Anda di halaman 1dari 16

Etika Akuntan Bank Syariah

Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah: Etika Perbankan Syariah
Dosen Pengampu : Miftah Farizqi, M.E

Disusun Oleh :

Devri Julian (2031103)

Amirul Mujtahidin (2031083)

Dian Nitami (2031077)

Sintia Rahayu (2031097)

Kelas : 6 C

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
IAIN SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika Akuntan Bank
Syariah” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas
dari bapak Miftah Farizqi, M.E pada mata kuliah Etika Perbankan Syariah, program studi
Perbankan Syariah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Petaling,12 Mei 2023


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etika di dalam profesi akuntan merupakan hal penting yang mendasari perilaku

akuntan dalam menjalankan tugasnya. Setiap orang yang mempunyai profesi diharapkan

selalu bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan terhadap hasilnya serta

terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada

umumnya. Penerapan kode etik profesi akuntan yang sesuai dapat membangun

profesionalisme akuntan demi meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi

akuntan baik akuntan internal perusahaan, akuntan eksternal, akuntan pendidik maupun

akuntan pemerintah.

Beberapa tahun terakhir ini banyak sekali kasus yang dihadapi dunia bisnis

berkaitan dengan pelanggaran etika seperti kasus korupsi dan praktik-praktik illegal yang

dilakukan oleh petinggi perusahaan yang menyebabkan turunnya kepercayaan masyarakat

terhadap dunia bisnis. Tidak sedikit pula dunia perbisnisan yang melibatkan profesi

akuntan baik akuntan internal perusahaan ataupun akuntan eksternal dalam timbulnya

kasus-kasus tersebut karena profesi akuntan memiliki peran penting dalam

keberlangsungan suatu bisnis. Pelanggaran etika oleh akuntan perusahaan dapat berupa

perekayasaan data akuntansi untuk menunjukkan kinerja keuangan agar terlihat lebih

baik, sedangkan pelanggaran etika oleh akuntan pemerintah dapat berupa pelaksanaan

pemeriksaan yang tidak semestinya karena didapatkannya insentif tambahan dalam

jumlah tertentu dari pihak yang laporan keuangannya diperiksa (Ludigdo dalam

Nugrahaningsih, 2005).
Saat ini perkembangan bisnis syariah mengalami pertumbuhan yang terus

meningkat. Bahkan bisnis syariah sudah menjadi tren di masyarakat, hampir di semua

sektor bisnis telah bermunculan layanan syariah. hal ini menunjukan adanya kepercayaan

masyarakat akan bisnis syariah. Dengan hadirnya bisnis syariah di ruang publik ini

menjadikan profesi akuntan bank syariah sangat dibutuhkan. Untuk menjaga kepercayaan

masyarakat ini dibutuhkan profesi akuntan yang memiliki mutu tinggi dalam kinerjanya

dengan panduan-panduan etika syariah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan etika akuntan bank syariah?

2. Apa pentingnya etika bagi akuntan?

3. Apa saja tujuan etika akuntan bank syariah?

4. Apa saja prinsip kode etik akuntan syariah?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa pengertian dari etika akuntan bank syariah

2. Untuk mengetahui apa pentingnya etika bagi akuntan

3. Untuk mengetahui apa tujuan dari etika akuntan bank syariah

4. Untuk mengetahui apa saja prinsip dari kode etik akuntan syariah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Akuntan Bank Syariah

Secara umum akuntan adalah orang yang mempunyai keahlian dan memenuhi
persyaratan tertentu sebagai ahli di bidang akuntansi (accountant). Peran akuntan terdiri
dari proses mengidentifikasi,mengukur, menganalisis dan mengkomunikasikan informasi
ekonomi bagi pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan. Sedangkan
akuntan bank syariah adalah seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidang akuntansi
yang ditempatkan dibank-bank syariah. Akuntan syariah adalah sebuah profesi baru untuk
melayani kebutuhan perkembangan entitas, produk, layanan dan transaksi syariah
terutama dalaam hal penerapan akuntansi keuangan syariah dan pelaporan keuangan
syariah.

Accounting & Auditing Organization For Islamic Financial Institution (AAOIFI)


merupakan lembaga internasional yang mengembangkan standar akuntansi, audit,
governance, dan etika terkait dengan lembaga keuangan syariah dengan memperhatikan
kepatuhan terhadap prinsip syariah. Lembaga ini didirikan pada 1990 di Algeria dan
berkantor pusat di Manama, Bahrain. Saat ini, AAOIFI beranggotakan 155 anggota
lembaga dari 40 negara yang meliputi bank sentral, lembaga keuangan syariah, dan
anggota lainnya dari industri keuangan dan bank syariah internasional. Selain itu,
AAOIFI mendapat jaminan implementasi atas standar yang dikeluarkan antara lain oleh
negara Bahrain, Jordan, Lebanon, Qatar dan Sudan.

Adapun tujuan didirikannya AAOIFI adalah sebagai berikut;

1. Mengembangkan pemikiran tentang akuntansi dan auditing untuk lembaga keuangan


syariah.
2. Menyebarluaskan pemikiran tentang akuntansi dan auditing dan aplikasinya untuk
lembaga keuangan syariah, melalui pelatihan, seminar, publikasi dan lainnya.
3. Menyiapkan, Menyusun dan mengintepretasikan standar akuntansi dan auditing untuk
lembaga keuangan syariah.
4. Meninjau dan mengubah standar akuntansi dan auditing untuk lembaga keuangan
syariah.1
B. Pentingnya Etika Bagi Akuntan

Berprilaku etis merupakan harapan masyarakat dimana-mana. Ekspetasi publik ini


tidak terkecuali ditujukan bagi kaum profesional, termasuk bagi mereka yang bergerak
dibidang jasa akuntansi. Ekspetasi publik ini mengisyaratkan bahwa akuntan perlu
berpijak pada rambu-rambu etis dalam menjalankan pekerjannya. Bagi seorang akuntan
tuntutan ini begitu mendesak dibandingkan dengan profesi lain. Ada tiga alasan yang
melatarbelakangi tuntutan ini yaitu sebagai berikut;

1. Fungsi mendasar yang diemban oleh akuntan. Akuntan memiliki fungsi relasional
yang krusial baik dengan perusahaan maupun lembaga pemerintahan. Fungsinya bisa
mengaudit alur pengelolaan perusahaan (akuntansi manajemen), bisa juga memeriksa
keuangan negara (akuntan publik) atau mengaudit keuangan perusahaan (auditor
internal dan eksternal). Dalam semua tugas ini akuntan yang berkualitas diperlukan
dan kompetensi etis masuk dalam tuntutan kualitas itu.
2. Pekerjaan akuntan sebagaimana ditegaskan oleh Mark Cheffers dan Michael Pakluk
berkaitan dengan nilai kebaikan yang tidak bisa diukur, yakni kepercayaan, artinya
orientasi profesi akuntan bukan bisnis, melainkan pelayanan bagi kepentingan publik.
Pembentukan karakter etis menjadi sangat penting bagi akuntan dengan adanya
orientasi yang luhur ini.
3. Pekerjaan akuntan sangat rentan dengan pelanggaran karena godaanya begitu besar.
Godaan ini datang dari dua kepentingan, yakni kepentingan korporasi dan
kepentingan pribadi. Disatu sisi, pekerjaan akuntan mempunyai implikasi terhadap
eksistensi perusahaan atau lembaga dimata publik. Dilain sisi, akuntan berhadapan
dengan berbagai ancaman yang datang dari dalam diri sendiri seperti ancaman
kepentingan pribadi maupun dari luar seperti seperti intimidasi dan kepentingan
keluarga. Berhadapan dengan situasi demikian akuntan tidak bisa menunjukkan
pengertahuannya, melainkan lebih-lebih memperlihatkan kualitas etisnya2.

Organisasi atau perusahaan sebagai badan hukum dipandang sebagai individu.


Berkenaan dengan status tersebut organisasi dituntut berperilaku etis terhadap pekerja,

1 Havis Aravik & Achmad Hamzani, Etika Perbankan Syariah Teori dan Implementasi, (Yogyakarta:
Deepublish, 2021), hlm. 78.
2 Kasdin Sihotang, Etika Profesi Akuntansi, (Yogyakarta: PT Kanisius, 2016), hlm. 73.
konsumen atau masyarakat pada umumnya. Hal demikian dibuktikan dengan adanya
berbagai tanggung jawab yang harus dipenuhi.

Perilaku tidak etis adalah perilaku yang menyimpang dari tugas pokok atau tujuan
utama yang telah disepakati. Perilaku tidak etis seharusnya tidak bisa diterima secara
moral karena mengakibatkan bahaya bagi orang lain dan lingkungan. Dalam praktiknya
perilaku tidak etis memiliki pola yang rumit. Sebagai gejala kompleks perilaku tidak etis
sangat bergantung pada interaksi antara karakteristik personal dengan fenomena asosial
yang muncul, lingkungan, dan faktor psikologi yang kompleks.

Perilaku tidak etis dikatakan sebagai perilaku yang menyalahgunakan jabatan,


sumber daya organisasi, kekuasaan, dan perilaku yang tidak berbuat apa-apa sehubungan
dengan jabatan dan kekuasaannya. Perilaku tidak etis mengakibatkan iklim kerja yang
tidak sehat dan mendorong timbulnya kecenderungan kecurangan akuntansi.

Kecenderungan kecurangan akuntansi yang diberikan SAS 82, The International


Federation of Accountants (IFAC) melalui International Statements on Auditing (ISA) 11
dalam Colbert dan Belkaoui dan Picur (2000). Mereka semua menfokuskan perhatian
pada dua sumber risiko kecurangan, yaitu laporan keuangan yang menipu dan
ketidaktepatan aset.

Memperjelas pendapat tersebut IAI (2001) membedakan antara kecurangan dan


kekeliruan. Jika risiko itu timbul atas dasar tindakan yang disengaja, diklasifikasikan
sebagai kecurangan. Namun jika risiko timbul karena perbuatan tidak sengaja, disebut
sebagai kekeliruan. Berdasar deskripsi tersebut KKA diartikan sebagai adanya tindakan,
kebijakan dan cara, kelicikan, penyembunyian, dan penyamaran yang tidak semestinya
secara sengaja, yaitu dalam menyajikan laporan keuangan dan pengelolaan aset organisasi
yang mengarah pada tujuan mencapai keuntungan bagi dirinya sendiri dan menjadikan
yang lain sebagai pihak yang dirugikan. Bentuk kecurangan laporan keuangan menurut
IAI (2001) adalah:3

a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen


pendukungnya;
b. Penyajian yang salah;
c. Salah penerapan prinsip secara sengaja;

3 Dian Kusumaningtyas dan Mar’atus Solikah, “Pengaruh Etika Profesi Akuntan Terhadap Perilaku
Tidak Etis di Lembaga Keuangan Syariah”, 2019, hlm. 157.
d. Ketidaktepatan aset.
C. Tujuan Etika Bank Syariah

Berikut ini beberapa tujuan etika profesi di bidang akuntansi yang penting
dikenali para calon akuntan, yaitu:

1. Sebagai panduan dalam bersikap dan bertindak bagi para akuntan yang berjiwa
profesional.
2. Masyarakat dapat langsung melakukan pengontrolan terhadap prilaku akuntan
3. Profesi akuntan adalah profesi yang terhormat. Dengan adanya etika profesi di bidang
akuntansi sebagai perwujudan rasa hormat yang tinggi terhadap profesi akuntan.
4. Memberikan kemakmuran bagi profesi akuntan. Tujuan hadirnya etika profesi di
bidang akuntansi adalah untuk memberikan kesejahteraan kepada profesi akuntan di
seluruh Indonesia.
5. Mempertinggi loyalitas. Terdapatnya etika profesi akuntan juga berfungsi untuk
meningkatkan loyalitas para akuntan di tanah air.
6. Bekerja secara baik dan benar. Tujuan yang paling utama dari terdapatnya etika
profesi di bidang akuntansi adalah membimbing para akuntan untuk bekerja secara
baik dan benar serta profesionalitas.
7. Peningkatan kualitas organisasi. Adanya etika profesi di bidang akuntansi turut
memperkuat kualitas organisasi profesi akuntan dan lebih mempererat hubungan.
8. Penentuan standar baku pekerjaan. Adanya etika profesi di bidang akuntansi turut
memperkuat standar baku pekerjaan dari seorang akuntan
9. Peningkatan layanan profesi. Hadirnya etika profesi akuntan di masyarakat sebagai
upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat luas dari profesi sebagai
akuntan yang bertanggungjawab dan profesional.
10. Meningkatkan keterampilan dalam akuntansi. Etika profesi yang beredar luas di
sesama anggota akuntan berupaya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
akuntan dalam bidang akuntansi4.

D. Prinsip Kode Etik Akuntan Syariah


Beberapa prinsip kode etik akuntan syariah menurut AAOIFI antara lain:
1. Dapat dipercaya

4 https://edumasterprivat.com/etika-profesi-akuntansi/amp/, diakses tanggal 13 Mei 2023, pukul 07.25


WIB.
Akuntan dituntut untuk memiliki kepribadian yang dilandasi sikap jujur dan
dapat dipercaya terutama dalam melaksanakan kewajiban dan jasa profesionalnya.
Bersikap dan bertindak jujur merupakan tuntutan untuk dapat dipercaya, menjaga dan
menghargai kerahasiaan informasi yang diketahuinya selama pelaksanaan tugas dan
jasa baik kepada organisasi atau langganannya.
Sikap seorang akuntan dapat dipercaya tercermin dalam antara lain:
a. Menyajikan dan menyampaikan segala informasi baik yang menguntungkan
maupun yang tidak menguntungkan dan menyampaikan pertimbangan profesi
secara benar dan dengan menerapkan transparan.
b. Menjaga diri dari pengungkapan informasi rahasia yang diproleh selama
melaksanakan tugas dan jasa profesi kepada siapa pun yang tidak berhak
terkecuali diwajibkan oleh peraturan atau sesuai standar akuntansi dan Auditing
untuk lembaga keuangan syariah.
c. Menjaga diri dari menggunakan informasi rahasia yang diperoleh selama
melaksanakan tugas untuk kepentingan pribadi atau kepentingan pihak ketiga.
d. Menjaga diri dari perilaku yang dilakukan secara aktif atau pasif yang akan
membahayakan pencapian tujuan etis dan agama lembaga atau organisasi.
2. Legitimasi
Akuntan harus dapat memastikan bahwa semua kegiatan profesi yang
dilakukan harus memiliki legitimasi dari hukum syariah maupun peraturan dan
perundangan yang berlaku. Legitimasi sangat penting karena sangat berhubungan
dengan keabsahan aktivitas yang dilakukan. Selain itu, akuntan harus dapat menyadari
dan mempertimbangkan setiap perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai ilahiah.
Karena segala sesuatu pasti akan dimintai pertanggung jawaban tidak hanya didunia,
melainkan diakhirat kelak (Q.s An-Nisa [4]:1, ar-Rad [13]:33).
Legitimasi agama ini tercermin dalam perilaku seorang akuntan, antara lain:
a) Melakukan tugas dan jasanya untuk kepentingan Allah Swt dan mengutamakan
pelaksanaan kewajiban itu diatas kepentingan lain serta meyakini bahwa dengan
menunaikan tugas kepada Allah dengan sendirinya akan melepaskan tugas yang
lainnya.
b) Memperhatikan ketentuan dan prinsip syariah yang berkaitan dengan transaksi
keuangan secara bertanggung jawab.
c) Bertanggung jawab memeriksa legitimasi agama dari semua kejadian yang dicatat
atau diperiksa dengan memperhatikan prinsip dan hukum syariah yang ditetapkan
oleh Al-Qur’an maupun dewan pengawas syariah perusahaan.
d) Bertanggungjawab memenuhi prinsip dan peraturan syariah sebagaimana yang
ditentukan oleh DPS yang memperhatikan landasan formal dan kerangka hukum
syariah ketika memastikan bahwa semu transaksi, tindakan, dan perilaku secara
umum selama pelaksanaan tugas dan jasa profesinya.
3. Objektivitas
Akuntan harus bertindak adil, tidak memihak, tidak bias, bebas dari konflik
kepentingan dan bebas dalam kenyataan maupun dalam penampilan. Objektivitas
mencakup juga bahwa ia tidak boleh mendelegasikan tugas dan pertimbangan
profesinya kepada pihak lain yang tidak kompeten. Hal ini hanya dapat dilakukan
apabila akuntan mempunyai kualifikasi akademik, pengalaman praktik dan
pemahaman serta pengalaman keagamaan yang baik dalam melaksanakan tugas
profesinya.
Sikap dan perilaku objektif seorang akuntan dibuktikan dengan antara lain:
a) Menolak semua jenis pemberian untuk kepentingan material atau kebaikan yang
dapat mengancam objektivitas pertimbangan profesinya.
b) Menghindari konflik yang dapat mengancam objektivitas pertimbangan
profesinya.
c) Menghindari situasi yang dapat merusak independensi profesinya baik dalam
kenyataan maupun dalam penampilan seperti: memiliki sejumlah saham dalam
perusahaan yang diaudit atau memiliki kepentingan keuangan dengan langganan
atau lembaga lain yang berhubungan dengan langganan.
d) Menghindari diri dari penugasan jasa profesional lain sewaktu mengaudit suatu
langganan untuk menghindari kehilangan objektivitas dalam melaksanakan audit
laporan keuangan.
e) Menghindari Contigen Fees (fee yang tergantung pada hasil pemeriksaan
misalnya fee dihitung sekian persen dari laba usaha).
4. Kompetensi Profesi dan Rajin
Akuntan harus memiliki kompetensi profesional dan dilengkapi latihan-latihan
yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas dan jasa profesi tersebut dengan baik. Dia
harus melaksanakan tugas dan jasa personalnya dengan rajin berusaha sekuat tenaga
at all cost sehingga ia bebas dari tanggungjawab yang dibebankan kepadanya.
Sikap dan perilaku kompetensi, profesional dan rajin terlihat pada hal-hal
berikut:
a) Memiliki tingkat pengetahuan yang cukup dan kemampuan profesi,
pemahaman syariah yang berkaitan dengan transaksi keuangan dan selalu
menjaga kemampuannya melalui pengembangan keahlian terus menerus
dalam bidang profesi terutama mengikuti standar akuntansi dan auditing yang
baru.
b) Menjaga diri dari menerima penugasan profesional terkecuali dia memiliki
kompetensi atau staf atau sistem sehingga dapat melaksanakan tugas dan jasa
itu.
c) Melakukan pekerjaan profesional dengan kualitas tinggi sesuai prinsip syariah
dan aturan syariah.
d) Mengembangkan rencana yang terpadu untuk melaksanakan kewajiban dan
tugas dan mengikuti program yang didesain untuk meyakinkan terjaminnya
kontrol kualitas terhadap sistem dan bawahan dalam melaksanakan tugas
profesinya.
e) Meyakinkan bahwa laporan yang disajikan oleh akuntan internal lengkap,
jelas, yang didukung oleh analisis dan informasi yang relevan dan terpecaya.
5. Perilaku yang didorong keyakinan keimanan.
Perilaku akuntan harus konsisten dengan keyakinan akan nilai islam yang
berasal dari prinsip dan aturan syariah. Semua perilaku dan tindak tanduk harus
disaring dan didorong oleh nilai-nilai islam. Maka seorang akuntan harus memiliki
nilai keimanan, ketakwaan dan keakhlakan dalam diri dan diimplementasikan dalam
aktivitas kerja yang dilakukan.
Sikap dan perilaku seorang akuntan yang didorong atas hal tersebut tercermin
pada:
a) Secara tetap menyadari pengawasan dari Allah Swt.
b) Secara tetap menyadari tanggungjawab didepan Allah Swt di hari akhirat
nanti.
c) Ikhlas dalam melaksanakan tugas dan jasa profesi dan menyadari keridhaan
Allah Swt dan bukan untuk mengabdikan kepada pihak selain Allah Swt
d) Melaksanakan dan menghargai semua perjanjian
e) Bekerja sama dengan pihak lain sehingga semua tugas dan jasa profesi
dilaksanakan secara baik, lancar, dan efesien.
f) Menunjukkan kasih sayang dan persaudaraan demi keridhaan Allah dan
memperluas kerja sama dan kepercayaan antara dia dan pihak yang
berhubungan.
g) Berlaku pemurah dan baik dalam menangani semua masalah yang terjadi
dalam praktik.
h) Tunjukkan keteladanan bagi staf dan bawahan.
6. Perilaku Profesional dan Standar Teknik
Dalam melaksanakan kewajibannya, akuntan harus memperhatikan praturan
profesi termasuk didalamnya standar akuntansi dan auditing untuk lembaga keuangan
syariah. Seorang akuntan yang mencerminkan sikap dan perilaku profesional dan
standar teknik antara lain:
a) Mematuhi standar akuntansi dan auditing untuk lembaga keuangan syariah
yang berlaku.
b) Melakukan tugas dan jasa profesi dengaan rajin
c) Menjaga diri dari penugasan atau kegiatan yang akan membahayakan
integritas, objektivitas, atau idependensi dalam melaksanakan tugas dan jasa
profesi yang akan mendiskreditkan profesi dan mengancam kredibilitasnya.
d) Menjaga diri dari tindakan memasarkan diri dan keahliannya dengan cara yang
tidak dibenarkan oleh profesi atau bersifat memalukan.
e) Menjauhkan diri dari melakukan klaim berlebihan tentang jasa profesi yang
dapat dilakukannya.
f) Menjaga diri dari tindakan melecehkan pekerjaan akuntan seperti menerima
komisi dan menggantikan pekerjaan orang lain lewat alasan-alasan jelas5.
Sedangakan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) mengeluarkan 8 (delapan) kode
etik yang harus dipatuhi oleh akuntan antara lain:6
1. Berprilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku konsisten dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Hal ini sama dengan
menjaga perilaku profesional. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat
mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung
jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja
dan masyarakat umum.
5 Havis Aravik & Achmad Hamzani, Etika Perbankan Syariah…, hlm.79-85.
6 Etika Profesi Akuntansi, https://finance.detik.com/solusiukm/d-6335668/8-etika-profesi-akuntansi-
apa-saja, diakses tanggal 13 Mei 2023, pukul 10.05 WIB.
2. Tanggung Jawab Profesi
Bertanggung jawab secara profesional dengan mempertimbangkan moral
dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Setiap anggota mempunyai peran dan
tanggung jawab untuk bekerja sama dalam mengembangkan profesi akuntansi,
memelihara kepercayaan masyarakat, serta mengatur diri dalam setiap pekerjaan yang
dilakukan secara pribadi.
3. Standar Teknis
Setiap anggota bidang akuntan harus menjalankan tugas dan kewajibannya
sesuai dengan standar teknis dan profesional yang relevan dan diberlakukan. Anggota
mempunyai kewajiban untuk melakukan tugas yang diminta klien sesuai dengan
teknis yang berlaku dan harus ditaati agar tidak mengalami hal-hal yang tidak
diinginkan dari pelencengan tertentu.
4. Kepentingan Publik
Setiap anggota memiliki kewajiban untuk bertindak, menghormati
kepercayaan, dan menunjukkan komitmen terhadap publik sebagai wujud
profesionalisme. Pada dasarnya, profesi akuntan berperan penting dalam kehidupan
masyarakat, terutama karena publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien,
pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan
keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada objektivitas dan integritas akuntan
dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.
Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap
kepentingan publik. Menurut Ratih, kepentingan publik dalam bidang akuntansi
diartikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota akuntan
secara keseluruhan. Kepentingan utama profesi akuntan adalah membuat pemakai jasa
akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai
dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.
5. Integritas
Dalam bidang akuntan, integritas harus dijalankan setinggi mungkin. Integritas
adalah elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional, yang
berarti menjadi melandasi kepercayaan publik dan menjadi patokan bagi anggota
dalam menguji pengambilan keputusan. Integritas mengharuskan anggota dalam
bidang akuntan untuk bersikap jujur tanpa mengorbankan rahasia penerima layanan.
Dalam hal ini, integritas dapat menerima kesalahan yang terjadi secara tak sengaja,
tetapi tidak mentolerir kecurangan atau penghapusan prinsip sebagai anggota akuntan.
6. Kerahasiaan
kode etik akuntan selanjutnya adalah kerahasiaan, yang berarti setiap anggota
harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari klien
selama melakukan jasa profesional. Segala informasi yang bersifat rahasia harus
dihormati dan tidak boleh dipakai secara bebas tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak
atau kewajiban profesional hukum yang mengungkapkannya. Kerahasiaan ini tetap
berlanjut untuk terus dijaga, bahkan setelah hubungan antara anggota bidang akuntan
dan klien berakhir.
7. Objektivitas
Objektivitas berarti setiap anggota dalam bidang akuntan harus menjaga
objektivitasnya dan terbebas dari benturan kepentingan dalam kewajiban
profesionalismenya. Objektivitas berarti memberikan nilai atas yang diberikan
seseorang yang menentukan kualitas dari pelayanan tersebut.
Dalam bidang akuntansi, menjadi objektif berarti harus bersikap adil, tidak
memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari
pengaruh pihak tertentu yang mempengaruhi pemikiran atau pendapat pribadi.
Objektivitas ini harus diberlakukan dalam berbagai situasi, baik dalam memberikan
jasa atestasi, perpajakan, maupun konsultasi manajemen. Apapun jasa dan kapasitas
yang diberikan, seorang anggota harus melindungi integritas dan memelihara
objektivitasnya.
8. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus menjalankan tugas dan kewajibannya secara hati-hati
dengan kompetensi dan ketekunan pada tingkat yang diperlukan agar klien dapat
mempercayai pihak akuntan sepenuhnya jasa profesional yang mereka terima.
Menurut Ratih, kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman.
Kedua hal ini akhirnya menjadikan seorang anggota di bidang akuntan untuk
menunjukkan pemahaman dan pengetahuan yang disalurkan ke pemberian jasa secara
mudah dan cerdik. Namun, dalam hal penugasan profesional yang melebihi
kompetensi anggota atau perusahaan, seorang anggota wajib melakukan konsultasi
atau menyerahkan klien kepada pihak yang lebih kompeten. Hal ini tidak boleh
dipaksakan untuk menghindari komplain yang tidak diinginkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum akuntan adalah orang yang mempunyai keahlian dan memenuhi
persyaratan tertentu sebagai ahli di bidang akuntansi (accountant). Accounting &
Auditing Organization For Islamic Financial Institution (AAOIFI) merupakan lembaga
internasional yang mengembangkan standar akuntansi, audit, governance, dan etika
terkait dengan lembaga keuangan syariah dengan memperhatikan kepatuhan terhadap
prinsip syariah. Berprilaku etis merupakan harapan masyarakat dimana-mana. Perilaku
tidak etis adalah perilaku yang menyimpang dari tugas pokok atau tujuan utama yang
telah disepakati. Perilaku tidak etis seharusnya tidak bisa diterima secara moral karena
mengakibatkan bahaya bagi orang lain dan lingkungan. Perilaku tidak etis dikatakan
sebagai perilaku yang menyalahgunakan jabatan, sumber daya organisasi, kekuasaan, dan
perilaku yang tidak berbuat apa-apa sehubungan dengan jabatan dan kekuasaannya.
Perilaku tidak etis mengakibatkan iklim kerja yang tidak sehat dan mendorong timbulnya
kecenderungan kecurangan akuntansi.

Beberapa tujuan etika profesi di bidang akuntansi yang penting dikenali para calon
akuntan, yaitu memberikan kemakmuran bagi profesi akuntan, mempertinggi loyalitas,
bekerja secara baik dan benar, peningkatan kualitas organisasi, penentuan standar baku
pekerjaan, peningkatan layanan profesi, dan meningkatkan keterampilan dalam
akuntansi. Adapun beberapa prinsip kode etik akuntan syariah menurut AAOIFI antara
lain dapat dipercaya, legitimasi, objektivitas, kompetensi profesi dan rajin, perilaku yang
didorong keyakinan keimanan, perilaku profesional dan standar teknik.
DAFTAR PUSTAKA

Aravik Havis & Achmad Hamzani, Etika Perbankan Syariah Teori dan Implementasi,
(Yogyakarta: Deepublish, 2021), hlm. 78.
Sihotang Kasdin, Etika Profesi Akuntansi, (Yogyakarta: PT Kanisius, 2016), hlm. 73.
Kusumaningtyas Dian dan Mar’atus Solikah, “Pengaruh Etika Profesi Akuntan Terhadap
Perilaku Tidak Etis di Lembaga Keuangan Syariah”, 2019, hlm. 157.
https://edumasterprivat.com/etika-profesi-akuntansi/amp/, diakses tanggal 13 Mei 2023,
pukul 07.25 WIB.
Aravik Havis & Achmad Hamzani, Etika Perbankan Syariah…, hlm.79-85.
Etika Profesi Akuntansi, https://finance.detik.com/solusiukm/d-6335668/8-etika-profesi-
akuntansi-apa-saja, diakses tanggal 13 Mei 2023, pukul 10.05 WIB.

Anda mungkin juga menyukai