance dalam akun
terkait.
Management Assertions
Asersi manajemen representasi oleh manajemen yang tersirat atau dinyatakan tentang kelas
transaksi dan akun terkait serta pengungkapan dalam laporan keuangann. Dalam mayoritas kasus
hanya tersirat.
Asersi PCAOB :
Asersi AICPA
1. Asersi tentang kelas transaksi dan kejadian dalam periode tersebut dalam audit
Ada perbedaan antara tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi dan tujuan audit
khusus yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap kelas transaksi. Tujuan audit umum dapat
diterapkan pada setiap kelas transaksi, dan dinyatakan dalam istilah yang luas. Tujuan audit khusus
yang berkaitan dengan transaksi juga diterapkan pada setiap kelas transaksi, tetapi dinyatakan
dalam istilah yang disesuaikan untuk kelas transaksi khusus, seperti transaksi penjualan. Tujuan
audit umum yang berkaitan dengan transaksi adalah sebagai berikut :
Sesudah tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi ditentukan, tujuan audit
khusus yang berkaitan dengan kelas transaksi untuk setiap kelas transaksi yang material dapat
dikembangkan. Kelas transaksi semacam itu umumnya mencakup penjualan, penerimaan kas,
akuisisi barang dan jasa, penggajian, dan sebagainya.
Tujuan Audit Terkait Keseimbangan dan Penyajian serta Pengungkapan untuk Asersi
Manajemen
Ada dua perbedaan antara tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi, yaitu :
1. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo diterapkan pada saldo akun seperti piutang usaha
dan persediaan, bukan kelas transaksi seperti transaksi penjualan dan pembelian
persediaan.
2. Ada delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dibandingkan dengan enam tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi.
Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo hampir selalu diterapkan pada saldo akhir dalam
akun-akun neraca, seperti piutang usaha, persediaan, dan wesel bayar. Akan tetapi, beberapa tujuan
audit yang berkaitan dengan saldo juga dapat diterapkan pada akun-akun laporan laba-rugi tertentu
(beban hukum, perbaikan, dan pemeliharaan). Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo adalah
sebagai berikut :
Tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo adalah disesuaikannya dengan saldo akun
yang diaudit, kecuali auditor yakin bahwa tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo tidak
relevan atau tidak penting bagi saldo akun yang sedang dipertimbangkan.
Hubungan antara asersi manajemen dan tujuan audit terkait saldo, kecuali untuk asersi
tentang penilaian dan alokasi. Asersi tentang penilaian atau alokasi memiliki tujuan audit yang
banyak karena kerumitan dari isu penilaian itu sendiri dan adanya kebutuhan untuk menyediakan
tambahan panduan bagi para auditor untuk pengujian penilaian.
Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan biasanya identik dengan
asersi manajemen untuk penyajian dan pengungkapan. Konsep yang sama, diterapkan pada tujuan
audit yang berkaitan dengan saldo, juga berlaku untuk tujuan audit yang berkaitan dengan
penyajian dan pengungkapan.