MAKALAH
Kelompok II
Anggota Kelompok :
Julia Kasih (041911535019)
Salma Salsabiila (041911535040)
PRODI. S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
BANYUWANGI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Akuntansi selama ini diposisikan sebagai bebas nilai (value free), padahal sesungguhnya,
akuntansi merupakan syarat nilai (value laden), artinya kualitas penyajian informasi keuangan,
tidak hanya didasarkan pada ketepatan dalam penerapan standar, akan tetapi tergantung pula
pada kepentingan dan nilai-nilai yang dimiliki oleh pembuatnya. Sehingga laporan keuangan
dapat dibelokkan sesuai yang diinginkan pihak-pihak berkepentingan. Oleh karena itu, akuntansi
berkaitan dengan nilai-nilai moral atau etika. Nilai moral atau etika ini bersumber dari nilai-nilai
spiritualitas. Spiritualitas merupakan nilai-nilai luhur yang berasal dari berbagai sumber : agama,
adat, dan dari berbagai sumber nilai moral lainnya. Nilai etika dan moral tersebut menyangkut
bisikan hati nurani yang paling dalam atas sebuah kebenaran. Laporan keuangan dibuat dan
dilegitimasi oleh manusia yang diberikan mandat untuk itu. Oleh sebab itu, kualitas laporan
keuangan dan laporan akuntansi lainnya sangat bergantung pada kualitas spiritualitas manusia
yang menyiapkan dan meligitimasinya, yaitu pimpinan perusahaan, akuntan manajemen dan
akuntan independen (publik). Nilai-nilai spiritualitas seperti: jujur, iman, ikhlas, adil dan lain
sebagainya-akan ikut menentukan kualitas dan integritas laporan keuangan. Nilai-nilai spiritual
itu misalnya terlihat dalam kejujuran manajemen dan akuntan manajemen dalam melaporkan
kinerja ekonomi perusahaan, serta persaksian yang diberikan akuntan independen (akuntan
publik) atas kewajaran laporan keuangan tersebut.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas bagaimana Hukum Islam Sebagai Solusi
Untuk Mengatasi Problematika Profesi Akuntan Manajemen Dalam Aktivitas Kehidupan.
Rumusan Masalah
Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dan karakteristik profesi akuntan manajemen dalam berbagai
tinjauan ilmu ekonomi dan bisnis.
2. Untuk mengetahui profesi akuntan manajemen dalam tinjauan Islam.
3. Untuk mengetahui kasus problematika profesi akuntan manajemen dalam ilmu hukum,
etika profesi dan akhlaq (Studi Kasus : PT. KIMIA FARMA).
4. Untuk mengetahui solusi problematika profesi akuntan manajemen dalam sudut pandang
hukum Islam (STUDI KASUS : PT. KIMIA FARMA).
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep dan Karakteristik Profesi Akuntan Manajemen Dalam Berbagai Tinjauan Ilmu
Ekonomi dan Bisnis
Menurut Daulay (2016) akuntan manajemen atau akuntan perusahaan merupakan akuntan
intern yang bekerja pada perusahaan negeri atau swasta. Suatu perusahaan atau organisasi
memiliki beberapa departemen yang berkaitan dengan akuntan seperti :
Tugas pokok dan tanggung jawab akuntan manajemen adalah menentukan apakah
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik
atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas
prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh
berbagai bagian organisasi. Oleh karena itu, akuntan perusahaan mendukung pembuatan
keputusan dalam organisasi dengan cara mengumpulkan, memproses, serta mengkomunikasikan
informasi yang dapat membantu perusahaan dalam membuat perencanaan, pengendalian, serta
mengevaluasi operasional perusahaan.
Kemajuan di bidang teknologi dan proses produksi, akuntan manajemen dalam suatu
organisasi bisnis memiliki peran yang penting dalam mencapai tujuan dasar organisasi. Akuntan
manajemen harus mendukung manajemen dalam semua tahap pengambilan keputusan bisnis.
Mereka membantu orang-orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tujuan dasar
organisasi posisi yang bertanggung jawab langsung kepada tujuan dasar organisasi disebut
sebagai posisi lini (line position). Sedangkan posisi yang mendukung dan tidak bertanggung
jawab langsung terhadap tujuan dasar organisasi disebut posisi staf (staff position).
Nilai-nilai moral dan etika harus terinternalisasi dengan baik oleh para aktor (manajemen,
akuntan manajemen, dan akuntan independen), sehingga aktor memiliki mental dan spiritual
yang baik. Dengan mental spiritual yang baik, mandat dalam penyusunan dan melegitimasi
laporan keuangan juga akan dilaksanakan dengan baik. Parker (1991) dalam Lehman (2004)
mengatakan bahwa akuntansi adalah kegiatan sekuler yang tidak berlandaskan nilai-nilai agama
(misalnya: budaya kemurahan hati, kepercayaan dan budi luhur). Parker (1991) mengatakan
bahwa nilai moral yang bersumber dari agama dapat mengembangkan akuntabilitas yang ideal.
Lehman (1995) dalam Lehman (2004) menyatakan bahwa akuntansi modern, dengan
ketergantungan pada metodologi positivis, cenderung menggolongkan akuntabilitas dalam
definisi akuntansi sebagai informasi “yang berguna untuk mengambil keputusan”. Informasi
“yang berguna untuk mengambil keputusan”menurutnya tidak memadai sebagai prinsip untuk
mengatur praktik akuntansi, sebab tidak secara eksplisit menyatakan memerlukan nilai-nilai etika
seperti jujur dan lain sebagainya.
Spiritualitas merupakan nilai-nilai luhur yang berasal dari berbagai sumber nilai-nilai
etika dan moral. Nilai etika dan moral tersebut menyangkut bisikan hati nurani yang paling
dalam atas sebuah kebenaran dan ketidakbenaran. Laporan keuangan dibuat dan dilegitimasi oleh
manusia yang diberikan mandat untuk itu. Oleh sebab itu, kualitas laporan keuangan dan laporan
akuntansi lainnya sangat bergantung pada kualitas spiritualitas manusia yang menyiapkan dan
meligitimasinya,yaitu pimpinan perusahaan, akuntan manajemen dan akuntan independen
(publik). Nilai-nilai spiritualitas (jujur, iman, ikhlas, adil dan lain sebagainya) akan ikut
menentukan kualitas dan integritas laporan keuangan. Nilai-nilai spiritual itu misalnya kejujuran
manajemen dan akuntan manajemen dalam melaporkan kinerja ekonomi perusahaan, serta
persaksian yang diberikan akuntan independen (akuntan publik) atas kewajaran laporan
keuangan tersebut. Kecurangan dan manipulasi kebenaran kondisi ekonomi dan riil perusahaan
melalui laporan keuangan adalah perbuatan yang jauh dari nilai-nilai spiritual.
Menurut James W. Brackner, penulis “Ethics Column” yang dikutip oleh Hansen dan
Mowen (2007:22-23) dalam bukunya Management Accounting, sepuluh nilai inti (core value)
untuk menghasilkan prinsip-prinsip yang membedakan antara benar salah dalam kerangka
umum. Sepuluh nilai inti yang dimaksudkan adalah:
1. Kejujuran
2. Integritas
3. Memegang janji
4. Kesetiaan
5. Keadilan
6. Kepedulian terhadap hukum
7. Penghargaan kepada orang lain
8. Kewarganegaraan yang bertanggung jawab
Konsep akuntansi dalam islam telah digariskan pada kitab suci Al-Qur’an konsep
tersebut dijelaskan dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah: 282, yang artinya:
“Hai orang – orang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai (melakukan utang
piutang) untuk wahyu yang ditentutakn, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaknya
seorang penulis diantara kamu menulis dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, hendaknya ia menulis. Dan
hendaknya orang berhutang itu mengimlakkan (mendiktekan) apa yang ditulis itu, dan
hendaknya dia bertaqwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada utangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akal atau lemah keadaannya
atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah wakilnya mengimlakkan dengan
jujur dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang laki- laki di antara kamu. Jika
tidak ada dua orang laki-laki maka bolehlah seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari
saksi yang kamu ridhoi, supaya jika seorang lupa seorang lagi mengingatkannya. Janganlah
saksi itu enggan memberi keterangan apabila mereka dipanggil, dan janganlah kamu jemu
menuliskan utang itu, baik kecil maupun besar sampai waktu membayarnya. Yang demikian itu
lebih adil disisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
menimbulkan keraguan. (Tulislah muamalahmu itu) kecuali jika muamalahmu itu perdagangan
tunai yang kamu jalankan diantara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak
menuliskannya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli dan janganlah penulis dan saksi
saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan yang demikian itu maka sesungguhnya hal itu
adalah kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah. Allah mengajarmu dan Allah
maha mengetahui segala sesuatu”.
Studi Kasus Problematika Profesi Akuntan Manajemen Dalam Ilmu Hukum, Etika Profesi
dan Akhlaq (Studi Kasus : PT. KIMIA FARMA)
a. Permasalahan
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia.
Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba
bersih sebesar Rp 132 miliar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa
(HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut
terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3
Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena
telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru,
keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6
milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri
Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit
Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit
Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated
penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam
daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya,
menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari
2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar
penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan
kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan
ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak
disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan
Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah
mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain
itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa
Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di
PT KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam
laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar
Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 –
Khusus huruf m – Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan
Mendasar, sebagai berikut:
Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus
diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk
periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa
sebelum periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode.
Pengecualian dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam
ketentuan masa transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru”.
Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:
1) Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002 diwajibkan
membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas Negara,
karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31
Desember 2001.
2) Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT
Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus
juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil
mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma
(Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak ditemukan adanya unsur kesengajaan.
Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal
menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 –
Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04 Persyaratan Profesional,
dimana disebutkan bahwa persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen
adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor
independen.
Solusi Problematika Profesi Akuntan Manajemen Dalam Sudut Pandang Hukum Islam
(STUDI KASUS : PT. KIMIA FARMA)
Berdasarkan sudut pandang hukum islam dalam kasus diatas solusi yang dapat diberikan yakni :
1) Mengamalkan ajaran al-quran dengan menjadikan citra diri intelektual muslim sesuai
dengan karakteristiknya yaitu salah satunya mampu membedakan antara yang baik dan
yang buruk.
2) Mengamalkan kode etik akuntan, dan akuntan syariah/muslim. Beberapa landasan Kode
Etik Muslim ini adalah:
1. Integritas
Islam menempatkan integritas adalah merupakan nilai tertinggi yang
dipergunakan sebagai pedoman bagi seluruh perilakunya. Islam juga menilai
perlunya kemampuan, kompetensi dan kualifikasi tertentu untuk melaksanakan
suatu kewajiban. Hal ini seperti tertuang dalam Al-Qur’an disebutkan
bahwa:“Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja
(pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya” serta Hadits Rasulullah
SAW:“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan bertanggung
jawab terhadap yang dipimpinnya”.
3. Keikhlasan
Landasan ini berarti bahwa akuntan harus mencari keridhaan Allah dalam
melaksanakan pekerjaannya bukan mencari nama. Pura-pura, hipokrit dan
berbagai bentuk kepalsuan lainnya. Menjadi ikhlas berarti akuntan tidak perlu
tunduk pada pengaruh atau tekanan luar tetapi harus berdasarkan komitmen
agama, ibadah dalam melaksanakan fungsi profesinya.
4. Ketakwaan
Takwa adalah sikap ketakutan kepada Allah baik dalam keadaan tersembunyi
maupun terang-terangan sebagai slaah satu cara untuk melindungi dari akibat
negative dan perilaku yang bertentangan dari syariah khususnya dalam hal yang
berkaitan dengan perilaku terhadap penggunaan kekayaan atau transaksi yang
cenderung pada kezaliman dan hal lain yang tidak sesuai dengan syariah.
ketakwaan akan dapat diwujudkan bila kita mematuhi semua perintah dan
menjauhi larangan Allah SWT. Allah berfirman dalam Al-Quran:“Hai-hai orang
yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa
kepadanya
Berdasarkan kerangka dasar syariah kode etik akuntan diatas maka ditarik prinsip kode etik
akuntan sebagai prinsip yang menjabarkan dan tidak bertentangan dengan fondasi etika yang
didasarkan pada syariah di atas. Beberapa prinsip kode etik akuntan Islam AAOIFI adalah
sebagai berikut :
1. Dapat dipercaya
Dapat dipercaya mencakup bahwa akuntan harus memiliki tingkat integritas dan
kejujuran yang tinggi dan akuntan juga harus dapat menghargai kerahasiaan informasi
yang diketahuinya selama pelaksanaan tugas dan jasa baik kepada organisasi atau
langganannya. Akuntan harus melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan tingkat
amanah, integritas, kejujuran dan kepatuhan yang tertinggi.
2. Legitimasi
Semua kegiatan profesi harus yang dilakukannya harus memiliki legitimasi dari hukum
syariah maupun peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Beberapa peraturan
perilaku etis yang menyangkut prinsip legitimasi agama adalah:
● Akuntan harus melakukan tugas dan jasanya untuk kepentingan Allah SWT
dengan sebaik mungkin dan mengutamakan pelaksanaan kewajiban itu di atas
kepentingan yang lain dan meyakini bahwa dengan menunaikan tugas kepada
Allah dengan sendirinya akan melepaskan tugas yang lainnya.
● Akuntan bertanggung jawab untuk selalu memperhatikan ketentuan dan prinsip
syariah yang berkaitan dengan transaksi keuangan.
● Akuntan bertanggung jawab untuk memeriksa legitimasi agama dari semua
kejadian yang dicatat atau diperiksa dengan memperhatikan prinsip dan hukum
syariah yang ditetapkan oleh Alquran maupun Dewan Pengawas Syariah
perusahaan.
● Akuntan bertanggung jawab untuk memenuhi prinsip dan peraturan syariah
sebagaimana yang ditentukan oleh DPS yang memperhatikan landasan formal dan
kerangka hukum syariah ketika memastikan bahwa semua transaksi, tindakan, dan
perilaku secara umum selama pelaksanaan tugas dan jasa profesinya.
3. Objektivitas
Akuntan harus bertindak adil, tidak memihak, bebas dari konflik kepentingan dan bebas
dalam kenyataan maupun dalam penampilan. Akuntan bertanggungjawab untuk
melindungi kebebasan profesinya baik dalam kenyataan maupun dalam penampilannya.
Akuntan juga harus menjauhi dirinya dari pengaruh pihak lain, agar objektivitas
pertmbangan profesinya dapat dipertahankan dan dia harus menghindari pemberian
informasi yang tidak benar.
Perilaku akuntan harus konsisten dengan keyakinan akan nilai Islam yang berasal dari
prinsip dan aturan syariah. Peraturan Perilaku yang didasarkan pada prinsip perilaku yang
didorong keyakinan pada Allah Dalam melaksanakan tugas dan jasa profesi tindakan dan
perilaku akuntan harus konsisten dengan nilai agama yang diambil dari prinsip dan aturan
syariah. Dijabarkan sebagai berikut: